Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA AW - Black Kapatuli

Status
Please reply by conversation.
Update update update update:pandajahat:
Hari ini rencananya nubie posting chapter 8 nya suhu

Dinda: " Aku lagi kerokean Bang.."
DiQ8SBf.jpg
Astaganagahahahaha

Curiga ini mah karina..bukan dinda
Haha

Pasang teropong
Silahkan suhu

Serahkan pada ahlinya... om @Fantasheva ....


Tapi maaf yang lagi karokean itu salah pasang... itu Karina bukan Dinda
Hahaha
Baik suhu di tunggu mulustrasinya

Maklum salah pasang. Paman @Fantasheva sedang kangen karina
Haha
 
serupa tapi tak sama,,, tapi yang pastinya harus tamat om suhu..
Baik suhu
nubie akan usahakan cerita ini bisa Tamat

iya loh, para master entah vacum ato pensiun menghilang semua,. padahal genre militer science fiction, action, dll banyak peminatnya.:n1::panlok1:
Iya suhu
padahal nubie salah satu pembaca yang suka cerita bergenre action

Ditunggu dengan sangat updatenya suhu :ampun:
Baik suhu
rencana hari ini nubie posting chapter 8

Mantappp... ceritannya
Trims suhu

calon cerita legend ini, lajeungkeun dan jaga kesehatanmu cak, pantau dulu :papi:
Baik suhu
trims sudah di ingatkan

mantapp suhuu sukak yg model beginian ini ,di tunggu kelanjutannya hu :beer:
Baik suhu

Numpang buat kalangan bang
Silahkan suhu
 
Dri dulu suka banget sama tulisan2 macem gini. Tapi skrg jarang nemu dan bru kali ini nemu lagi. Top suhu lanjutkan. Jangafn bikin kentang ya hu. Harus tamat setamat-tamatnya. Hehehehee standingg ovation.
 
Bimabet
CHAPTER 8



“Mamam tuh si nenek sihir !” gumam Dinda pada Aksan sambil menyenggol lengannya, ketika Linda yang sepagi ini keluar menyapa mereka. Linda berpenampilan rapi dengan blazer kuning selaras dengan rok span yang digunakannya baru saja mengajak Aksan untuk pergi kantor pagi ini bersama.

Rambut ikal berwarna merah maroon di biarkan terurai begitu saja. Linda ini sebetulnya adalah gadis cantik. Bahkan kecantikannya ini selalu saja membuat kaum pria akan buta, tanpa mereka sadari kecantikannya itu selalu menjadi belati tajam yang siap-siap menembus jantung si pria.

Linda terkenal jutek. Emosinya selalu tak terkontrol. Telah banyak pengawal Pak Raharjo menjadi bulan-bulanannya. Andai saja mereka tidak mengingat pekerjaan dan juga income yang di berikan kepada mereka, maka Linda telah lama menjadi target incaran mereka. Untung saja, Pak Raharjo mengakali agar anjing peliharaannya setia padanya, dengan memberikan segala apa yang mereka butuhkan.

Mungkin itu juga yang membuat Linda sepagi ini, menganggap jika Aksan yang telah bekerja pada Pak Raharjo-papanya akan tunduk pada dirinya.

“Sepertinya saya menolak mengantar dia, jadi saya memilih untuk mengantarnya.” Aksan segera berkata sambil menunjuk ke Dinda.

“What? Gak-gak...” Dinda menggeleng-gelengkan kepala, menolak apa yang di katakan Aksan. “Jangan berani-berani menolak dia, kalo lo gak mau hidup lo bakal berantakan ke depannya. Hihi !”

“Oh ya? Baiklah, saya sangat tertarik dengan kalimat ‘Hidup yang berantakan’ nantinya. Maka dari itu saya bersama kamu saja.” Di depan semua orang, Aksan menarik lengan Dinda yang masih saja menolak, berjalan meninggalkan ruang tamu.

Melihat Aksan yang semena-mena, emosi Linda tak tertahankan lagi. “PENJAGA ! TAHAN DIA” Linda teriak. Semua pengawal yang berada di depan pada masuk dan berdiri menahan kepergian Aksan.

Setelah mengatakan itu, Linda melipat kedua tangan di dada. Menatap wajah Aksan dengan seringaian. Menurut Linda ini hanya awal untuk membalas apa yang Aksan lakukan ke dia maupun ke Andrew tunangannya malam itu. “Ckckck ! kalo kerja itu harus manut dengan yang menghidupkan kalian !”

“Mampus lo !” Gumam Dinda pada Aksan yang tangannya masih di pegang.

Aksan hanya menggeleng kepala. Lalu dia melepas pegangan di tangan Dinda. “Lumayan.. pagi-pagi gini bisa olah raga bareng kalian,” kata Aksan menatap satu persatu penjaga.

Melihat sepertinya Aksan akan melakukan tindakan, Pak Raharjo segera berjalan ke depan. “Sudah-sudah, kalian apa-apaan? Sudah saya katakan jika Aksan adalah tamu saya. Berarti kalian harus menghormatinya.”

“Papa, kenapa sih papa harus berpihak ke dia? Dia kan sama saja anjing peliharaan kita, sama seperti mereka.” Kata Linda lalu menunjuk para pengawalnya. “Jadi kalo tidak mau mengikuti perintah kita, maka silahkan keluar dari sini.”

“Linda-“

“Sudahlah pa, kan Linda ngajak dia untuk temani Linda ke kantor doang. Gak susah kan?”

“Iya gak susah, Cuma-“

“Cuma dia menolak? Berarti gak ada salahnya dong, kalo Linda marah ke dia.”

Saat Linda dan Pak Raharjo masih berdebat kecil. Tak ada yang menyadari jika Aksan sedang fokus sesuatu. Aksan menatap dua pengawal dengan pandangan mematikan. Aksan memandang mereka tak berkedip. Salah satu orang yang di pandangnya, mata bagian kanannya berkedip dua kali. Kedipan mata sebelah kanan kedua pengawal tersebut, adalah bukan yang pertamakalinya ketika Aksan memandang mereka bergantian sejak tadi. Keyakinan Aksan terbukti. Ia menyeringai lalu berjalan mendekat kepada kedua pengawal itu.

Pak Raharjo dan Linda berhenti berdebat, dan memperhatikan apa yang akan Aksan lakukan. Begitupun dengan yang lainnya yang masih berada di tempat itu.

“Eh lo ngapain?” Dinda bertanya ke Aksan, ketika menyadari di awal jika Aksan sedang ingin melakukan sesuatu.

Pak Raharjo bertanya dalam hati apa yang akan di lakukan Aksan. Tidak mungkin Aksan bereaksi seperti ini, jika saja tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Pak Raharjo paham betul dari cerita Merdin semalam. Ketika Aksan telah meninggalkan ruang kerja Pak Raharjo, dan membiarkan Pak Raharjo berbicara empat mata dengan Merdin. Adalah kepekaan Aksan terhadap ancaman maupun spy/mata-mata lumayan teruji. Aksan seperti mempunyai indera ke-enam, dengan cepat menyadari jika ada sesuatu yang membahayakan.



Ketika Aksan telah dekat, kedua pengawal itu tiba-tiba bereaksi.

Saat pengawal yang lainnya ingin menghalangi Aksan, Pak Raharjo mengangkat lengan kanannya. “Hentikan, biarkan saja dia !”

Linda dan Dinda menatap Aksan penuh tanya. Keduanya melangkah mundur, takut jika terjadi apa-apa dan mereka ikut terluka. Secara mereka ragu akan kesetiaan Aksan pada papanya. Apalagi Dinda yang malam itu, jelah-jelas Pak Raharjo telah melarang Aksan melakukan apa-apa Cuma Aksan malah menembak di pundaknya. Untung saja hanya luka kecil, dan cukup di berikan dengan obat salep pengering luka.

Sedangkan dua pengawal yang sejak tadi di tatap Aksan, tiba-tiba ikutan melangkah mundur dua langkah. Lalu ketika pengawal sebelah kanan menggerakkan lengannya untuk mengambil sesuatu, Aksan bereaksi. Aksan bergerak dengan cepat, mengait lengannya di leher pengawal itu. Lengan kiri di leher, lengan kanan menekan tangan si pengawal yang sedang memegang pistol.

Aksan mengunci pengawal itu dari belakang.

“Arghhhh !” Suara teriakan si pengawal saat Aksan melipat tangan yang memegang pistol. Aksan lalu memegang pergelangan dan memaksa pistol yang tergenggam di belakang terjatuh.

Kejadian di hadapan mereka begitu cepat. Bahkan Dinda maupun Linda, baru berkedip sekali saja Aksan telah berhasil melumpuhkannya.

Seperti ada yang tidak beres, Merdin ikutan bereaksi. “Yang lain amankan non Dinda dan non Linda.” Merdin memerintahkan sebagian timnya untuk menghalangi dua putri Pak Raharjo, juga beserta Pak Raharjo sendiri.

Setelah Aksan dengan gerak cepat berhasil melumpuhkan pengawal pertama, lalu ketika pengawal satunya lagi bereaksi dengan memegang pistol dan ingin mengarahkan ke depan, Aksan pun melompat lalu memegang lengan si pengawal.

Si pengawal rupanya cukup cepat untuk melayangkan hantaman dengan lutut ke Aksan. Sekali terkena di dada si Aksan, namun tak dapat membuat Aksan mundur. Aksan lalu membalas serangan dengan menekuk lengannya. Hantaman di dagu dua kali dengan siku pada pengawal itu. Selanjutnya Aksan melipat tangan si pengawal yang memegang pistol ke belakang. Lalu tanpa menunggu lama, Aksan menghadiahkan sebuah hantaman keras di pelipis wajah si pengawal hingga membuatnya pusing.

Selanjutnya Aksan memaksa tubuh si pengawal untuk terduduk. Aksan menendang di bagian pergelangan tangan hingga membuat pistol yang di genggam si pengawal terjatuh. Para pengawal lainnya segera mengamankan senjata tersebut.

Aksan telah melumpuhkan pengawal kedua. Ia terduduk dan lehernya di kunci oleh Aksan.

“Oke dia sudah di lumpuhkan..” kata Merdin. “Pengawal, tahan dia.” Merdin lalu memberi perintah kepada yang lain untuk menggantikan Aksan memegang pengawal tadi.

Pak Raharjo yang melihat keadaan sudah terkendalikan, melangkah ke depan. “Aksan, apakah kamu bisa jelaskan ada apa sebenarnya?” Pak Raharjo yang penasaran langsung bertanya ke Aksan.

“Katakan siapa yang mengirim kalian ke sini?” Aksan tak menjawab pertanyaan Pak Raharjo, malah bertanya pada orang yang sedang di pegang oleh 3 pengawal lainnya.

“HAHAHAHA ! BUNUH SAJA GUE, LO GAK BAKAL BISA MEMAKSA GUE UNTUK BUKA MULUT !” Setelah berbicara, Aksan segera menghantam mulut pengawal itu. “ARGHHHHH ANJINGGGG !”

“Auwwww !”

“Isssshhhh !” Linda dan Dinda menjerit ketika di depan matanya, Aksan menghantam keras wajah penjahat itu. Dari hidung dan ujung mulutnya mengeluarkan darah segar, tentu saja Dinda sempat memejamkan mata sesaat. Menurutnya Aksan ini orangnya tak pandang bulu, tak punya belas kasih main hantam, bunuh orang se-enaknya saja.



“Oke ! saya sudah mulai paham, berarti mereka berdua penghianat, Merdin.” Kata Pak Raharjo telah menebak apa yang terjadi.

“Dan kalian tidak pernah menyadari jika mereka selama ini ada di tengah-tengah kalian,” Kata Aksan menambahi.

“Dari mana kamu mengetahuinya, Aksan?” tanya Merdin.

“Mata kanan mereka sudah di ganti dengan mata palsu yang punya kamera tersembunyi. Lihat baik-baik, ada kamera kecil di bola matanya.” Kata Aksan sambil menarik rambut si pengawal, jari Aksan lalu memaksa mata si pengawal itu terbuka lebar.

“BAJINGANNNN !” Teriak Merdin. “CUNGKIL MATA MEREKA BERDUA !” lanjutnya memberikan perintah pada pengawal lain.

“Baik !”

“Siap !”

“ARGHHHHHHHH ! TUNGGU PEMBALASAN KAMI !” Teriak penghianat itu saat tubuhnya di tarik paksa oleh semua pengawal yang tersisa.

Setelah dua penghianat itu di bawah pergi. Aksan pun menepuk-nepuk tangannya. “Beres !” gumam Aksan.

“Terima kasih Aksan, kamu lagi-lagi menyelamatkan kami.” Kata Merdin berkata pada Aksan.

Aksan diam saja.

“Merdin, sepertinya mereka mulai menabur genderang perang ke kita.”

“Seharusnya sudah lama musuh anda melakukannya, bahkan saya rasa di rumah ini pun tidak aman. Sepertinya anak buah anda harus bekerja keras untuk mencari semua kamera tersembunyi di tempat ini.” Kata Aksan menyela di antara mereka.

“What? I-ini seriusan pa? ja-jadi mereka ada di antara kita selama ini?” tubuh Linda gemetar mengingat jika dia selama ini selalu melakukan hubungan seks dengan Andrew di sembarang tempat. Apalagi ketika Pak Raharjo tak berada di rumah.

“Fiuhh ! untungnya kita belum terlambat menyadarinya.” Dinda ikut gemetaran dan berhela nafas. Setidaknya untuk hari ini, semuanya masih aman dan terkendali.

“Serahkan tugas itu ke saya tuan !” Kata Merdin pada Pak Raharjo, sesuai dengan perintah, Merdin harus menuntaskan apa yang seharusnya di kerjakan.

“Oke Merdin, lakukan apa yang menjadi tanggung jawabmu. Dan saya berikan kamu waktu dua jam untuk menemukan semuanya.”

“Siap tuan.”

Mendengar perintah Pak Raharjo pada Merdin, Aksan hanya menyeringai di selingi gelengan kepala. Dia merasa Merdin yang dulu telah berubah. Merdin yang dulunya sangat tegas, sekarang ini malah hanya menjadi anak buah yang selalu manut pada tuannya.

“Oke ! kalo sudah tidak ada lagi, saya mau menemani dia.” Kata Aksan lalu menoleh kepada Dinda.

“Oke oke ! gue ikut ma lo.” Dinda segera mengiyakan Aksan. Lalu berjalan mendekat ke Aksan. “Yuk ! dari pada lo ikut ma nenek sihir itu, mending ma gue.”

Aksan melirik ke Linda yang mulai jengkel dengan Dinda, kemudian menatap pada Pak Raharjo maupun Merdin. Anggukan darinya seakan berpamitan untuk pergi menemani Dinda.

“Saya percayakan dia ke kamu Aksan.” Kata Pak Raharjo.

“Hehehe kayak apa aja sih pa, kan Aksan nemeni Dinda doang.”

“Yah bukan hanya temani, tapi apapun yang akan Aksan lakukan ke kamu. Sudah mendapat ijin dari papa.”

“Hei hei ! jangan juga apapun dong ! terus kalo dia mau ngapa-ngapain Dinda, hayo gimana?” Kata Dinda protes.

“Anda bukan type saya, jadi berhentilah berharap akan terjadi hal itu.”

“BANGKEEEE !” Dinda cemberut setelah mengeluarkan satu kata kasar tertuju pada Aksan.

“Udah-udah, kalian boleh pergi sekarang.”

“Terus Linda bagaimana pa?”

“Kamu sama Anton saja !” jawab Pak Raharjo, dan orang yang baru saja ia sebutkan namanya tiba-tiba muncul. “Anton, tugas kamu hari ini menemani dia.” Lanjut Pak Raharjo kepada Anton.

“Siap tuan.”



“Aksan.. sebelum pergi, saya berpesan ke kamu agar siang ini kita bertemu di kantor. Ada sesuatu yang akan saya berikan ke kamu.”

“Oke !” balas Aksan pada Pak Raharjo, yang ia sendiri pun belum ketahui apa yang akan Pak Raharjo berikan nanti siang.

Saat Aksan ingin berjalan, ia berpapasan dengan Anton dan mereka saling berpandangan. Anton menyadari jika Aksan inilah yang menghajar habis-habisan pasukannya ketika di hutan. Anton yang merasa harga dirinya rusak, seakan ingin bergerak memberikan pelajaran pada Aksan.

“Anton.. sudahlah !” Pak Raharjo menyadari apa yang akan Anton lakukan, lalu menahannya.

“Banyak bener yang tidak menyukai saya, yayayaya ! kalo mau membalaskan sakit hati anda... tenang ! masih banyak waktu kok,” Aksan lalu berkata kepada Anton, membuat Anton menahan keras emosinya. “Satu lagi, berlatihlah dulu biar nanti kamu bisa melawan saya. Oke?”

“AWAS LO !”

Dinda mendengarnya hanya geleng-geleng kepala. Si gadis mengikuti langkah Aksan dari belakang menuju ke depan.



-000-



Sore ini semua kelompok pasukan elite Khusus yang tergabung dari beberapa negara. terlihat sedang berkumpul di tanah lapang. Terdapat beberapa tenda, bongkahan batu yang menyangga dua tiang yang digunakan untuk memasak makanan. Beberapa tas ransel, tertumpuk dan agak berserakan di sisi kiri.

Mereka baru saja berhasil melepaskan beberapa sandera dari tengah hutan. Dan mereka menamakan pasukan khusus mereka dengan sebutan BLACK KAPATULI. Yang menjadi kebanggaan negeri kita saat ini, yaitu Komandan Pasukan ini berasal dari Indonesia. Yaitu bernama Aksan Wilardi, dan juga selama ini telah menjadi Pasukan Terbaik yang diakui oleh beberapa negara.

Enam prajurit memakai perlengkapan lengkap, saat melihat Aksan berjalan mendekat ke salah satu tenda langsung memberikan hormat.

Aksan menanyakan bagaimana barang sitaan mereka dengan menggunakan bahasa inggris. Salah satu prajurit berasal dari Denmark mengatakan jika kondisi barang sitaan mereka masih aman di dalam tenda. Dan mereka berenam mendapat tugas untuk menjaga tenda itu.

“Oke Good.” Kata Aksan.

Aksan sangat menjaga ketat baik para tawanan yang ia bebaskan, maupun barang sitaan mereka. Karena barang yang mereka sita dari para teroris adalah barang yang sangat mahal harganya. Barang yang di sita adalah berlian dan juga emas murni yang jumlahnya tidak sedikit yang rencananya sore ini akan di jemput oleh pihak PBB sekalian menjemput Aksan dan tim untuk berlibur 2 pekan nantinya.

“Bro” tiba-tiba suara seseorang memanggil Aksan dengan sebutan bro.

“Yup, ada apa Ronald?” tanya Aksan pada Ronald, satu-satunya sahabat Aksan yang sama-sama berasal dari indonesia.

“Baju gue kotor semua, gue pinjam seragam lo boleh gak? Kan gak lucu, Cuma gue satu-satunya yang gak pake seragam pas di jemput nanti.” Aksan dapat melihat jelas di wajah Ronald penuh dengan keceriaan karena sebentar lagi akan pulang ke Indonesia dan bertemu dengan sang kekasih bernama Lita.

Ronald telah meninggalkan Lita selama 2 bulan. Apalagi sesuai informasi yang di dapatkan, jika mereka akan di liburkan selama 2 minggu lamanya.

“Iya pakai saja, ambil aja di tas ransel.. tau kan tempatnya?”

“Iya tau, ya dah thanks ya bro !”

“Yup !”

Setelah itu Aksan berjalan meninggalkan tenda menuju ke tenda-tenda lainnya. Aksan terlibat obrolan santai dengan para prajurit lainnya dan sesekali mengajak mereka bercanda dengan menggunakan bahasa inggris.



Beberapa jam kemudian...




Beberapa prajurit berjaga-jaga diluar, dan ada yang sedang tertidur di dalam tenda. Begitu juga dengan Aksam yang malam ini tidak mendapatkan giliran jaga. Namun ia selalu akan terjaga di saat tengah malam. Dan mengajak para pasukannya yang masih berjaga-jaga bercanda bersama duduk di depan api unggun.

Aksan tiba-tiba mengingat keberadaan Ronald. Yang Aksan ketahui setelah Ronald meminta izin meminjam seragam, sampai saat ini batang hidungnya tak terlihat lagi. Aksan pun beranjak untuk mencari keberadaan Ronald.

Berjarak beberapa meter dari para penjaga, kemudian terdengar suara Helicopter Kamov Ka-52 Hokum-B dari arah yang sangat jauh.

Semua yang masih terjaga langsung tersenyum. Berfikir jika mereka saat ini telah di jemput oleh pasukan PBB.

Salah satu letnan jaga tertinggi berasal dari negara Kanada langsung berteriak. “YEAAAAHHHH... GO GO GO !” Lalu si letnan jaga mengajak para penjaga untuk berkeliling membangunkan semua orang yang sedang terlelap di dalam tenda.



Aksan yang ikut mendengar, menyempatkan melihat arloji di lengannya. “Masa sih jam segini mereka sudah tiba?”

Aksan mengernyit sesaat, kemudian menajamkan pendengarannya. Mencoba mendengar suara heli yang sudah mulai dekat dari tempat mereka. Setelah mendengar suara yang tak asing bagi Aksan. Tiba-tiba saja - “WHAT!!!” Aksan segera berlari mendekati mereka.

Saat hampir tiba, Aksan berteriak sekuat tenaga dalam bahasa inggris. “SEMUANYA TIARAAAAAAAPPPPP!!! SERANGANNNN DATANG TIBA-TIBA.”

SUINGGGGG !

DUAAAAAARRRR ! DUAAAAAAARRR !

Terlambat-

Selisih satu detik, suara roket terdengar oleh semuanya yang ditembakkan dari heli. Tenda-tenda terlihat hancur, beberapa orang-pun terlihat tewas dengan tubuh pecah berkeping-keping terkena Bom.

Semua prajurit tak mampu lagi melakukan perlawanan, apalagi gudang tempat persenjataan mereka terkena bom dan hancur. Yang mereka hanya bisa lakukan adalah, tiarap dan bertahan dari serangan para Heli yang berada tepat di atas mereka.

Satu ledakan sangat dekat dengan Aksan. DUAAAARRRR ! Aksan segera melompat dan tiarap di bebatuan.

RATATATATATATATATATATATATATATA!!! Serangan tiba-tiba kembali terjadi. Bertubi-tubi peluru bersarang ke tempat mereka. Banyak korban jatuh berguguran. Sedangkan Aksan, kembali tiarap dan bergerak ke sana kemari untuk menghindar dari serangan peluru yang sangat banyak.

RATATATTATATATATATATA!!! Kembali, mereka di berondol peluru-peluru dengan percikan cahaya yang sangat mengerikan.



BAMM! BAMM! BAMM! BAMM!



Bersih dan hanya menyisahkan abu dan asap. Namun dari gumpalan asap Aksan melihat samar-samar seseorang berjalan kelimpungan. Aksan berusaha untuk berdiri. Pakaiannya telah hancur berantakan. Wajahnya penuh lebam, darah bercucuran. Dan dengan bersusah payah terlihat bergerak untuk melakukan sesuatu.

Benar-benar serangan datang tanpa memberikan kesempatan buat pasukan Aksan untuk menyerang balik. Hanya beberapa menit saja, 4 Heli dengan persenjataan lengkap mampu membumi hanguskan tempat persembunyian Aksan dan pasukannya.

Salah satu Heli, baru saja menurunkan tangga. Lalu, tampak beberapa orang turun kebawah.

“BANGSAAAAAAAATTTTTTT !” Aksan teriak lalu berusaha berlari. Tangan kanan sudah memegang senjata.

Namun tubuhnya tertahan. Rupanya Ronald yang menahan tubuh Aksan. “Mending kita kabur, kita gak akan mampu untuk melakukan perlawanan balik ke mereka Aksan.”

“BANGSAAAT ! kamu pengecut, kita harus membalas mereka.”

“AKSAN ! DENGAR, mereka tidak sedikit... gue dan lo, gak mungkin menang lawan mereka. Ayo kita kabur sekarang, sebelum terlambat.”

“BANGSAAAAAT !”

“AKSAN ! gue masih punya janji ke Lita untuk kembali dengan selamat, jadi mohon... dengarkan apa yang gue bilang. Mending kita kabur dari sini.”



DOORR !!!

Timah panas meluncur cepat mengenai sasaran dengan tepat. Membuat satu lubang tepat di tengah-tengah jidat Ronald.



“RONAAAAAAALLLLLDDDDDDDD !”



CIIIIIIIIKKKKKK! Mobil yang di kendarai Aksan berhenti secara tiba-tiba. Tubuh Dinda terdorong ke depan, kepala membentur headrest jok kemudi.

“AUUUWWWW ! Goooblok, kalo nyetir itu hati-hati.” Teriak Dinda merasa sakit di kepalanya.

Rupanya Aksan baru saja melamun, dan mengingat kejadian ketika sahabatnya Ronald tewas.

“Hei lo mabuk yah? Baru juga jalan, udah mau bunuh gue”



Klik !

“Eh !” Dinda terdiam dengan tubuh merinding. Jidatnya bercucuran keringat ketika ujung pistol glock dengan silencer sangat dengat dengan wajahnya.

“Tutup mulutmu sebelum peluru ini menembusnya !”
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd