Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Berbagi Itu Indah (Remake)

Chapter 6 : Melayani Tamu



POV : Echa



“Kita bicarakan lain waktu ya mas.. Aku masih… belum bisa jawab…”, jawabku kemudian



Nampak wajah pemuda yang mirip cowok Korea itu sedikit kecewa mendengar jawabanku. Jelas saja aku menolaknya saat ini. Kondisiku saat ini sangat tidak layak “pakai”. Keringat bercucuran dimana-mana dan aroma tubuhku yang kurasakan tidak wangi lagi adalah alasan utamaku menolaknya saat ini. Alasan kedua jelas karena aku malu, saat ini masih ada teman-teman Mas Rio di tempat ini. Mereka pasti akan cerita ke Mas Rio macam-macam dan tentu saja aku tidak menginginkan hal itu terjadi. Walau aku akui aku benar-benar bersedia untuk jual diri demi handphone impianku, kesempatan langka itu tidak bisa aku sia-siakan



“Oh ok.. Kalau gitu.. ini nomor gue kalau lu mau jual keperawanan lu buat gue. Tapi ingat hanya berlaku kalau lu masih perawan. Kalau udah ga perawan gue ogah”, ujar Kevin sambil menyerahkan secarik kartu nama kepadaku



Aku yang masih telanjang bulat kebingungan bagaimana caraku menyimpan nomor teleponnya. Akhirnya aku hanya menggenggam kartu nama itu sambil kukumpulkan kembali pakaianku yang sudah berserakan. Kevin pun hendak pergi, namun kutahan tangannya sejenak lalu berkata



“Aku akan pertimbangin mas...”, ujarku tersipu malu sambil berbisik kepadanya



“Oke. Hubungi gue kalau lu udah ada keputusan. Sekalian gue siapkan handphonenya buat lu”, ujar Kevin dan ia pun akhirnya pergi



Kupandangi pemuda tampan itu beberapa saat sebelum akhirnya ia masuk ke dalam mobil mewahnya yang tidak kuketahui apa merknya. Menghilang dari pandanganku untuk sementara waktu. Pertunjukan pun telah selesai, untungnya para lelaki di tempat ini tidak meminta lebih atau bahkan sampai memperkosaku. Mereka terlihat sudah loyo dan teler, mungkin karena pengaruh miras yang sudah mereka tenggak. Tapi sejujurnya, aku saat ini malah masih berharap ada yang kurang ajar kepadaku. Rasanya aku belum puas dan masih sangat bergairah dan butuh pelampiasan



*Eh? Aku kok malah mikir aneh-aneh lagi sih?* gumamku dalam hati dan kutepis pikiran itu jauh-jauh



Wajar saja aku masih berpikiran jorok, karena saat ini dibawah sana, vaginaku masih gatal dan kedutan sepertinya masih membutuhkan rangsangan. Ingin sekali aku masturbasi saat ini, tetapi urung kulakukan karena jika aku mengocok vaginaku sekarang, bisa-bisa pertunjukanku bakal dilanjutkan lagi dan tentu aku tidak ingin hal itu terjadi lagi. Aku rasa, Sudah cukup kubuang rasa maluku untuk beberapa saat yang lalu. Walau ada gairah yang tertinggal, tetapi aku tetap tidak segila itu mau show lagi.



Cukup untuk hari ini! Setelah semua kegilaan ini selesai, akal sehatku perlahan kembali dan tentu saja aku tidak mau mengulangi perbuatanku yang memalukan ini. Perbuatan yang tidak pantas diperbuat oleh diriku yang kesehariannya berkerudung. Sekarang aku hanya kepikiran orang-orang terdekatku, terutama kedua orangtuaku.



Kubayangkan betapa kecewanya kedua orangtuaku jika mereka sampai tahu kelakuanku yang dengan nakalnya striptease di warung tersembunyi ini. Putri kesayangan mereka yang selalu mereka banggakan, yang mereka ajarkan untuk selalu menutup aurat rambutku jika keluar rumah, tetapi aku malah berani melepaskannya di tempat ini dan berperilaku begitu rendah dengan menari telanjang di depan para lelaki.



Tapi…



Aduh, membayangkan kenakalanku tadi saja malah membuatku semakin bergairah. Memang aku tadi sudah mencapai orgasmeku dengan liar dan parah sampai terkencing-kencing. Tetapi tetap ada satu yang kurang, area kemaluanku sama sekali belum dijamah dan masih berharap menerima sentuhan tangan. Jujur saja, gairahku masih ingin sekali kulampiaskan. Semakin kuabaikan, rasa birahi ini semakin menggangguku.



Lalu, kepada siapa aku harus meminta? Tidak mungkin aku menghubungi Kevin saat ini karena tadi aku sudah menolak ajakannya. Eh, bukan menolak sih, lebih tepatnya aku hanya menundanya. Aku masih terlalu malu menerima ajakan Kevin secara terang-terangan di hadapan teman-teman Mas Rio. Aku khawatir Mas Rio kecewa denganku dan tentu saja aku tidak mau dia marah kepadaku hanya karena aku menjual keperawananku ke lelaki lain.



“Mbak Echa ini total sawernya tadi 450ribuan. Buat Mbak Echa 250 buat saya 200 aja gapapa”, ujar mas penjaga warung sambil memberikan uang hasil saweran itu kepadaku saat aku sedang memakai pakaianku lagi



Walau aku sudah berpakaian, tetap saja penampilanku masih jauh dari kata tertutup sempurna. Karena BH dan celana dalamku sudah hilang entah kemana sehingga payudara dan kemaluanku terlihat menerawang dibalik kaos tanktop dan celana leggingku yang tipis.



“Mbak Echa, ini nomor saya kali aja Mbak Echa mau liveshow di tempat saya lagi. Hehehe.. Biar tempat saya makin ramai dan makin cuan. Pasti tempat saya bakalan rame kalau ada Mbak Echa”, kata Mas Penjaga Warung dan aku pun menerima nomor teleponnya



Suasana yang tadinya cukup ramai riuh mulai kembali sunyi, beberapa orang terlihat sudah mulai meninggalkan warung ini. Aku pun mencoba menghubungi Mas Rio namun sayangnya teleponku tidak diangkatnya. Mungkin ia masih kesal denganku yang terlihat pasrah tidak membelanya, atau mungkin bisa saja ia sedang dijalan sehingga ia tidak bisa angkat teleponku. Entahlah…



“Cha… Rio ga angkat telepon?”, tanya Mas Anto tiba-tiba mendekatiku



Entah sejak kapan ketiga teman Mas Rio sudah mengelilingiku. Mungkin karena aku terlalu fokus dengan dua buah nomor telepon yang tadi kuterima. Satu dari pemilik warung yang menawariku live show secara rutin di warungnya. Yang satunya lagi dari seorang cowok ganteng yang menginginkan keperawananku dengan menawariku sebuah ip**ne 15 pro. Keduanya memang memberikan penawaran yang menarik buatku yang tidak kaya-kaya amat ini. Dalam waktu tidak sampai 1 jam aku sudah bisa mengantongi 250ribu. Kubayangkan bagaimana jika aku kerja full time disini. Mungkin 1 juta per hari bisa kudapatkan. Bahkan jika aku totalitas menjalaninya, aku bisa mendapatkan lebih banyak lagi. Aku pasti akan mempertimbangkan matang-matang penawaran-penawaran ini dan akan kuputuskan di lain waktu.



“Ternyata cari uang tidak lah sesulit dibayangkan. Tinggal aku mau apa enggak melakukannya”, gumamku dalam hati



Lalu untuk penawaran Kevin, siapa sih yang tidak mau hp mahal begitu. Aku hanya tinggal menyerahkan keperawanku saja kepadanya. Itu sebenarnya bukanlah hal yang sulit kalau aku mau ngelakuinnya, daripada aku kerja keras ikut orang, sudah dimarahi, diejek, digaji tidak sebanding, belum tentu juga aku bisa membeli hape semahal itu dengan instan. Lalu bagaimana jika Mas Rio kecewa? Ya itu resiko dia, salah sendiri jadikan ceweknya bahan pamer, salah sendiri dia tidak berani setubuhi aku. ya udah aku sekalian aja cari untung dengan tubuhku. Aku juga bisa pamer ke sahabatku Anya yang menyebalkan itu kalau aku punya handphone baru. Hihihi…



“Nakal itu gitu Nya, jual diri buat dapetin hape mahal. Hihihi..”, gumamku dalam hati



“Cha?”, panggil Mas Anto lagi



“Eh.. iya mas.. maaf…”, jawabku terkejut



“Ngelamun aja. Heheheh…”, goda Mas Anto



“Ini mas.. Aa.. Aku nyariin Mas Rio”, kilahku. Ngga tau Mas Rio kok ga angkat telepon…”, jawabku kikuk



“Biasa tu anak kalau lagi banyak pikiran suka ngilang. Biarin aja tar juga balik sendiri.”, kata Mas Anto



“Mending lu pulang bareng kita aja gimana?”, tawar Mas Andre tiba-tiba



“Eh? Gimana caranya?”, tanyaku terkejut



“Ya naik mobil gue. Tuh mobil gue”, kata Mas Andre sambil menunjuk sebuah mobil berwarna abu-abu yang terparkir di depan warung.



“Tapi mas…”, aku pun ragu untuk naik ke mobil itu



Aku belum kenal dekat dengan mereka. Rasanya canggung saja jika aku sendirian bersama ketiga lelaki itu, walaupun aku tahu mereka adalah teman-teman Mas Rio. Tetapi tetap saja aku merasa aneh saja apalagi mereka baru saja melihat tingkah gilaku disini



“Rio sudah ngijinin kok Cha. Lu ga usah takut..”, ujar Mas Andre



“Eh.. ijinin.. apa?”, tanyaku semakin parno



“Lu sama kita-kita. Hehehe..”, kata Wawan



“Daripada lu disini sendirian tar malah ga bisa pulang lu. Apa lu mau nemenin mas penjaga warung? Heheheh”, Kata Mas Anto menggodaku



“Errr… Tapi…I..Iya deh mas…”, aku pun akhirnya menyetujui usulan itu daripada harus menemani mas penjaga warung yang malah belum kukenal.



“Gitu dong…”, ujar Mas Anto



Tanganku kemudian digandeng Mas Anto menuju mobil Mas Andre. Aku kemudian diminta duduk dikursi belakang oleh mereka. Aku terkejut rupanya Mas Anto dan Mas Wawan juga duduk dikursi belakang dan mereka mengapitku. Sedangkan Kursi depan dibiarkan kosong dan di bangku sopir diisi oleh Mas Andre. Mobil langsung melaju meninggalkan lokasi warung.



Didalam mobil, suasana dibiarkan panas karena Mas Andre tidak menyalakan AC mobilnya karena mereka merokok di dalam mobil. Kudengarkan kedua lelaki disamping kiri dan kananku itu beberapa kali menghembuskan nafas mereka seperti sedang menahan sesuatu selain hembusan rokok mereka. Jantungku juga berdegup kencang saat ini, apalagi bersama ketiga orang lawan jenis seperti ini membuat pikiranku semakin aneh-aneh saja .



“Cha…”, tiba-tiba Mas Anto memanggilku



“Lu sexy bener anjir tadi.. Kayak liat pertunjukan striptease profesional”, puji Mas Anto



“Ehhh.. Ma.. makasih mas…”



“Lu kayaknya perlu sering latihan goyang biar makin jago goyang Pargoynya Cha. Hahahaha”, kata Mas Wawan



“Ya memang aku ga bisa goyang mas…”, jawabku



“sering-sering WOT aja lu Cha biar enak goyangnya…”, saran Mas Andre dari kursi depan



“Hehehe.. Boro-boro WOT, orang Rio aja ga berani ewe si Echa”, imbuh Mas Anto



“Oiya bener juga. Parah emang si Rio.. gak totalitas dan nanggung banget. Hahahah”, jawab Mas Andre



“Lu gak malu emang Cha buka baju didepan banyak laki?”, tanya Mas Wawan kemudian mencari topik baru



“Malu banget mas….”, Jawabku sambil tersipu



“Lu kok mau tapi?”, tanya Mas Anto



“Mereka udah sawer aku masak iya aku gak ngelakuin permintaan mereka..”, jawabku tertunduk



“Anjir Cha.. Lu kek lonte anjir tadi.. Lu pacar Rio apa lonte sih?”, tanya Mas Wawan



“Pacar Mas Rio lah”, jawabku sewot



“Gak percaya gue.. Lu kayaknya lonte deh. Lebih cocok”, ledek Mas Wawan lagi



“Eeehhh?”, aku terkejut mendengar perkataannya



“Kalau sekarang kita minta lu telanjang disini lu mau gak?”, tanya Mas Anto tiba-tiba



“Hah?”, aku kembali terkejut mendengar requestnya yang gila itu



“Lu ga usah sok jual mahal Cha. Kita mah tau lu doyan telanjang dan godain cowok kan?”, bujuk Mas Wawan



“Nggaaaa.. Aku gini karena Mas Rio temen kalian itu”, kilahku



“Iya lagian Rio juga udah kasih ijin kok kalau emang kita mau nikmatin lu”, bujuk Mas Anto kali ini



“Mas Rio bilang gitu?”, tanyaku tak percaya



“Ya.. Katanya tubuh lu juga milik kita-kita”, bujuk Mas Anto



“Gak mungkin, aku ga percaya Mas Rio bilang gitu. Aku taunya dia cuma berbagi foto-fotoku aja ngga lebih”, jawabku



“Ya sama aja kali Cha.. Itu berarti kita juga boleh nikmatin lu”, ujar Mas Wawan dari samping kiriku sambil tangannya mulai meremasi payudaraku yang masih tertutup jaket yang kupakai



“Mas tolong jangan gini.. Aku malu mas..”, aku mencoba menjaga diriku dari rayuan teman-teman Mas Rio dan kutepis tangan Mas Wawan



Mas Anto terlihat memandangiku ketika mencoba menepis tangan jahil Mas Wawan yang terus berusaha menremas payudaraku. Aku pun menjadi ketakutan karena bagaimanapun aku tetaplah pacar teman mereka. Aneh saja kalau mereka sampai berani menggodaku separah ini.



“Ayolah Cha.. Memek lu tadi sudah bocor anjir.. Masih sok jual mahal aja lu.. Ngentot lu Cha.. Anjir“, ujar Mas Anto lagi kali ini ia menurunkan resleting jaketku dengan sedikit memaksa



“Mas tolong jangan… jangan mas…”, pintaku memelas



Aku mencoba menahan tangannya tapi percuma. Tangan Mas Anto dan Mas Wawan sudah menggerayangiku. Sialnya, gairahku yang tadi coba kutahan malah kembali menggerogoti akal sehatku. Tangan-tangan mereka begitu bergerilya menyentuh tubuhku. Aku semakin terdesak dan kewalahan karena mereka tidak peduli dengan rengekanku dan semakin keras menggerayangiku. Aku malah keceplosan mendesah karena intensnya serangan mereka kepadaku



“Ahhhh.. Aaahhh..”, tanpa sadar aku mendesah saat Mas Anto dan Mas Wawan meremasi payudaraku



“Anjir malah ndesah lu.. Sange juga kan lu? Ayo lucuti pakaian lu sendiri..”, kata Mas Anto



“Jangan mas…”, ujarku sekali lagi



“Gak Usah sok jual mahal lu Cha.. Kita udah tau kelakuan lu. Ayo lepas pakaian lu kayak tadi!”, perintah Mas Wawan



Aku bingung harus bagaimana menghadapi situasi seperti ini. Andai saja Mas Rio tidak punya fantasy memamerkanku mungkin ini semua tidak akan terjadi. Tetapi, tidak waktu untuk berandai-andai saat ini. Karena kedua lelaki di samping kiri dan kananku sudah menungguku melucuti pakaianku sendiri.



“Ya, ini semua salah Mas Rio! Ini karena ulahmu mas aku jadi diperlakukan gini!”, kataku dalam hati



“Tapi tolong jangan cerita ke Mas Rio ya mas.. Dan satu lagi apapun boleh tapi tolong jangan dimasukin ya…”, pintaku



“Hehehe.. Pede amat lu. Sapa bilang kita mau entot memek lu?”, tanya Mas Wawan sambil meledek



“Ehhh?”, aku kembali tersipu malu, Terlihat sekali aku yang malah menginginkan dicabuli kalau seperti ini



“Emang kenapa ga boleh dientot? Heheheh”, tanya Mas Anto sambil terkekeh



“Anu…”, aku mencoba berpikir mencari jawaban yang logis



“Hahaha.. Lu pasti mau jual diri ke cowok tajir tadi kan? Mangkanya gak boleh dimasukin…”, kata Mas Anto lagi sambil memandangku begitu rendah



“Eh.. Enggak kok.. Buat Mas Rio”, kataku berbohong



“Hwahahahahah.. Denger kalian? Buat Mas Rio katanya.. Jangan bohong lu Cha. Rio bakalan kita perlihatkan video kelakuan ceweknya yang nari-nari telanjang di warung dihadapan orang-orang disana. Bisa pingsan dia saking sangenya liat ceweknya ternyata lonte murahan”, ancam Mas Anto sambil menunjukkan rekaman kegilaanku tadi



“Jangan mas!!! Aku mohon jangan dikasih liat ke Mas Rio….”, jawabku



“Sekarang lu jujur kalau gitu. Sebutin alasan lu ga mau ngasih keperawanan lu?”, tanya Mas Anto sambil tersenyum menyebalkan



“Err.. I.. Iya… Soalnya mau aku tuker sama ip**ne…”, aku pun mau tak mau harus jujur dan mengakuinya dengan menahan malu



“Hahaha.. Hahahahh… Anjir… Sekarang jawab pertanyaan gue lagi. Lu pacarnya Rio apa emang lonte?”, ejek Mas Anto



Aku kembali diintimadisi oleh mereka. Parahnya, aku juga merasa semakin enjoy saat mereka mengolokku. Aku malah terangsang membayangkan diriku menjadi cewek nakal dan terus dihina oleh mereka.



“Aku emang sudah gila ya? Aku kok jadi sange sih”, kataku lagi dalam hati



Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan diriku. Mudah sekali aku terangsang akhir-akhir ini. Benarkah ini semua salah Mas Rio seutuhnya? Bagaimana jika sebagian diriku yang lain ternyata juga menikmati aku menjadi cewek binal? Entahlah yang pasti aku pun juga mulai ragu, apakah aku benar-benar lonte?



“Jawab Cha. Lu pacar Rio apa emang Lonte?”, kali ini Mas Wawan yang bertanya



“A.. Aku.. Lonte mas…”, ujarku tertunduk malu



“Hahaha.. Kasian Rio. Ngaku Punya pacar ternyata gak taunya Cuma seorang lonte..”, imbuh Mas Andre dari bangku sopir



“Tolong jangan ceritakan ke Mas Rio ya mas..”, ujarku memohon sekali lagi



“Cerita kalau lu Lonte? Hahahah”, ledek Mas Anto



“Apapun itu.. tentang aku.. tolong…”, pintaku sekali lagi



“Hmm gimana ya… Kalau ga diceritain kasian temen gue yang geblek itu. Hahahah.. Ceweknya malah jual diri demi ip**ne”, kata Mas Anto pura-pura berpikir



Aku merasa kesal sebenarnya, karena mereka seperti malah berkuasa kepadaku karena memegang kartu asku. Jauh lebih berkuasa dibandingkan Mas Rio pacar sahku. Tetapi inilah resiko yang harus kuhadapi setelah kegilaan tadi. Mereka pasti juga menginginkan sesuatu dariku.



“Ya udah deh dipikirin ntaran aja. Sekarang lu telanjang dulu deh”, ujar Mas Anto



Aku pun tidak punya pilihan lain selain menuruti permintaan mereka. Kulepas jaketku juga tanktopku sehingga bagian payudaraku saat ini sudah terbuka diantara mereka karena aku sudah tidak mengenakan BH lagi dari tadi. Mas Anto yang sudah terlihat menahan sangenya dari tadi akhirnya tanpa permisi langsung melumat putting susu sebelah kananku. Sedangkan Mas Wawan mendapat jatah putting kiriku. Aku tersentak kaget menyadari kedua payudaraku sudah dilumat bersamaan oleh teman-teman Mas Rio. Gila, pertama kalinya kedua putingku dikulum seperti ini. Aku langsung mendongakkan kepala kegelian. Jujur aku belum siap melakukan ini apalagi aku tidaj tahu Mas Rio apakah beneran kasih ijin aku menyusui teman-temannya?



“Aaahhh.. Aduh.. pelan-pelan mas…”, desahku akhirnya tak bisa kutahan lagi



Aku akhirnya mendesah kecil saat kedua lelaki itu menjilati putting susuku. Rasa gelinya benar-benar luar biasa dan nikmat sekali. Rasanya kedua putingku disedot oleh mulut mereka dan ini sangat membuatku keenakan. Tidak ada lagi rasa ingin memberontak seperti tadi, aku justru semakin menikmati pencabulan ini.



“Aaahh.. Aaahhh.. Ssshhh.. Uuhhh.. mas…”, lenguhku perlahan karena kedua teman pacarku itu terus menyusu ke kedua putting payudaraku terus-menerus



“Foto dulu Cha.. Ini kan cita-cita Rio liat pacarnya sedang netekin temen-temennya. Haha..”, kata Mas Andre sambil memotretku yang sedang menyusui Mas Anto dan Mas Wawan



“Jangaan masss… Aaaahhh..”, kataku sambil berusaha menutup wajahku



“Gak usah ditutup muka lu..”, ujar Mas Anto sambil menyingkirkan tanganku dan kali ini Mas Andre leluasa memotretku yang sedang memejamkan mata keenakan karena putingku terus disedot dan dikenyot oleh dua temannya.



“Anjirrr.. pentil lu mungil bener Cha.. Kenyal kenyal.. Gemes gue..”, kata Mas Anto sambil memelintir dan menarik putingku dengan kasar



“Aahhh.. mas….. Sshhhh.. Jangan digituin mas.. Aduhhh”, pintaku sambil merintih karena Mas Anto malah memilin dengan kasar putting susuku



“Ngentot lu Cha!... Sakit apa malah sange lu? Malah gue gigit nih pentil lu”, ujar Mas Anto sambil ia semakin memainkan putingku lebih kasar dari sebelumnya



“I.. Iya.. sakit.. Eehh.. enakk... Aahhhh…. Mas…”, rancauku



Kedua putingku menjadi bulan-bulanan kedua lelaki jauh dari kata tampan ini. Tapi walau begitu aku semakin terangsang akibat ulah mereka yang terus menyerang daging kenyalku yang berwarna cokelat muda itu. Aku tidak sanggup menahan gejolak ini. Dibawah sana aku juga merasa semakin basah saja. Leggingku terasa sangat lembab karena langsung bersentuhan dengan liang senggamaku



Aku semakin mendesah untuk kesekian kalinya karena Mas Wawan juga tidak kalah ganas saat melumat putting susuku sebelah kiri. Perasaan apa ini? Aku sudah lupa beberapa menit yang lalu aku merasa bersalah kepada Mas Rio. Tapi kini Aku malah merasa begitu ikhlas membiarkan kedua cowok teman pacarku itu mengemuti putingku. Kudongakkan kepalaku lebih tinggi agar kepala mereka lebih leluasa mengemuti putingku. Mereka memperlakukanku tanpa rasa sungkan sama sekali walaupun faktanya aku adalah pacar Mas Rio sahabat mereka



“Ahhh. Uhhhh.. Ssshhhhh.. mas…. Aahhh.. ”, lenguhku semakin tak terkendali sambil memegangi kedua kepala mereka agar terus menyusu di payudaraku



“Anj lu Cha.. Aaahhhh… Fakk… Lonte sialan… Ssshhh..”, kata Mas Anto terus memaki-makiku dan aku sama sekali tidak tersinggung dengan ucapannya.



“Maki aku terus mass.. Aku memang cewek jalang… Aaaahhh.. ini terlalu nikmat… Mas Rioooo… Mas… Sshshh…”, gumamku dalam hati sambil berdesis



“Cha? Rumah lu masih jauh? Gue juga udah ga tahan anjir denger desahan lu merdu bener..”, kata Mas Andre sepertinya ia juga ingin gabung bersama kedua temannya untuk menggerayangiku



“Bentar… Ssshhh… lagi.. mas… Ouuhh.. aaahhh… perempatan itu belok kiri terus masuk Perumahan setelah.. mini... market.. Mas.. Ouuhhh..”, jawabku sambil berusaha memberi tahu arah menuju ke rumahku walaupun sambil merem melek keenakan



Kedua lelaki disamping kiri dan kananku juga tampaknya enggan berhenti menyusu di putting susuku. Mereka terus menyerang payudaraku dan disedoti terus tanpa ampun. Dirangsang seperti itu tentu membuat tubuhku kelojotan hingga kedua kakiku terus bergerak-gerak. Ada perasaan ingin tumpah yang melanda kemaluanku. Aku pun coba menahan mati-matian rasa kebelet ini. Aku hanya tidak mau mengotori mobil Mas Andre dengan cairan vaginaku.



Aku dipaksa mereka terpaksa terus mendesah dan melenguh sambil memberi tahu arah petunjuk jalan ke Mas Andre jalan menuju rumahku. Suara mulut mereka terdengar berisik berdecak basah, saking sibuknya bibir mereka melumati kedua putingku yang rasanya sudah sangat sensitif ini.



“Aahhh.. itu.. mas.. gang.. Sshh.. yang ada coretan titit itu.. masuk.. Aahhh nanti rumah keempat sebelah kanan pagar putih.. Ouuhh.. Jangan digigit mas..”, pintaku



“Anjir gang rumahnya ada gambar kontol”, kata Mas Andre sambil membelokkan mobil masuk ke dalam gang rumahku



“Menandakan ada lonte yang tinggal di sini. Hahaha”, ledek Mas Wawan



Tidak lama kemudian aku pun sudah sampai di depan rumah. Kukira Mas Rio ada di rumahku ternyata dia tidak kelihatan batang hidungnya. Aku sedikit kecewa karena ternyata Mas Rio tidak menungguku. Tapi sebagian diriku yang lain juga merasa lega karena dia tidak disini lalu melihatku dalam keadaan seperti ini. Dikerubungi ketiga temannya dalam keadaan topless tanpa pakaian atas. Mas Anto dan Mas Wawan akhirnya menghentikan kegiatannya sejenak dan memberiku kesempatan untuk bersiap turun dari mobil.



“Rumah lu ada orang ga Cha?”, tanya Mas Andre



“Kosong mas. Biasanya mama papa pulang kerja jam 8 malam…”, jawabku



“Sekarang masih jam 6. Ada waktu bentar nih”, kata Mas Andre



“Eh mau ngapain mas?”, kataku terkejut karena aku kira mereka akan segera pergi setelah selesai mengantarkanku pulang.



“Ada tamu itu dilayanin yang baik lah.. Masak iya langsung disuruh pulang. Bener ngga?”, ujar Mas Andre sambil tersenyum mesum



“Err.. I..Iya… Betul mas”, jawabku lemas menyadari mereka masih belum mau melepaskanku



Akupun hendak memakai kembali pakaianku namun dihalangi oleh mereka. Mereka tersenyum begitu mesum melihatku yang kebingungan karena dilarang memakai pakaianku lagi



“Jangan dipake lagi Cha.. Lu turun sambil telanjang dada gitu aja”, pinta Mas Anto



“HAH??? Kalau ketauan tetanggaku gimana mas???”, tanyaku panik



“Ngga akan, liat ga ada orang kok sekarang. Ayo buruan lu turun keburu ada yang liat”, Kata Mas Wawan sambil membuka pintu dan mendorongku keluar dari mobil



Aku benar-benar panik saat ini. Bagaimana tidak, telanjang dada di lingkungan tempat tinggalku sendiri adalah hal yang tidak pernah kubayangkan selama hidupku. Memang benar suasana gang rumahku saat ini sepi dan tidak terlihat satupun makhluk hidup. Ditambah udara petang mendekati malam kali ini sebenarnya terasa dingin menusuk kulitku. Tapi ini terlalu nekat menurutku!



Tapi aku tidak bisa berlama-lama menikmati kesejukan yang baru saja kurasakan ini. Karena aku harus segera membuka gembok pagar rumah yang masih terkunci dalam keadaan tanpa pakaian atas sama sekali. Aku benar-benar ketakutan dan kebingungan karena kucari-cari kunci pagar rumahku dan tak kunjung berhasil kutemukan. Mungkin karena tasku semakin kepenuhan karena membawa baju seragam sekolahku. Kuobok-obok tasku di ujung-ujungnya dan aku tidak juga menemukannya.



Aku semakin panik karena rasanya sudah lebih dari 1 menit aku telanjang diluar seperti ini. Ditambah lagi terdengar suara deru knalpot yang berseliweran dari jalanan gang lain membuatku semakin was-was saja. Udara dingin yang kurasa pada akhirnya sia-sia, aku kembali berkeringat saking tegangnya berada di luar rumah dalam keadashhetengah telanjang. Perasaan ini rasanya jauh lebih mendebarkan dibandingkan menari telanjang didepan puluhan lelaki di warung tadi. Rasa ketakutan akan ketahuan dan dipergoki oleh tetanggaku memberikan sensasi yang jauh lebih menegangkan dari kejadian di warung tadi.



Akhirnya aku menemukan kunci pagar rumahku. Terselip diantara baju seragamku yang kulipat asal-asalan di dalam tasku. Segera aku masukkan kunci pagar rumahku ke gembok dan



*Ceklik* kunci pun terbuka



Aku buru-buru masuk ke teras rumah kemudian segera kubuka kunci kedua yaitu pintu utama rumahku. Tidak cukup sulit karena memang kuncinya jadi satu dengan kunci pagar rumahku. Aku pun buru-buru masuk dan mempersilakan ketiga cowok teman Mas Rio itu masuk ke dalam rumah.



Mereka mengikuti instruksiku dan buru-buru masuk kedalam rumah dan kututup pintu sesegera mungkin. Didalam rumah ini aku sudah pasrah dan tidak punya pilihan lain selain “melayani para tamu” di rumahku. Ruangan tempat aku biasanya mesum dengan Mas Rio, kali ini aku harus “melayani” teman-temannya. Mereka memandangiku penuh nafsu hingha membuatku tak sanggup membalas tatapan mata mereka yang tajam.



“Ada tamu itu dipersilakan duduk lah. Masak dibiarin berdiri”, ujar Mas Andre meledekku





“Ma.. maaf.. duduk dulu mas… ”, ujarku dan mereka bertiga kemudian duduk di sofa ruang tamuku



Aku benar-benar kikuk dibuatnya. Jika keadaan normal menerima tamu pada umumnya, mungkin aku tidak akan sebingung ini. Tapi kali ini benar-benar berbeda situasinya



“Tawarin sesuatu kek..”, ujar Mas Anto kali ini



“Ma.. Mau mi.. minum apa mas?”, tanyaku menahan malu



“Hehehe.. Susu lu boleh?”, tanya Mas Anto lagi Menggodaku



“Eehh?”, aku terkejut



“Bwahahahaha”, tawa Mas Andre



“Boleh gak kita minum susu lu?”, tanya Mas Anto lagi



“I.. Iya.. Bo.. boleh mas…”, jawabku tak punya pilihan lain



“Ya udah Sini lu!”, ujar Mas Anto sambil menarik tubuhku duduk berdesak-desakkan dengan ketiga cowok mesum itu



“Tapi susu lu cuma dua, satunya mau lu tawarin apa?”, ujar Andre



“Eeehhh..? Punyaku boleh mas..”, jawabku



“punya lu apaan? Yang jelas kalau ngomong”, jawab Mas Andre



“Miss V aku…”, jawabku perlahan



*Aduh, aku kok malah terangsang gini ya, aku terpaksa malah nawarin area privatku lagi*, kataku dalam hati



“Miss V? Memek lu maksud lu?”, kata Mas Anto sambil memandangku begitu rendah



“I.. Iya mas…”, jawabku malu-malu



“Coba ulangi. Gak jelas gue”, imbuh Mas Anto



“Me..memekku.. aku kasih memekku buat melayani mas-mas…”, kataku



“Hahahah.. Rio kalau denger sendiri ceweknya bilang gitu pasti bakalan pingsan sambil ngaceng kontolnya”, ledek Mas Wawan



“Memek lu boleh kita apakan? Bukannya mau lu tuker ip**e?”, tanya Mas Andre



“Ehhh.. Err… Jilmek Mas.. Bolehh…”, ujarku pada akhirnya



“Jilmek ya? Hmm enak gak rasa memek lu? Ntar kecut lagi. Hahahahah”, ledek Mas Anto



“Ya udah tar kita coba deh rasa memek lu. Sekarang lepasin seluruh pakaian lu kalau gitu. Tawarin tubuh lu buat kita”, pinta Mas Wawan



Aku melirik ke arah jam dinding, sudah menunjukkan pukul 18.12, Biasanya jam segini aku petting dengan Mas Rio sebelum kedua ortuku sampai rumah. Tapi sekarang situasinya berbeda



“Mas.. Habis ini mama papa ku pulang… lain kali aja ya”, tawarku siapa tau mereka berubah pikiran



“Enak aja.. Sekarang lah! Orang kita bertamunya sekarang. Hahahaha…”, jawab Mas Andre



“Tapi…”



“Udah ga usah tapi-tapian. Ayo buka semua”, ujar Mas Anto



Merasa aku sudah tidak punya pilihan, akhirnya aku harus melucuti sisa pakaianku. Sebetulnya aku tidak seharusnya semalu ini karena tadi di warung remang-remang itu aku juga melakukannya didepan mereka juga. Tetapi kali ini perasaannya sedikit berbeda, aku seolah menghibur ketiga teman pacarku secara privat dirumahku sendiri. Akupun mencoba mengumpulkan keberanian untuk melakukannya sekali lagi. Karena tidak ada gunanya aku mencoba negoisasi dengan mereka. Aku kemudian hendak melepas kerudungku namun tiba-tiba Mas Anto menghentikanku



“Stop.. kerudungnya biarin aja. Kita Cuma butuh tetek sama memek lu”, kata Mas Anto



“Iya.. mas…”, kataku



Aku lalu mengurungkan niat melepas kerudungku dan beralih ke celana leggingku. Kuturunkan saja kain ketat menerawang itu karena tidak ada lagi kain yang menutup vagunaku. Kali ini aku sudah benar-benar telanjang dihadapan teman-teman Mas Rio



“Sekarang lu tawarin gih tetek dan memek lu ke kita”, ujar Mas Andre



“I.. iya mas…”, jawabku sambil mendekati mereka



Terlihat mereka cengengesan karena merendahkanku seperti ini. Aku padahal pacar teman mereka lho. Tapi bisa-bisanya aku malah diperlakukan seperti ini. Menawarkan bagian tubuhku yang paling privat ke mereka, bagian tubuh yang sewajarnya aku berikan hanya untuk Mas Rio kekasihku



“Mas.. Mas.. Minum susu aku dulu ya.. ini.. kalau kurang.. memek.. aku.. juga.. boleh.. dinikmatin..”, ujarku sambil menahan malu yang parah



“Nggak mau ah.. Hahahah”, goda Mas Andre membuatku kebingungan dengan responnya



“Lu kudu sepong kontol kita dulu baru lu. Kapan lagi kontol gue disepongin tuan rumah. Heheheh”, ujar Mas Andre



Aku mengangguk lemah, sebentar lagi aku akan menjilati penis selain milik pacarku. Dalam hati aku deg-degan sekaligus penasaran bentuk penis teman-teman Mas Rio ini. Ketiga lelaki itu mulai membuka resleting celananya dan secara bersamaan mereka mengeluarkan batang penisnya. Sedangkan aku berlutut dilantai menghadap ke arah ketiga penis cowok itu.



Aku menahan malu saat mataku menatap ke arah penis-penis yang mengacung milik mereka. Yang membuatku gagal fokus adalah penis milik Mas Andre. Ukurannya panjang dan besar menurutku. Apalagi warnanya juga kecokelatan dan berurat-urat keriting. Sedangkan milik Mas Anto cenderung tebal namun tidak panjang dengan bulu kemaluannya yang berantakan. Punya Mas Wawan juga biasa saja mirip-mirip dengan punya Mas Rio bentuk dan ukurannya Cuma sedikit bengkok. Perlahan aku menelan ludah memikirkan penis Mas Andre yang panjang itu harus kuemut dan masuk ke dalam rongga mulutku. Akan seperti apa rasanya…



Daripada hanya membayangkan saja, aku beranikan memasukkan penis Mas Andre ke dalam mulutku. Benar saja, terasa begitu sesak mulutku karena benda panjang dan keras itu masuk di rongga mulutku yang memang sempit. Aku mencoba mengatur nafas dan kuberanikan agar benda itu lebih bisa masuk hingga tenggorokanku



“Ouuhhh.. Mantab bener sepongan lu cha.. Pantes Rio gak mau pisah sama lu. Orang lu pinter manjain kontol gini. Heheheh.. Sssshhh..”, rancau Mas Andre sambil membelai kerudungku



Aku pun tidak menggubris perkataannnya. Aku lebih fokus mengendalikan tubuhku agar bisa terbiasa menerima penis besar ini. Bukan hanya kuluman semata yang kulakukan, tapi aku juga menjilati garis lubang kencing Mas Andre. Tubuh Mas Andre bergetar kegelian menerima rangsanganku. Wajar saja responnya begitu karena Mas Rio pun akan mengalami hal yang sama ketika kujilati lubang kencingnya.



“Jangan Punya Andre aja lah yang lu puasin. Ini kontol kita juga”, ujar Mas Anto sambil mengarahkan tangan kiriku menggenggam penisnya



Sedangkan tangan kananku diarahkan menggenggam kontol Mas Wawan. Kedua tanganku bergerak perlahan mengocok penis Mas Wawan dan Mas Anto bersamaan. Sedangkan mulutku masih sibuk dengan mengulum penis Mas Andre yang terasa semakin mengeras saja saat kusepong. Tapi aku tidak bisa berlama-lama bermain-main dengan penis panjang itu karena Mas Anto sudah menarik kepalaku agar menghadap ke penisnya. Ia lalu mendorong kepalaku ke arah penisnya dan aku terpaksa menjilati penis tebal berbulu lebat itu. Kuhisap kuat-kuat dan kurangsang kemaluan Mas Anto semaksimal mungkin, sedangkan kedua tanganku kini sibuk dengan penis milik Mas Andre dan Mas Wawan



“Ouhhhhh.. Enak… Lu bener-bener pinter Cha… Sssshhh..”, puji Mas Anto sambil ia pegangi kepalaki agar terus menyepong penisnya



Kepalaku terus bergerak maju mundur menyepong penis hitam tebal itu. Sementara Mas Anto terus mendesah keenakan dengan servis mulutku yang begitu memanjakan kemaluannya. Setelah puas, aku berganti menyepong penis Mas Wawan yang dari tadi kuanggurin dan hanya kukocok-kocok sekenanya saja. Mas Wawan langsung terperanjat saat batang penisnya masuk kedalam rongga mulutku. Ia mendesah kencang dan membiarkanku menjilati kemaluannya sepuasku



“Anjir anget bener mulut lu Cha… Sssshh..”, ujar Mas Wawan



Aku pun bergantian mengulum penis-penis teman pacarku itu. Dari mulutku terdengar suara berisik karena terlalu sibuk melayani penis-penis tamu rumahku itu. Ternyata begini rasanya, memang awalnya malu tapi lama-lama aku sendiri yang tak mau berhenti bermain-main dengan penis teman-teman Mas Rio. Pujian dan desahan penuh kepuasan mereka yang terdengar di telingaku seolah menjadi penyemangat agar aku tidal berhenti menyepong penis-penis mereka



“Udah-udah. lu sekarang duduk sini.. kita mau emutin tetek lu..”, kata Mas Anto menarikku ke atas sofa



Aku pun langsung terduduk ditengah-tengah mereka. Dalam hitungan detik saja, tubuhku langsung digerayangi oleh mereka. 3 pasang tangan itu sedang berebutan menyentuhku dan meraba-raba seluruh tubuh telanjangku. Desiran nafsuku semakin menggelora saja. Siapa juga yang bisa tahan disentuh dan diraba-raba seliar ini.



“Papa tubuh anakmu dipegang cowok-cowok pa.. maaf… Mas Rio.. Maaf mas…”, ujarku dalam hati



“Aahh.. Aaahhh..”, aku kembali mendesah perlahan menikmati sentuhan tangan mereka yang bergerak lincah menyisir tiap bagian demi bagian tubuh telanjangku



Mas Andre kemudian mencium bibirku penuh nafsu dan tanpa babibu. Lidahnya langsung mencari-cari lidahku dan bibir atas dan bawahku dilumatnya habis-habisan. Ciuman mendadaknya itu seketika menghentikan suara desahanku. Aroma mulutnya yang bau rokok itu jujur saja membuatku tak nyaman. Aku hendak protes karena aku hanya menawarkan payudara dan vaginaku saja, tidak dengan bibirku. Tetapi Mas Andre tidak memberiku kesempatan untuk protes dan terus menyerang bibirku. Aku mau tak mau hanya bisa membalas ciuman penuh nafsunya. Aku lumat bibirnya tak kalah sengit hingga menimbulkan suara decakan pertemuan bibir yang cukup kencang terdengar begitu basah



Saat aku berciuman panas dengan Mas Andre, Mas Anto dan Mas Wawan kembali menyusu ke payudaraku bersamaan. Putting susuku dikenyot dan dilumatnya habis-habisan hingga membuatku semakin kelojotan.



“Aaahhh.. Mas…. Aaahh…”, aku semakin mendesah dan nafasku semakin menggebu menerima serangan demi serangan mereka



Mas Andre yang sudah puas menciumi bibirku mulai turun kebawah dan berdiri. Terlihat ia mulai mengeluarkan HP dari saku celana dan memotretku yang saat ini sedang menyusui kedua temannya secara bersamaan dirumahku. Aku terus mendesah dan melenguh manja, sedangkan kepala Mas Wawan dan Mas Anto terus berada di putting payudaraku. Jilatan dan kenyotan mereka benar-benar memberikanku rangsangan hebat pada putting susuku yang terasa gatal. Aku bahkan sudah tidak peduli lagi wajahku terlihat jelas di hasil jepretan kamera Mas Andre. Karena yang kubutuhkan saat ini adalah rangsangan nakal pada tubuhku yang gatal secara terus menerus.



“Buat bukti ke Rio kalau kita udah netek ke susu pacarnya. Bwahahahah”, ujar Mas Andre



Aku hanya diam saja dan berdoa ucapannya barusan hanya gurauan saja. Kemudian ia berlutut di depan selangkanganku dan kubuka kakiku lebar-lebar. Lubang kemaluan yang biasanya dijilati oleh Mas Rio itu kini sudah nyut-nyutan ingin dijilati juga oleh teman Mas Rio yang mirip India itu



“Jangan dilihatin mas.. Aku malu…”, ujarku sambil reflek kututup kemaluanku yang sudah tersaji begitu dekat di depan mata Mas Andre



Bahkan hembusan nafas Mas Andre terasa mengenai bibir vaginaku yang sudah terbuka. Hembusan nafas yang menggoda iman vaginaku. Rasanya vaginaku sudah tidak tahan juga walau sok-sokan malu-malu. Diam-diam aku akui sejujurnya kemaluanku juga menunggu dijilat olehnya.



“Buka memek lu.. Katanya tadi lu kasih memek lu ke kita? Kok lu tutupin sekarang?”, ujar Mas Andre



“Aku malu mas.. jangan dilihatin..”, jawabku dan aku pun pasrah membuka kemaluanku dihadapan teman Mas Rio itu.



“Gak usah malu Cha.. Lonte kalau malu-malu gak bakal laku. Hehehe”, kata Mas Andre sambil kurasakan lidah basahnya menyentuh bibir kemaluanku



“Ouuhhhh…. Mas…”, rasanya tubuhku seperti tersengat listrik saja



“Sialan memek lu ada manis-manisnya”, ujar Mas Andre



“Emang air isi ulang… Aaaahhh.. Mass…”, jawabku sambil kembali mendesah saat lidah Mas Andre kembali menyapu bibur vaginaku



Akhirnya yang daritadi kutunggu dan kutahan-tahan pun aku dapatkan juga. Seseorang menjilati vaginaku. Vaginaku yang daritadi sudah amat gatal dan hangat ingin dirangsang dan dinikmati oleh lelaki. Kuberikan kemaluanku ini untuk suguhan bagi tamu-tamu dirumahku ini.



“Terus.. terus mas… aaahh.. enak..”, aku pun akhirnya harus jujur dengan perasaanku



Jilatan Mas Andre menyapu perlahan bibir vaginaku. Sensasi macam apa ini, mengapa justru dijilat oleh cowok lain seperti ini malah membuatku semakin terangsang? Mengapa ini malah terasa lebih nikmat dibandingkan saat kemaluanku dijilat oleh pacarku sendiri? Apakah otakku sudah error? Apakah aku memang murahan? Apakah aku memang bakat melonte?



Padahal berkali-kali kemaluanku dijilat oleh Mas Rio. Tetapi rasanya kali ini jauh lebih nikmat dan terasa sangat mesum dan cabul. Aku bahkan membuka kakiku lebar-lebar agar cowok yang baru saja kukenal beberapa jam lalu itu leluasa menjilati isi vaginaku. Aku benar-benar mengikhlaskan vaginaku dijilati olehnya



Ketiga lelaki itu akhirnya menikmati suguhan berupa tubuhku secara bersamaan. Aku berada di tengah-tengah mereka dalam keadaan telanjang sambil mengangkang. Payudara kanan kiriku untuk Mas Anto dan Mas Wawan sedang vaginaku untuk Mas Andre. Tubuhku bergerak-gerak perlahan menikmati setiap sapuan lidah mereka pada bagian-bagian sensitif tubuhku



“Memek lu sedep bener cha.. Ssshhh.. Gurih anjing…”, kata Mas Andre sambil semakin ia jilati bagian klitorisku



“Ouhhhh.. Yesss… Ssshhh.. Mas… Aku mau keluar…”, ujarku karena rangsangan ini memang jauh lebih nikmat daripada saat hanya dengan Mas Rio



“Keluarin aja Cha.. Bodoamat gue rumah lu jadi kotor kena cairan memek lu sendiri. Heheheh”, ledek Mas Andre



“Aaahhh.. maaaf aku ga kuatt.. Aku keluarrrr….. Masss…. AHHHHH..”, pekikku dan kurasakan vaginaku mulai terbuka hendak mengeluarkan isinya serta tubuhku terguncang-guncang hebat



*Sreeettt seeetttt srettttt* vaginaku muncrat-muncrat begitu deras seperti sedang kencing di ruang tamu rumahku sendiri



Cairan encer itu keluar begitu deras dan langsung membasahi lantai rumahku. Tapi aku tidak sempat memikirkan lantai rumahku yang kotor, karena kali ini Mas Wawan yang menjilati vaginaku. Jilatannya begitu dalam seolah menyapu rahim hangatku. Lidahnya terasa begitu kasar saat menyentuh bagian terdalam kemaluanku. Aku sampai tak bisa berhenti mendesah saking enaknya diperlakukan seperti ini. Cairanku langsung seperti dibersihkan olehnya



*Gilaa… ini terlalu enakkkk!! Serangan mereka tiada habisnya kepadaku.. Tolong.. Sadarkan aku.. Ouuuhhh*, pekikku dalam hati sambil menggeliat hebat



Kubuka lebar kakiku agar Mas Wawan semakin leluasa menjilati vaginaku yang sudah kehilangan harga dirinya. Bukannya menjaga diri, vaginaku malah semakin becek saja dijilati oleh Mas Wawan. Sementara putting susuku kali ini dilumat habis oleh Mas Anto dan Mas Andre. Ditambah tangan-tangan mereka yang meraba beberapa bagian tubuh telanjangku. Saat Mas Wawan menjilati kemaluanku, tangan Mas Anto turut membantu mengucek klitorisku yang super sensitif. Parahnya, aku tidak merasa sedang dicabuli oleh mereka. Malah aku merasa bersyukur karena aku bisa melayani tamu-tamu dirumahku dengan baik. kenikmatan yang luar biasa ini dan sangat menggairahkan. Tubuhku kembali bergetar hebat. Gerakanku sudah menggeliat tak karuan Sepertinya aku akan mengalami orgasme keduaku.



“Aaahhh… Mas… Aku keluarrr lagi….”, pekikku dengan lantang



*Sreeettt sreeeettt seeeettttt*, kembali aku terkencing-kencing kedua kalinya hingga tubuhku ambruk lemas terduduk di sofa



Tubuhku terasa tidak bertenaga lagi setelah orgasme yang dahsyat karena diserang dari berbagai sisi. Nafasku tersengal-sengal parah, keringatku pun bercucuran kemana-mana. Ini adalah rasa gerah ternikmat dalam hidupku. Kulihat Mas Anto kemudian berdiri dan mengarahkan HPnya kepadaku. Posisiku benar-benar tidak shalihah saat ini untuk difoto. Berkerudung namun Telanjang bulat sambil mengangkang memperlihatkan vaginaku yang masih empot-empotan.



“Echa senyum sambil kasih tanda peace dong!”, ujar Mas Anto dan gilanya reflek aku menurutinya



Kedua Tanganku langsung membentuk pose peace dan kuberikan senyum terbaikku kepadanya. Beberapa kalau ia memotretku dan kubiarkan saja ia mengabadikan pose memalukanku itu.



“Lumayan buat bacolan ane kalau dirumah.”, ujar Mas Anto



“Jiah ngapain lu coli? Kalau lu sange tinggal panggil aja pacar Rio ini buat muasin lu. Hahahaha”, kata Mas Wawan



“Lah iya bener juga ya? Hahaha..”



“Kalau gitu tulis nomor HP lu di tetek lu biar semua bisa catet nomor lu Cha. Kalau kita lagi butuh, lu wajib muasin kita”, kata Mas Anto kemudian



“Apaaa?”, tanyaku tak percaya



“Lu begok apa gimana sih? Gitu aja gak paham! Paham kan lu??”, ujar Mas Wawan



“I.. Iya.. mas… paham”, jawabku lirih



“Coba ulangin apa tugas lu mulai saat ini?”, tanya Mas Anto



“Kalau aku dihubungi mas-mas, aku harus datang buat muasin kalian…”, jawabku malu-malu



“Hahaha.. Bagus…”, kata Mas Anto sambil memberikanku jempol



“Tapi janji jangan ceritakan apapun ke Mas Rio ya mas.. dan gak pake ML yaa..”, pintaku



“Ya.. Asal lu pinter dan patuh. Heheheh.. Ayo buruan tulis nomor HP lu di tetek lu, yang besar tulisannya biar keliatan”, jawab Mas Anto lagi



Dengan bermalas-malasan aku berjalan mengambil tas sekolahku dan kucari-cari sebuah spidol dari dalam tasku. Kemudian aku pun mulai menuliskan nomor handphoneku sendiri tepat di dadaku. Rasanya lumayan geli juga saat tinta basah itu mengenai payudaraku. Setelah aku selesai menuliskan nomor HPku, mereka mulai memintaku kembali berpose cantik dan memotretku beberapa kali



#



Setengah jam sudah berlalu



Aku berlutut dihadapan teman-teman pacarku masih dalam keadaan telanjang. Sedangkan ketiga cowok itu masi berpakaian lengkap, hanya saja resleting celana mereka terbuka dan penis mereka sudah keluar dari sarangnya. Kali ini aku yang inisiatif mengulum penis mereka sedangkan mereka asyik main game online tembak-tembakan. Kujilati bergantian satu persatu kelamin mereka. Kukecup dan kumainkan sesuka tanpa malu-malu lagi. Kuciumi kepala penis mereka dan kuemut perlahan-lahan secara bergantian.



“Aaahhh.. anjir lu Cha.. cium terus kontol gue Cha… Jangan kenceng-kenceng tembakan ane mleset. Aduh bener kan meleset. Anj lu Cha… Mati deh gue”, ujar Mas Anto sambil menghempaskan hapenya ke sofa rumahku



“Maaf ya mas.. Sini aku layani kontolmu”, aku pun naik ke tubuh Mas Anto



Aku sudah tidak canggung berkata perkataan cabuk saat bersama mereka. Tidak butuh waktu lama, hanya setengah jam saja aku sudah sefasih ini mengucapkan kontol dan memek di depan mereka. Karena aku merasa, berkata cabul seperti itu malah membuatku semakin bergairah dan menggoda nafsu mereka



Tanganku kusilangkan ke lehernya. Aku pun mencium bibirnya dengan nakal. Bibir kami pun saling melumat penuh nafsu. Sedangkan dibawah sana memekku kugesek-gesekkan ke kepala kontol Mas Anto. Aku lepas bibirku sejenak dari bibirnya untuk mendesah meluapkan segala birahiku, lalu aku kembali mencium bibir Mas Anto. Ingin sekali aku turunkan tubuhku dan membiarkan kontolnya masuk ke vaginaku saat ini juga.. Tetapi aku malu untuk mengatakannya. Selain itu aku masih berpikir sayang jika aku melewatkan kesempatan memiliki ip***ne 15 pro hanya karena aku yang tak bisa menahan gejolak nafsuku saat ini. Biarlah untuk saat ini aku hanya gesek-gesekkan saja kemaluanku ke kemaluan mereka



“Sabar Echa.. Sabar… Memekku sabar yaa… Kalau udah lepas segel yaa..”, kataku dalam hati sambil kuciumi leher berlemak Mas Anto



“Busyet nih Echa keknya udah sange parah ya dia..”, ujar Wawan



“Gara-gara gue tuh.. Gak rugi beli mahal-mahal… Memeknya sekarang pasti pingin banget digenjot kontol”, ujar Mas Andre



Aku tidak begitu ambil pusing mereka ngomongin tentang apa, yang jelas saat ini aku fokus memuaskan Mas Anto. Karena Mas Rio pernah memintaku membayangkan melayani temannya yang gendut ini. Ok mas, aku turuti fantasymu. Bukan hanya bayangan saja aku melayani Mas Anto, kali ini kenyataan. Memekku sudah dengan manja tersentuh-sentuh kepala kontolnya.



“Cium gue lagi Cha… Sambil gesekin memek becek lu ke kepala kontol gue..”, kata Mas Anto



“Iya mas… Ah kontol kamu tebel banget”



“Suka?”



“Iyaaahhh..”



“Masukin kalau gitu..”, goda Mas Anto



“Enggak mau.. Mau aku jual demi ip**ne”, jawabku nakal



“Ah anjir kemahalan memek lu dihargai segitu”, goda Mas Anto



“Pantesnya berapa mas?”, godaku



“200 udah nego..”, ledek Mas Anto



“Ihhh.. Nyebelin.. Aku berhenti goyang nih biar kontol kamu ga gesek-gesek memek aku lagi?”, balasku



“Malah gue perkosa tar lu sampe memek lu ancur. Ayo goyang yang bener.. Memek lu terus gesekin ke kontol gue..”, perintah Mas Anto sambil menampar pantatku



“Jahat banget sih mau ancurin memekku.. Iya ini aku goyang.. Kontolmu malah tebel nih mas..”, godaku sambil kembali kucium bibirnya lagi



“Ngaceng dia soalnya memek pacar Rio malah godain kontol teman-temannya. Hahahah..", jawab Mas Anto



Aku kembali berciuman dengan panas oleh Mas Anto. Sedangkan Mas Wawan dan Mas Andre masih fokus ke game online mereka.



“Anjir mati gue kena sniper..”, ujar Mas Andre



“Begok sih lu maju sendirian.. tinggal gue sendiri nih..”, kata Mas Wawan



“Sini lu Cha goyang diatas gue”, kata Mas Andre sambil ia tarik kontolnya agar semakin keluar dari celana



“Mas Aku ke Mas Andre dulu ya”, ijinku kepada Mas Anto



“Ya udah sono.. Gue tutup nih kontol gue?”, tanya Mas Anto



“Jangan mas.. aku kocokin aja..”, jawabku



“Ya udah nih..”, kata Mas Anto



Aku lalu berpindah ke samping, kali ini aku dipangku menghadap ke Mas Andre. Kulingkarkan tanganku ke lehernya dan kami langsung berciuman panas.



“Katanya mau kocokin kontol gue?”, protes Mas Anto



“Oiya maaf lupa..”, buru-buru kulepas tanganku dari leher Mas Andre dan kukocok kontol Mas Anto



“Sekalian kocok kontol gue Cha”, pinta Mas Wawan



“Siap mas…”, jawabku dan sekarang kedua tanganku sibuk mengocok kontol teman-teman Mas Rio



Sedangkan kemaluanku kugesek-gesekkan ke kepala kontol Mas Andre sambil bergoyang menggoda. Aku kembali mendesah pelan dan nafasku begitu berat. Mas Andre kemudian menarik ujung kerudungku hingga kepalaku mendekati wajahnya, kami pun kembali berciuman panas. Memekku dibawah sana juga sudah semakin banjir dan sudah benar-benar siap disetubuhi sebenarnya. Untung mereka mau menurutiku dan paham keinginanku untuk memiliki ip**ne yang otomatis juga meningkatkan gengsiku jika memilikinya.



“Menang!”, akhirnya Mas Wawan berteriak sepertinya ia berhasil memenangkan permainan



“Ganti dong Cha cium gue”



“Ah gue baru bentar digoyang Echa”, kata Mas Andre tidak mau kalah



“Ya udah biar adil memek aku tetep di kontol Mas Andre dan bibir aku di Mas Wawan”, usulku



Aku pun berciuman dengan Mas Wawan. Lidahnya begitu beringas menyerang lidahku. Lidahku dilumat habis-habisan. Mana saat ini bibir memekku juga sudah beesentuhan langsung dengan kontol Mas Andre lagi. Salah gerakan sedikit saja, kemaluan Mas Andre pasti bisa kepleset masuk ke liang senggamaku.



Lalu Mas Andre dan Mas Wawan kembali melumat putting payudaraku. Putingku dijilati dengan nakal dan penuh kenikmatan. Aku kembali mendesah keenakan saat kedua lelaki itu memainkan payudaraku. Sesekali mereka memilin kedua putingku hingga rasanya aku semakin melayang saja.



Setelah capek bergoyang, kemudian aku menungging di pangkuan mereka. Pantatku menghadap Mas Anto dan kepalaku menghadap ke kontol Mas Anto dan Mas Wawan. Kujilati kedua kontol itu bergantian. Memekku juga mengalami nasib yang sama, gua berjembutku itu dijilati oleh Mas Anto perlahan dan rasanya nikmat sekali. Aku sampai dibuatnya bergetar-getar. Kurasakan kedua tangannya membuka lebar-lebar kemaluanku dan semakin ia jilat lebih dalam daei sebelumnya





“Ouuuuuhhhh… Masssss..”, lenguhku saat lidah Mas Anto seperti menjilat selaput daraku



Bukan hanya jilatan saja, ia juga ciumi kemaluanku tanpa ampun. Tanpa sadar pinggulku bergoyang menggoda menikmati sentuhan lidahnya yang membuatku terlena, mulutku juga masih sibuk bergantian memanjakan kontol Mas Andre dan Mas Wawan



*Juh juh juh* Mas Anto meludah lubang memekku dan terasa sekali air ludah Mas Anto mengenai bibir kemaluanmu



“Memek jalang!”, katanya sambil kembali ia jilat lubang kemaluanku untuk kesekian kalinya membuatku bergetar-getar



“Ouuuuhh.. enak.. Mas… Jilatin memek aku terus… aaaahhhh”, kataku sambil mulai kehilangan fokusku mengulum kontol Mas Andre dan Mas Wawan



*Teng teng teng*, tiba-tiba pagar rumahku diketuk dan seketika kami terperanjat dan langsung menghentikan aktivitas terlarang kami ini



Aku pun buru-buru lari ke dalam kamarku untuk mencari pakaian yang layak karena tiba-tiba ada seseorang yang datang ke rumahku. Kulihat ketiga teman Mas Rio sudah berpakaian normal karena mereka tinggal menutup resleting saja. Berbeda denganku yang daritadi diminta telanjang. Ketiga cowok itu juga sempat kulihat membereskan ruang tamuku yang acak-acakan. Bahkan cairan lendirku juga disapunya dengan tangan mereka lalu dijilati sekenanya sampai bersih.



“kira-kira siapa yang datang? Mama papa? Mas Rio? Atau siapa???”, kataku dalam hati dan panik setengah mati



#Bersambung
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Makasih updatenya hu hahah mantap memang, jadiin echa lonte yg doyan di gb hu wkwk
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd