Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Berbagi Itu Indah (Remake)

Chapter 5 : Taruhan



POV : Rio



Si penjaga warung tiba-tiba memanggil satu-satunya cewek ditempat ini. Menyadari hanya pacarku satu-satunya cewek yang ada ditempat ini, membuatku terperangah. Aku lihat juga Echa tak kalah terkejutnya denganku. Nampak sekali pacarku yang cantik imut itu kebingungan menyadari ia diminta ke depan, mendatangi sekelompok pemuda-pemuda yang sedang nobar disana. Aku pun tidak tahu menahu akan ada “undangan ke atas panggung” seperti ini. Aku lihat teman-temanku pun sudah bertepuk tangan menyemangati Echa pacarku agar tidak malu-malu untuk maju ke depan.



*Plok… Plokkk.. Plokkk.. Plokkk* suara tepuk tangan riuh



“Maju.. Maju.. Maju..”, seluruh orang di warung mulai meminta Echa ke depan sambil terus bertepuk tangan



“Tapi mas… Aku malu…”, ujar Echa kepadaku



“Ngga papa.. Buat have fun aja Cha…”, ujar Andre



“Iya tenang aja Cha.. Buat seru-seruan aja kok… Pacar lu juga ga ngelarang. Ya kan bro?”, tanya Wawan kepadaku



“I.. Iya.. Gapapa Yank sapa tau kamu bisa dapat hadiah kalau maju ke depan. Hehehe”, ujarku pada akhirnya



Aku pun penasaran juga apa yang akan terjadi dan kelihatannya ini semua akan menarik. Mengingat gaya berpakaian Echa yang menggoda itu pasti bisa memuaskan fantasyku untuk memamerkan cewekku yang cantik berkerudung itu di depan khalayak ramai. Terbayang sudah bagaimana Echa akan menjadi pusat perhatian semua orang di warung ini. Membayangkannya saja, kontolku sudah mengeras saat ini.



Sepertinya 100% orang di tempat ini sudah setuju pacarku maju ke depan dan berdiri ditengah-tengah Warkop remang-remang ini. Jantungku berdebar-debar dengan kencang apa lagi cara berpakaian Echa yang sudah tidak sesuai standard kesopanan ini. Berkerudung tapi memakai tanktop sexy, dengan legging super ketat yang menerawang menampakkan celana dalamnya.



*Sumpah gue ngaceng lihat pacarku berpakaian seperti itu.. Apalagi bentar lagi ia akan jadi pusat perhatian di depan. Hehehehe…*, gumamku sambil membetulkan posisi kontolku yang kesempitan dibawah sana.



Kulihat Echa hendak mengenakan jaketnya namun reflek kutahan. Ini adalah kesempatan emas untuk memamerkan pacarku di tempat umum. Ditempat ini tidak ada lagi mata ibu-ibu yang memandang risih ke pacarku. Tidak ada lagi orang-orang yang akan sok perhatian dan ngasih nasehat ke pacarku. Yang ada hanyalah tatapan pria-pria mesum yang akan mengagumi keindahan lekuk tubuh Echa pacarku.



“Mas please jangan gini”, pinta Echa memelas saat ia hendak mengambil jaketnya namun kutahan



“Ngga papa, kamu cantik Yank.. Sempurna..”, ujarku dan kuberikan jaketnya ke Anto



Terlihat Echa kebingungan saat melihat jaketnya kini ada di tangan Anto sohibku yang gendut hitam itu. Anto sengaja meletakkan jaket Echa tepat di selangkangannya sehingga Echa pun tidak berani mengambilnya. Kupandangi tetek pacarku itu, sungguh sexy dan terlihat menggoda. Payudara bulat yang menerawang karena tanktopnya sedang dalam kondisi basah terkena derasnya keringat tubuhnya. Bra hitam yang membungkus tetek Echa tentunya akan membuat siapa saja akan penasaran seperti apa bentuk susu yang dibungkus itu. Aroma tubuh Echa yang khas tercium samar-samar bersamaan dengan keringat yang berasal dari tubuhnya.



Dengan langkah malu-malu Echa akhirnya pasrah berjalan menuju ke depan panggung. Beberapa orang kudengar bersiul-siul menggoda pacarku itu. Kupandangi bokong Echa yang berjalan ke depan yang samar memperlihatkan sempaknya yang motif bunga. Mungkin bukan hanya aku saja, semua mata lelaki disana pasti memandang kearah bongkahan pantat Echa yang memang sexy dan ketat itu karena leggingnya.



“Namanya sapa mbak?”, tanya si Penjaga Warung setelah pacarku sampai di depan panggung



“Echa…”, jawab pacarku sambil terlihat kikuk berusaha menyembunyikan tubuhnya tetapi sia-sia saja



“Umurnya sekarang berapa Mbak?”, tanya si Penjaga Warung lagu



“Mau 19 tahun mas”, jawab Echa dan disambut tepuk tangan riuh dari beberapa pengunjung warung ini



“Yeee pada tepuk tangan? Mau daftar lu-lu pada?”, goda si penjaga warung dan kulihat wajah Echa semakin tertunduk malu



“Mau mau mau mau….”, suasana semakin riuh karena hampir semua pengunjung warung mengacungkan tangannya



Mereka sudah tidak lagi menatap layar pertandingan sepak bola. Fokus mereka saat ini justru tertuju kepada pacarku. Rasanya kontolku semakin sesak saja melihat para cowok itu memperebutkan Echa dan ingin mendaftar jadi pacarnya. Tentunya ada sedikit rasa cemburu yang kurasakan melihat Echa jadi rebutan seperti itu. Tapi aku yakin penjaga warung itu hanya bercanda saja.



“Cewek gue itu woiii”, pekikku dalam hati



“Gue ada game nih mbak. Saya butuh satu orang disini buat jadi lawan mbaknya”, kata si penjaga warung



Tak lama seorang pemuda naik ke atas panggung dengan tiba-tiba



“Namanya siapa mas?”, tanya penjaga warung



“Kevin.. ”, jawab lelaki itu sambil tersenyum ke arah Echa hingga membuatku panas dingin.



*Sialan tuh cowok ganteng lagi*, kataku dalam hati



“Ok jadi sepakat ya… Echa vs Kevin.. Jadi saya disini mau ada game berhadiah pulsa sebesar 25ribu syaratnya…”, kata mas penjaga warung tiba-tiba terhenti



“Bentar-bentar saya gak mau hadiahnya cuma pulsa 25ribu. Heheheh… Saya ada hadiah sendiri buat mbaknya kalau bisa ngalahin saya, tapi aturan mainnya dari saya juga. Gimana?”, ujar si pemuda itu mengejutkan kami semua termasuk si penjaga warung



“Hadiahnya apa dulu mas?”, tanya Echa begitu lugu membuat seluruh lelaki yang mengerubunginya tertawa



Mengerubungi Echa?



Sejak kapan mereka mengerubungi pacarku dari jarak sedekat itu. Padahal tadinya mereka duduk berpencar mengisi bangku-bangku yang ada di warung ini. Saat ini justru banyak bangku yang kosong karena para lelaki itu kini duduk lesehan mengelilingi pacarku dan meninggalkan bangku-bangku mereka. Echa terlihat nervous sambil sesekali ia gerakkan kakinya sambil terus berdiri diatas panggung mini dan para lelaki itu terus memandangi Echa dengan tatapan mupeng. Sialan, aku yakin sekali tatapan mereka saat ini mengarah ke selangkangan Echa. Dari jarak sedekat itu, aku tau arah pandang mereka tertuju kemana. Celana dalam Echa yang basah pasti semakin menerawang menampakkan keindahan selangkangan pacarku yang cantik itu.



“Ini saya ada ip**ne 14 pro kalau mbaknya menang saya kasih ke mbaknya gratis. Kalau saya yang menang saya dapat hadiah dari mbaknya... Heheheh”, usul lelaki bernama Kevin itu



“Asli gak tuh? Jangan2 replika. Hehehe…”, ledek penjaga warung



“Asli dong…”, kata si pemuda tak mau kalah



“Menarik… Gimana Echa berani terima tantangan? Ip**ne 14 pro lho itu.. HP mahal. Hehehe”, tanya penjaga warung sambil mulai memanas-manasi Echa



Aku deg-degan menunggu jawaban Echa. Apakah ia berani menerima tantangan itu atau tidak. Aku berharap Echa menolak tantangan ini. Karena aku tidak tahu pemuda itu akan meminta apa ke cewekku kalau dia yang jadi pemenang. Tentunya aku belum siap jika ia minta aneh-aneh dari pacarku. Karena saat ini aku sudah cukup puas karena Echa telah memamerkan keseksian lekuk tubuhnya di atas panggung mini itu.



“Permainannya gimana mas?”, tanya Echa sehingga membuatku terkejut, sepertinya pacarku itu tertarik dengan penawaran pemuda itu



“Waaaaaaa.. Bakalan seru nihhhh.. Sepertinya tantangan diterimaaa”, ujar si penjaga warung



“Gampang aja aturannya, Mbaknya kalau berhasil nebak skor akhir pertandingan ini dengan benar, mbaknya menang. Kalau tebakan saya yang benar, saya yang menang. Kalau tebakan mbak dan saya ga ada yang benar, jadinya seri”, ujar pemuda itu penuh percaya diri



Terlihat sekali wajah Echa kebingungan. Sesekali ia menggerakkan kakinya seperti menjepit kemaluannya. Mungkin obat dari Andre sudah bekerja dari tadi. Sejak kusadari pacarku itu terus mengucurkan keringat dengan derasnya sambil terus ia gerakkan kakinya seperti menahan pipis. Libido Echa pasti saat ini mulai terpengaruh oleh obat dari Andre. Kemaluan Echa pasti saat ini terus mengeluarkan lendirnya karena sudah sangat terangsang. Dan Echa harus menahan semua itu saat ia berada di atas panggung. Bagaimana jika Echa tidak bisa menahan diri dan ia sampai ngompol? Sialan! Pasti pacarku itu akan sangat malu



Bagaimana kalau ia beneran kalah?



Aku tahu Echa tidak suka melihat sepak bola. Tentu saja ia tidak tahu mana klub yang kuat dan mana klub yang lemah. Kulihat pertandingan akan berakhir 10 menit lagi dengan skor sementara klub yang mereka jagokan sedang tertinggal 0-1. Lalu kulihat Echa berjalan mendekati TV dan menunjuk ke klub yang sedang memimpin.



“Menang yang ini 1-0”, jawab Echa penuh keyakinan



Aku menghela nafas lega, rupanya pacarku itu tidak o’on o’on amat. Dilihat dari skor dan kondisi saat ini, wajar jika Echa menjagokan klub lawan tersebut. Waktu sisa 10 menit dan kondisi masih memimpin 1-0 adalah jawaban paling logis yang bisa Echa pilih.



“Ok, kalau gitu saya tebak skornya 2-1 buat kemenangan klub kebanggaan kami”, jawab pemuda itu penuh keyakinan dan disambut tepuk tangan seluruh pemuda di warung ini



*Cih kok bisa pede sekali dia?*, Gusarku dalam hati



“Tenang aja bro ga usah tegang gitu. Klub yang dijagokan Echa masih mimpin.”, ujar Andre mencoba menghiburku



“Yoi bro santai dikit lah. Hehehe”, ujar Wawan mencoba menghiburku sambil memijat pundakku yang sebenarnya tidak capek itu.



Walau dalam hati aku meyakinkan diriku kalau Echa akan memenangkan taruhan ini, tetapi tetap saja ada yang ganjal di hati. Bagaimanapun ada rasa takut Echa akan kalah dan harus menuruti keinginan pemuda yang menantangnya. Dan aku begitu curiga mengapa pemuda itu bisa sepercaya diri itu menjagokan klub yang didukungnya. Padahal sudah jelas kesempatan untuk menang sudah sangat tipis karena waktu pertandingan sudah tinggal 7 menit lagi.



Suara tiba-tiba riuh, saat seorang pemain sayap kanan terlihat berlari seorang diri tanpa ada penjagaan. Pemain itu terus berlari hingga hanya berhadapan satu lawan satu dengan kiper dan ia pun melewati kiper tersebut dengan gocekan mautnya lalu bola ditendang dengan placing pelan saja dan……



“Goaaallllllll….”, seluruh supporter loncat-loncat kegirangan menyaksikan klub yang mereka jagokan berhasil mencetak goal



Semua orang di warung bersorak sorai. Termasuk ketiga temanku yang kutahu mereka tidak suka bola namun mereka juga ikut merayakan gol tersebut. Hanya Echa dan aku yang lemas saat ini. Echa bahkan terlihat menutup mukanya. Mungkin dia saat ini hanya bisa berharap pertandingan berakhir dengan skor seri sehingga tidak akan ada yang menang ataupun kalah



Akhirnya aku sadar saat komentator pertandingan menceritakan alasan kosongnya pertahanan sisi kanan, rupanya klub yang dijagokan Echa saat ini bermain dalam posisi 9 pemain saja karena kedua pemain belakang mereka ada yang terkena kartu merah. Sial, Aku sama sekali tidak menduga hal semacam itu karena daritadi aku tidak menyimak pertandingan.



Pertandingan sudah dilanjutkan dan waktu pertandingan sudah menunjukkan menit ke 90, sebentar lagi pertandingan akan selesai. Setidaknya aku bisa menghela nafas panjang karena pada akhirnya tidak ada yang menang atau pun kalah dalam taruhan kali ini. Klub yang dijagokan Echa pun terlihat berhati-hati kali ini sengaja mengulur waktu dengan cara bermain-main umpan pendek di wilayah mereka sendiri.



*Waktu tambahan 10 menit*



“Whadefakkkk??? Kok lama kali waktu tambahannya. Curang ini curang.. Gak mungkinnnn ini ngacoo ah!!!”, aku tanpa sadar berteriak-teriak seperti keserupan hingga seluruh orang disana langsung memandangiku dengan tatapan sinis.



Mulutku lamgsung terkunci seketika. Mungkin saja karena aku satu-satunya orang yang protes di warung itu karena keputusan wasit yang memberikan tambahan waktu begitu lama. Para pemuda disana terus menatapku dengan tatapan tak suka. Bahkan teman-temanku hanya cengar cengir sambil memintaku untuk tenang dan berkata ini hanya pertandingan biasa saja. Tetapi tetap saja, ada beberapa orang yang tidak suka dengan tingkahku yang teriak-teriak tidak jelas dan kemudian mendatangiku dengan wajah emosi



“Lu supporter klub lawan ya?”, kata mereka curiga sambil menghardikku



“Eh bukan bang”, jawabku



“Alah bacotttt alasan aja lu. Pergi pergi pergi! Jangan nonton disini lu”, salah satu dari mereka mulai memprovokasi teman-temannya



Beberapa orang kemudian mulai menarikku dan mencoba mengusirku dari warkop bola itu. Kulihat penjaga warung hanya diam saja sambil merokok santai tanpa berusaha menenangkan pengunjungnya yang mulai bersikap liar. Kulihat Echa juga terlihat kebingungan tak tahu harus berbuat apa. Mungkin dia juga ketakutan sehingga ia hanya terdiam mematung melihatku diusir dari warung itu. Teman-temanku pun sama saja, mereka hanya membelaku seadanya dan akhirnya menyuruhku untuk pergi dari sana.



“Yank ayo kita pul…. Aduhhhhh…”, akupun berhenti berteriak memanggil pacarku karena kurasakan sebuah tonjokan mendarat di perutku



“Mas Rio..”, kudengar Echa akhirnya berteriak memanggilku namun sayangnya aku sudah tidak bisa melihat pacarku lagi karena terhalang para pemuda yang semakin anarkis itu



“Pergi Lu mata-mata!!!”, maki salah seorang supporter sambil mendorongku hingga terjungkal diluar warung



“Gue mau bawa pacar gue!”, kataku mencoba menerobos masuk ke dalam namun sayang mereka kembali melarangku masuk ke warung itu.



“Alah ngaku-ngaku lu! Pergi sana!!”, ujar salah satu pemuda dan menendangku keluar



Aku benar-benar ingin kembali masuk agar bisa membawa Echa bersamaku, namun sayangnya sudah tidak bisa. Mereka melarangku masuk ke dalam warung lagi dan memintaku pergi jauh-jauh dari tempat itu. Kucari-cari dimana Echa pacarku dan tidak terlihat dimana gadis mungil itu. Para pemuda yang mulai emosi hendak menyerangku. Sadar akan posisiku yang tidak mungkin menang, aku mulai ciut nyalinya. Aku pun menghela nafas panjang dan berharap semua akan baik-baik saja. Pertandingan pasti berakhir seri dan aku yakin teman-temanku yang masih ada di dalam akan menjaga pacarku baik-baik dan mengamankan Echa.



*Jaga Echa ya teman-teman*, kataku dalam hati dan aku pun pergi dari warung itu meninggalkan pacarku dengan sangat kesal



#



POV : Echa



*GOALLLLLLL*



Jantungku rasanya berhenti sejenak saat ini, betapa tidak, di menit 109, mereka kembali mencetak gol sehingga kedudukan berbalik menjadi 2-1, skor yang ditebak lelaki yang tidak ku kenal itu dengan tepat. Mana Mas Rio pakai diusir mereka lagi. Wajar saja sikap Mas Rio jadi begitu. Ia tentu khawatir aku akan kalah taruhan dan benar saja, apa yang kami takutkan benar-benar terjadi. Aku harus memberi hadiah ke laki-laki yang tidak kuketahui namanya itu.



Menghadapi suasana menegangkan seperti ini membuat tubuhku terus-terusan basah berkeringat. Tak ada sedikitpun rasa dingin yang mampu mengusir rasa gerahku saat ini. Yang bikin aku tidak betah, sudah dari tadi vaginaku terasa gatal dan coba mati-matian kutahan. Ingin sekali kugaruk kemaluanku sekarang tetapi tentu saja akan sangat memalukan jika kulakukan itu di atas panggung. Jadi, aku hanya bisa berusaha merapatkan selangkanganku dan kugaruk pelan dengan cara menjepit selangkanganku sambil kugerak-gerakkan kakiku berharap rasa gatal yang melanda ini bisa berkurang sedikit.



“Nah Mbak Echa kan sudah kalah taruhan jadi Mbak Echa mau kasih apa ya?”, goda mas penjaga warung sambil melirik mesum ke arahku



“Yang berhak minta itu saya bukan anda. Hehehe”, gurau si pemuda itu sambil terkekeh



“Oiya hahaha.. maaf-maaf…”, kata si penjaga warung



“Huahahahahhhhhh”, tawa pemuda-pemuda itu



Suasana kembali riuh, apalagi setelah klub yang mereka jagokan berhasil memenangkan pertandingan. Pesta miras langsung diadakan di tempat itu demi merayakan kemenangan. Mereka ramai-ramai memesan minuman keras dan menenggaknya bersama-sama. Aromanya langsung menyebar ke seluruh penjuru warung dan benar-benar membuatku pusing. Saat ini aku bingung harus melakukan apa dan aku hanya berdiri mematung sambil memandangi para lelaki yang asyik menenggak minuman keras bersama-sama. Kulihat teman-teman Mas Rio hanya memandangku dari kejauhan saja.



“Ayo Mas Kevin langsung sampaikan permintaannya ke Mbak Echa. Kita kan juga penasaran. Heheheh…”, ujar Mas Penjaga Warung sambil melirik ke arahku untuk kesekian kalinya



“Apa ya enaknya?”, tanya balik pemuda bernama Kevin itu



“Lha kok nanya balik.. Gimana ini Ko Kevin. Hahahah”, ujar si penjaga warung



“Gini aja buat merayakan kemenangan tim kesayangan kita, kita suruh Mbaknya pargoy sexy gimana?”, usul Kevin



“Setujuuuuu”, sahut para lelaki disana



“Enggak mauuuu… Ngggak bisaaa…”, jawabku mencoba menolak request itu



“Emang Mbak Echa tau pargoy?”, tanya si penjaga warung



Aku menggangguk mantab karena memang tahu goyangan itu. Aku tahu maksud dan keinginan mereka karena beberapa kali kulihat di sosial media gadis-gadis suka melakukan goyangan itu. Goyangan nakal yang memang terlihat sangat sexy karena pinggul kita bergoyang ke depan dan ke belakang mengikuti irama musik. Kebanyakan mereka lakukan dalam posisi menyamping sehingga lekuk tubuh mereka semakin nampak menggoda. Kutahu para gadis itu berlomba melalukan goyangan pargoy demi meningkatkan followers dan mencari banyak like untuk sosmed mereka. Walau tak jarang kulihat juga beberapa orang sampai berkomentar tidak senonoh kepada mereka, tetapi sepertinya itu tidak masalah bagi para gadis itu. Karena banyak juga yang memuji-muji kecantikan dan keseksian mereka. Beberapa followersku memang pernah memintaku ikutan tantangan goyang pargoy, tetapi aku tidak pernah mau melakukannya karena memang tidak bisa dan malu kalau sampai dilihat teman atau keluargaku.



“Huuuuuu… Ayo mbak jangan malu-malu…”, ujar salah seorang pemuda



“Pargoy.. Pargoy.. Pargoy…”, beberapa cowok mulai memprovokasiku dan akhirnya diikuti oleh seluruh orang di warung termasuk teman-teman Mas Rio



Suasana menjadi riuh menyemangatiku agar mau pargoy disana.



Lalu Mas Penjaga Warung mulai memutar beberapa video cewek-cewek yang sedang melakukan goyang pargoy di layar TV. Terlihat sekali mereka sudah jago melakukan goyangan seronok itu. Goyangan pinggulnya sangat luwes dan sexy bergerak ke depan ke belakang seirama dengan alunan house music koplo yang mereka putar.



“Ayo Mbak Echa kalau ga mau melakukannya malah kita hukum ramai-ramai nih”, ancam salah satu lelaki berwajah menyeramkan yang tadi kuingat dia yang memukul perut Mas Rio



“Yeeee.. Lu kan ga ikut taruhannn..”, sindir penjaga warung disambut gelak tawa yang lain



“Ngga papa… Kalau Mbak Echa tetap gak mau goyang.. Saya ganti hukumannya. Saya minta Mbak Echa striptease di sini. Gimana mbak? Kayaknya Mbak Echa lebih suka striptease daripada pargoy… lebih gampang kan?”, ujar pemuda bernama Kevin itu sambil tersenyum mesum



“Asyikkk.. Buka baju.. Buka baju.. Buka baju ..”, suasana semakin menggila dan tidak kondusif



Tidak ada yang berusaha menjagaku selepas Mas Rio diusir oleh mereka. Bahkan teman-teman Mas Rio pada diam saja dan malah ikut-ikutan tepuk tangan menyemangatiku. Aku semakin tidak bisa menahan rasa malu ini. Dipaksa berjoget seronok di depan orang-orang tak dikenal adalah hal yang memalukan. Tetapi dipaksa melepas pakaianku oleh sekumpulan orang-orang tak dikenal adalah hal yang lebih memalukan lagi.



“Iya.. saya mau pargoy…”, jawabku lirih disambut riuh para penonton



“Goyang.. Goyang.. Goyang.. Goyang… Ayo lamaaa!!”, mereka terus menyemangatiku



Aku pun mulai menggerakkan tubuhku. Kuikuti gerakan di layar televisi sebisaku. Sungguh parah dan kacau sekali gerakan pinggulku yang terasa kaku dan tidak beraturan. Aku memang tidak ada bakat joget.



“Huuuuuu… Kurang hotttt… itu joget apa lagi mules?”, pekik salah seorang penonton



“Hahaha.. Ayo yang sexy mbak! pargoy pargoy pargoy”, para pemuda-pemuda itu terus menyemangatiku



Suasana semakin memanas di dalam warung ini. Entah mengapa pikiranku perlahan mulai tergoda untuk menunjukkan keseksianku. Ditambah mereka yang terus menyemangatiku untuk terus bergoyang lebih sexy seolah menghipnotis alam bawah sadarku. Aku mulai tergoda dan libidoku semakin mengalahkan akal sehatku. Fantasy Mas Rio yang selama ini memintaku tampil menggoda di hadapan para lelaki mulai menjangkiti otakku. Iya, aku mulai tertantang!



“Bukankah Mas Rio yang menyuruhku seperti ini? Bukankah ini adalah kesempatannya selagi tidak ada Mas Rio? Ahhhh.. Aku bingung…”, ujarku dalam hati



Perlahan rasa gerahku semakin tidak tertahankan. Kalau boleh jujur aku ingin sekali melucuti pakaianku saat ini. Aku juga ingin menggaruk vaginaku yang gatalnya semakin tidak tertahankan. Kurasakan sesekali cairanku keluar dari kemaluanku. Entahlah aku sudah tidak peduli cairan apa itu. Apakah ompol atau lendir aku sudah tak peduli lagi. Yang pasti vaginaku terasa basah dan ingin sekali disentuh.



Aku mulai bergerak sexy, kupelajari benar-benar gerakan tubuh gadis sexy yang ada di TV itu. Kutirukan sebisaku dan rupanya usahaku tidak sia-sia, tubuhku mulai luwes goyangannya. Para penonton semakin riuh memandangiku yang mulai berani bergoyang sexy walau dengan gerakan perlahan. Aku semakin semangat menggerakkan tubuhku. Tiap siulan dan godaan mereka kepadaku seolah menjadi alasanku agar aku terus menggoyangkan pinggulku.



*Suit suit suit suit* siulan-siulan menggoda terus bersahutan menyaksikanku yang terlihat mulai enjoy bergoyang



Kuposisikan diriku menghadap ke samping dan mulai kugoyangkan pinggulku ke depan dan ke belakang memamerkan keseksian lekuk tubuhku. Sesekali tanganku kuangkat keatas untuk kupamerkan ketiakku yang mulus tanpa bulu. Kubayangkan beberapa gerakan erotis yang pernah kulihat bersama Mas Rio saat kami nonton bokep bersama. Adegan dimana seorang gadis Jepang yang dipaksa menari dihadapan teman-teman sekolahnya hingga ia telanjang. Sungguh itu adegan favorit yang sangat erotis hingga memicu adrenalineku. Diam-diam aku pernah membayangkan melakukannya dihadapan para lelaki dan mungkin kali ini harapanku itu benar-benar terwujud. Sepertinya fantasy Mas Rio benar-benar menular kepadaku tanpa kusadari.



“Bagusssss.. Echa… Terus Goyangg.. Arghhh.. Pingin coli gue anjirr…”, ujar salah seorang pemuda



Lalu kulihat pemuda itu mengeluarkan kemaluannya dihadapanku, tanpa rasa sungkan dan malu karena di sana banyak orang. Tetapi aku salah, keberanian lelaki itu justru menginisiasi pemuda lainnya agar mengeluarkan kemaluan mereka dihadapanku. Mereka mulai coli sambil memandangiku yang terus bergoyang nakal. Para cowok yang sedang mabuk itu mulai mengocok kemaluan mereka saat aku sedang berjoget



“Buka Chaaa… Bukaaa…. Bukaaa… Ngaceng gue anjirrr…”, kata beberapa pemuda dan disetujui oleh pemuda lainnya



Kulihat sekelilingku, semakin banyak cowok yang mulai onani memandangiku yang terus bergoyang dengan nakal menggoda mereka. Mataku nanar memandangi penis-penis mereka. Berbagai bentuk, warna, dan ukuran pastinya. Aku semakin terangsang dan menikmati suasana mesum ini. Ditambah saat ini vaginaku sudah benar-benar banjir. Kemudian kulirik Kevin, rupanya ia tidak mengeluarkan penisnya seperti cowok lainnya. Ia hanya tertawa kecil sambil geleng-geleng kepala melihat kelakuan para lelaki yang memang sudah pada mabuk itu.



*Kuperhatikan ni cowok ganteng juga. Mana tajir lagi…*, entah setan mana yang merasukiku hingga rahimku semakin hangat saat memandangi wajah Kevin yang ternyata seperti cowok Korea itu



“Suit suit suit… Buka buka buka buka.. Ayo Bukaa mbak….”, para lelaki itu terus bersiul dan memintaku membuka pakaianku



“Gini aja biar Mbak Echa semangat buka bajunya, kita sawer aja.. Ayo masukkan uang kalian ke kotak ini biar Mbak Echa mau buka baju”, ujar penjaga warung mengejutkanku sambil meletakkan sebuah kotak kardus didepanku persis.



“Apaaa?”, aku terkejut mendengar saran dari mas penjaga warung yang terasa merendahkanku, seolah aku sedang mengamen sambil striptease!



“Ntar uangnya bagi 2 mbak.. 50:50 heheheheh..”, ujar si penjaga warung dan aku pun hanya geleng-geleng kepala mendengar usul gila ini



Beberapa orang mulai memasukkan uang ke dalam kotak. Ada yang uang receh 500ratusan, seribuan, dua ribuan, lima ribuan, bahkan aku lihat ada yang sampai memasukkan uang lima puluh ribu demi berharap aku mau melepas pakaianku. Aku jadi merasa bersalah dan tidak enak hati jika tidak menuruti keinginan mereka karena mereka sudah membayarku untuk melakukan kegilaan ini.



“Duh aku harus gimana? Ini sudah terlalu jauh dan aku gak mungkin menolak mereka. Apa aku harus menuruti mereka? Tapi Mas Rio marah nggak ya?”, aku semakin bingung



Karena terus diminta dan disemangati seperti itu aku pun mulai mengumpulkan keberanian untuk melakukan apa yang mereka minta. Aku juga sudah tidak betah dengan rasa gerah yang terus menyerang tubuhku. Ditambah sebagian lain pada diriku juga merasa tertantang untuk melakukan hal yang lebih gila lagi. Otakku mulai tergoda untuk melucuti kain pada tubuhku, libidoku yang semakin tak terkendali ini rasanya menghipnotisku dan perlahan menyingkirkan nalar akal sehatku. Yang kubutuhkan saat ini adalah sebuah pujian dari para lelaki ini. Kulirik teman-teman Mas Rio dan mereka sepertinya tidak keberatan jika aku melakukan kegilaan ini.



*Ini adalah cita-cita Mas Rio*, sekali lagi fantasy gila Mas Rio menjadi pembenaranku untuk striptease di depan para pemuda yang sedang merayakan kemenangan klub kesayangan mereka itu.



Kusingkap kain kerudungku kebelakang dan seketika pemandangan gunung kembar basah kuyup dengan bra hitamku nampak dihadapan mereka. Para pemuda di sana langsung bertepuk tangan riuh dan mereka semakin semangat mengocok penis mereka dihadapanku. Melihat itu aku bukannya malu malah semakin bersemangat bergoyang menghibur mereka. Aku semakin terangsang dan birahi tinggi, mana lubang vaginaku rasanya sudah becek sekali. Kuturunkan tali tanktopku perlahan mulai dari yang kanan dan lanjut ke yang kiri sehingga pundakku terbebas dari tali-tali kecil itu. Lalu aku tidak langsung melepas tanktopku, aku goda mereka dengan menaikkan tanktopku hingga perutku terbuka dihadapan mereka dan sedikit kuturunkan pula leggingku ke bawah sehingga celana dalamku pun terlihat sebagian.



“Anjirrrr.. Gue mau crotttt”, ujar salah seorang pemuda dan akhirnya kulihat cowok itu mengeluarkan spermanya dengan deras.



Wajahnya terlihat puas, aku tersenyum penuh kebanggaan karena dengan tubuhku aku berhasil menggodanya hingga ia mengeluarkan air maninya. Tapi aku tidak cukup berpuas diri sampai disini. Masih ada puluhan mata yang menantikanku melucuti pakaianku satu persatu. Jujur saja aku memang masih malu, tapi aku juga excited dengan apa yang kualami saat ini.



“Sexy bener Mbak Echaa.. Ayo buka lagi Mbak…. Buka sampai kamu telanjang”, kata seorang cowok sambil kembali ia masukkan uangnya ke kotak untuk menyawerku.



Aku remas-remas payudaraku dihadapan mereka. Sesekali tanganku meraba kemaluanku yang gatal dengan gerakan meliuk nakal menggoda. Kulihat teman-teman Mas Rio mendekat ke arah kerumunan di depan panggung kecil ini dan mulai mengarahkan kameranya ke tubuhku. Aku tidak tahu mereka memotret atau merekamku, aku sudah tidak peduli lagi. Aku hanya berharap mereka tidak memberitahu Mas Rio tentang kegilaanku ini.



Jantungku berdebar semakin kencang, bagaimanapun aku belum pernah segila ini sebelumnya. Aku hanya pernah tampil polosan di depan Mas Rio saja, tidak pernah aku menampakkan ke cowok lain. Aku hanya berpikir jika di depan Mas Rio saja aku berani, aku seharusnya berani tampil polosan di depan mereka juga. Toh mereka sama-sama laki-lakinya seperti Mas Rio. Mereka juga akan sama sangenya seperti Mas Rio. Dan satu yang pasti, mas Rio tentu akan semakin bangga kepadaku.



Kulepaskan celana leggingku seluruhnya sehingga kali ini bagian bawah tubuhku hanya tinggal mengenakan celana dalam motif bunga dan sepatu sekolahku saja. Beberapa mulai mengarahkan kameranya kepadaku. Aku semakin takut sebenarnya khawatir mereka akan menyebarkan video mesumku ini ke situs dewasa. Tetapi aku juga sudah merasa kepalang tanggung jika tidak meneruskan ini semua.



“Bwahahaha.. Motif sempaknya lucu sekali lu Cha.. Hahahaha… Kayak anak kecil”, ledek para penonton



“Biarin..”, jawabku ketus dan para penonton langsung bertepuk tangan melihat responku yang menggemaskan



Kulihat saweran uang untukku masih terus berlanjut. Beberapa yang tadinya enggan memasukkan uang mereka ke dalam kotak, mulai menyisihkan uang mereka ke kotak saweranku. Diam-diam aku berharap kotak itu segera penuh agar aku bisa dapat keuntungan setelah apa yang telah kulakukan ini.



*Ternyata aku tak lebih seperti seorang lonte* kataku dalam hati sambil kugelengkan kepalaku



“Ayo Bugill.. Bugilll.. Bugillll..”, celoteh para cowok disana semakin tak sabar melihatku telanjang



Aku menghela nafas panjang, sepertinya tidak ada alasan lagi bagiku untuk mempertahankan pakaianku disini. Pikiranku juga sudah ingin segera telanjang saja karena entah mengapa rasanya tubuhku semakin gerah dan rasa gatal saat bersinggungan dengan kain pakaianku juga semakin menyiksaku. Aku merasa tidak nyaman saat memakai pakaian dan ingin telanjang saja. Lalu, Kulepas begitu saja tanktop putihku sehingga kali ini aku hanya menyisakan kerudung, bra, dan celana dalamku saja.



Beberapa pemuda kulihat terus mengocok penisnya sambil memandangiku yang sedang menelanjangi tubuhku sendiri ini. Beberapa juga kulihat masih merekamku dengan kamera handphonenya. Kuliukkan tubuhku ke kiri dan kekanan sesexy mungkin tanpa rasa canggung lagi. Beberapa kali kuremas payudaraku menggoda mereka. Gerakanku memang acak dan tidak teratur. Bagiku tidak apa-apa asal aku terus bergerak sexy menggoda, kurasa mereka tetap akan terhibur melihatku.



Kemudian aku mulai melepas kerudungku, karena rasanya rambutku sudah benar-benar tidak nyaman oleh keringatku sehingga aku harus segera membuka kerudungku. Rambutku langsung terbuka bebas dan rasanya sangat melegakan. Paling tidak rasa gerah pada tubuhku lumayan berkurang saat kubuka kain penutup rambutku itu. Lalu aku sempat membetulkan ikatan rambutku yang sedikit berantakan. Para pemuda itu kembali bersiul-siul saat melihatku sedang mengikat ulang rambutku.



“Suit suit suit… Lanjut Mbak Echa… Tinggal BH sama sempakmu yang belum.. Ayoooo…”, kata salah seorang lelaki tidak sabar



“Aaa bgsd… liat cewek lagi iket rambut aja gue crott.. Arrrggghhh”, ujar laki-laki lainnya



*Crot crot crot* lelaki itu kemudian menyemburkan spermanya dengan deras dan ia pun terlihat lemas seketika



“Lemah luuuu..”, ledek pemuda lainnya dan disambut tawa riuh



“Biar afdhal, kita minta jagoan kita Mas Kevin untuk naik ke atas panggung dan melepas dua lembar kain terakhir Mbak Echa. Bagaimana setujuuu?”, tanya Mas Penjaga Warung



“Setujuuuuuuu…”, ujar para penonton



Kulihat pemuda tampan berwajah mirip cowok Korea itu mulai naik ke atas panggung sambil garuk-garuk kepala. Mungkin dia sendiri tidak menyangka suasana akan semeriah dan segila ini. Kemudian ia mulai berjalan membelakangiku dan kurasakan ia mulai mengecup leherku. Sebuah kecupan lembut yang sangat merangsang nafsuku. Tangannya pun ia lingkarkan erat di pinggangku. Aku sampai menahan nafasku dan berharap lelaki tampan itu terus mencumbuku dengan romantis.



“Ssshhhh.. You are so cute.. Echa..”, bisiknya sambil ia jilati tipis daun telingaku sedikit hingga membuatku merinding



Cowok ganteng itu terus menggodaku dan memainkan gairahku. Ia tidak segan menciumi tengkuk leherku dihadapan para pemuda di warung ini. Aku semakin terkejut saat tiba-tiba ia membalikkan tubuhku menghadap ke arahnya dan mata kami langsung saling bertemu dan berpandangan. Tanpa permisi ia langsung mengecup bibirku diatas panggung!



Sebuah ciuman yang sangat memanjakanku. Kecupan cowok bernama Kevin itu benar-benar lembut dan bau mulutnya juga wangi. Aku bahkan sampai memejamkan mata membiarkan pemuda tampan itu mencium bibirku sepuasnya. Tanpa sadar bibirku pun tak mau kalah dan mulai membalas ciuman bibirnya. Bibir kami saling melumat, dari yang awalnya sebuah kecupan lembut, berubah menjadi sebuah ciuman frenchkiss panas dimana bibir kami saling melumat satu dengan yang lain dan lidah kami saling beradu satu dengan yang lain.



Kusadari keberadaan teman-teman Mas Rio disini bisa saja menjadi boomerang buatku. Bisa saja mereka melaporkan kenakalanku itu ke Mas Rio. Mungkin teman-teman Mas Rio saat ini menganggapku tak lebih dari seorang pelacur murahan. Siapa juga yang bisa menerima dengan akal sehat melihat pacar temannya sedang berciuman dengan lelaki lain di tempat umum seperti ini. Mungkin ini sudah melebihi ekspektasi ataupun bayangan mereka. Tetapi ya udah lah mau bagaimana lagi, aku sudah tidak bisa menahan diri dari gairahku yang semakin meninggi saat ini karena perlakuanya yang diam-diam juga membuatku bergairah dan rahimku dibuatnya semakin hangat.



Sambil terus menciumiku, ia mulai membuka pengait bra hitamku tanpa kesulitan. Kupasrahkan saja bra hitam itu terlepas dari payudaraku dan kusadari ia melemparkan begitu saja braku ke arah para penonton. Para penonton pada berebutan menerima braku dan kulihat yang mendapatkan braku langsung menciumi benda itu. Kevin tertawa melihat kelakuan cowok yang begitu bernafsu menciumi braku.



Setelah kami puas saling bercumbu. Tiba-tiba ia balik lagi tubuhku menghadap ke penonton. Kali ini lebih gila dari sebelumnya karena payudaraku terbuka bebas tanpa pembungkus. Kurasakan tangan Kevin meremasi kedua payudaraku beberapa kali dan tangannya memilin kedua putingku bersamaan dihadapan para penonton. Aku mendesah kecil dan membiarkan cowok berwajah Korea itu bermain-main di area payudaraku. Para Penonton semakin menggila dan mempercepat kocokannya. Beberapa dari mereka juga terlihat mulai mengeluarkan spermanya karena tidak kuat melihat pertunjukanku ini. Tidak akan yang pernah menyangka di sebuah warung remang-remang tersembunyi ini, ada sebuah pertunjukan striptease layaknya club malam mahal.



Lalu Kevin mengangkat kedua tanganku keatas hingga ketiakku terbuka lebar. Pose yang sangat memalukan namun juga sexy luar biasa karena dengan posisi seperti ini, aku terlihat begitu pasrah memamerkan seluruh tubuh bagian atasku



“lu terus berdiri seperti ini ya, biar mereka puas liat tubuh lu”, pinta Kevin dan kulihat blitz kamera mulai beberapa kali menyilaukan mataku



Semua lelaki disana terlihat mengabadikan poseku ini beberapa saat dengan kamera HP mereka. Hingga tanpa sadar aku sampai ngompol diatas panggung. Air vaginaku merembes keluar dari celana dalamku dan jatuh begitu saja menetes-netes diatas panggung. Beberapa turun melalui celah celana dalam dan menuju kedua pahaku, sedangkan kebanyakan lainnya jatuh begitu saja karena celana dalamku sudah tidak sanggup menahan air vaginaku yang sudah mumbanjiri kain segitiga itu



Lalu Kevin menurunkan celana dalamku ke bawah hingga bersentuhan dengan kaos kaki dan sepatu sekolahku. Terlihat vaginaku masih meneteskan cairannya saat ini dan menetes deras mengenai celana dalamku yang masih tergantung di kedua mata kakiku. Aku benar-benar birahi tinggi dengam pose memalukan saat ini!



Dengan posisi kedua tangan diletakkan diatas kepala hingga kedua ketiakku terbuka lebar, payudaraku tergantung bebas, dan vaginaku yang sudah terekspose sempurna dengan celana dalam yang sudah diplorot hingga kakiku. Aku seolah terlihat sedang kencing sambil berdiri. Vaginaku terang-terangan meneteskan cairan dengan deras di depan para lelaki ini. Ada apa dengan tubuhku? Mengapa aku bisa seperti ini orgasmenya?? Bukan hanya berlendir saja, tapi vaginaku juga mengeluarkan cairan encer mirip urine yang terus mengucur keluar dari lubang kecil kemaluanku.



Setelah selesai mengeluarkan cairannya aku terduduk lemas. Rasanya kakiku kehilangan daya penopangnya sehingga tubuhku tidak bisa disangganya dengan baik. Badanku gemetaran hebat sambil vaginaku terus ngos-ngosan kedutan. Tidak pernah aku orgasme sedahsyat ini. Sebuah orgasme yang terjadi tanpa rangsangan dan sentuhan sama sekali pada vaginaku. Vaginaku keluar-keluar sendiri saking tidak mampunya ia menahan ledakan cairannya yang sudah daritadi ia tahan.



Kemudian Kevin berbisik padaku



“Kasih tau mereka dong isi memek lu kayak gimana, nanti aku kasih bonus”, ujar Kevin pada telingaku kiriku



Akupun menyanggupi pemuda berwajah Korea itu. Walau awalnya ragu, pada akhirmya aku tetap mengangkang, sambil kubuka lubang kemaluanku dengan kedua tanganku agar semua laki-laki disana bisa melihat isi kemaluanku. Semua lelaki disana sampai melongo memandangi area paling privatku itu sedang merekah sempurna memperlihatkan isi dalamnya. Sebuah daging merah muda berlendir yang pasti akan mengirimkan sinyal kepada penis-penis mereka agar semakin ereksi. Kupertahankan posisi mengangkangku itu beberapa menit sambil menahan malu. Vagina perawanku kutunjukkan kepada para lelaki disana, termasuk teman-teman Mas Rio yang semakin melongo melihat kenakalanku ini.



Beberapa orang melanjutkan onaninya dan beberapa orang kulihat juga mulai menuntaskan hajatnya dengan menyemburkan sperma-sperma mereka hingga mengotori lantai warung remang-remang itu. Tanpa kusadari sebelumnya, terlihat ternyata lantai warung ini telah sangat kotor karena belepotan sperma dimana-mana. Aroma-aroma sperma yang anyir dan khas itu juga mulai menusuk hidungku hingga membuatku kembali bergairah namun aku coba menahan rasa itu agar tidak terlalu kelihatan di hadapan mereka.



“Sungguh penampilan yang luar biasa dari Mbak Echa. Tepuk tangan semuanyaa!”, ujar Mas penjaga warung akhirnya ingin menyudahi pertunjukanku



*Plok plok plok plok plok* suara tepuk tangan riuh terdengar melihat penampilan mesum perdanaku diatas panggung warung remang-remang itu.



Lalu kevin jongkok di belakangku dan aku dengar Kevin berbisik di telinga kiriku. Nafasku masih tersengal-sengal dan sepertinya aku masih tidak punya tenaga untuk diajak berbicara



“ini bonus yang gue janjikan tadi”, kata Kevin sambil melemparkan satu persatu beberapa uang kertas berwarna merah ke selangkanganku yang masih mengangkang



“Te.. terima kasih ya.. Mas… hah.. hah.. hah..”, jawabku sambil tersengal-sengal



“Btw, lu masih perawan apa udah enggak?”, tanyanya pelan



Aku hanya mengangguk lemah karena untuk bersuara saja aku sudah tidak mampu.



“perawan gak?”, tanyanya sekali lagi



“Perawan..”, jawabku lemah



“Gue mau beli keperawanan lu 5juta. Lu mau? Gue pingin ngerasain memek perawan cewek jilbaban”, ujarnya



Aku buru-buru menggelengkan kepalaku, dalam kepalaku saat ini Mas Rio lah yang harus mengambil keperawananku. Dialah lelaki yang kucinta yang seharusnya menerima persembahan kesucianku. Dengan tegas aku tolak penawaran dari pemuda kaya raya itu. Aku tidak akan menjual kesucianku demi uang.



Kevin tidak berhenti menawarku. Ia terlihat masih ingin merayuku. Kulihat ia belum menyerah dan kembali ia berbisik padaku untuk memberikan penawaran berikutnya



“Gimana kalau kubeliin ip**ne 15 pro tapi lu kasih keperawanan lu buat gue dan selama 1 bulan lu temenin gue?”



“Ehhh? Ip**ne 15 pro??” aku pun terkejut mendengar penawarannya yang kali ini benar-benar menggiurkan



Tak bisa kupingkiri, handphone mahal itu menjadi salah satu benda impianku. Tapi aku merasa aku tidak akan sanggup membelinya karena memang harganya yang terlampau tinggi buatku dan juga keluargaku yang berasal dari keluarga biasa-biasa aja. Kini, kesempatan memilikinya sudah di depan mata, tinggal aku mau berkorban atu tidak.



*Bagaimana ini? apakah aku harus setuju atau menolak tawaran ini? Apa yang harus aku lalukan? Mas Rio aku harus gimana mas?*, kataku dalam hati mulai bimbang



#bersambung
 
Mantap hu apakah abis ini echa akan digangbang sewarung, moga aja digangbang hahaha
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd