Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA AW - Black Kapatuli

Status
Please reply by conversation.
CHAPTER 20



Pak Barsono mengadakan pertemuan bersama Pak Dendi sejak pagi tadi. Tujuan pertemuan ini adalah untuk menguasai dunia hitam di negara ini. Pak Barsono butuh partner kuat seperti Pak Dendi. Yang hadir dalam pertemuan ini tentunya Pak Barsono dan Pak Dendi, ada Andy beserta pengawal terbaik Pak Barsono lainnya. Sedangkan Pak Dendi di dampingi Dodi beserta 3 pengawal lain yang ia bawa dari kota asalnya.

Yang tidak hadir kali ini hanya Jenifer. Sehari sebelumnya mereka telah mengadakan pertemuan juga, pembahasan yang terjadi seputar musuh pertama yang akan Pak Barsono singkirkan yaitu Pak Raharjo penguasa segmen farmasi. Awalnya Pak Barsono menyepelehkan kemampuan yang di miliki Pak Raharjo yang juga kawan kecilnya. Tak di sangka rupanya diam-diam Pak Raharjo telah menyewa jasa pembunuh bayaran yang cukup kuat yang dapat dengan mudah mengalahkan kiriman tim pertama yaitu si Morgan.

Apakah Pak Raharjo hanya memiliki satu orang saja pengawal hebat ?

Belum tentu. Untuk mengetahui jawabannya, maka menurut Pak Barsono adalah dengan cara mengajak Pak Raharjo berperang secara terbuka. Salah satunya adalah melakukan penyerangan kedua kalinya pada orang yang di cintai Pak Raharjo.

Sudah beberapa hari ini Pak Barsono di bantu Andy menyelidiki siapa pengawal hebat itu. Hasilnya nihil hingga sekarang. Wajah maupun perawakan yang di maksud tak ada gambaran sama sekali buat Pak Barsono. Sayang sekali Morgan melakukan aksinya di gudang tua yang di tempat itu tak terdapat CCTV yang bisa saja dapat digunakan mereka untuk mencapture wajah pria yang di maksud. Bagi Pak Barsono cukup dengan foto saja dia dapat dengan mudah mengetahui asal usul orang yang di maksud.

Rupanya Pak Raharjo cukup licik. Dia menyembunyikan wajah beserta identitas pengawalnya itu. Maka dari itu, Pak Barsono mencoba untuk mengirim salah satu orang terbaik Pak Dendi. Di pertemuan pertama kemarin, justru si Jenifer lah yang segera bersuara untuk mengambil kerjaan itu di awal.

“Gue pengen liat tuh cowok jagonya kayak gimana.” Kata Jenifer di tengah-tengah pertemuan kemarin.

“Baguslah.. tidak perlu gue turun tangan hanya untuk menghabisi lalat kecil.” Dodi menimpali.

Pak Dendi sangat yakin. Cukup mengutus Jenifer saja yang mempunyai kemampuan hebat untuk mengalahkan pria yang di maksud Pak Barsono.

Setelah memutuskan semua. Selanjutnya. Pak Barsono berserta tim mengatur strategy. Yang paling mudah di dekatin adalah putri kedua Pak Raharjo, karena menurut pengamatan Pak Barsono gadis yang di maksud sering berada di luar. Sedangkan putri sulung Pak Raharjo sering berada di kantor. Untuk menyerang markas besar Pak Raharjo, bagi Pak Barsono bukanlah hal yang sulit, namun jika dengan mudah saja menangkap putri kedua ngapain bersusah payah sampai mengeluarkan energy untuk melakukan penyerangan besar.

Setelah berbagai petunjuk dari Pak Barsono. Akhirnya hari ini Jenifer bergerak.

Setelah berbicara dengan Jenifer melalui sambungan telfon, mereka sisa menunggu hasilnya saja.

“Oh ya.. apa yang perlu anak saya lakukan, Pak Barsono ?” Pak Dendi bertanya pada Pak Barsono.

“Maksud anda, bos ?”

“Jenifer.. apa perlu dia membunuh mereka ?”

Andy mendengar perbincangan itu dengan ekspresi datar. Ia sempat bertemu pandang dengan Dodi, rupanya Dodi menyeringai padanya. Terbersik senyum meremehkan Dodi pada Andy.

Andy tetap tak merubah ekspresinya. Wajah tanpa ekspresi lebih tepatnya.

“Tidak perlu membunuh gadis itu.. saya tidak butuh dia, yang saya butuhkan bawa pengawal hebat Pak Raharjo itu ke dapatan saya. Lebih banyak orang kuat membantu kita, lebih muda kita menguasai bisnis hitam di Negara ini. Hahahahahaha !” Pak Barsono menjawab pertanyaan Pak Dendi.

“Oke tidak masalah bagi kami.”

“Seharusnya Raharjo itu hanya pembuka awal pergerakan kita dalam membantai semua orang yang masih berkedudukan di kerajaan masing-masing. Karena Raharjo ini adalah paling lemah di antara orang-orang yang menjadi target saya.”

“Oke… Dodi, kirim pesan pada Jenifer sesuai keinginan Pak Barsono.”

“Sip bos !”



-000-



Sebuah sedan mewah besutan perusahaan jerman melaju sedang meninggalkan sebuah kampus ternama ibu kota. Duduk di posisi belakang, Dinda sedang memandang jalan dari kaca samping dengan perasaan yang tak menentu.

Setelah berjalan beberapa kilo, selama itu pula Dinda berusaha berfikir positif atas apa yang telah terjadi. Lita dan Aksan, seharusnya hubungan mereka hanya sebatas teman lama saja. Tidak mungkin secepat ini, hubungan mereka jadi dekat seperti yang sempat terpikirkan oleh Dinda.

Helaan nafas berat dari Dinda ketika pikiran aneh itu muncul lagi.

Dalam hati berbicara sendiri. Mengapa dia bisa merasakan hal aneh seperti sekarang ini ? Apakah dia sedang cemburu ? Untuk menjawab pertanyaan dalam hatinya, maka tampak gerakan kepala yang sedang menggeleng ke kiri lalu ke kanan berulang di lakukan oleh Dinda.

Semuanya tidak mungkin.

Jelas saja dia tidak menyukai Aksan. juga tidak akan merasakan kecemburuan akan kedekatan Lita dengan Aksan. Apalagi Lita sahabatnya itu, belum bisa melupakan cintanya yang telah pergi.

Semakin berusaha ia tepis rasa itu, membuat Dinda semakin merasa sesak di dada.

Ketika pikiran Dinda masih bergelut dengan kejadian Aksan bersama Lita, tanpa mereka sadari sebuah motor Ducati Hitam berjarak 5 meter di belakang sejak tadi mengikuti kemana arah mobil yang mereka kendarai.



Meski demikian, pengawal yang sedang menyetir mobil sempat curiga akan tetapi ia berusaha menepis pikirannya itu. Gak mungkin motor itu sedang mengikuti mereka. Apalagi si supir menyadari jika si pengendara motor Ducati sepertinya seorang wanita.

Menyadari si supir sejak tadi melihat spion tengah, pengawal yang duduk di samping bertanya. “Kenapa bro?”

“Liat arah jam 7 ?”

Pengawal itu menoleh ke belakang.

“Motor itu ?” tanyanya.

“Yap… tapi mungkin memang tujuan dia sama dengan tujuan kita.”

“Mungkin.”

Mendengar obrolan kedua pengawal itu, Dinda tersadar dari lamunannya.

“Kalian berdua kenapa ?” Tanya Dinda pada kedua pengawal itu.

“Gak apa-apa non.. hehe, kami kira ada orang yang mengikuti kita.”

“Yang mana ?” Dinda ikut menoleh ke belakang. Matanya melihat pada motor Ducati Hitam. “Motor itu ?”

“Iya non.”

Kejadian yang mengancam dirinya seperti ini, telah terbiasa bagi Dinda. Gadis aneh yang mempunyai kelainan sedikit, merasa senang jika dirinya mendapat ancaman dari musuh. Pikiran yang awalnya pada hubungan Lita sahabatnya itu, kini terganti dengan kejadian sekarang ini. Jika memang benar si pengendara motor mengikutinya, maka dia akan segera menghubungi Pak Raharjo papanya.

Yang bodohnya.

Si gadis mengapa tidak menghubungi Papanya sekarang saja ? Mengapa menunggu hingga si pengendara motor ketahuan ternyata sedang mengikuti mereka. Apakah menunggu hingga dirinya tersiksa baru akan bertindak ?

Entahlah. Dinda memang selalu bermain-main dengan bahaya.

Lalu- Dinda mulai berfikir tenang. “Cari jalan lain.. jika ia masih mengikut arah jalan kita, maka fix dia sedang mengikuti kita sejak tadi.” Kata Dinda pada kedua pengawalnya.

“Non Dinda tenang saja.. ada kami berdua.” Kata pengawal satunya.

Dalam hati sebetulnya Dinda tak perlu khawatir. Apalagi yang mengawalnya hari ini, adalah dua pengawal terbaik milik papa nya. Cuma dalam kondisi seperti ini, jujur yang langsung di pikirkan oleh Dinda adalah Aksan. Andai Aksan yang berada di mobil bersamanya, maka Dinda tak akan khawatir. Dinda pasti akan duduk tenang menunggu Aksan bertindak menghancurkan para musuh.

“Aksan… lo dimana sekarang ?” Dinda bergumam sangat pelan, hingga kedua pengawalnya tidak dengar.



-000-



“Kak… gak masuk dulu ?” Lita baru saja keluar dari mobil, bertanya pada Aksan. Sebetulnya Lita tidak basa-basi menyuruh Aksan turun minimal bertamu ke tempat tinggalnya.

Kepala Aksan miring ke samping. Dia sempat melihat dari spion samping, sebuah mobil mewah berhenti tak jauh di belakang mobilnya.

“Kak ?”

“Oh iya, maaf Lit… saya punya keperluan lain, dan sepertinya saya tidak akan bertemu kamu lagi nantinya.” Balas Aksan pada Lita.

“Kenapa kak ?”

“Sudah saya katakan tadi, setelah saya bercerita ke kamu… maka saya akan pergi dan tidak akan menunjukkan diri lagi ke kamu, Lit.”

Lita menatap Aksan penuh harap. Harapan yang ingin bertemu berikutnya pada Aksan. Sejauh ini, rasa yang telah ia dera sungguh membingungkan bagi Lita. Padahal dia sendiri sudah mengenal Aksan sejak lama, bahkan jika ingin jujur jauh lebih dulu Lita merasa nyaman jika berada di dekat Aksan. Namun, rupanya justru Ronald lah yang lebih dulu menyatakan cinta pada Lita. Itupun semua atas bantuan Aksan yang selalu menjadi penghubung antara mereka berdua.

“Ya sudah kak… Lita tidak akan memaksa kakak,” kata Lita sambil mengangguk dengan pandangan masih berharap Aksan berubah pikiran. Pria ini, sungguh sangat sulit di tebak apa yang sedang ia pikirkan. Bagaimana perasaan dia, senang atau sedih, atau bahagia, hanya Aksan dan tuhan saja yang paham.

“Oke !” singkat dan jelas. Tanpa basa-basi, dan tanpa berpamitan Aksan mulai menjalankan mobilnya keluar.

Lita memandang kepergian Aksan sambil memegang dadanya.

“Kak… maafkan Lita.” Rasa sesak di dada, di barengi dengan air mata yang mengalir dengan sendirinya membasahi wajah sendu nan ayu si gadis, mengiringi kepergian Aksan yang makin lama menghilang di keramaian jalan raya.



-000-



Aksan sedang menyetir. Pikirannya kembali fokus, tak lagi memikirkan si gadis bernama Lita. Lita hanyalah masa lalu yang seharusnya ia lupakan. Lita bagian dari cerita kecil meski agak sedikit membekas di pikiran Aksan.

Mobil yang sempat Aksan lihat tadi di lobby, adalah salah satu mobil milik keluarga Raharjo. Di karenakan kaca mobil yang gelap, membuat Aksan tak dapat melihat siapa yang berada di dalam.

Mungkin saja mobil itu digunakan oleh orang lain, atau mungkin salah satu pengawal Pak Raharjo yang tak sengaja bertujuan sama dengannya.

Sampai sini, Aksan mencoba untuk tidak lagi memikirkannya.

Aksan lalu tak lupa apa yang seharusnya ia kerjakan di jam segini, adalah berkunjung di kampus Dinda. Apa kabar gadis itu ? Aksan menyeringai jika mengingat sikap dan tingkah laku si gadis. Meski menyebalkan, namun menurut Aksan cukup menjadi hiburan baginya di kala suntuk.

Ketika berada di kemacetan, ponsel Aksan berdering.

“Hmm, mengapa dia menghubungi saya ?” pikir Aksan setelah melihat nama si penelfon.

Dialah Linda.

Aksan sengaja mengabaikannya.

Ia kembali fokus menyetir menuju ke kampus Dinda.

Tak begitu lama Aksan tiba di parkiran.

Ketika membuka pintu mobil, Aksan merasa hembusan angin yang begitu kuat menerpa tubuhnya. Andai saja orang lain, mungkin tubuhnya akan goyah bahkan terjatuh. Namun Aksan yang telah terlatih memiliki tubuh yang kuat hanya merasa sedikit terganggu.

Angin yang berhembus menimbulkan suara seperti siulan berlalu begitu saja. Sangat cepat kejadian itu, tak lebih dari satu detik. Memang jika di lihat secara kasat mata orang biasa tak akan menemukan hal aneh di sana. Namun karena Aksan yang sejak tadi memandang ke arah kiri tempat masuk ke fakultas Dinda dan Lita tiba-tiba di kejutkan kejadian yang aneh.

Untung saja Aksan belum sempat berkedip. Aksan terkejut ketika melihat seseorang memakai pakaian kotak-kotak tiba-tiba saja muncul di depan pintu fakultas. Muncul begitu saja hanya berbeda sepersekian detik, bahkan waktunya lebih cepat dari orang yang berkedip mata.

Orang itu datangnya dari mana ? padahal jelas-jelas sebelumnya tidak ada siapa-siapa yang berada di situ. Bahkan Aksan sangat yakin, jika ia sejak tadi melihat ke arah tempat tersebut. Ini gak mungkin hanya sebuah halusinasi. Karena Aksan sendiri selalu fokus akan suatu hal. Sama halnya sekarang.

Namun Aksan mencoba untuk berfikir rasional. Tidak mungkin di jaman sekarang ada hantu. Aksan orang yang tidak mudah percaya akan hal-hal ghaib. Lagian ini jaman modern, di jaman sekarang ini bahkan hantu pun takut pada manusia yang mempunyai keserakahan.

Aksan mendesah. Pikirannya terlalu picik. Maka ia tak lagi memikirkan kejadian aneh barusan, selanjutnya Aksan berjalan dengan santai ke dalam.

Lama Aksan berdiri bersembunyi melihat ke arah kelas Dinda dan Lita. Dia tak perlu menunggu Lita, karena jelas saja gadis itu sudah berada di appartemen. Hanya Dinda seorang yang ingin ia lihat sebelum ia pergi. Memastikan kondisi Dinda aman, sebelum ia kembali ke kantor.



Tak begitu lama, kelas Dinda bubar. Satu persatu mahasiswa keluar dari kelas, hingga orang terakhir yang keluar ternyata bukan Dinda. Aksan mulai bertanya-tanya, kemana Dinda ? mengapa dia tidak ada di kelas.

Lalu sesosok pria baru saja berjalan ke arah Aksan. Pria berpenampilan cupu, memakai kaca mata, menggunakan kemeja kotak-kotak dengan celana kain hitam. Namun bukan itu yang menjadi perhatian Aksan, melainkan kenyataan jika pria yang sempat Aksan lihat tadi adalah pria yang sama yang sedang berjalan itu.

“Ahh mungkin saja dia sudah sejak tadi berada di tempat itu.” Kata Aksan pelan.

Tanpa Aksan sadari. Pria culun yang sedang berjalan itu, berjarak 10 meter dari Aksan tiba-tiba saja daun telinga sebelah kanannya bergerak pelan.

Pria culun itu makin mendekat. Berjarak 3 meter dari posisi Aksan berdiri, dua mahasiswi cantik mendekati pria culun itu.

“Pak..” pria culun menoleh ke samping.

“Iya.”

“Pak.. bapak kan udah janji ke aku, kalau bapak bakal bantuin ngomong ma ortuku.” Kata salah satu gadis. Karena jaraknya cukup dekat dari Aksan, maka Aksan dapat mendengar pembicaraan mereka.

“Iya sampai lupa.. hehe !” si pria culun menyengir kuda. Wajah culunnya yang menjijikkan membuat Aksan menyeringai.

“Cih ! kirain hantu, rupanya hanya cowok culun… mungkin dia dosen di kampus ini, dan sedang di permainkan dengan mahasiswinya yang ganjen.”

Lagi-lagi. Daun kuping si pria culun bergerak. Seakan ia dapat mendengar jelas Aksan yang sedang berbicara sendiri dengan cara yang begitu pelan.

Aksan tak ingin berlama-lama di tempat itu, memilih untuk pergi mencari Dinda.



-000-



Motor Ducati yang sejak tadi mengikuti mobil Dinda, tiba-tiba saja menghilang. Dinda yang sejak tadi melihat kebelakang mendesah dengan penuh kelegaan.

“Benar kan yang gue bilang, untung saja kita mengambil jalan lain. Jadi kita tau jika memang pengendara motor itu gak ngikutin kita.”

“Iya bener itu non.”

“Hehehe… makanya lo jangan terlalu suudzon ma orang lain.”

“Maklum non, sekarang ini musuh tuan Raharjo gak bisa di tebak. Tiba-tiba saja menyerang secara diam-diam.”

“Kan ada kalian.”

“Hehe iya sih non.”

“Ya sudah, berarti tugas kalian dong nanti kalau ada penjahat yang menyerang.”

“Non Dinda tenang saja, cukup kami berdua saja gak bakal ada penjahat yang akan macam-macam.”

“Ya kita liat aja nanti deh”

“Siap non.”



Saat mobil ingin berbelok ke tikungan. Tiba-tiba saja si supir menginjak rem mendadak. Dinda dan pengawal di samping supir terkejut. Hanya Dinda saja yang kepalanya sempat membentur di belakang headrest.

“Apa-apaan sih lo” baru saja berbicara dan ingin memaki si supir, Dinda ikut terkejut melihat ke depan.

Sebuah motor Ducati Hitam sudah menghadang jalan mereka.

Seorang gadis menggunakan jaket hitam baru saja turun dari motor. Dia melepas helm dan mengibaskan rambut. Gadis itu lalu mengambil sesuatu dari tas ranselnya, dua pistol di letakkan di belakang. Lalu mengambil senjata lainnya yang kini berada di genggamannya. Selanjutnya si gadis cantik berwajah blesteran itu menatap tajam ke mereka yang masih terkejut di dalam mobil.

Ia menyeringai penuh intimidasi.

Tangan kiri dan kanan gadis itu sudah menggenggam kapak hitam. Gadis cantik itu mulai melangkah dengan santai mendekat.

Gadis itu menghentikan langkah berjarak 3 meter. Kepalanya miring ke kiri sesaat menatap tajam ke depan. Lalu kapak di tangan kanan menunjuk ke mobil. “GUE YANG PAKSA KELUAR, ATAU LO SEMUA KELUAR SEKARANG JUGA.”
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd