Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA AW - Black Kapatuli

Status
Please reply by conversation.
Amin
Suhu..tolong kasih tau dimana sigit tinggal..saya masih ga terima kalo sigit dicium linda..wkwk
Harap tenang, Sigit udah di isolasi jadi gk bisa kmana2..
LFgxBtf.jpg
 
CHAPTER 18



Siapa yang berada pada posisi Aksan siang ini tentu saja mustahil untuk menolak permintaan gadis berwajah tirus, bibir bergincu tipis nan merekah, buah dada yang ukurannya cukup bagus di balik blazer, tubuh yang tinggi dan proporsional, untuk melakukan hubungan terlarang. Aksan pun seharusnya demikian. Beberapa saat mereka terdiam dalam ruangan setelah si gadis mengatakan hal yang tak lazim pada Aksan. Meski bahasa yang ia gunakan hanya sebagai isyarat semata tetapi Aksan sangat memahami artinya.

Linda..

Bibir merekah saling menggigit. Keringat di dahi, aroma parfum yang masih melekat pada tubuhnya membentuk suatu aura penuh birahi. Bola mata menyipit tak melepaskan pandangan pada Aksan. Senyum penuh gairah menunggu respon si pejantan dihadapannya.

“Aksan... kenapa diam saja ?” terdengar suara dari Linda yang berbisik sambil sambil menahan nafas.

Aksan yang di Tanya rupanya masih memilih diam, tatapan Aksan menyelidik, mencoba menebak apa yang si gadis pikirkan. Karena masih diam saja Aksannya, selanjutnya Linda seperti sengaja menghembuskan nafas. “Ahh kamu masih diam saja... why, Aksan ?”

“A-apakah aku kurang menarik buat kamu ?” Linda beranjak dari duduknya. Memangku satu tangan di meja, berdiri di samping Aksan. Dia sengaja membuka satu kancing baju memperlihatkan belahan tipis buah dadanya.

Hingga sekarang ini. Siapapun itu akan langsung mengambil tindakan menyetujui permintaan si gadis. Cuma Aksan yang masih menahan keinginan itu. Aksan bukanlah orang bodoh yang mudah terjebak oleh apapun. Berbagai tebakan muncul di benaknya. Apakah si gadis yang notabenenya pernah mempunyai dendam padanya, sengaja menjebak Aksan. Ataukah memang karena desakan birahi dalam tubuhnya membuatnya menutup malu dan meminta pada Aksan untuk melakukannya.

Aksan belum bisa menebak jawaban itu.

Aksan menggelengkan kepala. Lalu sengaja ia menyeringai. “Anda wanita yang sangat menarik. Cantik... dan juga seksi.” Aksan mulai berbicara agar dapat mengulur waktu, mencari tahu keinginan lawan yang sebenarnya. Selanjutnya Aksan seakan sengaja menggantung kalimatnya.

Melihat ekspresi Linda yang mengernyit penuh tanya padanya. Aksan lalu tersenyum santai.

“Haha... Tapi saya masih punya otak, tidak semestinya melakulan hal yang memalukan dengan anda di kantor. Ini tempat umum, Ibu CEO yang terhormat.” Setelah berucap, Aksan menyandar tubuhnya di kursi sambil membalas memandang si gadis.

Linda tersenyum mendengarnya.

“Berarti jika ini bukan di kantor, kamu tidak akan menolak ?” Tanya Linda.

“Hmm maybe ! Karena saya tidak punya alasan lagi untuk menolak anda... Cuma...” Aksan tak melanjutkan kalimatnya.

“Cuma apa ?” tersirat wajah kekecewaan pada Linda. Meski berusaha ia menutupinya, namun secuil dapat terbaca oleh Aksan.

“Kesempatan lain saya pastikan tidak akan pernah terjadi.”

“Hmm... yakin ?” Linda membuat ekspresi di wajahnya seakan menantang si pejantan. Mata Linda menyipit lagi, sambil bibir bawah sengaja di gigit sendiri dihadapan Aksan.

“Ya... saya sangat yakin”

“Hahahaha... jujur, saya merasa malu dihadapan kamu Aksan. Ternyata di antara para lelaki yang hidup di dunia ini, masih ada satu lelaki yang dengan gentle menolak berhubungan ‘Seks’ denganku.”

“Apakah saya menolak anda ?” Aksan bertanya balik.

“Terus kalau bukan menolak, apa donk ?”

“Haha Ibu Linda yang terhormat, bisa duduk di tempat anda kembali ? saya menjadi risih jika anda bersikap seperti ini.” Kata Aksan karena menyadari posisi rok Linda mulai tersingkap sedikit ke atas paha.

Paha itu sangat mulus. Dari sudut rok yang sedikit tersingkap hingga ke pangkal mata kaki, tak terlihat adanya bekas luka ataupun goresan yang membuat keindahan itu menjadi rusak. Linda adalah seorang perempuan yang menjaga baik tubuhnya. Sejauh ini, itulah yang dapat di simpulkan oleh Aksan pada si gadis.

“Hmm,” Linda berdehem sambil tersenyum. Sejujurnya keberaniannya sejak tadi mulai memudar. Keberanian untuk memancing Aksan, mulai berkurang terganti dengan rasa malu karena telah mendapat penolakan secara halus.

Namun tanpa Linda sadari sejujurnya tubuh Aksan juga mulai terasa panas. Bayangan tentang diri Linda yang bertelanjang di hadapannya, apalagi jika sedang meraung penuh gairah sedang mendapat tusukan darinya, sungguh membangkitkan libidonya. Nafas Aksan mulai tertahan, mulai mengatur rasa dalam dirinya sambil perlahan-lahan bagian di selangkangannya mulai ikutan bangkit. Menyadari akan hal itu, Aksan akhirnya sengaja melipat kaki sambil duduk santai dan mencoba mengalihkan pikiran.

Linda tersenyum ketika menangkap satu gerakan yang Aksan lakukan.

Lalu ia menggeleng-gelengkan kepala, membuat rambut ikalnya yang panjang ikut terkibas. Kejadian beberapa detik itu membuat suatu gerakan yang terlihat begitu seksi di hadapan Aksan.

“So ?” Linda berbimsik dengan nada Tanya.

Aksan diam saja.a

“Jadi… jika aku memintamu kembali, saat kondisi yang berbeda apakah kamu akan melakukannya ?”

Aksan berfikir terlebih dahulu sebelum menjawab.

“Jawab donk Aksan.”

“Oke ! saya mesti jujur ke kamu… saya belum pernah melakukan itu dengan wanita manapun. Jadi saya tidak punya pengalaman, yang tentu saja akan membuat anda kecewa nantinya.”

Linda mengernyit dengan pandangan penuh Tanya.

“Kok aku susah percaya ya ?”

“Dan juga apa yang anda harapkan dari saya ? Mengapa anda memilih saya, bukannya anda sudah mempunyai tunangan ?”

“Haishhh panjang bener pertanyaan kamu, simple saja… karena kamu lelaki yang gentle.”

“Gentle ?”

“Yap…”

“Cih ! kalo gentle itu, sudah sejak tadi saya akan menerkam kamu…”

“Hmm iya juga ya… berarti kamu banci ?”

“Biar gak panjang, saya iya kan saja… benar saya banci, sudah kan ? apakah saya boleh keluar sekarang ?”

Setelah berfikir panjang, Linda akhirnya mengangguk dengan wajah tersenyum. Aksan membalas pandangannya dengan kernyitan di kening. Segini saja kah ? Andai saja Linda sedikit memaksakan lagi, mungkin saja Aksan akan membantunya.

“Sudah tidak ada lagi kan ?”

“Ya sudah tidak ada lagi, kecuali…”

“Kecuali apa ?”

“Kecuali… kita melakukannya, mungkin lebih sejam atau dua jam baru kamu aku biarkan keluar.”

“Hahaha… kenapa bahas itu lagi, ibu Linda ?”

“Hmm ya sudah. Aku lagi sibuk, jika tidak mau silahkan tinggaLlkan ruangan ini”

“Oke !” Aksan beranjak. Lalu berjalan meninggalkan ruangan Linda.

Linda menatap kepergian Aksan dengan nafas tertahan. Linda tidak menyangka kejadian hari ini sedikit banyaknya membuka kedua matanya, jika tidak semua pria di bumi ini mempunyai orientasi seks. Di mata Linda, Aksan adalah pria yang gentle. Meski sikapnya yang cuek dan dingin tapi dia selalu menjaga kehormatan wanita. Buktinya kejadian bersama Sigit sebelumnya, justru Aksan yang mempertahankan harga diri Linda di hadapan Sigit dengan menolak Sigit untuk berciuman di bibir. Hanya mencium di pipi saja, semua orang mungkin sering melakukannya. Mungkin sama seperti cipika cipiki.

Di tambah lagi menolak pancingan Linda barusan dengan mengajaknya berhubungan seks. Sungguh pria yang maskulin di mata Linda. Tanpa Linda sadari, perlahan-lahan ada rasa yang tertinggal dalam dirinya terhadap Aksan. Salah satunya adalah rasa penasaran terhadap Aksan. Sejauh mana pria itu bisa bertahan untuk tidak tergoda olehnya. Perlahan-lahan wajah Linda tersenyum membayangkan banyak hal kedepannya.



-000-



Setelah kejadian bahwa Aksan mendapat omset sebesar 1 milyar dalam sehari, langsung membuat heboh dibagian marketing obat generic.

Beberapa karyawan yang awalnya memandang Aksan sebelah mata, mulai bercerita bersama teman lainnya di belakang Aksan. Semua mulai mengakui kemampuan Aksan dalam berjualan tak dapat di pandang remeh.

Beberapa orang menyapa Aksan dengan wajah tersenyum ketika berpapasan. Aksan berjalan menuju ke ruangan kerjanya merasa heran atas perubahan ini.

Aksan awalnya tidak perduli akan hal ini, hingga Sigit datang ke meja kerjanya.

“Aksan… sibuk ?”

Aksan menoleh.

“Gak… ada apa ?”

“Fiuhhh…” Bugh ! Sigit yang sok akrab, langsung memukul bahu Aksan. Untung saja cara memukulnya pelan, tak dapat dibayangkan jika dia memukul Aksan dengan keras. Mungkin balasan yang akan ia terima jauh lebih menyakitkan. “Kenapa sih kamu nahan kemarin, waktu saya mau mencium Bu Linda.”

Aksan tertawa sesaat. “Hahahahaha” Kemudian dia menatap wajah Sigit. “Lagian anda terlalu mesum kepadanya. Harusnya pelan-pelan saja.”

“Fiuhhh, masalahnya sejak lama saya mengidolakan dia… andai saja kemarin saya mencium bibir dia,”

“Hahaha, tahan dulu keinginan anda melakukan itu…”

“Btw sekarang anak-anak sedang ramai memambahas kamu tuh.”

“Oh ya ?”

“Haha padahal mereka gak tau, kalo omset itu saya yang dapatkan.”

“Ohh itu… saya tidak perduli.”

“Iya iya saya paham kok… oh ya, kapan lagi nih kamu taruhan sama ibu bos ?”

“Belum tahu, kenapa ?”

“Gak apa-apa.”

“Kalau sudah gak ada yang mau di obrolin, bisa tinggalkan saya ?”

“Eh… kamu ?”

“Saya lagi sibuk” kata Aksan lalu tak lagi memperdulikan Sigit di sebelahnya.

“Fiuh oke… kapan-kapan saya akan ngajak kamu hang out bareng ya”

Aksan tak memberikan jawaban. Sigit yang kesal padanya, akhirnya memilih untuk meninggalkannya sekarang juga dari pada nantinya dia malah tambah sakit gigi tidak di respon oleh Aksan.



Sepeninggalan Sigit, tak berapa lama seseorang berjalan ke meja kerja Aksan.

“Pak Aksan… ada yang mencari anda di ruang tunggu.”

Aksan menoleh.

“Siapa ?”

“Mungkin lebih baik Pak Aksan menemuinya sendiri,” kata orang itu pada Aksan.

“Seharusnya anda menanyakan dulu identitas dia sebelum bertemu dengan saya.”

“Lah… apa susahnya sih bertemu dengan tamu. Kok jadi panjang gini.”

Aksan menatap orang itu dengan tajam. “Lain kali… anda harus melakukan prosedur itu, jika anda masih sayang dengan kerjaan anda. Mengerti ?”

Orang itu emosi mendapat respon yang tidak baik dari Aksan, “Lagian anda siapa mau ngatur-ngatur saya, huh ?”

“Saya ? Anggap saja saya adalah orang yang akan menendang anda keluar dari perusahaan ini, jika anda melakukan kesalahan kedua kalinya.”

“Cihh ! saya gak takut…” kata orang itu, lalu dia memilih untuk berjalan meninggalkan Aksan.



Aksan terdiam sesaat. Mulai menebak-nebak siapa yang datang mencarinya di kantor ? Sepengetahuan Aksan, tidak ada sama sekali orang yang ia kenal di Negara ini kecuali Lita dan keluarga Pak Raharjo. Apakah dia bagian dari salah satunya ? Jika memang Pak Raharjo atau keluarganya mencari Aksan, pasti dia akan langsung menemui Aksan di ruangan kerja, bukan dengan cara menunggu Aksan di ruang tunggu.

Apakah Lita yang datang mencarinya ?

Tidak salah lagi, pasti gadis itu datang mencari Aksan. Memikirkan apa yang akan ia jelaskan nantinya, jauh lebih baik Aksan memilih untuk menghindar untuk kesekian kalinya.

Aksan berjalan keluar ruangan dengan tergesa-gesa melewati ruang tunggu tak jauh dari pintu ruangannya.

Namun –

Ketika dia baru saja menoleh melihat ke arah ruang tunggu, seorang gadis sudah berdiri menahan jalannya menuju ke lift.

“Kak… Belum cukup kah menghindar dari Lita ?”

Aksan menghentikan langkahnya dan memandang pada gadis itu.

“Ah ternyata kamu, Lit. Kenapa mencari saya ?”

“Kenapa ? Bukannya yang harus bertanya itu Lita kak, kenapa kakak menghindar dari Lita ?”

“Ohh siapa bilang saya menghindar ?”

“Baiklah… kalau begitu, sudah waktunya kakak menjelaskan ke Lita kan ?”

“Hmm, kebetulan saya lagi sibuk. Nanti saya akan menghubungi kamu.”

“Menghubungi Lita ? bahkan nomor ponsel Lita saja, kakak belum punya… bagaimana mau menelfon Lita, kak ?”

“Makanya saya baru mau minta sekarang.”

“Sini ponsel kakak.”

“Sebutkan saja nomor kamu, tidak perlu meminjam hp saya.”

“Langsung di save nomor Lita kak, nih kosong delapan nol nol… -“ Setelah menyebut nomor ponselnya, Lita memandang pada Aksan. Rupanya pria itu masih diam saja tanpa mengeluarkan ponsel dari saku.

“Kak… kak Aksan kenapa diam saja ? kenapa belum save nomor Lita kak ?”

“Oh iya saya lupa membawa ponsel.” Kata Aksan yang memang sebenarnya dia melupakan ponselnya di ruangan kerja. “Tapi saya sudah menghafal nomor kamu, kok !”

“Kak… mau sampai kapan kakak membohongi Lita ?”

“Saya tidak pernah membohongi kamu.”

“Ok kalau misalnya kakak tidak bawa ponsel, apa susahnya mencatat nomor Lita ?”

Aksan menggelengkan kepalanya sesaat. karena dalam hati Aksan, tanpa Lita menyebutkan nomornya, sejujurnya Aksan sudah mendapatkan nomor gadis itu sebelumnya. Dengan kemampuan Aksan, pastilah dengan mudah dia mendapat nomor ponsel itu dengan caranya sendiri.

Melihat sikap Aksan yang masih cuek, mata Lita berkaca-kaca.

“Kak… kak Aksan kenapa masih saja diam ?”

“Apakah kamu baru mengenal saya ? bukannya saya memang selalu seperti ini, kan.”

“Tapi kak.”

“Sudahlah Lit, saya lagi sibuk… lagian jika saya sudah mengatakan akan menemui kamu, maka pasti saya akan menemuimu. Percayalah, saya akan menghubungi kamu dalam waktu dekat.”

“Kapan ?”

“Akan ada waktunya, berikan saya waktu dulu.. karena saya punya alasan melakukan semua ini.”

“Tapi kak.”

“Lita… kamu pergi sekarang, atau setelah hari ini kamu tidak akan lagi bertemu dengan saya.”

Melihat keseriusan di wajah Aksan, Lita hanya bisa menarik nafas dalam-dalam. Dia paham karakter Aksan bagaimana, jika dia sudah mengatakan dengan seserius ini maka pantang baginya untuk mengubahnya.

Perlahan-lahan Lita mengangguk.

“Kak Aksan harus tau, hanya kakak satu-satunya kunci jawaban yang selama ini Lita tunggu.”

“Ya saya tahu itu..”

“Jadi, please kak, berikan sedikit waktu kakak buat Lita.”

“Itu akan saya lakukan, tapi tidak sekarang.”

“Oke kak, Lita sekarang melepaskan kak Aksan. Tapi ingat kak, begitu kakak punya waktu kakak harus menemui Lita.”

“Iya”

Lita berpamitan pada Aksan, dan berjalan dengan perasaan sedih.

Aksan akhirnya bisa bernafas lega setelah Lita memasuki lift untuk turun ke bawah.



-000-



Dalam kamar terdengar suara desahan yang menggema. Tubuh telanjang Linda sedang bergoyang penuh di atas tubuh seorang pria. Bukan pertamakali Linda melakukan hubungan badan di ruangan ini, namun ada sesuatu yang hingga kini masih menjadi gejolak dalam dadanya.

Adalagi yang berbeda dari sebelumnya.

Linda malam ini terlihat lebih aktif. Seakan sedang mencari sesuatu yang hilang, sesuatu yang masih membuatnya cukup tersiksa.

Batang kemaluan yang sejak tadi keluar masuk dalam liang kemaluannya seakan masih ada sesuatu yang kurang. Sedangkan pria yang di tunggangi Linda merem melek, menikmati licinnya vagina Linda yang sedang bergesekan menelan dalam-dalam batang kemaluannya hingga ke pangkal.

“Ahhhh ohhhh ahhhh !” Linda mengerang, dari nada erangannya terdengar adanya secuil kekesalan yang terpendam.

Buah dada Linda yang membulat dengan putting menguncup keras segera di genggam oleh si pria. Di remas lalu di pelintir.

Bokong Linda yang mulus naik turun, suara hantaman selangkangan terdengar cepat. Si pria di posisi bawah seolah-olah ingin menahan, namun apa daya Linda tidak memperdulikannya. Ia bergerak cepat mencari sesuatu yang masih saja mengganjalnya.

Linda menarik bahu si pria meminta untuk mengganti posisi.

Si pria berada di atas, kemudian mulai memasukkan batang kemaluannya kembali ke liang vagina si gadis.

“Genjot yang kencang…” kata Linda dengan nada kesal.

Si pria mulai bertanya-tanya ada apa sebenarnya dengan gadis itu. Mengapa malam ini sikapnya menjadi aneh.

Hingga ketika 5 menit dia menggenjot kemaluan Linda, dari batang kemaluannya mulai mengalir rasa yang penuh nikmat. Sebentar lagi dia akan sampai.

“Jangan dulu… tahan dulu ihhhh !”

“Gak bisa yang… aku sudah mau nyampai.”

“Ahhh ahhh… gue masih belum. Masih lama.”

Akan tetapi si pria yang memang tak mampu menahan, akhirnya menyemburkan sperma ke dalam Rahim Linda.

Croot ! Croot !



Linda di penuhi kekesalan. Tapi dia tidak berhenti bergerak. Batang kemaluan si pria perlahan-lahan mulai kendor, namun Linda tetap masih saja bergerak mencari kepuasannya sendiri.

“Bangsattt kenapa udah loyo gini… ahh”



Linda melepaskan batang itu, kemudian menarik kepala si pria untuk menggantikan batang kemaluan dengan lidahnya.

“Isapin… buat gue puas. Ahh”

Si pria menurut saja. dia mulai melanjutkan kewajibannya dengan menggunakan lidah beserta jemari pada kemaluan Linda yang sudah basah.

Linda memejamkan matanya.

Tubuhnya bergerak kesana kemari, sedangkan vaginanya mulai enak lagi.

Dalam bayangan Linda, bukanlah wajah si pria yang sedang bermain pada vaginanya melainkan wajah pria lain.

Hingga rasa itu sudah hampir sampai. Mulut Linda terbuka tapi mata masih terpejam dengan membayangkan wajah seseorang.

“Ougtttt gue keluarrrrrrr…” Linda mengerang penuh kenikmatan. Namun tanpa si pria sadari, setelah mengerang rupanya Linda baru saja menyebut nama orang lain dalam hati.





“Aksaaaaaaannnn… nikmattt bangeet ohh!”
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd