Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA AW - Black Kapatuli

Status
Please reply by conversation.
CHAPTER 23



Aksan sedang memandang keluar dari teras rumah lantai atas. Malam ini Aksan teringat kembali semua yang telah terjadi. Sejak ia kembali ke negaranya, dia hanya mempunyai satu tujuan. Yaitu menemukan siapa otak di balik penyerangan tim Black Kapatuli di daerah perbatasan timur tengah dulu.

Namun semakin lama semakin sulit bagi Aksan mengetahuinya. Sedikitpun informasi masih belum Aksan temukan. Apa yang kini ia harus lakukan ? Apakah langkah yang telah ia ambil bergabung dengan Pak Raharjo adalah langkah yang benar ? Bagaimana jika dia salah melangkah, apakah ia akan mengikhlaskan pada lawan yang sudah hidup bebas di luar sana ? Tidak ! Aksan akan menyesal seumur hidupnya jika ia membiarkan hal itu terjadi.

Aksan mengepalkan tangan. Raut wajah penuh dengan dendam, pandangan tajam ke depan seakan ia sedang menatap lawan sekarang ini. Jika memang benar ia bertemu dengan otak kehancuran timnya itu, Aksan tidak segan-segan menghancurkannya, bahkan nyawa Aksan akan menjadi taruhannya.

Saat otaknya masih berkutat dengan semua kejadian yang telah terjadi, Aksan mendengar suara langkah kaki mendekatinya. Ia pasti Linda, pikir Aksan.

“San...” Aksan menoleh.

Sedetik ia terkejut atas apa yang ia lihat sekarang ini. Adalah si gadis yang sudah menanggalkan cardigan dan menyisakan pakaian tidur tanpa lengan yang berbahan kain tipis. Pakaian itu hanya sepanjang beberapa senti saja dari selangkangan si gadis. Bagian bawah baju menari-nari tertiup angin. Samar-samar lekuk tubuh si gadis dapat di lihatnya. Rupanya gadis itu tidak memakai bra, membuat buah dada padat berisi dengan puting menghiasinya menjadi pemandangan pertama yang Aksan tatap dari balik kain tipis si gadis. Melirik sedikit ke bawah, untung saja si gadis masih memakai cd berbahan brenda berwarna hitam senada dengan pakaian tidur.

Aksan teringat pada tubuh gadis itu yang sedang bertelanjang di hadapannya. Kejadian yang pertamakali Aksan bertemu dengannya. Persis di ruangan yang tak jauh, Aksan bertemu dengan Linda dalam kondisi baru selesai melakukan hubungan terlarang dengan tunangannya si Andrew.

“Ehem !” Aksan berdehem, mencoba untuk mengalihkan pikiran negatifnya. Ia lalu melirik pada dua cangkir yang sedang di pegang oleh gadis itu.

“Kopi kamu” Linda tersenyum sambil melangkah mendekat. Kecantikannya semakin memancar terkena pancaran sinar lampu saat berjalan melewatinya.

Aksan tak langsung menerimanya. Otaknya segera bereaksi, ia melirik salah satu cangkir yang ada di tangan kanan Linda. Tangan Linda sudah terlurur padanya. Keningnya mengerut, ia mulai menebak apa yang sebenarnya gadis ini lakukan. Apakah memang hanya sebuah kopi saja ? Apakah dia telah merencanakan sesuatu ? Ataukah mungkin, gadis itu sedang ingin mencelakai Aksan ? Hmm ! rupanya Aksan menangkap sedikit senyum di wajah si gadis. Bukan senyum seperti orang yang sedang merencakan kejahatan pada orang lain, melainkan senyum menggoda.

“Trims !” Aksan menerimanya. Ia tak langsung menyeruput kopi, melainkan menatap pada dua bola mata si gadis. “Anda sehat ?” lanjutnya bertanya.

“Apa yang kamu katakan ? Emang aku kelihatan sakit ?” Linda balik nanya. Ia membalas tatapan pria di hadapannya. Langkahnya semakin dekat. Bahkan kini ia merasa tubuhnya makin hangat.

“...” Aksan tak menjawab.

Linda kini berdiri berjarak 30 senti dari Aksan. Sedangkan Aksan masih bersandar pada besi penghalang.

“Srupppt !” Setelah menyeruput kopinya, Linda lalu menatap Aksan. “Mengapa belum menyeruput kopi itu, San ?” ujar Linda. Suaranya berserak. Ia melirik pada tangan Aksan yang memegang cangkir kopi.

“Oh ya... ok !” Sruuuppp ! Aksan menyeruput kopi, ia menahan cairan kopi dan merasa cairan apa saja yang ada di campuran kopi tersebut. Selain pahit adalah rasa kopi. Ada manis karena gula. Namun ada rasa lain yang sempat di rasakan pada lidah Aksan. Ini sama seperti rasa bubuk obat.

Baiklah ! sepertinya gadis ini telah mencampur bubuk perangsang pada kopi Aksan. Sepertinya Aksan ingin mempermainkannya. Pada dasarnya jika cairan bercampur dengan bubuk, maka cairan itu jangan di gerakkan. Biarkan bubuk yang belum bercampur dapat tenggelam pada dasar cangkir.

Inilah yang di lakukan Aksan. Ia memegang cangkir itu tanpa di gerakkan sedikitpun.

Aksan tersenyum membalas pada Linda.

“San... bagaimana rasanya ?”

“Hmm lumayan... menghangatkan tubuh.” Ujar Aksan.

Saat ujung bibir Linda menyentuh cangkir. Aksan menyeringai, dan melakukan hal yang sama dengan Linda. Dengan gerakan cepat Aksan mengeluarkan cairan dalam mulutnya tanpa terlihat oleh Linda pada cangkir. Lalu menyeruput lagi kopi tersebut. Srupppp ! Mungkin terlihat menjijikkan jika Linda melihatnya, namun dengan cara inilah Aksan dapat mengatur agar bubuk perangsang tidak langsung masuk ke dalam tenggorokannya. Teknik ini sudah sering Aksan lakukan ketika berada di daerah peperangan dulu.

Linda lalu tersenyum setelah menghabiskan setengah cangkir kopi, sambil menunggu reaksi obat itu pada tubuh Aksan.

Well ! waktunya beraksi. Benak Aksan selanjutnya.

Aksan sengaja maju lebih dekat. “Apakah anda tidak takut dengan saya ?”

“Kenapa mesti takut ? justru aku menginginkanmu, Aksan.” balas Linda. Nafasnya berhembus dan menerpa wajah Aksan.

Aksan tersenyum.

“Saya sedang terangsang malam ini, apakah anda telah mencampurkan sesuatu di minuman ini ?”

“Hmm... kalo iya, kenapa ?”

“...” Aksan menggerakkan bahu.

“Dari pertemuan terakhir kita di kantor, di saat kamu menolakku... Sejak itulah, hari-hariku di rundung kekesalan. Kesal karena keinginanku untuk mendapatkanmu, belum terkabulkan.”

“Apa yang mesti saya lakukan ?” balas Aksan. Tangannya bergerak menyentuh pundak Linda.

“Sttttttt...” Di sentuh sedikit saja, tubuh Linda bereaksi.

“Padahal saya belum pernah melakukannya.. Anda yakin ?” Aksan bertanya.

Linda menarik nafas sambil mata terpejam. Tersirat senyum menyeringai di wajah Aksan. Sepertinya dia sudah berhasil mempermainkan Linda.

“Stttttttt.. sangat yakin, sangat-sangat yakin... please, aku menginginkan malam ini kita melanjutkan yang sempat tertunda kala itu.”

Aksan mundur sedikit, lalu menatap dari rambut hingga ke kaki si gadis.

“Cantik... seksi,” gumam Aksan menatap tepat pada payudara gadis itu. “Itu... jauh lebih besar dari terakhir saya melihatnya.” Aksan menunjuk payudara Linda.

“Uhhhhkkkk...” Linda menahan nafas, padahal jelas-jelas jari telunjuk Aksan tidak menyentuh puting itu.

Linda lalu memegang tangan Aksan. “Sentuhlah”

“Ohhh iya ? boleh ?”

“Sangat boleh Aksan... sentuh payudaraku.” Ujar Linda menahan nafas dan gairahnya.

Aksan menarik lengannya dan melepas tangan Linda yang memegangnya. “Saya tidak ingin terburu-buru... bagaimana jika anda menunjukkannya padaku ?”

“Ohhhh Aksan. kamu nakal juga. Hmm, segini belum jelas bagimu ?” balas Linda sambil memegang payudara kanan di balik kain. Meski demikian puting itu terlihat jelas menonjol, dan siap untuk di hisap. Aksan sebenarnya baru saja menelan ludah, Cuma sikapnya itu masih tampak tenak di hadapan si gadis.

Coba bayangkan gadis yang sangat cantik dalam kondisi yang seperti telanjang ini berada di hadapan Aksan. Lalu menunjukkan payudara sekal itu meski masih terhalang kain tipis transparan ? Tentu saja, tanpa obat perangsang saja bagian batang itu pasti akan bereaksi. Sama halnya pada Aksan. Untung Aksan memakai celana jeans, jadi bagian itu dapat Aksan sembunyikan dari si gadis.

“Kita ke dalam yuk ?” Ujar Linda selanjutnya.

“Oke.” Aksan menggidikkan bahu. Tangannya di tarik oleh Linda masuk ke dalam ruangan.

Cara mereka berjalan masuk ke ruangan pun terlihat aneh. Linda berjalan mundur, sedangkan Aksan berjalan maju. Mereka masih berhadap-hadapan, jarak mereka pun masih bertahan seperti tadi.

Ketika tiba, Linda yang lebih dulu masuk ke ruangan sambil berjalan mundur. “Tutup Aksan.”

“...” Aksan tak bersuara, dengan kakinya ia mendorong pintu itu hingga tertutup begitu saja.

Linda lalu maju memepet tubuh Aksan. Dengan kedua lengan, Aksan menahan si gadis dengan memegang di bahu.

“Anda bisa sabar kan ? tidak perlu terburu-buru... waktu masih panjang.” Ujar Aksan.

Linda tersenyum.

“So ! apa yang akan kita lakukan di awal.”

“Hmm... apa yah ?”

Linda yang sudah terbakar gairah. Mencoba untuk menahan dengan sabar. Ia jelas akan melakukannya dengan Aksan malam ini, apalagi efek obat perangsang itu seharusnya sudah bereaksi dalam tubuh si pria.

Sebentar lagi !

Linda tak sabar, ingin melihat keseluruhan yang di miliki Aksan. Tidak mungkin pria sehebat itu, tidak mempunyai nafas dan juga kekuatan dalam menaklukkan wanita di ranjang. Memikirkan itu, dua ujung puting bergetar. Bagian selangkangannya mulai mengeluarkan cairan, hingga membuat dirinya mulai tak nyaman dengan kain yang masih menutupinya.

“Aksan... cium aku please.”

“...” Aksan malah melepaskan pundak si gadis, lalu berjalan ke arah sofa. Linda sempat kecewa, namun hanya sebentar saja. Melihat Aksan duduk di sofa, hatinya kembali senang. Rupanya pria itu tahu, untuk melakukannya memang butuh sesuatu yang empuk dan tempak yang nyaman. Mungkin sofa akan menjadi tempat mereka berbagi kenikmatan nantinya.

Aksan bukanlah pria yang baik. Seperti yang sempat ia pikirkan sebelumnya waktu berada berdua dengan si gadis di kantor. Sedikit lagi jika Linda memaksanya, maka Aksan tak segan melakukan dengannya. Namun entah malam ini, Aksan merasa ada sesuatu yang di rencanakan si gadis. Jika Aksan benar-benar mengikuti keinginan di selangkangannya, mungkin saja posisinya di rumah Pak Raharjo akan bermasalah. Mungkin saja Aksan tak akan mendapatkan lagi kepercayaan dari Pak Raharjo.

Mungkin saja !

Berfikir demikian tidak ada salahnya bagi Aksan. Apalagi mengetahui gadis ini sungguh licik. Jika ia bisa licik, maka Aksan akan lebih licik darinya.

Linda datang dan berdiri menatap Aksan.

“Katanya mau lihat toket aku ?” tanya Linda tanpa basa-basi lagi.

“Hmm boleh... jika anda tidak keberatan.”

“Hehehehe, silahkan... ini milik kamu Aksan... milikmu malam ini, bahkan semua tubuhku ini silahkan kamu nikmati.” Ujar Linda. Perlahan dengan jarinya ia menyentuh pundak. Kain yang bergantung pada pundaknya terlepas, sedangkan tangan kirinya menahan agar kain itu tidak terlepas keseluruhan dari tubuhnya.

Gerakan yang di lakukan Linda sangat erotis. Perlahan-lahan tangannya menarik turun kain itu, menunjukkan buah dada yang sekal miliknya di hadapan si pejantan. “Ba-bagaimana Aksan ?” tanya Linda malu-malu.

“Seksi... sempurna.”

“Trims, sayang !” gumam Linda. “Masih ingin melihat yang lain ?”

“Hmm... kalo anda tidak keberatan.”

Linda mengangguk dengan senyum genit pada Aksan. Ia lalu melepas pakaiannya meninggalkan cd hitam satu-satunya yang melekat pada tubuhnya. Aksan melihat tubuh Linda hanya menelan ludah saja. Ia juga sudah mulai terpengaruh dengan tubuh itu. Terbukti batang kemaluannya sudah keras sekali di bawah.

Linda lalu dengan dua jari jempolnya, menarik turun perlahan CD nya.

Glekk ! Aksan melihat pemandangan indah dan menggairahkan itu. Lekukan tubuh Linda terpahat dengan begitu sempurna. Buah dada yang menggelantung dengan bentuk yang sekal, ukuran buah dada itu tidak besar dan tidak kecil. Seukuran orang indonesia tanpa melakukan operasi pembesar. Tapi yang membuat itu tampak semakin sempurna, adalah dua puting menghias di tengah-tengah buah dada itu, warnanya kemerahan dan menantang si penjantan untuk mencicipinya.

Melirik kebawah.

Lipatan vertical dengan rumput halus berwarna hitam.

Ahhh ! Bagaimana ini, apa yang harus saya lakukan ? Aksan membatin.

“Ayolah pejantan... aku sudah telanjang, apa yang ingin kamu lihat lagi ?”

“Sudah cukup.”

Setelah mengatakan itu, sayup-sayup Aksan menangkap suara langkah seseorang di luar sana sedang melangkah naik. Aksan menyeringai, sepertinya inilah serangan yang akan dilakukan oleh Linda. Mungkin sebelum Aksan melakukan, dia lebih dulu di tangkap basah dengan pihak keluarga dan segera mengusirnya. Untung saja pendengaran Aksan cukup bagus, dan juga memang telah terlatih selama ini. Apalagi kondisi di rumah ini benar-benar sunyi. Hanya terdengar jelas suara nafas Linda yang menderu di ruangan.

Aksan lalu menatap Linda. “Ada kondom ?”

“Ohhh Aksan, haruskah memakai itu ?”

“Oh tentu.”

“Aku belum menyiapkannya.”

“Hmm... kebetulan aku punya stock. Bagaimana jika anda menungguku sebentar saja ?” ujar Aksan pada Linda.

“Tidak bisakah kamu menyentuhku sedikit saja ?” tanya Linda yang tak lagi dapat menahan untuk di sentuh.

“Hmm baiklah.” Aksan lalu berdiri, dia memberikan kecupan di bibir si gadis dengan tangan yang sudah meremas dengan lembut payudara itu.

“Ohhh Aksan.” desah Linda.

Lalu Aksan mengecup sebentar payudara itu.

Tentu saja apa yang dilakukan Aksan sangat-sangat membakar gairah si gadis. Saat tangan Linda ingin menyentuh batang kemaluan Aksan, Aksan menepisnya. “Biarkan saya mengambil kondom...”

“Eh... ouhhhhh buruaaaannnnn.”

“Oke.” Dengan gerak cepat, Aksan keluar dari ruangan meninggalkan Linda sendiri yang masih terbakar gairah.

Sepeninggalan Aksan. Linda tak dapat menahan, ia duduk di sofa. Pikirannya sudah terfokus dengan gairah. Hingga tangannya tanpa sadar menyentuh vaginanya sendiri. “Uhhh Aksan, ohhhh tolong entot aku sekarang sayang.”

Semakin vaginanya di mainkan, semakin membuat tubuh Linda menggeliat nikmat. Ia naik ke sofa, lalu duduk miring sejajar dengan sofa panjang itu. Setengah tubuhnya terhalang, karena posisi sofa membelakangi pintu masuk. Jadi jika Aksan masuk akan melihat tubuh Linda sedang menggeliat nikmat dari samping. Seperti dia sedang berhubungan intim dengan seorang pria yang posisinya tertidur di sofa dan terhalang oleh sandaran.

“Ohhh Aksan... ke-kenapa kamu lama sekali. Aksaaaan pleaseeeee, aku menginginkan kontolmu memasukiku.”

“Fucckkkkkk me please.”

.

.

Dari luar ruangan. Dinda si adik baru saja terkejut melihat dari layar ponsel yang kameranya menghadap di dalam ruangan melalui celah pintu, Linda kakaknya sedang berhubungan badan. Yang makin membuatnya terkejut dan tiba-tiba perasaannya sakit, adalah Linda menyebut nama seseorang yang juga sedang hadir dalam pikiran Dinda.

“Ohhh Aksan sayang... oh !”

PRANKKK ! Hp di tangan Dinda terjatuh. Linda yang sedang bergairah di dalam ruangan ikutan terkejut. Dia segera menunduk agar tubuhnya terhalang dengan sandaran sofa.

“SIAPA DISANA ?” tanya Linda.

Dinda yang sudah sakit hati tak tahan berlama-lama di tempat itu. Tanpa sadar kedua matanya mengeluarkan air mata, ia lalu melangkah mundur perlahan-lahan.

“Ti-tidak mungkin... Astaga, ke-kenapa kak Linda bisa melakukannya dengan Aksan ?” gumam Dinda masih seakan tak percaya dengan semua ini.

Dinda berjalan tergesa-gesa dengan wajah yang sudah basah karena air mata. Hingga ketika ia hampir tiba di tangga, matanya terbelalak memandang tubuh seorang pria yang sedang berada dua anak tangga di bawahnya.

“Kenapa anda menangis ?”

“A-aksan... lo ke-kenapa bisa di sini ?”

“Justru harusnya saya yang tanya, malam-malam begini anda ngapain ke tempat ini. Apakah anda sedang bercanda dengan nyawa anda sendiri ?”

“Bu-bukan itu Aksan... Astagaaaaa, ja-jadi di dalam sana... Kak Li-linda sama siapa ?”

Aksan lalu menyeringai. Dia lega, rupanya rencana dia berhasil. Untung saja ketepatannya dalam mengambil keputusan untuk lebih cepat meninggalkan Linda di dalam ruangan. Jika tidak maka jebakan yang Linda buat sendiri, akan merugikan bagi Aksan.

“Linda ? Kenapa dengan dia ?” Aksan pura-pura bersikap biasa lalu bertanya balik.

“Lo da-dari tadi kemana ?”

“Saya ? barusan patroli dari bawah..”

“Ahhhh hiks ! se-serius ?”

“Tidak ada alasan bagi saya untuk berbohong ke anda. Tidak ada untungnya,” Bugh ! setelah selesai berbicara, Dinda yang merasa lega dan begitu bahagia segera memeluk tubuh Aksan. “...”

“Hiks ! Hiks ! makasih... makasih itu bukan lo, Aksan. makasihhhhh !”

“Apapun itu, bisa lepaskan saya dulu ?”

“Gak mau... hiks ! gak mau... pokoknya Dinda minta maaf sudah salah ke lo... sudah salah nuduh lo sebelumnya.”

“Terserah. Tapi jika anda tidak melepaskan saya, maka jangan salah kan saya ji-mmmfhhmm” sebelum menyelesaikan perkataannya, Aksan terkejut ketika Dinda secara tiba-tiba mencium bibirnya.

Bukan hanya tersentuh begitu saja. Bibir Dinda menempel dengan erat pada bibirnya. Aksan terdiam kaku, dan tak dapat lagi menolaknya. Mereka berciuman di bawah tangga. Bahkan Dinda memeluk erat tubuh Aksan, seakan tak ingin melepaskannya malam ini.





Tanpa mereka sadari. Linda yang telah keluar dari ruangan, juga telah berpakaian kembali menatap mereka yang sedang berciuman. Tatapan Linda tajam, kedua tangannya terkepal. “Brengsekkk ! Dinda mau merampasnya ? Tidak semudah itu...”



-000-



Pak Raharjo baru saja masuk bersama Merdin ke dalam sebuah ruangan yang cukup besar. Di dalam ruangan itu terdapat beberapa peralatan kedokteran, juga di dalam ruangan terdapat ruang berukuran 3 x 4 meter yang di kelilingi oleh dinding kaca. Di dalam ruangan kecil itu, terdapat sebuah ranjang dan juga beberapa kotak kecil terbuat dari kaca, salah satu kotak di dalamnya terdapat se-ekor tikus.

Tiga orang di ruangan memakai pakaian putih menoleh dan mengangguk pada kedua orang yang datang itu.

“Halo Dok... bagaimana perkembangannya ?” tanya Merdin pada salah satunya.

“Kami sudah berikan pada hewan itu, kita harus menunggu dua sampai tiga hari ke depan, agar dapat mendapatkan hasilnya.”

“Ohh begitu. Percobaan kamu yang terakhir bagaimana Dok ?” kini Pak Raharjo yang bertanya.

“Percobaan sebelumnya, hanya 80% saja tuan. Sebetulnya hewan yang kita jadikan kelinci percobaan sudah mengalami kesembuhan... Cuma berselang seminggu, hewan itu tiba-tiba mati dengan tubuh keseluruan yang berubah warna menjadi biru.”

“Apakah anda sudah menambah dosisnya ?”

“Sudah tuan... Cuma –“ tampak pria itu tak melanjutkannya. Ia berfikir sejenak memandang pada Pak Raharjo dan Merdin.

“Cuma apa Dok ?” Merdin bertanya balik.

“Cuma kami belum menambahkan ke APS ke dalam cairan itu, maaf karena kami belum menganalisa keseluruhan efek baik positif maupun negatif kandungan APS itu. Sekali lagi maaf tuan.”

“Tidak masalah. APS juga sedang saya analisa. Sebelum dapat hasil dari saya. Maka jangan dulu menggunakannya.” Ujar Pak Raharjo.

“Baik tuan. Tapi, sesuai yang tuan bilang sebelumnya... Bahwa APS ini jika keberhasilannya 100% maka bukan hanya untuk menyembuhkan penyakit, melainkan meningkatkan kekebalan dan fungsi otak yang mengkonsumsinya ?”

“Ya ! Cuma saya masih belum yakin. Kita tunggu saja, jika berhasil maka kita akan menjadi no 1 di dunia.”

“Baik tuan.”

“Oke silahkan lanjutkan kerjaan kalian, saya pergi sekarang.”

“Baik tuan.”

Pak Raharjo berjalan keluar bersama Merdin.

Saat berada di lift, Pak Raharjo menoleh pada Merdin.

“Sudahkah kamu mendapatkan seseorang yang akan kita jadikan percobaan di awal ?” tanya Pak Raharjo.

“Sejauh ini, masih belum tuan.. tapi saya yakin, begitu waktunya tiba... maka kita akan mendapat kandidat yang akan menjadi percobaan kita di awal.”

“Baiklah... semua saya serahkan ke kamu. Saya gak mau gagal !”

“Baik tuan.”

“Btw, bagaimana perkembangan Aksan ?”

“Sejauh ini masih aman dan terkendali tuan.”

“Oke tetap kontrol dia, jangan gegabah hingga membuatnya curiga.”

“Baik tuan.”
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd