Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Berbagi Itu Indah (Remake)

Bimabet
Chapter 10 : Ojol Cabul



POV : Echa



Wajahku pucat pasi, saat membaca sebuah chat WA yang masuk ke ponselku. Menghentikan sejenak kegiatan makan siangku hari ini. Kulirik kiri dan kananku, memastikan tidak ada orang yang bisa melihat ke arah layar ponsel yang kugenggam. Terutama aku memastikan layar handphoneku aman dari si Anya, sahabatku yang saat ini sedang asyik menyantap semangkok mie instan disampingku.



Kulihat Anya tidak peduli dengan apa yang kulakukan. Iya asyik menikmati semangkok mie kuah hangat tanpa menoleh sama sekali. Gadis cantik yang periang, ia tidak sepertiku yang berkerudung. Rambutnya yang sebahu ia kuncir ekor kuda. Kulirik leher Anya yang berkeringat, mungkin mie instan yang ia makan terlalu pedas. Atau bisa juga karena kantin sekolahku yang terlalu panas.



Kubaca sekali lagi sebuah pesan WA yang masuk ke ponselku. Memastikan aku tidak sedang halusinasi. Ternyata memang tidak, pesan itu benar-benar nyata masuk ke dalam whatsappku. Sebuah nomor tak dikenal mengirimiku sebuah foto. Foto yang tak asing bagiku dan aku langsung tau siapa pelakunya.



Pikiranku tiba-tiba kembali teringat kejadian saat itu. Mungkin hal gila itulah yang pertama kali kulakukan. Hal yang kusembunyikan dan kurahasiakan dari pacarku. Walau itu semua terjadi karena kegilaan fantasy pacarku. Kejadian dimana Aku dicabuli oleh seorang bapak ojol yang usianya mungkin mendekati kepala 5. Didepan teras rumahku, saat kondisi sudah sangat sepi dan sudah lumayan larut.



Tiba-tiba aku teringat tubuh bapak ojol yang baunya tidak sedap meringsek ke hidungku. Lelaki paruh baya yang perutnya gelambir penuh lemak. Apalagi kontolnya yang berjembut lebat dan aromanya pesing itu, aku benar-benar mengingatnya. Benda hitam tebal nan keras menjijikkan itu bahkan sudah kukulum dan kujilati. Awalnya aku memang ingin muntah saat aku mengulumi kemaluan bapak itu. Aku bahkan tidak pernah berpikir akan menjilati kontol seorang lelaki yang usianya sudah jauh diatasku. Mungkin selisih usia kami sekitar 25 tahunan lebih.



“Halo mbak… Masih ingat saya?”, ketiknya sambil ia kirimkan sebuah fotoku saat sedang pose sexy atas perintahnya



Pose yang sangat menantang. Kedua tangan kuletakkan diatas kepalaku dan payudaraku terekspose sempurna. Untungnya resolusi kamera bapak ojol itu jelek sehingga hasil fotonya pecah-pecah dan penuh bintik-bintik karena kondisi yang minim cahaya. Tetapi aku tahu betul bentuk tubuhku dan juga teras rumahku. Sehingga aku benar-benar yakin foto tersebut memang diriku.



“Bapak mau apa?”, tanyaku geram



“Hehehe.. Cuma pingin silaturahmi kok”, jawabnya sambil ia kirim foto lainnya



Aku pun menghela nafas panjang dan tanpa sadar tanganku menggebrak meja. Aku begitu kesal sampai-sampai lupa saat ini aku sedang berada di kantin sekolah. Beberapa pasang mata langsung tertuju kepadaku. Termasuk sahabatku Anya yang memasang wajah melongo kebingungan melihat tingkahku yang aneh.



“Kenapa Cha??”, tanya Anya terkejut



“Eehhh? Enggak gakpapa kok”, jawabku sambil berusaha menenangkan pikiranku



Beberapa pasang mata masih melihat kearahku. Aku pun hanya tersenyum kecut sambil membalas tatapan mata orang-orang di kantin sekolah satu persatu. Seolah sedang menjawab bahwa aku saat ini sedang tidak apa-apa.



Tetapi tidak bagi Anya. Ia terus menginterogasiku bak detektif profesional. Wajar saja, karena kudapati mangkok mie instannya kali ini sudah habis tak tersisa. Sehingga kini ia fokus kepadaku.



“Ada masalah sama cowokmu?”, tanya Anya memastikan



Aku yang sudah kadung malas mencari alasan. Hanya mengangguk pelan. Tidak mungkin juga aku jujur kepada sahabatku itu kalau aku sedang kesal dengan seorang bapak ojol mesum yang sudah pernah mencabuliku.



“Kenapa cowokmu? Selingkuh?”, tanya Anya curiga



“Eehh? Enggak kok… Biasalah ada kalanya pacaran itu penuh cobaan”, jawabku mencoba bijak



“Hmmm.. Kalau dia selingkuh kamu balas selingkuh juga aja Cha. Biar impas”, goda Anya



“Hah? Enggaklah Nya.. Aku cewek setia kali..”, jawabku



“Yakin nih setia? Hihihi…”, goda Anya sambil menowel dadaku



“Anya! Paan sih, malu tahu ditempat gini!”, jawabku kesal dan kucubit lengan sahabatku untuk membalas perbuatannya



“Hihihi terus kenapa dong? Kok sampai gebrak-gebrak meja gitu”, tanya Anya terus menginterogasiku



“Ngga papa Anyaaaa.. Udah aku mau habisin makananku dulu. Habis gini masuk kelas nih!”, jawabku dan tak kuhiraukan tatapan curiga Anya yang terus mengarah kepadaku



#



Di dalam kelas, aku tidak bisa tenang dan konsentrasi ke pelajaran yang diajarkan guruku buyar. Jantungku berdebar-debar memikirkan apa yang diinginkan lelaki tua cabul itu. Aku sudah tau sebenarnya dia menginginkan apa, hanya saja aku masih tidak percaya kejadian ini begitu nyata terjadi kepadaku. Ingin sekali aku membuka handphoneku saat ini. Tetapi aku yakin Anya yang masih dalam keadaan kepo akan berusaha mengintip isi handphoneku mati-matian.



*Dreeetttt dreettt drettttt* tiba handphoneku bergetar



Memang sengaja ku silent handphoneku selama di sekolah. Sebuah nomor tak dikenal dan kuyakin nomor ini bukan berasal dari bank yang menawarkan kreditan atau dari pinjol yang sedang nagih utang. Nomor ini adalah nomor bapak ojol itu. Aku keringat dingin menerima telepon tersebut dan buru-buru ku reject karena Anya sudah menatapku dengan tatapan curiga lagi.



*Dreettt dreettt dreeetttt* handphoneku kembali bergetar untuk kedua kalinya



Wajahku pucat dan bingung harus bagaimana. Kembali ku reject panggilan telepon itu agar tidak menggangguku lagi. Kuamankan handphoneku agar Anya tidak bisa melihat siapa yang meneleponku.



“Siapa sih Cha yang telepon?”, tanya Anya



“Gak Tau. Pinjol kali”, jawabku ngasal



“Emang kamu utang ke pinjol Cha?”, tanya Anya dengan menyebalkannya



“Ya enggaklah! Buat apaan coba”, jawabku kesal



“Tadi kamu bilang dari pinjol…”, kata Anya



*Drett*, tiba-tiba handphoneku bergetar sekali.



Aku yakin kali ini sebuah pesan WA yang masuk ke ponselku. Aku yang sudah cemas dan tidak bisa konsentrasi karena bapak ojol itu terus menggangguku, memutuskan untuk ijin sejenak ke kamar mandi. Untungnya guruku mengijinkan dan aku buru-buru melangkahkan kakiku ke sebuah toilet yang jaraknya lumayan jauh dari ruang kelasku



Kukunci pintu kamar mandi dan langsung kubuka handphoneku. Benar saja rupanya lelaki cabul itu kembali mengirimkan pesan kepadaku. Kali ini lebih menyebalkan dari sebelumnya



“Angkat woi, dasar lonte! Gue sebarin foto-foto lu ke grup ojol nih”, tulisnya



Aku yang panik dengan ancaman kurang ajar dan menyebalkan itu, buru-buru membalas pesan WA nya.



“Maaf pak saya lagi di kelas tadi. Tolong jangan disebar foto-foto saya ya pak…”, jawabku masih kesal namun mencoba sopan agar si bapak ojol tidak tersinggung



Lalu handphoneku kembali berdering dan aku kembali menolak telepon itu dengan cepat



“Jangan telepon pak, WA saja”, kataku



“Hehehe.. Saya cuma kepingin denger suaramu cantik”, jawab bapak ojol



Dan kembali bapak ojol itu meneleponku. Dengan ogah-ogahan aku pun mengangkat teleponnya dan berharap ini semua cepat selesai.



“Halo.. Heheheh”, sapa bapak ojol di seberang sana



Mendengar suara dan tawanya saja aku sudah malas



“I.. Iya pak.. Ada perlu apa? Saya sedang sibuk”, jawabku sedikit ketus



“Aduh galaknya. Cantik-cantik kok galak. Kalau fotonya saya sebar masih galak nggak ya? Heheheh…”, kata bapak ojol dengan nada mengancam



“Bapak jangan macam-macam! Hapus semua foto saya pak!”, kataku masih kesal



“Hapus? Hehehe.. Rugi dong”, kata bapak ojol menyebalkan



“Kamu dimana ini mbak? Katanya di kelas kok bisa angkat telepon saya? Kangen kan sama saya?”, imbuh bapak ojol membuatku semakin geram



“I.. iya.. saya tadi di kelas sekarang saya ditoilet biar bisa angkat telepon bapak…”, jawabku



“Masak sih? Saya kok ngga percaya ya kalau lonte kayak kamu masih sekolah..”, kata bapak ojol



“Terserah bapak saja, ngga ada urusan juga bapak percaya apa enggak…”, jawabku



“Duh galaknya.. Saya video call ya biar buktiin kamu beneran anak sekolah apa bukan. Jangan-jangan cuma alasanmu aja padahal lagi ngelonte dipinggir jalan nyari pelanggan”, kata bapaj ojol dan tiba-tiba panggilan telepon berganti menjadi undangan panggilan video



Aku yang sudah tidak punya pilihan lain hanya bisa mengangkat panggilan video dari bapak ojol itu. Kulihat layar handphoneku dan kudapati wajah bapak ojol yang pipinya tembem mesum itu tersenyum ke arahku.



“Gelap bener mbak, lampu toiletnya nyalakan dong”, kata bapak ojol



Dengan kesal aku turuti bapak ojol itu dan kini wajahku terlihat jelas di layar handphone bapak ojol itu yang entah saat ini ia sedang berada dimana karena pemandangan dibelakangnya tidak begitu terlihat dan hampir 90% layar handphoneku hanya terlihat wajah tambun bapak ojol itu



“Busyetttt cantik benerr… pakai kerudung mbak kalau di sekolah?”, tanya si bapak ojol



“I.. Iya… Sudah ya pak saya mau kembali ke kelas”, jawabku dan ingin segera kuakhiri pembicaraan tidak penting ini



“Buru-buru amat… Demen saya lihat cewek kerudungan tapi sangean. Apalagi model siswi sekolah gini. Heheheh”, ujar si bapak ojol



“Bapak jangan kurang ajar. Sudah saya mau tutup teleponnya”, jawabku



“Hehehe.. Kamu tutup maka siap-siap foto-fotomu besok tersebar di internet. Temen-temen sekolahmu bakalan tahu ada lonte di sekolah mereka”, kembali si bapak ojol mengancam



“Bapak mau apa? Uang?”, tanyaku ketus



“Uang? Hahaha… orang kamu bayar makanan yang saya kirim saja kesulitan bayarnya gitu. Malah nawarin saya uang.. Lupa ya badan kamu sudah saya grepe buat ganti biaya orderan makanannya. Heheheh”, ujar Pak Ojol



“Bapak jangan fitnah. Itu karena kemarin bapak nggak ada kembalian!”, jawabku tak mau kalah



“Alasan aja kamu. Hehehe… Yasudah tadi kamu nanya saya mau apa kan? Sekarang saya jawab. Saya mau lihat kamu pipis. Hehehe”, kata bapak ojol dengan wajah mesumnya yang menyebalkan



“Bapak gila!”, kataku kesal



Mana mungkin aku buang air kecil secara live dihadapan lelaki paruh baya yang tidak kuketahui namanya ini. Sungguh ini request yang diluar nalar bagiku



“Mau lakuin nggak? Saya cuma penasaran cewek kalau kencing gimana”, kata bapak ojol



“Liat istri bapak aja!”, jawabku ketus lagi



“Saya belum punya istri. Heheheh… ”, ujar bapak ojol



*Dih, pantesan cabul*, gumamku dalam hati



“Buruan.. Keburu dicariin gurumu mbak”, kata bapak ojol itu lagi



“Tapi saya enggak kebelet pak..”, bujukku



“Ya kamu buka rok dan sempak, lalu jongkok pasti keluar. Ayo keburu foto-fotomu tersebar ini”, ancam si Pak Ojol kembali



Aku menghela nafas panjang dan merasa tidak ada gunanya berdebat dengan lelaki paruh baya cabul ini. Kemudian aku menyandarkan handphoneku di tempat aman dan mengarahkan kamera handphoneku ke diriku agar bisa menyuting diriku saat aku sedang buang air kecil.



Aku kemudian menurunkan celana dalamku hingga lutut lalu kemudian jongkok diatas closet. Kuarahkan lubang pembuangan pipisku sedikit menukik ke arah closet agar cairanku tidak muncrat kemana-mana apalagi sampai kena handphoneku.



*Currrrrrrrrr* air kencingku perlahan keluar dan kuatur tekanannya agar tidak melewati lubang closet.



Sungguh ini adalah tindakan yang memalukan juga menjijikkan mengarahkan kamera ke diriku sendiri saat sedang buang air kecil dan disaksikan melalui video call oleh bapak ojol yang tidak kuketahui namanya itu.



“Uhhh.. Banyak sekali pipismu mbak… Pasti kebanyakan minum itu.. Liatin tempikmu dong sayang kondisi masih ada kencingnya.. Kurang keliatan nih hehehe..”, tiba-tiba kudengar ia berkata dan itu sangat memalukan



Aku pastikan seluruh cairan urineku telah kubuang sebelum menuruti permintaannya lagi. Aku lalu mengambil handphoneku yang kuletakkan bersandar pada pintu, karena pintu tersebut satu-satunya posisi yang bisa tepat menghadap ke arah closet.



Kemudian kuarahkan kameraku ke lubang kemaluanku, membiarkan bapak ojol itu melihat ke arah vaginaku yang belum kubersihkan Setelah buang air kecil. Jujur saja aku malu melakukannya dan berharap ini semua cepat selesai.



“Buka lebar-lebar tempikmu cantik”, perintah si bapak ojol



Aku langsung menuruti perintahnya dan tidak mau berdebat lagi dengan lelaki cabul itu. Kubuka lebar bibir vaginaku hingga bagian dalamnya yang berwarna kemerahan terlihat



“Uuuhhh.. tempikmu seger banget sayang.. Becek sekali sampai lecek gitu.. Pasti pesing itu jembut-jembutmu.. Heheheh…”, ujar bapak ojol mengejek kondisi kemaluanku



“Su.. Sudah ya pak.. Saya mau kembali ke kelas..”, pintaku



“Buru-buru amat.. Saya tau sekarang kamu sange kan? Colmek-colmek dulu lah mumpung di toilet, kasian memekmu butuh hiburan tuh. Heheheh”, perintah bapak ojol



“Eeeehhh?? Disini?”, tanyaku tak percaya



Tidak pernah terpikirkan olehku untuk masturbasi di toilet sekolahan. Semesum-mesumnya aku, tentu saja hal ini sangatlah memalukan apalagi kalau sampai tindakanku ini diketahui orang-orang. Mau ditaruh mana mukaku yang anggota aktif OSIS di sekolah ini.



“Tapi nanti pakaian saya basah pak”, bujukku lagi



“Hmm yang dilepas dong bajunya. Cantik-cantik begok banget sih. Lepas semua kecuali kerudungmu”, kata bapak ojol



“Tapi pak…”



“Udah gak usah banyak cincong”, jawab si bapak ojol ketus



Aku lalu melirik ke arah pintu kamar mandi, memang benar dibalik pintu itu ternyata terdapat sebuah gantungan baju yang hanya berupa paku yang ditancapkan ditembok. Hanya satu buah paku dan semoga saja muat untuk menampung seragam sekolahku baik kemeja putih dan juga rok abu-abuku.



Pertama-tama, kulepas terlebih dahulu celana dalam yang dari tadi nyangkut di lututku. Setelah terlepas aku baru melepas rok abu-abuku. Mudah saja karena hanya tinggal melepas ikat pinggang dan juga pengait resleting yang terletak dibagian belakang. Setelah rokku terlepas dan kugantungkan di paku, kemudian aku mulai melucuti kancing seragamku satu persatu hingga semuanya terbuka menampakkan payudaraku yang masih terbungkus bra berwarna krem yang kupakai. Kemudian aku pun menarik lepas kemeja putihku dan kugantungkan juga di paku yang ada. Kupastikan seragamku tidak akan jatuh dari paku tersebut. Bisa gawat kalau sampai jatuh karena pasti akan kotor dan basah semua



Kini aku hanya memakai kerudung putih dan bra berwarna krem saja. Oiya, juga tentu saja tak lupa sepatu hitam lengkap dengan kaos kaki panjang yang masih menutup betisku. Suasa toilet yang lembab dan gerah ini malah membuatku berkeringat deras. Nampak bulir-bulir keringatku mulai keluar dari pori-pori kulitku, lama-lama semakin banyak dan membasahi tubuh telanjangku



“Aaahhh.. Cantik sekali.. Pake kerudung gitu jadi makin menarik kamu Mbak.. Hehehe.. Dah colmek gih keburu dicariin gurumu. Gurumu ga tau kan kalau ternyata muridnya seorang lonte? Bukannya belajar di kelas malah colmek di toilet sekolah. Hahahaha…”, kata bapak ojol terus menghinaku.



Aku hanya diam saja dihina seperti itu. Apa yang dikatakan beliau tidak salah. Diam-diam aku justru terangsang saat melakukan kegilaan ini. Tidak pernah aku berpikir telanjang di sekolah seperti saat ini. Maksimal hanya ganti pakaian saja saat ada pelajaran olahraga. Itupun hanya sekefar berganti pakaian, tidak melakukan hal mesum seperti ini. Ternyata telanjang di sekolah rasanya juga bikin was-was. Meskipun kupastikan pintu toilet tertutup rapat, tapi bayang-bayang banyak orang di luar begitu memacu adrenalineku. Siapa sangka aku yang salah satu murid berprestasi di sekolah malah masturbasi saat jam pelajaran berlangsung. Membayangkan betapa nakalnya diriku, malah membuatku berpikir untuk mencoba melakukannya.



Tanganku mulai meraba kemaluanku dan kupejamkan mataku karena tidak sanggup melihat layar handphone yang masih meperlihatkan wajah lelaki tua cabul itu memandangiku yang tengah masturbasi. Jujur saja sebagai seorang gadis yang masih normal, aku masih punya rasa malu untuk melakukan masturbasi sambil dilihatin seperti ini. Tetapi keadaan yang memaksaku untuk melakukannya. Tidak ada gunanya aku menyesali apa yang sudah terjadi, walau memang kenyataannya semua ini terjadi berawal dari kegilaan fantasy cowokku yang minta untuk direalisasikan.



Kugosok-gosok tanganku dan kumainkan lubang senggamaku dengan jemariku. Parahnya aku lupa tadi setelah kencing aku belum membersihkan vaginaku. Kurasakan cairan urineku sedikit melumasi tanganku yang bergerak semakin cepat merangsang organ intimku. Aroma pesing mulai semerbak keluar dari vaginaku dan menempel di jemariku



Entah mengapa aku merasa sangat kotor saat ini. Tapi semakin aku merasa kotor, aku justru semakin terangsang. Sesekali aku bahkan mulai mendesah menikmati masturbasiku yang dipandangi bapak ojol mesum itu.



“Ouuhhh..”, lenguhku saat telunjukku terus keluar masuk merangsang kemaluanku



“Dasar jalang murahan. Malah sange. Hehehe.. itu ngapa beha masih dipakai? Lepas aja!!!”, perintah bapak ojol



Kemudian aku pun melepas pengait braku dan kubuka payudaraku dihadapan bapak ojol yang terus memandangiku dengan tatapan cabulnya di layar handphoneku. Tak lupa kuremasi payudaraku sendiri bergantian dengan tangan kiriku. Sesekali kucubit kecil puting susuku dan kusadari puting susuku semakin mengeras. Sementara tangan kiriku merangsang payudaraku, tangan kananku asyik merangsang lubang kelaminku.



“Nah gitu, punya tetek gak usah ditutup-tutupin. Ayo colmek yang lebih hot lagi, te.. lonte.. sambil terus mainin pentilmu”, kata bapak ojol





“Aaahhh.. Iyaahh.. Ouhhh..”, aku mulai terbawa permainan sugestinya



Entah mengapa aku semakin merasa sexy dan semakin semangat melakukan masturbasi sambil dilihatin lelaki tua itu. Vaginaku sudah semakin terasa hangat berlendir. Tatapan matanya yang nakal memandangiku seperti membuatku semakin tak bisa berhenti. Aku ingin mencabuli diriku sendiri lagi dan lagi. Entah sudah berapa kali colokan yang kulakukan pada kemaluanku. Yang jelas vaginaku sudah benar-benar licin dan membuat tanganku ini semakin kesetanan melakukan hal nikmat ini.



“Ouhhh.. Ssshhhh…”, aku mendesah semakin menikmati masturbasiku



Aku sepertinya sudah tidak peduli lagi jam pelajaran yang sudah kutinggalkan beberapa saat yang lalu. Mungkin sudah hampir setengah jam aku ijin ke toilet. Entah apakah guruku mencariku atau tidak. Yang pasti, masturbasi di toilet sekolah ternyata tidaklah terlalu buruk. Perasaan was-wasnya juga masih kudapatkan dan tentu saja itu semakin memacu adrenalineku dan membangkitkan birahiku



*Klotakkk* tiba-tiba dari arah loteng terdengar suara benda jatuh



Reflek aku mendongakkan kepalaku melihat ke atas dan menghentikan perbuatanku sejenak. Jantungku semakin berdegup kencang karena saking terkejutnya mendengar suara yang muncul tiba-tiba dari sebuah lubang di langit-langit toiletku berada. Lubang berbentuk kotak yang sengaja didesain untuk akses menuju loteng. Kupandangi lubang itu lama-lama sambil deg-degan namun tidak terdengar lagi suara setelah itu



*Hmm mungkin tikus kali ya?*, ujarku dalam hati



Moodku untuk melakukan masturbasi sudah hilang dan aku bermaksud menyudahi perbuatan mencabuli diriku sendiri ini. Pikiranku mendadak tidak tenang karena khawatir ada orang yang mengintip masturbasi cabulku



*Tidak mungkin, lagian siapa juga yang betah berada di atas sana? Pasti panas banget*, ujarku dalam hati mencoba menghibur diri



“Kenapa berhenti? Ayo lanjutin nanggung nih saya hampir crot kamu malah berhenti”, ujar bapak ojol diseberang sana



“Sudah ya pak… saya sudah terlalu lama disini… Nanti dicari guru saya”, bujukku



“Kamu berani melawan saya? Mau saya sebar foto-foto kamu?”, kembali bapak ojol itu mengancam



Aku yang sudah kehilangan mood, sudah tidak peduli lagi terhadap ancamannya. Aku putuskan untuk kembali berpakaian dan tidak menggubris perkataan lelaki tua itu. Tetapi jujur saja aku tidak berani menutup video callnya dan biarlah ia yang mengakhiri panggilan video cabul ini. Aku terus melengkapi pakaianku dan menutup kembali seluruh tubuh dengan seragam sekolahku



“Ohhh? Nantangin saya nih? Kamu bakalan menyesal”, ancamnya



*Tut tut tut tut* video call pun berakhir



Aku menghela nafas panjang, pada akhirnya aku membuat lelaki tua itu marah karena tidak patuh pada perintahnya. Aku sudah kesal dengan tingkahnya. Dia bukan siapa-siapaku kok bisa-bisanya mengatur-aturku. Aku hanya berharap andaikan ia benar-benar menyebar foto-fotoku di internet, orang-orang yang mengenalku tidak akan melihat foto-foto telanjangku.



Setelah kupastikan seragam sekolahku sudah terpasang sempurna, aku lalu membuka pintu toilet, rasa gerah itu langsung hilang seketika. Walau udara di luar sana sedang panas-panasnya, tetapi di dalam toilet sempit itu, jauh terasa lebih panas. Hal itu baru kusadari setelah aku meninggalkan ruangan pengap itu. Tubuhku terasa sekali basah kuyup dan aku ingin sesegera mungkin kembali ke ruang kelasku yang ber-AC untuk mendinginkan tubuhku.



Saat aku masuk ke dalam kelas, rupanya guru yang tadi mengajar sedang keluar sehingga aku bisa segera kembali ke mejaku tanpa harus diinterogasi dan ditanyai macam-macam. Tetapi dugaanku ternyata salah, meskipun pak guru tidak menanyaiku, tetapi Anya teman sebangkuku yang malah mewawancaraiku dengan sangat detail.



“Dari mana aja sih kamu Cha? Kok lama banget?”, tanya Anya tiba-tiba



“Iya nih Nya, gak tau kenapa nih perutku tiba-tiba mules. Kayaknya makanan tadi kepedesan deh”, kilahku



“Ooohhh.. Kirain kamu lagi ngapain sama Endrix”, ujar Anya mengejutkanku



“Hah? Endrix? Apa hubungannya?”, tanyaku



“Iya setelah kamu ijin ke toilet, tak lama kemudian Endrix itu juga ikutan ijin. Tuh anak aja sekarang belum balik”, ujar Anya



“Hah? Masak sih? Enggak lah Nya. Duh kamu kalau mikir yang realistis juga lah. Masak iya aku ngapa-ngapain sama Endrix. Gak banget deh”, ujarku kesal



Bukannya tanpa alasan aku mengatakan hal itu. Aku tahu Endrix itu cowok seperti apa. Melihatnya saja aku sudah jijik. Jika memang Endrix adalah satu-satunya lelaki yang ada di dunia ini, Aku pun ogah memilih dia. Endrix itu cowok yang bisa dibilang paling nakal di sekolahku. Usianya sudah jauh diatas usia rata-rata murid di sekolah ini. Karena menurut rumor yang beredar dia sudah beberapa kali tidak naik kelas sejak dari masa SD, SMP dan sekarang SMA. Mungkin usianya saat ini sudah diatas 25 tahun keatas.



Aku tidak tahu alasan sekolahku tidak juga mengeluarkan lelaki nakal ini, padahal beberapa kali ia berbuat onar di sekolah. Kabar yang sering kudengar, ia sering memintai uang ke siswa-siswa baru atau angkatan dibawahku. Bahkan parahnya lagi, aku juga sering mendengar ia suka melakukan bullying. Aku benar-benar tidak pahan kenapa seolah-seolah sekolah ini mendiamkan kenakalannya.



Memang selama ia beraksi ia tidak melakukannya sendiri, aku sering lihat ia memiliki banyak teman yang mengelilinginya. Bisa dibilang mereka adalah anak-anak gank sekolahku. Sekumpulan anak-anak berandal yang bergabung menjadi satu untuk berbuat onar di sekolahan. Sebisa mungkin aku tidak mau berurusan dengan mereka.



“Cha kok ngelamun? Bayangin Endrix?”, kata Anya mengejutkanku



“Ngawur! Gak lah Nya”, jawabku



“Terus mikirin siapa? Bayu”, goda Anya



“Hmm boleh deh kalau Bayu”, jawabku agar Anya puas



“Ciyeee.. inget udah punya cowok kamu Cha..”, kata Anya lagi



“Iya kan bercanda Anyaaaa…”, jawabku gemas dengan sahabatku itu



“Hmmm… Tapi selingkuh sekali-kali gapapa kok Cha. Hihihi..”, goda Anya lagi



“Enggak ah aku kan cewek setia”, jawabku



Terlihat sahabatku itu memasang raut wajah tidak percaya terhadapku. Alisnya terlihat mengernyit keatas seolah sedang meremehkan perkataanku.



“Hari gini setia? Hihihi.. Eh Cha, kamu kan sering kerja kelompok sama Bayu, emang kamu ga pernah ngapa-ngapain?”, tanya Anya menginterogasiku lagi



“Hah? Ngapain ngapain maksudnya?”, tanyaku balik



“Hmmm.. Masak sih kamu gak paham maksudku? Ini lho Cha…”, kata Anya sambil memberi simbol jempol yang ia selipkan diantara jari telunjuk dan jari tengahnya



“Ihhh apaan sih.. Enggak lah!”, jawabku



“Ya kan kalian Cuma berdua gitu cowok cewek. Ganteng dan cantik.. Masak iya kamu gak sange dan Bayu gak sange? Hihihihi”, goda Anya makin parah.



“Anyaa!!!”, kataku sambil mencubit lengannya



Aku melirik ke arah Bayu dan memastikan ia tidak mendengar perkataan Anya. Untungnya kulihat cowok ganteng itu sedang asyik mengobrol dengan teman sebangkunya dan tidak mendengar pembicaraanku dengan Anya



“Aduh kamu lambat bener Cha. Kalau aku mah langsung gercep ambil inisiatif. Kontol Bayu itu idaman cewek-cewek disekolah ini tahu. Kapan lagi bisa nikmatin kontol cowok terganteng di sekolah”, kata Anya semakin vulgar.



“Sok tau ih… Emang pacarmu ngijinin?”, tanyaku



“Hahaha.. Ya diem-diem lah Cha.. Selingkuh.. Ah kamu nih jangan polos-polos jadi cewek. Sayang banget kamu cantik cantik kurang bisa berpetualang”, ledek Anya



“Ati-ati lho ya nanti kamu diselingkuhin balik”, balasku



“Hmmmm.. Gak lah, aku udah berkali-kali selingkuh aman-aman aja kok”, jawab Anya



“Kamu serius Nya? Cowokmu ga tau?”, tanyaku terkejut



“Gak tau lah, kalau pun tahu tinggal dikasih memek udah diem dia. Hihihi”, jawab Anya



“Berkali-kali selingkuh itu berarti kamu ngelakuinnya gak cuma sekali?”, tanyaku memastikan



“Iya lah…”, jawab Anya penuh kebanggaan



“Sama siapa aja?”, tanyaku lagi



“Mau tau aja apa mau tau banget?”, goda Anya



“Mau tau banget”, jawabku



“Rahasia kalau itu. Hihihii..”, jawab Anya sambil tertawa kecil



“Nyebelin, mending aku ga nanya deh”, kataku kesal



“Cha…”, tiba-tiba Anya memanggilku dan menatapku serius



“Iya Nya?”, jawabku



Terlihat Anya menghela nafasnya sebentar. Mungkin iya mencoba mengatur kalimat yang akan ia ucapkan setelah ini



“Kamu beneran ngga ada rasa sama Bayu?”, tanya Anya dengan muka serius



“Ya ampun Nya… Enggak lah. Aku sama dia cuma temenan. Lagian aku juga udah punya cowok…”, jawabku



“Kalau Bayu buat aku kamu ngijinin?”, tanya Anya lagi



“Hah? Kamu suka sama Bayu?”, kataku sambil memandang Anya tidak percaya



“Bukan suka sih.. Cuma dia kan ganteng, sayang aja kalau dilewatkan… Mubadzir. Hihihi”, jawab Anya



Sahabatku ini memang sudah rusak. Tetapi aku tidak menyangka dia sebinal ini. Jauh lebih nakal dariku yang masih suka malu-malu mau. Kalau Anya memang kukenal ceplas-ceplos semenjak pertama kali aku mengenal gadis cantik itu. Aku memikirkan pertanyaannya yang diluar perkiraanku ini.



*Kok ada sedikit rasa ga nyaman di hati saat Anya mengungkapkan kalau dirinya tertarik dengan Bayu..*, pikirku



“Gimana Cha?”, tanya Anya kembali membuyarkan lamunanku



“Ehhh.. Hmmm ya aku ga masalah kok Nya…”, jawabku pada akhirnya



Aku yakin Bayu cowok baik-baik yang tidak akan semudah itu tergoda dengan seorang cewek. Aku yakin betul tidak akan terjadi apa-apa diantara mereka.



“Asyikk.. Kalau gitu bantuin aku dong”, kata Anya



“Bantuin apaan?”, tanyaku



“Kamu sesekali ajak aku waktu tugas kelompok biar dekat sama Bayu. Masak sih sahabatmu ini malah gak pernah satu kelompok sama kamu? Sedih aku tuh”, kata Anya



“Hah?? Bukannya gitu Nya. Bayu tuh yang bilang berdua aja kelompokannya biar gak ribet. Soalnya dia paling males sama orang yang cuma nunut nama pas ngerjakan tugas.”, jawabku



“Bilang ke Bayu. Bertiga lebih seru dan aku pasti bantu-bantu lah. Nanti aku pijitin dia deh…”, jawab Anya



“Gak mau aaahhh…”, jawabku



“Ciyeee cemburu…”, goda Anya semakin membuatku kesal saja



“Enggak.. Ya udah nanti aku coba bilang kalau ada tugas”, kataku



Pembicaraan kami terhenti saat melihat sosok Endrix akhirnya kembali ke kelas. Seluruh murid di ruang kelas tiba-tiba terdiam karena mengira yang masuk kelas adalah pak guru. Tetapi setelah mereka menyadari yang masuk adalah Endrix si berandal sekolah, mereka kembali riuh ramai dan asyik dengan obrolan-obrolan mereka. Sepintas kulihat ia melirik ke arahku dan tatapan matanya begitu tajam menyeramkan. Lalu ia kembali ke bangku belakang. Berkumpul bersama teman-teman gank berandalnya.



Kuperhatikan dalam-dalam sekumpulan anak-anak berandal di bangku paling belakang itu. Entah apa yang sedang mereka kerjakan karena sesekali mereka tertawa cekikan. Sesekali pula mereka menatapku tiba-tiba hingga pandangan mataku sukses tertangkap oleh mereka. Mereka menyeringai, sebuah seringai yang menyebalkan bagiku. Aku pun menundukkan pandangan menghindari tatapan menyeramkan mereka. Kemudian mereka tertawa terbahak-bahak saat salah satu diantara mereka mengatakan sesuatu.



“Cha kok ngelamun?”, tanya Anya tiba-tiba membuyarkan lamunanku



“Eh nggak kok…”, jawabku singkat seolah tidak ada yang terjadi



“Kamu daritadi aneh deh”, kata Anya kembali mengernyitkan dahinya



“Perasaanmu aja kali Nya”, kataku



“Cha…”, kata Anya lagi



“Apaaa?”, jawabku kesal karena daritadi Anya begitu ceriwis



“Hmmm kira-kira kontol Bayu besar gak ya?”, tanya Anya membuatku tersedak



“Bodo amat! Tanya aja sendiri ke orangnya!”, jawabku ketus disambut tawa nakal sahabatku itu



“Kalau kecil, rugi dong… Hihihi”, jawab Anya



*Tut tut tut* notifikasi WA dari handphoneku dan aku pun dengan ogah-ogahan membuka layar ponselku



Awalnya aku menduga yang mengirimiku pesan WA adalah bapak ojol yang dari tadi mengancamku. Ternyata bukan, pesan yang masuk ke handphone ku adalah dari Mas Rio



“Yank hari ini aku ke rumahmu ya?”, kata Mas Rio



“Ngga usah mas, dirumah lagi ada mama juga”, jawabku



“Ohh.. Ya gapapa dong kalau ada mamamu… Kan kita ga ngapa-ngapain?”, kata Mas Rio



“Jangan mas kapan-kapan aja ya”, kataku



“Hmm ya udah deh.. Kamu hari ini bawa motor ke sekolah?”, tanya Mas Rio



“Iya bawa mas…”, jawabku



“Ya udah hati-hati ya pulangnya. Jangan lupa makan”, kata mas Rio



“Iya mas..”, jawabku



“Love you sayang”, kata Mas Rio



“Iya I love you too mas…”, jawabku menutup pembicaraan ini



Aku menghela nafas panjang, mengingat-ingat kejadian di kamar mandi yang terasa begitu menyebalkan jika diingat-ingat. Bagaimana jika bapak itu benar-benar menyebarkan foto-foto telanjangku ke internet? Semoga saja itu hanya gertakan beliau saja. Toh fotonya juga pecah-pecah karena suasana rumahku gelap saat itu. Aku pun mencoba menghibur diriku sendiri



*Mas sebenarnya ada banyak sekali yang ingin aku ceritakan. Tapi entah mengapa aku malu mau cerita ke kamu mas.. Aku cuma takut kamu kecewa sama aku.*, kataku dalam hati



#



Tanpa terasa hari berlalu begitu cepat. Jam sekolah pun telah usai dan aku pun langsung memacu sepeda motorku untuk pulang ke rumah. Hari ini aku sengaja tidak ingin menemui mas Rio. Entah mengapa aku sedikit tidak ingin menemui cowokku untuk saat ini. Mungkin karena kami keseringan bertemu. Atau mungkin juga karena aku tidak mood karena saat ini beban pikiranku begitu kalut. Karena itulah aku memutuskan tidak bertemu dengan Mas Rio untuk sementara waktu. Lagian juga akhir-akhir ini Mas Rio banyak tugas di kampusnya jadi aku tidak ingin mengganggu kuliahnya.



Saat hendak masuk ke dalam rumah, betapa terkejutnya aku saat mendapati seorang lelaki berjaket hijau sedang duduk nangkring diatas sepeda motor maticnya. Seketika aku mengingat sosok bapak cabul ojol itu, lelaki mesum yang selalu mengancamku. Kudekati rumahku perlahan, memastikan apakah ojol itu orang yang sama.



Aku pun semakin mendekati rumah dan kudapati sosok ojol itu tidak gemuk dan terlihat lebih muda dari yang kemarin. Aku menghela nafas lega. Sepertinya dia bukan sosok lelaki gendut cabul itu. Saat aku memarkir motorku di depan rumah, mas ojol itu membetulkan posisi motornya dan memberiku jalan. Aku pun tersenyum kepadanya dan segera masuk ke dalam rumah.



Sesampai di dalam rumah, mamaku langsung bertanya padaku dengan muka sedikit kesal.



“Kamu beli apa Cha?”, tanya mama tiba-tiba mengejutkanku sambil menunjukkan paketan berbentuk kotak yang masih terbungkus rapi



Padahal beliau baru saja tiba hari ini, tetapi sudah memasang raut wajah emosi begitu, jadinya aku tidak bisa bergelayut manja ke mamaku yang kusayang itu



“Hah? Beli apa Ma?”, tanyaku balik



“Itu ada ojol nganterin barang. Dia nagih ke mama suruh bayar 450ribu buat barang yang kamu beli”, kata mama masih emosi



“Hah? Barang apa ma?”, tanyaku juga ikutan bingung



“Ya Ndak Tau Kok Tanya Saya”, jawab mama jutek



*Dih*, kataku dalam hati



“Echa gak pesen apa-apa Ma serius”, kataku lagi



“Ya udah kamu clearin dulu deh sama mas yang didepan. Yang jelas mama gak mau bayar segitu”, kata mama dan beliau pun berlalu



Aku yang masih capek pikiran, kembali harus berurusan dengan masalah yang tidak penting ini. Aku sampai tak habis pikir kenapa kesialan demi kesialan silih berganti menimpaku. Masalah dengan bapak ojol cabul itu belum selesai, kini ketambahan lagi masalah dengan ojol lainnya.



*Ini pasti order fiktif*, kataku dalam hati



Dengan malas-malasan aku berjalan ke luar menemui mas ojol itu. Ia sedikit melongo saat melihatku berjalan ke arahnya. Tetapi ia tidak banyak berkata dan berusaha menunjukkan sikap profesional.



“Mas ini kayaknya salah deh, aku ga pesan apa-apa”, kataku



“Duh ga mungkin mbak, nama Mbak Echa Karunia Fitria kan? Ini alamat Mbak kan?”, tanya Mas Ojol



“Iya betul tapi… saya enggak pesan mas.. Beneran.”, kataku



“Ngga bisa gitu dong Mbak, udah jelas ini yang pesan mbaknya…”, kata Mas Ojol



“Tapi mas, bisa saja itu orang iseng kan?”, elakku lagi



“Gini aja deh mbak ikut saya ke kantor aja buat bikin laporan kalau orderan ini salah. Kalau saya yang bilang nanti saya yang kena omel”, kata Mas Ojol



“memang saya harus ikut mas?”, tanyaku



“iya prosedurnya gitu”, ucap si mas ojol



“Ya udah, saya urus aja kalau gitu laporannya ke kantor mas. Sebentar saya ijin mama saya dulu”, kataku dan bergegas kembali masuk ke dalam rumah untuk ijin ke mama



#



Singkat cerita aku pun berboncengan dengan lelaki ojol itu. Padahal aku masih dalam kondisi capek selepas sekolah yang cukup menguras tenaga dan pikiran. Kini harus ditambahi masalah yang tidak jelas seperti ini. Aku sampai belum sempat mengganti pakaian sekolahku karena terburu-buru.



Selama di jalan kurasakan Mas Ojol ini sering mengerem mendadak sehingga payudaraku menekan ke punggungnya. Aku berusaha menjaga jarak saat duduk tapi rasanya percuma karena jok sepeda motornya licin membuat pantatku terus menerus melorot saat ia mengerem.



Jalan yang kulewati semakin mengarah ke sebuah gang yang cukup sepi. Tidak banyak terlihat orang di jalanan kampung ini. Tetapi aku tetap berpikir positif mungkin aku akan dibawa ke kantor cabang yang letaknya di dalam perkampungan.



“Kantornya di perkampungan mas?”, tanyaku penasaran



“Iya mbak”, jawabnya singkat



Sepeda motor pun terus melaju melewati jalanan yang semakin terasa sepi. Hingga singkat cerita aku tiba disebuah rumah kecil yang terletak sedikit berjauhan dengan rumah disekitarnya. Tidak terlihat kalau rumah itu adalah sebuah kantor ojol.



Aku pun turun dari motor dan kulihat ada satu buah sepeda motor yang juga terparkir di rumah itu. Entah mengapa perasaanku mendadak tidak enak saat menginjakkan kaki di rumah kecil itu. Kondisinya sangatlah tidak terawat. Banyak daun-daun kering yang dibiarkan begitu saja seolah tidak ada niatan untuk dibersihkan. Banyak pohon rimbun di halamannya sehingga menghalangi pandangan ke arah rumah. Kulihat sebuah papan usang bertuliskan “dikontrakkan mingguan, bulanan, tahunan” yang terpasang di salah satu tembok rumah.



“Ini benar kantornya mas?”, tanyaku mulai was-was



“Iya, bos saya sudah di dalam”, ujarnya singkat



*Bos? Yang punya motor butut ini bos?*, tanyaku dalam hati tidak percaya



Aku ragu untuk masuk ke dalam. Hati kecilku berkata untuk segera lari saja meninggalkan tempat ini. Tetapi sayangnya tidak bisa, aku terlalu takut hingga akhirnya aku hanya berdiri kaku seperti batu.



“Ayo masuk mbak”, kata Mas Ojol



“I.. Iya…”, kataku perlahan



Akhirnya aku pun masuk ke dalam rumah. Terdapat karpet pada ruang tamu dan juga sebuah meja panjang yang diatasnya terdapat beberapa sisa makanan yang belum dibersihkan. Selain iti juga terdapat sofa tua yang busanya sudah amburadul. Tempat ini benar-benar kotor dan sama sekali tidak nyaman. Pandangan mataku kemudian mengarah ke seorang lelaki yang toba-tiba jalan ke arahku. Sosok lelaki tua bertubuh tambun yang wajahnya cabulnya kuingat betul. Wajah menyebalkan itu adalah wajah si bapak ojol cabul.



“Lho bapak? Sebentar apa maksudnya ini?”, tanyaku panik



“Halo Mbak Echa.. Heheheh… Selamat datang di kantor saya…”, ujar bapak ojol cabul itu



“Bapak mau apa???”, tanyaku kesal



“Hehehe.. Lho kan Mbak Echa yang kesini, saya harusnya yang bertanya Mbak Echa ada perlu apa kesini?”, tanya bapak ojol



“Bapak jangan pura-pura bodoh! Mas apa ini maksudnya??”, tanyaku kepada Mas Ojol yang nampak senyam-senyum melihat kepanikanku



“Lho tadi katanya Mbak Echa mau buat laporan kalau barang ini bukan pesanan Mbak Echa.”, ujar Mas ojol



“Iya tapi!”, kataku panik melihat sosok lelaki bertubuh gemuk itu



“Udah mau dibayar gak barangnya?”, tanya si bapak ojol



Aku hanya terdiam, bingung mau berkata apa lagi. Aku semakin yakin ini adalah sebuah jebakan



“Kok malah bengong.. Mau dibayar enggak barangnya? Atau Mbak mau kasih enak-enak kayak kemarin?”, goda bapak ojol sambil memasang senyum mesumnya yang memuakkan



Aku sudah trauma dengan lelaki ini, lelaki ini begitu licik. Aku tahu arah ini semua bakalan kemana. Lebih baik aku mengeluarkan uang lebih membayar benda yang tidak kupesan itu daripada harus menuruti lelaki tua cabul ini. Jujur saja aku menyesal mengapa tadi tidak langsung membereskan hal ini saat di rumah. Aku juga menyesal kenapa aku tidak mengijinkan Mas Rio ke rumahku saja hari ini. Andai ada Mas Rio, mungkin aku tidak akan bertemu pria gendut menyebalkan ini



“Iya udah, saya bayar barangnya. Lalu biarkan saya pergi”, kataku singkat



“Gitu dong.. 450ribu totalnya”, kata bapak ojol



Aku lalu mengeluarkan dompetku dan mendapati uang di dalam dompetku hanya ada 200ribu saja.



“Saya adanya 200ribu..”, kataku



“Terus 250ribunya bagaimana?”, tanya Bapak Ojol



“Nanti saya transfer…”, jawabku



“Bohong! Harus kamu bayar sekarang mbak.”, ujar bapak ojol



“I.. Iya ini saya transfer langsung pak… Saya kirim kemana uangnya?”, kataku sebal



“Kesini”, kata bapak ojol sambil memberiku sebuah nomor rekening



Segera kukirimkan uang yang ia minta dan kutunjukkan bukti transferku kepadanya.



“Sudah pak, biarkan saya pulang”, kataku



“Tunggu dulu, sesuai prosedur barang yang sudah diterima harus di buka didepan kurir biar sama-sama enak. Heheheh”, ujar bapak ojol sambil terkekeh menyebalkan



“Tidak perlu, nanti saya buka sendiri di rumah.”, jawabku ketus



“Tidak bisa! harus sekarang!”, katanya sedikit membentakku



Aku yang sudah kesal akhirnya menuruti kemauan lelaki menyebalkan itu. Ia memandangiku yang kesulitan membuka bungkus paket itu sampai akhirnya ia memberiku sebuah silet untuk membuka paketnya. Paket pun terbuka dan mataku terbelalak mendapati barang apa yang dikirimkan kepadaku.



Sebuah kotak berisi benda berbentuk penis yang warnanya cokelat tua dan pada kemasan kotaknya, tertulis 25 cm. Sepertinya menunjukkan ukuran panjang mainan penis itu. Aku menelan ludah melihat mainan itu. Benda yang sangat memalukan dan untungnya mamaku tidak melihat benda apa yang ditujukan kepadaku ini. Kedua lelaki itu tertawa menyebalkan melihat raut wajahku yang tersipu malu menerima mainan penis itu.



“Sudah ya pak saya permisi”, kataku ingin menyudahi semua ini



“Oh tidak bisa!”, kata bapak ojol



“Apa lagi pak??”, tanyaku emosi jiwa karena lelaki tua bangka itu terus menerus menghalangiku untuk keluar dari rumah suram ini



“Biasanya kalau barang sudah diterima itu tugas pembeli ngapain lagi? Heheheh…”, tanya nya



“Ngga tau pak! Sudah, saya mau pulang!”, jawabku kesal



“Begok… Dikasih ulasan lah barangnya! Ayo diulas dulu sekarang!”, perintahnya



“Nggak mau!!”, aku pun sudah habis kesabaran dan ingin segera pergi karena permintaan bapak ojol cabul itu semakin aneh-aneh



“Penjualnya minta dikasih bintang 5 dan kasih ulasan yang bagus biar dagangannya semakin laris manis. Ayo masak Mbak Echa gak mau bantu?”, kata bapak ojol sambil mengeluarkan mainan penis itu dari kotaknya



“Nggak mau!”, aku semakin panik saat bapak ojol semakin menyeringai mesum kepadaku



“Ayolah kita coba masukkan mainan ini ke tempik kamu… Heheheh… Biar kamu bisa tau rasanya”, ujar bapak ojol sambil menyeringai mesum



“Nggak mau! TOLOOONGGGG”, teriakku saat menyadari lelaki gemuk itu semakin mendekatiku



“Hehehe percuma kamu teriak ngga akan ada yang denger. Heheheh”, kata bapak ojol sambil terus berjalan mendekatiku



“Jangann pak…”, pintaku



“Man, pegangin Mbak Echa”, kata bapak ojol tanpa menggubris perkataanku sama sekali



Tanpa sempat menghindar lelaki yang dipanggil “Man” itu sudah memegangi tubuhku dan merebahkan tubuhku diatas meja panjang yang terletak di ruang tamu. Aku berusaha meronta namun sia-sia saja karena lelaki itu memegangi tubuhku dengan erat. Sementara di bawah sana, si bapak ojol sudah menyibak rokku hingga celana dalamku terlihat.



“Mulus bener Pak pahanya…”, ujar mas ojol



“Apa gue bilang, lu ga akan rugi bantuin gue. Hehehe.. Ni cewek sialan harus dikasih pelajaran biar kapok. Heheheh”, kata bapak ojol



Aku berusaha menghindari tangan pria tambun itu yang sedang berusaha menurunkan celana dalamku. Kakiku menendang nendang tanpa arah mencoba memberikan perlawanan sebisanya. Tetapi tangan bapak itu lebih cepat dan menangkap kakiku dan melebarkan kakiku lebar-lebar hingga aku mengangkang maksimal dihadapannya



“Selangkangan gadis muda memang menggiurkan. Hehehe..”, kata bapak ojol sambil menowel-nowel pangkal pahaku yang masih tertutup celana dalam itu dengan mainan penis berwarna cokelat yang digenggamnya



Aku kembali meronta dan mencoba bergerak seliar mungkin agar tangan jahil itu terlepas dari kakiku, namun tetap tidak bisa, pangkal pahaku masih digesek-gesekkan dengan kepala penis mainan itu. Semakin lama bapak ojol semakin kuat menekan kemaluanku hingga tanpa sadar cairan lendirku keluar



“Mulai Becek pak tempiknya”, kata mas ojol yang memandangi selangkanganku dipermainkan oleh mainan penis itu



“Ya wajar.. Mbak Echa ini memang lonte jadi gampang becek. Hehehe..”, jawab bapak ojol



“Aduhhh sudaahhh…”, pintaku merengek sambil memohon agar mereka menghentikan perbuatan tercela ini



“Mau buat ulasan gak? Tempikmu udah gatel tuh pingin disodok dildo. Hehehe..”, ujar bapak ojol



“Sudah pak.. sudahh.. Aduhhh..”, pintaku dan bapak ojol itu terus menekan kuat kemaluanku dengan benda bernama dildo itu



“Sok jual mahal lu Mbak.. Ayo buka kakimu.. Saya buka sempakmu ya cantik”, kata bapak ojol dan tanpa permisi ia pelorot celana dalamku hingga selutut



“Busyet tempiknya bagus bener pak, jembutnya rapi. Heheheh..”, kata Mas Ojol yang sepertinya sudah menahan konaknya sedari tadi



“Bagus mana sama tempik pacarmu?”, tanya Si Bapak ojol



“Bagus tempik Mbak Echa.. Bersih dan ngga item. Punya pacar saya item. Heheheh…”, kata mas Ojol membuatku menahan malu



“Hehehe.. kok kita malah ngasih ulasan tempiknya Mbak Echa. Hehehe.. Harusnya Mbak Echa nih yang ngasih ulasan ke dildonya. Saya masukin aja deh ke lubang tempiknya”, kata bapak ojol sambil langsung membenamkan dildo itu ke kemaluanku



*Jleb* bapak ojol itu langsung mendorong masuk mainan penis itu ke dalam vaginaku tanpa ampun



“Aaaahhh.. Sakitttttt…”, desahku hingga kepalaku terdongak merasakan tubuh bagian bawahku seolah terbelah menjadi dua bagian



Lalu kulihat bapak ojol mengambil beberapa foto dan video secara acak saat ia menceploskan dildo itu berkali-kali ke lubang kemaluanku. Tanpa bisa kuatur, lendirku semakin melumasi mainan berbentuk penis berwarna cokelat itu. Betapa malunya diriku saat mengetahui bahwa kemaluanku merespon positif kehadiran mainan tersebut. Sungguh berbeda dengan mulutku yang sedari tadi terus meronta dan menolak meminta perbuatan pencabulan ini segera dihentikan.



*Slepok slepok slepok* suara dildo itu maju mundur mencabuli lubang kelaminku



“Busyet becek bener nih tempik. Kasih ulasan yang bagus dong mbak ke dildo yang mbak beli ini”, kata bapak ojol



“Ampun sudah pakkkk… Aaahhh…”, desahku tak tertahankan



Kakiku justru semakin mengangkang membiarkan bapak ojol mencabuliku dengan mainan haram itu. Mainan yang sangat memabukkan dan mungkin saja bisa menjadi candu bagiku jika aku terus diperlakukan seperti ini. Dildo berwarna cokelat itu sudah terlumasi sempurna oleh lendir vaginaku. Si Bapak ojol juga sudah tidak kesulitan lagi memasukkan benda itu ke kelaminku karena aku sudah tidak banyak meronta seperti tadi.



Tubuhku mulai terdiam, rileks membiarkan kemaluanku ditusuk-tusuk mainan berbentuk penis oleh ojol mesum itu. Mataku hanya terpejam dan sesekali mendesah perlahan menikmati gesekan demi gesekan benda panjang yang terasa nikmat di dalam lubang senggamaku. Aku hanya bisa pasrah dan mencoba menikmati pencabulan ini. Karena semakin kuat aku meronta, semakin kuat pula jeratan tangan mereka.



Saat sedang khusyuk menikmati sodokan dildo itu, tiba-tiba bapak ojol yang tidak aku ketahui namanya itu menghentikan pergerakan mainan tersebut di lubang kemaluanku. Jujur saja dalam hati aku merasa kecewa saat ia menghentikan tiba-tiba sodokan nakal mainannya. Aku menatap wajah si bapak ojol yang sedang tersenyum mesum. Sebuah tatapan yang seolah memohon agar aku kembali dicabulinya kembali.



“Mau mainin sendiri ngga? Muka lu udah sange tuh. Heheheh”, tanya Pak ojol



Aku hanya terdiam tidak menolak atau mengiyakan. Dalam hati aku berpikir keras apakah aku harus membuang kembali harga diriku demi memuaskan nafsuku yang terkadang suka muncul tidak tahu tempat dan waktu. Semuanya sudah kepalang tanggung dan akupun berpikir mengapa tidak kunikmati saja pencabulan ini daripada mereka berbuat lebih parah lagi? Aku pikir lebih baik aku turuti kemauan si bapak ojol ini.



“Mau mainin sendiri enggak? Lu demen colmek khan?”, ledek bapak ojol itu lagi



Tanpa menjawab pertanyaannya, kuraih dildo yang masih tertancap di lubang kemaluanku itu dan mulai kumainkan sendiri dengan tanganku, kedua lelaki itu terkekeh dan mulai mengendurkan cengkeramannya kepadaku. Mereka kemudian mengambil posisi yang pas demi melihatku sedang live show colmek dengan sebuah dildo. Bapak ojol dan mas ojol itu kemudian berdiri sambil memandangiku yang sedang dalam posisi mengangkang memalukan dihadapan mereka. Menunjukkan bagaimana kemaluanku sedang kumainkan dengan mainan bernama dildo itu.



“Ouhhhh…”, aku mendesah kembali saat merasakan gesekan-gesekan nikmat yang menggaruk vaginaku yang gatal



Rasanya ternyata tidaklah buruk, bahkan jauh lebih nikmat dibandingkan menggunakan jariku sendiri. Rasanya benar-benar seperti kontol lelaki asli, karena dildo tersebut juga memiliki tekstur yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Kulihat bapak ojol mulai merekamku kembali dan mengambil gambarku secara terang-terangan saat vaginaku terbuka lebar



Ayo diulas dulu kalau gitu Mbak… Jangan lupa sebutkan nama lengkap, usia, pekerjaan, hobby dan pendapat Mbak Echa tentang dildo tersebut, biar orang pada tau ini ulasan real dari customer, bukan mengada-ada. Hehehehe…”, kata Bapak ojol dan aku pun mengangguk pasrah



“I..Iya..”, jawabku



“Awas kalau jelek kita hukum”, imbuh bapak ojol



“Tapi pak.. Ahh..”



“1…2….3… Mulai”, katanya lagi sambil mulai berhitung



Aku kemudian mulai berpikir akan memberikan ulasan apa tentang dildo ini. Ulasan yang pastinya harus nakal dan memuaskan keinginan si bapak ojol. Bapak ojol itu hanya menginginkanku terlihat rendah.



“Aaahhh… Namaku Echa Karunia Fitria, Ssshhh.. Umurku saat ini mau 19 tahun, aku masih sekolah kelas 3 Aahhhh.. di salah satu sekolah di kota ini, hobby ku ssshhh.. masturbasi dan eksib, menurutku dildonya enak banget.. panjang, besar, dan memek aku terasa sesak.. Sumpahhhh.. ini enak… memek aku sampekk becekkk”, ujarku sambil menahan malu



“Bagus bagus bagus.. Hehehe pasti penjualnya seneng dapat ulasan jujur gini… Tapi menurut saya masih kurang…”, ujar bapak ojol mengejutkanku



Padahal aku sudah berusaha terlihat senakal itu tapi tak kusangka ulasan yang kuberikan masih dianggapnya kurang. Entah ulasan seperti apa yang diinginkan oleh bapak ojol cabul itu



“ Nungging!”, perintah bapak ojol



Tanpa diminta dua kali aku turuti permintaannya. Akupun juga sudah malas berdebat kusir dengan bapak cabul tukang maksa dihadapanku ini. Aku mulai menungging dan kuangkat pantatku tinggi-tinggi ke arah kedua lelaki ojol itu.



“Man, buka belahan bokongnya”, perintah bapak ojol



“Oke pak”, kata mas ojol



“Ehhh mau apa kalian???”, kataku saat menyadari tangan kasar mas ojol sudah membuka lebar-lebar belahan pantatku hingga kurasakan lubang pembuanganku terlihat oleh mereka.



“Busyet. Masih sempit ini lubang tai. Heheheh”, kata bapak ojol sambil melepas dildo yang tadi tertancap pada kemaluanku dan kurasakan ujung dildo yang masih berlendir itu bergerak-gerak di ujung lubang pantatku



“Eeehhhh?? Jangan disitu!!”, pintaku dan mencoba merebut dildo dari si bapak ojol



Namun sayang, tanganku kembali dipegangi oleh mas ojol sehingga kini aku tanpa pertahanan sama sekali saat lubang pantatku menjadi target utama mereka. Kurasakan bapak ojol itu terus menggoda lubang anusku dengan menggerak-gerakkan ujung dildo besar itu ke lubang yang sempit itu



“Sekarang lu harus kasih ulasan gimana kalau dildonya lu masukkan ke lubang tai lu!”, ujar bapak ojol membuatku terperangah terkejut tidak percaya dengan apa yang ia katakan



*Jleebbbbbb*



“AAAAHHHHHHHH..”, aku memekik sekencang-kencangnya saat lubang pembuanganku disodok secara langsung dengan mainan penis itu



Dengan kurang ajar bapak ojol itu langsung mendorong masuk mainan kontol itu ke lubang pantatku yang masih sempit. Rasanya luar biasa aneh. Sakit sekali dan terasa seperti ada keinginan untuk buang air besar saat benda itu berada di dalam lubang anusku. Sepertinya pantatku berusaha beradaptasi menerima kehadiran mainan penis itu. Kurasakan lubang pembuanganku nyut-nyutan, dan semakin terasa aneh saat bapak ojol itu menarik keluar dildo itu dari lubang pembuanganku, seolah isi dalam perutku ikut keluar.



“Aaahhhh.. sakit pak….”, desahku saat kembali bapak ojol itu memasukkan mainan kontol itu ke lubang pantatku



“Ini hukuman buat lu! Kesel gue sama lu.. Hehehehhe.. Rasakan lubang eek lu gue siksa.. Hahahahah”, ujar bapak ojol semakin mempercepat sodokan dildo itu



“Aaahhh.. Aaaahhh… Sakit pelan-pelaann..”, pintaku sambil semakin membuka kedua kakiku berharap lubang pantatku juga bisa semakin melebar



“Sekarang sodok lubang tai lu sendiri, biar gue kirim rekaman ulasannya ke si penjual. Heheheh…”, kata bapak ojol dan meraih tanganku agar menusukkan dildo itu sendiri ke arah lubang pantatku



Dengan terpaksa aku mencoba mengatur sendiri tempo sodokan mainan penis itu pada lubang pembuanganku. Awalnya memang terasa aneh, pertama kalinya sebuah benda dimasukkan ke bagian lubang haramku ini. Kusodokkan pelan-pelan agar lubang sempitku terbiasa dengan kehadiran benda ini.



Betapa malunya diriku karena melakukan perbuatan menjijikkan ini dihadapan kedua lelaki yang tidak kukenal. Perlahan tanganku bergerak menarik ulur dildo itu agar lubang pantatku terbiasa. Semakin lama semakin terasa licin saja lubang sempitku itu dan aku khawatir kotoran dalam tubuhku juga ikut terkena dildo panjang yang sedang kumainkan pada lubang pembuanganku ini.



*Jleb jleb jleb jleb*



“Uhhhhh…”, lenguhku dan kurasakan lubang kecilku itu semakin terasa perih



“Sudah siap kasih ulasan Mbak? Harus nakal ya.. 1…2…3…”, kata si bapak ojol sambil mengarahkan kameranya



“Iyahh.. Awalnya memang sakit.. Tapi ga tau kenapa.. Aaahhh.. Aku ga bisa berhenti.. mainin dildo ini.. Ssshh.. ke lubang pantatku… Uhhhh. ..Aku... Sangee…. Aku keluarrrrr..”, ujarku saat menyadari vaginaku mulai kedutan



*Sretttt sreetttt srettttt*, tanpa dapat kutahan, cairan dalam vaginaku muncrat dan langsung membasahi meja tempat aku menungging



“Hahaha.. Bagus.. Heheheh.. Lu sange ya?”, tanya si bapak ojol sambil memandang diriku begitu rendah



“Aaahh.. Iyaa.. Ssshhh..”, ujarku semakin pasrah pada nasibku



“Mau kontol asli gak?”, tanya bapak ojol itu sambil ia mulai melucuti pakaiannya sendiri



Tubuh gendut itu perlahan terbuka hingga telanjang bulat. Penampakannya sangatlah jelek sekali dan tidak ada bagus-bagusnya. Lemak menggelambir dimana-mana dengan sekujur badan bapak ojol itu penuh bulu yang lebat. Terutama area selangkangannya yang terlihat hitam penuh bulu lebat nan keriting. Aku memandang bapak ojol itu sambil menelan ludah karena ketakutan. Tidak kusangka badan si bapak ojol cabul semengerikan itu



“Hehehe sange ya mbak liat saya? Heheheh”, ledek si bapak ojol dan tersadar dari lamunanku, akupun langsung menunduk malu



Bagaimana aku bisa bernafsu melihat pria seperti itu? Pria yang jauh dari kata tampan. Tapi jujur saja aku merasakan sesuatu yang sulit kuungkapkan saat melihat lelaki yang usianya mungkin sama dengan papaku itu sudah telanjang bulat. Mataku bahkan tanpa sadar terus menatap nanar ke arah kontolnya yang hitam gemuk. Memang tidak panjang tapi terlihat keras, tebal dan kaku sekali. Apakah benar aku sange?



“Mau kontol gue ya?”, tanyanya seolah mengejekku sambil ia kibas-kibaskan kontolnya menggodaku



Aku hanya terdiam. Rasanya terlalu memalukan mengakui kalau aku menginginkan kontol bapak ojol itu. Tidak mungkin aku tertarik dengan benda menjijikkan milik lelaki menjijikkan itu.



“Gak usah malu-malu. Lonte kayak lu memang butuh kontol. Sini jalan merangkak ke arah gue kayak kucing. Heheheh”



“Apa?”, akupun terkejut dengan perkataannya



“Ayo sini? Mulai gak patuh lagi nih?”, kata bapak ojol sambil memasang wajah memuakkan



“I.. Iya..”, jawabku lemas



“sambil merangkak”, ulangnya



Aku pun dengan perlahan mulai berlutut dan berjalan merangkak menuju tempat bapak ojol itu sedang duduk mengocok kontolnya yang gemuk dan keras sambil terus memandangku dengan tatapan merendahkan



“Hei, mana ada kucing pake baju. Lepas baju lu sampai lu bugil, tapi kerudungnya ga usah, soalnya rambut itu aurat yang harus ditutup. Heheheh..”, ujarnya lagi



“I..iya.. pak…”, jawabku



“Panggil saya tuan!”, kata si bapak ojol



“I.. iya.. Tu.. Tuan…”, jawabku terpatah-patah



Aku kemudian mulai mempreteli kancing baju seragam sekolahku hingga terbuka dan kulepaskan seutuhnya dari tubuhku. Disusul kemudian rok panjang berwarna abu-abu yang kesehariannya kupakai di sekolah juga kulepas begitu saja dihadapan kedua lelaki berprofesi ojol itu. BH yang kupakai pun juga tidak bertahan lama menutup kedua gunung kembarku. Sedangkan celana dalamku sudah hilang entah kemana sejak dilepas oleh bapak ojol tadi.



“Sexy bener badan lu.. Heheheh.. Gimana menurutmu Man?”, kata bapak ojol



“Luar biasa.. Barang bagus ini pak. Heheheh”, jawab Mas Ojol



“Ngaceng gak lu?”, tanya Bapak ojol lagi



“Ngaceng kontolku pak. Hahahah”



“Buka aja Man biar Mbak Echa bisa lihat kontolmu. Hahahah”, kata si bapak ojol



Langsung saja lelaki itu membuka resletingnya dan langsung ia keluarkan batang kemaluannya dari celana jeans yang ia pakai. Kulihat batang kejantanannya yang sudah berdiri itu sangat menantang. kontolnya begitu menggoda imanku. Terlihat begitu jantan,keras, dan panjang. Jauh lebih menarik daripada punya si bapak ojol. Apalagi mas ojol tanpa ragu-ragu mengocok batang kontolnya sambil memadangi diriku yang sudah telanjang bulat di ruangan ini.



“Hei kucing nakal, sange lu liat kontol Maman?”, ujar bapak ojol mengejutkanku



Aku buru-buru merubah arah pandangku saking paniknya karena kedapatan memandangi kemaluan lelaki yang bernama Maman itu tanpa berkedip.



“Gak usah sok jaim Mbak pakai pura-pura gak liat. Hahahah.. Udah sini lu puasin kontol gue dulu”, kata bapak ojol



Tidak ada pilihan lain, Aku lalu mendatangi bapak ojol dan berlutut di hadapan kontolnya yang gemuk.



“Sekarang lu tau kan akibatnya ga patuh sama gue? Berani-beraninya lu ngacangin gue. Ini baru permulaan lho…”, kata Bapak Ojol sambil mengelus kepalaku yang masih berkerudung



“I.. iya maafkan saya pak”, ujarku ketakutan



“Panggil tuan!”, bentak bapak ojol



“I.. Iya.. maaf tuannn..”, jawabku ketakutan



“Eehhhh? Ekor lu mana? Ayo pasang ekor lu dulu”, kata bapak ojol sambil menunjuk ke arah dildo yang tergeletak di meja



Dengan segera aku putar badan sambil berlutut dan kembali berjalan merangkak menuju meja tempat dildo berada. Lantai rumah yang penuh debu dan pasir secara perlahan membuat lututku terasa sakit karena harus terus menerus bergesekan saat aku berjalan merangkak.



Setelah dildo itu sudah berada di genggaman tanganku, tanpa disuruh lagi aku langsung berusaha menancapkan mainan penis itu ke dalam lubang pembuanganku tapi susah karena sudah mulai mengering dan tidak becek seperti tadi. Aku meringis kesakitan karena dildo itu masih juga gagal menembus lubang pantatku, padahal aku sudah berusaha mati-matian mendorong benda panjang itu, namun hasilnya tetaplah nihil.



“Ayo masukin yang bener!”, ujar si bapak ojol melihatku kesusahan



Mas Maman mulai menghampiriku dan membantuku untuk menancapkan benda tumpul itu ke lubang pembuanganku. Awalnya ia rangsang sebentar lubang sempitku itu dengan jemarinya. Terasa sekali sentuhan nakal Mas Maman bukan hanya ke lubang pantatku saja, tetapi tangannya juga sesekali curi-curi kesempatan menyentuh kemaluanku. Bukan hanya sentuhan saja, tetapi sebuah kocokan. Kocokan pada vaginaku yang membuat aku terangsang. Sengaja ia menggodaku dan diam-diam membuat vaginaku mulai kedutan. Lalu ia kembali mencoba mendorong masuk mainan kontol itu ke lubang pantatku.



“Aaahhh.. mas… Uuuhh..”, aku kembali mendesah dan kurasakan lubang pantatku mulai menganga menerima kedatangan dildo itu



“Sempit banget lubang boolmu sayang”, ujar Mas Maman sambil ia dorong pelan-pelan dildo tersebut ke lubang pantatku



Kurasakan mainan kontol itu semakin masuk menjebol lubang pembuanganku. Terasa sesak sekali lubang pantatku saat dijejali dildo dengan panjang 25 cm itu. Mas Maman lalu mulai menggerakkan maju mundur dildo tersebut dan memberikan rangsangan nikmat pada pantatku



“Ouuhhhh”, aku pun mendesah keenakan



Tanpa sadar aku kembali terangsang diperlakukan seperti itu. Pantatku kutunggingkan tinggi-tinggi agar mainan kontol itu bisa menusuk lebih dalam bagian pantatku yang mulai terasa licin kembali



“Ouuhhh.. Ssshhhh.. Aaahh”, aku kembali merancau dicabuli oleh Mas Maman



Ia kemudian memutar 360 derajat dildo tersebut saat posisinya masih berada di dalam pantatku hingga membuatku menggelinjang dan lubang pembuanganku itu terasa ikutan memuntir melar. Mas ojol itu kemudian mulai mendorong dan menarik dildo itu keluar masuk dengan tempo yang lebih cepat. Kedua kakiku semakin gemetaran dan terasa sekali gesekan-gesekan dildo itu seolah menggaruk-garuk bagian dalam lubang pantatku



“Udah Man jangan kamu rangsang lagi Mbak Echa. Muncrat lagi tar dia. Hahahah..”, ledek bapak ojol



“Ok Pak.. Maaf kebawa suasana. Heheheh”, jawab Mas Ojol bernama Maman itu



*Blessss* Mas Maman kemudian menusukkan dildo itu dalam-dalam ke lubang pantatku agar tidak lepas



“Ayo sini Mbak. Awas jangan sampai ekornya lepas lagi. Heheheh”, ledek si bapak ojol



“Iya tuan…”, jawabku



Aku kemudian mulai merangkak pelan-pelan memastikan dildo dalam lubang anusku tidak keluar. Jika terasa keluar, maka aku berhenti sejenak dan dildo itu akan kudorong kembali agar tidak sampai terlepas. Bapak ojol itu tertawa terpingkal-pingkal melihatku yang begitu memalukan dihadapannya.



“Ayo sini sini sepong kontol gue. Heheheh”, ujar si bapak ojol



Saat aku sudah tiba kembali dihadapan si bapak ojol dan berjongkok di hadapan selangkangannya, ia menepis tanganku saat hendak meraih kontolnya. Aku pun kebingungan melihat sikapnya yang melarangku menyentuh kemaluannya. Mengapa tiba-tiba ia tidak mengijinkanku menyentuh kontolnya? Padahal tadi ia menyuruhku memuaskan kelaminnya itu



“Hehehe.. Mana ada kucing makan pakai tangan? Ayo tangan dibelakang, terus jilat dan kulum kontol gue tanpa boleh lu pegang. Heheheh”, kata si bapak ojol



“Apaaa? Ba.. baik tuan..”, aku pun mulai paham apa maunya



Kemudian aku pun meletakkan kedua tanganku dibelakang seperti sedang posisi istirahat di tempat. Dalam posisi berjongkok aku mulai menurunkan kepalaku dan menjilati kontol bapak ojol itu. Aroma pesing langsung menyeruak ke hidungku. Aroma yang sama saat ia mencabuliku di teras tempat tinggalku. Sebenarnya aku ingin sekali muntah, tapi coba kutahan aroma menjijikkan itu dan kucoba nikmati saja kontol si bapak ojol. Kujilati perlahan dari bawah ke atas seperti sedang menjilati ice cream kontol berwarna cokelat tua itu. Sesekali ku kulum kepala kontolnya hingga batang kemaluannya itu masuk ke dalam mulutku



*Slurupp sluruppp* mulutku begitu sibuk mengemuti kontol bapak ojol



“Aaahhhh.. pintar sekali lu jilatin kontol gue.. Sssshhh.. Emang lonte ya lu?”, kata bapak ojol sambil kembali mengelus kepalaku yang sedang mengemuti kemaluannya



Lalu secara tiba-tiba ia menarik tubuhku dan memintaku duduk di atas tubuh tambunnya. Bapak ojol kemudian menciumi bibirku penuh nafsu. Suara-suara kecupan basah berdecik keluar dari pertemuan kedua bibir kami yang saling beradu. Ia lumat bibirku kuat-kuat hingga membuat kewalahan. Ditambah lagi disekitar mulut bapak ojol ini juga memiliki bulu lebat sehingga membuatku terasa sedikit geli saat bibir kami bertemu



“Mmphh.. Cuppp..”, suara basah cumbuan kedua bibir kami



“Bibirmu lembut sekali sayang.. Ssshhh…”, kata bapak ojol sambil kali ini ia mainkan payudaraku



Diremasnya kedua payudaraku bersamaan dan aku hanya memasrahkan tubuhku di grepe-grepe bapak ojol cabul itu. Tangannya begitu kuat mencengkeram kedua buah dadaku hingga aku merasa sedikit kesakitan. Belum lagi ia dengan nakalnya memuntir putting susuku kuat-kuat hingga membuatku mendesah untuk kesekian kalinya. Kemudian ia pun juga mulai menggigiti area dadaku hingga menimbulkan bercak kemerahan



“Aaahhhh.. Ssshhh”, desahku namun terhenti karena ia kembali mencium bibirku



“Mmphhh… Sshhh… Cupppp”, suara ciuman bibir kami semakin basah.



“Gue mau entot lu… Udah ga tahan lagi gue….”, kata Bapak ojol sambil kali ini ia mulai tepatkan kontolnya yang tegak itu ke liang kemaluanku



Kedua kemaluan kami bertemu. Kepala kontol si bapal ojol mulai menyentuh bibir vaginkaku. Dalam sekali dorongan, Batang kontolnya itu langsung tepat masuk memenuhi lubang vaginaku.



*Bless*



Rasanya begitu sesak karena batang kontol si bapak ojol yang memang bentuknya tebal dan gemuk. Setelah kontol bapak ojol masuk ke liang kemaluanku, ia tidak segera menggerakkan batang penisnya. Namun akulah yang diminta bergerak naik turun agar kedua kelamin kami bisa saling menggesek satu sama lain. Tubuhku dimintanya untuk terus bergerak naik turun seolah aku lah yang sedang menginginkan kontolnya



“Terus sayang, tempik lu udah becek pingin kontol gue.. Iya gitu.. Aahhh enak.. Tempik lu luar biasa Mbak Echa.. Ssshhhh.. Terussss.. goyang yang bener!”, pintanya hingga tanpa sadar membuatku semakin semangat bergoyang diatas tubuh gemuknya



Kedua tanganku tetap dalam posisi istirahat di tempat, hanya tubuhku yang naik turun diatas tubuh gendut bapak ojol itu. Pertemuan kedua kemaluan kami begitu terasa nikmat, walau tidak panjang tetapi karena bentuknya yang tebal tetap saja terasa enak saat bergesekan dengan kontol si bapak ojol.



“Putar badan lu biar Maman bisa liat lu ngentot. Heheheh.. Biar dia makin mupeng…”, goda si bapak ojol



Aku pun menurutinya dan berhenti sejenak untuk merubah posisi arah dudukku. Yang tadinya menghadap ke si bapak ojol, kali ini aku menghadap ke Mas Maman yang dari tadi berdiri di belakangku. Tubuhku terlihat sempurna di hadapan lelaki itu. Tidak ada bagian yang tidak terekspose. Payudaraku yang bergoyang-goyang saat tubuhku naik turun, juga kemaluanku yang sedang disodok oleh rekan ojolnya itu terlihat begitu gamblang. Aku pun juga menjadi semakin horny karena melihat Mas Maman berkali-kali menelan ludah melihatku sedang naik turun diatas pangkuan si bapal ojol



Mas Maman sepertinya sudah tidak tahan dan ia pun melucuti pakaiannya hingga kali ini ia sudah telanjang bulat. Badannya kurus namun masih terlihat otot di lengan serta dadanya. Kontolnya mengacung tegak berdiri karena tidak tahan melihat persetubuhan haramku dengan rekan ojolnya.



“Pak saya mau ikutan ngewe…”, pinta si Mas Maman



“Lho kok tanya saya, tanya sama Mbak Echa”, jawab si bapak ojol



“Boleh ya Mbak saya entot kamu?”, tanyanya



Tanpa ditanya dua kali aku mengangguk perlahan. Ini semua sudah kepalang tanggung. Mubadzir rasanya jika aku tidak menikmati sekalian perzinahan haram ini. Lagian aku juga penasaran dengan kontol Mas Maman yang bentuknya sangat mengintimidasi itu



“Jiah dasar lonte jalang, mau aja dientot gratisan. Enak aja! kamu bayar ke saya Man. Dia lonte saya”, ujar bapak ojol



“Berapa pak saya harus bayar?”, tanya Mas Maman sambil terus mengocok



“Hmm berapa ya? Lu jual tubuh berapaan Mbak?”, tanya Pak ojol merendahkanku



“Aaaahhh.. enggak tau tuan.. Terserah tuan aja”, jawabku karena aku sudah tidak bisa berpikir karena melakukan hal gila ini. Aku lebih memilih untuk melanjutkan memompa naik turun kemaluan tebal si bapak ojol



“Hmmm gini aja deh Man, kamu bayar 100 ribu aja bagaimana? Itung-itung harga perkenalan. Heheheh.. Bingung juga saya kalau ngasih tarif mahal, tempik Mbak Echa nanti ga laku”



“Ok deal Pak saya bayar setelah crot”, kata Mas Maman sambil mulai mendekatiku



Kedua lelaki yang tidak kukenal sama sekali itu mulai bersamaan menjamah tubuh telanjangku. Si Bapak ojol kemudian memintaku menungging diatas meja, lalu tanpa banyak membuang waktu ia kembali menyetubuhiku dari belakang. Rasanya sesak sekali karena kontol bapak ojol memang tebal. Ia menyetubuhiku seperti aku adalah istrinya, tanpa ampun, tanpa sungkan, tanpa ragu sama sekali. Aku pun demikian, bukannya mempertahankan kehormatanku, aku malah mengangkang memberinya jalan untuk menyetubuhi kemaluanku semakin dalam



“AHHH… OUHHHH.. OUHHHH”, aku mendesah kencang bak pelacur murahan. Melupakan statusku sebagai seorang siswi berprestasi di sekolahan.



Saat bapak ojol masih menggenjot vaginaku, Mas Maman kini berdiri mengangkangiku. Selangkangannya tepat berada diwajahku. Kemudian ia mulai menjambak kerudungku dan langsung memaksaku menciumi buah zakarnya.



“Jilatin pelerku cantik…”, ujar Mas Wawan sambil tangannya terus menekan kepalaku ke buah zakarnya yang kehitaman



Mau tak mau aku menjulurkan lidah, mencoba menjilati bagian kulit berkerut Mas Maman yang bersisik itu. Kubuang rasa jijikku jauh-jauh karena aku pun mengininkan kontolnya. Yang ada dipikiranku saat ini adalah bagaimana bisa memuaskan kedua ojol ini.



*Jleb jleb jleb jleb* kemaluanku terasa sekali semakin berlendir karena terus dijejali kontol si bapak ojol



Terasa sekali suara cipratan lendirku muncrat-muncrat saat disetubuhi oleh bapak ojol. Gila! meski tubuhnya gemuk tapi kuakui staminanya lebih kuat dibandingkan Mas Rio dan juga Mang Ujang, kedua lelaki yang resmi sudah pernah menyetubuhiku



*Plak plak plak* bapak ojol menampar bongkahan telanjang pantatku dengan kencang



“Aaahhh.. Sakit pak”, ujarku



“Goyang yang bener lu. Heheheh..”, kata bapak Ojol menyadari aku tadi lebih fokus menjilati kontol Mas Maman



Kuperbaiki ritme tempo goyanganku, membuat sodokan si bapak ojol kini lebih teratur dan tidak terburu-buru. Terasa sekali gesekan-gesekan mantap di dalam vaginaku yang membuatku melayang keawang-awang.



Sedangkan mulutku terus sibuk mengulum kontol Mas Maman yang terlihat lebih “manusiawi” dibanding kontol si bapak ojol yang hitam dan bau pesing. Kontol Mas Maman lebih bersih, warnanya tidak sehitam milik bapak ojol, tetapi bulu jembutnya sama lebatnya. Terlebih bentuknya aku suka, melengkung keatas seperti buah pisang. Kukulum kepala kontol Mas Maman dan kumainkan lubang kencingnya dengan lidahku perlahan. Tubuh Mas Maman pun menggelinjang keenakan.



Kuciumi kontol Mas Maman, sambil kedua tanganku masih tetap berada di belakang. Aku tetap tidak boleh menggunakan kedua tanganku sama sekali saat melayani mereka. Mas Maman terus menjambak kerudungku, sehingga aku tetap bisa menungging walau kedua tanganku sedang berada dipunggung.



“Arrrggghh saya mau keluar mbak….”, tiba-tiba dari belakang si bapak ojol mengerang dan menegangkan tubuhnya



Kurasakan kontol tebal si bapak ojol mulai berkedut-kedut di dalam kemaluanku. Ia semakin mempercepat tempo sodokannya ke lubang senggamaku dan aku pun menjadi panik karena sepertinya ia ingin sekali menumpahkan spermanya ke dalam rahimku



“Jangan di dalam tuaaaannnn…”, pekikku



*Crot crot crot crot crot* sperma si bapak ojol terasa mulai menyembur



Perkataanku sama sekali tidak digubrisnya, ia malah mengebom kemaluanku dengan ledakan-ledakan spermanya yang begitu terasa hangat dan kental di dalam rahimku. Tubuh gemetaran hebat, kurasakan sperma si bapak ojol sampai tumpah-tumpah keluar karena tidak mampu kutampung seluruhnya di dalam rahimku.



Setelah selesai klimaks, bapak ojol itu kemudian mencabut batang kontolnya dari organ kewanitaanku hingga membuat lahar putih miliknya berjatuhan keluar. Seketika aku langsung ketakutan, takut akan hamil dan parahnya, yang menghamiliku adalah seorang lelaki yang usianya setara dengan papaku.



Tetapi aku tidak berani banyak protes. Aku hanya memutuskan untuk diam saja menahan rasa kesalku kepada si bapak ojol karena tanpa seijinku ia keluarkan di dalam. Tetapi semua sudah terjadi dan aku hanya bisa berharap sperma si bapak ojol tidak membuahiku.



“Giliranmu Man.. Saya istirahat sebentar habis itu kita lanjut narik lagi”, ujar si bapak ojol sambil kembali berpakaian tanpa ia bersihkan sisa sperma yang masih menempel di kemaluannya



Kemudian si bapak ojol hanya duduk di sebuah sofa usang, melihatku yang akan digauli teman ojolnya. Ia arahkan kamera handphonenya dan merekamku yang akan melayani rekan ojolnya.



“Kalau disebar pasti viral nih, judulnya mbak-mbak cantik berjilbab ketagihan kontol ojol. Hahahah”, ledek si bapak ojol



“Eh tapi muka saya jangan keliatan pak. Heheheh”, ujar Mas Maman



“Nanti bisa disensor”, kata si bapak ojol



Lalu setelah percakapan mereka selesai, tubuhku langsung diminta turun dari meja dan berlutut dihadapan selangkangan Mas Maman. Aturannya tetap seperti tadi, kedua tanganku harus tetap dalam posisi istirahat di tempat. Yang gerak hanya bibir serta lidahku saja menjilati batang kemaluan Mas Maman



*Slurupppp sluruppppp sluruuppp* kujilati kontol cowok yang tidak kukenal itu dengan penuh kepatuhan



Kujilati dari bawah keatas batang kemaluannya yang terasa semakin keras itu



“Kamu udah punya pacar mbak?”, tanya Mas Maman



Aku hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan, karena mulutku masih fokus menjilati gagang kencing Mas Maman



“Waduh gimana ya perasaan cowokmu tau kamu dientot laki lain?”, kata Mas Maman



*Bukannya kamu juga harusnya mikir gimana perasaan cewekmu tau kontolmu aku sepong?*, kataku dalam hati



Aku hanya diam saja tidak merepson pertanyaan itu. Peduli apa dia dengan perasaan pacarku. Toh dia mencabuliku juga tanpa memikirkan perasaanku dan perasaan ceweknya



“Sini bokongmu! Nungging sini sambil berdiri”, kata Mas Maman



Aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan memintaku menungging sambil berdiri dihadapannya. Kemudian ia kembali membuka lebar lubang pantatku dan langsung mengambil dildo yang entah sejak kapan terlepas dari lubang pembuanganku.



Mas Maman tanpa permisi langsung melesakkan dildo itu kembali ke lubang pantatku tanpa ragu-ragu. Ia hentakkan dengan tenaga maksimal hingga membuat lubang pantatku terasa cenut-cenut. Ia tidak sekali dua kali menarik ulur mainan kontol berwarna cokelat itu ke lubang pembuanganku. Tetapi berkali-kali dan ini terasa menyakitkan, karena lubang pantatku sudah tidak selicin tadi. Kukira Mas Maman orangnya lebih kalem, ternyata sama saja.



“Aaahh.. Jangan disitu lagi… Aaahhhh”, pintaku dan Mas Maman masih menghentakkan mainan itu ke lubang pantatku



“Ini karena kamu gak jawab pertanyaan saya. Jangan sombong-sombong kamu. Inget saya sudah bayar kamu! Layani saya dengan baik”, ujar Mas Maman kesetanan



“Aaaahhh.. iyahh maaf…”, jawabku sambil menahan mati-matian rasa pedih di lubang pantatku



“Sekarang jawab lagi, cowok kamu gapapa emang kamu dientot laki lain?”, tanya Mas Maman



“Iya boleeehhh… cowokku ngijinin…”, jawabku dan berharap siksaan ini selesai.



“Ngijinin apa?”, tanya Mas Maman lagi



“Ngijinin aku ngentot sama laki lain…..”, jawabku



“Berarti rahimmu boleh dipejuin sama laki lain??”, tanya Mas Maman sambil terus menusuk-nusuk dildo itu ke lubang pantatku



*Sretttt srettt sretttttt* tiba-tiba vaginaku keluar cairan bening seperti kencing saat ia menanyakan hal itu



“Boleeeehhhhh aaaaaahhhh…”, pekikku dan kurasakan cairan vaginaku sampai menembak-nembak lagi untuk kesekian kalinya



“Heheheh.. Lacur murahan! Malah becek tempikmu”, kata Mas Maman sambil mencabut dildo itu dari lubang pantatku dengan kasar



Lalu, Mas Maman menarik tubuhku ke atas meja, dan menyuruhku duduk diatas kontolnya. Terasa sekali kontol Mas Maman sangat keras saat kududuki. Lalu ia memegangi kontolnya sendiri dan menceploskannya ke dalam lubang vaginaku saat aku menurunkan kemaluanku. Aku dimintanya naik turun memompa kontolnya, sedangkan ia dengan santainya tiduran sambil memandangiku yang kepayahan terkena sodokan kontolnya dari bawah



“Busyet.. sempit bener tempikmu Mbak… Enak njirr… mana murah lagi”, entah ini sebuah pujian apa hinaan



“Iyaahh..”, hanya itu yang sanggup kujawab karena aku bingung jika aku tidak menjawab dia akan menyiksaku lagi



“Gak rugi saya bayar 100ribu buat ngerasain tempik kayak gini.. Menang banyak saya. Hahahah”, ujar Mas Maman



*Slep slep slep* pertemuan kelamin kami begitu licin dan mudah sekali karena vaginaku sepertinya sudah beradaptasi menerima kehadiran kontol Mas Maman



Lalu ia dengan gemas meremasi payudaraku yang bergelantungan naik turun bersamaan dengan gerakan tubuhku. Sesekali tangannya memencet pentil susuku dan memuntirnya kuat-kuat, aku hanya bisa diam saja sambil meringis membiarkan Mas Maman mencubiti gunung kembarku.



Kemudian kepalaku dipaksa untuk mendekati kepalanya, kami berciuman dengan panas. Lidahnya bergerak kesana kemari membasahi bibir serta lidahku. Sesekali ia kulum lidahku dan air liur kami pun saling bersatu. Ia berikan air liurnya dan aku berikan air liurku. Ciuman yang terasa sangat basah dan belepotan.



Tapi aku akui diperlakukan seperti ini malah membuatku semakin horny. Karena jujur saja aku juga sering melihat film jav yang melakukan hal seperti ini. Terasa sekali memacu adrenaline dan birahiku. Jika dilihat memang menjijikkan, tapi jika sudah bernafsu apapun akan dilakukan



Kontol Mas Maman terus kupompa semakin cepat. Terasa sekali ujung kontolnya mengobok-obok rahimku yang masih lengket dan licin terkena sperma si bapak ojol tadi. Pertemuan kemaluan kami begitu intens dan nikmat sekali. Menggaruk-garuk bagian dalam vaginaku yang rasa gatalnya semakin parah jika disodok. Seperti tidak pernah mau berhenti, menginginkan persetubuhan ini terjadi lebih lama lagi



Puas dengan posisi women on top, Mas Maman memintaku turun dari tubuh kurus atletisnya, berganti kini aku tiduran sambil mengangkang di atas meja. Kedua kakiku kubuka lebar, menantikan kehadiran batang kontolnya untuk menggesek kemaluanku lagi.



Dalam sekali dorongan, kontol Mas Maman langsung ambles ke dalam vaginaku. Vaginaku yang harganya 100ribu itu. Bagaimana bisa mereka membeli vaginaku seharga 100ribu. Itupun uangnya tidak kuterima sama sekali dan malah disetor kepada si bapak ojol cabul.



Mas Maman langsung memompa dengan cepat. Suasana terasa semakin dingin di ruangan ini. Ruangan kotor yang begitu pengap dan lembab, menjadi saksi tempat aku disetubuhi oleh kedua lelaki yang berprofesi sebagai ojol yang sama sekali tidak kukenal. Yang awalnya sebuah pemerkosaan, menjadi suka sama suka. Aku sudah tidak tahu saat ini sudah jam berapa, mungkin diluar sana langit sudah mulai menghitam, tanda malam mulai datang



“Saya mau keluar mbak.. gak tahan saya dikempit tempik sesempit dan sehangat ini. Heheheh”, ujar Mas Maman sambil ia percepat sodokannya ke kemaluanku



Aku hanya bisa mengangguk pasrah dan bingung mau menjawab apa. Tidak ada lagi peringatan dari mulutku agar ia tidak keluar di dalam rahimku. Karena aku sudah mengijinkannya untuk mengeluarkan spermanya di dalam rahimku tadi.



“Arrrrrggg anjirrrr….”, kata Mas Maman sambil ia benamkan kontolnya dalam-dalam ke rahimku



*Crot crot crot crot*



Kembali rahimku menjadi tempat menampung sperma. Kali ini aku menerima sperma dari Mas Maman si tukang ojol yang juga rekan si bapak ojol. Tubuhku gemetaran hebat, sepertinya aku juga sudah mencapai orgasmeku. Setelah semua yang terjadi, perlahan akal sehatku mulai kembali. Ada rasa menyesal setelah aku melakukan kegilaan ini. Bagaimana jika aku sampai hamil? Dan aku tidak tau siapa yang menjadi bapak biologis anak yang kukandung kelak? Karena kedua lelaki ini telah menanamkan benihnya ke rahimku



*Semoga tidak sampai jadi anak!!!”, mohonku dalam hati



“Udah puas Man? Heheheh”, tanya si Bapak ojol



“Puas banget Pak. Gak rugi saya bayar 100ribu”, kata Mas Maman sambil ia serahkan 1 lembar uang kertas berwarna merah ke si bapak ojol



“Hehehehe.. Tapi ada kabar buruk nih Man”, kata bapak ojol dengan muka serius.



“Apa itu pak?”, tanya si Maman



“Saya harus kabur malam ini. Sepertinya tempat ini sudah tidak aman lagi, info dari teman saya pergerakan saya sudah mulai dicurigai”, kata si bapak Ojol



Kulihat Mas Maman hanya terdiam, entah apa yang dipikirannya saat ini.



“Gue cabut dulu ya. Kapan-kapan kita ketemu lagi. Yang penting gue udah ngerasain tempik lu. Heheheh..”, kata si bapak ojol itu sambil menyengir kepadaku



Lelaki gendut tua itu kemudian bergegas pergi meninggalkan kami. Tinggallah aku dan Mas Maman berdua di rumah ini. Ia sudah kembali berpakaian, tetapi aku masih telanjang. Aku sudah terlalu capek hanya untuk sekedar menutup tubuhku lagi. Toh Mas Maman juga sudah lihat semuanya



“Namanya Pak Burhan. Gak tau itu nama asli atau alias. Ia dulu seorang residivis yang pernah dipenjara 12 tahun, dulu dia dikenal dengan sebutan Si Burung Hantu, karena ia selalu melakukan aksinya setiap malam bersama komplotannya”, kata Mas Maman mulai bercerita



Aku hanya diam saja, sebenarnya tidak penting juga aku tau bapak ojol itu siapa sebenarnya. Tapi aku pun akhirnya penasaran juga apa kasus yang menjerat si Pak Burhan itu



“Ka.. kasus apa mas?”, tanyaku



“Katanya dulu dia sering mencabuli dan memperkosa wanita-wanita yang ia temui. Hampir 30 orang korbannya, ada yang ia sendiri, ada juga yang ramai-ramai”, ujar Mas Maman serius



“……..”, kembali aku terdiam



“Maaf saya tadi khilaf karena kebawa suasana ulah Pak Burhan… Yasudah kamu saya antar lagi. Ingat anggap hari ini ngga ada kejadian apa-apa. Saya juga gak mau dipenjara seperti Pak Burhan. Saya mau kerja bener-bener biar bisa nikah sama pacar saya!”, kata Mas Maman serius



Aku pun hanya terdiam…



#



Singkat cerita aku diantar oleh Mas Maman pulang dan ia pun segera menghilang. Aku hanya berharap aku tidak bertemu lagi dengan lelaki itu dan Pak Burhan. Setelah apa yang terjadi diantara kami, rasanya terlalu memalukan jika kami harus bertemu lagi.



Sesampai dirumah, ternyata jam sudah menunjukkan pukul 21.30 kulihat keadaan rumah yang begitu sepi. Padahal mama seharusnya sudah ada di rumah malam ini. Tetapi kemana beliau saat ini? Masak iya mama pergi lagi? Papa juga belum pulang dari dinasnya. Alhasil, aku sendiri lagi malam ini. Aku pun kemudian mencoba memeriksa handphoneku. Memastikan siapa saja yang mengirimiku pesan WA. Kulihat ada dari Mas Rio yang menanyaiku sedang apa, ada juga pesan dari mama.



“Kamu masih lama? Mama ada urusan. Kayaknya malam ini mama ngga tidur di rumah. Kamu jaga rumah ya Cha”, ketik pesan dari mama yang ia kirim pukul 18.00 tadi



“Iya Ma.. Mama kemana?”, jawabku dan aku pun langsung beranjak untuk mandi dan membersihkan diri setelah perzinahan haram hari ini



Dalam hati aku berdoa, semoga aku tidak hamil….



#bersambung
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd