Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Berbagi Itu Indah (Remake)

Update woiiii

Kehabisan ide? Hehehe.. Ngga juga. Nulis cerita itu melelahkan dan cukup menyita waktu dan kesibukan ane di dunia jadi tolong bersabar. Orang gratisan juga

Terima kasih suhu-suhu yang sudah support dan mau bersabar menunggu. Pasti update kok

Nih gue update
 
Chapter 8 : Terima kasih



POV : Echa



“Mang Ujang???”, pekikku saat menyadari sosok penjual nasi goreng langgananku itu berdiri dihadapanku dalam keadaan tanpa sehelai benangpun



Parahnya, aku baru menyadari kemaluan Mang Ujang berada di dalam mulutku. Aku buru-buru mengeluarkan batang penis Mang Ujang yang dan aku pun langsung tersedak. Aku tidak menyangka, batang keras tadi adalah milik Mang Ujang, bukan milik pacarku. Mang Ujang terlihat memasang wajah kebingungan saat aku mendadak melepeh alat kelaminnya dari mulutku. Kulihat Mas Rio berdiri di belakangku lalu ia pun mulai memegangi kepalaku. Kemudian pacarku itu dengan kurang ajar mendorong kepalaku ke arah penis Mang Ujang.



Benda yang terasa keras itu langsung menempel ke hidung serta bibirku. Aku berusaha mati-matian meronta dengan perlakuan pacarku. Menurutku ini sudah keterlaluan. Aku tadinya hanya diminta membayangkan sedang diperkosa Mang Ujang, bukan melakukannya beneran dengan Mang Ujang



Pantas saja tangan serta mulutnya bau bawang. Dan juga, penis itu terasa berbeda sekali rasanya dengan penis Mas Rio. Penis Mang Ujang terasa lebih keras dan kaku saat kuurut dengan bibirku. Sedangkan penis Mas Rio, aku ingat betul teksturnya yang keras namun sedikit kenyal. Juga penis yang yang barusan kukulum itu terasa begitu panjang hingga mengenai ujung tenggorokanku. Aku lalu benar-benar membayangkan mengulum penis Mang Ujang tadi karena rasanya begitu berbeda dengan punya Mas Rio. Terasa jauh lebih mantab dan membuatku semakin bersemangat mengulum batang penis tadi. Ternyata yang kukulum memang beneran punya Mang Ujang.



“Ayo Yank, mana desahanmu tadi? Bukannya tadi kamu menikmati kontol Mang Ujang?”, goda Mas Rio sambil terus mendorong kepalaku ke penis Mang Ujang



“Mas Rio sudah Mas.. Aku malu… Ini sudah kelewatan”, pintaku namun Mas Rio terus mendorong kepalaku mencium penis Mang Ujang



“Udah gausah jaim-jaim kamu Yank, kamu suka kan sama kontol Mang Ujang?”, kata Mas Rio lagi



“Mas.. Kalau Mbak Echa gak mau gak papa mas jangan dipaksa. Saya jadi gak enak nih”, ujar Mang Ujang sambil menjauhkan penisnya dari kepalaku



“Echa itu bukannya gak mau Mang, dia itu malu-malu mau. Ya kan Yank? Ayolah jangan malu-malu. Disini Cuma ada kita bertiga saja kok… Aku tahu kamu juga pingin kontol Mang Ujang kan?”, ujar Mas Rio terus memegangi kepalaku



Betapa kesalnya aku dengan Mas Rio. Mengapa ia malah membawa lelaki yang yang begitu aku kenal. Mang Ujang, Seorang penjual nasi goreng yang sudah menjadi langgananku lebih dari 3 tahun. Suasana ini tentu malah menjadi canggung bagi kami yang terbiasa berkomunikasi hanya sebatas penjual dan pembeli. Jujur saja mungkin aku tidak begitu keberatan dan merasa lebih aman jika dengan orang-orang random yang tidak kukenal. Kalau dengan orang random aku bisa lebih bebas mengekspresikan diriku, sedangkan dengan lelaki yang kukenal seperti Mang Ujang aku justru merasa jaim, rasanya imej ku hancur seketika di mata Mang Ujang. Tapi kuakui penis Mang Ujang tadi memang sempat menggoda libidoku dan aku benar-benar menikmati penisnya yang panjang itu



“Ya ampun, apa yang kupikirkan… Echaaaa… Tapi… Memang nanggung sih… Aku juga masih pengen…”, aku dalam hati pun mulai bimbang mau lanjut kegilaan ini atau berhenti



Mas Rio terus memaksaku agar kepalaku berada di dekat Mang Ujang, sampai akhirnya aku hanya bisa pasrah. Kutempelkan bibirku di penis penjual nasih goreng itu dan kulihat Mang Ujang juga tidak lagi merasa keberatan dan menjauhkan penisnya dariku. Ia kali ini hanya diam saja membiarkan batang penisnya ku cium diam-diam saat Mas Rio mendorong kepalaku terus menerus. Aku pun tidak punya pilihan lain selain menuruti permainan gilanya, toh benar dirumah ini hanya ada kami bertiga.



“Mas kamu serius ijinin aku sama Mang Ujang?”, tanyaku dengan mimik serius



“Serius banget!”, jawab Mas Rio



“Alasannya?”, tanyaku penasaran



“Simple aja. Karena Mang Ujang pernah nembak kamu”, kata Mas Rio



“Terus?”, aku tidak puas dengan jawaban pacarku yang ngambang itu



“Ya terus kamu nolak Mang Ujang, jadi aku pikir kamu harus minta maaf ke Mang Ujang dengan cara seperti ini”, jawab Mas Rio



*Hmm masuk akal juga*, gumamku dalam hati



“Tapi Mas… Ini terlalu jauh buat aku…”, jawabku



“Ngga Yank, ini adalah saat yang tepat memamerkan keindahanmu lebih serius dari sebelumnya-sebelumnya. Kami harus lebih berani memberikan tubuhmu ke cowok lain”, kata Mas Rio



“Aku malu mas…”, jawabku merajuk



“Sudah Mas saya gapapa kok. Dikasih seperti tadi saya aja udah bersyukur sekali. Saya pamit aja kalau begitu”, kata Mang Ujang sepertinya ingin menyudahi ini semua



*Tidak boleh Mang Ujang tidak boleh pergi! Setelah kegilaan yang kulakukan hari ini, aku butuh pelampiasan, sekaligus membalas perlakuan Mas Rio*, gumamku dalam hati



#



Pikiranku pun sejenak kembali ke kejadian kemarin…



Saat aku bermain-main dengan ketiga teman Mas Rio, nafsuku tak kunjung mereda, bahkan semakin lama semakin menggila. Semalaman aku masturbasi dikamar menuntaskan syahwatku yang terus menggelora, mumpung Mas Rio tidak menjawab pesan WA ku dan menghilang entah kemana, jadi kumanfaatkan malam itu dengan masturbasi membayangkan hal-hal nakal yang terlintas di pikiranku. Tubuhku rasanya terbakar semalaman. Gairah panas menyerang tubuhku hingga memaksaku untuk terus-terusan telanjang malam itu. Nafsu syahwat itu juga memaksaku untuk tak berhenti menggerakkan jemariku ke lubang kemaluanku yang membutuhkan sebuah rangsangan



Tidak pernah kubayangkan selama hidupku, Kemaluanku ini sudah kugesek-gesekkan dengan kepala penis teman-teman pacarku. Gilanya aku melakukan dengan ikhlas tanpa diketahui pacarku. Entah apakah rasa mesum cabul ini memang sifat asliku ataukah karena aku sedang dalam pengaruh sesuatu? Aku curiga tentang obat yang disebutkan Mas Andre kemaren. Apakah semua yang terjadi padaku akibat pengaruh obat itu? Tapi aku masih merasa normal-normal saja. Hanya saja, nafsuku mudah sekali naik akhir-akhir ini dan sulit kuabaikan. Lalu, bukannya semakin mereda aku justru semakin merasa terangsang berat dan sulit sekali kukendalikan perasaan cabul ini.



Kukira birahiku sirna keesokan harinya. Ternyata dugaanku salah, rasa birahi itu juga terus semakin menyerang dan menggoda imanku selama di sekolah. Betapa tersiksanya aku menyadari kemaluanku yang rasanya sudah basah dan gatal parah selama aku mengikuti pelajaran di kelas. Kucoba kutahan mati-matian godaan birahi yang menyerang kemaluanku. Kakiku terus bergerak-gerak seperti sedang menahan kencing. Anya teman sebangkuku bahkan menyadari ada yang tidak beres denganku. Akhirnya aku habiskan waktu istirahatku untuk masturbasi hingga bel masuk berbunyi. Tetapi itupun tak langsung menyembuhkan perasaan syahwatku yang menggila.



Cobaan semakin parah saat aku sedang berduaan dengan Bayu di perpustakaan sekolah. Aku sange berat saat berduaan dengan Bayu. Cowok ganteng kapten tim basket sekolahku. Aroma parfumnya yang maskulin seperti sengaja menggoda libidoku yang seharian tak bisa kutahan. Selama kami mengerjakan tugas kelompok, aku suka mencuri-curi pandangan ke wajah Bayu, aku juga tak lupa mengarahkan pandanganku ke arah selangkangannya yang kusadari semakin lama semakin menonjol saja.



Apakah Bayu sebenarnya juga menginginkanku hingga penisnya menegang? Atau penis Bayu memang besar sehingga kelihatan menonjol terus? Aku selama ini memang tidak begitu memperhatikan penis cowok ganteng itu. Tapi kali ini, aku justru fokus kepada penis Bayu daripada memikirkan tugas sekolahku. Mungkin jika aku tidak ingat Mas Rio, aku sudah benar-benar menggoda Bayu. Ah, mengatakan hal ini saja sebenarnya aku sudah tak sanggup karena bagaimanapun aku berusaha setia menjaga cintaku untuk Mas Rio sampai kapanpun.



Beruntung tadi akhirnya, Mas Rio menjemputku sehingga aku bisa menyalurkan birahiku dengan pacarku itu sepulang sekolah. Namun sayangnya, saat aku melakukannya dengan Mas Rio, aku merasa kurang, kurang sekali malahan. Aku jenuh dengan gaya Mas Rio yang gitu-gitu aja. Tidak menarik lagi bagiku karena mungkin aku sudah terlalu sering melakukan dengannya sehingga aku merasa jenuh. Tetapi aku tidak berani bilang ke Mas Rio kalau sejujurnya aku bosan dengan permainannya yang cenderung monoton, mana cepet baget lagi Mas Rio keluarnya. Aku bahkan belum merasa puas sama sekali saat Mas Rio sudah lemas.



Aku justru diam-diam merasa suka saat Mas Rio mengutarakan fantasy gilanya kepadaku. Disaat ia memintaku membayangkan sedang ngeseks dengan cowok lain, disitulah aku semakin merasa terangsang hebat. Kuakui, bisikan-bisikan fantasy gila Mas Rio seolah menghipnotisku secara tidak sadar. Aku yang awalnya menolak justru diam-diam tertantang untuk melakukannya. Tetapi aku tidak mau mengakui itu secara langsung dihadapan Mas Rio.



Aku kembali excited dengan ide gila Mas Rio yang memintaku jalan-jalan malam-malam di area perumahanku. Aku tahu betul perumahanku ini kalau malam lumayan sepi. Mungkin hanya seorang satpam yang berjaga di pos ronda yang aku tak ingat namanya, karena aku memang jarang bersosialisasi dengan bapak-bapak di komplek perumahan ini. Menurutku memang tidak penting karena menghafal nama satpam dan bapak-bapak sekitar komplek adalah kewajiban papaku, bukan aku.



Awal berjalan memang terasa sedikit kurang nyaman bahkan terasa kikuk karena pakaian yang kupakai terlalu berani. Tidak pernah aku jalan-jalan ke luar rumahku tanpa memakai dalaman sama sekali. Ditambah udara malam yang dingin, semakin terasa menusuk puting susuku yang bersinggungan langsung dengan kaos yang kupakai. Hawa dingin itu membuat putingku mengeras hingga menonjol tercetak di kaosku. Awalnya aku risih namun ternyata justru sensasi menegangkan ini malah memacu adrenalineku. Aku yang akhir-akhir ini merasa sange terus malah merasa tertantang dengan permainan Mas Rio kali ini.



Benar dugaanku, pak satpam yang tidak kuketahui namanya itu terlihat berjaga di pos satpam dekat gang rumahku seorang diri. Beliau sosok seperti bapak-bapak kebanyakan. Badannya lumayan gemuk tetapi ngga gemuk banget. Aku terpaksa harus melewatinya agar bisa berjalan menuju gang sebelah. Kubiasakan diriku berjalan kearahnya seolah tidak ada yang aneh denganku. Walau aku sadar betul cara berpakaianku saja sudah aneh saat ini. Legging ketat transparan yang langsung bersinggungan dengan kemaluanku, terasa menggesek begitu kuat hingga membuat lubang kemaluanku itu jadi basah. Mungkin jika suasana terang, bulu jembutku akan terlihat transparan di celana legging transparan ini.



Parahnya bukan hanya basah saja vaginaku, tapi justru bertambah gatal karena terus menerus bergesekan dengan kain legging yang lumayan bertekstur. Aku paksakan kakiku berjalan seperti biasa walau selangkanganku tersiksa. Sesekali kurapatkan kedua kakiku demi menahan kemaluanku yang terasa semakin lama semakin kedutan. Saat aku mendekati pak satpam itu, aku berusaha tetap tenang. Beliau lalu melihatku dengan wajah keheranan saat berjalan ke arahnya. Demi mencairkan suasana, aku pun menyapa beliau terlebih dahulu.



Singkat cerita, terjadi obrolan singkat antara diriku dengan Pak Satpam itu. Obrolan yang awalnya sekedar basa-basi, perlahan menjadi pembicaraan yang seolah sedang menginterograsi. Aku sadari selama mengajakku berbicara mata Pak satpam itu terus mengarah ke payudaraku dan menatapku penuh rasa curiga. Ia juga bahkan mulai berani bertanya kenapa aku tidak memakai daleman dan menunjuk putingku yang tercetak dari balik kaosku. Oiya, sejak awal memang Mas Rio memintaku menyingkap kain kerudungku kebelakang agar tonjolan payudaraku kelihatan.



Betapa takutnya aku saat Pak Satpam itu semakin mengajakku kearah pembicaraan mesum. Secara terang-terangan, ia menuduhku apakah aku cewek BO-an karena pakaianku terlalu berani dan sexy. Ia juga merasa tidak pernah melihatku selama di perumahan ini sehingga ia pikir aku bukan warga sini. Iya juga menanyai berapa harga ku dengan kurang ajar. Aku sudah jelaskan kalau aku bukanlah seperti yang dia kira tetapi ia sama sekali tidak percaya dengan perkataanku. Aku sampai akhirnya terpaksa membuka omongan kalau aku adalah anak Pak Budi dan kusebutkan alamat lengkap rumahku agar beliau percaya. Tapi tidak semudah itu meyakinkan pria tua itu, sampai aku harus mengeluarkan KTPku barulah dia percaya aku warga perumahan ini.



Ia tahu sedikit tentang papaku, sayang yang ia tahu hanya penilaian negatif tentang papaku. Katanya papaku itu tidak disukai warga karena jarang bersosialisasi dengan warga sekitar. Iya, memang kuakui papaku memang terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Pak satpam itu juga bercerita selama ini jika ada jadwal ronda di perumahan, papaku juga tidak pernah hadir. Itu yang membuat warga sebenarnya semakin kesal dengan papaku yang seolah cuek dengan lingkungan sekitar. Jujur aku tidak tahu tentang hal itu sama sekali dan aku pun hanya bisa minta maaf ke Pak Satpam itu.



Aku kira pembicaraanku dengan Pak Satpam dapat segera kuakhiri setelah kuceritakan siapa aku, namun ternyata dugaanku salah, Pak Satpam itu tetap menggodaku dengan memuji keseksian dan kecantikanku. Ia juga membandingkanku dengan istrinya yang menurutnya tidak menarik lagi. Bahkan secara gamblang ia juga bilang penasaran dengan yang menonjol di balik kaosku dan pingin lihat sebentar saja. Tentu saja aku menolak mentah-mentah permintaan itu. Tetapi ia terus memaksaku dan ia juga mengancam akan melaporkan tindakanku ke warga karena dianggapnya sengaja menggoda malam-malam dengan berpakaian sexy. Ia juga mengancamku akan menyebarkan berita kalau selama ini anak Pak Budi ternyata open BO jual diri.



Tentu saja aku tidak mau nama baik papaku di perumahan ini semakin jelek akibat ulahku. Aku kemudian meminta beliau berjanji jika aku menuruti requestnya malam ini, ia tidak akan melaporkan tindakanku dan beliau pun setuju. Setelah memikirkan matang-matang, mau tak mau aku harus menuruti permintaannya. Toh ia hanya ingin melihat bentuk payudaraku saja. Deg-degan sih memang, tapi jiwa eksib yang ditanamkan oleh pacarku memang harus segera kupraktekkan sesering mungkin. Ku tolehkan kepalaku ke kiri dan ke kanan untuk memastikan lagi di sekitar pos satpam ini hanya ada aku dan beliau. Setelah dirasa aman, kuberanikan untuk mengangkat kaosku keatas agar Pak Satpam itu bisa melihat payudaraku. Gila rasanya bukan main saat kubuka pakaianku dihadapan seseorang yang bukan siapa-siapaku itu.



Mata Pak Satpam itu terbelalak memandangi payudaraku. Tatapan matanya yang terkagum itu semakin membuatku tak karuan. Antara malu, sedih, nakal, dan rasa semakin bergairah yang kurasakan pada jiwa ragaku. Kubiarkan ia berlama-lama memandangi payudaraku dengan tatapan mupeng. Jujur saja, dibawah sana vaginaku seperti meronta dan bocor dengan deras. Lendirku keluar begitu banyak hingga membuat kelaminku kedutan tak karuan. Mungkin jika tidak terhalang leggingku, aku bisa disangkanya mengompol



“Nakal ya kamu anak Pak Budi, sini saya hukum kamu…”, kata Pak Satpam itu tiba-tiba



Aku dibuat terkejut mendengar ucapannya. Rupanya Pak Satpam itu tidak hanya melihat payudaraku saja. Kali ini ia pelintir pula puting susuku hingga membuat tubuhku menggelinjang. Tangan kasarnya memilin kedua puting susuku dan aku mati-matian menggigit bibir bawahku agar tidak mendesah. Sementara itu, kurasakan handphoneku terus bergetar sepertinya Mas Rio mulai panik karena sudah lebih dari 5 menit aku tak kunjung memberinya kabar.



“Uhhh tetekmu bagus banget mbak.. pentilnya gak lebar kayak punya istri saya… Uhhh.. Nakal sekali kamu ya? Sini saya cubit pentil kamu biar kapok”, katanya sambil terus mencubit kedua pu ting susuku dengan kasar tanpa ampun



Aku terus menahan mulutku agar tidak bersuara, cubitannya tanpa rasa iba sama sekali. Putingku dipuntirnya dengan kencang dan dipencet-pencetnya dengan kurang ajar. Sengaja ia cubit kecil puting susuku hingga membuat tubuhku bergetar tak karuan. sementara itu handphoneku juga rupanya bergetar terus-terusan sehingga mau tak mau Pak Budi juga merasa terganggu dengan getaran HPku. Pak Budi menghentikan mencabuli payudaraku dan tiba-tiba menghentikan perbuatannya kepadaku



“Dicari orang rumah ya?”, tanyanya



“Sepertinya iya Pak. HAH.. HAH.. HAH...”, jawabku ngos-ngosan karena putingku rasanya lecet karena terus dicubitnya



“Yasudah kamu cepat pulang kalau gitu. Saya juga gak mau kena kasus kalau sampai ada yang mergokin”, kata Pak Satpam itu



“Eh? I.. Iya pak…”, jawabku dan aku bergegas pergi meninggalkan pos satpam



Untungnya ia tidak berbuat lebih saat itu dan akhirnya membiarkanku pergi begitu saja setelah beberapa kali telepon yang masuk ke handphoneku tidak kuangkat. Mungkin benar dia mengira daritadi yang meneleponku adalah orang rumah. Dan ia tidak mau perbuatannya barusan menjadi masalah dikemudian hari.



Sepeninggal dari pos satpam, aku langsung menghubungi pacarku dan menjelaskan mengapa aku lama tidak memberi kabar. Aku terpaksa sedikit berbohong dan tidak menceritakan satpam yang kutemui sempat mencabuli payudaraku. Aku tidak mau Mas Rio berpikir macam-macam atau bahkan ia memintaku melakukan hal yang lebih gila lagi. Walau sebenarnya aku ingin menuruti kegilaannya, tetapi tetap saja aku sedikit menjaga harga diriku di depan cowokku sendiri.



Dicabuli sebentar oleh Pak satpam, malah membuatku terangsang berat. Mana nanggung lagi sehingga nafsuku tidak terlampiaskan dengan baik. Aku lalu melihat sebuh mobil yang terparkir di pinggir jalan. Menyebalkan memang saat melihat jalan umum dipakai untuk parkir pribadi. Tercetus pikiran dikepalaku untuk masturbasi sejenak di balik mobil itu karena sedari tadi vaginaku sudah meronta kedutan dan ingin sekali dirangsang. Dan berada di belakang mobil itu rasanya cukup aman, jadi aku bisa istirahat sebentar sambil gosok-gosok kemaluan gatalku sedikit-sedikit. Kupuaskan syahwatku dengan tanganku sendiri di kegelapan malam ini dibalik sebuah mobil milik tetangga gang sebelah yang tak kuketahui namanya. Rasanya begitu luar biasa dan terasa sekali kebinalanku yang semakin tak bisa kukendalikan malam ini



Udara dingin malam ini dan minimnya pakaian yang kupakai membuat masturbasi outdoorku ini semakin nikmat dan menggairahkan. Aku tidak perlu menahan lendir cairanku dan tanpa rasa bersalah kubiarkan lendir vaginaku muncrat mengenai body mobil yang terparkir di pinggir jalan itu.



“Syukurin aku kasih lendir memekku. Salah sendiri parkir di jalan. Mangkanya bangun garasi dong Hihihi”, kataku dalam hati



Namun sayang masturbasiku tidak bisa berlama-lama karena tiba-tiba seekor anjing pemilik rumah yang mobilnya kusembur cairan vaginaku, memergokiku saat asyik masturbasi. Tatapannya begitu tajam menatap ke arah lubang vaginaku. Kepanikanku bertambah saat tiba-tiba anjing itu menggonggong begitu galak ke arahku. Aku lalu buru-buru merapikan pakaianku dan berlari meninggalkan lokasi takut suasana menjadi ramai tak terkendali. Jujur saja aku sebenarnya masih ingin menuntaskan gairahku yang belum kulampiaskan seutuhnya. Ada rasa nanggung yang kurasakan namun yasudahlah, mau bagaimana lagi



Aku merasakan debaran jantungku semakin cepat saat kusadari beberapa saat lagi, aku harus melewati rumah yang biasa dipakai nongkrong berandal-berandal itu. Sekelompok orang yang suka mengganggu dan kadang tertawa-tertawa dengan kencang malam-malam hingga terdengar sampai rumahku. Mana aku lagi sange berat lagi. Aduh…



Aku sempat berpikir menyerahkan tubuhku agar diperkosa anak-anak berandal yang rumahnya hanya terletak beberapa meter dari posisiku saat ini. Tetapi setelah kutimang-timang hal itu terlalu nekat. Terlalu banyak pertimbangan jika aku sengaja menyerahkan diriku ke mereka, jadi aku putuskan untuk bisa segera pulang dan berharap Mas Rio kembali dapat memuaskan gairahku. Kuputuskan untuk berlari saja melewati rumah itu sambil berharap ini semua cepat selesai.



Tapi sekencang-kencangnya aku berlari, tetap saja mereka menyadari keberadaanku. Mereka bersiul menggodaku namun aku tak peduli dan terus berlari. Untungnya akhirnya aku pun bisa menyelesaikan semua misi yang diberikan oleh Mas Rio dan aku bisa sampai rumah dengan selamat



ERRRR… Tapi, ada 1 hal yang belum aku capai malam ini. Hal yang sangat penting bagiku. Yaitu memuaskan nafsu birahi diriku sendiri. Kulihat Mas Rio juga tidak keberatan aku bersama Mang Ujang. Daripada aki tersiksa sendiri dengan birahiku, aku pun memutuskan memuaskannya bersama Mang Ujang saja. Kini aku lah yang bermaksud gantian mengerjai pacarku. Aku ingin tahu seberapa kuat ia melihatku dengan lelaki lain.



#



“Mang Ujang.. sebentar”, panggilku manja sambil menahan tangannya saat hendak pergi



Kedua lelaki dihadapanku itu tercengang melihatku tiba-tiba bersuara manja. Aku tidak ingin kesempatan ini berakhir seperti ini saja. Setelah semua yang terjadi malam ini begitu menyiksa batinku karena tak kunjung memuaskan hasratku. Aku rasa Mang Ujang bukanlah pilihan yang buruk. Usianya mungkin sekitar 30 tahunan dan postur tubuhnya juga lumayan atletis. Apalagi kontolnya itu, menggoda imanku sebagai seorang cewek. Bentuknya sangat mengintimidasiku dan membuatku penasaran bagaimana rasanya. Ditambah wajahnya masih mendingan dibandingkan ketiga teman mas Rio. Bersama mereka saja aku bisa terangsang, bagaimana dengan Mang Ujang?



“Mas.. Kamu serius ijinin aku sama Mang Ujang”, tanyaku dan benar saja saja pertanyaanku membuat Mas Rio terkejut



“Serius kamu mau Yank?”, tanya Mas Rio



“Hmmm.. Yaudah aku turutin maumu..”, jawabku lugas



“Kamu serius Yank? Kok tiba-tiba berubah pikiran?”, tanyanya balik mendengar jawabanku



“Emmmm.. soalnya kamu yang nyuruh.. Oiya tapi mas…”, sengaja tak kuteruskan perkataanku



“Tapi apa?”, tanya Mas Rio



“Tapi kamu ga boleh liat aku waktu sama Mang Ujang. Aku malu”, kataku



Terlihat sekali Mas Rio tercengang mendengar perkataanku. Memang aku merasa aneh saja saat berduaan dengan cowok lain, ada Mas Rio berada di dekatku. Aku belum bisa seperti itu, rasanya aku menjahati Mas Rio jika aku bermesraan dengan lelaki lain saat ada Mas Rio, sekaligus aku juga berusaha menjaga perasaannya. Jadi aku harap Mas Rio bisa paham alasanku dan mengabulkan permintaanku kali ini



“Oke.. “, jawab Mas Rio pada akhirnya pasrah



“Yaudah kalau gitu…”, kataku



Mang Ujang yang mendengar kesepakatan kami hanya terdiam. Mungkin ia tidak menyangka aku akhirnya bersedia mau berduaan dengan dirinya. Tentu saja bukan hanya sekedar berduaan, tetapi lebih dari itu.



“Mas…”, kataku lagi



“Iya Yank?”, jawab Mas Rio



“I Love You…”, kataku dengan tulus



“Iya tau.. Yaudah kamu layanin Mang Ujang dulu gih”, pinta Mas Rio



Mang Ujang yang masih kebingungan dan mungkin juga merasa sungkan akhirnya mengikuti langkahku menuju kamar tidurku. Segera kututup dan kukunci pintuhingga Mas Rio tidak bisa lagi melihat aku dan Mang Ujang di dalam kamar. Jujur saja rasanya aneh sekali bagiku berduaan di dalam kamar bersama dengan penjual nasi goreng langgananku ini dalam keadaan telanjang bulat. Tetapi saat ini kami sudah telanjang bulat dan bisa melihat aurat tubuh kami masing-masing, jadi tidak ada gunanya kami malu-malu lagi. Apalagi tadi aku juga sudah mendesah keenakan saat dirangsang Mang Ujang walau tanpa sepengetahuanku.



Kemudian aku mencoba untuk mencairkan suasana dulu dengan Mang Ujang. Kuajak dia duduk di pinggir kasurku dan aku pun duduk disampingnya. Kulirik kontol Mang Ujang yang terlihat sudah lemas tapi masih juga panjang itu. Benar-benar deh itu kontol buatku semakin sange. Apakah aku memang aslinya se-hyper ini? Aku pun juga tidak yakin dengan apa yang kurasakan. Saat ini aku juga bingung harus berbuat apa dengan Mang Ujang. Terlihat sekali kami berdua merasa canggung satu sama lain. Kemudian aku putuskan untuk mencoba mengajak Mang Ujang berbicara agar suasana jadi lebih akrab. Mungkin dengan cara ini aku dan Mang Ujang tidak kikuk lagi dan bisa lebih nyaman selanjutnya



“Mang Ujang….”, panggilku lirih



“I.. Iya Mbak?”, kata Mang Ujang masih terlihat sungkan



“Menurut Mang Ujang aku gimana?”, tanyaku bodoh tapi yasudah daripada aku bingung mau bahas apaan



Tidak mungkin juga aku membahas cuaca atau bahkan dunia perpolitikan dengan Mang Ujang disaat seperti ini



“EH? Cantik Mbak…”, jawab Mang Ujang masih malu-malu



“Cantik aja nih?”, tanyaku



“Ehh ya enggak.. cantik banget, putih, mulus sexy, teteknya juga bagus, memeknya juga bersih wangi…”, kata Mang Ujang tersipu



“Makasih ya Mang hihihi.. Mang Ujang lebih suka aku bugil gini apa aku pakai baju?”, tanyaku lagi



Wajah Mang Ujang semakin tertunduk. Tak kusangka lelaki yang tadinya begitu ganas merangsangku ini seketika menjadi lelaki pemalu yang gemar menundukkan pandangan. Mungkin hubungan antara penjual dan pelanggan selama beberapa tahun ini sedikit membuatnya tidak enak. Padahal aku sendiri awalnya juga merasa seperti itu. Tapi aku pikir-pikir tidak ada gunanya kami saling jaim setelah apa yang sudah terjadi diantara kami. Apalagi kontol Mang Ujang itu benar-benar menggoda imanku sehingga aku semakin penasaran. So, kayaknya sedikit open minded lebih baik menurutku



“Mbak Echa cantik waktu pake baju ataupun waktu bugil”, jawab Mang Ujang sambil menggaruk rambutnya



“Hmmm sama aja dong kalau gitu.. Aku kira Mang Ujang lebih suka aku kalau bugil gini…”, godaku lagi sambil memamerkan payudaraku yang tanpa penutup sama sekali itu.



“Eh.. Iya mbak saya lebih suka kalau Mbak Echa bugil….”, kata Mang Ujang buru-buru merevisi jawabannya



“Ohhh.. hihihi.. masak sih?”, tanyaku



“Errr.. Iya…”, jawab Mang Ujang tertunduk



“Mang Ujang pernah liat cewek bugil gak?”, tanyaku penasaran



“Pernah Mbak..”, jawab Mang Ujang singkat



“Oiya pasti lihat pacarnya ya?”, selidikku



“I.. iya.. Hehehe.. sama dari film bokep…”, jawabku Mang Ujang



“Ohhh.. suka bokep juga ya Mang? Btw, Pacar Mang Ujang tinggal di perumahan ini?”, selidikku lagi



“Iya suka mbak kalau saya pingin saya biasa liat bokep.. Pacar saya ngga tinggal disini tapi di kampung sebelah”, jawab Mang Ujang



*Duh kok aku malah rada cemburu ya dengar Mang Ujang punya pacar… Bikin penasaran aja nih orang*, gumamku dalam hati



“Oiya? Pacarnya kerja juga Mang di kota ini?”, tanyaku



“Iya, pembantu rumah tangga mbak…”, jawab Mang Ujang



“Ohhh.. pacarannya sudah lama Mang?”, tanyaku



“sekitar 4 bulan Mbak…”



“Kalau boleh tau sudah ngapain aja?”



“Errr ya biasa mbak.. Kalau pacaran ngapain aja. Mungkin kayak Mbak Echa sama pacarnya… Hehehe…”, jawab Mang Ujang terlihat mulai enjoy ngobrol denganku



“Yakin kayak aku sama pacarku? Berarti Mang Ujang ngebolehin pacarnya sama laki lain?”, godaku



“Eh ya nggak Mbak.. gila aja.. Saya cemburu dan pasti akan marah!”, jawab Mang Ujang



“Hihihi.. Gak boleh egois atuh Mang”, aku tertawa kecil mendengar jawaban Mang Ujang, ya memang sewajarnya begitu



“Kalau Mbak Echa sendiri awalnya gimana kok bisa gini pacarannya?”, tanya Mang Ujang penasaran



“Aku awalnya juga ngga mau Mang. Bahkan sampai saat ini aku juga masih suka nolak kalau disuruh cowokku aneh-aneh. Tetapi semakin sering cowokku minta aneh-aneh, lama-lama aku juga penasaran Mang gimana rasanya kalau aku turutin permintaan pacarku yang nyeleneh…”, jawabku



“Lalu?”, tanya Mang Ujang kali ini yang penasaran



“Ya awalnya aku malu tapi ya lama-lama mau Mang.. Terus aku mulai dibiasakan pakai baju sexy kalau pas lagi diluar rumah, terus dia juga suka mamerin foto-fotoku ke temen-temannya..”, lanjutku



“Wah sampai gitu Mbak? Apa ga cemburu ya pacarnya? Apalagi Mbak Echa cantik lho…”, kata Mang Ujang polos



“Ya begitulah Mang.. Aku juga awalnya mikir ini semua terlalu gila tapi saat aku lakuin ternyata memang gila beneran. Hehehe.. tapi aku juga malah makin penasaran dan kepingin nyoba hal yang lebih… Lalu aku juga merasa hubunganku sama cowokku semakin kuat lho Mang.. Aku merasa tambah sayang dan dia juga tambah sayang sama aku…”, kataku



“Masak sih Mbak? Kalau saya ya mikirnya sakit hati liat cewek saya kalau secantik Mbak Echa berduaan sama cowok lain…”, kata Mang Ujang kembali mengusap-usap rambut ikalnya



“Iya mungkin ini yang namanya keikhlasan level dewa Mang. Hihihi.. Udah jangan terlalu dipikirin”, kataku



“Ya deh mbak…”, kata Mang Ujang



“Sekarang aku yang nanya, Mang Ujang sering ML sama ceweknya?”, tanyaku juga kepo



“ML apa mbak?”, tanya Mang Ujang bingung



“Anu.. bersetubuh Mang”, kataku



“Ohh.. jarang sih Mbak, kalau juragan cewek saya ngga dirumah baru dia nginep di kos-kosan saya. Kalau saya lagi pingin tapi dia gak bisa baru saya liat bokep buat muasin nafsu saya”, kata Mang Ujang mulai lebih banyak bercerita kali ini.



“Eh boleh emang Mang cewek nginep di kos cowok?”, tanyaku terkejut



“Boleh kok kan kos-kosan campur.. dan ngga ada yang jaga jadi bebas gitu”, jawab Mang Ujang



“Oohhh.. Enak juga ya…”, kataku lirih



“Mbak Echa mau nyoba nginep dikosan saya nih? Heheheh”, kali ini Mang Ujang mulai berani menggodaku



“Eh enggak kok.. Nanti pacarnya Mang Ujang marah”, kilahku



“Ya kan dia ngga tau jadi ya gak bakal marah. Heheheh…”, goda Mang Ujang kali ini ia mulai berani memeluk punggungku dengan tangannya



Aku hanya terdiam saja, suasana ini membuat hawa kamarku semakin panas saja. Saat tangan Mang Ujang menyentuh punggungku, rasanya begitu hangat sekali. Jantungku semakin berdebar-debar, tidak kusangka aku berduaan dengan Mang Ujang dikamarku dalam keadaan telanjang bulat selama ini. Dan kubiarkan lelaki itu memeluk punggungku, sementara di luar kamar masih ada pacarku.



“Errr.. aku harus ijin pacarku dulu mas kalau gitu…”, jawabku ngasal



“Nanti saya ijinkan ke cowokmu Mbak.. Tenang aja”, kata Mang Ujang kali ini ia mulai mencium pundakku



“Sshh.. Mang…”, desahku lirih menahan kegelian



“Saya juga sebenarnya masih ada rasa sama Mbak Echa..”, Kata Mang Ujang sambil menyibak sedikit kerudungku dan ia kecupku leherku perlahan



“Mang… Aahh.. Tapi Mang Ujang sudah punya pacar”, jawabku sambil menahan geli



“Kalau gitu kamu jadi selingkuhan saya aja”, kata Mang Ujang



“Hmmm.. Kalau boleh Jujur aja aku juga nyesel pernah nolak Mang Ujang…”, kataku kali ini membuat Mang Ujang berhenti mencumbuku



“Lho nyesel kenapa mbak? Saya ya sadar diri kok orang saya cuma penjual nasi goreng jadi wajar Mbak Echa nolak saya”, kata Mang Ujang



“Bukan Mang.. aku ga mandang kerjaan Mang Ujang apa…”, jawabku



“Terus Mbak Echa kenapa nyesel?”, tanya Mang Ujang penasaran



“Itu.. Kontol Mang Ujang ternyata gede banget. Aku nyesel udah sia-siain kontol segede itu. Hihihi..” kataku sambil menunjuk ke arah batang kemaluan Mang Ujang malu-malu



“Ah Mbak Echa bisa aja. Emang sama kontol pacar Mbak Echa besaran siapa?”, tanya Mang Ujang kali ini



“Jauh.. Besar punya Mang Ujang lah. Punya cowokku standar ukurannya”, jawabku sambil mulai mengurut perlahan kontol penjual nasgor itu tanpa permisi



“Uhhhh.. Saya gatau kalau Mbak Echa ternyata doyan kontol. Hehehe…”, kata Mang Ujang sambil ia buka selangkangannya agar aku lebih leluasa mengurut kemaluan penjual nasgor itu



“Suka dong Mang.. Kan aku cewek jadi ya suka kontol..”, kataku sambil kuurut terus kontol Mang Ujang hingga ia sesekali meringis



“Aaaahhh.. Enak banget kocokanmu Mbak.. Sssshhhh…”, kata Mang Ujang sambil membiarkan tanganku mengocok kemaluannya semakin cepat



“Maafin aku ya Mang mungkin dulu udah nyakitin perasaan Mang Ujang karena pernah nolak Mang Ujang”, kataku lagi



“Heheheh dimaafkan enggak ya? Hmm ada syaratnya mbak..”, kata Mang Ujang sambil tersenyum licik



“Apa itu Mang?”, tanyaku penasaran



“Kamu cium saya sekarang”, kata Mang Ujang sambil terkekeh mesum



“Sudah gitu aja?”, tanyaku memastikan



“Iya”, kata Mang Ujang



“Mpphhhmmm cupppp”, kucium bibirnya pelan-pelan



Aku yang sudah horny mau mau saja mencium Mang Ujang. Karena bagaimanapun tadi saat mataku ditutup aku pun telah berciuman dengannya. Bedanya kali ini aku melakukan atas inisiatifku sendiri. Walau mulutnya bau bawang aku tidak peduli lagi, tanpa ragu aku cium bibit Mang Ujang dan kuhisap perlahan bibir kasarnya. Lalu Mang Ujang membalas lumatanku dengan permainan lidahnya yang tak kalah liar. Lidahku saling menindih dan saling menyerang dengan lidah kasar Mang Ujang. Mang Ujang menyeruput habis bibirku hingga aku kesulitan bernafas.



“Makasih ya Mbak sudah bersedia cium saya. Heheheh”, Ujar Mang Ujang



“Jadi dimaafin ngga nih?”, godaku



“Belum.. Heheheh…”, jawab Mang Ujang



“Mang Ujang minta apa lagi…..”, tanyaku saking kesalnya karena sulit sekali ia memaafkanku



“Sini emut kontolku manis, saya suka disepong Mbak Echa”, ujar Mang Ujang menggodaku



“Hmmm iya deh, tapi janjibya nanti dimaafin… Aku emut kontolmu ya Mang…”, kataku dan aku pun langsung mendekatkan kepalaku di selangkangannya



“Hahahah.. Mbak Echa ternyata nakal juga ya.. Tau gitu dulu saya langsung ewe aja gak pake sungkan-sungkan.. Aaahhh… mantab sekali seponganmu mbak”, kata Mang Ujang menggeliat keenakan karena ku kulum kontolnya yang mulai mengeras itu



Bodoamat Mang Ujang menganggapku binal sekarang. Aku sudah begitu terangsang melihat kontol Mang Ujang yang menggoda itu. Nafsuku yang sudah kutahan akhir-akhir ini harus kulampiaskan malam ini juga. Aku lalu turun dari kasurku dan berlutut di selangkangan Mang Ujang agar lebih leluasa menjilati kemaluannya itu. Kujilati dengan perlahan dengan penuh kenikmatan hingga Mang Ujang mendesah keenakan



“Ouhhhh… mantab benerrr.. Mimpi apa saya bisa disepong Mbak Echa. Heheheh”, Mang Ujang terus merancau



Ia lalu membelai kerudungku dan membiarkanku mengemuti kemaluannya yang warnanya kecokelatan gelap itu sesuka hati



“Ouhhh.. mantab-mantab.. Cewek pinter….”, Ujar Mang Ujang sambil terus menikmati sepongan dan jilatanku pada batang kemaluannya



Posisi Mang Ujang sudah tidak lagi duduk di kasurku, lelaki itu sudah rebahan di kasurku sedangkan aku dengan giat terus menjilati penjual nasi goreng yang dulu pernah nembak aku itu.



“cowokmu pasti bangga punya cewek pinter muasin kontol kayak kamu Mbak.. Hehehe”, puji Mang Ujang sekaligus merendahkanku



Batang kecokelatan Mang Ujang sudah semakin mengeras setelah beberapa saat kuurut dan kuemut dengan tangan serta mulutku. Aku pun lalu kembali menjilati kepala kontol Mang Ujang dengan liar. Lubang kencingnya kujilati tipis-tipis dengan lidahku Membuat Mang Ujang kegelian. Lalu setelah kepala kontolnya basah oleh air liurku, aku lalu memasukkan seluruh batang kontol Mang Ujang ke mulutku. Terasa sekali bedanya dengan kontol Mas Rio. Kontol Mang Ujang benar-benar terasa sesak dan memenuhi rongga mulutku



“Aaahhh.. jancuk enak bener emutanmu Mbak.. Aahhhh”, kata Mang Ujang



*Sluruppp slurppppp sluruppp*, aku terus menjilati batang kontol Mang Ujang penuh kenikmatan



Sensasi tekstur urat keriting di batang kontolnya sangat mengasyikkan saat dijilat. Terasa begitu gentle sekali kontol Mang Ujang di dalam mulutku ini. Batangnya sangat keras dan mantab sekali saat kujilati



Setelah puas kusepongi kontolnya, Mang Ujang menarik tubuhku hingga tubuh telanjangku kini menindih tubuh telanjangnya. Kami berpagutan mesra setelah itu. Mang Ujang menciumi bibirku penuh nafsu. Kali ini ia sudah tidak canggung lagi karena ia tahu aku tidak sealim yang disangkanya. Aku balas ciumannya tidak kalah nafsunya. Kubiarkan ia menyedoti lidahku hingga menimbulkan suara decikan yang berisik. Ia kulum lidahku dan secara bergantian kami saling mengulum lidah. Gila sekali rasanya aku bisa berciuman sepanas ini dengan penjual nasi goreng langgananku malam ini



Kemudian Mang Ujang menyingkap kerudungku kebelakang dan tanpa sungkan lagi ia langsung menyerang leherku. Mang Ujang langsung menciumi leherku perlahan sambil sesekali dijilatinya secara merata. Aku mendesah menikmati perlakuannya kepadaku. Jujur saya bagian leher adalah salah satu titik sensitifku. Jika diciumi seperti ini nafsuku semakin tak terkendali. Kudongakkan kepalaku agar Mang Ujang lebih leluasa mencumbu leherku, bukan hanya cumbuan kali ini, ia lebih terasa mencupangi beberapa bagian leherku dengan ganas Penuh nafsu. Mulutnya bergerak secara acak menggigiti beberapa bagian leherku. Sementara aku hanya bisa pasrah sambil mendesah kesakitan saat penjual nasi goreng itu sudah memberikanku bekas gigitan yang membuat kulit leherku kemerahan di beberapa bagian.



“Ouuuhhh Mang.. Aaaahhhh…”, desahku manja



Sengaja aku gerakkan tubuh sexy diatas tubuh Mang Ujang, beberapa kali ujung kemaluan kami bersinggungan dan rasanya sangat enak sekali. Kontol Mang Ujang terasa begitu padat dan keras saat mengenai bibir lubang kemaluanku dan sesekali kemaluannya tergelincir sedikit masuk di belahan memekku yang sudah licin. Pikiranku tak lama kemudian berkhayal seandainya dulu aku menerima cinta Mang Ujang mungkin keperawananku sudah diambil olehnya



Luar biasa, kontol Mang Ujang benar-benar menggoda lubang kemaluanku. Bersinggungan berkali-kali dengan kontolnya, membuat memekku ingin sekali dimasukinya. Terbayang kedua kemaluan kami saling bertemu dan menggesek penuh nikmat, membuatku semakin bergairah tak karuan. Lendir vaginaku tumpah begitu basah membeci permukaan bibir kelaminku. Aku yang sudah tak tahan semakin bersemangat menggesekkan bibir kemaluanku ke kepala kontol Mang Ujang. Kurasakan kepala kontol Mang Ujang mulai terselip sedikir lebih dalam saking basahnya vagianku.



“Aaahhhh… Enak…”, desahku nakal



“Kamu mau saya maafkan mbak?”, goda Mang Ujang



“Iya Mang…”, jawabku keenakan saat kugesekkan bibir memekku dengan kepala kontol Mang Ujang



“Kamu mohon ke saya buat entot memek kamu kalau gitu…..”, ujar Mang Ujang mengejutkanku



“Apaaaa?”, aku tidak percaya dengan ap yang kudengar



“Mau enggak?”, tanya Mang Ujang lagi



“Errr.. Iya mau… tapi…”, jawabku



“Tapi apa?”, tanya Mang Ujang



“Ngg.. Nggak jadi…”, jawabku



Mungkin ini lah saat yang tepat bagiku untuk buka segel. Segel yang selama ini menahanku untuk berbuat gila lebih jauh. Dipikiranku sempat terbayang ip**ne yang dijanjikan oleh pemuda berwajah Korea bernama Kevin itu jika aku memberikan keperawananku untuknya. Tetapi… Aku merasa itu bukanlah keputusan yang tepat jika kujual keperawananku demi ip**ne. Aku juga akan merasa bersalah kepada cowokku Mas Rio jika aku jual diri demi sebuah HP mahal.



Tetapi kesempatan dengan Mang Ujang saat ini adalah kesempatan yang langka buatku. Cowokku juga kelihatannya tidak keberatan aku dengan Mang Ujang. Aku pun juga tahu Mang Ujang ada rasa denganku, jadi mungkin tidak ada salahnya aku berikan keperawananku untuknya. Sekaligus sebagai pengganti kata maaf untuknya.



“Ayo minta saya entot kamu mbak!”, perintah Mang Ujang



“I… Iyaa… Mang Ujang, masukin kontol Mang Ujang.. Entot memek saya Mang…”, pintaku memohon



“Aaahhh.. sialan enak bener liat Mbak Echa memohon dientot. Heheheh”,Kata Mang Ujang sambil mulai ia dorong kuat-kuat batang kontolnya ke vaginaku



“Aaahhhh..”, pekikku karena rasanya bukan main saat kontol besar Mang Ujang masuk ke dalam liang senggamaku



“Saya masukkan kontol saya ke memekmu ya mbak. Sempit banget.. Aaahhh…”, kata Mang Ujang sambil ia tekan kontolnya ke lubang vaginaku lebih kuat dan kurasakan vaginaku mulai terbelah oleh kontolnya



“Eeehhhh.. Mang pelan… Aaaahhhh..” desahku sambil berusaha menghindari kepala kontolnya yang mulai meringsek masuk



Tapi gerakanku sia-sia saja. Kontol Mang Ujang begitu memburu bibir vaginaku, ia terus mencoba mencoblos vaginaku dengan kontolnya. Sekali lagi ia dorong lebih kuat batang kerasnya hingga kembali kemaluan penjual nasgor itu masuk ke vaginaku. Aku merasakan rasa perih pada vaginaku, rasanya selaput daraku mulai robek saat benda kaku itu terus meringsek masuk ke dalam kemaluanku.



Tubuhku langsung terasa lemas, dan aku biarkan saja Mang Ujang yang kembali menyetubuhiku. Kontol keras Mang Ujang telah menjebol keperawananku. Kuakui dalam hatiku yang terdalam, aku juga menginginkan bersetubuh dengan lelaki. Walau aku ingin melakukannya dengan pacarku, tetapi sayangnya ia terlihat tidak siap menjebol keperawananku. Justru Mang Ujang yang dengan penuh keberanian melakukannya tanpa ragu.



Aku pun tidak masalah, karena Mang Ujang juga pernah menyukaiku, jadi kujadikan alasan itu sebagai pembenaranku melakukannya dengan Mang Ujang. Kurasakan kontol Mang Ujang perlahan masuk membelah vaginaku Semakin dalam. Rasanya sangat sakit sekali dan tubuhku seolah terbelah akibat ulah kontolnya. Kemaluan kaku itu begitu kuat menyeruak masuk menggesek dinding kemaluanku yang masih sempit.



Ingin kutarik lepas kontol itu dari memekku saking sakitnya namun sebagian diriku yang lain juga menginginkan ia menyetubuhiku. Kapan lagi aku punya kesempatan disetubuhi kontol kekar seperti milik Mang Ujang. Kudiamkan tubuhku diatas tubuh Mang Ujang sedangkan kontol Mang Ujang semakin masuk ke dalam kemaluanku dari bawah



“Ouuuuhhhhh.. Mang… Sakitt…”, desahku



“Sempit banget memekmu sayang…”, ujar Mang Ujang sambil tak menyerah ia tanamkan lebih dalam batang kontolnya ke liang senggamaku



“Aaahhh.. Mang sakit… Uhhh…”, lenguhku



*Maafkan aku mas… memek aku diperawanin Mang Ujang.. Kontol Mang aujang mubadzir kalau dianggurin.. Mas Rio kelamaan juga sih… Jangan marah ya… Bukankah ini yang kamu inginkan?”, kataku dalam hati



Setelah aku tersiksa dengan gairah yang menghantui tubuh serta pikiranku akhir-akhir ini. mungkin inilah saatnya, aku serahkan keperawananku kepada lelaki yang tepat. Sekaligus ini sebagai bukti keseriusanku meminta maaf pada Mang Ujang karena pernah menolak cintanya



“Mang... Aaahhh… Sssshhh..”, desahku manja dan Mang Ujang semakin mendorong masuk kemaluannya semakin dalam dengan gerakan tanpa keraguan



“Enak?”, tanya Mang Ujang sambil berhenti mendorong kontolnya masuk ke kemaluanku



“Eehh.. Enak.… Mang.. Jangan berhenti…”, jawabku tersipu malu



“Dengan senang hati Sayang…”, katanya dan kembali ia hentakan berkali-kali vaginaku dengan batang kontolnya, hingga rasanya semakin merobek selaput daraku



*Jleb jleb jleb* kemaluan kami saling menggesek



“Jangan kenceng-kenceng sakit… Auwwww..”, pekikku saat menyadari Mang Ujang semakin cepat mencoblos kemaluanku



Kakiku gemetaran hebat ternyata sakitnya lumayan juga. Kontol Mang Ujang akhirnta benar-benar menjebol keperawananku. Kontol yang kokoh kekar dan keras itu memang layak menjebol keperawananku. Kemaluanku terasa kedutan dan sesak karena dimasuki kontol Mang Ujang yang besar dan panjang.



*Jleb jleb jleb*



Mang Ujang mulai bersemangat memompa kemaluanku dengan kontolnya. Temponya terasa makin lama makin cepat. Vaginaku rasanya perih tak karuan dan juga semakin basah, sepertinya selaput daraku hingga mengucurkan darah. Mang Ujang sepertinya juga merasakan hal yang sama dan ia terkejut melihat ada bercak darah yang menempel di kepala kontolnya saat ia cabut sejenak dari vaginaku. Kemudian ia mengecek lubang kemaluanku, darah segar terlihat keluar dari lubang kewanitaanku.



“Mbak Echa masih perawan?”, tanya Mang Ujang sambil menghentikan sodokannya



Aku hanya mengangguk lemah, sambil sesekali meringis karena rasanya vaginaku masih perih



“Maaf saya ngga tau Mbak.. saya kira Mbak Echa udah gak perawan…”, kata Mang Ujang



Terlihat sekali wajah Mang Ujang merasa bersalah. Ia tidak menyangka keperawananku direnggut olehnya. Mungkin ini adalah hadiah yang setimpal untuk Mang Ujang. Andai saja dulu aku menerima perasaan cintanya dan berpacaran dengan Mang Ujang, mungkin keperawananku juga akan kuserahkan kepadanya. Hal yang wajar saat ini dilakukan oleh sepasang cowok dan cewek yang sedang berpacaran. Aku kemudian mengambil beberapa lembar tisu untuk membersihkan bercak darah pada vaginaku dan kontol Mang Ujang.



“Ngga papa Mang Ujang.. Ini hadiah buat Mang Ujang karena pernah nembak aku… Keperawananku kuserahkan ke Mang Ujang. Makasih ya Mang…”, kataku



“I.. iya sama-sama Mbak… Tapi cowoknya gapapa nih?”, kata Mang Ujang



“Sssttt.. Jangan sampai tau lah Mang kalau Mang Ujang yang merawanin aku…”, ujarku berbisik



“Ehhh? Hehehe iya deh, saya jadi ngga enak bener sama cowoknya Mbak Echa”, Ujar Mang Ujang



“Udah gapapa.. dimaafin enggak nih?”, tanyaku manja



“Hmmm jawab dulu.. Kamu mau jadi selingkuhan saya?”, tanya Mang Ujang



“Nanti Mang Ujang tanya aja ke cowokku…”, jawabku



“Kenapa nanti? Sekarang aja!”, kata Mang Ujang sambil segera berdiri dan berjalan ke arah pintu kamarku dan dibukanya langsung



Terlihat Mas Rio sedang berdiri di depan pintu, celana panjangnya sudah ia pelorot hingga ke bawah dan terlihat ia memainkan batang kontolnya dengan tangan kanannya. Sepertinya Mas Rio onani sambil mendengar suara-suara desahanku dari dalam kamar.



“Mas jangan diluar ayo masuk lihat pacarnya saya entot”, ujar Mang Ujang



Sepertinya Mang Ujang kali ini sudah tidak sungkan lagi karena tahu baik aku ataupun Mas Rio sudah mengijinkannya berbuat apapun kepadaku. Mas Rio tidak banyak berkata, terlihat tatapan matanya begitu cemburu namun sepertinya ia pun juga ingin meneruskan kegilaan ini.



Lalu Mang Ujang kembali mendekatiku dan kami berciuman begitu panas didepan pacarku sendiri. Aku hanya bisa pasrah sementara kali ini Mang Ujang yang lebih aktif melumat bibirku. Kulihat tangan Mas Rio mulai mengocok kontolnya sepertinya ia tidak masalah aku bercumbu dengan Mang Ujang, merasa sudah mendapat lampu hijau, kuberanikan diriku untuk membalas ciuman panas Mang Ujang dihadapan pacarku sendiri.



Ciuman yang sangat panas dan ganas. Mang Ujang menciumi tubuhku penuh nafsu. Ia tanpa malu-malu kembali menyusu ke putingku. Aku hanya mendongakkan kepalaku membiarkan lelaki ini menetek kepadaku di depan pacarku sendiri.



“Sayangku, sekarang kamu yang entot dong gantian”, ujar Mang Ujang sambil memintaku duduk diatas tubuhnya



“Tapi mas? Aku malu…”, kataku



“Kenapa? Karena dilihatin cowokmu?”



“I.. Iya…”, jawabku



“Mas, Mbak Echa diijinkan selingkuh sama kan?”, tanya Mang Ujang kepada Mas Rio



“I.. iya boleh Mang.. “, kata Mas Rio



“Tuh cowokmu sudah ijinin, sekarang ngentot lagi yuk Mbak.. Pingin crt nih..”, ujar Mang Ujang



“Eerr… Maaf ya Mas Rio..”, kataku dan aku pun naik ke tubuh Mang Ujang



Mas Rio pun kulirik kembali mengocok, aku tidak tahu apa yang ada dipikirannya saat ini melihat pacarnya sedang bersetubuh dengan cowok lain.



“Tapi maaf ya Mang kalau enggak enak. Aku belum pengalaman soalnya”, ujarku



“Belum pengalaman tapi goyangnya tadi enak bener sampai saya ngga tahan pingin entot kamu. Heheheh”, jawab Mang Ujang



“Yaudah.. Aku masukin lagi ya Mang..”, kataku sambil kupegang kontol Mang Ujang yang masih tegang kaku itu dan kuarahkan sendiri ke vaginaku



*blessss* sekali dorongan saja kontol Mang Ujang sudah terjepit didalam vaginaku.



“Aaaahhh..”, pekikku saat kontol Mang Ujang kembali kujepit dengan vaginaku



Kali ini aku memasukkannya terasa lebih mudah dan tidak sesakit tadi, selain kontolnya yang memang keras banget, mungkin juga vaginaku sudah licin dan beradaptasi sehingga dalam sekali dorongan tubuhku, kontol Mang Ujang kembali masuk. Aku kemudian mulai naik turun di atas tubuh telanjang Mang Ujang. Kedua kelamin kami akhirnya kembali beradu, kali ini terasa lebih enak karena aku tahu kapan terasa sakit dan kapan terasa nikmat.



“Uhhhh… Sakit tapi lama-lama enak juga… Aahhhh… Aaahhh”, rancauku sambil terus naik turun di atas tubuh Mang Ujang



Kulirik Mas Rio masih terus onani saat aku main kuda-kudaan dengan Mang Ujang



Tubuhku semakin bergerak lincah diatas tubuh Mang Ujang. Kontol perkasa itu benar-benar membuatku melupakan fakta bahwa aku telah memiliki seorang pacar. Tubuhku bergerak binal secara otomatis saking nikmatnya kontol Mang Ujang yang terus menggesek dinding vaginaku yang sudah semakin licin. Mang Ujang tersenyum memandangiku yang naik turun diatas tubuhnya sambil ia mainkan kedua payudaraku yang terguncang-guncang.



“Kamu cantik banget mbak.. Mimpi apa saya bisa ngentot sama Mbak Echa. Mana masih perawan lagi…”, ujar Mang Ujang



“Jangan diperjelas dong Mang aku malu.. Aaahhhhh…”, jawabku sambil terus menggenjot kontol Mang Ujang dalam posisi Women On Top.



“Cium aku sayang”, pinta Mang Ujang



Tanpa diminta dua kali aku langsung menurunkan wajahku dan kali ini kami kembali berciuman mesra. Mang Ujang melumat bibirku dengan penuh gairah. Aku balas ciumannya tak kalah liarnya. Lidah kami saling melumat tanpa rasa jaim sama sekali seolah kami adalah sepasang kekasih. Sedangkan di bawah sana kedua kelamin kami saling beradu dan saling bergesekan. Mungkin ini adalah gesekan ternikmat yang pernah aku rasakan sejak aku lahir di dunia. Tekstur urat keriting kontol Mang Ujang benar-benar terasa nikmat menggaruk dinding vaginaku bagian dalam



*jleb jleb jleb jleb* singgungan kelamin kami semakin hangat dan becek



Tubuhku tak mau berhenti bergoyang mengulek kontol Mang Ujang. Dengan nakal kuremas payudaraku dihadapan Mang Ujang bermaksud menggodanya. Kumainkan puting susuku sendiri dan aku mendesah nakal tanpa rasa sungkan lagi walau dihadapan pacarku. Kemudian Mang Ujang duduk dan bersandar pada ranjang kasurku, wajah kami saling berhadapan. Tanganku bergelayut manja di lehernya dan kami kembali berciuman penuh kenikmatan. Lalu bibirnya dengan ganas melahap puting susuku yang sudah mengacung tegak. Ia mainkan puting susuku dengan lidahnya, ia lumat puting susuku dan sesekali ia hisap hingga membuatku melayang. Kepalaku terdongak sambil aku tetep dipangkunya. Aku sudah tak peduli di depan pintu itu, ada pacarku Mas Rio sedang memandangiku bersetubuh dengan Mang Ujang



Lalu Mang Ujang mengubah posisiku, kali ini aku ditindihnya dan sekali lagi dalam sekali sodokan, kelaminnya kembali masuk ke liang senggamaku kedua kelamin kami saling beradu dan rasanya memang nikmat sekali. Tiap sodokannya terasa mantab menggaruk kelaminku. Aku tak bisa berhenti mendesis menerima keperkasaan kontol Mang Ujang



“Memek kamu nikmat sekali Mbak Echa.. Aaahhhh… Sempit”, puji Mang Ujang



“Kontol Mang ujang juga enak banget.. Ouhhh.. terus mang sodok memek aku…”, pintaku nakal



“Pasti sayang, aku gak bisa berhenti sodok memek kamu Mbak… Memek kamu jauh lebih nikmat dibanding memek pacar saya…”, puji Mang Ujang lagi



“Uuuuuhh.. Mang dipuji gitu aku jadi makin terangsang nih… Aaaahhh…”, jawabku



“Aku cinta kamu Mbak.. Aku sayang kamu Mbak Echa.. Aaaahhhh.. Oohhh…”, kata Mang Ujang sambil terasa sekali sodokannya semakin mantab meyentuh rahimku



Sungguh aneh rasanya, tak kusangka ia kembali menyatakan cinta kepadaku dan parahnya itu ia katakan di depan pacarku. Sungguh aneh rasanya, ia menyatakan sayang kepadaku, disaat kelamin kami saling beradu dan dipandangi oleh pacarku. Dan yang membuatku terasa aneh lagi, ia katakan cinta disaat aku dan Mang Ujang telah memiliki pasangan masing-masing



“Aaaaahhhh.. Mang Ujang.. Iya aku juga sayang Mang Ujang… Aaahhh..”, aku pun menjawab apa adanya



“Arrrggghhh.. Aku keluar Mbak….”, kata Mang Ujang dan buru-buru ia cabut kontolnya dari rahimku.



*Crottt crotttt crotttt crottttt* sperma kental Mang Ujang muncrat mengenai perut serta jembutku



Sungguh spermanya terasa sangat kental juga hangat. Kuantitasnya juga sangat banyak dan terasa begitu lengket di perut serta bulu kemaluanku. Nafas kami berderu setelah persetubuhan panas yang kami lakukan malam ini. Kubiarkan sejenak ia menindihku sambil melepas lelah.



“Mang Ujang… Hah hah hah…”, panggilku sambil tersengal-sengal



“Iya mbak?”, jawabnya lirih karena tak kalah lelahnya



“Ma.. makasih…”, kataku sambil tersipu malu



“Untuk apa mbak?”



“Pokoknya makasih.. Udah itu aja!”, jawabku kembali semakin tersipu malu



Lalu ia tarik lepas kerudungku hingga rambutku yang kuikat terbuka dihadapannya, sambil kemudian ia langsung membelai rambutku yang sudah lepek terkena keringat. Ia kecup keningku penuh rasa sayang. Dan entah mengapa aku merasa nyaman dengan perlakuannya. Mang Ujang memperlakukanku dengan baik. Ini berbeda sekali dengam imajinasi yang diminta oleh pacarku. Padahal ia memintaku membayangkan Mang Ujang memperkosaku. Tetapi apa yang terjadi justru berbanding terbalik, Mang Ujang memperlakukanku rasa pacar, dan kubiarkan saja perlakuan manisnya kepadaku.



*Cupppp.. mpphhh..*, Mang Ujang kembali mengecup bibirku



Sebuah kecupan kecil, namun aku merasakan kecupan ini terasa beribu makna. Aku hanya memejamkan mata dan membiarkan bibir kami saling bertemu untuk beberapa waktu. Kemudian Mang Ujang turun dari tubuhku dan tertidur disampingku.



Aku pun melihat ke arah Mas Rio. Tatapan mata pacarku itu sangat menakutkan. Kulihat kontol Mas Rio masih tegak, dan terlihat lebih keras daripada biasanya. Ia kemudian mendekatiku dan menarik tubuhku ke ruang tamu.



Tubuhku langsung dibanting diatas sofa dan diposisikannya tubuhku mengangkang. Mas Rio kemudian dengan penuh nafsu mengarahkan kontolnya ke memekku tanpa babibu. Dalam sekali dorongan saja, kontol Mas Rio sudah masuk ke dalam lubang vaginaku lalu ia mulai menggenjotku dengan cepat. Ia tidak banyak bicara kali ini. Mungkin ia masih marah dan kesal, mungkin juga ia sudah terlalu bernafsu. Entahlah aku tidak berani menanyakannya.



*Jleb jleb jleb*



Aku pun tidak banyak berkata dan hanya terdiam menikmati perlakuan Mas Rio padaku. Biarlah pertemuan kedua kelamin kami menjadi satu-satunya komunikasi diantara kami saat ini. Aku terus melenguh manja dan kunikmati benar-benar kontol pacarku itu maju mundur dijepitan kemaluanku. Akhirnya aku merasakan kontol pacarku sendiri menggesek kemaluanku.



Aku hanya terus mendesah dan mendesis karena pertemuan kelamin kami, demikian juga dengan Mas Rio. Ia sesekali mendesah keenakan menikmati lubang memekku yang hangat berlendir. Tak lupa ia juga mencium bibirku dengan lembut. Sebuah kecupan ringan tapi penuh makna. Aku biarkan ia mencumbuku beberapa kali. Gesekan kemaluan kami dibawah sana juga makin terasa nikmat dan intens, kontol Mas Rio terus menggesek kemaluanku dengan cepat. Walau kontol Mang Ujang kuakui terasa lebih mantab, tapi dengan Mas Rio aku melakukannya atas nama cinta. Mungkin karena itulah aku melakukannya tanpa beban dan mengalir saja.



10 menit sudah aku disetubuhi oleh pacarku dalam posisi yang sama…



“Yank..”, Tiba-tiba Mas Rio memanggilku



“Aahhh.. Iya mas?”, tanyaku



“I love you…”, ujar Mas Rio membuatku tersipu malu



Akhirnya aku lega, Mas Rio tidak semarah yang kukira. Walau jujur saja tetap saja aku merasa bersalah kepadanya. Ia telah melihat kebinalanku, ia juga telah melihat bagaimana aku menikmati kontol cowok lain di depan matanya, tetapi ia kembali mencintaiku. Bahkan aku merasa kali ini rasa cintanya kepadaku semakin besar saja.



“I love you too, mas…”, jawabku dan kukecup bibirnya penuh rasa sayang



*Terima kasih Mas Rio…*, ujarku dalam hati hingga tanpa terasa aku meneteskan air mata





#bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd