Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG AYU MERONA

Untuk SARAN dan MASUKAN saja. Suhu dimari lebih senang Ayu pertama kali sama siapa..??


  • Total voters
    84
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Side Story : Reni ( Sebuah Kejutan )

Sebelum baca cerita silahkan baca link di bawah ini biar ngga bingung..

Pemberitahuan

Terima Kasih.

*******​

Sudah hampir 6 bulan hubunganku dengan pak Darto berjalan. Setiap ada kesempatan, kami selalu melakukan hal itu. Entah itu dirumah pak Darto, atau dirumahku saat keadaan sedang sepi. Bahkan pernah kami melakukannya dipinggir sungai didesa kami yang lumayan rimbun jadi menghalangi pandangan orang ketempat kami.

Namun, sudah 2 mingguan ini kami tak lagi melakukan hal itu. Semua berawal dari 2 minggu yang lalu saat terakhir kami melakukan hubungan badan dirumah pak Darto. Saat kami sudah selesai, tiba2 Pak Darto mengutarakan sesuatu yang membuatku sedikit tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan. Sehingga selama 2 minggu ini aku sengaja mendiamkannya. Untuk berpikir apakah aku harus melakukannya atau tidak.

****

2 minggu yang lalu...

"Mba Reni. Makasih ya karena selalu baik sama bapak. Hehehe.." ucap pak Darto sambil memakai pakaiannya.

"Hallahhh.....apaan sih pak. Kan kita sama2 butuh, dan sama2 menikmati pak. Jadi ngga perlu terima kasih segala." Jawabku.

"Ngga tahu ya pak. Reni suka aja sensaninya saat melakukan itu. Pokoknya berasa lebih nikmat dehh pak. Hehehe." Sambungku jujur karena memang sensasi saat melakukan hubungan seks bukan dengan pasangan resmi itu lebih nikmat.

"Jadi mba Reni suka melakukan sama orang yang bukan pasangan gitu.?" Tanya pak Darto.

"Eehmmm...gimana ya pak?" Jawabku namun dalam hati sebenarnya mengiyakan omongan pak Darto.

"Tapi mba Reni menikmatinya kan.??" Tanya pak Darto lagi kemudian duduk disampingku dan merangkul pundakku. Reflek, aku menyandarkan kepalaku kepundak pak Darto.

"Hhmmm.*** tahu ahh pak. Reni bingung...." Jawabku manja.

"Buktinya mba Reni selalu basah dan mendesah keenakan. Berarti mba Reni menikmatinya kan.??" Pak Darto mencoba untuk membuatku menggungkapkan rasa yang aku alami.

"Hehehe..iyaa sih pak." Jawabku malu2.

"Nahh itu ngakuu...." Kata pak Darto sambil menyubit hidungku. Lalu kami terdiam cukup lama tanpa bersuara.

"Mbaa...aku boleh mengungkapkan sesuatu ngga.?? Tapi janji jangan marah ya.??" Ucap pak Darto kemudian.

"Ehh...tanya apa pak..? Serius amat." Jawabku heran mendengar pak Darto tiba2 serius.

"Janji dulu...." Ucapnya lagi.

"Iyaa..iyaa....Reni janji pak." Jawabku yang memang tak ada niatan untuk marah pada pak Darto. Namun bukannya menjawab, pak Darto malah kembali diam.

"Ayoo ngomong, malah diem aja." Kataku melihat pak Darto diam seperti bingung memgutarakan maksudnya.

"Ehhh ga jadi dehh mba..hehehe." Jawab pak Darto ragu2.

"Ngomong aja pak. Kan ngga ada ruginya juga. Yang pasti aku ngga akan marah kok." Kataku meyakinkan pak Darto untuk menyampaikan maksudnya.

"Ehhhh...tapi mba...??" Katanya masih ragu.

"Gapapa pak. Ayo ngomong..." Desakku.

Akhirnya, pak Darto menyampaikan apa yang ada dipikirannya.

Dia bilang, kalau beberapa hari yang lalu temannya datang bermain kerumahnya. Awalnya hanya berlangsung obrolan biasa seperti teman yang sudah cukup lama tak bertemu. Namun semakin lama temannya itu bercerita tentang kerinduan dengan istrinya yang sudah meninggal. Bahkan sampai bercerita tentang kebutuhan batinnya yang kadang masih butuh penyaluran. Saking kepinginnya kadang2 dia sampai harus onani untuk melepas sedikit hasratnya.

Mendengar cerita temannya, pak Dartopun bercerita bahwa dia juga melakukan hal yang sama saat hasratnya sudah sangat butuh penyaluran. Meskipun kenyataannya dia lebih beruntung karena ada aku yang selalu menjadi partner pelepas birahi. Namun pak Darto tak menceritakan bagian itu. Pak Darto menyarankan untuk tetap sabar saja, atau kalau mau temannya itu disarankan untuk menikah lagi.

"Terus....apa hubungannya sama Reni pak.? Tanyaku mendengar cerita pak Darto.

"Anuu mba...kalau mau mba bisa ngga bantu temenku ini.? Ungkap pak Darto tanpa berani menatapku.

"Apaaa...??? Maksudnya Reni harus berhubungan sama teman bapak gitu..?? Tanyaku kaget dengan keinginan pak Darto. Ada rasa marah dan kecewa dalam hatiku saat pak Darto malah menawarkan aku untuk melakukannya juga dengan temannya.

"Eehhh bukan gitu mba.. membantu kan ngga harus sampai begituan juga mba....." Sanggah pak Darto menanggapi nada bicaraku yang sedikit meninggi.

"Maksudnya gimana pak.??" Tanyaku heran.

"Maksudnya gini mba. Temanku itu sedikit bisa memijat. Jadi nanti aku akan minta dia untuk memijat mba Reni. Nah saat itu mba Reni bisa bantu dia dengan sedikit melihatkan keseksian mba Reni. Ngga perlu telanjang juga, tapi paling tidak dia bisa lihat pemandangan lah...hehehe." Terang pak Darto dengan sedikit bercanda mengatasi kegugupannya.

Aku mengernyitkan dahi memikirkan permintaan dan saran dari pak Darto. Cukup menarik juga sih idenya. Apalagi semenjak berhubungan dengan Pak Darto, ada sedikit perubahan dalam diriku yang mungkin tak disadari betul oleh pak Darto. Entah mengapa, aku begitu suka saat ada laki2 yang memperhatikan tubuhku. Bahkan tak jarang, aku sengaja membuat gerakan2 yang makin memancing mata mereka untuk terus memperhatikanku. Seperti pura2 membusungkan dada, atau menjatuhkan benda sehingga aku harus mengambilnya dengan posisi menungging. Pernah suatu ketika saat rumah kakekku sedang direnovasi, aku sengaja sedikit mempertontonkan tubuhku kepada para kuli yang masih tetanggaku juga.

Sore itu, aku baru pulang kerja sekitar jam 5. Sampai dirumah kulihat kakek dan nenek sedang duduk diteras rumah. Memang seperti itulah kebiasaan mereka. Setelah bersalaman dan basa basi sebentar, aku memutuskan kedalam untuk mengganti pakaianku dengan tanktop dan bawahan celana pendek seperti kebiasaanku sehari2 dirumah. Saat akan kebelakang untuk mandi dan mencuci pakaian, aku mendengar suara kuli yang merenovasi rumah kakekku belum pulang. Tadinya aku mau kembali kekamar untuk mengganti pakaian, tapi entah kenapa hatiku seperti berdebar2 karena memikirkan reaksi mereka saat aku tampil menggunakan pakaian seperti ini.

Setelah berpikir sejenak, aku memutuskan untuk menemui mereka dengan pakaian seperti ini. Didapur aku melihat mereka sedang memasang pipa air untuk cuci piring. Tadinya mereka tidak menyadari keberadaanku, tapi karena aku ingin mereka melihat tubuhku sehingga aku akhirnya menyapa mereka.



"Eehhhh...kirain udah pada pulang." Ucapku pura2 kaget melihat masih ada mereka.

Saat berbalik melihatku, kulihat mereka sedikit kaget dengan penampilanku. Pak Sis dan anaknya yang masih duduk di bangku SMA itu sampai melongo mendapati penampilanku yang seksi ini.

"Iyaaa..mbaaa..tanggung ini..." Jawab pak Sis gugup karena melihat penampilanku. Berulang kali matanya tak bisa fokus menatap wajahku dan malah melihat kearah dadaku. Apalagi anaknya, ngga pernah naik pandangannya dari arah dadaku. Yang ada malah turun kebawah melihat keseksian pahaku.

Mendapati tatapan mata mereka, malah membuatku sedikit terangsang. Sehingga aku memutuskan untuk menggoda mereka lagi.

"Gitu ya pak. Ya udah, Reni mau mandi dulu pak." Jawabku sambil pura2 mengikat rambut memperlihatkan ketiakku yang mulus tanpa bulu. Pak Sis dan anaknya kompak menelan ludah hampir bersamaan. Saat selesai mengikat rambut, aku melangkah kekamar mandi meninggalkan mereka yang masih terpana.

Malamnya, aku lalu meminta "jatah" kepada pak Darto yang disambut dengan genjotan penuh nafsu hingga kami melakukan sebanyak 3 ronde yang membuat pak Darto sedikit heran. Namun tetap melayani keinginanku meski harus melewati "jam malam" yang kami sepakati. Karena biasanya, aku sudah harus pulang jam 21.30 dari rumah pak Darto agar tidak menimbulkan kecurigaan. Malam itu kami melakukannya sampai jam 22.15.

"Terus, kenapa harus minta tolong sama Reni pak.?" Tanyaku ingin tahu alasan pak Darto.

"Eehhh...maaf mba. Aku cuma mau bantu temanku kok. Dan kalau bukan minta sama mba Reni, aku harus minta sama siapa lagi. Lagian ini kan hanya uneg2 mba. Kalau mba punya saran lain, gpp kok. Nanti aku bisa sampaikan kepada temenku mba." Jelasnya yang hanya ingin mengutarakan keinginannya membantu temannya.

Aku menghela nafas mendengarkan kata-kata pak Darto.

"Reni pikir2 dulu deh pak. 2 minggu lagi akan Reni jawab. Tapi selama 2 minggu ini, Reni ngga mau diganggu dan main kesini dulu. 2 minggu lagi, apapun jawaban Reni, Reni akan main kesini. Reni akan atur kita libur berdua. Oke pak.?" Jawabku sambil berdiri dan meninggalkan rumah pak Darto.

"Baik mba. Maaf ya mba." Kata pak Darto saat melihat aku melangkah pergi.

"Iya gpp pak. Reni permisi ya.." Balasku melangkah menjauh dari rumah pak Darto.

****


"Hhmmm...dua minggu. Rasanya kok lama banget ya menunggu hari ini. Hihihi." Batinku saat menyiapkan makanan untuk kubawa kerumah pak Darto. Hari ini adalah hari yang telah kujanjikan untuk menjawab keinginan pak Darto. Sebenarnya, aku sudah mendapat jawabannya beberapa hari lalu. Tapi karena kami telah berjanji untuk membicarakan hal ini 2 minggu lagi, maka akupun menanti dengan ngga sabar. Bukan ngga sabar untuk menjawab keinginan pak Darto. Tapi entah kenapa, selama beberapa hari ini aku begitu rindu dengan genjotan pak Darto di vaginaku. Sehingga membuat hari ini terasa begitu lama. Dan hari ini sengaja aku berpenampilan spesial untuk bertemu dengan pak Darto. Hanya menggunakan baju tidur tanpa ada apa2 lagi didalamnya.


Setelah semuanya siap, aku langsung meluncur kerumah pak Darto. Kulihat pak Darto sedang duduk diteras rumah dengan menggunankan sarung dan kaos oblong kebanggaannya. Kuyakin dia baru bangun tidur. Melihat kedatanganku, seolah mengerti pak Darto lalu bangkit dan masuk kedalam rumahnya. Dia membuka pintu dan menungguku disana. Saat aku sudah masuk, pak Darto langsung mengunci pintunya dan menuntunku kearah dapur. Aku yang memang juga sudah kepingin karena sudah dua minggu kita tak melakukannya manut saja saat dibawa kedapur.

"Aduuhh mba. Aku kangen banget sama kamu." Katanya memelukku dari belakang.

"Iya pak, sama. Hehehe." Jawabku sambil meletakkan makanan di meja makan.

"Maaf mba udah ngga tahan." Pak Darto berkata sambil menempelkan penis tegangnya dibelahan pantatku.

"Hhmmmmm...." Jawabku singkat mendapat perlakuan pak Darto.

Dengan tak sabaran, pak Darto lalu melepas sarung yang dia pakai. Membuat penis pak Darto semakin terasa mengganjal dibelahan pantatku. Tangannya juga ikut maju menggapai payudaraku untuk semakin membangkitkan gairahku. Diremas2 payudaraku dengan lumayan keras saking nafsunya pak Darto karena sudah 2 minggu tak mendapat jatah apapun dariku.

"Besok2 jangan ada acara nunggu2 segala ya mba...bapak ngga tahann oohhh....." Ucap pak Darto seraya mendesah.

"Iyaa pakk...Reni jugaa samaaa....." Desahku menimpali.

"Waduhh iyaa mbaa beneran sama pengennya...heheeee.." Ucap pak Darto surprise saat mengangkat rokku.

"Langsung aja ini mah mba..." Sambungnya. Yang kujawab dengan anggukan kepala seraya melebarkan kakiku.

Pak Darto lalu mengoleskan kepala penisnya divaginaku untuk sedikit membuatnya basah. Setelah cukup, pak Dartopun memasukan batang penisnya yang telah mengeras itu.

"Eeehhmmmm,, pelan pakk...." Desahku.

"Iyaa mbaaa...inniii jugaa peelaann....." Jawab pak Darto terus memaksakan penisnya masuk.

"Aahhh....massuukkk jugaa mbaa..." Sambungnya saat batang kelaminnya sudah masuk semua kedalam vaginaku.

Pak Darto mendiamkan sebentar penisnya tertanam divaginaku. Dan beralih meremasi payudaraku sambil menciumi tengkukku. Setelah cukup lama pak Darto mulai memompa penisnya keluar masuk.

"Oohhh...mbaaaa...eenaakkk....." Desah pak Darto merasakan kenikmatan menggarapku.

"Eehhmmmm....aahhh...aahhhh...." Balasku yang ikut bergoyang menyambut penis pak Darto.

Plokk..plookkk...ploookkk suara benturan tubuh kami dipagi hari ini. Seminggu lebih tak mendapatkan sodokan dari pak Darto membuat vaginaku lebih sensitif dari biasanya. Pak Dartopun seolah ingin mencurahkan nafsunya yang lama tak tersalurkan dengan bergoyang cepat. Hingga sepuluh menit kemudian, aku merasa akan segera mencapai orgasmeku di ikuti oleh pak Darto yang juga merasakan hal yang sama.

"Oohhh...pakkkk...akuuuu keluaarrr......" Erangku merasakan gelombang orgasme yang semakin dekat.

"Aahhhhhh....aahhhhh.....aaahhhhh....akuuuu juuggaaa mbaaaa....aaahhhhh..." Balasnya.

"Paakkkk...ooohhhhhhhhhh........." Erangku lagi saat akhirnya oegasmeku datang juga.

"Aaduuhhhh...enakkk mbaaa.....ooohhhhhhh......" Pak Darto melepas penisnya dari vaginaku dan mengocoknya untuk menumpahkan air maninya dipantatku. Tangan kirinya memegang pinggulku menjaga agar aku tak jatuh tersungkur karena orgasme yang melandaku.

Crrootttt crrootttt crrootttt....cairan pak Darto tumpah membasahi pantatku. Pak Dartopun melepaskan pegangannya yang membuat aku terduduk dilantai dapur.

Hosshh...hhosshhh...hossshhh....
Nafas kami masih memburu untuk beberapa saat marasakan sisa2 kenikmatan yang baru saja kita reguk. Pak Dartopun ikut duduk disampingku mengistirahatkan tubuhnya. Hingga beberapa saat kemudian kami sudah bisa menguasai diri lagi. Pak Darto bertanya tentang rencana dia yang ingin membantu temannya.

"Gimana mba..? Tentang temanku." Tanya pak Darto saat kami sedang istirahat memulihkan tenaga.

"Eemmmm...gimana ya.? Reni malu pak." Jawabku merapihkan kembali bajuku. Yang sebelumnya kugunakan sarung pak Darto untuk mengelap lelehan spermanya tanpa diprotes olehnya.

"Tapi mau kan..? Hehehe." Ledek pak Darto.

"Apaan sihh pak." Balasku sambil tersenyum sipu.

"Tapii...iyaa juga sih...hehehe." Sambungku lagi mengiyakan omongan pak Darto.

"Beneran mau mba..?" Pak Darto kelihatan girang mendengar jawabanku.

"Ihhh kok seneng banget kayaknya...?" Jawabku pura2 sebel.

"Hehehe..jangan manyun dong mba..tar kelihatan manisnya." Gombal pak Dartoo.

"Iiihhhhhhhh sebell........" Jawabku sambil mencubit lengan pak Darto.

"Aadduuuhhhhh...aampuunn mbaaa...." Pak Darto mengaduh memegangi tanganku mencoba untuk menyingkirkannya.

"Taapii pakk...." Ucapku ragu.

"Tapi kenapa mba..??" Tanya pak Darto melihat keraguanku.

"Kalau aku kasih lebih boleh ngga pak.?" Tanyaku sambil mengerlingkan mata.

"Mba yakin..?" Pak Darto menyakinkan maksudku.

"Iya paaakk...tapi bapak juga ikut ya..???" Jawabki lagi yang mwmbuat pak Darto lebih kaget lagi.

"Apa mbaa...??? Jadi kita bertiga gitu..??" Tanya pak Darto menunjukan muka kaget.

"Iyaa.. bapak mau ngga...??" Kataku kembali mengajak pak Darto untuk ikut serta.

"Mau mba..mau benget..dikasih enak masa ngga mau. Kan bodo namanya. Hehehe." Jawab pak Darto antusias.

"Ya udah sana mandi dulu. Terus bilang temannya suruh kesini pak. Tapi tetep alasannya buat mijitin Reni, jadi dia ngga tahu akan dapet kejutan. Reni juga mau mandi dulu pak, nanti kalau sudah dateng kabarin Reni ya." Jelasku kepada pak Darto.

"Baik mba..tapi mau dimana.?" Tanya pak Darto.

"Disini kamar pak Darto aja. Biar lebih enak. Hehehe." Jawabku seraya pergi meninggalkan pak Darto.

Sesampainya dirumah aku langsung mandi untuk menyegarkan diri. Pikiranku kembali menerawang kebeberapa bulan yang lalu saat pertama kali aku menonton film biru setelah sekian tahun tak lagi menontonnya. Dari situ aku baru tahu, bahwa ternyata banyak genre yang bisa kita pilih. Dulu saat menonton dengan pacarku, aku hanya pernah menonton film yang menampilkan seorang perempuan dan laki-laki. Tapi sekarang aku tahu ternyata banyak sekali genre dalam film biru. Salah satu yang paling membuatku bergairah adalah saat seorang wanita melayani nafsu beberapa laki-laki. Dan yang lebih gilanya, dalam adegan itu sang wanitalah yang memancing2 nafsu lawan jenisnya. Dari situlah aku tahu istilah eksibisionis yang mana seseorang berani tampil terbuka didepan umum. Berawal dari situ pulalah, aku mulai berani sedikit tampil lebih seksi untuk mendapat perhatian lawan jenis.

Pertama melakukannya, aku merasakan sensasi takut namun ada begitu banyak gairah dalam dadaku. Awalnya memang kaku, tapi setelah beberapa kali mencoba aku mulai terbiasa dan lebih alami. Meskipun jujur, aku belum berani menampilkan sebagian tubuhku dihadapan para lelaki. Baru sebatas tampil seksi, itupun hanya dihadapan pak Sis dan anaknya. Itupun aku sedang berada dirumah, jadi aku anggap sebagai hal yang wajar.

Namun nanti akan menjadi hal yang berbeda. Aku bukan hanya akan melakukan eksib dihadapan teman pak Darto. Tapi mungkin aku juga akan melakukan hubungan badan dengan dua orang sekaligus. Suatu hal yang mungkin pernah ada dipikiranku, tapi tak kusangka akan benar2 aku lakukan.

Selesai mandi aku lalu berpakaian dikamarku. Sengaja aku memilih pakaian yang biasa, namun tetap memperlihatkan lekuk tubuhku. Karena memang kami akan memberi kejutan pada teman pak Darto. Saat baru selesai aku mendapat sebuah pesan di hp dari pak Darto yang bilang kalau temannya sudah dalam perjalanan menuju kesini. Akupun diminta untuk datang kerumah pak Darto sembari menunggu temannya tersebut.

Mendapat kabar seperti itu aku bergegas pergi ke rumah pak Darto setelah memastikan semua pintu rumah telah terkunci. Saat masuk kerumah pak Darto, kulihat dia sedang duduk diruang tamu sambil menonton tv.

"Masih lama pak.?" Tanyaku sembari melangkah ke arah pak Darto. Kulihat tatapan matanya tak pernah lepas memandang tubuhku dari atas ke bawah.

"Ehh mba Reni. Bentar lagi paling mba. Kan ngga jauh juga rumahnya dari sini." Jawabnya sambil memperhatikan tubuhku.

"Kenapa..?? Ada yang salah ya.?" Ucapku memutar tubuhku didepan pak Darto.

"Ngga kok mba. Cuma makin montok aja kayaknya mba. Hehehehe." Jawab pak Darto yang masih memperhatikanku.

"Hhuuuuuu..ini kan perbuatan bapak. Jadi tubuhku makin berisi." Jawabku sambil duduk disamping pak Darto. Kami melanjutkan obrolan ringan kami sambil menunggu teman pak Darto. Pak Darto sempat menanyakan kembali niatku untuk melakukan dengan mereka. Aku menjawab dengan yakin bahwa aku benar2 mau melakukannya. Bukan semata karena ingin membantu, tapi juga karena ada hasrat yang aku pendam selama ini. Meskipun ada masih ada rasa takut dan malu, tapu aku mantap ingin mencobanya.

Tok..tok..tokkk.... Suara pintu rumah pak Darto diketuk saat kami sedang asyik mengobrol.

"Kyaknya temenku udah dateng mba.." Ucap pak Darto sambil melangkah kearah pintu.

"Aku lihat dulu ya." Sambungnya lagi.

"Iyaa pak." Jawabku singkat.

"Duuhhh jadi grogi gini aku. Gimana ya kira2 teman pak Darto. Moga saja ga "galak" banget." Batinku.

Beberapa saat menunggu kulihat pak Darto masuk bersama dengan seseorang. Penampilannya cukup bersih, memakai kaos oblong dan celana panjang. Kutaksir umurnya berkisar 50an karena sudah banyak rambutnya yang berganti warna. Namun perawakannya masih tegap, mungkin efek dari kerja keras yang dia lakukan selama ini untuk mencari nafkah.

"Kenalin mba, ini temenku yang mau mijit mba Reni." Pak Darto mengenalkan temannya kepadaku.

"Ehh iya pak. Reni." Jawabku mengulurkan tangan.

"Mamat mba. Wahh mba Reni ternyata emang cantik. Persis kayak yang dikatakan si Darto." Ucapnya sambil menerima uluran tanganku.

"Lho, emang pak Darto cerita apa aja.?" Tanyaku curiga. Jangan2 pak Darto malah membocorkan rencana kita.

"Ngga cerita apa2 kok mba. Cuma waktu itu saya pernah ngajakin dia kerja ke kalimantan, tapi ngga mau. Kata dia kalo kepala toko tempatnya bekerja orangnya cantik dan baik banget. Makanya dia betah kerja disitu." Jawab pak Mamat.

"Hhmmmm untung pak Darto ngga cerita yang macem2." Batinku.

"Aahh, pak Darto melebih2kan kok pak. Saya hanya menjalankan kewajiban saya sebagai atasan." Jawabku.

"Meski kadang punya tugas lain. Hihihi." Batinku lagi.

"Ohh iya mba, bener itu." Jawab pak Mamat singkat.

Dari percakapan singkat itu, aku juga mengetahui beberapa hal tentang pak Mamat. Dia bekerja sebagai buruh tani dikampungnya. Beruntung ada orang yang mempunyai sawah mau mempercayakannya garapan kepada pak Mamat dengan sistem bagi hasil. Jadi pak Mamat bisa memenuhi kebutuhannya. Ditambah, dia juga biasa memijat untuk menambah2 penghasilan.

"Ya udah, mulai sekarang aja yuk pijitnya." Tawarku ke pak Mamat.

"Mumpung belus siang." Sambungku lagi.

"Boleh mba. Mau mba dulu apa Darto dulu nih..? Tanya pak Mamat sambil mempersiapkan minyak urut.

"Emang pak Darto mau pijit juga.?" Tanyaku heran karena setahuku dia tidak suka dipijit.

"Iya dong mba. Pijit kepala mba. Pusing pengen muntah mulu daritadi. Hehehehe." Canda pak Darto yang aku tahu arah pembicaraannya.

"Ohhh...." Jawabku singkat sambil manggut2.

"Jadii....." Tanya pak Mamat lagi.

"Aku dulu aja pak. Pak Darto mah bukan mau pijit sama bapak. Hehehe.." jawabku membuat pak Mamat keheranan.

"Tapi pake baby oil aja pak. Aku ngga suka bau minyak urut. Nanti aku ambilin dulu dikamar." Sambung sambil melangkah menuju kamar tamu. Sebenarnya baby oil itu ada dikantungku. Tapi karena aku ingin membuat kejutan untuk pak Darto dan pak Mamat makanya aku pura2 mengambil dari kamar tamu.

"Lhoo..emang ada mba..??" Tanya pak Darto heran.

"Ada pak. Kan waktu temen2 toko kumpul disini pas arisan baby oilku ketinggalan disini." Jawabku sekenanya.

"Ohh gitu ya mba." Pak Darto mengiyakan namun masih terlihat kebingungan.

"Iyaa...." Jawabku singkat melangkah kekamar tidur. Aku lalu menutup pintu dan menguncinya. Didalam kamar aku melepaskan semua pakaianku termasuk juga pakaian dalamku hingga aku telanjang biulat. Kemudian aku memakai kain jarit yang memang ada dilemari kamar. Sengaja aku sedikit menurunkan ikatannya agar sebagian payudaraku menyembul keluar.


"Hhmmm..mereka pasti terkejut melihat penampilanku yang seperti ini." Batinku melihat tampilan tubuhku dicermin. Setelah itu akupun keluar menemui mereka.

"Ini pak baby oilnya." Ucapku saat berdiri diambang pintu.

Pak Darto dan pak Mamat hanya melongo saja melihatku yang berdiri diambang pintu dengan hanya berlilitkan kain jarit. Beberapa mereka menelan ludah dengan tanpa bersuara.

"Heiii pakk...hallooo......" Panggilku menyadarkan mereka.

"Eehhh iyaa mba...maaf kenapa tadi..??" Tanya pak Mamat yang mulai kehilangan fokus.

"Ini lho pak baby oil'nya." Jawabku sambil melangkah mendekati mereka.

"Ohh iyaa mba..baik mba.." jawab pak Mamat gugup saat aku berdiri dihadapannya. Mata mereka kini hanya fokus menatap payudaraku yang menyembul keluar. Sengaja aku melakukan itu untuk memancing nafsu mereka. Bahkan pak Darto kulihat memegang penisnya yang aku yakin sudah berdiri tegang. Mungkin membetulkan posisinya biar nyaman berada didalam celana.

"Udahh ahh jangan ngelihatin mulu. Jadi pijet ngga..??" Tanyaku sambil menyilangkan tangan didepan payudaraku.

"Eehh....maaf mba..abisnya udah lama ngga liat yang bening2. Hehehe.." jawab pak Mamat yang mulai berani menggodaku.

"Huss...huss...kan punya istrinya ada pak." Ucapku memancing, karena kutahu pak Mamat sudah lama ditinggal istrinya.

"Istri saya sudah meninggal mba." Ucap pak Mamat menatap mataku sekarang.

"Aduhh maaf pak. Aku ngga tahu." Jawabku pura2 sambil berlutut didepan pak Mamat dan memegang kedua tangannya. Tentu saja hal itu membuat payudaraku semakin terlihat olehnya. Matanya kembali tertuju kearah payudaraku yang kini tepat dihadapannya.

"Sekali lagi, aku minta maaf ya pak." Ucapku lagi meremas tangan pak Mamat.

"Iii...iyaa mbaaa..." Jawab pak Mamat singkat namun pandangan matanya tetap tak mau beranjak dari payudaraku. Aku melirik pak Darto dan memberi isyarat agar dia menyadarkan pak Mamat dan memulai untuk memijatku.

"Mulus ya Mat.?" Tanya pak Darto yang malah memanaskan keadaan.

"Iyaa, To. Montok banget, gedee..." Jawab pak Mamat.

"Huahahahahaha......." Pak Darto malah tertawa mendengar jawaban pak Mamat.

"Ehh aduuhh...maaf mbaa...." Pak Mamat seolah tersadar dengan kata2 yang baru saja meluncur dari mulutnya. Dia menatap wajahku yang tersenyum mendengar jawaban pak Darto.

"Iya pak, gpp kok. Aku maklum." Jawabku memaklumi kelakuan pak Mamat.

"Nanti lagi ya ngelihatinnya. Sekarang pijitin aku dulu pak." Sambungku sambil mengerlingkan mataku. Pak Mamat hanya tersenyum dan mengangguk tanda mengiyakan ajakanku. Sesuai rencana kami, aku akan dipijat di dalam kamar pak Darto. Sehingga nanti saat dipijat, pak Darto akan menutup dan mengunci pintu rumah agar lebih aman sebelum pak Darto menyusul ke kamar. Namun saat mau melangkah ke kamar tiba2 pak mamat minta ijin untuk kekamar mandi sebentar. Meninggalkan aku dan pak Darto berdua diruang tamu.

"Mba Reni seksi banget. Ngga nyangka berani seperti ini. Hehehe." Bisik pak Darto saat pak Mamat sudah masuk kekamar mandi.

"Iyaa dong..kan kasih kejutan pak. Hehehe." Jawabku sambil kembali duduk menunggu pak Mamat kembali.

"Duuhhh...bapak ngga tahan ini mba..." Jawab pak Darto mengusap2 penisnya dihadapanku.

"Sabar pak... Kalau ngga sabar sana dikeluarin dikamar mandi." Ledekku.

"Yahh nggaa ahhh..mendingan dibuang disini mba.." Jawab pak Darto sambil mencubit pelan payuradaku.

"Aauuwww...pak...nakal ya tangannya." Ucapku mengelus2 bagian atas payudaraku yang dicubit pak Darto.

"Habiss gemes mba....pengen ngeremes2 tetek mba Reni." Bisiknya lagi.

"Hussss...nanti ada waktunya pak. Hehehe.." jawabku.

"Eehh pak..nanti kalau pak Mamat udh kesini, pak Darto ajak kekamar dulu ya. Terus suruh ganti pake sarung aja. Gimana..??" Usulku nakal.

"Wwahh boleh tuh mba. Tapi kalau nanti Mamat tanya aku jawab apa..??" Tanya pak Darto bingung.

"Bilang aja apa adanya pak. Hehehe." Jawabku yang juga sudah mulai bergairah.

"Waduuhh..berarti langsung keacara inti ini mba..??" Tanya pak Darto lagi.

"Hehehe. Habis kayaknya pak Mamat juga udah terangsang banget pak. Tadi kan bapak lihat sendiri, matanya selalu liatin ini nih.." Jawabku sambil menunjuk payudaraku.

"Ya udah mba..kalau gitu saya kunci pintu dulu. Sekalian panggil Mamat." Ucap pak Darto melangkah kearah pintu dan menguncinya. Setelah itu dia kearah dapur untuk memanggil pak Mamat yang entah kenapa lumayan lama dikamar mandi. Bahkan saat pak Darto memanggilpun agak lama pak Mamat membukakan pintu.

"Jangan2 pak Mamat onani lagi..hihihi..." Batinku melihat pak Mamat yang terlihat kecewa saat keluar dari kamar mandi. Pak Darto berbisik2 mengatakan sesuatu kepada pak Mamat didepan pintu kamar mandi. Tak lama merekapun beranjak menuju kamar tidur pak Darto.

Beberapa saat kemudian, pak Darto dan Pak Mamat keluar dari kamar dengan hanya menggunakan sarung. Dibagian depan sarung mereka kulihat ada yang sudah mengembang menandakan penis mereka sudah mulai tegang.

"Mau disini, apa dikamar aja.?" Tanyaku setelah mereka keluar kamar.

"Dikamar aja mba. Biar lebih enak. Hehehe." Jawab pak Darto membalas omonganku tadi pagi.

"Ya udahh..yukkk...." Ajaku kepada mereka. Akupun berdiri dan melangkah kekamar. Saat sampai didepan mereka aku berhenti.

"Jangan galak2 ya pak. Hehehe." Candaku mengingatkan.

"Iiiii...iyaaa mbaaa...." Jawab pak Mamat singkat.

Kami lalu masuk kedalam kamar pak Darto yang akan kami jadikan arena pertempuran. Kerebahkan tubuhku ditengah2 kasur menanti pak Darto dan pak Mamat memulai aksi mereka.

"Sekarang kamu tahu kan Mat, kenapa aku ngga mau kamu ajak merantau.?" Ucap pak Darto memberi alasan sesungguhnya kenapa dia menolak ajakan pak Mamat.

"Iyaa To. Kalau aku diposisi kamu, aku juga pasti akan menolak." Jawab pak Mamat mendukung karibnya.

"Ayo aahh...aku udah ngga sabar daritadi." Pak Darto mengajak untuk memulai.

"Apalagi aku To. Udah hampir meledak tadi dikamar mandi." Jawab pak Mamat yang memang benar tadi dia sedang beronani.

Mereka kemudian menghampiriku dan ikut rebahan disamping kanan dan kiriku. Aku yang juga sudah menginginkannya menyambut mereka dengan merentangkan tangaku. Pak Darto kini ada disamping kiriku, sementara pak Mamat disamping kananku.

"Langsung aja ya mba." Ucap Pak Darto yang kujawab dengan anggukan kepala. Tak mau menunggu lebih lama lagi, pak Darto langsung menyosor bibirku mengajakku berciuman. Tangannya juga ikut meremasi payudara kiriku. Sementara pak Mamat menciumi payudaraku yang kanan dan tangannya digunakan untuk mengelus2 vaginaku dari luar. Meski masih terhalang oleh kain, tapi mendapat serangan secara langsung disemua titik sensitifku membuat aku mendesah dan menggelinjang tak karuan.

"mmmmmhhh...mmmhhhh....mmhhh......" Desahku terhalang oleh bibir pak Darto yang sedang mencumbuku.

Pak Darto berhenti sejenak, "Mba di buka ya kainnya." Ucapnya meminta ijin untuk menelanjangiku.

"Aahhh....iiyyaaa paakkk......" Desahku karena vaginaku masih dielus2 oleh pak Mamat.

"Mat minggir dulu. Kita buka kain mba Reni." Ucap pak Darto meminta pak Mamat untuk menyingkir sebentar.

"Eehh iyaa To. Maaf kebawa nafsu." Jawab pak Mamat jujur.

"Iyaa tahu. Makanya dibuka dulu biar kamu makin nafsu. Hehehe." Pak Darto mengakat tubuhku untuk duduk dikasur. Dari belakang dia memelukku dan merebahkanku bersandar didadanya.

"Mat, kamu pernah lihat tetek gede belum..?? Takutnya ntar ngiler lagi.hehehe." Ledek pak Darto saat akan membuka ikatan kainku.

"Lihat langsung sih belum, To. Tapi kalo lihat dari luar sering. Teteknya pemilik sawah yang aku garap To. Uuhhhh bikin ngaceng tuh teteknya. Hehehehe." Jawab pak Mamat vulgar.

"Ya udah, daripada cuma berkhayal. Nihh lihat teteknya mba Reni. Pasti ngga kalah montok sama pemilik sawahmu itu." Jawab pak Darto sambil membuka lipatan kainku.

"Tuhh Mat.. Mantap kan teteknya mba Reni..?" Ucap pak Darto menarik lepas kain yang kugunakan sehingga payudaraku langsung terlihat oleh pak Mamat.

"Gila To. Gede banget tetek mba Reni. Mana mulus lagi. Aku ngga tahan To." Kata pak Mamat yang langsung menyerbu payudaraku.

"Aaahhh paaakkk peelaaannnn...." Desahku saat pak Mamat meremas dan menghisap payudaraku cukup kuat.

Hhmmmm...sslruuppp...sslrruuppp.... Suara pak Mamat yang menghisapi payudaraku bergantian. Dengan rakusnya dia terus mengerjai payudaraku. Entah sudah berapa lama dia tak lagi menikmati tubuh wanita. Yang pasti, sekarang dia seolah benar2 mengeluarkan segala gairah yang selama ini dipendam. Payudaraku menjadi bulan2 mulut pak Mamat.

"Aahhh....aaahhh...paakk......." Desahku mendapat serangan dari pak Mamat dipayudaraku.

Pak Darto yang melihat aksi temannya dipayudaraku juga akhirnya minta jatahnya. Tanganku yang tadinya mencengkeram pahanya, kini dituntun menuju kearah selangkangan pak Darto. Disana aku menemukan penis pak Darto yang sudah menegang.

"Sssshhhh.......mbaa...." Rintih pak Darto saat kuelus2 penisnya.

Pak Mamat yang sudah mulai puas bermain di payudaraku. Mulutnya kini beralih menciumi perutku. Lidahnya berhenti diarea pusarku, lalu menggelitiknya.

"Eesshhhh......paakkk......" Desahku mendapat rangsangan dari pak Mamat. Payudarku yang kini tak lagi dijamah oleh pak Mamat diganti oleh tangan pak Darto yang meremasinya dari belakang. Putingnya juga tak luput dari tangan jahil pak Darto yang kadang memilin dan menariknya pelan. Hal itu membuat desahanku semakin keras saja.

"Ooohhhhhhhhhh.........ppaaakkkkk........." Erangku tiba2 saat tanpa aba2 pak Mamat menjilati vaginaku.

"Sssllrruuupppp....ssllrruuupppp......ssllrruuippp........" Suara mulut pak Mamat yang sedang mencumbu vaginaku. Bahkan dengan nakalnya, pak Mamat memasukan jarinya kedalam vaginaku lalu mengocoknya. Karuan saja hal itu membuat tubuhku menggeliat2 tak karuan.

"Aaahhh....aaahhh....aaahhhh......" Desahku.

"Mmeeemmekkknyaaa...maanncaapp Tthhooooo....." Ucap pak Mamat masih menjilati vaginaku.

"Ayoo maatt..bikin mbaa Reni keluar..." Ucap pak Darto menyemangati temannya.

Dirangsang sedemikian rupa membuat tubuhku tak mampu lagi menahan gelombang orgasmeku.

"Oouuhhh...phhaakkkk........aakuuuu.keluuaaarrr......aahhhhh......... crreettt...ccreetttt.....ccreeeettt....." Desahki saat orgasmeku melanda yang langsung dihisap oleh pak Mamat.

"Ssllrrupp....ssllrruupppp.....slllrruupppppppp.....,..." Pak Mamat terus menghisapi vaginaku yang membuat tubuhku makin menggeliat2.

"Mantap Mat. Bisa langsung bikin mba Reni kelojotan." Ucap pak Darto melihat temannya berhasil membuat aku orgasme dengan jilatan lidahnya.

"Eehhmmmm....gurriihh pakk......" Jawab pak Mamat saat mengangkat mulutnya dari vaginaku.

Haahh..haahh..haaahh....nafasku masih tak beraturan saat gelombang orgasmeku mulai mereda. Aku hanya bisa terkapar didada pak Darto sambil memulihkan tenagaku.

"Gila To. Ini tubuh terindah yang pernah aku lihat." Ucap pak Darto mengamati tubuhku yang tergolek lemah.

"Sama Mat. Makanya beruntung banget aku bisa menikmati tubuh indah ini." Jawab pak Darto sambil tangannya kembali meremasi kedua payudaraku.

"Iya To. Beruntung banget kita bisa menikmati tubuh mba Reni yang montok ini." Ucap pak Mamat tak mau kalah.

Aku hanya mendengarkan saja obrolan mereka sembari beristirahat. Tak kusangka, hari ini aku akan melakukan sesuatu yang belum pernah aku lakukan sebelumnya. Bercinta dengan dua orang lelaki sekaligus dulu bahkan jauh dari khayalanku. Namun sekarang, tubuh telanjangku sedang tersaji di hadapan dua orang yang sedang memuji2 kemontokanku. Mungkin beberapa menit lagi, tubuh ini akan kembali berpacu untuk meraih kenikmatan. Karena kulihat, baik pak Mamat maupun pak Darto sama2 telah menanggalkan sarungnya. Batang penis mereka kini gagah berdiri dihadapanku yang telah direbahkan oleh pak Darto diatas kasur.

"Ayo Mat mulai lagi." Ajak pak Darto seraya bibirnya maju menuju payudaraku lalu menghisapinya.

"Aayyooo To....mmmhhhhhhh....." Pak Mamat juga tak kalah rakus menyusu di payudaraku yang satu lagi. Mendapat serangan seperti itu, aku hanya bisa pasrah dan menikmatinya. Kuremas2 rambut pak Darto dan Pak Mamat untuk mengekspresikan kenikmatan yang kurasa.

"Eehhmmmmm......sssshhhh.....aahhhhhh......." Desahku saat payudaraku kembali dihisapi oleh mereka.

"Sekel banget ini tetek ya To." Ucap pak Mamat melepas kulumannya dan hanya meremasi saja.

"Hhiyaaaa....." Jawab pak Darto yang masih asyik menyusu.

"Mbaa Reni, boleh minta ini ngga..??" Ucap pak Mamat menyodorkan penisnya didepan mulutku. Aku yang memang sudah terbiasa menghisap penis pak Darto menyanggupinya dengan membuka mulutku. Pak Mamat tak menyia2kan kesempatam itu dan langsung melesakan penisnya kedalam mulutku untuk kuoral. Dia lalu menggerakan pinggulnya maju mundur menyenggami mulutku.

"Oohhhhh....eenaakkk....mbaaaa muluttnyaaa.......aaahhhh....aaahhhhhh...aaahhhhhhh....." Desah pak Mamat keenakan.

"Mmppphhhhh....mmmppphhhhhh......mmmpphhhhhj........" Desahku tertahan karena kini pak Darto mulai mengorek2 lubang vaginaku. Berdua mereka terus merangsang tubuhku agar cairan kewanitaanku keluar untuk mempermudah mereka melakukan penetrasi. Desahan dan eranganku saling bersahutan dengan pak Mamat yang merasakan nikmatnya dioral olehku.

"Udaahhh mbaaa...udaahhhh....bisaa muncratt akuu nantii...." Ucap pak Mamat menarik keluar penisnya.

"Akuu mau keluarnya pake memek mba Reni yang legit itu." Sambungnya lagi sambil menuju selangkanganku mempersiapkan penetrasi pertamanya ketubuhku. Dibukanya kakiku lebar2 lalu kepala penisnya ditempelkan digerbang kewanitaanku.

"Siap-siap ya mbaa...." Ucap pak Mamat saat kepala penisnya kurasakan tepat divaginaku. Perlahan pak Mamat mendorong masuk penisnya untuk menembus liang vaginaku yang sudah banjir dengan cairan kewanitaanku.

"Eemmhhhhhhhhh........." Desahku saat penis pak Mamat mulai melesak masuk memenuhi rongga vaginaku.

"Ooohhhh.....Mbaaa....memeekkmuu...nikkkmmaattt banngeettttt......aaaahhhhhhh....." Desah pak Mamat melesakan semua penisnya masuk kedalam vaginaku.

"Aaaahhhhh...paakkkkk......konttollll...baapakkk....gedweeee...nggaa...kaallaahhh...saammmaa ...paakkk daartttoohhhhhh........aaahhhhhhh..." Lenguhku saat semua penis pak Darto masuk.

"Weleeh...Too......binal jugaa mbaa Renii....." Ucap pak Darto mendengar ucapanku yang cukup vulgar. Pak Darto hanya tersenyum saja mendengar ocehan temannya terhadap kebinalanku.

Setelah mendiamkan sebentar, pak Mamat mulai memompa vaginaku dengan penis besarnya. Perlahan pak Mamat mulai mendaki kenikmatan yang mungkin sudah lama tidak dia rasakan.

"Aahh...aahhh..aahhh......leeggittt...tooo...memekkknyaaa....." Desah pak Mamat.

"Aaahhhhh.....eenakkkk paakkk....teerrruussss.....paakkhhh...leebiiihhh cceepppattt..
" Desahku meminta pak Mamat untuk mempercepat genjotannya. Pak Mamat pun menyanggupi keinginanku untuk mempercepat tempo permainan. Penisnya kini semakin cepat keluar masuk vaginaku, yang membuatnya semakin becek saja.

Melihat temannya sudah mulai merasakan kenikmatan. Pak Darto yang daritadi diam melihat proses penetrasi temannya, kini menyorongkan penisnya untuk kuoral. Kusambut penis pak Darto dengan membuka mulutku. Pak Darto lalu memasukan penisnya perlahan. Kemudian dia pun mulai memaju mundurkan pinggulnya menyetubuhi mulutku.


"Eehhmmmmm....eehhmmmmm....eehhmmmmm,......" Desahku tertahan penis pak Darto.

"Oohhhh...mbaa.....,...ohhhh...." Desah pak Darto semakin mempercepat goyangannya.

Pak Mamat yang melihat payudaraku tak terjamah, kini memeluku dengan masih menggoyang pinggulnya. Payudaraku kembali menjadi sasaran mulutnya yang dengan rakus menghisapi bergantian. Kadang putingku digigit pelan membuat aku menggelinjang.

"Maanttaapp...nggaa Maatt...??" Tanya pak Darto disela2 kanikmatan yang sedang kami pacu.

"Oohhh...Manncaapp...Thhoo.....eemmppphhh....ssllrruupppp......" Jawab pak Mamat tak mau melepas hisapannya.

"Mmhhhfff......aaahhhh....aahhhh....aahhhh........paakhhh...aahh...." Desahku saat penis pak Darto terlepas dari mulutku.

"Ayo Mat, tunggingin mba Reni. Pasti lebih mantap lagi memeknya." Pinta pak Darto untuk mengganti posisi. Pak Mamat pun mengikuti saran pak Darto. Penisnya perlahan dilepaskan dan memintaku memgambil posisi menungging. Pak Mamat kembali bersiap2 menyetubuhuiku, sementara pak Darto mengambil posisi didepan wajahku dengan penis yang tegang meminta untuk dipuaskan.

"Sshhhh.....oouggghhh......" Desahku saat pak Mamat mulai melakukan penetrasi.

"Oouugghhhh....eenaakkknyaaa......" Desah pak Mamat perlahan memaju mundurkan penisnya.

"Punyaku juga mau enak mbaa...." Ucap pak Darto memegang penisnya mengarahkan ke mulutku.

"Oouggghhh......" Desahnya yang tanpa diminta dua kali aku langsung mengoral penisnya lagi.

Kami terus berpacu dalam kenikmatan ini. Pak Mamat terus menggenjot vaginaku. Sementara mulutku disumpal oleh penis pak Darto yang besar hingga membuatku sulit untuk bernafas dan harus melepas kulumanku demi mendapatkan udara segar. Tangan mereka juga tak pernah bosan meremasi payudaraku yang menggantung bebas.

"Oouughhhh mbaaaa.....akuuu maauu keeluuaar....mbaaa......." Desah pak Mamat yang merasakan orgasmenya akan segera meledak.

Plookk...plookkk...pllookkk....suara benturan pantatku dan selangkangannya yang semakin cepat dipacu oleh pak Mamat.

"Aaahhhhh...iyaaa....paakkk.....keluaarriinnnn.....oouuuuhhgggghh........" Desahku merasakan penis pak Mamat keluar masuk dengan kecepatan tinggi. Pak Darto yang mengerti keadaan kami pun membiarkan kami memacu birahi. Dia menjauh dari area pertempuran dan hanya melihat dari samping.

"Oougghhh...mbaaa.....muncraatt.....mbaa..........oouughhhh.......croott...crroottt....crootttt........" Pak Mamat memuntahkan cairan putih kental di atas buah pantatku. Pinggulku dicengkeram kuat oleh pak Mamat untuk berpegangan agar dia tidak roboh kedepan.

"Aaahhh............." Desahku karena tiba2 pak Mamat menancapkan penisnya dalam2 sebelum mengeluarkannya. Setelah gelombang orgasmenya mereda. Pak Mamat menyingkir dari belakang tubuhku. Sementara pak Darto yang daritadi melihat kami, kini berlutut dibelakangku bersiap melakukan penetrasi. Ditempatkan kepala penisnya didepan lubang kenikmatanku. Dan dengan sekali dorong penis pak Darto melesak masuk sepenuhnya kedalam vaginaku.

"Oouugghhhhhh............." Desah kami bersamaan.

Plok..plookk....plookkkk..... Pak Darto langsung mengenjotku dengan tempo yang cepat. Mungkin pak Darto juga merasakan orgasmenya akan segera datang sama sepertiku. Desahan dan erangan kami kembali memenuhi kamar tidur pak Darto mengiringi pacuan birahi yang akan segera mencapai puncaknya. Hingga tak lama kemudian, pak Darto mencengkeram pinggulku.

"Oougghhhh...mbaaa...akuuu....keluaarr...mmbbaaa.........oohhh...ohhh...ohhh......" Desah pak Darto.

"Baareenggg....paahhkkk.....oouugghhhhh........." Desahku yang juga merasakan hal yang sama.

Pak Darto semakin cepat menggenjot vaginaku, membuat aku merasakan kontraksi saat akan mencapai puncak kenikmatan. Tak berselang lama, tubuhku tersungkur kedepan dan menggelinjang menyambut orgasmeku.

"Oohhhh........ssrrttt...ssrrttt....ssrrtttt......" Cairan kewanitaanku mengalir dari dalam vaginaku.

"Oouughhhhh......mbaaaa......crroott...crrootttt............." Pak Darto melepas dan mengocok penisnya untuk mengeluarkan lahar panas diatas pantatku. Nafas kami tersengal2 merasakan puncak pendakian kami.

Pak Darto yang sudah mengeluarkan tetes terakhir air maninya pun ambruk disamping tubuhku yang masih menungging memperlihat lubang anus dan vaginaku yang berkedut2. Pak Mamat yang sudah pulih staminanya membantuku mengelap sperma yang menempel ditubuhku. Kemudian dia membalik tubuhku untuk tiduran dikasur sambil beristirahat.

Kami pun akhirnya tertidur dengan masih telanjang bulat. Sore hari pak Mamat baru memijatku. Dan sebelum pulang pak Mamat kembali memintaku untuk memacu birahi lagi. Kami melakukannya diruang tamu dengan disaksikan oleh pak Darto yang tetap melakukan aktivitas seperti biasa tanpa memperdulikan aktivitas seksual kami. Setelah memuntahkan spermanya dipayudaraku, pak Mamat pun beristirahat sejenak kemudian merapihkan diri.

Saat mau pulang, pak Mamat mengucapkan terima kasih kepadaku dan pak Darto karena telah membantunya menuntaskan hasrat birahi. Kamipun berencana akan mengulangi lagi dikemudian hari jika ada kesempatan. Tak lupa, kami berpesan kepada pak Mamat untuk merahasiakan hubunganku dengan pak Darto. Yang disanggupi langsung oleh pak Mamat. Kemudian pak Mamat pun pamit pulang diikuti olehku yang menyusul kemudian.

"Hari ini akan menjadi petualang baru dalam hidupku." Batinku saat sampai dirumah dan merebahkan diri dikamarku.

** End Chapter 4 **
Kelanjutan Reni sudah lama ditunggu ini suhu..:mantap::semangat:terima kasih suhu
Reni i lop u:adek::adek::nenen:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd