Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Berbagi Itu Indah (Remake)

Chapter 7 : Sebuah Pelatihan dan Berbagi Lagi



POV : Echa



“Sssstttttttt….”, aku meminta ketiga teman Mas Rio itu untuk diam sebentar



Kulirik jam dindingku, belum ada pukul 20.00, sepertinya tidak mungkin kedua orang tuaku yang mengetuk pagar rumahku. Karena biasanya mereka bawa kunci sendiri jadi tidak perlu mengetuk pagar jika sampai di rumah. Atau kah Mas Rio yang datang?



Aku lalu berjalan menuju pintu ruang tamu dengan jantung berdebar kencang. Kupastikan pakaianku sudah menutup sempurna. Kupastikan juga keadaan ruang tamuku sudah kembali seperti semula tanpa terlihat sedikitpun hal yang mencurigakan. Ketiga teman Mas juga sudah terlihat duduk anteng di sofaku seolah tidak terjadi apa-apa.



Kubuka pintu ruang tamu, bukan Mas Rio yang terlihat disana, melainkan seorang pria paruh baya bertubuh gemuk terlihat berdiri di depan pagar. Aku ingat kalau tidak salah beliau adalah Pak RT yang rumahnya 1 gang dengan rumahku. Hanya letaknya saja yang agak berjauhan dengan letak rumahku.



“Mbak.. Maaf ini mobil tamunya Mbak?”, kata Pak RT dengan mimik serius



“I.. Iya.. Pak.. ada apa ya pak?”, tanyaku



“Gini… mobilnya menghalangi jalan Mbak… Mobil saya gak bisa lewat.. Masih lama tamunya?”, tanya Pak RT dengan raut sedikit kesal



“Ehhh.. Iya Maaf Pak.. teman-teman saya, saya suruh pulang deh”, jawabku kikuk dan tidak enak hati



“Lagi sibuk ya Mbak? Soalnya dari tadi saya klaksonin tapi enggak ada yang keluar”, kata Pak RT lagi



“Err.. Anu.. Iya kami lagi sibuk bikin lagu pak.. Maaf mungkin ngga dengar..”, jawabku berbohong



“Bikin lagu?”, gumam Pak RT seolah tidak percaya dengan perkataanku



“Saya suruh teman-teman saya pulang dulu pak”, kataku dan segera masuk ke dalam rumah



Di dalam rumah…



“Mas-mas, mobilnya menghalangi jalan”, kataku



“Yah pulang dong? Belom puas kita Cha… Pindahin bentar lanjut lagi lah”, kata Mas Anto



“Ga bisa mas.. Habis gini juga ortuku pulang.. Please…”, pintaku karena aku juga sudah kehilangan mood-ku juga



“Ya.. ya udah lah.. Kapan-kapan lu harus muasin kontol kita. Janji?”, kata Mas Anto lagi



“Ehh.. I.. Iya mas… Jan.. Janji…”, jawabku



“Awas lu kalau boong. Ya udah yuk cabut”, kata Mas Anto lagi



Kemudian ketiga teman Mas Rio itu mulai beranjak pergi meninggalkan rumahku. Pak RT melihat ke arah mereka dengan tatapan sinis dan curiga. Aku hanya tertunduk dan berusaha tidak melihat ke arah Pak RT demi menghindari pertanyaan-pertanyaan beliau yang seolah sedang menginterograsiku.



“Yang bisa main gitar siapa?”, tanya Pak RT



“Hah???”, ketiga lelaki itu terlihat kebingungan tidak paham



Aku dengan cepat menjawab sekenanya sambil menunjuk Mas Andre



“I.. ini pak yang bagian gitar”, jawabku ngasal



Mas Andre hanya terlihat melongo. Aku tidak peduli dan berharap ketiga cowok itu segera pergi.



“Buruan sana! mobil kalian menghalangi mobilnya Pak RT tuh”, kataku mencoba mengalihkan pembicaraan



Ketiga lelaki itu paham maksudku dan segera mereka bergegas pergi sambil pamitan dengan Pak RT. Pria berpostur gemuk itu terlihat terus memandangi mereka dengan tata penuh rasa curiga. Memang cewek seorang diri didalam rumah bersama teman-teman berlawanan jenis ada hal yang mencurigakan. Aku hanya berharap pak RT tidak macam-macam dan bergegas kembali ke mobilnya.



Mobil Mas Andre mulai berjalan meninggalkan rumahku. Aku menghela nafas lega karena akhirnya ketiga pemuda itu pergi dari rumahku. Lagian sebentar lagi kedua ortuku sampai rumah jadi memang ini adalah waktu yang tepat untul mengakhiri kegilaan hari ini.



“Mbak Echa kok gak pernah cerita kalau punya band. Tau gitu besok besok kalau Agustusan Mbak Echa nyanyi ya di acara malam kesenian perumahan kita?”, kata Pak RT tiba-tiba



“Ehhh? Sa.. saya malu pak.. Ngga bisa”, jawabku panik



“Lho bukannya Mbak Echa vokalis? Hehehe…”, imbuh Pak RT sambil terkekeh



“I.. iya tapi kami masih belajar pak…”, ujarku



Tentu saja aku panik! Suaraku itu fals dan aku tidak bisa bernyanyi sejujurnya.



“Ga usah merendah udah saya daftarkan Mbak Echa nyanyi nanti kalau Agustusan. Biar RT kita ada yang nyumbang kesenian Mbak..”, kata Pak RT



“Pak RT ini maksa melulu.. Nanti kalau jelek ga tau lho ya pak…”, ujarku



“Iya gapapa yang penting biar rame. Yasudah saya permisi dulu Mbak mobil saya yang sekarang malah menghalangi jalan”, kata Pak RT dan lelaki tua itu pun berlalu



Kuhitung-hitung bulan Agustus itu sebenarnya masih cukup lama, mungkin aku masih ada waktu untuk belajar nyanyi. Jadi sementara aku diamkan saja omongan Pak RT, siapa tau dia kelupaan. Hihihi…



Rumah kembali sepi selepas Pak RT pergi. Kupandangi ruang tamu kosong rumahku. Kondisinya memang sudah kembali rapi seperti sediakala. Siapa yang menyangka di tempat ini terjadi tindakan asusila yang parah. Aku bergantian dipangku teman-teman cowokku. Aku bergantian berciuman dengan teman-teman cowokku, dan tetek memekku menjadi hidangan terbaik untuk mereka yang sengaja bertamu ke rumahku.



Akupun memutuskan segera berbaring di ranjang tidurku. Terlalu banyak hal yang kulakukan hari ini hingga membuatku malas untuk mandi. Jadi aku memutuskan untuk rebahan saja bersiap mau tidur, toh hari juga sudah malam. Daripada masuk angin ya kan?



“Hmm Mas Rio kemana ya? Kok ga ada kabar sih…”, gumamku dan aku pun memutuskan mengirimkan WA kepada pacarku itu dan berharap ia tidak marah kepadaku



#



POV Rio



Aku begitu kesal hari ini! Betapa tidak, aku diusir dari sebuah warung yang biasa kupakai untuk nongkrong bersama teman-temanku. Parahnya, aku terpaksa berpisah dengan pacarku Echa. Semangkok mie instan double ternyata tidak cukup untuk menghibur diriku. Kok mie instan? Biasanya orang kalau banyak pikiran larinya ke miras? Ya, soalnya aku bukan cowok doyan minum kayak teman-temanku, jadi kuputuskan mengusir rasa emosiku dengan semangkok mi instan.



Di tempat ini aku menyendiri, seperti biasa aku lebih suka menyendiri kalau lagi malas ngapa-ngapain. Sengaja kumatikan handphoneku untuk menenangkan pikiranku. Walau mematikan handphone sejujurnya bukanlah solusi. Karena tetap saja aku kepikiran pacarku yang kusayangi itu. Kulihat jam tanganku, waktu sudah menunjukkan pukul 20.30, normalnya pacarku saat ini sudah berada di kamarnya. Masak iya sampai sekarang dia masih di warung itu. Pertanyaanku ngapain aja?



Pikiran kotor kembali hadir dalam otakku. Tiba-tiba aku membayangkan pacarku Echa sedang striptease disana karena kalah taruhan. Oh sialan, membayangkan seperti ini saja aku malah ngaceng. Pesona Echa memang luar biasa, aku yang sudah melihat tubuh telanjang berkali-kali saja tidak pernah bosan. Ya memang Echa ada tipe cewek favoritku. Postur yang tidak terlalu tinggi dengan payudaranya yang ukurannya pas tidak kebesaran apalagi kekecilan, kulit putih bersih tanpa cacat, tidak memiliki banyak bulu di tubuhnya, ketiaknya bersih dari bulu, tangannya bersih dari bulu, kakinya bersih dari bulu, hanya kemaluannya saja yang berbulu. Itupun bulu jembutnya tidak banyak dan terawat, ditambah wajahnya yang lugu nan polos nan imut nan manis nan... Aaahhh.. Pokoknya gadis itu adalah tipe aku banget.



Membayangkan tubuh indah itu menjadi tontonan gratis disana membuatku bisa gila. Walau membagikan pacarku hingga telanjang ke cowok-cowok lain adalah fantasy terliarku. Tetapi, Jujur saja aku belum berani merealisasikan hal semacam itu ke Echa. Takut pacarku itu viral dan wajahnya tiba-tiba terpampang di internet dan menjadi situs-situs porno. Hmm.. jangan sampai lah.



Tipis-tipis saja sudah cukup menurutku, biarlah Echa sendiri yang menikmati perubahan gaya hidupnya. Tidak dengan paksaan dariku. Aku hanya memberinya jalan, biar Echa sendiri yang menentukan. Mau lanjut berbagi atau puas hanya dengan berpakaian sexy di tempat umum Begitu lah rencanaku kedepannya.



Aku rasa Echa masih bisa rasional. Meskipun tanpa kehadiranku disana masih ada teman-temanku yang akan membela Echa. Mereka adalah teman-teman yang kupercaya. Tidak mungkin di tempat seperti itu diadakan acara gila-gilaan seperti itu. Tempat itu hanyalah warung biasa yang memang tempatnya sedikit tersembunyi dan tidak terlihat dari jalan utama. Tidak mungkin warung biasa seperti itu melakukan pertunjukan striptease.



Sialnya, aku tetap saja penasaran apa yang terjadi disana? Aku tahu klub yang dijagokan Echa pada akhirnya harus menelan kekalahan karena tadi sepintas aku lihat beritanya di TV warung yang kusinggahi ini. Tapi tidak mungkin kan cowok ganteng itu minta aneh-aneh ke Echa. Aku harus mencari tahu hal ini daripada aku mati penasaran. Kuputuskan untuk mengaktifkan kembali handphoneku.



*Tuing tuing tuing tuing* beberapa notifikasi masuk ke HPku



Kulihat beberapa kali Echa mencoba menghubungiku. Sekitar jam 5an, mungkin Echa sudah selesai “dihukum” dan ia mungkin mencariku dan mengajakku pulang. Parah memang aku, aku tidak sanggup membendung emosi dan seolah tidak mempedulikan keselamatan Echa. Pacarku itu kutinggalkan begitu saja ditengah puluhan cowok yang ada disana. Saat itu aku sudah menyerah karena sekelompok orang itu menolakku masuk ke dalam warung. Aku akhirnya hanya bisa percaya ketiga temanku akan menjaga Echa.



Aku mencoba menghubungi ketiga temanku melalui Group WA Biologi yang kubuat beberapa minggu yang lalu untuk memamerkan keseksian pacarku Echa ke teman-temanku. Ketiga temanku itu bahkan sama sekali tidak mencoba menghubungiku. Kukira mereka akan mencariku namun ternyata dugaanku salah.



“Tadi gimana di warung?”, ketikku langsung to the point tanpa basa basi



“Eh Rio kemana aja lu njir? Dicariin Echa lu tadi”, jawab Andre temanku yang mirip India



“Sorry masih kesel gue tadi, tapi ya daripada gue mati konyol disana”, jawabku



“Hahahaha… lu sih begok”, kata Anto tiba-tiba muncul



“Udah udah ga usah bahas gue. Gimana tadi Echa? Dia kalah taruhan kan??”, tanyaku semakin penasaran



“Hahaha… sabar-sabar… Iya Echa emang kalah tadi”, jawab Anto



“Terus?”, tanyaku



“Iya dia dihukum. Heheheh…”, kata Anti semakin membuatku penasaran



“Lu kalo cerita jangan setengah-setengah jir”, jawabku kesal



“Biar lu penasaran. Wkwkwkw”, jawab Anto



“Bjir lah… Ayo gue serius ini”, tanyaku lagi



“Jadi Echa tadi dihukum apa bro Andre?”, tanya Anto



Tidak beberapa saat Andre terlihat mulai mengetik sesuatu…



“Lah kok gue yang jadi cerita? Tadi dihukum apa ya?”, Andre malah balik nanya



“Aduhhh.. Lama kalian anjir…”, jawabku kesal



“Hahaha… Nggak nggak.. Echa Cuma disuruh nyanyi kok”, jawab Anto



“Nyanyi apaa anjir? Cewek gue kalau nyanyi fals”, kataku



“Tapi kalau desah merdu ya?”, goda Wawan tiba-tiba



“Setan.. wkwkw.. Cuma gue yang pernah denger Echa desah”, jawabku



“Hahaha.. Iyain aja dah… Iya jadi tadi Emang Echa disuruh nyanyi sama si cowok ganteng tajir tadi”, kata Anto



“Nyanyi apaan?”, tanyaku



“Bebas sih tadi Echa malah nyanyi balonku ada lima”



“Seriusan?”, tanyaku tidak percaya



“Iya, Echa nyanyi balonku ada lima. Hehehehe”, imbuh Andre



Jujur saja aku sedikit merasa ada kejanggalan membaca cerita-cerita temanku. Rasanya tidak masuk akal dan terlihat sekali mereka seperti sedang bercanda membohongiku. Tetapi untuk sementara waktu, aku tampung dulu jawaban mereka. Tinggal kucocokkan dengan jawaban Echa besok. Ya, kuputuskan besok aku akan menemui pacarku itu di sekolahnya



“Syukurlah kalau Cuma begitu hukumannya..”, kataku mencoba lega



#



Keesokan harinya,



Aku memutuskan ke sekolah Echa tanpa memberitahunya. Biasanya jam segini Echa sudah selesai sekolahnya. Benar saja, terlihat beberapa siswa-siswi mulai berjalan meninggalkan sekolah dengan menenteng tasnya, tanda jam sekolah telah usai. Aku sudah tidak sabar melihat pacarku yang cantik imut menggemaskan itu.



Selang beberapa menit aku menunggu, aku tidak kunjung melihat keberadaan Echa. Untungnya, aku melihat Anya sahabat Echa disekolah berjalan ke arahku yang menunggu di depan gerbang sekolah. Walau aku tidak pernah bertemu Anya, tapi aku ingat gadis itu karena Echa beberapa kali menunjukkan kepadaku foto Anya. Baik saat ia berfoto biasa, ataupun saat ia mesum dengan pacarnya. Echa memang kerap menunjukkan foto Anya saat ia mesum dengam pacarnya. Mulai dari berciuman, hingga pacarnya yang terlihat menggrepe tetek Anya. Ia sama-sama berkerudung seperti Echa. Postur tubuh mereka juga mirip-mirip. Hanya saja Anya lebih tinggi sedikit dibandingkan pacarku Echa. Selisihnya tidak banyak. Mungkin antara 3-5 cm saja.



“Anya ya?”, sapaku mengejutkannya



Gadis berkerudung itu terlihat bengong dan kebingungan. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan dirinya lah yang kusapa. Aku sadar akan kebingungannya, Wajar memang, karena ia memang tidak mengenalku.



“Gue Rio.. pacarnya Echa…”, kataku memperkenalkan diri sambil tersenyum ramah



“Ohhhh.. Iya.. Iya.. Echa pernah cerita. Ada apa mas?”, kali ini Anya yang bertanya



“Echa masuk sekolah kan?”, tanyaku



“Masuk kok…”, jawab Anya



“Syukurlah kalau begitu. Echa dimana ya Nya? Kok belum kelihatan daritadi…”, tanyaku





“Anu.. itu.. Tadi Echa bilang mau kerja kelompok dulu gitu mas…”, jawab Anya



“Kerja Kelompok?”, tanyaku mengulangi perkataannya



“Iya.. biasa Echa itu rajin kalau disuruh ngerjain kerja kelompok… “, kata Anya



“Kira-kira lama ngga ya?”, tanyaku



“Wah kalau itu aku kurang tau mas… Coba aja hubungi Echa sendiri.. Mas aku udah dijemput.. Aku duluan ya”, kata Anya dan gadis cantik itu berlalu



*Kerja kelompok? Sama siapa? Apa Bayu? Cowok yang kemarin dia ceritakan itu. Duh seharian ini Echa sama sekali gak mencariku lagi. Dia malah enak-enakan berduaan sama cowok lain. Sialan!*



Sebenarnya aku tidak bisa menyalahkan Echa juga. Kuingat kemarin ia mengirimiku belasan pesan WA dan puluhan panggilan telepon. Tetapi tidak ada satupun yang kurespon sama sekali. Entah apa mauku, padahal Echa sama sekali tidak melakukan kesalahan. Ya begitulah memang lelaki, ia terkadang suka sengaja menghilang agar ingin dicari.



Tapi, bukan ini mauku. Aku ingin Echa kembali mencari keberadaanku dan menanyakan bagaimana keadaanku. Aku ingin Echa lebih memikirkanku. Bukan malah dicuekin seperti ini. Bukan malah ditinggal mengerjakan tugas sekolah bareng dengam cowok lain. Aku semakin cemburu karena ulah pikiranku sendiri. Padahal bisa saja apa yang kupikirkan salah. Ya begitulah aku, aku memang pencemburu, apalagi jika melihat Echa dekat dengan cowok lain yang wajahnya lebih tampan dariku.



Setengah jam sudah aku menunggu…



Akhirnya kulihat juga pacarku itu berjalan meninggalkan sekolah. Berjalan beriringan dengan seorang lelaki. Mungkin itu yang namanya Bayu. Aku tidak ingat betul wajah Bayu, tidak penting juga menurutku menghafalkan wajahnya. Kulihat Echa menyadari keberadaanku di depan gerbang sekolahnya. Wajahnya terlihat terkejut lalu ia kemudian berpamitan dengan teman laki-lakinya dan mempercepat langkah kakinya berjalan ke arahku.



“Mas Rio kok ngga ngabarin sih kalau mau ke sekolah?”, tanya Echa saat ia sudah sampai di tempatku menunggunya.



“Sengaja, biar surprise aja” jawabku santai sambil melirik Bayu yang juga sudah sampai di dekat kami



“Oiya mas, kenalin ini temanku dan juga ketua kelasku. Bayu.. Yang pernah aku ceritakan ke kamu”, kata Echa



“Rio..”, kataku sambil mengulurkan tangan



“Bayu…”, jawab Bayu sambil menjabat tanganku



Jabat tangannya sangat kuat. Ia mencengkeram tanganku dengan kekuatan penuh. Aku merasa ia sengaja melakukannya kepadaku. Aku tidak mau kalah dan kuperkuat jabat tanganku pula kepada lelaki sialan ini. Akhirnya kami sedikit adu cengkeraman tanpa sepengatuan Echa. Sial, ini cowok walau masih SMA tetapi tenaganya bluar biasa. Aku lalu mengingat kata Echa, Bayu selain jadi ketua kelas, ia juga kapten tim basket sekolahnya. Jadi wajar kekuatan cengkeramannya begitu kuat karena ia juga biasa mencengkeram bola basket



“Cha.. Aku duluan ya…”, kata Bayu kepada Echa



Terlihat sekali ia enggan berpamitan denganku karena mata Bayu sama sekali enggan melihatku



“Iya Bay, kamu hati-hati ya pulangnya”, kata Echa



Akhirnya aku kembali berduaan dengan Echa di depan gerbang sekolah yang mulai sepi ini. Mungkin Bayu dan Echa adalah murid terakhir yang berada di sekolah hari ini.



“Yank, rumahmu kosong?”, tanyaku



“Kosong kok”, jawab Echa



“Ya udah ngobrol di rumahmu aja ya”, kataku



“Yakin nih ngobrol doang? Mama papa keluar kota lho jadi aku sendirian dirumah”, kata Echa menggoda



“Asyik!”, jawabku



#



“Mpphhh.. mphhhh… Cupppp…Ssshhh…”, suara ciuman bibir kami saling berpagutan



Pacarku yang cantik itu sudah telanjang bulat dan kupangku saat ini. Hanya saja dikepalanya masih terpasang sebuah kerudung pashmina motif bunga yang ia lilitkan begitu saja untuk menutup rambutnya. Kami berciuman begitu panas seperti sedang melepas rindu. Rindu yang teramat dalam seolah sudah lama tidak bertemu. Echa kurasakan semakin lihai memakai lidahnya. Lidahnya lincah membalas serangan lidahku di rongga mulutnya. Gerakan tubuhnya juga kurasakan semakin erotis saja. Mungkin hanya perasaanku, karena kemarin aku tidak bermesraan dengannya.



Tubuh telanjang Echa bergoyang nakal menggodaku, saat kumainkan putting payudaranya yang kenyal cokelat muda itu. Echa menggigit bibir bawahnya sambil menahan desahannya. Tetapi sama sekali ia terlihat tidak keberatan putting payudaranya kuemuti penuh nafsu.



“Nafsu banget kamu hari ini mas… Sshhhh…”, desah Echa saat kuemuti pentilnya



“Aaahhhh… Liat kamu telanjang gini semua cowok juga pasti bakalan nafsu yank…”, jawabku sambil berkonsentrasi memainkan kedua puting susunya yang lembut kenyak itu



Kemudian tubuh telanjang pacarku kubaringkan ke lantai, kuposisikan kedua kakinya mengangkang menghadapku. Sungguh pemandangan luar biasa yang tersaji disana. Sebuah memek berlendir menggairahkan yang dimiliki oleh seorang gadis berwajah cantil nan imut. Memek yang sangat mengundang syahwat dengan bulu-bulunya yang rapi. Aromanya sangatlah khas dengan lendirnya yang becek membasahi bibir kemaluan itu.



Kujilat saja lubang kemaluan Echa tanpa rasa ragu sama sekali. Kebersihan kemaluan pacarku sangatlah terjamin karena Aku yakin Echa rajin merawat organ pribadinya itu. Echa mendesah lirih bebarengan dengan tiap jilatanku. Memek Echa yang segar dan rasanya sedikit asin itu memang tidak membosankan untul dijilati. Apalagi desahan Echa yang manja dan merdu saat organ kemaluannya kujilat dengan lidahku sangat menggoda.



“Aaaahhhh.. mas.. terus jilat miss v aku…”, kata Echa sambil mengangkang



“Suka ya memek kamu dijilati?”, godaku



“Syukaaaa… Aaahhh.. Ssshhhh…”, jawab Echa sambil tubuhnya sesekali terasa mengejang



“Sssshhhh.. Aku bayangin nih memek kamu dijilatin cowok-cowok.. Hmmm.. Yang diwarung kemarin… Ssshhhh”, godaku



“Aaahhhh.. Jangan mulai deh mas…”, jawab Echa



“Biarin.. Kamu kemarin sexy banget tau gak sih Yank? Aku yakin mereka sange banget liat kamu…. ssshhhh”, rayuku



*Sluruppp sluruppp slrupppp*, aku terus menjilati lubang kemaluan Echa



“Sssshhhh.. cowok aneh… Aaahhh.. Masak ceweknya bikin sange cowok lain malah seneng”, kata Echa



“Seneng dong… Brarti pacarku ini emang cantik dan sexy.. kalau gak menarik mereka pasti ga sange.. Aku bangga punya cewek sexy… Aaahhhhh.. Memekmu enak banget Yank….”, jawabku sambil memujinya



“Ahhhh.. Awas lho kalau aku diperkosa mereka beneran ga tau lagi deh…”, jawab Echa malah membuatku sange berat



“Uhhhh… memek kamu pasti ancur Yank diperkosa mereka….”



“Aaaaahhh.. mass.. kamu ih godain aku terus…”, jawab Echa manja



“Btw Yank, kemarin kamu dihukum apa sama cowok yg punya ip**ne itu?”, tanyaku tiba-tiba dan terlihat sekali Echa terkejut mendengar pertanyaanku.



Aktivitas mesum kami terhenti sejenak. Aku sudah amat penasaran mendengar jawaban yang keluar dari mulut pacarku sendiri.



“Aku… anu.. apa ya… Cuma disuruh joget mas….”, jawab Echa membuang muka tidak berani menatap mataku



Aku tahu betul pacarku ini sedang menyembunyikan sesuatu dari gesturenya. Tetapi aku tak mau keburu emosi dulu. Aku ingin dia bercerita sesuai versinya. Biar aku yang memutuskan nasibnya setelah ini. Iya, Echa sudah menjadi pacarku dan aku bisa memintanya melakukan apapun yang kumau



“Joget? Hehehe.. kamu joget gimana Yank? Coba praktekin sekarang dong”, godaku



“Ihhh ga bisa aku malu mas…”, jawab Echa



“Terus kamu joget beneran disana? Tetap pakai pakaian sexy itu?”, selidikku



“I.. Iya.. mas… aku yang terpaksa nuruti permintaan dia.. joget sebisaku…”, jawab Echa



“Penasaran aku kalau kamu joget gimana.. Joget lah Yank di depan aku”, godaku lagi



“Nggak mau!! Malu aku mas”, jawab Echa lagi



“Joget malu tapi kalau bugil gak malu ya?”, godaku sekali lagi



“Apaan sih.. Aku gini Cuma buat ladenin pacarku yang mesum!”, jawab Echa



“Masak sih Cuma buat aku? Yakiiinnn.. Temen-temenku lho juga mau.. Kapan kamu netekin mereka?”, godaku membuat wajah Echa tersipu merah merona



“Apaan sih mas! Nyebelin!”, jawab Echa kali ini ia memasang muka cemberut



“Hehehe.. Terus apa lagi Yank? Masak Cuma joget doang? Kamu ngga digilir mereka kan?”, pancingku lagi



“Nggak lah gila aja aku bisa hamil nanti mas kalau dikasih titit sebanyak itu”, jawab Echa dengan polosnya



“Uuuhhh.. Pacarku dihamili cowok lain… Sange bener aku Yank…”, jawabku



“Pacar aneh! Ikhlas kalau aku dihamilin cowok lain?”, tanya Echa



“Hmmm… Ngga sih kalau itu, Cuma bayangin aku tanggung jawab untuk darah daging cowok lain aku ya ogah banget..”, jawabku



“Tuh nyadar! Kirain kamu bakalan ikhlas aku dihamilin”, kali ini Echa ganti memanasiku



“Kamu mau dihamilin cowok lain?”, tantangku



“Kalau kamu kelamaan ya why not?” tantang Echa membalasku



“Uhhhh dasar pacar lonte”, kataku



“Tapi cinta kan?”, kata Echa



“Cinta banget…”, jawabku dan aku kembali mencumbunya



Benar saja, jawaban Echa dan teman-temanku tidak cocok. Aku yakin sekali ada sesuatu yang terjadi yang tidak mereka ceritakan. Entah siapa yang berbohong tapi aku rasa ketiga temanku yang membohongiku. Tidak mungkin cowok itu Cuma meminta Echa bernyanyi balonku ada lima. Tidak masuk akal!



Mungkin aku akan mengetahuinya lain waktu. Sekarang aku hanya berniat membuat pacarku ini menjadi cewek lonte. Aku akan hukum dia kalau dia beneran membohongiku. Akan kubuat dia benar-benar menjadi cewek penghibur malam ini.



“Kamu harus naik level Yank”, kataku dalam hati



“Mau aku puasin lagi?”, tanya Echa menggodaku



“Mau dong!”, jawabku tanpa berpikir dua kali



Lalu kami berganti posisi, kali ini Aku duduk dilantai sambil kuselonjorkan kedua kakiku. Sedangkan Echa tengkurap manja dan kepalanya berada di selangkanganku. Pacarku itu kemudian leluasa menjilati batang kontolku. Kurasakan Sepongan Echa jauh lebih nikmat dari sebelum-sebelumnya. Hisapannya begitu kuat dan jilatan lidahnya menyeluruh mengenai seluruh bagian batang kontolku. Luar biasa memang pacarku ini dalam memuaskan kontol. Mungkin Akibat terbiasa menjilati kontolku, ia semakin lihai memuaskan kontol dengan mulutnya yang tipis itu



“mmpphhh.. slurupp.. mpphh…”, mulut Echa sedang konsentrasi memainkan kontolku dan memastikan batang kemaluanku puas dengan permainan jilatannya



Tidak ada satupun bagian yang tidak terkena air liurnya. Kontolku benar-benar dilumuri cairan ludah pacarku. Hisapannya begitu kuat dan mantab sekali.



“Aaaahhh.. enak bener sayang…. Ssssshhh…”, desahku menikmati tiap gerakan lidahnya yang perlahan namun nakal di batang kontolku



“Ini sudah maksimal ya mas?”, tanya Echa tiba-tiba mengejutkanku



“Maksudmu maksimal apanya Yank?”, tanyaku terheran-heran



“Ukurannya…”, kata Echa penuh rasa penasaran



“Errr.. ya kalau punyaku ya segini Yank… SNI ini mah rata-rata segini”, jawabku mencoba meyakinkannya



“Masak sih? Hmmmmm…”, kata Echa sambil kembali mengulum kontolku



“Kenapa Yank? Mau yang besar?”, godaku



“Apaan sih? Nggak lah….”, jawab Echa



Aku tidak menyangka ia akan bertanya tentang ukuran kepadaku. Apa mungkin ia penasaran dengan kontol yang lebih besar dan panjang. Ah sialan pertanyaanmu bikin aku mikir kemana-mana Yank.



“Aarrrgghhh…”, aku pun mendesah kencang saat tiba-tiba batang kemaluanku kedutan terkena sedotan mulut pacarku yang nakal



*Crot crot crot* kontolku menyemburkan lahar putihnya dengan segera



Pejuku langsung muncrat di wajah cantik Echa. Terlihat Echa sebenarnya belum siap menerima semburan spermaku hingga membuatnya kelabakan. Setelah spermaku selesai menyembur ke wajahnya, Ia buru-buru menyeka wajahnya yang terkena spermaku dengan tangannya.



“Kalau mau keluar bilang-bilang atuh mas…”, jawab Echa sambil manyun



“Heheheh.. maaf yank.. Habis seponganmu makin enak aja aku jadi gak kuat….”, jawabku sambil terkekeh.



“Hufff jadi kotor semua mukaku..”, jawab Echa ketus



“Hehehe.. jangan cemberut nanti cantiknya ilang lho”, kataku



“Ih gombal banget sih”, kata Echa



Akupum terkulai lemas. Tak kusangka aku keluar secepat ini. Sepongan Echa benar-benar semakin mantab. Ia sudah tidak sungkan-sungkan lagi seperti awal kami melakukannya. Aku rasa Echa sudah mulai mahir melakukan oral sex dan aku cukul senang dengan progress ini.



“Udahan nih? Aku belum puas lho mas. Hihihi”, jawab Echa sambil mengocok kontolku yang tentu saja membuatku terkejut



Biasanya dia kalau aku sudah kelar maka semuanya akan selesai. Baru kali ini Echa bilang belum puas dan seolah masih mau nambah lagi



“Apa Yank? Kamu belum puas?”, tanyaku memastikan lagi apa yang kudengar



“Iya.. Ayo lah mas titit kamu bangunin lagi…”, rengek Echa manja sambil mengocok batang kemaluanku



Sepertinya Echa masih berharap kejantananku itu kembali mengeras setelah menyemburkan peju yang pertama. Tapi aku tahu kemampuan kontolku sendiri. Jika ia sekali crot, butuh waktu minimal 4 jam agar bisa berdiri lagi. Aku hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Echa yang semakin liar dan butuh kepuasan. Aku kemudian bermaksud menggoda pacarku itu.



“Kamu belum puas? Aku panggilin cowok lain mau?”, godaku



“Ihhh.. apaan sih.. Ngga ah…”, jawab Echa



Ya seperti biasa Echa akan menjawab seperti itu dan aku paham sekali akan hal itu. Tetapi aku tahu dibalik kata penolakannya, sebenarnya ia juga tidak keberatan. Hal itu kusadari sendiri saat ia mau menuruti permintaanku untuk berpakaian super sexy di tempat umum, dan juga ia pada akhirnya mau maju ke atas panggung walau berpakaian memakai kerudung tetapi hanya memakai tanktop dan leggings transparan.



“Malu malu mau kan?”, godaku lagi



“Enggak mauuu….”, jawab Echa



Uh, mendengar jawabannya membuatku kesal dan makin gemas saja. Apalagi ia mengaku belum puas, dan ini adalah kesempatanku memberinya kepuasan dengan caraku. Sebuah hukuman yang tepat bagi pacarku yang sangean itu. Aku berniat mengerjainya lagi seperti beberapa saat yang lalu dengan bapak ojol. Kali ini aku malah ingin melihat secara langsung apa yang terjadi kepada Echa. Tapi bagaimana caranya? Aku harus turun tangan sendiri sepertinya.



“Yank kamu mau aku puasin gak?”, tanyaku



“Mauuu.. aku masih pingin mas…”, jawab Echa menggoda



“Dasar lonte sangean”, ledekku



“Biarin orang kamu yang suruh. Wekkkk…”, jawab Echa tak mau kalah



Kupandangi tubuh pacarku yang telanjang itu. Sangat cantik wajahnya dengan balutan kerudung motif bunga model pashmina dan aurat tubuhnya yang terbuka seutuhnya. Aku jamin siapapun yang melihat kondisi pacarku saat ini pinginnya buang peju mulu.



"Kok diliatin terus mas?", tanya Echa



"Tubuhmu sempurna sayang…", jawabku



“Tuh kan gombal lagi…”, kata Echa



“Layak untuk dibagi-bagi”, kataku lagi



“Yakin gak cemburu nih? Orang kamu cemburuan gitu”, jawab Echa



“Walau cemburu tapi aku sange kali Yank”, jawabku



“Ya udah gih bagi-bagi aku kalau gitu biar kamu puas”, tantang Echa



“Bener ya?”, tanyaku



“Eehhh bercanda kali mas!”, jawab Echa tiba-tiba sambil tersenyum panik



"Bodoamat ayo.. pose yang sexy yank", pintaku sambil kuarahkan kamera HPku ke tubuh telanjangnya



"untuk apa mas?", tanya Echa semakin panik



"buat bahan coli teman-temanku yank", jawabku sambil mengarahkan kamera ke tubuh telanjangnya



"Eeehhh... Jangan mas, aku malu", kata Echa dengan cepat segera menutup payudara dan vaginanya dengan kedua tangannya, yang tanpa sengaja malah membuat pose pacarku itu semakin sexy dengan pahanya yang sedikit ditekuk dirapatkan kepada vaginanya



"Nah gitu aja posenya juga gapapa, bikin penasaran mereka", jawabku



*cekrik cekrik cekrik* suara shutter kameraku



"Mas jangan dikirim ke mereka", pintanya memelas



"Salah sendiri kamu tadi nantangin", kataku penuh kemenangan



"Iiihhh.. masss, aku malu tauu...", kata Echa merengek



“Biarin! Kamu harus dilatih biar makin nakal yank!”, jawabku lugas



"Dilatih? Dilatih seperti apa mas?", tanya Echa



"Ya seperti ini", kataku kembali mengarahkan kameraku ke tubuhnya.



"Masss... terserah deh", kata Echa kesel dan pasrah aku memotret tubuh telanjangnya



"Udah lah, untuk saat ini aku hanya berbagi dengan orang-orang yang kupercaya aja yank, mereka dijamin ngga akan menyulitkan hidup kita. Kamu tenang aja ya", bujukku



"Iya terserah kamu mas", kata Echa pasrah



“Gitu dong.. Ayo persembahkan tubuhmu buat temen-temen ku Yank.. Mereka pasti sange liat kamu bugil”, kataku



“Foto aku sampai kamu puas mas… Ini foto semua…”, kata Echa dan kali ini ia buka payudara serta memeknya dan membiarkan auratnya terekspose jelas



“Aaahhh shit sexy bener kamu Yank..”, ujarku sambil tak kusangka kontolku bisa berdiri lagi setelah berniat memamerkan tubuh pacarku



Aku pun tak sia-siakan kesempatan itu. Kuabadikan Echa dengan pose pasrahnya yang sangat menggoda itu. Aku yakin teman-temanku akan sange berat melihat tubuh polos Echa dan tidak sabar aku memamerkan pacarku ke teman-temanku



"Bagus Gitu baru pacarku.. Pacarku harus suka bagi-bagi tubuhnya. Hehehe… Sekarang aku mau ngasih kamu misi. sekalian ngelatih keberanian kamu", Kataku serius



"Misi apa mas? jangan aneh-aneh deh", kata Echa mulai curiga



"Pastinya aneh-aneh dong. Kalau biasa aja bukan Rio namanya.. I Love You Yank, aku janji gak akan ninggalin kamu kok. Aku justru makin sayang sama kamu kalau kamu nurutin aku", rayuku



"Ya udah deh, mau misi apa? sebisa mungkin aku lakuin demi hubungan kita mas, karena aku sayang banget sama kamu mas.. Jangan tinggalin aku ya..", kata Echa



“Iya aku gak akan ninggalin kamu asal kamu mau nuruti fantasyku..”, jawabku



“Ya udah aku percaya kok sama kamu mas… Kamu mau nyuruh aku ngapain?”, tanya Echa



"Simple aja. Kamu jalan dari sini ke gang sebelah dan balik lagi ke sini, jadi memutari gang gitu", kataku



"udah gitu aja misinya?", kata Echa penuh keyakinan



"Iya gitu aja, tapi dengan berpakaian sangat sexy dan minim. Hahaha..", lanjutku kemudian



"Apaaaaaa? kalau aku ketahuan gimana mas?", tanya Echa dengan wajah terkejut mendengar ide gilaku



"Ya itu resikonya. Namanya juga misi, kalau berhasil maka kamu selamat. Kalau sampai ketahuan ya resikomu Yank, mangkanya harus bener-bener hati-hati", kataku serius



"Ih gak tanggung jawab banget kamu mas", kata Echa



"Ya anggap saja ini kayak game survival gitu yank, kalau bisa bertahan ngga ketahuan, kamu menang", Kataku



"Ya tapi ini aku itu bukan game mas", jawab Echa



"Yaudah mau ngga?, tanyaku serius



"Ihhh mas... ya uda aku lakuin deh", jawab Echa tak punya pilihan lain



"Nah gitu donk, sekarang kamu jalan sana. Mumpung hari udah mulai gelap, sekarang dah jam 11an. kayaknya udah pada tidur orang-orang kecuali para berandalan gang sebelah yang suka ketawa ketawa malam-malam itu", kataku mencoba menakuti pacarku sambil memperdengarkan suara ketawa mereka yang terdengar sampai rumah Echa



"Iya berisik bener mereka.. Mereka kadang suka godain aku mas.. Dari SMP aku mesti digodain", kata Echa



"Bagus dong, kayaknya mereka suka kamu Yank", jawabku santai



"Kok gitu sih mas.. Aku takut tahu.. Kalau aku ketauan mereka gimana?", kata Echa



"Justru itu sensasi adrenalinnya. Kalau kamu ketahuan ya game over. Kamu tanggung sendiri resikonya hahaha", jawabku semakin sange



"Ngawur kamu mas!", kata Echa



“Mau nurutin aku enggak? Gak akan terjadi apa-apa kalau kamu hati-hati”, kataku



“Hufff iya deh”, jawab Echa pasrah



"Ok, Sekarang kamu pakai baju yang paling sexy", perintahku



Sebenarnya aku ingin Echa berjalan keliling gang rumah malam-malam dengan keadaan telanjang bulat. Tapi aku masih tidak setega itu sebenarnya. Jadi kali ini aku suruh saja ia berpakaian sexy sampai ia terbiasa, sembari ia terbiasa melakukan aksi eksibisionis yang mendebarkan.



"Pake kerudung apa ngga?", tanya Echa



"Pakai dong, kan kamu sehari-hari kerudungan”, kataku



"Iya sih, sebentar aku ambil bajuku dulu", jawab Echa



"Mana liat, jangan dipakai dulu", kataku



Echa kemudian kembali masuk ke dalam kamar dan mengambil bajunya. Ternyata sebuah kaos lengan panjang ketat berwarna pink dan legging hitam seperti yang ia pakai kemarin di warung remang-remang



"Yaudah kamu pakai itu aja, tapi ga usah pake daleman lho", perintahku



"Iya iya mas...", kata Echa sambil mulai ia kenakan pakaian-pakaian itu



Sangat sexy, kerudung pashminanya ia singkap ke belakang sehingga tonjolan payudara Echa dengan puting susunya tercetak jelas di kaos tipis lengan panjang itu, sedangkan bagian bawah Echa tak kalah sexynya dengan menggunakan legging hitam semi transparan, sepertinya yang dipakainya kemarin di warung bola, yang bahkan bulu jembutnya sedikit terlihat karena Echa tidak memakai celana dalam lagi



"Bagus Yank", kataku



"Ya udah, kamu bawa hp mu, kalau ada apa-apa kamu bisa WA atau telepon aku, tapi hati-hati jangan sampai suaramu kedengeran orang", kataku menambahkan sambil kuserahkan hp pacarku itu



“Iya mas.. Jangan sampai ketahuan orang deh”, kata Echa



“Ketahuan juga gapapa palingan kamu bakal diperkosa”, godaku



“Jahat banget sih”, ujar Echa



“Yaudah buruan sono nyari mangsa.”, kataku sambil menganggap pacarku seorang pelacur



Echa mulai berjalan meninggalkan pagar rumahnya, seorang gadis belia dengan pakaian sexynya sedang jalan-jalan di malam hari sendirian. Aku lihat pantatnya bergoyang indah dibalik celana legging transparannya seirama dengan langkah kakinya yang berjalan perlahan, kuabadikan momen tersebut dengan handphoneku disaat Echa berjalan menjauh dari rumah.



Kulihat Echa mulai berjalan dengan hati-hati meninggalkan rumahnya menuju portal sebelah kiri. pantatnya yang sekal itu terlihat masih menggoda walau jarak kami sudah cukup jauh. Sesekali terdengar suara langkah kaki yang terseret oleh sandal jepitnya saat ia melangkah semakin jauh



"training survival pacarku, jalan-jalan malam dengan baju sexy keliling gang komplek rumah", tulisku pada foto tersebut dan ku kirim ke Group Biologi



Echa tampaknya sudah sampai di ujung gang rumahku.



*tit tit* notif pesan WA dari Echa



"Mas, ini portalnya dikunci, aku ngga bisa lewat", kata Echa



"Bisa kok, kamu masuk lewat bawah nunduk aja atau sekalian dipanjat aja portalnya, kan ngga tinggi juga portal itu", usulku



"Ya udah aku coba dulu mas", kata Echa



Dari kejauhan kulihat dia mulai mencoba memanjat portal



*klonteng klonteng klonteng* agak berisik suara portal itu ketika dipanjat.



Kulihat Echa nampak panik dan segera berlari ke arah gang satunya lalu hilang dari pandanganku. Aku ingat didekat gang tersebut ada sebuah pos satpam yang biasanya selalu dijaga pada malam hari.



"Kira-kira satpamnya bisa nahan kontolnya ngaceng ngga ya liat pacar gue", kataku dalam hati sambil membayangkan hal yang paling buruk terjadi pada pacarku



Kini aku tidak bisa mengawasinya. Hanya telepon atau WA saja yang kutunggu menanti kabar terbaru diseberang sana.



"Mas, ada pak satpam didepan", kata Echa dalam pesan WAnya



"Kamu jalan seperti biasa aja, biar dia ngga curiga", jawabku



"Oke mas", jawab Echa



Agak lama pacarku memberi kabar lagi. Aku jadi was was sekaligus semakin konak. Kontolku rasanya semakin berdiri tegak, aku coba WA Echa lagi untuk memastikan keadaannya



"Gimana yank?", tanyaku



Masih belum ada balasan langsung dari Echa.....



#



8 menit kemudian akhirnya pesanku dibalasnya



"Maaf mas balesnya telat, tadi aku ditanya-tanya pak satpam.", jawab Echa



"Ditanya apa aja?" tanyaku penasaran



"Ya rumahnya dimana.. Kok jarang liat aku di sekitar perumahan ini.. keluar malam-malam ngapain... apa ngga takut jalan-jalan sendirian malam.. gitu deh yank..", kata Echa



"Terus kamu jawab gimana yank?" tanyaku lagi



"Ya aku jawab, aku tinggal disini cuma mungkin jarang ketemu bapaknya, jalan-jalan malam karena lagi nyari makan", jawab Echa



"udah gitu aja? Dia ga nanya2 lagi?", tanyaku semakin penasaran



"Ya dia bilang ada yang jual nasgor keliling didekat sini. Ya aku tau maksudnya pasti Mang Ujang, terus dia nawarin nganterin aku buat nyari makin, tapi aku bilang ga usah dan gak mau ngerepoti. Terus bapaknya bilang kalau aku cantik juga yank dan ga tau kalau selama ini aku tinggal disini", kata Echa



"terus terus?", tanyaku mulai cemburu



"Yaa aku bilang kalau bapaknya gombal, terus dia curhat sambil bercanda gitu deh kalau istrinya udah tua udah ngga cantik lagi, kalau dapat yang seperti aku pasti dia akan bersyukur sekali.. Setiap hari betah dirumah katanya.. Terus dia nanya dimana rumahku", jawab Echa



"Hehe dasar udah tua ngga ingat umur malah godain cewek, terus kamu kasih tau rumahmu?", tanyaku semakin penasaran



"Ya gitu deh Mas.. dia cerita juga udah ga pernah hubungan badan lagi karena udah ngga nafsu liatnya.. Tapi kalau punya istri kayak aku yang selalu pakai baju sexy dirumah, bisa-bisa bakal diranjang terus katanya. Iya aku kasih tau lah rumahku yang mana daripada dikira aku sombong..", lanjut Echa



"Hmmm.. Gitu ya? Tuh kan yank, apa aku bilang? Kamu harus bangga punya wajah cantik dan tubuh yang sexy, jadi bisa ngasih kebahagiaan ke orang yang liat, terus bilang apa lagi?", kataku



"Ya aku bilang aku udah punya pacar. Jadi ngga bisa jadi istri bapak. Hehehe... Terus dia bilang itu bisa diselesaikan dengan cara laki-laki asal bisa dapetin aku. Ya aku makin takut mas, nanti dia makin nekat berbuat macem-macem. Ya udah aku sudahi pembicarannya dan pamitan pulang", kata Echa



"Wah nantangin aku nih", jawabku



“Ya udah aku jalan lagi mas…”, kata Echa



"Guk Guk Guk", samar-samar kudengar suara anjing menggonggong dari seberang sana



Selang beberapa saat, tidak ada komunikasi lagi dari Echa. aku sempat kepikiran khawatir dia kenapa-kenapa, tapi kucoba tenang dan berpikir postif dan kubiarkan pacarku itu menikmati proses eksib pertamanya



*titt tit* suara notif WA ternyata dari grup tugas biologi



Kubuka pesan itu ternyata dari Wawan



"Wow, pacar lu sengaja lu suruh jalan-jalam godain buaya? Jalan-jalan pake baju sexy malam-malam gitu. Wkwkw.. Rawan diperkosa tuh", Kata Wawan



“Perkosa aja kalau minat”, jawabku



“Anjrit begok.. buat gue aja cewek lu bakal gue puasin memek Echa”, balas Wawan membuatku sedikit cemburu



"Enak aja, eh udah dulu, gw mau cek kondisi Echa gimana kok sekarang malah ngga ada kabar.", kataku dan menyudahi chat



“Semoga diperkosa sampai hamil. Amin!”, kata Wawan



“Amin!”, balasku kesal



"Yank kamu gapapa? kok ngga ada kabar? Barusan aku denger ada suara anjing dari gang sebelah..", tanyaku



tidak ada jawaban langsung dari Echa, membuatku semakin tak karuan. Antara berpikir kotor atau kasihan dengan dia bercampur jadi satu. Kucoba telpon ngga diangkat pula. Aku jadi takut doa Wawan benar-benar kejadian.



*tit tit* suara notif WA



selang 5 menit tiba2 ada WA dari Echa



"kenapa mas? khawatir ya ciyeee", kata Echa



"Ya iyalah, kamu gak kasih kabar", jawabku



"Mangkanya jangan suruh pacar sendiri aneh-aneh", jawab Echa



"Hehehe.. Seru kan?", tanyaku



“Menegangkan tahu!”, balas Echa



“Kok lama balasnya?”, tanyaku lagi



"Hihihi.. Maaf td ngga respon, karena...", kata Echa tidak melanjutkan chatnya



"Karena apa?", tanyaku penasaran



“Daritadi aku sembunyi mas karena anjingnya masih nungguin aku kayaknya. Terus hawanya dingin aku kok tiba-tiba jadinya pingin pipis. Yaudah aku pipis aja dibalik mobil yang parkir diluar. hihihi", Kata Echa dengan polosnya



"Ya ampun yank... kirain kamu ketahuan ternyata malah mipisin mobil tetangga. Hahaha... Kalau ngga ada mobil itu kamu dah ketangkap basah lho", kataku



"Sereem mas, jangan sampai lah", kata Echa



"Terus sekarang Anjingnya masih ada?", tanyaku



"Ngga tau mas, aku coba intip sebentar", kata Echa



"Kayaknya ngga ada mas, aku lanjut jalan ya", imbuh Echa



“Dia ga suka sama bau kencingmu tuh”, ledekku



“Enak aja!”, jawab Echa



Beberapa menit kemudian Echa kembali WA



"Mas, ini rumah di depan rame banget kayaknya para pemuda berandal itu masih nongkrong, ketawa ketawa ga jelas gitu", kata Echa



"Ya sudah kamu jalan biasa aja jangan menarik perhatian mereka dan berharap mereka gak lihat kamu", kataku



"Iya aku coba mas, doakan ngga menarik perhatian mereka ya mas", kata Echa



"Iya hati-hati ya", kata



Beberapa saat kemudian Echa sudah kembali lagi ke rumah dengan selamat



"Lho kok udah sampai?", kataku terkejut melihat kedatangan Echa



"Iya aku lari mas, soalnya mereka melihat aku dan suit suitin aku, godain aku, aku kan jadi takut, terus aku lari aja biar langkahku semakin berisik dan mereka ga berani macam-macam", kata Echa



“Mereka nyadar ngga itu kamu? Kan katamu kamu selalu digodain dari SMP?”, tanyaku penasaran



“Enggak tau juga mas, mereka nyadar apa enggak. Semoga ngga deh!”, jawab Echa



"Tapi mereka ngga kejar kamu kan?", kataku



"Ngga mas, aman.. Fiuuuhh... Legaaa... Ngeri banget mas jalan-jalan pakai baju kayak gini sendirian.. Bener-bener campur aduk rasanya.. Jadi laper nih..", kata Echa



"Laper ya? mau makan?", tanyaku



"Mau mas.... Laper banget.. tadi aku liat ada Mang Ujang si penjual nasgor tapi aku ga berani beli. Hehehe”, kata Echa



"Oh Mang Ujang penjual nasgor langgananmu kan?", tanyaku



"Iya betul”, jawab Echa



"Iya deh, aku beliin buat hadiah karena kamu sudah berhasil menyelesaikan misi pertama", jawabku



“Apaam sih hadiahnya Cuma nasgor. Gak sebanding sama bahayanya”, jawab Echa



#



Akupun berjalan kaki menuju tempat biasa Mang Ujang berhenti sejenak, lewat portal sisi kanan rumah agar lebih cepat sampai. Benar saja, seperti biasa jika sudah malam Mang Ujang lebih memilih mangkal di depan rumah kosong yang terlihat angker.



"Mang Ujang", sapa ku



"Iya Mas, ada yang bisa saya bantu?", kata Mang Ujang



"Saya pesan nasi goreng 2 bungkus Mang", kataku



“Siap… Kalau ga salah Mas itu temennya Mbak Echa ya? Kadang saya liat motor masnya yang keren”, tanya Mang Ujang sambil mulai memanaskan wajannya



“Salah. Bukan temen tapi Echa pacar saya Mang”, jawabku penuh rasa bangga



“Oh pacarnya Mbak Echa toh..”, kata Mang Ujang



“Emang kenapa Mang?”, tanyaku penasaran



“Ya Gapapa Mas.. Kirain Cuma temen aja”, kata Mang Ujang



“Enggak lah Mang.. Rugi kalau sama Echa Cuma temenan Hahahah…”, kataku



“Iya ya mas?”, kata Mang Ujang sambil mulai menggoreng nasi di atas wajan



“Menurut Mang Ujang, Echa cantik gak Mang?”, tanyaku penasaran dengan penilaian penjual nasi goreng itu



“Cantik banget mas.. Mbak Echa pelanggan saya yang paling cantik mas, bahkan menurut saya di perumahan ini Mbak Echa yang paling cakep”, jawab Mang Ujang semakin membuatku bangga



“Gitu ya Mang? Hehehe… Mang suka sama pacar saya enggak?”, tanyaku serius



“Eh kok nanyanya gitu mas? Jadi gak enak saya”, kata Mang Ujang



“Gapapa kali Mang santai aja sama saya.. Jujur aja…”, kataku



“Ya suka lah Mas orang saya laki normal.. Mbak Echa cantik gitu.. Eh tapi maaf ya mas gak maksud apa-apa…”, kata Mang Ujang



“Suka banget?”, tanyaku sekali lagi



“Ehhh? Aduh gak enak saya mas…”, kata Mang Ujang



“Gak papa jujur aja Mang”, kataku lagi



“Errr gak tau sih mas suka banget apa enggak.. Nanti mas nya marah”, kata Mang Ujang



“Nggak kok aman Mang..”, kataku



“Bingung saya jawabnya mas.. Ini Mas Nasi gorengnya sudah jadi”, kata Mang Ujang



“Duh cepet banget.. Mang Ujang, saya lupa gak bawa uang. Mang Ujang nanti ke rumah Echa ya Mang”, kataku dan bergegas pergi



"Lho? Besok aja gapapa mas", jawab Mang Ujang



"Jangan Mang, nanti saya malah punya utang. Nanti Mang Ujang mampir ya ke rumah Echa. Awas kalau gak mampir", kataku



“Ya udah Mas habis gini saya ke rumah Mbak Echa, ini juga kebetulan dagangan saya sudah habis, saya pulang bentar setelah itu balik lagi”, kata Mang Ujang



“Ya udah saya tunggu ya Mang”, kataku



Mang Ujang terlihat mengangguk tanda setuju



Akupun kembali pulang ke rumah, ternyata Echa masih menungguku di ruang tamu



"Ada mas nasi gorengnya?", tanya Echa



"Ada.. Nih", jawabku



“Asyik, Nasi Goreng Mang Ujang kan?”, tanya Echa sambil tak sabar ia buka sebungkus nasi goreng miliknya dan langsung ia lahap.



“Iya, dapat salam tuh dari dia. Katanya kamu cantik”, kataku sambil kutemani pacarku itu makan malam dengan seporsi nasi goreng Mang Ujang



“Ah biasa Mang Ujang itu.. Btw aku mau cerita mas tapi kamu jangan marah”, kata Echa tiba-tiba



“Cerita apa?”



“Mang Ujang pernah nembak aku Mas waktu aku kelas 1 SMA. Hihihi”, kata Echa sambil mengunyah nasi gorengnya



“Hah serius??”, tanyaku terkejut



“Iyaa swear mas..”, kata Echa



“Terus kamu terima enggak?”, tanyaku penasaran



“Ya enggak lah, orang aku masih polos waktu itu gak berani pacar-pacaran”, kata Echa



“Kalau sekarang demen dipolosin”, godaku



“Nyebelin ih”, jawab Echa



Hingga tanpa terasa nasi goreng kami pun telah habis tak tersisa…



“Yank, kamu masih pengen ngga?”, tanyaku



“Pingin apa mas? Kalau nasi goreng aku udah kenyang. Hihihi”, jawab Echa



“Memek kamu katanya masih mau dipuasin?”, kuperjelas pertanyaanku biar pacarku yang kadang lemot itu paham



“Ohhh.. emang titit kamu sudah bangun mas? Bukannya tadi tidur nyenyak ya?”, ledek Echa



“Hmmm.. ini aku lagi usahakan buat bantu bangunin.. apalagi habis liat kamu jalan-jalan diluar pake baju sexy gini jadi bikin aku sange lagi yank..”, kataku



“Ya udah yuk lagi..”, ajak Echa hendak memelukku namun kutahan tubuhnya



“Eh jangan kayak gini lagi tar bosen.. Aku ada cara lainnya yank…”, kataku penuh ide mesum



“Gimana caranya mas?”, tanya Echa juga penasaran



“Turutin aja apa kataku.. Hehehe…”, jawabku



“Hmmm.. jangan suruh aku aneh-aneh lagi diluar. Capek tau”, kata Echa



“Enggak, kamu cukup diem aja kok…”, kataku



“Yaudah deh mas, aku nurut aja”, kata Echa



“Gitu dong… Ya udah sekarang kamu aku ikat ya Yank.. Bayangin kamu lagi diiket terus diperkosa cowok. Heheheh…”, kataku sambil terkekeh



Kuambil tali rafia dari dalam tas yang biasa kubawa kemana-mana. Maklum, aku selalu sedia benda tersebut agar sewaktu-waktu saat aku bawa barang besar pakai motor tidak kesulitan. Kuikat erat tangan pacarku keatas dan kusimpulkan ke besi yang ada di jendela. Posisi pacarku amat menggoda sekali saat ini. Kedua tangannya terikat keatas dan buah dadanya membusung siap untuk dinikmati. Perutnya yang rata sedikit mengintip karena kaosnya terangkat sedikit. Apalagi puting susu Echa tercetak jelas di kaos warna pinknya itu membuat keindahan pose pacarku itu semakin sempurna saja.



"Lho kenapa pakai diikat-ikat segala mas?", Tanya pacarku



"Malam ini aku horny berat yank, pingin memperkosamu habis-habisan, apa lagi denger ceritamu barusan yang digodain berandalan-berandalan gang sebelah itu", kataku membujuk sekaligus menggodanya



"Ihhh.. Mas ini masak iya mau aku diperkosa mereka. Hmmm….", kata Echa bikin ku makin sange saja.



"Matamu aku tutup sekalian biar kamu ga tau siapa yang bakal merkosa kamu", kataku sambil kututup mata pacarku dengan sebuah masker hitam yang biasa kupakai motoran.



"Keliatan yank ini berapa?", tanyaku sambil memberi isyarat dua jari



"Ngga keliatan mas.. gelap", jawab Echa



"Ok.. It's Show time!", kataku dalam hati.



Kusiapkan Handphoneku untuk merekam apa saja yang akan terjadi nanti. kurangsang terlebih dahulu kedua puting Echa karena kutahu itu adalah titik rangsangan terkuat gadis cantik itu. Benar saja, baru pertama disentuh bagian putingnya, Echa nampak mulai menggeliat menikmati tiap sentuhanku pada puting susunya.



"Ssshhh... Aaahhh..", desisnya



Diwaktu yang bersamaan, Mang Ujang sepertinya sudah sampai di rumah Echa, terdengar suara langkah yang berhenti tepat di depan rumah pacarku. Aku lalu bergegas segera keluar dan kubukakan pagar pintu agar Mang Ujang bisa masuk ke rumah Echa



“Saya tunggu disini aja mas”, kata Mang Ujang



“Eh jangan Mang. Mang Ujang masuk aja…”, ajakku



“Tapi Mas.. Saya sungkan sama Mbak Echa.. Saya ga pernah masuk rumahnya”, kata Mang Ujang membuatku geregetan.



Udah gapapa.. Saya persilakan Mang Ujang masuk. Ayo Ga usah malu-malu Mang”, kataku terus memaksa penjual nasi goreng itu



“iya deh mas, permisi…”, kata Mang Ujang akhirnya ia pun mau masuk ke rumah Echa



"Mang jangan kaget ya. Jangan keluar suara juga! Heheheh", kataku membuat Mang Ujang semakin kebingungan



"Emang kenapa mas?", tanya Mang Ujang



"Udah deh ayo silakan masuk dulu, saya ada kejutan buat Mang Ujang hehehe", kataku sambil tertawa mesum



"Kejutan apa Mas? Saya enggak mau di prank biar viral lho ya", kata Mang Ujang curiga



“Enggakkkk.. Ayo Mang silakan..”, ajakku lagi



Aku persilakan Mang Ujang masuk ke Ruang tamu. Mang Ujang pun masuk ke dalam rumah dan tatapan matanya tentu saja langsung tertuju ke seorang gadis yang matanya sedang tertutup kain masker dalam posisi terikat



"Wow...", kata Mang Ujang sambil melongo dan kututup segera mulutnya



"Yank, kamu ngapain? Kok aku diiket terus gini sih", tanya Echa dengan kondisi mata tertutup tidak menyadari keberadaan Mang Ujang



"Ngga papa Yank, aku barusan ambil minum tadi", kataku sambil memberi tanda tutup mulut agar Mang Ujang untuk tidak bersuara



Aku kemudian mengajak Mang Ujang untuk mengikutiku dulu ke dapur agar aku bisa menjelaskan semua.



"Maaf mas, kayaknya mas lagi asyik ya sama Mbak Echa. Saya ngga tau dan kaget", kata Mang Ujang setelah kami sampai di dapur



"Mang Ujang tahu maksud saya ajak Mang Ujang kesini?”, tanyaku dan tentu saja Mang Ujang segera menggelengkan kepalanya.



“Tidak tahu mas…”, jawab Mang Ujang



“Sekarang saya minta Mang Ujang jujur, Mang Ujang pernah nembak pacar saya kan?”, tanyaku seolah menginterogasinya



Mang Ujang sekali lagi terkejut mendengar pertanyaanku. Mungkin ia tidak enak hati denganku karena aku saat ini adalah pacar Echa.



“Maaf mas.. itu dulu kok…”, kilah Mang Ujang



“Kalau sekarang apa masih suka?”, tanyaku lagi



Mang Ujang terdiam beberapa saat. Tampak raut wajahnya kebingungan mendengar pertanyaanku. Mungkin dia saat ini merasa sedang berada di posisi jujur salah gak jujur tambah salah. Aku pun kembali berkata, siapa tahu dia bisa segera paham maksudku.



“Echa cerita ke saya Mas. Mang Ujang pernah nembak dia katanya”, kataku lagi



“Maaf mas.. Jangan marah Mas..”, kata Mang Ujang masih tidak enak hati



“Marah? Saya justru akan marah kalau Mang Ujang tidak memuaskan Echa malam ini”, ujarku



Mang Ujang semakin melongo kebingungan. Wajahnya semakin bengong mendengar perkataanku. Mungkin baginya aku bukan cowok waras. Tapi ya itu lah aku. Kalau dia minat dengan penawaranku ya silakan ambil, kalau gak suka ya aku gak akan maksa. Aku yakin Mang Ujang sudah gede dan bisa memutuskan.



“Maksud mas?”, tanya Mang Ujang



“Anggap saja ini permohonan maaf dari Echa karena pernah nolak Mang Ujang”, kataku



“Eh.. saya ga papa kok mas.. Saya juga sadar diri Mbak Echa juga gak mungkin mau sama saya yang jelek ini.”, kata Mang Ujang



“Yakin Mang Ujang gak mau ambil kesempatan ini? Saya ga nawarin 2x Mang.. Saya yakin Mang Ujang masih cinta sama Echa kan?”, tanyaku



Mang Ujang terlihat berdiri mematung. Ia mungkin tidak menyangka akan berada di situasi seperti saat ini. Aku yang pacar sahnya Echa justru menawarkan tubuh pacarku ke Mang Ujang yang dulu pernah menyatakan cinta ke Echa.



“Mau enggak?”, tanyaku serius



“Ehhh.. Mas ga marah beneran?”, tanya Mang Ujang



“Sudah saya bilang saya baik Mang jadi ga akan marah. Mau?”, godaku lagi



“Ma.. Mau banget mas…”, jawab Mang Ujang dengan senyumnya yang kali ini terlihat sumringah



“Gitu dong… Ya udah. Tapi ada syaratnya”, ujarku



“Apa itu mas?”, tanya Mang Ujang



“Mang Ujang boleh ngapa-ngapain tapi jangan dimasukkan”, kataku



“Ohh.. buka baju Mbak Echa boleh Mas?”, tanya Mang Ujang



“Boleh banget”, jawabku mantab



“Iya gapapa Mas, liat bodynya Mbak Echa saja saya sudah bersyukur. Mengobati rada penasaran. Hehehe..”, jawab Mang Ujang





“Iya boleh Mas, Echa malam ini milik Mang Ujang. Mang Ujang bisa segera mulai keburu Echa bosen tuh diiket aja gak diapa-apain”, kataku



Lalu aku ambil dua lembar uang seratus ribu dari dalam dompet.



“Oiya, ini Mang buat nasi gorengnya”, kataku



“Eh? Kok banyak sekali mas?”, kata Mang Ujang



“Gapapa sama biaya terima kasih dari Echa karena Mang Ujang sudah bersedia muasin Echa”, kataku



Mang Ujang kebingungan mendengar perkataanku. Mungkin keberuntungannya satu tahun ini sudah ia habiskan malam ini. Sudah dikasih tubuh Echa, dia masih dikasih uang pula.



"Ayo ke ruang tamu lagi Mang. Echa sudah nunggu dari tadi minta diperkosa", kataku lalu mengajak Mang Ujang kembali ke ruang tamu



Mang Ujang terpesona melihat pemandangan di depannya. Melihat Echa yang terikat pasrah dengan puting susunya tercetak di balik kaos warna pinknya. Ditambah lagi jembutnya yang tersembunyi dibalik legging transparannya juga terlihat jelas di ruangan terang ini.



“Mas beneran ya saya boleh incip-incip tubuh Mbak Echa? Mbak Echa gak akan marah?”, tanya Mang Ujang berbisik



“Boleh sekali. Silakan dinikmati Mang. Echa justru sebenarnya ga keberatan. Cuma dia masih malu-malu.”, jawabku juga berbisik-berbisik



Mulai aku rekam kejadian malam ini dari ketika Mang Ujang melepas pakaiannya dan berjalan ke arah Echa. Usianya kurang lebih sudah 35 keatas, badannya berkulit kecokelatan, kurus tetapi berotot. Ternyata di balik kaos yang dia pakai, perutnya six pack dan atletis proporsional. Lalu Mang Ujang pun mulai melepas celananya



"Anjir kontolnya besar juga nih orang, kalah gue", pikirku dalam hati saat melihat batang kontol hitam Mang Ujang yang berotot dengan batangnya yang berurat keriting itu.



“Yank…”, ujarku



“Iya Mas? Ihhh.. Lama banget ngapain aja sih?”



“Nyariin orang yang mau merkosa kamu. Hehehe…”, jawabku dan kulihat Mang Ujang berkali-kali menelan ludah seperti tak sabar menerkam Echa



“Ihhhh aneh… Terus nemu ngga?”, tantang Echa



“Mang Ujang”, jawabku singkat



“Ihhh.. Bayangin aja kan mas?”, tanya Echa



“Hehehehe… Iya Bayangin aja kamu di perkosa Mang Ujang”, kataku



“Hmmm.. Ya udah deh.. Buruan..”, kata Echa tak sadar di hadapannya kini berdiri Mang Ujan yang sudah menahan konaknya daritadi



Mang Ujang mulai berjalan mendekati Echa setelah kuberikan aba-aba. Tanpa diminta 2x, Mang Ujang langsung mendekati Echa dan membelai perlahan wajah Echa yang masih tertutup matanya. Tangan Mang Ujang terus membelai pipi pacarku dengan lembut lalu kemudian turun ke bibir Echa. Ia usap bibir lembut Echa dengan jari kasarnya sebelum ia seliplkan jarinya yang kasar hitam itu kemulut Echa. Echa terlihat terkejut mendapat perlakuan seperti itu dari lelaki yang disangkanya masih aku itu.



"Mas kok rasa bawang tanganmu?", tanya Echa tiba-tiba ketika merasakan jari Mang Ujang



"Oiya Yank, tadi aku belum cuci tangan", jawabku dan Mang Ujang terlihat lega karena Echa tidak lagi curiga siapa yang membelai wajahnya



"Ohhh.. ", kata Echa dan kembali ia terdiam



Kembali dibenamkannya telunjuk Mang Ujang kedalam bibir tipis Echa dan Echa mengulum jari Mang Ujang, seolah dia sedang mengulum penis.



"Aaaahhhh.. Tanganmu terasa lebih kasar Mas", kata Echa tapi tidak kupedulikan.



Kubiarkan Mang Ujang kembali menggerayangu tiap sentimeter tubuh pacarku dengan jari-jari kasarnya. Tubuh Echa bergoyang ke kiri dan ke kanan. Dipeluknya erat tubuh pacarku hingga payudara Echa berhimpitan dengam dada Mang Ujang yang bidang



"Bagus goyang terus Yank, biar makin tegang tuh kontol", kataku sambil merekam kontol Mang Ujang yang digesek gesekkan ke legging Echa tepat di area selangkangannya



Echa semakin menikmatinya. Goyangannya semakin erotis bak pelacur yang sedang menggoda kontol pria agar segera ditancapkan ke lubang vaginanya. Digoyangkannya pinggulnya kekiri dan ke kanan perlahan dengan sangat menggoda sambil posisi tangan tetap diikat keatas. Aku sampai menelan ludah begitu pula dengan Mang Ujang, kontolnya semakin membengkak saja. Tidak kusangka Echa ternyata seliar itu gerakannya jika aku pandang dari jarak lumayan jauh.



Tanpa ragu lagi, Mang Ujang melumat bibir tipis Echa yang menggoda. Diciuminya habis bibir pacarku itu tanpa ampun. Echa nampak kewalahan mengimbangi serangan tiba-tiba dari Mang Ujang.



"Ssshhh.. Yank... Aroma mulutmu kok bau bawangnya kuat banget sih...", Kata Echa protes



"Udah kamu itu diperkosa, ga usah pilih-pilih baweeell. Anggap itu bibirnya Mang Ujang yang lagi cipokin kamu", kataku menjawabnya dan menyuruh Mang Ujang melanjutkan lumatannya ke bibir pacarku itu sebebasnya



Diciuminya kembali bibir Echa oleh Mang Ujang dengan semakin bernafsu. Kulihat lidah Echa pasrah dikulum oleh mulut Mang Ujang. Lidah mereka saling beradu, saling melumat, saling bertukar air liur penuh gairah,dan kontolku semakin ereksi melihat pacarku sedang diciumi penuh nafsu oleh Mang Ujang. Tak kuat menahan gairah, aku lantas membuka celanaku dan kukeluarkan batang kontolku sambil kukocok pelan-pelan, dengan tetap merekam aksi Mang Ujang yang asyik menciumi bibir pacarku



*Gila gue bener-bener gila… Ahhhh.. sensasi apa ini… Ssshhh…*, desahku dalam hati sambil terus kukocok kemaluanku melihat pacarku sedang dinikmati lelaki yang pernah menyatakan cinta kepadanya.



Setelah puas menciumi pacarku, Mang Ujang lalu mengangkat kaos Echa keatas hingga payudaranya dan ketiaknya terbuka, tetapi ia tidak serta merta buru-buru melahap putting susu pacarku itu, Mang Ujang sengaja berhenti dan bermain-main pada ketiak Echa terlebih dahulu, ketiak yang kini terbuka bebas karena tangannya aku ikat ke atas. Dengan penuh nafsu, Mang Ujang mencium dan menikmati aroma dari ketiak Echa yang mulus tanpa bulu itu. Terlihat ketiak Echa semakin mengkilap bekas air liur Mang Ujang yang bau bawang. Tubuh Echa menggelinjang hebat menikmati sensasi geli jilatan pada ketiaknya



Payudara Echa yang menggantung bebas itu kali ini menjadi sasaran kejahilan tangan Mang Ujang, diremas-remasnya kedua buah dada Echa bersamaan dengan sangat kasar sambil sesekali ia pencet putting susu pacarku dengan kasar



"Aaaahhh.. jangan keras2 mas.... sakit... Kamu lagi nafsu banget yaa.. Aaahhh.." desah Echa sambil merintih



Lalu Mang Ujang mendaratkan mulutnya ke puting susu pacarku itu. Aku semakin bernafsu melihat kali ini pacarku Echa benar-benar menyusui lelaki lain. Lelaki yang pernah menembaknya namun ditolak oleh Echa.



"Iyaaaahhh... Ooouuuhh.. Enak mass.. Kamu ngemutnya kok beda banget sihh…", erang Echa menikmati mulut Mang Ujang saat mengulum puting susunya yang berwarna cokelat muda itu



"Uuuuhhh... aahh..", desahku menikmati pemandangan itu sambil semakin kupercepat kocokan pada kontolku sendiri



Mang Ujang kemudian jongkok dan kali ini dia bermaksud menikmati organ bagian bawah pacarku. Tanpa banyak menunggu, Mang Ujang langsung menurunkan legging Echa hingga terpampanglah memek pacarku yang jembutnya rapi itu. Mang Ujang terkesima dengan pemandangan di hadapannya. Memek segar perawan gadis berusia belia. Memek dari gadis yang menurut pengakuan Mang Ujang adalah gadis tercantik di perumahan ini. Diciumnya sebentar memek pacarku. Terbayang aroma memek Echa yang khas itu dan aku yakin Mang Ujang akan ketagihan dengan bau memek Echa.



Kali ini bukan hanya ciuman, tetapi ia jilat memek pacarku penuh gairah, Sedangkan pacarku yang tidak menyadari memeknya dijilati Mang Ujang hanga bisa mendesah. Kulihat kaki Echa sengaja ia buka semakin lebar agar Mang Ujang semakin leluasa menjilati kemaluannya.



*Gilaaaa… itu Mang Ujang Yank yang lagi jilatin memek kamu… Ssshhh…*, kataku dalam hati sambil mendesah dan terus onani



Mang Ujang kemudian bertanya kepadaku dengan memberi kode menunjuk tali, aku paham maksudnya dan kujawab dengan anggukan. Lalu dibukanya ikatan pada tangan Echa. Mang Ujang juga tidak mau berlama-lama dan seperti tidak sabar melihat Echa yang sudah sepasrah itu untuk dinikmati. Kemudian pria itu menarik lepas kaos lengan panjang pacarku sehingga kali ini Echa benar-benar telanjang bulat dihadapannya. Hanya sebuah kain kerudung yang masih dibiarkan terpasang di tubuh pacarku



"Rebahan dan ngangkang yank, Mang Ujang mau nikmatin memekmu tug", kataku dan Echa masih percaya saat ini yang menikmati tubuhnya adalah aku



“Iya.. Mas…. Uhhhh.. kamu kayak beda mas hari ini mainnya…”, kata Echa



“Iya beda.. kan memang kamu lagi diperkosa Mang Ujang. Heheheh”, jawabku



“Nanti aku diperkosa beneran sama Mang Ujang lho ya”, kata Echa mengejutkanku



“Aku ikhlas kalau kamu ngelayani Mang Ujang Yank. Kamu kan juga punya salah sama Mang Ujang dulu”, ujarku



“Salah apa?? Aaahhhh mas bentar dong kan masih ngobrol…”, Kata Echa karena tiba-tiba Mang Ujang menjilati kemaluan pacarku lagi



“Nolak Mang Ujang…”, jawabku



“Aaaaahhh.. Mas… Kamu kok bisa ngomong sambil jilatin punya aku sih…”, kata Echa terlihat mulai curiga



“Hehehe… Ssssttttt.. Jangan rame-rame… Mang Ujang lagi konsen jilatin memek kamu Yank…”, ujarku



“Aaahhh.. Aaaahhh.. Mas.. ini kamu kan yang jilatin? Aaaahhh…”, rancau Echa namun aku tak menggubris pertanyaannya



Terlihat Echa meraba rambut Mang Ujang dan sedikit meremasnya. Rambut Mang Ujang memang lebih panjang dan ikal dibandingkan rambutku yang kupotong pendek rapi. Bodoamat kalau akhirnya Echa menyadari kalau pria yang daritadi merangsangnya memang beneran Mang Ujang. Mang Ujang kemudian membuka kedua kaki Echa lebar-lebar. Echa pun hanya bisa pasrah menyajikan memeknya dihadapan Mang Ujang, seolah ia mempersilakan Mang Ujang menikmati lubang kemaluannya. Lalu Mang Ujang membuka bibir kemaluan pacarku dengan kedua jempolnya hingga terbuka lebar.



"Aaaaahhh....", tubuh Echa tersentak menerima jilatan Mang Ujang yang kali ini lebih dalam dari sebelumnya



“Aaahhh.. Ssshhh.. nikmat memekmu Cha…”, kata Mang Ujang terdengar lirih



Lalu Mang Ujang mulai menjilati dengan penuh kenikmatan vagina pacarku itu. Dicucupnya lendir yang keluar dari vagina pacarku hingga menimbulkan suara yang berisik. Kurekam kejadian itu dengan close up bagaimana Mang Ujang menjilati habis lendir vagina pacarku. Lidah Mang Ujang tak lupa menjilati biji itil Echa hingga membuat tubuh pacarku itu mengejang hebat.



"Aaaahh... Mang…", kata Echa menikmati vaginanya sedang dijilati pria lain



*Mang? Apa Echa sedang benar-benar membayangkan memeknya dijilati Mang Ujang? Atau Echa sudah tahu yang menjilati memeknya saat ini adalah Mang Ujang?*, justru kali ini aku yang menerka-nerka



Setelah itu gantian tangan Mang Ujang yang beraksi pada memek pacarku. Ditusuknya memek pacarku dengan jari nya yang kasar dengan brutal. Gerakan tangannya begitu cepat, secepat saat Mang Ujang sedang memotongi bahan nasi gorengnya dengan pisau.



"Aahh.. Aah.. Aahh... Aahhh... Mang Ujang… Terussss aaaahhh..", desahan yang keluar dari mulut pacarku begitu syahdu terdengar membangkitkan gairahku apalagi sekarang ia justru menyebut nama Mang Ujang



Mang Ujang semakin cepat mengocok lubang senggama pacarku dengan ketiga jarinya yang kasar. Ditusukkan telunjuk dan jari tengahnya ke lubang vagina pacarku dan mulai dikocoknya bagian dalam lubang vagina Echa. Kocokannya sangat cepat dan penuh nafsu, lendir2 hangat dan licin semakin membasahi permukaan kulit vagina Echa sehingga menimbulkan suara yang becek saat jari Mang Ujang mengorek habis lubang itu. Jujur saja aku khawatir selaput dara Echa bakalan robek jika dicabuli kasar seperti itu. Tapi aku biarkan saja toh sudah kepalang tanggung juga.



"Lanjut Mang! Cabuli Echa sepuasmu", kataku dalam hati



Jari Mang Ujang terus mencabuli lubang vagina pacarku itu. Semakin lama semakin cepat, begitu pula dengan desahan pacarku, semakin lama semakin kencang saja



"aah.. aaah.. aah.... iya iya iya terusss aaahh Mang Ujang.. Aku mau keluarrr…", desahnya menikmati pencabulan terhadap vaginanya yang sudah basah itu.



Tubuh Echa semakin mengejang hebat



"Aku keluar!!!!!", pekik Echa



*Seerr serrr serrr* cairan squirt Echa muncrat mengenai wajah Mang Ujang dan sedikit mengenai matanya. Mang Ujang langsung mengucek matanya yang terkena cairan Echa. Aku sampai terkekeh melihatnya. Lalu dijilatinnya kembali vagina Echa untuk membersihkan sisa sisa muncratan squirt Echa



"Sssshh... Oouuuhh... He emmm Mang… Aaaahh..", desah Echa kembali menikmati jilatan Mang Ujang



Mang Ujang kemudian memposisikan tubuh Echa menungging. Echa hanya menurutinya dengan pasrah dan pacarku itu kemudian menungging. Bongkahan pantatnya yang putih mulus begitu sexy menggoda



*Plakk… plakkk… Plakkk…* Mang Ujang langsung menghajar pantat Echa, mungkin ia kesal karena matanya sempat kelilipan karena tersembur lendir pacarku



“Ouuuhhh.. Mang… Aaahhhh.. Ampunnn..”, rintih Echa namun Mang Ujang terus menampari pantat pacarku dengan kekuatan penuh, bahkan sampai memerah



Mang Ujang lalu bangkit dan berdiri, tubuh Echa ditariknya dengan paksa, sampai tidak sempat mengistirahatkan tubuhnya setelah muncrat hebat. lalu dituntunnya tubuh Echa menjadi posisi berlutut. Kontol panjang itu mengacung tepat di depan bibir Echa. Ditampar-tamparnya wajah cantik pacarku dengan kontolnya berkali-kali



*Sial, gue malah cemburu anjirrrrr.. tapi sangeee…*, ujarku dalam hati melihat perlakuan penjual nasgor itu ke pacarku



“Sepong”, ujar Mang Ujang sambil sedikit menjambak kerudung Echa



Mang Ujang dengan segera mengarahkan kontolnya ke bibir Echa yang masih tertutup, paham ada kontol yang akan memasuki rongga mulutnya, dibukalah mulut Echa dan mempersilakan kontol Mang Ujang masuk ke dalam mulutnya



"Ssshhh....aaaahhh..", desis Mang Ujang memejamkan mata menikmati sepongan pacarku.



Ku close up sepongan Echa ke kontol Mang Ujang. Terlihat kontol Mang Ujang keluar masuk memenuhi rongga mulut pacarku. Jemari lentik Echa terlihat menggenggam erat batang kontol itu dan mengocoknya, mulutnya mengulum kepala penisnya, dan tangannya sibuk mengocok batang berurat keriting Mang Ujang. Terlihat mulut pacarku sangat penuh menerima kontol raksasa itu.



“Uhhh gede banget kontolnya…”, kata Echa semakin membuatku lanas dingin saja



"Sssshhhppp... sssllllppp... ceplok ", begitu suaranya ketika kontol itu keluar masuk dan terlepas dari bibir mungilnya dan dimasukkan lagi ke bibir tipisnya itu.



Dengan telaten Echa menjilati semua bagian kontol mang Ujang hingga membasahi hampir seluruh batang kemaluan Mang Ujang. Mang Ujang semakin bernafsu, kali ini kedua tangannya ikut menarik kepala Echa dan mendorongnya dengan kasar maju mundur agar sepongan Echa semakin dalam dan Echa semakin direndahkan



“Sepong terusss… Aaahhhh.. Aaahhh…”, rancau Mang Ujang sambil mendorong-dorong kepala pacarku ke kontolnya



Sudah hampir 5 menit pacarku Echa memberikan sepongan spesialnya ke kontol Mang Ujang, sementara itu kontolku sudah seperti akan memuncratkan pejunya karena dari tadi kukocok terus melihat pemandangan luar biasa yang dimana pacarku sedang dinikmati lelaki yang pernah menyukainya. Aku pun buru-buru menghentikan onaniku, daripada pikiran gilaku tiba-tiba hilang setelah aku selesai crot dan aku pasti akan menyesali kegilaan malam ini.



Aku kemudian kepikiran ide gila lainnya, mungkin sudah saatnya Echa mengetahui kontol siapa yang saat ini sedang berada dimulutnya. Aku lalu mendekati Echa dan Mang Ujang terkejut melihatku melepas masker hitamku dari mata Echa. Echa juga lebih terkejut lagi reaksinya, setelah menyadari Mang Ujang sudah telanjang bulat dan kontol lelaki itu sudah ada dimulutnya dalam kondisi ereksi berat



“Mang Ujang???”, pekik Echa



#Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd