Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Batik Kota Angin [LCPI 2016]

CrazySka

Tukang Semprot
Daftar
17 Jan 2015
Post
1.034
Like diterima
52
Lokasi
Dibawah Awan
Bimabet
Kota Angin, orang kadang menyebutnya begitu, namun sebetulnya, hanyalah sebuah kabupaten di provinsi jawa barat, yaitu daerah yang terkenal dengan pemerintahan ratu Nyai Rambut Kasih di zamannya.

Kini atas sejarah darinya membuat daerah itu di sebut Majalengka, dan banyak budaya yang berlimpah di sana, namun tak lepas dari para tetangga, sedangkan Majalengka sendiri hanya beberapa seni budaya yang memang menjadi ciri atau identitas khas dari masyarakatnya. Di mulai ada seni budaya baru yang harus di lestarikan dari seorang lelaki.

~~~~~~~~~~~​

Seorang bocah, berlarian ke sana, ke mari, tak tentu tujuan, kadang minta tolong. Sementara orang tuanya risau, dan terus mengejar, dengan iming-iming apa saja. Seminggu setelah itu, pada pagi yang cerah, Bocah itu, sembari menangis berjalan dengan hati-hati menuju kamar, meski orang tuanya selalu menghibur, sang Bocah tetap menangis.

Setelah di paksa duduk dalam kamar, muka basah oleh air mata mengering, dan baju berikut sarung yang menempel menyelubungi tubuhnya di ganti. Kemudian, dengan di dampingi Ibunya, melangkah perlahan ke luar rumah.

Sejenak Bocah itu, terdiam sembari menahan tangis, setelah mendengar perkataan Ibunya tadi.

"Nanti di luar jangan menangis, ada lina di sana."

Kata-kata itu, terus berkecamuk dalam pikiran, meski penyebab Bocah itu berlarian adalah karena Lina yang berkata nasibnya setelah kejadian minggu lalu, tapi sekarang waktu pembuktian, bahwa dirinya berani, dan tidak cengeng.

Pintu perlahan terbuka, setelah itu, berjalan perlahan seraya mengedarkan pandangan, orang-orang sudah menunggunya, alunan musik sunda mengiringi tiap langkah menginjak tanah berbatu.

Udara yang masih sejuk menyusup dalam dada, senyum terpaksa bocah itu berikan, sedangkan kuda di depan sana nampak gagah dengan segala pernak-pernik, dan Lina tengah berdiri di samping kuda, menunggunya.

Ingin rasanya menjulurkan lidah, mengejek teman dalam bermain, tapi bocah itu mengesampingkan, dan tak acuh. Kuda pun di tumpangi bersama Lina, dandanan gatot kaca nampak gagah bersama kuda itu.

Selanjutnya ke empat kaki kuda mulai menari mengelilingi kampung, masyarakat pun ikut menari menghibur bocah itu. Semua nampak senang sembari mengikuti rombongan, meski tak tau siapa yang merayakan perayaan sunat itu, orang-orang ikut meramaikan.

Setelah hari menjelang sore, dan arak-arakan Kuda Renggong kembali ke tempat perayaan sunat bocah itu, kuda bersilat melawan manusia atau melakukan atraksi.

~~~~~~~~~~~​

"Aduh, sebetulnya mengingat budaya atau kepada lina, aku ini?" pikirnya.

Bocah di sunat itu ialah Hery Suhersono, seniman yang karyanya di tuangkan dalam bordir, namun tahun 1990 ini adalah hal baru baginya terutama imajinasi, yaitu mendapat anugerah membuat sebuah motif batik khas Majalengka.

Demi tempat kelahiran, Hery ragu apakah akan berhasil, meskipun sudah menjelajahi berbagai desa-desa maupun tempat sejarah, dan museum, namun hanya mengingat tanpa di tuangkan.

Di dalam kamar kecil, Hery terduduk resah di sudut.

Kepingan ide yang berputaran menghantam pikirannya, mendapat kenyataan yang menyakitkan betapa sukar kali ini pekerjaannya, sudah hampir satu minggu sesuai kontrak kerja sama dengan Pak Toni tentang motif batik, tapi kertas itu masih kosong dari lima hari lalu.

Padahal sudah dua tahun merasakan asam pahit pekerjaan sebagai penerus usaha bapak-ibunya, di mana pertarungan sengit dalam imajinasi membuahkan hasil hingga di kenal para sastrawan. Hanya satu yang membuat Hery pusing, dalam nafsu amarah atas hal-hal yang mengganggu konsentrasi!

Waktu di arloji sudah pukul 1 siang, di mana hanya satu hari lagi Hery harus menyelesaikannya. Entah nasib akan berpihak atau penghancuran karier yang akan Hery terima, semua tinggal bagaimana perlawanan dengan waktu.

Dering nada telepon seluler di sertai getar membuyarkan keresahan yang di derita.

"Kau harus bergerak!" Kata hatinya.

Sejenak Hery memandang kamarnya. Udara yang apak bau rokok, setelah terus membakar tembakau 5 jam menambah kesan jorok betapa kasur masih belum rapi, padahal Lina sudah mewanti-wanti agar urus diri sendiri lebih dahulu, baru pekerjaan.

Segera di duduki kasur empuknya, sejenak mengedarkan pandangan, dinding dengan puluhan motif-motif yang menutupi warna putih kamar itu sejak 2 bulan lalu seakan memberi inspirasi.

"Ya halo bu."

"Hery tolong belikan barang di pesan yang ibu kirim, dan nanti jangan terlalu malam pulangnya, butuh segera!"

"Iya bu nanti di belikan."

~~~~~~~~~~~​

Dengan kebingungan dan cemas mendapati toko-toko yang di kunjungi tanpa hasil, Hery melirik arloji, mendapat kenyataan betapa 4 jam sudah berlalu, dan harus menunggu sejenak waktu mundur lampu merah.

Pikirannya was-was, di mana kurang dari 2 jam harus mengadakan acara sampai tengah malam bersama Lina, sedangkan barang Ibunya belum dapat, padahal sudah di wanti-wanti, apalagi dengan Pak Toni.

Hery sontak terduduk tegak, ujung kursi di remas keras, mengingat betapa tak bisa membuat beberapa motif batik saja, padahal untuk daerah, dan negaranya.

Seluruh tubuhnya berkeringat dengan kepala seakan meledak, debar jantung cepat melihat 3 mobil samping depan belum melaju. Ingin rasanya Hery berteriak memaki ke enam mobil yang seakan menghalangi menyelesaikan masalah. Kemudian dengan keras, kemudi mobil yang kasar di tampar, setelah itu ke dua alis berkerut merasakan telapak tangan perih.

"Coba saja ibu, dan lina tidak mengganggu, mungkin pekerjaan ini cepat selesai," ucapnya seraya terdiam sejenak,"ada baiknya aku menemui lina."

Hery kembali bersandar, kemudian menikmati udara sejuk, dan kursi yang empuk itu. Hampir Hery terlelap, namun dengan berat hati mengesampingkan rasa nyaman, setelah mendengar bunyi klakson berkumandang.

Mobil Hery pun mulai melaju, pemandangan dari toko-toko kini berganti dengan hamparan area persawahan.

Hari yang sudah hampir gelap, meruntuhkan segala pemandangan panorama alam, dan hanya nyanyian kodok saling sahut yang mengiringi perjalanannya. Udara sejuk berganti dingin seiring tujuan Hery semakin dekat, jalanan kini naik turun, dan laju mobil mulai menurun.

Jurang-jurang di pinggir jalan mengharuskan hati-hati dalam membelok. Setelah jalan tak lagi berbahaya, bersandar meredakan keringat yang sudah membasahi bajunya. Daerah dengan iklim dingin di masuki, bangunan entah rumah atau toko kecil bermunculan, dan Hery perlahan mulai dekat ke Desa Argapura.

Laju mobil semakin menurun, dan berhenti di depan bangunan megah. Setelah itu, azan berkumandang.

~~~~~~~~~~~​

"Ting Tong."

Suara bel nyaring menelusuri tiap ruangan dalam rumah berdinding kuning itu, tak terkecuali dapur yang tengah terdengar gaduh, di mana perabotan memasak saling beradu. Lelaki yang menghadap pintu coklat mengerutkan dahinya.

Sementara Lina yang sedang membereskan panci-panci berminyak, mendengar ada tamu, was-was, dan di tumpukan begitu saja perabotan yang sebelumnya sudah di pakai.

Udara yang masih hangat di dapur, Lina tinggalkan, dan melangkah cepat ke pintu. Berbagai spekulasi tentang tamunya, mengingat hanya sendirian, sedangkan waktu masih magrib.

Langkahnya terhenti di ruang tamu dengan beberapa lukisan tergantung menghias dinding, pandangan menelusuri tiap sudut, dan lampu yang cukup terang membantu sedikit menerangi tongkat bisbol itu. Cepat Lina ambil, setelah menggeser guci putih terukir bunga teratai, kemudian tongkat yang dingin, dan licin di angkat seraya melangkah ke pintu.

Selanjutnya membuka perlahan dengan tangan kiri menggenggam gagang kuning emas itu sembari bersiap mengambil ancang-ancang.

"Astaga," teriaknya.

Lina berhadapan dengan lelaki yang sedang melotot tajam ke tongkat bisbol nya.

"Kamu itu ya, bagaimana mau dapat jodoh kelakuan seperti ini, untung ada Hery yang Ayah harap bisa jadi mantu, sudah sana cepat ambil barang di laci meja samping kasur dan taruh kembali itu tongkat!"

Lina menarik bibir ke belakang dengan memeluk tongkat bisbol seraya berbalik melangkah cepat.

Beberapa menit Lina kembali sembari membawa kotak merah kecil, kemudian menyerahkan kotak itu.

"Ayah ke masjid lagi, jaga rumah baik-baik, nanti jam 9 Ayah dan Ibu pulang, dan tadi ada Hery di masjid sebentar lagi ke sini."

Lina hanya mengangguk, dan berdiri diam sembari kedua tangan saling menggenggam di depan perut, melihat Ayahnya berjalan keluar dan menutup gerbang rumah.

Lina melangkah mendekat setelah memakai sandal lebih dahulu, melihat Ayahnya menunjuk sebuah mobil yang mendekat ke rumah.

"Itu datang," kata Ayahnya.

Lina berdampingan di depan gerbang menanti mobil Hery.

Perlahan laju mobil berhenti di depan mereka, kemudian Hery turun, selanjutnya menyalami Ayah Lina, Sedangkan Lina hanya merapatkan tangan di depan dada begitu pun Hery setelah menyalami Ayahnya, Kemudian mereka menurunkan tangan.

"Bapak mau pergi, nanti kalian duduk, dan mengobrol di luar saja!"

Hery mengangguk, dan menatap kepergian Ayah Lina. Setelah tak nampak lagi, Lina menatapnya serius, matanya melotot menjelajahi dari bawah sampai kepala temannya itu.

Lina membanting kaki kanannya sembari kedua tangan menutup mulut.

"Kenapa dandanan kamu seperti ini?"

Heran akan pertanyaan Lina, Hery melihat penampilannya.

"Celana rapi namun baju kemeja nya basah keringat, apa salahnya?" pikirnya, dan memandang Lina.

"Ada yang salah?" tanya nya, Lina melotot.

"Jelas salah, lihat baju basah, rambut tidak teratur, kamu itu kenapa?"

Hery terkekeh geli setelah merasakan rambutnya yang memang berantakan karena sering menggaruk kepala akibat pusing.

"Nanti saja bahas ini, sekarang Aku mau minta tolong, ini ambil!" Ujarnya seraya menyerahkan kertas dari dalam saku baju.

"Apa ini?" tanya Lina heran.

"Itu pesanan Ibu."

Lina pun membuka lipatan kertas itu, kemudian di baca dengan saksama.

"Baiklah akan ku cari." Lina melipat kembali selembar kertas itu, dan di masukan dalam saku nya.

"Kalau begitu aku pamit, nanti kita ketemu saja di restoran."

Hery berbalik melangkah ke mobil. Sampai di mobil, Hery menengok.

Mendengar Lina berkata,"Nanti jangan lupa ganti penampilan."

"Oke, tenang saja."

Hery pun membuka pintu mobil, dan mulai kembali lagi ke kota. Sedangkan Lina melihat mobil Hery tak terlihat lagi, segera merogoh kantong celana, menelepon seseorang.

"Jalankan rencana," Ucapnya.

"Siap," mendengar jawaban Lina mematikan telepon.

~~~~~~~~~~~​

Kurang lebih pukul 11 malam, di mana Hery yang sudah bersiap berangkat menemui Lina, setelah menggabungkan motif batik yang menurutnya bisa, namun seketika motif batik itu terasa aneh.

Hery berpikir, "Ini terlalu aneh, baiknya aku menemui lina di restoran."

Kemudian dengan cepat sedikit repot membereskan kertas-kertas di meja batu datar persegi, dan yang di terbangkan angin pada pinggir taman dekat bundaran ikan barat kota.

Hery yang fokus pada kertas-kertas, tak menyadari betapa dua orang pria sedang mengintai di balik pepohonan pinggir jalan sebelah utara, dan dengan saksama mereka memperhatikan segala gerak-geriknya.

Setelah beres, Hery mulai berjalan menuju mobil, dan mereka melangkah cepat mengikuti dengan berusaha menjaga injakan kaki mereka agar tidak terdengar keras pada lantai berbatu.

Hery yang hanya santai saja menuju mobil, tangan kanan di mana tas berada tertarik keras, terkejut, dan melepas genggaman pada tas.

Tubuh yang tak sempat berdiri kembali, terjatuh menelungkup pada lantai berbatu, kepalanya terasa pusing, dan mencoba bangkit namun terasa berat sekali.

Pandangannya hanya melihat dua orang yang menjambret sudah pergi jauh meninggalkan taman itu. Tubuhnya terbujur kaku dengan menelungkup pingsan, dan dahi berdarah di taman yang sudah sepi.

~~~~~~~~~~~​

Pagi yang cerah, namun terkurung awan hitam di sebelah barat. Menyedihkan sekali, Hery masih terbujur kaku, hanya dada yang kadang mengembang teratur. Darah di dahi sudah mengering, entah Hery sedang bermimpi apa dalam pingsan nya, tapi kenapa tak ada yang menolong?

Letak pingsan, memang di pinggir jalan, sayangnya dekorasi taman itu, pada pinggir trotoar di taruh tumbuhan setinggi satu meter.

Jika saja pingsan berdiri dengan bersandar pada pohon, mungkin cepat di tolong oleh para pelari pagi di trotoar, namun posisi Hery menelungkup, sementara jam sudah pukul 7, dan jam 11 nanti harus menyerahkan tugasnya. Bagaimana ini?

~~~~~~~~~~~​

Udara sejuk di taman, dan tak terkontaminasi polusi asap kendaraan. Di hirup dalam-dalam oleh kakek yang sedang bergembira, mendapat penghasilan sudah banyak.

Kakek itu, mondar-mandir sembari mengisi karung di punggung, dan botol plastik segera pindah ke karung yang melegakan rerumputan yang tertindih.

Setelah membungkuk, matanya terbelalak.

Kakek itu berpikir,"Malang benar nasib taman ini, menjadi tempat tidur mayat."

Langkahnya mendekat, dengan menggeleng kepala.

"Masih muda sudah mati, beruntung kau bocah tak perlu memikirkan makan lagi," Kakek itu termenung,"tidak betul ini, aku membicarakan dia sementara kata-kataku itu, sama benar dengan menghina nasib sendiri, sialan."

Kemudian matanya melebar, melotot menjelajahi dari kaki sampai kepala Hery.

"Astaga, bocah ini masih hidup," Kakek pun tertawa,"mungkin kau berjodoh dengan ku bocah."

Setelah itu, Kakek menaruh karung di punggung, selanjutnya duduk bersila. Kedua tangan memutar tubuh Hery agar terlentang, dengan meletakan kedua telapak tangan di dada Hery, Kakek mencoba mengobati.

Perlahan kedua mata bocah pingsan itu terbuka, menatap sang Kakek heran.

Seraya berkata,"Kakek siapa?"

Kemudian bangkit duduk berhadapan dengan Kakek itu.

"Aku yang membangunkan."

"Ah, berarti aku pingsan, dan itu apa?" ucapnya seraya menunjuk karung.

Kakek itu, tanpa menoleh ke belakang berkata,"Itu bahan untuk di tukar makanan."

"Aku kira apa, nah kek terima kasih sudah menolong, ini untuk kakek," ucapnya seraya menyodorkan uang.

Namun Kakek mendorong tangan nya.

Kemudian berkata,"Tidak usah, untuk kau saja bocah."

Hery masukan kembali uang itu, selanjutnya bangkit berdiri.

Hery berkata,"Ya sudah jika tidak mau, aku pergi kek."

Sejenak memandangi suasana taman di pagi hari.

Hery berpikir,"Sejuk sekali udara di sini," kemudian melirik jam,"astaga, sudah jam 8," Hery was-was, waktu terlampau sedikit.

Sedangkan melihat kelakuan Hery, Kakek itu terkekeh. Hery mulai melangkah, namun baru satu langkah, getaran telepon seluler di saku memberhentikan gerak kakinya.

"Ya halo, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, kamu di mana?" bentak Lina setelah mengucap salam.

"Di taman," jawab Hery heran.

"Begitu ya, kamu mengecewakan, seminggu ini susah-susah mempersiapkan masalah untukmu, sedangkan kamu tidak datang tadi malam, padahal seluruh keluargamu sudah kumpul bersama untuk merayakan kamu yang ulang tahun," ucapan luapan amarah Lina menular ke Hery.

"Jadi seminggu ini, dan tadi malam aku di jambret hingga pingsan, semua itu rencanamu?"

Lina terkejut, seraya berkata, "Itu," Tanpa menunggu penjelasan Hery mematikan teleponnya.

Kemarahan menggebu-gebu, apalagi mendengar Kakek itu masih tertawa. Ingin rasanya menghampiri Lina, namun pekerjaan menuntut lebih banyak perhatiannya.

"Kau ini kenapa?" ucap Kakek itu setelah berhenti ketawa,"seperti kebakaran jenggot saja," lanjutnya.

"Tunangan ku menjadi biang masalah kek," gerutu Hery kepada Kakek itu.

"Tujuannya apa?"

"Untuk kebahagiaan pada saat ulang tahun katanya."

"Jadi dia menyusahkan supaya menderita, dan saat ulang tahun kau akan lebih bahagia."

"Betul kek."

"Nah coba kau pikir, jika masalah selesai, dan kau senang, selanjutnya mendapat kejutan ulang tahun, apakah itu akan terasa membosankan?"

"Ya tapi bukan dengan cara seperti ini."

"Sudah, duduk kembali!" Hery pun duduk bersila berhadapan dengan Kakek itu lagi.

"Sekarang kau tak perlu memperpanjang masalah, toh itu juga demi kau sendiri, dan masalah lain yang kau hadapi apa?"

"Pekerjaan."

"Coba kau jelaskan!"

"Kerjaku itu adalah membuat motif untuk bordir, tapi sekarang aku dapat tugas membuat motif batik untuk majalengka dari pak toni."

"Berarti tujuan atau tugas sama dengan melestarikan budaya."

"Betul kek."

Setelah mengangguk-angguk, kakek itu berkata,"Jika pak toni itu tidak menerima atau paling tidak nanti masyarakat tidak tertarik, dan bosan?"

"Maka aku akan mempercantik, dengan menggabungkan motif batik yang ada," ucap Hery optimis.

"Itu tidak sesuai tugas, ingat katamu tadi, membuat motif batik artinya membuat budaya baru, kalau kerja asal cantik di pandang, tapi tidak meliputi masyarakat daerah ini maka akan sia-sia saja, lebih baik membuat budaya baru yang memang mengikuti budaya lama, karena itu akan di terima semua kalangan masyarakat majalengka, dan juga kau melestarikan budaya lama dalam motif batik itu."

"Betul juga kek, tapi ini saja aku sudah pusing, apalagi membuat budaya baru."

"Begini bocah, sebelum pintar orang harus belajar, dan di sini kau belajar fokus mengenal kota angin ini," sejenak Kakek itu berpikir,"sekarang kau mulai dari mengembangkan batik yang menunjukkan ciri atau identitas budaya lokal di sini, kau bisa buat dari keadaan alam, seperti hewan, dan tumbuhan, artefak-artefak sejarah, kultur, potensi daerah, serta cerita rakyat atau pun legenda yang hidup di kalangan masyarakat majalengka!"

"Aku sudah membuat dari segala hal itu, namun sangat sederhana kek."

"Coba kau buat kembali, kadang sederhana bahkan lebih indah, dan biarkan imajinasi mengembara!"

"Baiklah kek, aku mau beli beberapa lembar kertas lebih dahulu."

Kemudian, Hery bangkit berdiri, berjalan meninggalkan kakek itu.

Setelah mendapat beberapa lembar kertas, dan kembali ke taman itu, namun kakek sudah tak ada, dalam hati Hery ucap, terima kasih.

~~~~~~~~~~~​

Waktu seakan cepat berlalu seiring dengan putih kertas itu ternodai, dan 5 lembar kertas sudah berupa motif batik khas majalengka. Ada pun julukan kota angin, Hery masukan dalam salah satu motif batik yang di buatnya.

Motif Kota Angin di gambarnya sebuah kota dengan 8 penjuru angin. Motif Lauk Ngibing berarti ikan menari meliputi masyarakat majalengka senang memelihara ikan di balong atau bisa di sebut empang. Motif Gedong Gincu karena hampir di temukan para warga menanam pohon mangga gincu di depan rumah. Motif Nyai Rambut Kasih, serta motif Simbar Kencana menjadi motif batik yang di angkat dari sejarah kerajaan Nyai Rambut Kasih, dan kerajaan Talaga.

"Selesai juga, untung keburu," pikirnya seraya melihat arloji,"30 menit lagi."

Tangannya mulai cekatan membereskan segala sesuatunya, kemudian berjalan keluar taman.

Tiap langkah menginjak di lantai berbatu, mengiringi angin berlarian riang mendorong awan gelap yang saling berunding, hingga bersekutu menyerang dari barat ke timur.

Hery berjalan cepat, menuju kendaraannya, meski perut merengek mendapati para pedagang yang mulai lewat di taman itu.

Sesampainya di depan mobil, Hery menggerutu mendapati ban mobil bocor. Dengan menyalahkan nasib, Hery berlari memburu, hujan di belakangnya, angin menyambar, pohon bertahan kokoh, orang berlarian berlindung, Hery berlari cepat tak peduli teriakan orang yang ke senggol.

Cepat adalah tujuannya!

Toko-toko di lewati tanpa ikut berlindung bersama orang-orang lainnya.

"Tinggal satu belokan di depan," pikirnya.

Sementara waktu sudah mendekati jam istirahat, di mana Pak Toni akan pergi ke ibu kota.

Kertas motif batik kota angin, dan yang lainnya, berkibar-kibar di genggaman.

Setelah mendekati belokan, matanya terbelalak melotot tajam, di depan sana ada dua orang yang sama persis dengan orang yang menjambretnya.

"Ini pembalasan ku, sialan."

Kemudian melihat masih lampu merah, segera menyeberang, dan melewatkan tugasnya.

Mengingat waktu mundurnya tinggal 10 detik, Hery berusaha mempercepat sampai di trotoar. Melihat seorang remaja menyeberang sembari menundukkan kepala di depannya, ingin rasanya melarang namun tak sempat, setelah kedapatan orang yang menjambret itu sudah berjalan membelakangi.

Jalan trotoar sudah di injak, waktu mundur tinggal 2 detik, kendaraan mulai gaduh. Sejenak Hery berhenti mengingat tugas, karena perasaannya risau melihat jam tinggal 5 menit sebelum jam 11.

Hery pun berbalik, di pandangnya pemuda remaja itu masih santai berjalan di tengah jalan. Dengan beberapa langkah Hery sampai di tiang rambu lalu lintas, dan berbelok.

"Gila itu mobil amat cepat," pikirnya menggeleng kepala sejenak,"astaga, bocah itu."

Segera berlari melihat mobil merah semakin mendekat.

Hery berteriak,"Awas."

Seketika melompat mendorong bocah itu, dan tubuhnya di tabrak keras bersama kertas batik terpelanting jauh.

~~~~~~~~~~~​

Pada rumah sakit, ruang luas, sejuk, dan sunyi. Dalam sebuah, di antara beberapa kursi, terduduk wanita paruh baya yang relung hatinya, sedang gundah.

Sorot mata tertuju, dan fokus pada sosok yang tengah terbaring diam. Sudah hampir 1 jam, setelah dokter memutuskan pasien itu sudah akan segera sadar, namun penantian hatinya tak kunjung datang.

Perlahan kesabaran membuahkan hasil, melirik mata yang menutup itu, bergerak. Secepatnya menghampiri, dan memegang tangan tertusuk selang infus itu.

"Bu hery, aku kenapa?"

Ibu Hery kemudian menjelaskan, sebab, dan akibat Lina kecelakaan. Sedikit penjelasan itu, menyadarkan Lina atas kejadian yang di alami beberapa saat lalu.

"Sebentar lina, ada yang menelepon ibu," ucapnya merasakan saku terus bergetar.

Tangan kanan bergerak merogoh saku, mengeluarkan telepon seluler itu.

"Maaf bu mengganggu, ini pak hery kecelakaan."

Tanpa sadar, melotot, mendengar perkataan orang yang menelepon itu. Perasaan, terus berkecamuk, terlalu cepat, dan batinnya tak kuasa menerima.

"Apa?" Sahutnya seraya melirik Lina,"bawa ke rumah sakit kota!" lanjutnya.

Beberapa saat kemudian, mematikan telepon, dan mengambil tas di meja, depan kursi yang bekas di duduki tadi.

Menghampiri Lina seraya berkata,"Ibu, mau ke depan rumah sakit dahulu, menunggu mobil yang membawa hery."

Tanpa menunggu jawaban segera ke luar, meninggalkan Lina seorang diri.

Suasana sepi menghampiri lagi ruang luas itu. Lina diam menatap kabur pada gorden yang kadang tersapu angin, dan perlahan titik-titik kecil membasahi pipi yang terus mengalir hingga habis meresap dalam kulit.

Sanubari menenggelamkan dirinya, mengingat hal yang sudah di lakukan terhadap Hery.

"Maafkan aku."

Sesal menghinggapi Lina yang tengah meratapi tanpa bisa di ubah kembali, karena waktu sudah berlalu, dan hanya kenangan yang menyayat hati.

~~~~~~~~~~~​

Sadar Pemuda itu terdorong, segera menengok. Terlihat orang yang mendorong kini terpelanting jauh, dan mobil merah yang ingin menabrak kabur. Pemuda itu was-was, dan menghampiri Hery.

"Tolong," teriaknya.

Mulai bermunculan orang-orang, bahkan beberapa pengendara roda 2, dan 4 ada yang berhenti untuk melihat.

Pemuda itu melihat, seorang bapak-bapak menghampirinya.

bapak itu berkata,"Tolong bantu angkat ke mobil bapak, dia ini rekan kerja bapak, dan itu lembaran kertas juga ambil."

Lembaran kertas itu segera di ambil, kemudian bersama para warga yang mau menolong, menggotong Hery ke mobil Pak Toni.

Sementara seorang Kakek melihat semua kejadian itu hanya menggeleng kepala seraya bangkit berdiri dari duduknya, berjalan santai memasuki sebuah gang kecil, setelah itu, hujan turun.

"Bocah beruntung meski di rundung malang, sayang umur tak mendukung, seharusnya ku ajak dia main catur," ucapnya sembari tersenyum.

___Tamat___​
 
Terakhir diubah:
Kisah perjalanan seorang pelopor batik khas majalengka itu hanya karangan belaka. Dan saya ucapkan terima kasih sudah membaca. :lol:
TS reserved.
 
Ada bbrp typo suhu but overall :jempol:
diantara typonya mungkin, "saksama, menyeberang, dll." sejujurnya itu memang beda baca om suhu raja dengan kata seksama atau menyebrang, tapi secara kbbi(kamus besar bahasa indonesia) yg ane temukan saksama bukan seksama. Nanti ane perbaiki, sekarang meneliti dulu :beer:
Nice
namun perlu dikorek maning YTOP nya :banzai:
hah YTOP apaan? Typo? (ia om Ska)
oke, ane ijin korek lg suhu.
___
hatur tenkyu info ny ;)
#udah di korek, ampe ngakak =))
asem, typony ancur bet dah, lupa klik * di hp jadul, jadi di nama bukan di mana =))
 
Terakhir diubah:
Masih ada typo... :D

".....angan dibuka!"
:D

Selamat GanSka, ceritanya udah rilis, nunggu disticky sama Oom Mod :D

:cendol: sent biar semangat ngoreksi typonya :ha:
 
(Pas d rumah lina)Mobil andre??? Andre siapa gan??

"Dinama" ataukah "dimana". Sempet melihat ada 2biji tadi...

#udah segitu dulu.. Waktunya balik k pertapaan.
Goodluck ganSka...:jempol:

_______:ngacir:_______
 
"...kadang sederhana bahkan lebih indah, dan lepaskan imajinasi mu mengembara..."

Ahhh.. super sekali, gaaan..

:jempol:
 
Masih ada typo... :D".....angan dibuka!":DSelamat GanSka, ceritanya udah rilis, nunggu disticky sama Oom Mod :D:cendol: sent biar semangat ngoreksi typonya :ha:
haha udah ane benerin bang, ditemukan 16 typo :ampun: thank banget seger amat, 5 gelas lagi :D
(Pas d rumah lina)Mobil andre??? Andre siapa gan??"Dinama" ataukah "dimana". Sempet melihat ada 2biji tadi...#udah segitu dulu.. Waktunya balik k pertapaan.Goodluck ganSka...:jempol:
_______:ngacir:_______
wohohoho tenkyu brada, sebelumnya ane pake nama andre tokohnya =)) bagian ngedit ganti jadi hery.
"...kadang sederhana bahkan lebih indah, dan lepaskan imajinasi mu mengembara..."

Ahhh.. super sekali, gaaan..

:jempol:
hooh, setuju tapi entah ane iseng itu mah sih bukan di rencanakan, makasih cendol nya semua :ampun:
#balesnya kapan2 ye :p
 
Terakhir diubah:
keren brosuhu..
:cendol: buat semangat
 
____(___(_(:)motor6:__~,¤,~
ciiiiiiiiiieett..



bila ketemu batik jadi teringat om Heddot..:D
ane nggak bisa kritik cuma bisa Oot....
:Peace:
dan semoga ini menjadi:jempol: daya tarik untuk SF Cerita di semprot...
:jempol:
 
Terakhir diubah:
Trimakasih bro yandris :beer:
and setuju omTroy, semakin banyak daya tarik di sf cerita, semakin rame dan penuh penulis baru, mau pun para maestro berkarya diforum ini :haha:
 
mantap.kisah seorang pelestari dan pelopor batik.semoga msh banyak yg mau melestarikao budaya daerah
 
Mantap Oom :jempol:

Kisah sederhana yang mengandung nilai "semangat" yang tinggi.

Sambil baca yang lain, ane tandai dah buat divote nanti... :D
 
Tema sederhana tapi racikannya sempurna :jempol:
Kalo typo nya udah di jelasin para maestro di atas yah..

Sekian dari saya :ampun:

Wassalam :ngacir:
racikan kaya masakan aja suhu :ampun:

thank udah mampir :beer:
Mantap Oom :jempol:

Kisah sederhana yang mengandung nilai "semangat" yang tinggi.

Sambil baca yang lain, ane tandai dah buat divote nanti... :D

ia om, ane ngikutin peribahasa tak putus dirundung malang dan tak ada laut yang tak berombak.. untuk makna ceritanya.

wah ane dapet vote dari suhu nantiny, makasih sudah ingin mau mendukung :ampun:
 
Keren agan crazyska...filosofi batik....tak diduga-duga
 
om crazy ska , bagus ceritanya om,,, izinn baca om,,
 
Ceritanya bagus Suhu CrazySka.. :)
:cendol: sent
 
Sudah masa penjurian ya. Boleh ane kasih kritikan atas kisah satu ini? :)

- Penyajian cerita ini kalimatnya terlalu "takut" untuk men"detailkan" narasinya.
Terkesan disingkat sehingga kadang membuat pembaca tak faham apa yang dibacanya bila tak ada lanjutannya. Kadang pula penulis memisah paragraf yang mestinya disambung.
Lalu ada peletakan kata-kata yang kurang pas...

.........., mendapat kenyataan yang menyakitkan betapa sukar kali ini pekerjaannya,...[/QUOTE

Pembaca akan mengira mendapat kenyataan yang menyakitkan betapa sukar sekali ini pekerjaannya...
Padahal maksud kalimat ini adalah ...,mendapat kenyataan yang menyakitkan betapa sukar pekerjaannya kali ini...
Jadi, andai saja kalimat itu seperti itu...

Lalu, kalimat itu menggunakan suasana hati yang ane sendiri tak mengerti mengapa demikian, maksudnya mengapa tokoh merasa bahwa pekerjaan ini sangat menyakitkan baginya?

Demi tempat kelahiran, Hery ragu apakah akan berhasil, meskipun sudah menjelajahi berbagai desa-desa maupun tempat sejarah, dan museum, namun hanya mengingat tanpa di tuangkan.

Ini kalimat penjelasnya kurang detail. Lalu peletakan tanda baca (koma) kurang tepat, tak perlu ada koma dibelakang kata penghubung tersebut.

.... desa-desa maupun tempat sejarah, dan museum

Mestinya tak perlu menggunakan koma.

.....namun hanya mengingat tanpa dituangkan.
Ini kurang jelas. Tak ada penjelasan apa yang akan dituangkan dan hendak dituangkan kemana.

Itu dulu kritikannya.

Overall..., ide ceritanya bagus... :jempol:
 
Bimabet
Sudah masa penjurian ya. Boleh ane kasih kritikan atas kisah satu ini? :)
- Penyajian cerita ini kalimatnya terlalu "takut" untuk men"detailkan" narasinya.
Terkesan disingkat sehingga kadang membuat pembaca tak faham apa yang dibacanya bila tak ada lanjutannya. Kadang pula penulis memisah paragraf yang mestinya disambung.
Lalu ada peletakan kata-kata yang kurang pas...
.........., mendapat kenyataan yang menyakitkan betapa sukar kali ini pekerjaannya,...[/QUOTE
Pembaca akan mengira mendapat kenyataan yang menyakitkan betapa sukar sekali ini pekerjaannya...
Padahal maksud kalimat ini adalah ...,mendapat kenyataan yang menyakitkan betapa sukar pekerjaannya kali ini...
Jadi, andai saja kalimat itu seperti itu...
Lalu, kalimat itu menggunakan suasana hati yang ane sendiri tak mengerti mengapa demikian, maksudnya mengapa tokoh merasa bahwa pekerjaan ini sangat menyakitkan baginya?
Ini kalimat penjelasnya kurang detail. Lalu peletakan tanda baca (koma) kurang tepat, tak perlu ada koma dibelakang kata penghubung tersebut.
.... desa-desa maupun tempat sejarah, dan museum
Mestinya tak perlu menggunakan koma.
.....namun hanya mengingat tanpa dituangkan.
Ini kurang jelas. Tak ada penjelasan apa yang akan dituangkan dan hendak dituangkan kemana.
Itu dulu kritikannya.
Overall..., ide ceritanya bagus... :jempol:
makasih banget kritikan ny suhu :beer:
memang penggarapan cerpen ini sudah semaksimal mungkin kemampuan ane, dalam bagian tersebut sebelum nya berbeda suhu, karna 2 kata akhir pada bagian itu yg dianggap salah dalam mesin typo jadi ane hapus dan ganti kalimat nya.

Memang ane akui dalam beberapa bagian ada hal yg harus di pikirkan pembaca, termasuk yg di kritik suhu..

Kekurangan ane dalam hal ini, tak terpungkiri dari billing, yes waktu sedikit dan hanya catatan kecil bagian mana yg harus ane perbaiki, dan itu mengharuskan pikiran ane terbagi-bagi.

Sekali lagi terima kasih atas kritik nya suhu :ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd