Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA AW - Black Kapatuli

Status
Please reply by conversation.
Stealth Black Lexan Brass Knuckles
efektif menambah daya hantam AW kala battle dengan Morgan yg berpostur besar

yRgjk9q.jpg
 
CHAPTER 15



Percuma saja Dinda teriak pada Morgan untuk tidak menyentuh Lita sahabatnya. Teriakannya seakan tak ada pengaruhnya bagi Morgan. Pria berwajah buruk itu hanya menoleh sekilas, seringaian mengerikan di wajahnya membuat Dinda terdiam. “Jangan berisik manis, nanti juga lo bakal dapat giliran. Hahahaha !” Morgan berkata sebentar pada Dinda, lalu balik ke Lita. Tangannya mulai meremas payudara bagian kanan Lita.

“Lepasin dia... siapa yang nyuruh lo buat nyelakain kami ?” Dinda bertanya pada Morgan. Mungkin jika Dinda tak punya pengalaman di culik seperti ini, dia akan sama dengan Lita. Hanya diam memejamkan mata sambil menanti detik demi detik akhir dari kehidupannya.

Meskipun keadaan yang sekarang, bahkan Dinda tak pernah memikirkannya. Di telanjangi dalam kondisi terikat, adalah hal yang sangat memalukan. Tapi dia tak dapat berbuat apapun selain mengulur waktu.

Berharap ada seseorang yang datang untuk membantu.

“Oh ya, mau tau ?”

“Iya.” Dinda dalam kekhawatiran dan kondisi yang begitu mengenaskan masih mencoba untuk negosiasi. Karena dia tak punya cara lain, dan berharap penawaran darinya nanti dapat merubah posisi maupun keputusan si Morgan dan berbalik berpihak pada mereka berdua. Meski hasilnya sulit.

“Gue... hahaha, gue sendiri yang inginkan kalian berdua. Kenapa ? Huh !” Mata Morgan menyipit. Menunggu jawaban dari Dinda berikutnya.

“Be-berapa banyak uang yang lo inginkan, gue bisa kabulkan.”

“Oh.. hahaha, tapi sayangnya.. gue gak butuh duit.”

Pupus sudah semuanya. Dinda tak dapat berkata lagi. Apapun yang akan ia lakukan, tampak akan sia-sia saja. Dia memilih diam saja.

Udara dalam ruangan semakin panas. Tubuh Lita maupun Dinda banjir akan keringat.

Morgan kembali beraksi. Ia memelintir puting milik Lita berganti dari kanan ke kiri. Di remas, dan di pelintir-pelintir kembali. Jangan samakan kejadian ini dengan di film-film porn. Jika ada adegan pemaksaan, sepertinya lama kelamaan si wanita akan merasa nikmat jika payudaranya di mainkan seperti ini. Tubuh mereka akan bergerak sana sini menikmati sentuhan dari si lawan jenis. Yang di rasakan Lita adalah hanya kesakitan saja. Apalagi dia tak ikhlas tubuhnya di sentuh oleh pria bejat. Menyisahkan rasa kesedihan dalam dirinya. Bahkan bisa saja akan mengakibatkan trauma yang mendalam bagi si wanita.

Puas dengan payudara Lita yang ukurannya sedikit lebih besar dari Dinda, maka Morgan berpindah pada Dinda.

“Ja-jang, BANGSAAAAATTTT !” Dinda ingin menahan dengan kata jangan, belum selesai ia ucapkan, payudaranya mulai di genggam oleh Morgan. Dinda merasa dirinya semakin terhina.

Rupanya payudara Dinda lebih di sukai Morgan. Ukurannya stabil, pas di genggaman namun bentuknya bulat dan ranum. Di hiasi oleh puting berwarna kemerahaan, menggugah selera Morgan untuk segera menjilatnya.

Morgan bermain lidah di depan Dinda.

Bahkan Morgan sengaja mengeluarkan liurnya. Sungguh menjijikkan. Namun Dinda hanya berkata dalam hati, dan bersiap-siap untuk menerima siksaan selanjutnya.

Diam-diam Lita menangis lagi. Lita mengingat segala kejadian yang telah terjadi dalam hidupnya. Dia yakin jika ini hari dia akan meninggalkan dunia yang fana ini, dan bertemu dengan Ronald di surga. Dia tak sanggup untuk hidup lagi. Dia tak sanggup menghadapi kenyataan dirinya sudah ternodai oleh pria bejat dan kejam itu.

“Silahkan lakukan dan puaskan diri lo bangsat ! Cuma jangan pernah lepasin gue, karena gue bakal ngebalas dengan cara yang gak pernah lo pikirin sama sekali.”

“Hahahahaha ! semakin kejam semakin cantik juga lo manis. Hahahahaha !”

“Cuihhhhhh!” Tiba-tiba wajah Morgan memerah. Dinda baru saja meludahinya.

Ternyata Morgan tak menamparnya. Semakin tegas dan kasar si wanita, semakin menyenangkan bagi Morgan. Tak ingin menunggu lama, Morgan mulai mendekatkan mulutnya pada payudara Dinda. Dinda paham apa yang akan dilakukannya, maka dia menarik nafas panjang dengan mata terpejam. Sudah saatnya !

Sebentar lagi tubuhnya akan di nodai oleh pria itu.



Namun kejadian selanjutnya membuat semuanya terkejut.

BRAAAAAKK ! Pintu aula baru saja terbuka paksa karena di tendang oleh seorang pemuda dari luar. Belum tersadar, tiba-tiba sebuah batang kayu melayang ke arah Morgan.

Suingg ! Pletak !

“ANJEENGGGG ! SIAPA YANG BERANI LEMPAR KEPALA GUE !”

Morgan menoleh ke arah pintu dan melihat seorang pemuda berjalan masuk dengan menggenggam senjata.

“SETANNN ! SIAPA LO BABIK ? MENGGANGGU KERJAAN GUE AJA ?”

“A-aksan ?” Dinda membuka mata, melihat Aksan berdiri di situ.

Mendengar nama itu, Lita yang sedari tadi memejamkan mata langsung melihat ke arah yang sama. Matanya membelalak kaget, bukan karena Morgan yang telah marah terkena tumpukan kayu di kepala. Melainkan Aksan.

Sekujur tubuh Lita kaku. Bahkan keterkejutannya lebih besar dari pada saat kejadian mereka berdua di sekap oleh Morgan tadi. Lita masih menatap dengan mata terbelalak pada Aksan.

Ini tidak mungkin ?

Dia benar adalah Aksan. Lita sangat kenal dengan wajah Aksan. Dan dia sungguh tak percaya bahwa pria itu masih hidup. Kemarahan timbul dalam diri Lita, bahkan dirinya jauh lebih marah dari pada tubuhnya tersentuh oleh Morgan tadi.

Dengan melihat Aksan, keputusannya untuk mati berganti. Dia butuh jawaban dari Aksan atas apa yang telah terjadi.

“Hajar dia Aksan ! dia hampir saja perkosa gue ma sahabat gue.”

Aksan hanya melirik Dinda. Dia tersenyum penuh arti, lalu sengaja tak memandang pada Lita. Aksan paham jika dirinya sejak tadi mendapat pandangan penuh tanya dari Lita. Akan tetapi sekarang ini bukanlah saatnya memikirkan perasaan gadis itu. Aksan paham, orang di hadapannya ini bukanlah orang yang dapat di pandang remeh. Aksan dapat menyadari jika lawannya tangguh atau tidak. Dan pria yang sudah melangkah maju ingin menyerangnya, adalah pria tangguh.

Aksan dengan cepat menembak ke Morgan. TFFTT ! peluru keluar dari moncok glock bersilencer ke arah Morgan. Kenyataan yang di dapatkan, Morgan sangat lincah menghindar peluru dari Aksan. Dia melompat ke samping dan menjadikan meja sebagai tameng.

Dari arah meja yang sudah dalam posisi terbalik menahan tubuh Morgan. Dua buah pisau melayang ke arah Aksan. Aksan menggunakan gerakan menunduk menghindari dua pisau itu.

Berhasil menghindar. Aksan lalu bergeser tempat, sambil melayangkan dua tembakan ke Morgan. TFFTTT! TFFTTT!



Meja yang terbuat dari kayu terdapat dua lobang terkena peluru dari Aksan. Dimana Morgan ? Kenapa tiba-tiba meja sudah tergeletak di lantai.

Aksan menyadari dengan cepat, gerakan Morgan ke arahnya dengan memegang sebuah golok.

“HIATTTTTT !” Mendengar teriakan dari samping kiri, Aksan menyeringai sesaat kemudian melakukan gerakan yang tak terduga. Ia menunduk, tebasan golok Morgan hanya melewati kepala Aksan. Selanjutnya Aksan memukul, namun Morgan sudah memiringkan tubuhnya hingga pukulan Aksan tak menyentuh tubuhnya.

Jarak mereka dekat. Aksan menyadari jika ia memaksakan diri menggunakan senjata untuk melawan Morgan, maka akan sia-sia saja. Kemampuan Morgan setara dengannya, maka dia dengan cepat menyabut belati dari sarung yang ia letakkan di pinggang.

Morgan bergerak cepat. Menebas dari sisi kiri ke kanan, Aksan menghindar ke samping. Morgan bergerak lagi, menebas dari atas ke bawah. Aksan berguling ke samping, karena golok Morgan cukup panjang. Sedangkan belati yang di genggam Aksan pendek. Jika dia memaksakan untuk menahan golok Morgan, maka dapat di pastikan Aksan akan mendapat kesulitan.

“HAHAHAHAHA ! HAHAHAHAHAHA ! ayooo tolol lawan gue... jangan Cuma menghindar doang ! hahahahaha, dasar cemen lo” Morgan mulai memprovokasi Aksan.

Dari jongkok, Aksan mulai berdiri. Dia memandang Morgan dengan seringaian di wajah.

“Hahahahaha ! gitu dong !”

“Boleh juga kemampuan anda.” Aksan baru saja berucap pada Morgan.

“Cuihhh ! ini belum sebarapa tolol. Lo gak kenal gue ya? Gue adalah Morgan, pembunuh nomor satu di negara ini.”

“Oh ya ? tapi sayang, saya tidak mengenal anda.”

Aksan mencabut belati satunya lagi. Menggantikan posisi pistol di tangan kiri, dengan belati. Jadi kini di tangan Aksan terdapat dua belati. Bersiap-siap untuk beradu kekukatan dengan Morgan.

Hitungan ke dua !

“Aksaaaann hati-hati, jangan kalah dari dia.” Dinda berbicara menyemangati Aksan.

Sedangkan Lita masih saja diam. Pandangannya pada Aksan tak dapat di ungkapkan dengan kata-kata. Berbagai pertanyaan dalam diri Lita, yang menuntut untuk mendapatkan jawaban sekarang dari Aksan. Namun Lita paham, jika dia memaksa bertanya dalam keadaan seperti ini, mungkin saja dia tak akan dapat jawaban selamanya dari Aksan.

Balik ke Aksan dan Morgan. Mereka mulai saling menyerang.

Satu serangan menyilang dengan dua belati dari Aksan dapat di hindari Morgan. Ia melompat ke samping meja yang terbuat dari kayu. “Eit gak kena! Hahahahaha!”

Merasa jika Morgan cukup cepat, maka Aksan mulai meningkatkan kemampuannya. Rupanya Morgan memang kuat.

Aksan mencoba menerjang Morgan dengan kekuatan dan tehnik yang lebih tinggi. Morgan ikut menerjang. Hingga saat Aksan ingin menyabetkan belati pada perut Morgan, dengan gerakan cepat pun menyabetkan goloknya pada Aksan.

Tak punya pilihan. Aksan membatalkan niat untuk memberikan goresan di tubuh Morgan. Maka dia mengangkat kedua tangan ke atas dalam posisi kedua belatinya menyilang. Dia terpaksa menahan serangan golok Morgan dari atas.

“Aksaaan awas !” Aksan sempat mendengar teriakan Dinda.

Aksan tak menoleh. Dia masih fokus pada Morgan. Golok dan dua belati beradu. Hingga mereka saling bertahan. Posisi Aksan mulai terdorong paksa ke bawah karena tekanan Morgan dari atas.

Melihat bagian badan Morgan tak ada penghalang. Aksan mengendorkan kekuatan menahan golok Morgan. Dia pun melepas dengan gerak cepat, sambil membuat satu gerakan dua kaki menendang ke bagian dada Morgan. BUGHH ! Tubuh Morgan terkena tendangan dari Aksan hingga terdorong. Tubuh Aksan terjatuh ke lantai, namun bagi Aksan tak ada rasa sakit sedikitpun.

“Hahahahahaha ! hebat... hebat !” Morgan yang baru saja terkena tendangan, berdiri sambil tertawa memandang ke Aksan.

“Jangan berisik.” Kata Aksan membalas ke Morgan.

Wush! Wush! PRANK! Untung Aksan langsung menunduk, sebuah pisau yang di lempar Morgan ia elakkan. Hampir saja melukai wajahnya. Kenapa Morgan bisa secepat itu mengambil pisau ? dan dari mana datangnya pisau itu. Jawabannya langsung tertebak oleh Aksan ketika melihat tas koper letaknya berdekatan dengan Morgan. Aksan bergeser ke samping. Kemudian, ia kembali maju mendekati Morgan.

Jika melihat kondisi saat ini. Morgan yang masih cukup kuat, mungkin Aksan harus lebih dulu menyerang dan memepetnya. Aksan harus menjatuhkan golok besar Morgan. Selanjutnya. Setelah memutuskan, maka Aksan membalas melempar dua belatinya ke arah Morgan sambil berlari. Morgan yang belum siap, dia menunduk menghindar dari satu belati. Namun belati lainnya langsung menggores lengan kanan yang memegang golok.

Bukan hanya itu saja. Tubuhnya terdorong karena terkena hantaman dua kali dari Aksan.

Aksan yang tak memegang apa-apa, dengan gerak cepat mengambil pistol glock dari pinggangnya. Ia menembakkan ke arah Morgan yang belum sempat sadar akibat terkena pukulan dari Aksan.

Morgan hanya bergeser membiarkan tangannya terkena peluru dari Aksan hingga goloknya terlepas.

Aksan berlari maju dengan posisi moncong glock ke depan. Dia menerjang Morgan, namun Aksan tak berfikir jika Morgan adalah pembunuh yang licik. Morgan malah berlari menjauhinya.

Setelah serangannya tak bermanfaat. Aksan diam memandang pada Morgan yang berlari kesana kemari seperti anak kecil.

Rupanya Morgan mengambil gergaji mesin lalu menyalakannya. Terdengar suara bising di telinga Aksan. Juga terdengar suara Dinda yang masih saja menyuruh Aksan untuk berhati-hati.

Aksan ingin menembak. Klik ! Klik ! sungguh di sayangkan, pelurunya habis.

“HAHAHAHAHA ! MAMPUS LO !” Kata Morgan pada Aksan yang mengetahui peluru Aksan telah habis.

Aksan tak kehabisan akal. Dia meraih belati yang ia lemparkan tadi lalu menggenggamnya. Dengan cepat melompat melepaskan tendangan tepat mengenai kepala Morgan yang masih sibuk dengan gergaji mesin. Dan diakhiri dengan tendangan keras berikutnya yang mengenai dada Morgan. Pria itu terpelanting ke belakang dan tersungkur. “Hahahahahaah... Hahahahahahaha, GUE SUKA... GUE SUKA LAWAN TANGGUH KAYAK LO !”

Mendapat serangan yang tiba-tiba, ia malah senang. Dia pun berdiri dan menatap tajam ke arah Aksan. Dengan gerakan cepat ia mulai menebas gergaji mesin dengan berbagai arah. Membabi buta membuat Aksan akhirnya memutuskan untuk menghindar.

Suara bising dari gergaji cukup mengganggu konsentrasi Aksan. Tapi Aksan masih bisa fokus, lalu saat sebuah sabetan mengarah ke sisi kanan dengan cara horizontal. Aksan menghindar dengan menggerakkan tubuhnya ke samping kanan, kemudian dengan cepat ia menangkap lengan dan menghadiahkan sabetan belati ke lengan yang sama. Zreghh! “Arghhhh!”

Morgan mendorong Aksan. Morgan yang memiliki tenaga besar di tunjang dengan tubuhnya yang besar juga membuat Aksan terdorong ke belakang. Aksan menyempatkan ikut menendang ke tubuh Morgan sambil terdorong dan terjatuh.

BAMM!!! Tapi bersamaan, Morgan sempat menyelipkan tendangan juga ke wajah Aksan saat ia terjatuh.

Morgan berdiri kembali. Lalu menyabetkan gergaji mesin.

“AWASSS!” Dinda sempat teriak sambil membelalakkan mata. Dia berfikir Aksan tak akan mampu menghindarinya.

Aksan dengan lincah menghindar setiap serangan gergaji mesin Morgan.

Wushhhhhh!!! Sabetan Morgan sudah ke arahnya, Aksan menjatuhkan tubuhnya ke lantai, dan kaki kanannya ia gunakan untuk menendang sekuat tenaga di betis Morgan. Tubuh Morgan terjatuh dan gergaji di tangannya terlepas. JLEB! Hampir saja menembus kepala Aksan, jika tak cepat menggerakkan kepalanya ke samping. Hingga gergaji itu menari-nari di lantai karena gergaji tersebut masih dalam kondisi on. Aksan dan Morgan segera berdiri dan menjauh dari gergaji mesin, jika tak ingin mati konyol.

Aksan masih unggul. Karena di tangannya masih memegang dua belati.

Namun Morgan berbuat sesuatu yang konyol. Semua benda-benda yang berada di dekatnya, dia raih dan melempar ke Aksan. Dua buah pot, meja, kursi, barulah dirinya ikutan berlari ke arah Aksan. “ARGHHHHHHHHHHH ! HAHAHAHAHAHAHA!” Morgan teriak sekuat-kuatnya sambil memukul membabi buta pada Aksan.

Aksan yang awalnya ingin menghindari benda-benda yang di lemparkan Morgan, terlambat menyadari jika Morgan ikut berlari ke arahnya. Memilih untuk ikutan maju dan menyerang ke Morgan. Serangan Aksan di biarkan terkena dan menyayat bagian dada dan lengan Morgan. Namun Morgan secara tiba-tiba memeluk tubuh Aksan. Memanfaatkan tenaganya yang besar, Morgan mengunci tubuh Aksan.

Aksan mencoba membenturkan kepalanya dengan kepala Morgan, namun efeknya tak terasa bagi Morgan. Ia saling memandang, lalu Morgan malah membalas pada Aksan. Kini giliran Morgan yang membenturkan kepalanya pada Aksan.

BAMMM ! Aksan langsung merasa pusing.

“ARGHHHHHHH !” Morgan lalu memaksakan mendorong Aksan ke dinding. Morgan yang masih memeluk Aksan mengangkatnya, lalu membanting ke meja yang terbuat dari kayu keras.

BRAKKKK !

Meja hancur. Aksan merasa sedikit nyeri di beberapa bagian tubuhnya.

Tak ingin mengambil jedah. Morgan yang sudah mengerahkan tenaga full, langsung menghajar Aksan habis-habisan. Mulai dari menginjak, memukul wajah, lalu ke bagian badan Aksan. Bugh ! Blam ! Bugh !

Aksan yang mendapat serangan bertubi-tubi hanya bisa menahan dengan dua tangan di depan, dan kedua kaki yang tertekuk. Namun persentasi serangan Morgan lebih banyak yang terkena pada Aksan.

“AKSAAAANNNNN JANGAAAAANNNN KALAHHHH DULU !” Dinda yang melihat kejadian barusan sungguh terkejut. Dia tak menyangka, seorang Aksan pun tak dapat menghabisi Morgan si psikopat.

Morgan hanya menoleh dan tertawa bengis. “HAHAHAHAHA ! NAFAS PACAR LO TINGGAL DIKIT, SEBENTAR LAGI GUE BAKAL NGULITI DIA.”

Setelah berbicara. Morgan melakukannya lagi. Aksan menjadi bulan-bulanan kekejaman Morgan. hantaman dan tendangan berulangkali Aksan dapatkan. Terakhir, sebuah hantaman keras di wajah Aksan, hingga membuat hidung Aksan mengeluarkan darah.

“TIDAAAAAAAAKKKKKK !” Itu teriakan dari Lita yang sejak tadi diam.

Dinda terkejut mendengarnya lalu menoleh ke samping. “Li-lita ?”

“Tidak... dia gak boleh mati.”

“Ma-maksud lo ?”

Morgan mendengarnya hanya tertawa saja.

Morgan lalu menarik rambut Aksan. Memberikan hantaman keras terakhir kalinya tepat di wajah Aksan. BLAMMMM !

Morgan lalu berjalan menjauh dari Aksan. Rupanya Morgan mengambil gergaji mesin. Berniat untuk memotong-motong tubuh Aksan.

Aksan memang belum mati. Cuma memang dia sudah hampir habis. Di hajar habis-habisan di wajah dan dada dengan kekuatan penuh dari Morgan, tentu saja tubuh Aksan tak dapat bertahan kuat. Cuma dalam kondisi yang sekarat, Aksan masih mendengar suara Lita barusan.



“Gak... kamu gak boleh mati, kak !” Lita berbicara lagi. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. “KAMU GAK BOLEH MATIIIII ! DENGAR ITU KAK AKSAAAAAAAAANNNN !” Selanjutnya, Lita teriak histeris dengan mata yang memerah.

“Kamu... kamu, hiks ! hiks ! hiks ! kamu masih punya hutang ke Lita kak, hiks !”

Rupanya perkataan Lita, di terima oleh indra pendengar Aksan. Perlahan-lahan jemari Aksan mulai bergerak.

“Kak Aksan, please ! Hiks hiks hiks... kakak harus menjelaskan semuanya ke Lita, kakak gak boleh mati.”

“KAAAAAAKKKKK AKSAAAAAAANNNNN ! KALO KAMU MATI SEKARANG, BAHKAN SAMPAI DI ALAM BAKA PUN LITA AKAN MENGEJAR KAKAK. KARENA KAKAK MASIH PUNYA HUTANG PADA LITA. DENGAR ITU KAK !”

“KAAAKK AKSAAAAAAAAAAAN !”

Rupanya efek dari suara Lita, membangkitkan semangat dalam diri Aksan.

Perlahan-lahan Aksan mulai bangkit. Kondisi wajah yang penuh dengan darah memandang bengis pada Morgan.

“HAHAHAHAHA ! RUPANYA LO MASIH HIDUP !”

Aksan tak membalas. Dia berjalan maju dengan tatapan penuh amarah.

Tak ingin berlama-lama, Morgan menebas gergaji mesin ke arah Aksan.

Semuanya dapat di hindari oleh Aksan. Hingga Aksan melompat dengan kedua kakinya melayang, memutar tubuhnya dan mengangkat kaki kanannya saat posisi tubuhnya kembali ke arah sebelumnya, dan menghantam kuat-kuat wajah Morgan laksana bola. BAMM!!!

Tubuh Morgan terjungkal ke samping. Gergaji mesin terlepas.

Tak hanya itu, Aksan mendekatinya lagi. Dan menghantam bertubi-tubi di wajah membuat remuk wajah Morgan. Selanjutnya menyepak di dada. BUGH! Tubuh Morgan terdorong ke belakang.

“Hhahaha...Hahahah!” Morgan tertawa kembali,

Morgan ingin bangkit, namun Aksan dengan cepat menyerangnya lagi.

Tubuh Morgan berjalan mundur, dengan kondisi badan yang di pukul berulang-ulang oleh Aksan. Dan begitu seterusnya, hingga tubuh belakangnya pun telah bersandar di dinding. Ketika sudah mepet di dinding. Aksan masih saja memukul bagian wajah dan dada, membuat Morgan terduduk di lantai dengan posisi tak berdaya.

Aksan melepaskannya.

Morgan mengernyit saat mendapati Aksan berjalan menjauh darinya.

“Hahahahaha Woi kemana loe... Jangan kabur. Hahaha!” teriak Morgan di sisa-sisa tenaganya.

Aksan mengambil gergaji mesin.

Morgan terbelalak. Karena Aksan sudah berjalan kembali mendekatinya. Morgan yang masih punya sisa tenaga, ingin bangkit. Namun Aksan berlari dan memberikan tendangan kuat di dadanya memaksa Morgan kembali terdorong dan terduduk di lantai.

Morgan memandang Aksan yang berdiri di hadapannya memegang gergaji mesin. Wajah Aksan sangat mengerikan, mengisyaratkan sebentar lagi dia akan melakukan sesuatu.

Betul saja. Aksan mengangkat gergaji mesin, reflek Morgan mengangkat kedua tangannya ke atas untuk menahan gergaji.

Percuma saja.

Aksan menyeringai sesaat. Lalu mulai menurunkan gergaji mesin hingga menyentuh kedua lengan Morgan.

KREK KREK KREK !

Tampak percikan darah mulai mengenai tubuh Aksan.

Dinda dan Lita yang melihat kejadian itu, menutup matanya. Kejadian yang sangat mengerikan, dimana gergaji mesin mulai memotong tubuh Morgan dari ujung kepala hingga ke bawah.

“Beres !” gumam Aksan. Dia mematikan mesin gergaji, lalu berbalik memandang kedua gadis itu. Di letakkannya gergaji itu di lantai.

Aksan mengetahui sejak tadi jika kondisi kedua gadis itu telanjang. Maka Aksan membuka jaket yang ia gunakan lalu membungkuskan ke tubuh Dinda. Selanjutnya ia membuka baju dan menutup tubuh Lita.

“Hiks ! hiks ! kak Aksan, makasih.. makasih karena mendengarkan keinginan Lita.” Aksan hanya diam sambil mengangguk. Yang jelas, dia memang telah berniat untuk menjelaskan ke Lita tentang kejadian lalu.

Begitupun dengan Dinda. Dia masih bertanya-tanya dalam hati, dari mana Lita mengenal Aksan. Namun pertanyaan itu, akan ia berikan pada Aksan dan Lita setelah hari ini.

Setelahnya. Aksan meraih ponsel lalu menghubungi Pak Raharjo.



“Beres ! silahkan kirim bantuan untuk menyelamatkan putri anda.”
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd