Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA AW - Black Kapatuli

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Tak lama setelah itu dengan gerakan cepat layaknya seorang hero (baca. Satria Batang Ireng) sambil berteriak "BERUBAHHH..."
Tiba-tiba seketika Aksan telah berubah menjadi sosok lain yg berbeda dibarengi oleh teriakan Morgan yg seolah ketakutan.

"Emak... ampun Mak...!!"



Kabur ah... :ngacir::ngacir::ngacir::ngacir:
intermezzo paling gak jelas
Hahahahaha asli ngakak suhu

hahaha...masihkurang puas huu....
Nanti bakal di puasin suhu hehe

Pasang patok dulu suhu
Silahkan suhu

Mantap ceritanya nih
Ijin nyimak suhu
Trims suhu

Menunggu updatenya hihihihi
Baik suhu

baru baca 3 chapter, udah jatuh cinta sama ni cerita.,
Trims suhu

seru hu alir ceritanya, klo bsa dibuatkan cinta segi tiga atau segi empat nya antara aksan, dinda, lita dan linda
Hehe baik suhu

Absen dulu
Silahkan suhu

Hadirohh, nunggu upadte
Baik suhu
 
bener tuh....setuju.....dibuat linda sama dinda akhirnya berebut perhatiannya si aksan
Saran di tampung dulu suhu

Bantu upp suhu semoga sehat RL nya
Trims suhu dibantu Up

Mantap banget hu di tungfu updatenya
Baik suhu

:motor4:
pratoli update hehehe
Di jaga keamanannya suhu hehe

Wah,maraton nie bacanya. Sungguh2 seru dan menarik alurnya.
Semangat ya suhu. Semoga sehat dan lancar RL nya.
Trims suhu

Ssstt..linda
Yaaaaa #Linda say

lanjut terus....
Baik suhu
 
waduh...halaman 51 nye croll nya panjang tak kira update....wkwkwkwk
 
Linda baik2 saja kan suhu?
Baik baik saja suhu

Kapan bisa ketemu linda lg hu?
Secepatnya suhu

Weeh kok linda juga??hadeeh
Kan kalau ketua suka linda. Anak buah harus ngikut jg
Rupanya penggemar Linda banyak juga ni


Semoga AW tidak melawan covid19 ya hu :Peace: :ampun:
Hehe

Sabar menanti om:pandajahat:
Baik suhu

Udah waktunya update hu @Black_kapatuli
Jgn di tahan2 ntar gk bs klimaks
Sabar suhu

Absen dulu om
Silahkan suhu

Akhirnya selesai juga baca marathon :aduh:

Keren banget niih crita..:jempol:

Dinanti kelanjutannya yaa om @Black_kapatuli 🙏
Baik suhu
Trims ya

gambar nude nya dinda mana hu..
hehe
Nubie gak punya suhu hehe

Ajibb, lanjut teyus akang suhuuu
Baik suhu

Mantul.. tp knpa tangan doank yg di potong?! Knpa GK di mutilasi sekalian ja hu?
Kan di belah dua tuh badan si Morgan suhu. dari kepala nya kok
 
CHAPTER 16



Pak Barsono baru saja mendengar kegagalan Morgan dalam melaksanakan tugas yang ia berikan. Pak Borsono duduk dengan cerutu melihat ke Andy.

“Siapa dia yang berhasil mengalahkan seorang Morgan, Andy ?” tanya Pak Barsono. Pandangannya seakan tak percaya atas kenyataan ini. Seorang Morgan dengan mudahnya di kalahkan. Apalagi Pak Barsono mengenal baik lawannya sekarang. Tak ada satu orang pun pengawal Raharjo tua yang sekuat Morgan.

“Saya masih menyelidikinya bos !”

“Saya masih belum percaya ada orang sekuat itu di pihak Raharjo sialan.”

“Saya juga sepemikiran dengan anda, boss !”

“Saya butuh 1 x 24 jam, kamu sudah harus mendapatkan informasi tentang orang itu... jika perlu, ajak dia bergabung dengan kita.” Pak Borsono tersenyum licik. Dia unggul dari segi keuangan. Bahkan dia jarang berfikir dua kali untuk mengeluarkan uang banyak demi pertahanan bisnis dan juga dirinya.

Di dunia ini. Tentunya masih banyak orang yang lebih kuat dari Morgan, bahkan lebih kuat dari Andy si tangan kanannya. Namun di negara ini. Negara merah putih, hanya dapat di hitung memakai jari saja yang dapat mengalahkan uang yang di miliki Pak Barsono hingga dapat berhasil memberikan bayaran tinggi terhadap orang-orang sekuat mereka. Hanya dua atau tiga orang saja. Pak Raharjo tidak termasuk dari kalangan itu.

Memang mereka itu ada di negara ini.

Salah satunya orang terkaya yang menduduki peringkat nomor satu di negara ini. Bahkan dia menjadi nomor satu di Underworld. Orang ini mendapat gelar dari para mafia sebagai god of father atau King Of Underwolrd. Cuma sepengetahuan Pak Barsono. Orang itu sama sekali tak melirik dirinya. Mereka mempunyai jalur sendiri-sendiri. Jika Pak Barsono ingin mencoba-coba untuk mengusik jalurnya, sama saja ia menyerahkan kepalanya untuk di penggal.

Jadi –

Siapa orang yang sudah di sewa oleh Raharjo ? Kenapa orang yang mempunyai kemampuan seperti itu, tak masuk dalam radar Pak Barsono ?

Sejak dulu Pak Barsono ingin menghancurkan kerajaan Pak Raharjo. Namun dia masih ingin bermain-main saja, memberikan shock terapi berulang-ulang pada pria tua itu. Akan tetapi belakangan ini Pak Barsono mengetahui jika dibalik kerajaan Pak Raharjo sedang mengerjakan suatu proyek yang begitu besar. Bahkan seorang Barsono sendiri tak dapat membayangkan akan menjadi apa jika proyek tersebut berhasil.

Makanya Pak Barsono mengurungkan niat untuk menghancurkan mereka. Ia bisa sabar menunggu hingga proyek itu selesai, lalu ia merebutnya dengan cara yang tak dapat di pikirkan oleh orang biasanya.

Pak Raharjo orang yang jenius ! Ahli fisika dan kimia. Mempunyai banyak penelitian yang selalu menjadi kebanggaan negara ini. Makanya perusahaan dia bergerak di bidang farmasi. Dan produk obat-obatan miliknya selalu menjadi nomor 1 yang di cari oleh pelanggan yang sedang sakit.

Beberapa tahun yang lalu, Pak Barsono memang tak pernah melihat bisnis Pak Raharjo. Seakan dunia mereka berbeda. Antara gajah dan semut. Namun seiring berjalannya waktu bisnis Pak Raharjo melejit pesat. Mempunyai kekayaan yang hampir setara dengan Pak Barsono. Bahkan dia telah menjadi salah satu orang terkaya di negara ini. Pak Raharjo membutuhkan waktu yang singkat hingga berada di posisi ini. Inilah yang menjadikan Pak Barsono murka. Seakan-akan se biji kue akan ia bagikan pada Raharjo tua itu, yang juga pernah menjadi sahabatnya waktu masih duduk di bangku sekolah.

Proyek apa yang Pak Raharjo kerjakan. Masih belum diketahui jelas oleh Pak Barsono. Yang jelas siapapun yang memiliki nya, maka ia akan menjadi kaya raya. Bahkan orang yang menjadi nomor 1 di negara ini tak dapat melampaui kekayaannya.

Setelah mengatakan pada Andy. Pak Barsono duduk membiarkan Andy keluar dari ruangan untuk mencari tahu informasi tentang pengawal hebat milik Pak Raharjo.





-000-



Urusan Dinda telah di ambil alih oleh Pak Raharjo beserta pengawalnya. Setelah menelfon Pak Raharjo mengatakan untuk menjemput putrinya, Aksan tak lupa mengatakan selanjutnya untuk membawakan dua pakaian yang layak untuk dua orang gadis gunakan. Awalnya Pak Raharjo bertanya, selain Dinda apakah ada gadis lain yang menjadi korban ? Aksan menjawab bahwa ada, dan dia adalah sahabat Dinda.

Dinda yang menjadi anak konglomerat tentu saja langsung mendapatkan perawatan yang intensif dari dokter keluarga. Sedangkan Lita yang hidupnya tidak sekaya Dinda, di bawa oleh Aksan langsung ke rumah sakit atas izin yang diberikan oleh Pak Raharjo sebelumnya.

Uang yang diberikan Pak Raharjo untuk biaya pengobatan Lita, di titipkan pada Aksan. Tentu saja nilainya sangat banyak dan cukup untuk memberikan perawatan Vip pada Lita. Tim dokter yang menangani Lita baru saja bertemu dengan Aksan.

Aksan yang berdiri di luar ruang ICU melihat tim dokter keluar dari ruangan, langsung bertanya. “Bagaimana keadaan dia, Dokter ?”

“Untung saja anda tepat waktu membawa dia ke rumah sakit, jadi tidak ada luka yang serius yang di alaminya. Cuma kami khawatir dia akan mendapat trauma dan membutuhkan beberapa hari untuk merawatnya agar dapat kembali normal seperti biasanya.”

“Silahkan lakukan tugas anda Dokter sebagaimana mestinya. Masalah biaya, dokter jangan khawatir.”

“Iya Pak Aksan, saya juga baru mendapat telfon langsung dari Pak Raharjo. Yang mengingatkan pada saya untuk melakukan yang terbaik bagi gadis itu.”

“Baguslah.” Aksan menghela nafas lega. Rupanya Pak Raharjo tak lepas tangan, dia masih saja memberikan bantuan pada Lita seperti yang baru saja terjadi.

“Sebentar lagi pasien akan di pindahkan ke kamar rawat inap, silahkan melakukan registrasi. Pak Aksan.”

“Oke !”



Setelah Aksan melakukan penandatanganan administrasi, maka Lita di pindahkan ke kamar VVIP. Beberapa perawat baru saja menyelesaikan tugasnya. Mengatur sedemikian rupa pada pasien, hingga posisinya sudah berada di kamar lengkap dengan peralatan rumah sakit.

Di kamar terdapat sebuah sofa. Aksan duduk sendiri memandang ke arah Lita yang belum sadar. Gadis ini adalah orang yang datang dari masa lalu Aksan. Kekasih sahabatnya, Ronald. Satu-satunya perempuan yang dekat dengan Aksan, adalah Lita. Dekat dalam artian, Aksan bisa leluasa ngobrol banyak. Berbeda dengan perempuan lain yang jika bertemu dengan Aksan akan menjadi kambing conge saja, karena tak pernah dapat perhatian lebih dari Aksan.

Bayangan tentang masa lalunya, mulai menyelimuti pikiran Aksan. Bagaimana cara dia yang selalu menggoda Lita saat pertamakalinya menjadi kekasih Ronald. Bagaimana Aksan yang selalu saja menjadi penghubung cinta mereka. Bukan hanya itu, Aksan juga lah yang selalu berada di sisi Lita, ketika Lita sedang bermasalah dengan Ronald.

Dan kini –

Gadis itu menjadi korban kebiadaban pria bernama Morgan, yang juga telah tewas di tangan Aksan sendiri. Aksan tak dapat memastikan apakah ia datang terlambat atau tidak. Apakah gadis itu sudah di rusak oleh Morgan atau tidak, jawaban akan Aksan dapatkan setelah Lita sadar.

Malam ini. Aksan duduk tak bergerak di sofa. Pandangannya tetap pada satu arah, dan matanya tak merasakan rasa kantuk sedikitpun. Dia menjaga hingga si gadis tersadar yang entah kapan. Aksan sendiri bukan seorang ahli ilmu kedokteran, namun dengan pengalamannya selama ini ia dapat menebak jika Lita akan pulih satu atau dua hari lagi.

Hingga sejam kemudian, ponsel Aksan berdering.

Pak Raharjo menghubunginya.

“Kamu masih di rumah sakit bersamanya ?” Pak Raharjo bertanya pada Aksan setelah panggilan telfonnya di jawab.

“Masih” Aksan masih duduk cuek. Memandang pada Lita sambil menjawab pertanyaan Pak Raharjo.

“Belum sadar?”

“Belum !”

“Berarti malam ini kamu tidak kembali ke rumah ?”

“Seharusnya seperti itu, saya harus memastikan dia sampai sadar.”

“Saya mengerti. Ya sudah, kamu di sana aja Cuma ponsel kamu harus tetap dalam kondisi stand by. Karena-“

Aksan mengetahui kegelisahan Pak Raharjo. Maka dia dengan cepat menyela kalimat yang di ucapkan oleh Pak Raharjo. “Anda tenang saja, jika terjadi apa-apa terhadap putri anda. Saya akan langsung kembali ke rumah.”

“Bagus lah. Karena saya takut, setelah dia sadar orang yang pertamakali ia cari adalah kamu, Aksan”

“Iya !”

Setelah berbincang-bincang sebentar. Maka Pak Raharjo memutuskan panggilan telfon.

Kondisi dalam ruangan cukup gelap. Penerangan hanya ada pada Lita. Aksan masih duduk menyendiri memandang pada Lita. Kenangan itu kembali dalam pikirannya. Semakin ingin ia menepisnya, semakin susah. Kenangan itu cukup berbekas di ingatan seorang Aksan, yang selama hidupnya di rundung banyak masalah.

Lama kelamaan, tubuh Aksan mulai kembali sakit. Bagaimana tidak ! dia pun seharusnya mendapat perawatan dari dokter, karena dia sendiri lah yang telah bekerja keras melawan Morgan. bahkan dirinya juga sempat babak belur di buat oleh lawannya bernama Morgan.

Namun bagi Aksan, dia dapat menahannya sampai Lita tersadar.



-000-



Pagi hari.

Perlahan-lahan Lita tersadar. Ia menemukan dirinya berada dalam sebuah ruangan, sambil mengejap-ngejapkan mata, dia baru menyadari ruangan ini tampak tak asing baginya. Ini adalah kedua kalinya dia mendapat perawatan di rumah sakit. Yang pertama ketika ia kehilangan Ronald.

Lita sempat mendapat trauma berat. Namun jika di pikir-pikir dunia Lita belum berakhir, dia harus menatap ke depan karena masa depannya masih sangat panjang. Maka dari itu keadaan Lita cukup cepat membaik.

Setelah memikirkan itu. Berikutnya yang ia pikirkan, dan langsung terucap di bibirnya yang pucat. Adalah menyebut nama “Kak Aksan ?” Lita menyadari jika kemarin dirinya bertemu dengan Aksan.

Ini bukan sebuah mimpi. Ini nyata, dan Aksan yang datang menyelamatkan mereka berdua.

Begitu menolehkan kepala, Lita mendapatkan orang yang ia cari. Aksan duduk di sofa tak bergerak. Kepalanya menunduk kebawah, bahkan pakaian yang ia gunakan masih terdapat beberapa bercak darah.

“Kak Aksan ?” Lita berusaha menggerakkan bibirnya lagi, memanggil Aksan.

Yang di panggilnya, tak memberikan respon.

“Kak ?” Lita memanggilnya lagi dengan suara pelan.

Masih tak ada jawaban.

Lita lalu berusaha untuk bangkit dari tidurnya. Karena Lita tidak sakit. Maka tubuhnya perlahan berangsur membaik, sepagi ini Lita sudah merasa sedikit sehat. Ia melepas infus di tangan kemudian berjalan mendekat ke Aksan.

Sambil berjalan Lita masih saja memanggil-manggil Aksan.

Lita berdiri di depan Aksan. Lita bingung, apakah Aksan tertidur ? Lalu apakah dia tahan tidur dalam posisi terduduk seperti ini tanpa tubuhnya bersandar di sofa ? Semuanya terjawab, ketika Lita menyentuh pundak Aksan. “Kak.. kak Aksan, eh !” Bruk ! tubuh Aksan langsung terjatuh ke samping. Aksan tertidur masih di atas sofa, namun kondisinya sangat mengerikan. Lita membelalak ketika menyadari wajah Aksan yang memucat.

Tidak ! Dia tidak boleh mati. Pikir Lita sesaat. Masih banyak yang harus ia tanyakan pada Aksan. Ia lalu memanggil dokter dan perawat melalui telpon di ruangan.

Tanpa butuh lama, beberapa perawat dan seorang Dokter tiba di ruangan. Setelah melihat kondisi Aksan mereka langsung cepat tanggap melakukan tugas mereka.

.

.

Siapapun yang melihat kondisi Aksan sekarang ini, adalah kebalikan dari Lita. Yang semalam justru bukan orang yang seharusnya mendapat perawatan intensif seperti itu. Justru Aksan lah yang harus mendapatkannya. Banyak luka di tubuh Aksan, bahkan di kepalanya saja sudah terdapat dua luka sobekan. Beberapa tangan, pinggang dan juga dadanya terdapat luka yang cukup berat.

Beberapa saat lagi Dokter akan melakukan pemeriksaan yang lebih pada Aksan. Melakukan scanning pada tubuh Aksan, takut nya terdapat luka dalam yang cukup parah. Dokter yang menangani Aksan pagi ini, adalah dokter yang sudah mempunyai pengalaman banyak. Melihat luka serius pada Aksan pasti terdapat luka dalamnya juga. Itulah analisa awal yang terjadi.

Pak Raharjo beserta Merdin yang mendapat kabar jika Aksan di rawat, segera menuju ke rumah sakit bersama beberapa pengawal.

Rupanya Dinda juga sudah baikan dan ikut bersama Pak Raharjo ke rumah sakit.

Apa yang di khawatirkan Pak Raharjo semalam, terjadi juga. Dinda yang sadar di awal, orang yang pertama ia cari adalah Aksan. Pak Raharjo awalnya menghubungi nomor ponsel Aksan, berniat untuk memanggil Aksan pulang.

Namun yang terjadi berikutnya. Pak Raharjo mendapat jawaban bukan langsung dari Aksan, melainkan Lita. Dia mengatakan kepada Pak Raharjo, jika Aksan tiba-tiba di temukan tak sadarkan diri. Maka Lita memanggil dokter untuk di lakukan pemeriksaan juga pada pria itu.

Mendengar berita Aksan sakit. Entah mengapa Dinda langsung bangkit dan tak jadi sedih karena tidak melihat sosok Aksan pagi ini. Dia pun memaksa Pak Raharjo untuk ikut ke rumah sakit.



Dinda melihat Lita berdiri di depan sebuah ruangan kaca, langsung menghampirinya.

“Lit.”

“Eh Dinda...” Lita menoleh dan menyadari kedatangan Dinda. Lita sempat melirik penampilan Dinda pagi ini, seperti biasa saja. Seakan tidak pernah terjadi apa-apa pada mereka kemarin. Cuma Lita tak memperdulikannya, yang ia perduli sekarang ini adalah keselamatan Aksan. Karena dia lah satu-satunya yang dapat ia tanyakan tentang yang sebenarnya.

“Gimana keadaan dia ?” Tanya Dinda sambil melihat ke dalam ruangan. Rupanya Aksan berada di ruangan itu, sedang mendapat penanganan khusus dari tim dokter.

Pak Raharjo bersama tim ikut mendekat dan melihat ke Aksan.

“Aku juga kaget Din, ternyata kak Aksan yang menjagaku sejak semalam... Di- di.. dia juga sakit. Hiks!” Di kedua mata gadis cantik itu, menetes air mata. Dinda langsung sadar. Jika kejadian kemarin pun ia masih belum mendapatkan jawaban.

Dari mana Lita mengenal Aksan ? Namun karena kondisi belum memungkinkan, dia mengurungkan niat untuk bertanya langsung pada Lita. Dinda segera memeluk tubuh Lita. Yang pertama ia pahami, jika Aksan ini adalah masa lalu Lita, tentu mempunyai posisi special dalam hati sahabatnya itu. Jika tidak, mana mungkin Lita yang pendiam ini bisa menangis seperti ini ketika melihat kondisi seorang Aksan.

Pak Raharjo melihat adegan sedih ini, hanya bisa menarik nafas. Benak dia pun bertanya-tanya, ada hubungan apa si Aksan dengan sahabat Dinda ?

Dari sekian banyak orang hanya Merdin yang paham. Sedikit banyaknya dia mengetahui apa hubungan Lita dan Aksan. Bahkan sejak lama justru Merdin secara diam-diam menjaga Lita dari jarak jauh. Namun belakangan setelah Aksan ada maka Merdin perlahan-lahan menjauhkan dirinya dari Lita, karena beberapakali ia menemukan Aksan secara sembunyi-sembunyi membuntuti gadis itu.

.

.

Dalam ruangan ICU. Tim dokter yang menangani Aksan tiba-tiba di buat terkejut atas hasil keseluruhan pemeriksaan. Awalnya mereka bekerja keras dengan kekhawatiran terjadi apa-apa pada pasien. Apalagi semalam yang mereka ketahui jika pasien begadang menunggu hingga pasien bernama Lita tersadar.

Hasil yang membuat mereka khawatir awalnya, ternyata berbeda.

“Tidak.. ini tidak mungkin terjadi.” Kata ketua tim dokter.

“Iya dok... bagian kepala tidak terjadi keretakan atau geger otak, sungguh aneh. Apalagi melihat luka memar pada kepalanya.. ini-ini sungguh luar biasa.”

“Bagian dada juga normal dok.. tidak ada luka dalam baik bagian dada maupun di bagian perut.”

“Tapi luka memar ini dok... hasil dari hantaman keras sebuah benda.” Melihat luka merah yang membiru di beberapa bagian tubuh Aksan, membuat beberapa dokter merasa keheranan. Baru terjadi seumur mereka menjadi dokter, yaitu pada diri pasien ini.

“Iya saya paham.. tapi, dari hasil ini. Mengatakan jika pasien baik-baik saja.”

“Bagaimana dengan tulang di tangan dan kaki?”

“Semuanya normal... tidak ada yang patah.”

“Sungguh luar biasa pasien ini, pasti dia bukan orang yang biasa-biasa saja. Minimal orang ini sudah mengalami kekerasan yang luar biasa pada masa lalunya.”

“Fiuhhh ! semoga mesin rumah sakit ini, tidak terjadi eror.”

“Kamu tidak yakin dengan peralatan kedokteran kita, huh ?”

“Hehe maaf saya salah dok. Kan saya juga terkejut sama dengan kalian.”

“Ya sudah, lebih baik kita keluar dan memberikan informasi pada Pak Raharjo, tuh mereka pada berkumpul di luar.”

“Baik dok.”

.

.

Tak berapa lama, tim dokter keluar dari ruangan.

Semua orang langsung berjalan menuju ke pintu.

“Pak Raharjo !” ketua dokter menyapa Pak Raharjo.

“Bagaimana keadaan dia, dokter ?”

Ketua tim dokter itu menghela nafas. Raut wajahnya menggambarkan ketidakpercayaan akan sesuatu.

“Apa yang sebenarnya terjadi dokter, cepat katakan ?” Pak Raharjo bertanya lagi.

“Sepertinya Pak Aksan adalah orang yang kuat, bahkan saya sendiri yang sering menemukan kasus yang sama, di buat tidak percaya.”

“Maksud anda dok ?”

“Saya tidak percaya hasil scan pada tubuhnya, tidak menunjukkan luka dalam yang serius sedikitpun. Akan tetapi jika melihat kondisi luar tubuh Pak Aksan, dokter manapun akan mengatakan jika luka yang ia alami adalah karena mendapatkan hantaman keras dari suatu benda. Atau mungkin dia baru saja di keroyok oleh orang banyak. Sangat imposible jika dia tidak mengalami luka dalam yang berat.”

“Jadi dokter... kak Aksan akan baik-baik saja ?” Lita yang tidak bersabar, ikut bertanya.

“Iya.. paling lama sehari saja dia akan sadar.”

“Fiuhhh !” Semua orang bernafas lega. Penjelasan dari dokter itu memang siapapun tidak akan percaya demikian. Apalagi ini dokter adalah terbaik di negara ini. Apa yang ia katakan pasti ada benarnya. Bagi Merdin dan Pak Raharjo, seorang Aksan memang sudah mendapatkan pelatihan berat maka kejadian seperti ini saja tidak akan mudah membuat luka yang serius bagi Aksan.

Semua sudah selesai. Pemeriksaan dokter pada Aksan sudah selesai juga. Awalnya Aksan ingin di pindahkan ke ruangan Vip di sebelah ruangan Lita. Cuma Lita bermohon pada Pak Raharjo agar Aksan di tempatkan satu kamar dengannya. Akhirnya tanpa berfikir lama, Raharjo menyetujuinya dan meminta pada pihak rumah sakit untuk melakukannya.

Setelah perdebatan panjang. Akhirnya Pak Raharjo mengizinkan Dinda untuk menetap di rumah sakit untuk menemani Lita menunggu hingga Aksan tersadar. Juga telah menyuruh 4 pengawal untuk ikut tinggal minimal berjaga-jaga di luar kamar.



Beberapa saat kemudian. Dinda dan Lita masih terjaga menemani Aksan di ruangan. Lita duduk di samping ranjang, sedangkan Dinda duduk di sofa.

“Lit, istirahat dulu gih... apa lo gak capek duduk di situ terus ?” Sebenarnya Dinda juga ingin menggantikan posisi Lita di samping Aksan. Entah mengapa menyadari jika Lita dekat dengan Aksan, ada sesuatu dalam hatinya yang seakan-akan ingin memberontak.

“Gak Din, aku akan menunggu kak Aksan di sini.. aku bahagia namun juga terkejut melihat kak Aksan lagi.”

“Oh iya, gue sebetulnya pengen nanya.. sebetulnya lo itu ada hubungan apaan ma dia?”

“Fiuhhh panjang ceritanya Din. Yang jelas, kak Aksan ini adalah sahabat kak Onald.”

Mendengar itu Dinda terkejut. Ronald yang dimaksud Lita, meski Dinda tidak pernah mengenalnya cuma dia paham jika pria itu mantan kekasih Lita yang telah tiada. Ia bernafas lega, karena dengan begitu berarti Aksan tidak begitu special di hati Lita.

Rupanya obrolan kedua gadis itu, terdengar jelas di telinga Aksan. Aksan sebenarnya telah tersadar beberapa menit yang lalu. Namun ia tidak mempunyai keberanian untuk membuka mata.

Selama ini Aksan tidak pernah takut akan apapun. Berbagai macam bahaya telah ia lewati, jadi rasa takut dalam dirinya benar-benar sudah hilang sejak lama. Cuma kejadian sekarang ini, sungguh berat bagi Aksan. Di satu sisi jika ia sadar maka dia harus dan wajib menjelaskan cerita yang panjang tentang kejadian yang sebenarnya pada Lita. Tapi satu sisi lainnya lagi, Aksan sejujurnya belum siap untuk menceritakan semuanya. Dia takut justru berdampak besar bagi kehidupan Lita nantinya.

Aksan juga sadar jika Dinda berada di ruangan ini. Secuil ingatan tentang tubuh kedua gadis itu, yang tanpa pakaian malam itu mengganggunya. Aksan ingin tersenyum cuma dia takut. Bahkan ketakutan Aksan mengalahkan ketakutan jika ia bertemu dengan malaikat pencabut nyawa. Ini jauh lebih seram.

Dua gadis yang bertelanjang. Semua telah Aksan lihat, bahkan hal yang tertutup pun adalah kemaluan keduanya sempat mendapat perhatian penuh dari Aksan beberapa detik. Mungkin kedua gadis itu tidak menyadarinya malam itu. Karena kejadian mengerikan baru saja terjadi, mengalahkan rasa malu akan diri mereka yang bertelanjang di hadapan Aksan.

Raut wajah Aksan menjadi aneh, Lita yang pertama kali menyadarinya.

Ia menoleh sebentar pada Dinda.

“Ada apa ?” Dinda bertanya pada Lita.

Lita menunjuk ke Aksan. Dinda berdiri lalu mendekat ke Lita.

“Aksan.. lo udah sadar ya ?” Dinda bertanya.

Tak ada jawaban.

“Kak... kak Aksan, sadar dong” Lita menggerak-gerakkan tangan Aksan.

Aksan yang sudah ketangkap basah, mulai membuka matanya. Awalnya ia pura-pura ingin kaget melihat kedua gadis itu, cuma pandangan Aksan yang salah kali ini.

Lita dan Dinda saling berpandangan. Lalu ia menyadari ada yang tidak beres, lalu keduanya melipat tangan di dada.

“Hei brengsek.. apa yang lo liatin ?” tanya Dinda pada Aksan.

“Kak... kak Aksan liat apaan ?” Lita ikut bertanya.

Aksan mencoba untuk tetap diam. Dia menyadari jika pandangannya memang bukan pada wajah kedua gadis itu, melainkan di bagian dada mereka.

Aksan lalu menarik nafas dalam-dalam, lalu mencoba mengatakan sesuatu. “Kalian.. kalian siapa?” Lita dan Dinda membelalak, mengira Aksan hilang ingatan.

Yang juga terjadi pada Aksan, ia bingung mengapa ia bertanya seperti itu.

“Jangan-jangan lo hilang ingatan?”

“Din... jadi gimana nih ?”

“Coba panggil dokter.”

Aksan menyadari dengan cepat, lalu menahan mereka. “Gak usah... saya sudah mengenal kalian, kok !”

“Lah ?”

“Loh kak ?”

“Kami Dinda kan?” Dinda mengangguk menjawab pertanyaan Aksan.

“Dan kamu... Lita ? hi Lit, pa kabar ?”

“Fiuhhhhh!”

“Huhhhhh, lo ih... bikin kami terkejut tadi.”

“Maaf.. btw kalian kenapa di sini?” tanya Aksan selanjutnya.

“Kami jagain lo tau.”

Lita diam saja. Mengetahui jika Aksan sudah sadar, ia lalu berniat bertanya langsung mumpung ada waktu. Dari pada nantinya tak ada waktu lagi, maka ia menarik nafas dalam-dalam lalu mulai bertanya pada Aksan. “Kak... kak Aksan, ke-kenapa kakak masih hidup ?”

Aksan sudah memprediksikan akan hal ini. Dia akan mendapat pertanyaan dari Lita.

“Mungkin karena saya belum di takdirkan mati, kali..”

“Kak... Lita serius kak,”

Dinda memilih diam, dan mendengar keduanya mengobrol. Karena dengan begitu, pertanyaan dalam hatinya tentang Lita dan Aksan pasti akan terjawab juga dari hasil obrolan ini.

“Saya masih sakit, apakah kamu tidak melihatnya... kenapa kamu langsung menanyakan itu ?”

“Kak ???”

“Biarkan saya istirahat dulu, kalo saya sudah sehat.. saya pasti menjawabnya.”

“Aksan, kenapa lo gak jawab aja... kan kalo lo udah jawab, semuanya pasti akan cepat selesai.”

“Kamu mending diam aja. Gak usah ikut campur.”

“Eh !” Dinda cemberut mendapat kata-kata seperti itu dari Aksan.

“Kak...” Tiba-tiba Lita menangis.



“Baiklah, apa yang ingin kamu dengar ?”

“Kak Onald... apakah-“

“Ya... dia sudah tewas di peperangan. Adalagi ?”

Ini juga sudah diketahui Lita, Cuma bukan jawaban seperti itu yang ia inginkan. Kedua matanya masih saja mengeluarkan air mata, kesedihan melandanya. Ia masih membutuhkan jawaban pasti.

“Te-terus... hiks ! ke-kenapa kakak masih hidup ?”

“Karena-“ Aksan tak jadi menjawab dengan kalimat pedis. Dia sadar, Lita sudah sangat bersedih sekarang. Maka setelah memikirkan kalimat yang pas, maka dia tak sungkan lagi menjelaskannya. “Saya masih hidup karena memang harus hidup, untuk menyampaikan pesan yang di titipkan oleh bajingan itu.”

“Bajingan ?” Dinda bergumam.

Lita masih diam tak menyela ucapan Aksan.

“Mau tau apa yang ia titipkan ?”

Lita mengangguk.

Dinda pun ikutan mengangguk.

“Kamu... ya kamu lah titipan dia,”

“Why ?”

“Dia menitipkan kamu buat saya, maybe... menggantikan dia menjadi cowok kamu kali, ahhh dasar bajingan Ronald ! bikin saya mati saja susah, apalagi hidup seperti ini. Makin susah saja”

“Huaaaaa... hiks! Hiks ! hiks !”

“Menangis lagi...”

“Gara-gara lo tuh, gak bisa serius.”

Aksan tiba-tiba berdiri.

Dinda dan Lita hanya melihatnya saja tanpa berucap sedikitpun.



“Lita... yang harus kamu tahu, saya kembali ke negara ini itu karena kamu.. Ya alasan saya kembali, karena kamu. Dan hanya kamu yang saya kenal di negara ini. Dan kalau bukan si brengsek Ronald sebelum mati menitipkan kamu pada saya, mungkin saya tidak akan pernah kembali lagi. Jadi... saya harap kamu tidak bertanya banyak lagi nantinya, kamu mengerti ?”

“Satu lagi... saya bukan orang yang baik, bahkan kamu... bisa saja terbunuh di tangan saya, kamu mengerti ? Jadi, sebelum terlambat lebih baik kalian berdua jangan dekat-dekat dari saya jika tak sayang dengan nyawa kalian.”

“Lita siap mati di tangan kakak, apabila kakak menjelaskan yang sebenar-benarnya tentang kematian kak Onald. Lita janji, Lita akan ikhlas mati di tangan kakak.”

Aksan terdiam membisu. Dia tak berani membalas tatapan Lita.

“Dan satu lagi kak, Lita tidak akan berhenti menanyakan pertanyaan yang sama ke kakak... bahkan dengan ancaman apapun, Lita tidak takut... kak Aksan mengerti, kan ?”
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd