Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA AW - Black Kapatuli

Status
Please reply by conversation.
CHAPTER 11



Sepagi ini Linda telah bangun. Niatnya ingin menghirup udara pagi, maka dia bergegas ke jendela kamar. Yang kebetulan kamarnya terletak di lantai dua. Linda ini cantik. Bahkan ketika dia baru bangun tidur, orang sebodoh apapun jika melihatnya akan mengatakan ‘Dia cantik – sangat cantik malahan’. Wajah Linda bahkan sangat berbeda ketika dia baru bangun tidur, berbanding terbalik ketika setelah mandi. Wajah Linda yang cantiknya luar biasa akan berubah menjadi wajah seorang gadis yang jutek. Itu karena polesan make up pada wajahnya, dan memang Linda sengaja melakukan semua itu. Di tunjang dengan tubuh yang proporsional, kulit putih bersih, buah dada yang tertutup baju tidur itu tidaklah besar dan tidak pula terlalu kecil. Bentuknya sangat proporsional. Mungkin itulah yang membuat Andrew tergila-gila padanya.

Meski Linda memakai pakaian tertutup, orang-orang tetap akan mengatakan dia ‘Wanita Sexy’. Begitulah pesona seorang Linda, yang berbanding terbalik dengan Dinda sang adik.

Dinda jarang memakai make up. Paras wajahnya hampir mirip, Cuma yang beda adalah di penampilan. Dinda agak tomboy, sedangkan Linda adalah wanita yang menghampiri kesempurnaan.



Jendela terbuka, Linda terkejut saat melihat siluet seseorang di bawah sana.

Siapa dia?

Kenapa dia tidak mengetahui aturan tak tertulis selama ini? Aturan yang dibuat oleh Linda, khusus di bagian sebelah kanan gedung, Linda memberlakukan aturan untuk para pengawal agar berhenti berjaga di saat pukul 5 pagi. Karena Linda tak ingin pemandangan yang akan ia nikmati di pagi hari terganggu.

Linda selalu mempunyai kebiasaan melihat tanaman-tanaman di bawah sana melalui kamarnya.

Perlahan-lahan sosok orang itu mulai menunjukkan diri. Seseorang yang rupanya sedang berolah raga memakai jaket hoodie. “Siapa dia?” gumam Linda.

“HEI – ini bahkan sudah jam 6 kenapa masih berkeliaran di daerah ini ?” teriak Linda pada orang itu.

Linda mendengus ketika teriakan darinya tak mendapat respon. Linda berkacak pinggang membusungkan dada, dan bersiap-siap untuk mengeluarkan kalimat ancaman. Ketika udara mulai terhirup dan akan di hembuskan melalui mulut bersamaan kalimat kasar darinya, tiba-tiba terhenti ketika bersamaan Linda mulai melihat jelas wajah pria itu.

“Lo ?”

“Hei kenapa berolah raga di daerah sini, kenapa tidak di depan saja ?”

Masih tak dapat respon.

“Hei lo budek ya ?”

Dialah Aksan. Seorang pria yang baru beberapa hari bekerja di rumahnya. Baru menjadi pengawal sudah melanggar banyak aturan. Itulah yang di pikirkan Linda sekarang ini. Linda mengetahui kemampuan Aksan memang tak boleh di anggap remeh. Namun jika tetap di biarkan seperti ini, maka lambat laun Aksan akan melonjak. Dia tidak akan mematuhi peraturan apapun di rumah ini.

Di bawah sana, Aksan mulai melakukan beberapa gerakan olah raga yang tak biasa Linda lihat. Aksan berlari kecil, lalu berlompat, salto seperti gaya para akrobat yang sedang beraksi. Lalu Aksan melompati sebuah batang pohon, selanjutnya kedua tangannya bergelantung di sebuah tiang besi. Aksan melakukan dengan sangat cepat, melompat dari satu tempat ke tempat lainnya. Gerakan Aksan seperti tupai yang sedang memanjat ketinggian.

Hingga kedua kepalan tangan Aksan mendarat di pembatas besi teras kamar Linda. Tubuh Aksan bergelantung dibawah, dia melakukan gerak Pull Up. Tubuhnya naik turun dengan kedua lengan yang berpegangan kuat menumpu beban tubuhnya di bawah. Kepalanya terlihat naik turun. Ketika naik, matanya sengaja memandang ke arah Linda.

Linda tergesa-gesa menutup jendela kamarnya.

Setelahnya, Linda memilih untuk segera mandi saja. Kepalanya pusing karena emosinya meningkat. Yang ada dalam otaknya, adalah bagaimana cara dia untuk menyingkirkan Aksan. Karena papanya sekarang sudah terpengaruh oleh tipu daya pria itu. Linda tak mungkin tinggal diam, apalagi dia pun mendapat dorongan dari Andrew. Tunangan Linda yang di depan mata kepalanya sendiri di pukul oleh pria itu.

Beberapa saat setelah mandi. Masih memakai handuk melilit tubuh, Linda segera mengambil ponsel dan menelfon seseorang.

“Halo Barak ! saya butuh bantuan anda “



-000-



“Selamat pagi..” Aksan baru saja masuk ke dalam ruangan Pak Raharjo. Sepagi ini Pak Raharjo sengaja menyuruh Aksan ke kantor sebelum mengantar Dinda putrinya ke kampus. Sedangkan Dinda yang masih mengantuk-ngantuk tidak jelas segera melangkah gontai ikutan masuk ke dalam.

“Ada apa sih pa.. pagi-pagi gini udah nyuruh Dinda bangun.” Dinda menghempas tubuhnya ke sofa empuk. Dia menyandar badannya ke sofa. Matanya mencoba untuk tertutup, namun terbuka lagi setelah tak mendapat jawaban atas pertanyaan pada Pak Raharjo.

Merdin rupanya sudah ada di dalam ruangan Pak Raharjo. Dia berdiri tak jauh dari mereka.

“Merdin –“ Pak Raharjo memanggil Merdin.

“Iya tuan”

“Rencana kita sepertinya harus di percepat.”

“Baik tuan.” Merdin mengangguk sopan di awal pada Pak Raharjo, kemudian melihat ke Aksan yang masih berdiri diam di hadapan mereka. “Jadi begini Aksan, tuan ingin kamu ikut bekerja di perusahaan ini.”

“Whoaaaaaaa ! jadi dia udah gak jadi pengawal Dinda lagi kan ? Asyik.. asyik, Dinda akhirnya bebas !”

“Dinda... kalo orang tua sedang berbicara, kamu jangan suka menyela di tengah-tengah pembicaraan.” Pak Raharjo menegur Dinda.

“Hihihi ! oppsss maaf pa” Dinda hanya nyengir setelah mendapat teguran.

“Tapi saya harus melihat kemampuan kamu selain bela diri, apa kamu bisa menjelaskannya ?”

“Sepertinya saya tidak bisa menjelaskan, karena saya tidak berminat bekerja di perusahaan anda.” Jawab Aksan.

“Aksan ?”

“Biarkan dia Merdin, sepertinya saya harus mengatakan sesuatu kepada kamu Aksan. Jika musuh kita mulai mendekat.”

“Apa anda sudah mengetahui siapa dia ?”

Pak Raharjo menggelengkan kepala. “Lebih jelasnya saya belum mengetahuinya, Cuma feeling saya semakin kuat. Jika kamu dapat masuk dan ikut bekerja di sini, maka saya yakin kamu akan membantu saya menemukannya. Bukankah jika kamu ingin mencari jarum dalam jerami, maka kamu harus masuk ke dalam tumpukan jerami kan?”

“Hmm !”

“Mungkin saja orang yang kamu cari berada di dekat kita. Bukan di luar sana, tapi di organisasi ini.”

Pak Raharjo mengernyit. Karena Aksan sudah tak lagi memperhatikan dia.

Aksan tiba-tiba diam. Yang membuat diamnya Aksan karena ada sesuatu yang mengalihkan perhatiannya. Tatapan Aksan tajam pada objek itu. Ini tidak salah lagi, sebuah benda yang tidak asing bagi Aksan. Memang tak banyak yang akan menyadari akan hal itu, namun bagi Aksan yang sudah terlatih selama ini dapat dengan mudah mengetahuinya.

Merdin dan Pak Raharjo ikut melihat ke arah pandangan pria itu.

“Ada apa Aksan ?” tanya Pak Raharjo.

Aksan lalu menyeringai sesaat. “Rupanya seorang Raharjo masih saja tidak memperdulikan keamanan di sekitarnya.”

“Apa maksud kamu Aksan ?” Merdin ikut bertanya pada Aksan.

Dinda ikutan bangun dari tidurnya, dan melihat ke arah tersebut. “Hufhhh ! pasti ada yang aneh-aneh lagi nih doi temukan.” Gumam Dinda pelan. Tubuh Dinda mulai bergidik, karena ia ketahui jika Aksan sudah bersikap seperti ini, maka ada hal yang akan terungkap. Entah apa itu, yang jelas Dinda yang mempunyai kebiasaan kepo tingkat dewa tak ingin melewatkan penemuan Aksan kali ini.

Aksan sendiri tak merespon mereka. Dia berjalan mendekat ke sebuah patung Singa yang berukuran setengah meter. Patung itu sangat mahal dibeli oleh Pak Raharjo. Harganya lumayan karena barang langka. Dan Pak Raharjo salah satu kolektor patung langka.

Melihat Aksan baru saja mengambil sebuah benda kecil dari dalam tas, sebuah martil kecil membuat Pak Raharjo terkejut dan berniat ingin menahannya sesaat.

Tapi –

PRANK ! Aksan menghantam bagian wajah patung itu.

“AKSANNNN ?” Merdin ikut terkejut dan meneriaki nama Aksan.

“WOW ! patung seharga ratusan juta di hancurkan begitu saja, lo emang jempolan dah berohh!” Dinda menimpali. Sambil tekekeh melihat Aksan yang seakan tak memperdulikan Pak Raharjo maupun Merdin.

Pak Raharjo awalnya ingin marah. Namun amarahnya tergantikan dengan keterkejutan berikutnya ketika Aksan mengambil sesuatu yang terjatuh. Adalah sebuah benda berwarna hitam, yang sebelumnya melekat di bagian mata patung singa itu.

“Ini adalah spy cam seperti yang digunakan oleh anak buah anda waktu itu.” Aksan berjalan dan memberikan benda itu pada Pak Raharjo.

“BAJINGAAAANNN ! Merdin, jelaskan sekarang kenapa bisa benda haram ini berada di ruangan saya ? Bukankah ruangan saya adalah ruangan paling steril...” Pak Raharjo murka, dan menatap tajam kepada Merdin.

“Saya minta maaf tuan, saya mengaku bersalah karena telah lalai-“ Merdin membungkuk hormat. Penyelasan mendalam yang ia rasakan, kenapa benda haram itu berada di ruangan Pak Raharjo. Namun Aksan langsung menyela dengan mencibir.

“Cih !”

Tentu saja Merdin tak menyangka dan terkejut. Padahal dia bersama timnya berulang kali melakukan pemeriksaan di beberapa tempat di kantor ini. Salah satunya yang paling sering mereka periksa adalah ruangan Pak Raharjo. Namun kenapa mata mereka masih melewatkan benda kecil itu ?

“Sepertinya anda punya banyak musuh !” Aksan bergumam pelan di sertai tawa meremehkan pada Pak Raharjo. “Bahkan dia, mungkin saja bagian dari mereka.” Lanjut Aksan sambil menunjuk pada Merdin.

“Aksan apa-apaan kamu, kamu mengenal saya sudah lama. Saya tidak akan melakukan pekerjaan sehina itu.”

“Ohh begitu, mungkin ada orang lain. Maybe !” kata Aksan sambil menggidikkan dua bahunya.

Aksan iseng berjalan ke arah kitchen set kecil di ruangan ini. Aksan lalu menyeringai kembali ketika menemukan benda yang sama pada sebuah gagang pisau yang tergelantung. “Sepertinya pisau ini jarang anda gunakan.” Aksan lalu memecahkan gagang pisau di lantai. Sebuah benda kecil langsung terjatuh.

Pak Rahajo dan Merdin, maupun Dinda terkejut lagi.

“Benda yang sama, dan sepertinya rahasia kalian sudah di ketahui oleh mereka.” Aksan berbicara sebentar, lalu melemparkan benda itu ke Merdin. “Mungkin masih banyak benda seperti itu di ruangan ini, dan saya tidak berminat untuk mencarinya lagi.” Kata Aksan selanjutnya, lalu berjalan mendekat kembali ke mereka.

Bukan main penglihatan Aksan bisa setajam ini. Benda-benda kecil yang di haramkan Pak Raharjo, dengan mudah dia lihat. Kenapa orang-orang Merdin yang telah terlatih tidak menemukannya.

“Benar kan yang saya katakan Aksan, mereka mungkin berada di tengah-tengah kita. Jika kamu ingin cepat menemukan mereka, maka –“

Perkataan Pak Raharjo di sela langsung oleh Aksan. “Sepertinya tawaran anda, saya akan pertimbangkan lagi. Jika sudah tidak ada hal lain, saya mau pergi dulu.”

“Baiklah.. Dinda, kamu ikut bersama dia.”

“Ta-tapi pa ?”

“Saya merasa senang jika dia berhenti untuk di temani.”

“Fiuhhh ! tapi, Dinda kok jadi takut ya sekarang.”

“Makanya, dengan adanya Aksan mendampingi kamu. Papa yakin kamu akan aman.”

“Masih ingin ngobrol ? Jika masih, saya akan menunggu di luar saja.” Kata Aksan, Dinda pun mendengus dan melihat ke Pak Raharjo.

“Dinda mau di temani dia kemanapun pa... gak apa-apa kan?” Dinda akhirnya berubah pikiran. Merasa dirinya tidak akan aman, maka hal yang paling tepat adalah berada di dekat Aksan.

“Good sayang ! ya sudah, silahkan jika kalian ingin kembali ke kampus. Aksan, saya tunggu jawaban kamu secepatnya.”

Aksan hanya mengangguk. Setelahnya dia berjalan keluar di ikuti oleh Dinda.



“Kamu tahu apa yang harus kamu kerjakan, Merdin ?”

“Tahu tuan..”

“Oke silahkan kerjakan.”

“Baik tuan.”



-000-



Siang ini, mobil yang di kendarai oleh Aksan membawa Dinda menuju ke sebuah pusat perbelanjaan. Aksan sejak tadi hanya diam saja, begitu pula Dinda. Dinda semakin di rundung kecemasan.

“Sebetulnya kamu mau kemana ?” kini Aksan yang melempar pertanyaan ketika Dinda sejak tadi diam saja.

“Eh ! iya, lupa... hehehe, mau kemana ya enaknya ?” Dinda bertanya sendiri.

“...”

“Aksan.. sampai kapan lo temani gue ?”

“Kenapa ? Mau saya tinggalkan di sini ?”

“Eh gak.. gak. Maksudnya jangan,”

“Lalu ?”

“Maksud gue, lo gak akan ninggalin gue kan ?”

“Tergantung.” Aksan menjawab sangat singkat.

“Fiuhhhh, kok gue semakin hari semakin ingin pergi jauh dari negara ini. Sudah tidak aman nih.”

“Emangnya jika kamu sudah berada di negara lain, kamu tetap akan aman ? Cihh !”

“Grrrrr ! lo to ye ?” Dinda tiba-tiba kesal akan sikap Aksan. Pria ini benar-benar cuek, dan lumayan pendiam. Cuma setiap kali dia mengeluarkan kalimat, selalu saja membuat orang lain akan tersinggung. Untung saja Dinda sudah mulai belajar tentangnya. Jika tidak, mungkin Dinda akan memberinya kata-kata kasar lagi.



Selanjutnya. Pandangan Aksan tajam ke depan. Dia melihat sebuah kejadian, beberapa pejalan kaki yang ingin menyeberang melewati zebra cross mulai berlari berhamburan. “Awas kepala !” Aksan bergumam sesaat.

Lalu Aksan pun tiba-tiba menginjak rem.

“Argggghhhhhhhhh !” untung Dinda sudah siap akan hal ini. Dia memegang kepala namun tetap kepalanya membentur headrest Aksan.

“Lain kali safety bell di pakai.”

“Grrrrr ! ada apa sih ? kenapa lo rem ngedadak.”

“Ada pembunuhan di sana, mending kita memutar arah saja.”

“Fiuhhhh iya... lebih baik menghindar.”

Aksan segera memutar balik arah kendaraannya.

Setelah berjalan beberapa menit. Perut Dinda tak bisa di ajak kompromi lagi. Ia mulai lapar, dan menyuruh Aksan untuk menghentikan mobil di depan sebuah cafe yang lumayan besar.

Aksan dan Dinda makan dengan menu makan siang enak. Dinda yang pada dasarnya hobi makan, pun tak ingin memikirkan hal lain. Apalagi memikirkan hal yang membuatnya muak. Makanan yang di hidangkan untuk mereka berdua lumayan enak. Aksan pun tak sadar mulai mencuri pandang pada Dinda.

“Eh ke-kenapa lo liatin gue kayak gitu ?” Dinda tersadar. Potongan daging yang baru saja ingin ia makan terhenti sesaat. Sebagian masih berada di luar mulutnya, dan memandang pada Aksan.

Aksan lalu mengalihkan pandangannya. Ia tak ingin memandang seperti tadi pada Dinda. Ini cukup memalukan bagi seorang Aksan.

Dinda yang tak menyadarinya. Hanya memanyunkan mulut yang masih ada dagingnya, lalu kembali fokus menyantap sisa makan siangnya.

Selesai makan. Mereka berdua berjalan keluar cafe.

Aksan yang berjalan di belakang Dinda, melihat seorang pria memakai topi baru saja masuk ke dalam cafe dan berjalan ke arah mereka. Wajah pria itu sangat tenang. Meski tatapannya ke bawah, seperti sengaja menyembunyikan wajah. Namun Aksan menyadari jika langkah pria itu sangat teratur. Pria itu bukanlah pria yang biasa. Semakin dekat, Aksan dapat merasakan aura yang sangat mematikan pada diri pria itu.

Aksan segera melewati Dinda, dan memalang jalan Dinda. “Wait !” Aksan berdiri dan ingin menghalangi jalan.

“Maaf !” pria itu pun berjalan menghindari Aksan dan Dinda.

Aksan meliriknya. Wajahnya masih muda, bahkan jika Aksan tebak umur pemuda itu 4 – 6 tahun dibawahnya.

Aksan pun memegang lengan Dinda, lalu mengajaknya keluar. Aksan sempat menolehkan kepala melihat ke pria itu. Rupanya pria itu tetap tenang dan sama sekali tidak menoleh kepada mereka. Tapi entah mengapa, feeling Aksan jika pria itu baru saja melakukan sesuatu. Atau bahkan akan melakukan sesuatu.

“Sepertinya akan ada nyawa berikutnya yang hilang.” Gumam Aksan pada dirinya sendiri.

Aksan pun tak ingin berlama-lama dan mencari masalah di tempat terbuka seperti ini, pun segera mengajak Dinda untuk pergi.



-000-



Aksan dan Dinda baru saja tiba di rumah. Aksan mengernyit ketika mendapati Pak Raharjo dan beberapa pengawal berkumpul di ruang tamu.

Di situ ada Linda.

“Nih orangnya udah pulang.” Kata Dinda. Semua orang memandang pada Aksan.

Berbeda dengan mereka. Pak Raharjo dan Merdin menggelengkan kepala, menandakan jika Aksan tetap tenang saja. Tidak ada hal yang penting yang terjadi.

“Again –“ Dinda pun menggerutu. Karena baru saja melewati hari yang panjang bersama Aksan. Kini dia di hadapkan lagi kondisi yang mencemaskan seperti ini.

“Papa dia sudah melanggar aturan.”

Aksan menunjuk dirinya sendiri. “Me ? Peraturan apa ?”

“Cihhhh ! hei anak muda... beberapa hari ini saya diam saja, Cuma sepertinya kamu makin lama makin melonjak nih. Bahkan sudah berani mengganggu kenyamanan nona Linda.” Barak yang berada di situ, melontarkan kalimat.

Aksan memilih diam saja. Mengajak pria ini untuk beragumen, sama saja membuang-buang waktu.

“Jika tidak ada hal penting lainnya, saya mau istirahat.” Kata Aksan.

“Brengsek !” Linda berdiri. “Hei.. jika papa gue gak mau ngusir lo, gue yang akan ngusir lo sekarang juga.”

“Linda.. sudah nak,” Pak Raharjo menahan Linda. “Seharusnya kalian berterima kasih, dengan adanya Aksan sangat banyak membantu keamanan kita. Bahkan kejadian pagi tadi, di kantor papa Aksan menemukan hal yang teman-teman pengawal tidak menemukannya.”

Dinda ikut mengangguk membenarkannya.

“Halah ! kebetulan aja pa... lagian apakah papa sudah meragukan para pengawal yang sudah bertahun-tahun bekerja pada keluarga kita ! huh ?”

“Tidak sayang..”

“Terus apa dong ?”

“Pengawal yang lemah !” Aksan tiba-tiba bergumam Cuma cukup terdengar oleh mereka yang berada di ruang tamu.

“Tuh kan paaa...”

Semua pengawal terpancing emosinya. Bahkan Barak pun ikut emosi, dan ingin rasanya menonjok rahang Aksan sekarang ini.

“Jaga bicara anda jika sudah tak sayang lagi pada diri sendiri.”

“Cihhh ! saya berkata apa adanya. Dan memang seperti itu, kalian semua lemah.” Aksan lagi-lagi mengolok-ngolok para pengawal.

“Bangsaat !”

“Bajingaaan !”

“Paaa dia sudah semakin kurang ajar, jika tidak di tendang dari rumah maka semakin lama papa sendiri tidak akan di hargai ma dia.” Linda pun menimpali dan ikutan emosi.

“Apa yang harus saya lakukan sekarang ? Di satu sisi, kalian ada pengawal terbaik saya. Di satu sisi juga, Aksan telah membantu saya beberapa hari ini.”

“Tanpa dia, saya sendiri bisa melakukannya tuan. Saya jamin saya bisa lebih baik dari dia.” Barak berkata demikian, karena dia sudah tidak dapat menahan emosinya.

“Kamu ? hmm ! jangankan kamu sendiri, kalian semua saja masih belum bisa menjaga keamanan keluarga ini. Saya saja bisa masuk dengan mudah tuh hari, apa masih ingin mengatakan keamanan kalian adalah yang terbaik ? Cihh !”

“Karena beberapa pengawal sedang di liburkan.”

“Ohhh i know ! karena babak belur saya hajar malam itu kan ? haha makanya mereka di liburkan.”

“Bajingaaaann !” Barak ingin melangkah maju. Ingin menghajar Aksan, namun di tahan Pak Raharjo.

“Barak ! jaga emosi kamu.”

“Tapi tuan.”

“Aksan kamu juga, jangan memancing mereka.”

“Loh saya tidak sedang memancing bos. Saya hanya berkata yang sebenarnya terjadi, bukan begitu bapak Barak yang terhormat ?”

“TUANNN ! ini sudah sangat keterlaluan... izinkan saya berduel dengan dia.”

“Duel ? haha, kasihan jika kamu sendirian.. mending kamu berikan latihan khusus kepada tim anda. Biar mereka bisa memerkuat sisi keamanan rumah ini. Saya tidak yakin, jika di rumah ini tidak ada benda kecil yang saya temukan di ruangan anda bos !” kata Aksan. Pak Raharjo tiba-tiba mengingat kejadian tersebut, lalu mengangguk tenang.

“Saya mau bertaruh deh, saya yakin kamu tidak akan bisa mengalahkan para Wolf guardian pak Barak...” kata Linda.

“Wolf Guardian ?” gumam Aksan.

5 orang langsung melangkah maju. Perawakan ke lima pengawal itu memang mengerikan, jika orang biasa menilainya. Tapi tidak berlaku bagi Aksan. Sepertinya Barak sengaja menurunkan tim intinya. Adalah 5 orang itu yang terkuat dari yang paling kuat di timnya.

“Hoho ! mereka ?” tanya Aksan dengan seringaian tipis. “Kenapa kalian tidak menjaga keamanan rumah ini saja, kan lebih baik begitu dari pada menantang saya.”

“Loh emang mereka malam ini punya jadwal jaga.” Kata Linda selanjutnya.

“Ok !” menarik. Aksan hanya berkata dalam hati, satu kata ‘Menarik’ tersebut.

“Bagaimana... kamu gak berani kan menantang mereka.” Tanya Linda mulai meremehkan Aksan.

“Hufhhh saya mending tidur saja, dari pada mengajak mereka berantem malam-malam.” Aksan pun melangkah dan tak memperdulikan tatapan para pengawal kepadanya. Ketika Barak ingin menahan kepergian Aksan, Pak Raharjo menahannya.

“Biarkan saja dia istirahat. Kalian mending bekerja kembali ke posisi masing-masing.”

Satu persatu mulai bubar. Pak Raharjo menyuruh Dinda dan Linda untuk kembali ke kamar masing-masing.



Beberapa jam kemudian. Malam ini adalah jadwal jaga tim Wolf Guardian milik Barak. Tim yang selalu di banggakan olehnya.

Barak sendiri bersantai ria di depan rumah sambil menyeruput kopi.

Hingga –



Ceklek ! listrik tiba-tiba padam. Kondisi rumah menjadi gelap gulita.

Linda yang belum tertidur pun ikutan terkejut. Ada apa ini ? kenapa para pengawal tak ada yang menyalakan genset seperti biasanya ?

Begitupun Dinda, yang ikutan keluar dari kamar ingin mencari tahu penyebab listrik padam.

Pak Raharjo sendiri, duduk tenang di ruangan kerjanya. Senyum di wajahnya seakan mengisyaratkan akan sesuatu.



Di luar rumah, Barak segera berlari ke dalam ruangan pusat CCTV rumah ini. Di dalam ruangan hanya satu orang saja yang berjaga.

“Periksa secepatnya.. apakah ada orang yang sengaja mematikan aliran listrik.” Kata Barak.

Jumlah CCTV di rumah ini ada 25. Satu persatu mulai di lihat oleh mereka berdua.

CCTV pertama tiba-tiba berubah gambar menjadi gelap. Begitupun CCTV kedua dan seterusnya.

“Ada apa ini ?” Barak mulai mempersiapkan segalanya. Dia mengambil senjata dari dalam laci. Begitupun pengawal yang sejak tadi berada di ruangan ini.

“Bos ada yang tidak beres.”

“Sepertinya begitu... ayo, kita cari tahu siapa yang berani masuk ke dalam rumah ini, saat Wolf Guardian sedang berjaga.”

“Baik tuan.”

Linda dan Dinda keluar dari kamar dan menemukan ruangan yang gelap gulita. Mereka berdua menyalakan lampu ponsel dan menyorot kebeberapa bagian.

“Dinda.. mending kamu jangan jauh-jauh dari kakak.”

“I-iya kak... duuhhh, Aksan kemana sih ?” di saat seperti ini, Dinda mengingat Aksan.



Lalu saat mereka turun tangga. Terdengar suara langkah kaki di bawah sana.



BUGH !

“Ada yang di pukul kak,” bisik Dinda.

BUGH ! lagi, suara seperti orang yang baru saja di hantam oleh sesuatu.



BUGH ! BAMMM !

“BANGSAAAAT, siapa anda... ayo keluar dan lawan saya.”



BLAMMMM! “ARGHHHHHHH!,”

BRAKKKKKK!
 
Terimakasih atas update ceritanya suhu @black Kapatuli ..
Wah Aksan kembali beraksi..
Menghajar Barak dkk yg sombong tp lemah sangat, hahaha..
Musuh dalam selimut Raharjo ini sapa yak? Klo kayak Barak itu justru malah bukan, bisa jadi Malah bener Merdin, hehe..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd