Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Berbagi Itu Indah (Remake)

menarik langsung pasang tenda
Silakan suhu
kapan update lagi hu
Minggu ini diusahakan update hu
Ijin ide hu..
Pas ada tugas kelompok, kebetulan echa dpt kelompok yg murid berandal2.. mereka minta tugas kelompoknya dilakukan di sekolah aja.. nah pas ngerjain tugas. Echa disuruh bugil sendiri dan seluruh bajunya echa dipegang sama temen2 nya.. tnp pake rantai atau apapun itu gak mungkin echa bisa lari.. nah disitu sembari ngejakan tugas tugas, echa bisa disuruh apapun hu dengan telanjang.. nah setiap tugas kelompok, entah di sekolah atau dimananpun itu, echa diwajibkan telanjang dan menyerahkan seluruh pakaiannya kepada teman2 nya..
Bukan kebetulan tapi memang ia harus gabung sama grupnya Endrix suhu. Hehehe..
Echa makin laris nih...makin dower gag nih
Enaknya di dowerin gag?
Lanjut huuu
Siappp
Waaah kereen
Thx suhu
nitip tenda hu
Silakan suhu
absen malam
Silakan huu
 
Chapter 13 : Gadis Penghibur



POV : Echa



Endrix jadi sering menghubungiku setelah ia dapatkan nomor handphoneku. Tak jarang ia selalu memintaku PAP polosan buat koleksinya dia. Katanya sih mau buat wallpaper handphonenya. Tapi tidak mungkin, niatnya pasti lebih dari itu. Awalnya aku ragu mengirimkan ke cowok berandal itu. Tetapi entah mengapa aku selalu takut dengan Endrix. Ia terlalu superior bagiku. Seolah aku tidak akan bisa lepas begitu saja darinya. Mungkin sudah puluhan foto yang kukirim kepadanya. Jauh lebih banyak dari yang kukirimkan untuk Mas Rio. Berbagai pose foto sudah kulakukan untuk Endrix. Mulai berpakaian lengkap hingga polosan. Mulai berjilbab hingga rambutku terbuka dihadapannya. Mulai pose biasa hingga pose aku sedang colmek.



Malam ini, ini Endrix memintaku masturbasi sambil dilihatin olehnya. Katanya dia lagi bosen liat bokep. Dia maunya liat teman sekolah sedang colmek sambil bayangin dientot olehnya. Alhasil dia memintaku untuk masturbasi sambil dilihatin olehnya



Tidak ada alasan bagiku untuk menolak permintaan Endrix. Malam itu, aku turuti maunya. Kurangsang kemaluanku sendiri dihadapannya. Kumainkan alat kelaminku sambil membayangkan tubuhku dinikmatinya



“Ouuuhhh.. Tuaann…”, ujarku lirih sembari tanganku tak pernah berhenti mengocol area sekitar memekku



*kocokocokocok * tanganku bergerak cepat merangsang kemaluanku yang sudah basah



“Iya gitu, memek lo yang najis itu harus lo becekin terus.. lebih semangat colmeknya. Bayangin memek lo mau lo persembahin buat gue”, ujar Endrix mengomentariku



“Iya.. Tuaannn.. Ssssshhh…”, aku mendesis lagi, vaginaku semakin banjir saja.



Rasanya kemaluanku malam ini gatal sekali ingin digaruk kontol. Setelah terakhir aku berzina dengan pacar Anya, aku sudah tidak pernah kasih jatah memekku untuk bertemu kontol cowok. Kubayangkan kontol Endrix mengobrak-abrik vaginaku. Kontol yang hampir setiap hari selalu minta kukulum itu



“Ohhh.. Tuaaannn… Ssssshhh… Uuhhh..”, aku terus membayangkan betul-betul kontol Endrix sedang penetrasi di dalam alat kelaminku



“Kontol gue bakalan ngasi tau lo nikmatnya dientot gue.. Kontol gue akan buat memek lo bertekuk lutut sama gue. Liat tuh memek lo udah becek pengen gue hamilin…”, Endrix seolah sedang mensugestiku



“Ohhh.. Iya hamilin Lonte Echa tuaaannn…”, aku semakin menjadi-jadi dan kukocok lebih cepat kemaluanku karena aku semakin tidak tahan lagi



“Mau ya lo gue hamilin? Tapi inget, gue gak mau tanggung jawab kalau lo hamil. Enak aja. Gue Cuma butuh memek lo buat buang peju gue. Paham lo?”



“I.. Iya ga.. papa.. Tuan…”, jawabku lirih



“Ya udah… besok pagi lo datang sekolah. Pagi bener kalau bisa jam 4 pagi. Biar gue bisa leluasa nikmatin tubuh lo. Awas kalau lo ga datang”, ujar Endrix mengakhiri videocallnya



Telepon pun ditutup, aku pun memperlambat tempo masturbasiku. Namun tanganku tak bisa berhenti merangsang alat kelaminku sendiri. Aku sangat terangsang malam ini dan belum terlampiaskan sama sekali. Dalam hati kecilku aku kesal…



*Nanggung.. rasanya nanggung sekali.. Aku sudah sangat terangsang seperti ini dan dia malah nutup teleponnya*, gumamku dalam hati dan aku pun mencoba untuk tidur agar besok bisa datang sesuai dengan jam yang diperintah Endrix



#



Di sekolah…



Suasana sekolah masih terlalu sepi pagi ini. Jam masih menunjukkan pukul 03.55 pagi. Langit belum lah terlihat terang, bahkan cenderung masih gelap saat aku tiba di sekolah. Saat aku melintas, hanya suara knalpot sepeda motorku yang terdengar. Aku pun mematikan sepeda motorku ketika sampai gerbang sekolah dan kutuntun menuju parkiran.



Tidak kulihat Pak Suryo, satpam sekolah di pos satpam tempat dia biasanya duduk mengawasi. Entah beliau sedang ada dimana. Mungkin masih tidur di suatu tempat di sekolah ini. Entah lah, aku juga tidak mau menerka-nerka beliau dimana karena itu bukan urusanku.



Yang pasti aku bersyukur karena beliau tidak ada di pos, aku bisa masuk ke sekolah sepagi ini tanpa dicurigai. Malas saja jika aku harus di wawancarai Pak Suryo, satpam sekolah yang biasa menjaga lingkungan sekolahku. Bukannya apa-apa, aku hanya tidak sreg saja dengan beliau. Matanya yang jelalatan itu lho membuat kami para siswi sekolah tidak nyaman. Terlebih saat jam olahraga. Tidak jarang aku memergokinya suka pegang-pegang kontolnya sambil memandangi kami yang sedang berolahraga. Pokoknya menyebalkan!



Setelah memarkirkan sepeda motorku, aku mulai berjalan menuju ke dalam sekolah. Kulewati lorong sekolah dan yang kudengar hanyalah suara langkah kakiku saja. Kucoba mengecilkan suara langkah kakiku agar tidak berisik, karena mendengar suara langkah kaki sendirian seperti ini cukup membuat bulu kuduk merinding.



Suasana di sekolah jika sepi seperti ini lumayan menakutkan juga. Tempat yang biasanya penuh orang ternyata jika masih sepagi ini lumayan memacu adrenaline. Tiba-tiba otak kotorku berpikir seandainya aku melakukan eksib di sekolah saat malam hari atau pagi hari seperti ini pasti sensasinya luar biasa.



“Errrr… Enggak deh. Terlalu beresiko kan ada Pak Suryo yang selalu standby di sekolah..”, gumamku sendiri



Pria gemuk yang usianya mungkin sekitar 45 tahun itu memang sudah lama sekali menjadi satpam sekolah sekolahku. Saat aku baru pertama kali masuk SMA, beliau sudah menjadi satpam sekolah ini. Beliau sudah sangat dipercaya oleh kepala sekolah dan diperbolehkan tinggal di lingkungan sekolah. Mengingat memang beliau berasal dari kota kecil di sebelah kotaku. Jadi, Kepala sekolah memberikan ijin kepada Pak Suryo untuk tinggal di sekolah daripada ia harus jauh-jauh pulang pergi ke rumahnya di desa, sekalian agar beliau bisa menjaga lingkungan sekitar tempat aku menempuh pendidikan ini.



“Halo.. Tuan… Lonte Echa sudah sampai sekolah..”, ujarku menghubungi Endrix



Ya, yang memintaku datang ke sekolah sepagi ini adalah cowok berandalan preman sekolah yang kini menjadi pacarku. Eh, bisa dibilang dia bukanlah pacarku melainkan tuanku. Jika memang dia pacarku, tidak ada perlakuan romantis dan cinta sedikit pun yang kuterima. Yang kuterima hanyalah perlakuan merendahkan harga diriku. Tetapi aku tidak keberatan akan hal itu. Aku sudah setuju menjadi budak Endrix dan jika dia berlaku buruk, itu memang sudah konsekuensiku.



“Sudah sampai? Sekarang lakukan perintah gue. Lo pakai sempak sekarang?”, kata Endrix



“Pakai tuan…”, jawabku



“Sekarang lepas sempak Lo”, kata Endrix lagi



“Eh kenapa tuaann?, tanyaku terkejut



“Pakai nanya lagi. Lepas sempak lo dan lo hari ini ga usah sempakan dulu. Itu hukuman buat lo”, kata Endrix



“Maafkan lonte Echa Tuan..”, jawabku



“Tapi lo harus tetep terima hukuman”, ujar Endrix membuatku sedikit takut permintaan apa yang akan ia minta kepadaku



“Hukuman apa tuannnn…”, ujarku pasrah.



“Tulis nama lo di sempak lo, terus serahin ke gue..”, ujar Endrix



“Baik… Tuan…”, kataku pasrah



“Ya udah segera tulis nama lengkap lo di sempak lo, kalau sudah buruan ke kelas. Awas kalau lo masuk kelas masih sempakan. Gue suruh lo telanjang dilapangan upacara tar sampai orang-orang pada dateng Ngerti lo?”, perintah Endrix



Iya Tuann..”, jawabku dan Endrix pun mengakhiri teleponnya



Aku segera mengambil spidol yang biasa kubawa di dalam tasku. Lalu kutuliskan namaku tepat di bagian memek kain segitiga itu. Kucium sebentar aroma celana dalam yang baru saja kukenakan itu. Benar-benar masih tercium aroma khas kemaluanku. Samar-samar aroma sabun dan selangkanganku tercium antara manis, asin, dan sedikit asem.



Setelah semua beres, aku bergegas menuju ruang kelasku. Jam masih menunjukkan pukul 04.15, masih ada cukup waktu karena biasanya murid mulai berdatangan pukul 06.30. Akhirnya aku pun sampai di ruang kelasku. Mataku terbelalak melihat kondisi Endrix yang tersenyum memandangiku yang baru sampai kelas. Lelaki preman sekolah itu sudah berpakaian seragam tidak sempurna.



Seluruh kancing seragamnya ia buka memamerkan tubuhnya yang ternyata atletis. Terlihat perut six pack dan dada yang bidang milik cowok paling nakal di sekolah itu. Dan mataku pun seketika otomatis menatap kontol Endrix, yang sudah ia bebaskan dari sarang celana abu-abunya. Kontolnya sudah sangat keras dan bulu kemaluannya ia biarkan begitu saja berantakan



Tanpa diminta aku mendekati lelaki yang kini menjadi tuanku itu. Desiran nafsuku lama-lama tak terbendung melihat tubuh jantan Endrix. Rasanya rahimku menghangat dan mulai basah melihat lelaki dihadapanku ini sedsng menggoda imanku



“Saya ijin kulum kontol tuan…”, kataku manja namun Endrix menepis tanganku yang hendak meraih batang kemaluannya.



“Enak aja. Sapa suruh lo pegang kontol gue”, kata Endrix sambil menepis tanganku



“Maafkan lonte Echa tuann..”, jawabku tersipu malu karena aku salah tangkap maunya.



“Mana sempak lo?”, pinta Endrix



Aku lalu mengambil kain segitiga yang kumasukkan ke dalam kantong rokku. Endrix tersenyum dan ia ciumi celana dalamku lekat-lekat. Suaranya sangat berisik sekali saat ia ciumi celana dalamku



“Memek lo wangi ternyata.. Hehehehh.. lo merasa memek lo bersih atau kotor sih?”, tanya Endrix sambil ia tempelkan celana dalamku sendiri ke hidungku.



“Bersih tuan memek lonte Echa…”, jawabku saat Endrix terus memintaku mencium celana dalamku sendiri



“plakkkk..” sebuah tamparan keras mendarat ke pipiku



“Jadi lonte gue ga boleh sombong. Nanti gue bakalan tau memek lo bersih atau kotor. Paham lo?”, kata Endrix



“Iya.. Maaf Tuann.. “, jawabku



“Sekarang mending lo hibur gue dulu deh.. Lo joget-joget dulu sana sambil lucutin pakaian lo. Gue mau lihat lonte kerudungan kayak lo bisa apa aja buat ngehibur gue”, ujar Endrix



“Joget? Tapi Lonte Echa tidak bisa tuan…”, ujarku



“Lonte harus bisa goyang begok.. Mulai sekarang lo harus bisa joget-joget seronok. Goyangin badan lo buat hiburan. Paham lo?”, ujar Endrix



“Paham Tuan… Tapi…”, ujarku



“Gak ada tapi-tapian.. Sekarang Buka baju lo terus mulai goyang! Gue mau coli liatin lo tubuh lo”, perintah Endrix



Sebenarnya situasi ini sama dengan situasi dimana aku melakukan pertunjukkan striptease pertamaku di warung remang-remang yang tersembunyi di ruko kosong saat aku diajak Mas Rio dan teman-temannya. Bedanya kali ini penontonku hanyalah Endrix. Seharusnya tidak masalah bagiku, sekaligus ini bisa menjadi latihanku nanti jika sewaktu-waktu aku dipanggil kesana lagi.



Aku mulai meliuk-liukkan pinggulku ke kiri dan ke kanan dengan tempo perlahan biar terlihat lebih sexy. Tak lupa ekspresi wajahku juga kumainkan agar lebih menggoda. Kadang aku tersenyum nakal, kadang aku memasang wajah horny sambil menggoda Endrix. Kulihat sepertinya Endrix mulai menikmati goyanganku dan ia mulai mengocok kontolnya



“Bagusss.. Jangan lupa telanjangi tubuh lo sampai lo telanjang di depan gue…”, pinta Endrix sambil ia terus onani



“Baik Tuan..”, jawabku lalu aku mulai melepasi kancing seragamku satu-satu sambil terus bergoyang dihadapan Endrix



Tubuhku terus meliuk ke kiri dan kanan, kali ini ngasal saja karena memang tidak ada musik yang bisa mendampingi tempo goyanganku. Aku hanya mencoba menggerakkan tubuhku sesexy mungkin di hadapan preman sekolah itu berdasarkan naluriku saja.



Kancing seragamku tak terasa sudah terbuka semua hingga menampakan payudara yang masih tertutup bra hitam dan juga perut rataku. Kumainkan sebentar payudaraku dan kuremas menggoda di depan Endrix. Aku mulai mendesah perlahan, sepertinya aku mulai menikmati bergoyang nakal seperti ini. Sisi eksibisionisku kali ini tidak bisa kubendung lagi karena dengan berjoget seperti ini, aku bisa memamerkan keseksian tubuhku.



“Kerudung Lonte Echa apa juga dilepas tuan?” tanyaku biar tidak salah lagi



“Jangan. Gue mau nikmatin lo saat pake kerudung”, kata Endrix



“Baik tuan…”, ujarku dan aku meneruskan goyangan perlahanku



Aku pun beralih fokus ke sisa kain yang ada pada tubuhku saja. Kutarik kedua cup braku ke bawah dan kutunjukkan bentuk asli payudaraku di depan Endrix. Antara malu dan mau pastinya, karena aku kali ini melakukannya dihadapan salah satu siswa sekolahku yang tentu saja memberikan sensasi yang berbeda dari biasanya.



Kurasa, aku juga semakin terangsang dan goyanganku semakin berani. Terkadang aku memutar tubuhku ke belakang agar Endrix bisa melihat tubuhku 360⁰. Kumainkan puting susuku dengan nakal dan kupuntir dihadapan preman sekolah itu beberapa kali. Terkadang aku menungging di hadapan Endrix lalu kugerakkan pantatku dihadapannya seperti gerakan goyang bebek.



“Buka lubang tai lo Sambil lo nungging..”, perintah Endrix



“I.. iya tuan.. maaf kalau bagian itu saya kotor”, jawabku tersipu malu



“Gapapa kasih liat aja ke gue lubang tai lo..”, ujar Endrix



Lubang pantat adalah bagian terkotor dari tubuhku dan aku juga harus memamerkan bagian ini kepada Endrix si preman sekolah. Dengan perlahan kuturunkan tubuhku dan aku mulai menungging di hadapan Endrix. Kusingkap rokku hingga pantatku terbuka. Kemudian aku mulai menarik lubang pembuanganku dengan kedua tanganku dengan maksimal.



“Hehehe baguss…. Buka lebih lebar lagi gue gak bisa lihat dalamnya”, kata Endrix



“I.. Ini sudah maksimal tuann..”, ujarku mencoba menarik lubang pantatku lagi tapi aku rasa ini sudah mentok.



“Oiya? Yakin sudah maksimal?”, goda Endrix



“Su.. Sudah tuan…”, jawabku ketakutan



“Yasudah kalau gitu. Hehehehe.. Sekarang lo lanjut lucutin sisa baju lo sampe bener-bener bugil”, kata Endrix



Aku menghela nafas panjang. Setidaknya Endrix tidak marah dan kembali menamparku. Aku muali bergoyang lagi. Kali ini aku lebih sering memainkan payudaraku untuk menggoda Endrix. Kupilin dan kuremas dengan nakal. Tak lupa wajahku kubuat menatapnya menggoda



“Body lo sexy juga ternyata… Tetek lu indah benerrr.. Shit tau gitu dari dulu gue jadiin lo lonte sekolah… Kirain lo alim ternyata binal. Nyesel Gue…”, ceracau Endrix dan aku hanya diam saja sambil terus menggoyangkan tubuhku



“Terima kasih Tuan…”, ucapku



“Oiya sini!”, perintah Endrix dan aku pun mendatangi preman sekolah itu



*Breeekkk breeekkkk breeeekkkkk”, Endrix tanpa persetujuanku merobek bra ku tepat di tengah sehingga kini braku terbuka dan cup nya terbelah jadi dua”



“Nah gini harusnya aturan berpakaian khusus lonte sekolah. Lo paham kan pakaian lonte sekolah seharusnya gimana? Tetek dan memek lo itu untuk umum jadi lo ga usah sok-sokan tutup-tutupin segala”, ujar Endrix sambil tersenyum menyeringai



“Jadi lonte Echa hari ini dilarang memakai bra dan celana dalam ya tuan?”, tanyaku



“Iya betul sekali lo gak boleh pake sempak dan BH selama di sekolah hari ini, Oiya sama satu lagi. gue minta lo permak semua pakaian seragam sekolah lo sampai bener-bener kekecilan. Lonte itu harus sexy dan menarik. Ngerti lo?”



Aku terperanjat mendengar permintaannya kali ini. Secara tidak langsung pandangan orang akan berubah kepadaku jika aku berpakaian terlalu sexy disekolah. Aku akan dipandang cewek murahan oleh orang-orang sekolah jika aku sengaja memakai baju yang memperlihatkan lekuk tubuhku. Berpakaian sexy disekolah ini sebenarnya dilarang, tetapi Endrix and the gank saja yang selalu melanggar tata cara berpakaian rapi sesuai aturan sekolah, selalu bebas dari hukuman. Aku pikir aturan itu boleh dilanggar.



“Kok diam aja? Mau gak lo?”, tanya Endrix



“Ma.. Mau tuan….” Jawabku



“Gitu dong. Lo kalau mau jadi lonte harus totalitas menjalaninya. Oke, gue kasih 3 hari buat lo permak seluruh seragam sekolah lo biar bisa lo pake ke sekolah”, kata Endrix dan aku pun menjawab perintahnya dengan anggukan membayangkan apa yang akan terjadi setelah aku berpakaian terlalu sexy jika ke sekolah



“Ya udah lanjutin. Buka memek lo, tunjukin ke gue kemaluan lo”, perintah Endrix sambil menunjuk rok abu-abuku agar segera aku lepas



Tanpa dimintanya sebenarnya aku sudah berniat melepas kain terakhirku ini, Kubuka ikat pinggangku berikut rok abu-abuku dihadapan Endrix. Setelah resleting terlepas, rokku jatuh sendiri kebawah dan kubiarkan jatuh begitu saja dibawah. Sekarang posisiku sudah telanjang bulat, hanya kerudung, kaos kaki panjang, dan juga sepatu hitam yang masih terpasang ditubuhku



“Sekarang lo lanjut goyang sambil bugil… Heheheheh…”, perintah Endrix



“Baik tuan…”, jawabku



Aku kembali menggoyangkan tubuhku. Bedanya kali ini bokong dan vaginaku terlihat jelas tanpa penutup saat bergoyang seronok. Kugoyangkan dengan seronok Bokongku dihadapan preman sekolah itu. Kuliukkan tubuhku dengan liar, Sesekali kuangkat kedua tanganku keatas memamerkan kedua ketiakku yang mulus tanpa bulu. Sesekali kukocok pula memekku agar ia semakin terangsanng. Gerakan goyanganku bahkan semakin brutal dan tidak malu-malu lagi.



“Yaaa bagusss.. wanita penghiburrr.. Hehehehe.. Buka memekmu sekarang… cepettt!!”, ujar Endrix tak sabar



Kemudian aku berhenti bergoyang. Kali ini aku membuka lebar organ kemaluanku dengan kedua tanganku dan kubuka bibir kemaluanku dihadapan Endrix dalam posisi tetap berdiri. Lalu Endrix duduk diatas meja guru dan ia mulai menowel-nowel kelaminku dengan sepatu kotornya yang entah kapan terakhir ia cuci. Iya gerakkan ujung sepatunya dan ia gesekkan ke kemaluanku.



“Aaaahh..”, aku mendesah pelan saat ia gesek-gesekkan ujung sepatunya ke kelaminku



“Sekarang lo masturbasi sambil gesekin memek lo ke sepatu gue.. Memek lo udah gatel tuh”, perintah Endrix



“Eeehhh?? Ba.. Baik Tuan.. Permisi pinjam sepatunya untuk colmek memek Lonte Echa ini….”, kataku hendak melepas sepatu Endrix



“Ga usah lepas sepatu gue. Lo langsung gesekin ke kaki gue”, kata Endrix sambil meluruskan kakinya agar aku bisa menggesekkan kemaluanku ke kakinya



“Eeeeehhhh?? Ba.. Baik Tuannn..”, aku hanya bisa pasrah karena semakin aki banyak protes Endrix akan semakin kasar



Aku pun meraih kaki Endrix, dan kubuang harga diriku dengan masturbasi menggunakan sepatu yang masih terpasang dikakinya. Kuarahkan ujung sepatu kotor Endrix dan aku mulai menggesekkan ujung sepatunya ke bibir vaginaku. Sesekali Endrix menggerak-gerakkan kakinya seperti menendang kemaluanku pelan



“Ohh.. Aaahhh.. Aahhh..”, aku mendesah sangat menikmati perlakuan ini



“Enak kan gesekin memek lo ke sepatu gue?”, ledek Endrix



“Enak tuaann.. Aaaahhh..”, jawabku



“Hehehehe.. Jangan lupa pake kaki gue satunya biar adil..”, kata Endrix



Aku kemudian meraih kaki Endrix satunya dan kembali kugesek-gesekkan ujung sepatunya ke bibir kemaluanku. Vaginaku semakin becek dan lendir kemaluanku itu semakin membuat sepatu Endrix mengkilap. Aku semakin terangsang dengan direndahkan seperti ini. Rasanya aku mulai menjiwai peranku sebagai lonte sekolahku tercinta ini dan aku malah semakin tergoda untuk menuruti perintah-perintah Endrix yang merendahkan harga diriku. Aku percepat gesekanku ke ujung sepatu Endrix. Bahkan aku juga menekan-nekan hingga sedikit menembus bibir kemaluanku



“Aaaahhh.. Ssssshhhh… Tuaaannn..”, kataku kewalahan karena Endrix terus menekan kemaluanku dengan ujung kakinya



“Boleh emang memek lo diginikan? Ha? Ha?”, ejek Endrix sambil ia tekan tekan kemaluanku menggunakan kakinya dan mendenga pelan kemaluanku dengan ujung kakinga



“iyaaahh.. Aaaahh.. Boleehh Tuaannn.. Lonte Echa boleh digituin…”, jawabku sambil semakin kugesekkan kuat-kuat memekku ke sepatu Endrix



Bukan hanya ke midsolenya saja yang kugesekkan ke kemaluanku, tapi juga kupakai outsole sepatu Endrix, bagian paling kotor dari sepatunya untuk kupakai masturbasi dihadapannya



“Aaaahhhh.. aaaaaaahhhh… Sssshhh..”, aku semakin kuat menekan-nekan sepatu Endrix ke kemaluanku sendiri



“Iya gituuu.. Sekarang lo jawab, Kotor mana sepatu gue sama memek lo?”, ledek Endrix



“Memek lonte Echa lebih kotor tuaaannn… Aaaahhh…”, ujarku menyadari kesalahanku tadi



“BAGUSSSS… Heheheh… Kalau gitu sekarang memek lo jadi keset buat sepatu gue.. Ngangkang lo”, perintah Endrix



“I.. Iya.. Tuaaaannn.. Silakan pake memek Lonte Echa buat keseeetttt…”, Jawabku dan aku pun mulai tiduran dilantai kelas, aku buka kakiku lebar-lebar mengangkangkan kakiku tepat dibawah kaki Endrix. Endrix tersenyum melihat betapa aku menuruti segala perintahnya tanpa banyak protes.



Lalu Endrix mulai menginjak vaginaku pelan dan mulai ia gesek-gesekkan seperti sedang membersihkan kotoran yang ada di sepatunya. Sesekali ia tekan kemaluanku seperti orang sedang menekan pedal gas mobil. Bukannya marah, aku malah terangsang dan menikmati saat sepatu Endrix digesekkan ke kemaluanku.



“Memek kotor.. Jadi keset gue aja kelamin lo!”, kata Endrix sambil kali ini ia pakai kaki satunya untuk digesekkan ke kemaluanku sambil diinjak semakin kuat



“Ouhhhh.. Ssshhhh..”, aku justru mendesah nakal diperlakukan seperti itu



“Goyangan memek lo biar sepatu gue makin bersih…”, kata Endrix dan aku langsung bergoyang nakal sebiasanya selagi ia menginjak-injak kemaluanku



Kupasrahkan alat kemaluanku itu untuk jadi keset bagi sepatu Endrix. Endrix mulai menginjak memekku semakin kuat dan ia semakin tanpa ragu membersihkan sepatunya menggunakan alat kelaminku. Gesekannya sangat kuat seolah kemaluanku ini beneran sebuah keset baginya. Ia gesek-gesekkan berkali-kali sepatunya hingga kotoran yang ada di sepatunya kini pindah di lubang kemaluanku.



“Ouuhhh.. Ouuhhh..”, aku semakin terangsang



“Lumayan juga lendir memek lo buat bersihin sepatu gue.. Hehehe.. Ya udah sekarang gue kasih ijin lo sepong kontol gue… sini sini..”, ujar Endrix sambil memberi tanda kepadaku agar aku mendekati kontolnya bak seekor kucing



“Terima kasih tuan…”, jawabku



Aku pun mulai berlutut dan langsung kucaplok dengan lahap kontol preman sekolah itu. Kujilat dan kuciumi kemaluannya dengan rakus. Tak ragu kuteteskan juga air liurku ke batang kemaluannya sebelum kusepong lagi kontol tuanku itu



“Aaaahhh sialan makin pinter aja lo sepong kontol. Hehehehe…”, puji Endrix sambil ia belai pipiku dengan lembut



“Terima kasih tuan…”, ujarku sekali lagi dan aku kembali mengulum kontol Endrix dengan lahap



“Mulai sekarang lo sebelum sekolah gausah sarapan di rumah. Lo sarapan kontol gue aja tiap hari sama minum peju gue…”, kata Endrix sambil kini ia belai kepalaku dan ia mainkan kain kerudungku



“Iya Tuan.. setiap hari ijinkan Lonte Echa sarapan kontol tuan Endrix”, jawabku



“Pokoknya lo jadi lonte yang patuh sama gue lo. Awas kalau lo berani ngelawan gue…”, kata Endrix penuh kesombongan



“Ngga tuan.. Lonte Echa akan selalu patuh ke Tuan Endrix…”, jawabku



“Hehehehe.. Gitu dong.. Lo emang lonte kebanggaan sekolah ini..”, puji Endrix



“Terima kasih tuan…”, jawabku



“Hmmm… Btw lo tau toilet dimana?”, tanya Endrix tiba-tiba



Aku terkejut mendengar pertanyaan tiba-tiba dan bodoh itu. Aku tahu betul Endrix pasti tidak tiba-tiba amnesia melupakan letak toilet sekolah. Tetapi tetap saja aku harus menjawab pertanyaan konyolnya dengan penuh kesabaran.



“Tuan keluar dari ruang kelas belok kanan terus nanti ditengah-tengah ada toilet, tuan…”, jawabku



Endrix memandangiku dengan tatapan menyebalkan. Tatapan matanya begitu tajam seolah ia ingin berbuat sesuatu kepadaku. Tidak puas-puas dirinya merundungku seperti ini. Sekarang aku tau betapa kesal dan marahnya adik-adik kelas yang dirundung oleh Endrix and the gank karena kelakuannya sangat minim attitude. Tetapi entahlah aku juga mau-mau saja diperlakukan seperti ini.



“Bukan itu maksud gue.. Lo mulai sekarang jadi toilet berjalan. Mulut dan memek lo sekarang jadi toilet gue. Jadi kalau gue mau kencing atau buang peju, lo harus sediain mulut dan memek lo buat jadi toilet gue. Paham lo?”, kata Endrix



“Apa? Maksud tuaaann?”, tanyaku tidak percaya mendengar perintahnya yang begitu keterlaluan merundungku



“Lo gak paham? Gue ulangi sekali lagi, awas kalau lo masih gak paham. Gue kalau mau kencing atau buang peju, lu harus sediain mulut dan memek lo untuk dijadikan toilet. Paham?”



“Jadi Aku mau dikencingin???”, protesku



*Plak* tiba-tiba Endrix menamparku



“Lo bilang “Aku” ke gue? Itu tidak sopan. Sudah gue bilang sebut diri lo dengan sebutan “Lonte Echa”. Gue bakalan hukum lo karena kesalahan lo ini. Sekarang gue minta lo buka memek lo.. Gue mau kencing. Udah kebelet daritadi anjir”, kata Endrix sambil ia mulai berdiri dan mengarahkan kontolnya kepadaku



Aku kelabakan dan bingung harus bagaimana. Aku tidak mau cairan najis itu mengenai kerudung maupun sepatuku karena sekolah saja belum mulai hari ini. Aku buru-buru menyingkap ke belakang kerudungku agar tidak terkena cipratan kencing Endrix. Kubuka kakiku lebar-lebar dan Endrix kemudian mengarahkan kontolnya ke kemaluanku sambil tersenyum nakal



“Buka memek lo biar kencing gue bisa masuk ke dalam lubang kencing lo. Sekalian buat nyuci memek lo yang kotor itu”, kata Endrix dan aku pun mau-mau saja menuruti perintah gilanya.



Kubuka lebar-lebar lubang kemaluanku dengan kedua tanganku.


fa80f6f1f9cec9f1a9ae8f3cc716c458e5b53d67.jpg


*Currrrrrrrrrrrrrrrrrrr* Cairan bening berwarna kuning itu mulai keluar dari kontol Endrix dan mengguyur beberapa bagian tubuhku



Benar saja awalnya Endrix kesulitan mengatur tekanan dari semburan kencingnya. Hingga air najis itu mengenai payudara serta perutku. Bahkan rasanya sedikit terkena mukaku. Pusarku juga kulihat mulai terisi penuh oleh kencing Endrix. Setelah beberapa saat mengatur tekanannya barulah kencing Endrix tepat mengenai bibir kemaluanku.



Kurasakan kencing Endrix rasanya hangat dan lumayan segar. Kemaluanku juga terasa sedikit perih saat terkena cairan kencingnya. Mungkin kulit memekku ada yang lecet saat Endrix jadikan alat kelaminku sebagai keset tadi. Aroma yang luar biasa pesing itu membuatku tidak nyaman. Ini pertama kalinya aku dikencingi seperti ini. Tak pernah kubayangkan sebelumnya diriku akan dikencingi oleh salah seorang teman sekelas sekaligus preman sekolah. Gila sih, karena faktanya aku sama sekali tidak ada niatan untuk protes atau keberatan sedikit pun. Aku rela tubuhku dikencingi oleh Endrix. Aku mencoba menikmati ini semua dan adrenalin yang kurasakan juga semakin menantangku untuk terus melakukan hal-hal gila



Endrix terus mengucurkan kencingnya ke kemaluanku. Mau tak mau kubiarkan tanganku yang masih memegangi bibir vaginaku turut terkena kencingnya. Jam tangan yang biasa kukenakan sudah tak tertolong lagi. Kubiarkan saja benda yang melingkar di pergelangan tanganku itu terkena kencing Endrix. Kukuatkan tanganku agar bibir vaginaku bisa terbuka semakin lebar. Tubuhku mulai basah kuyup terkena kencing Endrix. Aroma kencing Endrix langsung tercium menyengat hingga ke seluruh penjuru kelas terlebih tubuhku. Kulirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 04.45, sebenarnya masih ada cukup waktu untuk membersihkan kencing Endrix di kelas ini sebelum siswa-siswa berdatangan. Tapi apakah sempat?



“Aaaaahhh legaaa…”, ujar Endrix sambil kini ia menampar-nampar mulutku dengan kontolnya.



Aku paham ia memintaku untuk membersihkan kontolnya yang baru saja buang air kecil. Kujulurkan lidahku dan kusapukan ujung kontol Endrix dengan lidahku. Kugerakkan lidahku memutar hingga kupastikan tidak ada sisa kencing yang tertinggal di kepala kontolnya.



“Bersihin badan lo dulu pake sempak lo ini.”, ujar Endrix sambil ia lemparkan kain segitiga itu ke kepalaku



Aku langsung mengelap tubuhku yang terkena kencingnya dengan celana dalamku sendiri. Kusapu beberapa cipratan di dada perut dan pahaku. Terutama di area kemaluanku yang menjadi target utama Endrix mengencingi tubuhku. Setelah semua selesai Endrix lalu meminta celana dalamku lagi



Setelah itu, Endrix langsung memintaku menungging sambil berpegangan pada meja guru tempat kami berada. Kutunggingkan pantatku dan kurasakan kontol Endrix mulai menyentuh bibir kemaluanku. Endrix tidak mendorongnya pelan-pelan, tapi langsung ia sodokkan kencang-kencang hingga kepalaku terdongak menerima serangan dadakan itu



“Uhhhh gini ya rasanya memek Echa? Memek salah satu siswi paling berprestasi di sekolah?”, gods Endrix sambil ia dorong batang kontolnya semakin dalam sekali lagi



“Heeeekkkhhhh….”, aku terperanjat menerima kontol besarnya ya melengkung mulai mengisi kemaluanku



Rasanya memekku seperti dimasukkin pisang jumbo karena bentuknya memang melengkung tajam. Kontol Endrix langsung menyerang bagian atas kemaluanku saat ia mulai lakukan gerakan menyodok ke dalam memekku. Sepertinya bentuk kontolnya yang melengkung seperti itu bisa dengan mudah menyentuh titik G-Spotku. Pantas saja, sodokan kontol Hendrix terasa berbeda dibandingkan kontol-kontol yang pernah bersarang dikemaluanku. Aku sampai tak bisa berhenti mendesah saking mantabnya garukan yang diberikan kontol Endrix pada dinding dalam vaginaku.



*Jleb jleb jleb jleb jleb*



“Aaaaahhhhh.. Tuaaann… Aahh.. Aaahhh.. Aaaahhh.. Aahhh…”, pekikku sat kupasrahkan organ intimku ini menjadi tempat pelampiasan nafsu Endrix



“Kenapa? kontol gue pasti rasanya beda sekali dengan kontol cowok lo ya? Suka kan??? Heheheh”, ujar Endrix sambil terus menyodok kemaluanku dari belakang



“Oouuhhh.. Enaakkkk.. Tuaaann.. Terussss entot memek Lonte Echa tuaaannn… Aaaahhh…”, rancauku sat dihujami kontol Endrix



“Lo suka dientot ya?? Plak plak plak”, tanya Endrix sambil kali ini ia juga memukuli pantatku



“Sukaaaa… Lonte Echa suka dientottt….”, kataku sambil terus keenakan disodoki kontol Endrix



“Kalau gitu goyang yang bener! Buka memek lo lebih lebar dan biarkan gue entot lo sampai puas!”, kata Endrix semakin kasar menggenjotku



“I.. Iya Tuaann…”, ujarku begitu taat kepada Endrix



“Apa tugas lo sekarang?”, tanya Endrix sambil terus menyodok kemaluanku semakin kera



“Tugas lonte Echa… Muasin kontoooollll… Ohhhhh…”, pekikku begitu pasrah



“Memek lo boleh dientot sepuasnya kan? Lo gak keberatan kan? Ha? HA?”, Tanya Endrix semakin menyodokku dengan kasar



“Boleeeehhh.. Memek Lonte Echa ngga keberatan dientot sepuasnnyaaaaaa…”, jawabku semakin tak karuan



“Bagus.. Hehehe… Gue jadikan memek lo tempat buang peju gue”, kata Endrix semakin intens menyetubuhiku dan rasanya tubuhku sudah tak sanggup lagi menerima tiap gesekan nikmat ini. Aku sudah memasrahkan untuk menikmati perzinahan ini.



Kubuka kaki semakin lebar dan kuberikan jalan kontol Endrix agar bisa menghajar kemaluanku lebih puas. Rasanya lendir vaginaku muncrat-muncrat saat disodok kontol Endrix. Begitu basahnya kemaluanku sehingga tiap sodokannya memberiku rasa kenikmatan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Biarlah desahan nakalku menjadi bukti betapa sukanya aku disetubuhi olehnya.



“Aaahhh.. Aahhhh.. Terus tuaann”, pintaku manja sambil tubuhku tersentak-sentak



“Anjir malah keenakan lo. Emang bakat ngelonte ya lo? Gue hajar memek jalang lo Aahh.. Sssshhh… plak plak plak ini bokong sexy benerr…”, ujar Endrix sambil kembali ia tampar-tampar pantatku



“Iyaa Echa memang lonte tuaann.. Entot memek lonte Echa tuaann... Lonte Echa ikhlassss…”, pekikku hingga tanpa sadar taplak meja guru kutarik dan kuremas karena sodokan Endrix begitu kuat menghajar kemaluanku



“Iya memang harus ikhlass… itu udah jadi kodrat lo sebagai budak sex gue”, ujar Endrix sambil tak berhenti menggenjotku



Tubuhku sudah ambruk dan terbaring di meja guru, namun pantatku tetap menungging dan membiarkan preman sekolah ini menghajar kemaluanku. Mulutku tak bisa berhenti mendesah, vaginaku rasanya ngilu, tapi kuakui bersetubuh dengan lelaki kontol besar adalah sebuah kenikmatan terbaik yang pernah kurasakan.



#



15 menit kemudian…



Kami sudah berpindah posisi beberapa saat yang lalu. Meja murid paling depan menjadi tempat aku bersetubuh dengan preman sekolah ini. Tubuhku tiduran diatas meja, sedangkan Endrix berdiri sambil ia sodokkan batang kemaluannya ke lubang kemaluanku.



*Jleb jleb jleb jleb*



Tak lupa Endrix menciumi bibirku penuh nafsu. Ia lumat habis lidahku dan ia seruput kencang-kencang bibir atas dan bawahku. Kubiarkan bibirku diciuminya. Aku tidak mau jika aku membalas melumat lidahnya, dia akan marah dan menganggapku tidak sopan. Biarlah dia yang berkuasa atas diriku.



Setelah puas menciumi bibirku, ia juga mulai mengemuti puting susuku yang mungil dengan ganas saat posisi misionary ini. Aku meringis menahan sakit karena Endrix menggigit putting susuku kuat-kuat bergantian. Tetapi aku coba ganti rasa sakit itu menjadi rasa nikmat. Semua hanyalah masalah pemikiranku saja. Jika aku menganggap gigitannya adalah cara dia memberiku kenikmatan, maka aku akan menikmati perlakuannya. Aku mencoba menikmati semua perlakuan Endrix kepadaku



“Aaahh Tuaann iya gigitin pentil Lonte Echa.. Terusss… Aaahh.. Enakk…”, desahku begitu murahan



“Sialan, lama-lama Gak kuat kontol gue pingin segera crotin memek lo… Sssshhh… Berisik banget mulut lo anjir.. Plak plak plak plak plak..”, kata Endrix sambil ia percepat temponya dan ia tampar-tampar pipiku



“Iya tuan.. Crotin memek lonte Echaaa.. Aaahhh.. Ouhhh..”, pintaku manja dan tanganku memegangi pinggul Endrix agar ia tak berhenti menghajar memekku



“Gue keluarin di dalam ya!”, goda Endrix sambil ia kembali menjilati putting susuku



“Iyaaaahhh.. keluarin di dalam memek lonte Echa tuaaannn Aaahh Aahhh…”, ucapku begitu binal



“Aaahhh.. Baguss… Rahim lo emang tugasnya buat pembuangan peju… Memek kotor najisss … Sshhhh… Gue hamilin loooo”, ujar Endrix



“Iyaaa Aaahhh Tuaaannn.. Peju tuan buang ke memek kotor Lonte Echa sajaaa… Aaahh…. Ouhhh..”, aku semakin merancau menggila



Aku seolah sudah lupa siapa diriku. Murid berprestasi di sekolah? Ya, itu memang benar dan semua orang mungkin tahu akan hal itu. Tapi disisi yang lain aku juga sudah menjadi seorang lonte bagi sekolah ini. Seorang lonte yang tugasnya menghibur tuannya. Bagaimana jika mereka tahu?? Apa yang akan terjadi padaku??



“Dasaarrr Lonteeee.. Gue pejuin looooo sekarangg!!!!… Aarrrgghhh..”, pekik Endrix Dan kurasakan kontolnya berkedut-kedut di dalam kemaluanku.



“Lonte Echa jugaa keluarrr tuaaannn”, pekikku



Tubuhku bergetar hebat kurasakan lendirku akan segera menembak. Sepertinya kami akan keluar bersamaan karena kurasakan kontol Endrix juga kedutan di dalam rahimku. Aku hanya bisa pasrah dan bersiap menerima semburan peju preman sekolahku dengan rahimku.



*Crroootttt crrrootttt crrrrooott* tanpa ragu Endrix semburkan semua spermanya ke dalam kemaluanku



Mataku terpejam, menikmati ledakan-ledakan berkali-kali saat kontol Endrix menyemburkan spermanya ke kemaluanku. Cairan kental dan hangat itu mulai mengalir semakin masuk menuju rahimku. Mungkin jutaan dari mereka sedang berlomba-lomba membuahi sel telurku. Beberapa ada yang sampai meluber karena rahimku tidak mampu menampung seluruh sperma Endrix.



Nafasku ngos-ngosan setelah persetubuhan panas pagi-pagi buta ini. Padahal sebentar lagi aku harus mulai kegiatan belajar dikelas, tetapi rasanya aku sudah tidak sanggup lagi untuk bisa konsentrasi di pelajaran haribini. Aku sudah terlalu lemas dan malas. Tubuhku bahkan masih kedutan menikmati klimaksku yang luar biasa. Sesekali kakiku bergetar kecil karena orgasme hebat yang kualami



“Sekarang lo bilang terima kasih ke gue karena memek jalang lo udah gue kasih peju gue”, ujar Endrix sambil ia cabut kontolnya yang tampak mengkilap



“Terima kasih tuann Hah.. Hah.. Hah..”, ujarku dengan kondisi nafas tersengal-sengal setelah hampir setengah jam memekku dihajar kontol Endrix tanpa istirahat sekalipun



“Untuk apa?”, goda Endrix



“Karena.. Hah.. Hah.. Hah..Memek Lonte Echa.. Su.. Sudah.. dikasih.. peju tuaaann”, jawabku masih ngos-ngosan



Rahimku sudah sukses dipenuhi oleh cairan lengket dan kental punya Endrix. Aroma ruangan ini juga semakin tak karuan akibat sperma Endrix yang menyengat. Perpaduan antara aroma pesing kencingnya dan aroma anyir spermanya. Dan itu semua saat ini bercampur menjadi satu di alat kelaminku



“Puas lo gue entot?”, tanya Endrix sambil ia mulai rapikan pakaiannya



“Pu.. Puas tuan..”, jawabku



“Heheheh.. Bener-bener gak nyangka gue, lo tampang alim tapi doyan bener sama kontol”, kata Endrix sambil memberiku perintah gesture agar aku bersihkan kontolnya sekali lagi



Aku lalu turun dari meja dan berlutut dihadapan Endrix. Kujilati kontol Endrix yang masih belepotan sperma bercampur dengan kencingnya tadi, dan juga lendir vaginaku. Kujilati dan kubersihkan sisa persetubuhan panas kami pagi ini di sekolah. Lidahku bergerak lincah naik turun memastikan tidak ada bagian yang tertinggal. Kupastikan kontol Endrix harus benar-benar bersih sebelum kami memulai kegiatan belajar mengajar hari ini.



“Aaahhh.. Enak bener pagi-pagi kontol gue dimanjain sepongan cewek cantik kek lo..”, kata Endrix membelai kepalaku.



“Terima lasih tuan…”, jawabku sambil tersipu karena dia baru saja menyebutku cantik



Kulihat langit sudah mulai terang sedikit demi sedikit, sepertinya matahari sudah mulai muncul dengan malu-malu tanda pagi mulai menjelang. Aku lihat Endrix sudah mulai berpakaian lengkap, aku pun berpikir untuk juga segera berpakaian karena sang surya sudah mulai sedikit terlihat. Jam dinding menunjukkan pukul 05.17



“Siapa suruh lo pakai baju?”, hardik Endrix tiba-tiba mengejutkanku



Seketika aku berdiri mematung tidak jadi memakai pakaianku. Aku bingung mengapa ia melarangku memakai baju padahal ia sendiri sudah berpakaian lengkap dan aku sudah melayani nafsunya hingga dia klimaks.



“Sebelum yang lain pada datang, gue minta lo bersihkan kencing gue tapi lo harus tetep telanjang!”, kata Endrix sambil menunjuk lantai yang penuh dengan genangan air kencingnya



“Eh tapi tuannnn?”, aku ingin sekali protes karena keadaan semakin tidak aman



Kalau begitu aku harus mondar-mandir di area sekolah dalam keadaan telanjang karena peralatan pel dan cairan pengharum lantai berada di gudang yang jaraknya lumayan jauh dari ruang kelasku yang berada di lantai 3



“Buruan sebelum yang lain pada datang malah pada mikir lo gila jalan-jalan di sekolah gak pake baju. Heheheh”, kata Endrix



“Tapi kan ada Pak Suryo yang jaga sekolah ini Tuan?”, protesku



“Ya bukan urusan gue. Kalau lo ketemu dia berarti rejeki buat tu satpam mesum. Karena bisa lihat cewek cakep di sekolah ini dalam keadaan bugil. Heheheh”, kata Endrix sambil terkekeh



“Eehhh? Ba.. baik.. tuann… Maaf…”, jawabku pada akhirnya



“Yaudah bersihin sampai bersih, gue mau tidur lagi bentar. Lumayan ada satu jam lebih sebelum masuk kelas. Dari semalam ngentot melulu anjir”, kata Endrix dan ia pun tidur di bangkunya



*Dari semalam?* Tanyaku dalam hati mendengar ucapan Endrix



Aku terdiam sejenak dan kuputuskan menjalankan perintah Endrix saja daripada membuang banyak waktuku. Aku hanya berharap tidak bertemu dengan Pak Suryo dalam keadaan bugil. Untuk tahap awal aku berusaha mengurangi genangan kencing Endrix agar tidak mencolok seperti sekarang. Kain celana dalamku juga masih dibawa Endrix.



Aku lalu melihat sebuah bra yang tengahnya sudah digunting milikku tergeletak di lantai.Kuputuskan ku lap saja lantai yang dikencingi Endrix dengan braku yang tadi di potongnya. Toh juga sudah tidak bisa dipakai lagi. Kuusap dengan telaten hingga bra ku menyerap sedikit demi sedikit genangan pesing itu. Untungnya, kain Braku bisa menyerap kencing Endrix dengan baik dan genangan kencingnya sudah tidak nampak lagi. Setelah dirasa cukup, kubuang bra ku ke dalam tempat sampah yang terletak di taman depan kelas karena aromanya juga sudah menjadi pesing.



Aku kemudian bergegas segera menuju gudang yang berada di lantai 1. Jaraknya dari kelasku lumayan jauh sebenarnya karena kelasku berada di lantai 3. Kuturuni koridor dan anak tangga dengan terburu-buru, namun sebisa mungkin langkah kakiku sedikit kuatur agar tidak terlalu berisik. Di lantai 2 cukup aman karena kondisi sekolah yang masih sepi.



Emang kurang ajar si Endrix sepagi ini aku sudah disuruh olahraga lari-larian di sekolah. Mana ga pakai baju lagi. Alhasil tubuh berkeringatku terlihat sangat jelas dan aroma tubuhku menjadi tidak karu-karuan. Kulitku juga semakin mengkilap karena bulir-bulir keringatku terus keluar. Vaginaku juga lama-lama terasa becek juga karena situasi yang semakin menegangkan ini. Jika semua tugas ini sudah selesai, aku ingin segera ke toilet dan segera membersihkan tubuhku



Akupun akhirnya tiba di lantai 1. Entah mengapa aku deg-degan saat berada di lantai ini. Aku tidak tau posisi Pak Suryo saat ini dimana. Bisa saja di duduk di pos security. Bisa juga saat ini ia sedang keliling jalan-jalan di lantai 1. Kerudungku mulai basah berkeringat. Tidak ada gunanya aku diam saja di sini. Aku harus terus bergerak dan menyudahi permainan gila Endrix



Perlahan-lahan aku melangkah, sambil kufokuskan indera mata dan indera telingaku agar bisa menangkap sosok atau pun suara langkah Pak Suryo jika berada di dekatku. Aku terus melangkah sambil celingak-celinguk ke depan belakang kiri kanan memastikan situasi di sekitarku aman.



Setelah terus melangkah, tinggal beberapa saat lagi aku tiba di gudang yang terletak di paling pojok gedung sekolah ini. Tetapi, jantungku berdebar keras karena samar-samar aku mendengar suara dari dalam gudang.



Aku melangkah semakin mendekat dan suara itu terdengar semakin jelas. Suara seorang wanita! Dan ia sedang mendesah-desah! Aku tahu betul model desahan itu! Karena aku juga sering melakukan desahan semacam itu! Itu adalah desahan seorang wanita yang sedang keenakan dientot!



Aku pastikan lagi apakah aku salah dengar, bisa saja itu cuma suara video bokep dan pak Suryo saat ini diam-diam sedang menonton video bokep di dalam gudang. Seketika aku lemas, bagaimana jika betul Pak Suryo ada di dalam gudang? Lalu bagaimana caraku agar bisa mengambil pel sekaligus pewangi lantai yang disimpan di sana?



Ingin sekali aku membuka pintu gudang untuk memastikan apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam. Apakah itu hanya suara yang berasal dari video bokep? Tetapi kenapa terdengar begitu nyata? Karena samar-samar aku juga mendengar tawa-tawa menyebalkan dan juga seperti terjadi percakapan di dalam sana. Tetapi telingaku tidak sanggup menjangkau apa yang sedang dibicarakan.



Aku takut sekali membuka pintu gudang, nyaliku menciut dan tidak sanggup memastikan siapa dan apa yang sedang terjadi di balik pintu gudang ini. Logis saja, karena saat ini aku juga sedang telanjang. Jika aku memaksa memberanikan diri membuka pintu ini dan aku ketahuan, habislah aku! Mana suara cewek itu semakin kencang lagi desahnya seperti bukan berasal dari handphone



Akhirnya aku memutuskan meninggalkan gudang dan mencoba berkeliling sebentar di sekolah siapa tahu aku menemukan benda yang bisa kupakai untuk meyamarkan aroma kencing Endrix. Dia yang kencing aku yang susah. Menyebalkan! Aku lalu memutuskan untuk masuk ke toilet khusus guru, karena di toilet ini jauh lebih bagus dan bersih jika dibandingkan toilet para murid.



Toilet guru letaknya tidak jauh dari gudang. Sama-sama di lantai 1. Jika gudang ada di ujung gedung. Maka toilet guru berada di tengah-tengah gedung. Aku bergegas sedikit berlari karena waktu yang semakin habis. Sebentar lagi akan ada murid-murid kepagian yang datang. Biasanya mereka yang kutu buku atau pun yang rajin ke sekolah akan datang pagi-pagi



Aku sudah tidak memperdulikan langkah kakiku yang terdengar berisik saat berlari. Setidaknya aku yakin, kemungkinan besar Pak Suryo sedang di dalam gudang asyik menonton bokep. Itulah kesimpulan awalku. Aku lalu tiba dan langsung masuk di toilet guru. Ada 3 buah washtafel disana. Masing-masih washtafel terdapat sebuah sabun cuci tangan.



Seketika otakku mendapatkan ide untuk mengambil salah satu sabun cuci tangan itu untuk membersihkan sisa kencing Endrix. Aku langsung berlari kembali ke kelas sambil membawa salah satu botol sabun cuci tangan dan kutuangkan banyak-banyak ke bekas kencing Endrix. Lantai memang menjadi licin, tapi itu mending daripada bau kencing Endrix. Lalu kudiamkan saja agar bisa mengering sendiri. Nanti rencananya aku akan memberinya sedikit air biar biar mengurangi tingkat kelicinannya.



Aku kemudian menyeka keringatku yang banjir. Rasanya cukup melegakan karena tak kucium lagi aroma pesing kencing Endrix di ruangan ini. Berganti menjadi aroma stroberi yanh berasal dari sabun cuci tangan yang kuguyurkan ke lantai. Aku pun melihat ke arah Endrix yang sedang asyik tidur di bangku paling belakang, lalu kudatangi preman sekolah itu.



“Udah saya bereskan tuan…”, kataku sekaligus membangunkan Endrix



“HAAA..? OOHHH.. Kencing gue tadi? Bagus-bagus.. Jam berapa sekarang?”



“Masih jam 5.30 tuan..”, jawabku



“Anjir lah ganggu tidur gua aja lo. Baru bentar doang… Btw… liat lo bugil, kontol gue ngaceng lagi anjir”, ujar Endrix dan ia pelorot celananya



“Tuan?”, aku terkejut apakah preman sekolah itu hendak menyetubuhiku lagi



“Siniin memek lo”, kata Endrix sambil memintaku duduk dipangkuannya



“I.. Iya Tuan..”, jawabku dan dengan patuh kudatangi Endrix dan aku pun duduk diatas pangkuannya dengan mengangkang



Kuhadapkkan tubuhku ke wajahnya, kali ini payudaraku berada tepat di wajahnya. Ia sempat mengemut puting susuku sejenak sebelum ia arahkan kontolnya ke kemaluanku lagi. Mudah saja ia tancapkan batang kontolnya sekali lagi ke memekku karena dari tadi memekku juga sudah licin. Tubuhku menggeliat saat kontol Endrix membelah mulai vaginaku. Gila, baru disodok sebentar memek aku sudah semakin basah. Sepertinya memekku ketagihan kontol Endrix



*Blesssss*



“Aaaaahhhhh..”* Aku mendesah nikmat saat kontol Endrix mulai bersarang dalam jepitan vaginaku



“Lo goyang begok, malah diem.. Memek lo sekarang yang gantian kerja buat muasin kontol gue”, kata Endrix sambil ia meremasi payudaraku dari belakang



“Baik Tuan..”, jawabku



Aku buru-buru menggoyangkan pantatku, kugerakkann teratur kebawah dan keatas agar kontol Endrix bisa kuurut dengan daging kemaluanku. Sesekali aku goyangkan memutar pinggulku. Aku kembali mendesah keenakan. Kontol Endrix terasa mantab membelah vaginaku dari bawah



*Jlebbb… jleb… jlebbb..”, temponya amatlah lambat



“Ohhh.. Yesss… Sexy Slut… Bitch…”, ujar Endrix sambil terus memilin puting susuku



Sengaja kulambatkan tempo goyanganku. Aku ingin menikmati kontol Endrix. Aku pelankan gerakan naik turun pinggulku agar tiap gesekan antara kedua alat kelamin kami terasa nikmat saat saling bersinggungan. Endrix juga sepertinya tidak keberatan dan membiarkanku menikmati kontolnya saat seperti ini



“Aahh.. Aaahhhh.. Aaahhhh… ouuhhh..”, desahku manja bebarengan dengan naik turunnya tubuhku di pangkuan Endrix.



Endrix hanya diam saja melihatku keenakan mengurut kontolnya. Entah apa yang saat ini ada di pikirannya. Ia kali ini tidak banyak berkata dan lebih banyak diam sehingga ruangan ini saat ini hanya terdengar suara desah manjaku saja



5 menit sudah aku WOT dengan Endrix. Goyanganku juga sudah terasa tidak senikmat tadi, mungkin karena tubuhku juga sudah lelah karena terus bergerak memompa naik turun di pangkuan Endrix



Endrix yang menyadari aku mulai kecapekan langsung mengangkat tubuhku dan ia himpitkan tubuhku ke tembok dalam posisi tubuhku dibuatnya melayang. Aku sempat panik karena kakiku tidak menapak lantai. Tetapi Endrik dengan cepat menjaga keseimbanganku dan menggendongku. Lalu batang kontolnya kembali ia arahkan ke memekku dan sekali lagi kedua alat kelamin kami bertemu dan saling menikmati. Aku peluk erat dirinya, dia pun memeluk erat diriku. Kali ini aku yang mulai menciumi bibir Endrix saat ia menyetubuhiku dalam posisi aku digendong olehnya.



Aku begitu pasrah mengangkang dan menikmati tiap sodokan pada lubang senggamaku. Aku mendesah penuh kenikmatan, tanganku memeluk erat tubuh Endrix dan kucium sekali lagi bibirnya. Kupagut bibirnya dan kunikmati perzinahan dengan preman sekolah ini



Inikah lelaki yang dulu paling kubenci? Yang dulu pernah kukatakan dengan lantang bahwa aku tidak akan pernah memilih dirinya walaupun hanya ada dia cowok yang tersisa di dunia ini? Aku benci dirinya karena bagiku kelakuannya itu kayak sampah. Merundung orang yang lemah dan membuat mereka bahan lelucon. Tapi kenyataannya? Aku malah mengabdikan diriku untuknya saat ini



Walau awalnya aku juga termasuk korban perundungannya. Tetapi jujur kukatakan aku lama-lama begitu ikhlas dirundungnya. Aku malah dengan penuh keikhlasan melayani nafsu syahwat preman sekolah itu. Bercinta di bawah rasa takut dan ancaman ternyata memberikan sensasi adrenaline yang next level. Apalagi dirinya tidak segan menyakitiku baik secara perkataan atau perbuatan, semua ini begitu terasa natural tanpa dibuat-buat sama sekali dan aku suka.



Ditambah lagi Kontolnya yang kaku, tebal, panjang melengkung itu begitu memanjakan kemaluanku. Kenikmatan seperti inilah yang selalu aku inginkan. Kenikmatan itu ternyata benar-benar kudapatkan dari orang yang merendahkanku. Orang menganggapku tidak ada harga dirinya sama sekali. Dan memang benar, aku justru semakin terangsang saat diriku ini direndahkan Olehnya. Mungkin aku sudah gila, tetapi ya itu lah yang aku rasakan. Aku begitu ikhlas menikmati peranku sebagai lonte pemuas kontolnya.



“Tuan…. AAAHHH.. uuhhhh… ”, panggilku manja



“YA?”, jawab Endrix sambil ia sodok memekku semakin keras membuat kemaluanku semakin banjir saja rasanya



Kontol Endrix sudah licin karena lendir vaginaku yang terus menetes membasahi lantai kelas karena perzinahan kami. Perzinahan antara budak dan tuannya



“Lonte Echa… Suka kontol Tuan Endrix…”, kataku sambil tersipu



“Begok, memek udah becek gini ya jelas memek lo suka kontol gue. Tolol lo! Plak plak plak” Kata Endrix sambil menampar wajahku beberapa kali lalu melumat bibirku penuh nafsu



*Gilaa.. aku malah suka ditampar sama dia.. Aku ingin direndahin lebih lagi.. please Tuaaann rendahkan aku.. Aku sukaaaaa*, batinku menjerit



Aku biarkan ia menciumi bibirku. Kubiarkan ia melumat lidahku, bibir atas dan bawahku, apapun itu aku terima. Termasuk saat ia menampari wajahku, aku tidak bisa marah. Atau memang karena aku yang sudah terlalu takut dengan Endrix?



“Ma.. maaf tuan.. Tapi kontol tuan Endrix… Yang terbaik… Aaaahhh.. Aahhhh.. Aaaahhhh… Tuann.. Entot lonte Echa terus tuaaannn..”



“Lo mau dientot tiap hari? Ha??”, tanya Endrix



“Mau tuaaannnn..”, jawabku manja penuh semangat



“Setiap jam istirahat naik ke atap sekolah. Itu markas gue.. Gue entot lu tiap jam istirahat disana..”, kata Endrix



“I.. Iya.. Terima kasih tuan..”, jawabku dan Endrix menurunkan tubuhku



“Iya karena gue tau memek jalang lo itu pasti butuh kontol setiap saat. Muka polos kelakuan pelacur lo!”, kata Endrix sambil semakin keras ia genjot vaginaku



*Jleebbb jlueebbb jlueeeebbb jleeeebbbbbb*



Ia lalu memegangi kepalaku dan menarik kerudungku hingga terlepas. Lalu ia jambak rambut pendekku dengan kencang sambil ia ciumi bibirku dengan ganas sekali lagi. Aku takut, tapi aku juga semakin excited karena perlakuan kasarnya. Kini aku sudah telanjang tanpa apapun di tubuhku, termasuk kerudung yang tadi dia larang untuk dilepas, kali ini dilepasnya dengan kasar.



“Sekarang lo jongkok sambil colmek”, perintahnya.



Lalu tubuhku diturunkan dan aku diminta untuk jongkok di hadapannya. Kemudian tanganku mulai kuarahkan meraba kemaluanku. Endrix memandangiku dengan senyum setannya. Melihat gadis yang biasa berkerudung kini dalam kondisi tanpa hijab sedang colmek dihadapannya.



“cantik juga lo kalau gak pake kerudung. Heheheh…”, puji Endrix sambil mengusap-usap rambutku



Aku tidak sempat menjawabnya karena aku sedang asyik merangsang alat kelaminku dengan jari-jariku sendiri. Aku begitu terangsang sekali dan tanpa sadar kocokanku juga semakin cepat. Tubuhku gemetaran sekali lagi tanda aku akan mecapai batas maksimalku.



Setelah melihatku semakin terangsang, Endrix langsung menarik kepalaku dan kontolnya langsung dihujamkan kuat-kuat ke bibirku. Rasanya kontol panjang itu benar-benar sampai mentok masuk ke rongga tenggorokanku. Kontol yang panjang kutaksir lebih dari 20 cm itu terbenam seutuhnya ke dalam mulutku. Terbayang sudah betapa sulitnya aku bernafas karena kontol Endrix terus menohok-nohok mulutku



“Hoggghh hoggghhh hoghhhhh”, suara yang keluar dari mulutku karena Endrix sangat kasar memaksaku untuk melakukan Deep Throat



Bahkan dalam keadaan tersiksa ini kemaluanku justru kencing. Lama-lama kencingku semakin deras.



*AAAAHHH… kenapa senikmat ini…* gumamku dalam hati saat lendir encer itu terus mengucur keluar dari lubang vaginaku



Cairanku terus mengucur pelam, membasahi lantai sekitar meja Endrix Tapi sepertinya Endrix tidak menyadari hal itu dan ia terus menghujamkan kontolnya ke mulutku dengam kasar. Ingin rasanya aku tersedak namun tidak sempat. Aku hanya berharap ia bisa segera selesai menghujami mulutku dengan kontolnya



“Aarrrghhh jancookk keluar coookkk…”, pekik Endrix dan ia dorong kuat kontolnya ke tenggorokank



Sperma Endrix meledak berkali-kali di dalam mulutku. Cairan asin kental dan serik yang akhir-akhir ini selalu ia berikan kepadaku kini kurasakan kembali. Pelan-pelan kucoba menelan sperma Endrix hingga habis tak tersisa



“Heheheh.. Bagus.. Peju gue bagus buat lonte kayak lo. Dah pergi sana!”, usir Endrix setelah ia puas melampiaskan nafsu binatangnya kepadaku



Aku pun bergegas memakai kembali pakaian seragamku, namun sayang tidak dengan celana dalam serta braku. Tetapi setidaknya aku masih bersyukur ada kain untuk menutupi aurat tubuhku. Kupastikan seluruh tubuhku tidak ada aroma mencurigakan. Kusemprotkan beberapa kali parfum untuk menyamarkan aroma tubuhku yang tadinya berkeringat dengan deras.



Setelah semua beres, aku langsung jalan cepat menuju lantai 1 untuk mengembalikan botol sabun cuci tangan yang tadi kubawa. Saat aku hendak masuk ke dalam toilet, tercium dari kejauhan aroma parfum vs scandalous yang semerbak wanginya. Aku kenal betul aroma parfum ini karena aku juga suka memakainya dan menjadi salah satu parfum favoritku karena aromanya yang manis dan segar. Aku kemudian masuk ke dalam toilet guru dan penasaran siapa yang ada di dalam



Kulihat seorang wanita berkerudung panjang hingga munutup dadanya, berpakaian gamis syari yang lengkap dengan kaos kaki panjangnya yang menutup sempurna kedua kakinya. Aku kemudian melihat jam tanganku dan kusadari saat ini masih jam 6 kurang. Tetapi mengapa beliau sudah ada di sekolah sepagi ini? Apa yang kulihat ini penampakan? Tentu saja bukan!



Beliau adalah sosok yang kukenal. Bahkan beliau sosok yang terkenal seantero sekolah. Diusianya yang masih 30 tahun, beliau sudah dipercaya menjadi wali kelas di salah satu kelas di sekolahku dan tentu saja hal itu mengejutkan banyak belah pihak. Apalagi beliau termasuk guru baru di sekolahku. Kalau tidak salah ia baru mengajar di sekolah ini kurang lebih 1,5 tahun yang lalu.



“Miss Riesta?”, tanyaku lirih sambil keheranan memastikan dihadapanku ini bukanlah sebuah penampakan


b8e53fffc0958230e1b91209ec66de8286c5a2df.jpg

Miss Riesta



Miss Riesta adalah salah satu guru bahasa Inggris di sekolahku. Itulah alasan ia dipanggil dengan sebutan Miss karena beliau adalah seorang guru B. Inggris. Kalau dipanggil bu kesannya ketuaan, kata beliau saat pertama kali beliau memperkenalkan diri.



Miss Riesta menoleh, wajahnya terlihat terkejut melihat kedatanganku. Sosok anggun nan cantik itu memang tidak membosankan jika dipandang lama-lama. Wajah Miss Riesta memiliki kecantikan yang khas, hidungnya yang mbangir dan wajahnya yang sedikit ada nuansa kearab-araban menambah pesona pada dirinya. Ditambah lagi, Kulitnya putih mulus dengan Matanya yang bulat teduh memberikan aura yang begitu khas.



Dengan penampilannya yang begitu anggun, syari’ dan terlihat sangat alim dengan busana muslimahnya, beliau menjadi sosok guru yang populer. Sudah cantik, baik, ramah dan sifatnya yang mengayomi membuat banyak siswa menyukai Miss Riesta.



Kerudung Miss Riesta sempurna menutup lekuk dadanya, gamis indahnya ia pakai untuk menutup auratnya secara sempurna pula. Ditambah lagi, kakinya juga selalu ia tutup rapat, tidak terlihat sama sekali dengan sepasang kaos kaki berwarna krem yang biasa dipakai mbak-mbak akhwat berjilbab lebar.



Miss Riesta terlihat terkejut saat melihatku. Ia lalu buru-buru membasuh mukanya sebelum menoleh ke arahku kembali



“Eh? Kalau ngga salah namamu Echa kan? Kok pagi sekali sampai sekolahnya?”, tanya Miss Riesta dengan raut muka tergopoh-gopoh



“Iya nih Miss.. Saya ada tugas mangkanya datang lebih pagi..”, Jawabku mencoba tetap tenang



“Tugas apa? Bukankah tugas itu harus dikerjakan di rumah bukan di sekolah?”, tanya Miss Riesta seperti sedang menginterogasiku



“Eeeeerrr… Tugas yang cuma bisa dikerjakan di sekolah Miss.”, jawabku dan berharap ia tidak menanyaiku lagi



“Hmmmm.. Terus kenapa kamu masuk toilet ini? Bukannya ini khusus untuk guru?”, tanya Miss Riesta



“Errr.. Anu.. Miss.. Tadi saya pinjem sabun cuci tangan sebentar. Ini.. Saya mau kembalikan.. sabunnya…”, jawabku kini mulai tergopoh-gopoh



Miss Riesta memandangiku dan terlihat wajahnya begitu dalam memandang ke arah mataku. Ia lalu menghembuskan nafas panjang dan kemudian pamitan untuk kembali ke ruang guru



“Yasudah saya balik dulu ke ruang guru kalau gitu. Segera selesaikan tugasmu Echa”, kata Miss Riesta dan ia pun berlalu



Kupandangi guru cantik itu dari belakang saat ia berjalan. Mataku tertuju ke arah pantat Miss Riesta. Terlihat sangat sexy walau ia memakai gamis yang tidaklah ketat. Miss Riesta postur tubuhnya mirip denganku. Tidak gemuk dan perutnya rata. Hanya saja tonjolan pantat dan payudaranya sepertinya terlihat lebih besar sedikit dariku.



“Ya ampun apa yang aku pikirkan!”, gumamku dalam hati dan aku pun segera kembali ke kelas



#



Jam sudah hampir menunjukkan pukul 07.00 pagi. Murid-murid sekolah satu persatu mulai hadir di kelas. Suasana yang tadinya sepi seketika menjadi terlihat jauh lebih meriah. Canda tawa terdengar dari ujung sana ke ujung sini. Suara-suara obrolan-obrolan antar siswa juga tak kalah serunya menambah ramai keadaan sekitar sekolah



“Echaaa kok kamu pagi sekali datangnya?”, seperti biasa sahabatku Anya ini datang-datang membuat kegaduhan



“Enggak kok aku juga baru sampai”, ujarku berbohong



“Masak sih?”, kata Anya sambil hidungnya terlihat mengendus-endur tubuhku



“Eh? Kenapa Nya?”, aku jadi parno sendiri melihat Anya seperti itu



“Hmm kayaknya aku mencium sesuatu”, kata Anya membuatku kelabakan



“Eh maksudnya???”, tanyaku semakin panik



“Parfummu ganti ya Cha?”, tanya Anya



“Ohh.. iya iya... Hehehe... Kirain kenapa Nya…”, jawabku lega



Kemudian mataku menangkap sosok Bayu yang baru saja masuk kelas. Tatapan mata kami saling bertemu. Aku buru-buru menundukkan pandanganku demikian dirinya yang juga segera membuang muka pura-pura tidak melihat



“Eh Nya? Kamu masih gini sama Bayu?”, tanyaku sambil memberi gesture jari jempol diselipkan diantara telunjuk dan jari tengah



“Eh kenapa nanya gitu?”, kata Anya terkejut mendengar pertanyaanku



“Ya gapapa sih…”, jawabku



“Kamu cemburu ya?”, goda Anya



“Ehh apaan sih. Enggak kok Nya”, jawabku



“Hihihi.. Terakhir aku gituan sama dia ya waktu kamu ewe sama cowokku Cha…”, jawab Anya



“Oh jadi tugas kemarin maksudnya ewe sama Bayu????”, tanyaku sedikit terkejut



“Jangan kenceng-kenceng Echa!!!”, protes Anya sambil menutup mulutku



“Habis daripada liat cowokku enak-enakan sama kamu, ya aku tinggal bentar aja. Biar sama-sama enak. Hihihi”, kata Anya



“Dasar kamu tu Nya.. Aku ngelakuin itu karena kamu minta. Kalau enggak ya aku mana berani sama cowokmu”, ujarku



“Iya sih, tapi kalau ku kasih kesempatan kamu ewe sama cowokku lagi kamu mau gak?”, goda Anya



“Ehhh.. Hmm.. Gak Tau Nya aku bingung”, jawabku serius



Aku mendadak merasa ketakutan. Membayangkan lelaki di belakang sana sepertinya sedang memandangiku dari kejauhan. Aku tidak bisa bergerak bebas sekarang. Karena ada Endrix yang kini seolah menjadi tuanku. Tiba-tiba aku teringat kejadian tadi pagi, saat Endrix menanamkan benihnya ke rahimku



“Nya.. Err.. kamu bawa obat anti hamil gak?”, tanyaku mengejutkan Anya



“Hah buat apa????”, tanya Anya terkejut meminta obat itu sepagi ini.



“Bawa nggak?”, tanyaku sekali lagi



“Bawa sih tapi buat apa dulu?”, tanya Anya penasaran



“Aku… semalam ML sama Mas Rio”, ujarku berbohong



“Hah? Seriuss? Bukannya kalian break ya?”, tanya Anya masih tidak percaya



“Ya break sih break.. Tapi kalau lagi pingin ya tetep lanjut. Ayo aku minta obatmu Nya, keburu jadi janin nih sperma”, ujarku asal-asalan



“Ya ampun Cha.. Beli sendiri kek.. Nih satu aja. Mahal soalnya”, kata Anya sambil memberiku obat anti hamil yang biasa ia minum saat berhubungan badan.



Aku pun buru-buru meminum pil dari Anya sambil berdoa dalam hati agar sperma Endrix tidak jadi membuahiku. Ini semua gara-gara aku yang terlalu nafsu sampai mengijinkan preman sekolah itu menghamiliku. Giliran udah selesai, aku yang menyesal karena semudah itu bilang hamil tanpa memikirkan perasaan kedua orangtuaku yang capek-capek mendidik aku jadi cewek bener



“Sekarang aku nanya? Kok bisa? Berarti kamu sudah mutusin ngga mau selingkuh dan nyoba kontol lain lagi?”, tanya Anya kembali menginterogasiku



“Err.. Engga sih Nya. Kita tetep break kok. Kemarin Mas Rio cuma datang, kangen, terus ya gitulah..”, ujarku mengarang cerita



“Rugi Cha kalau kamu belum coba banyak kontol. Hihihi.. Tuh punya Endrix mantab kayaknya”, goda Anya



“Uhuk uhuk uhuk uhuk uhuk….”, seketika aku langsung tersedak mendengar Anya menyebutkan nama Endrix



“Eh Cha? Kamu gapapa? Minum minum”, kata Anya sambil memberiku sebotol minum



“Kamu kan tau aku sama Endrix bencinya kayak gimana? Kalau cuma ada dia cowok di dunia ini, aku juga gak bakal mau sama dia!”, ujarku berapi-api



“Ehh iya Cha.. Santai aja lagi, aku cuma bercanda kok. Hehe…”, pungkas Anya



#



Tanpa terasa jam belajar mengajar berlalu dengan cepat. Bel istirahat juga sudah berbunyi. Siswa siswi pada berhamburan ke luar kelas, termasuk Anya yang seperti biasa mengajakku ke kantin ketika jam istirahat



“Ayo Cha ngantin. Laper nih”, ajak Anya



“Errr.. Aku lagi malas jajan Cha.. Kamu aja ya… Sebentar aku ada urusan”, ujarku buru-buru meninggalkan kelas setelah menyadari Endrix yang ternyata sudah tidak ada di bangkunya.



“Eh Cha? Urusan apa??”, tanya Anya namun tidak kujawab pertanyaan sahabatku itu



Aku lalu buru-buru berlari menuju atap sekolah. Tempat yang jarang dikunjungi murid-murid karena di sana sudah terkenal menjadi markas anak-anak berandal. Jadi mereka enggan naik keatas daripada berurusan dengan kawanan anak-anak nakal itu. Memang sekolahku ini memiliki atap sekolah berupa bidangan luas yang biasanya dipakai untuk meletakkan Outdoor AC. Ya mirip sekolah-sekolah Jepang gitu. Tetapi bedanya kalau di sekolahku, tempat tersebut bukanlah tempat favorit untuk menghabiskan waktu karena tempat ini memang sudah terkenal menjadi tempat anak-anak nakal menghabiskan waktu disana.



Kudapati Endrix seorang diri disana. Ia menoleh ke arahku menyadari kedatanganku sambil menyeringai. Untungnya tidak orang lain di tempat ini. Jadi aku sedikit merasa bersyukur.



“Sini lo!”, teriak Endrix sambil melambaikan tangan



Aku bergegas mendatangi Endrix dan buru-buru duduk dipangkuanya. Dengan segera ia langsung menggrepe tubuhku sembari menciumi bibirku penuh nafsu. Endrix sepertinya sudah ingin sekali menikmatiku sekali lagi dan kuakui nafsu pemuda berandal ini ternyata memang begitu besar.



“Kalo liat lo bawaannya pingin gue entot”, ujar Endrix



Endrix terus menciumi bibirku sambil tangannya mulai mempreteli kancing seragam sekolahku. Aku tidak keberatan ditelanjangi olehnya karena aku sendiri menyadari aku hanyalah budak sexnya saat ini.



“Lo ga perlu ini saat dekat gue…”, ujar Endrix dan terus melucuti seragam sekolahku



“Iya tuann..”, jawabku pasrah saat ditelanjangi olehnya



Seragam putihku ia tarik lepas hingga payudaraku terpampang bebas. Endrix langsung mencaplok puting kananku dan kubiarkan lelaki itu menetek di payudaraku. Tubuhku menggeliat menikmati permainan lidahnya. Endrix sangat pandai merangsang puting susuku hingga belum apa-apa aku sudah senafsu ini



“Aaahhh Tuaannn…”, aku menggeliat manja di pangkuannya saat lelaki berandalan itu menggigit puting susuku



Endrix lalu mengangkat sedikit kerudungku dan ia gigit leherku hingga aku meringis. Tidak hanya satu titik saja yang ia gigit, tapi hampir ia sebar gigitan-gigitan kecilnya ke leherku hingga menimbulkan bercak kemerahan di leherku



“Apa Lonte Echa buka kerudung saja tuan?”, tawarku agar ia tidak kesusahan mencupang leherku



“Iya lo lepas aja”, jawab Endrix dan aku lepas saja kerudungku

a9449a6cc00d896e4e0180a5883337487be937b7.jpg




Endrix kali ini lebih bebas bergerilya. Ia ciumi seluruh bagian leherku. Ia jilati bagian belakang telingaku sejenak sehingga membuatku kegelian luar biasa. Tubuhku menggelinjang sambil tanpa sadar pelukanku ke dia semakin menguat.



Endrix lalu mulai membuka resletingnya dan langsung saja terlihat batang kontol yang melengkung keras itu keluar dari celananya. Tanganku tanpa sungkan-sungkan langsung meraih kontol Endrix dan mulai kukocok batang kemaluannya. Endrix mengerang sebentar sambil menikmati kocokanku. Bibirku kembali dilumatnya penuh nafsu



“Lo cantik njir…”, ujarnya perlahan dan aku tersipu malu mendengar pujiannya



Aku kemudian mendekatkan kepalaku ke kontolnya dan kujilat-jilat kontol Endrix dengan lahap. Kontol yang sudah membuatku dengan ikhlas menjadi lonte baginya. Kontol yang sudah membuat memekku ketagihan akan tiap sodokannya.



“Aaahhh.. Iya gitu.. Shit.. Enak bener sepongan lo…”, ujar Endrix sambil ia belai rambutku dengan lembut



Endrix kemudian menarik daguku dan ia kembali melumat bibirku. Lumatannya sangatlah lekat dan kuat, ia arahkan bergantian bibir bawah dan atasku bergantian, lalu diakhiri dengan lidah kami yang saling menindih dan saling menyerang satu sama lain. Tangannya juga tak pernah berhenti meremas dan memainkan payudaraku. Aku juga tak berhenti menggeliat keenakan karena sentuhan-sentuhan tangannya pada beberapa bagian tubuhku





“Mana memek lo? Masukin ke kontol gue”, ujar Endrix sambil ia lucuti rokku dan kali ini aku sudah bugil total di pangkuannya



“Ini memek lonte Echa tuan…”, ujarku dan tanpa permisi aku tancapkan kontol Endrix ke memekku sendiri



*Blesssss*



Kedua kemaluan kami saling bertemu lagi untuk ketiga kalinya hari ini. Aku kemudian diminta Endrix bergerak dan bergoyang naik turun kekiri kekanan menghibur batang kontolnya. Kugerakkan tubuhku dan kunikmati kontol besar Endrix yang kini sudah menggesek-gesek dinding vaginaku.



*Jleb jleb jleb jleb*



“Aaaaahhh.. Ouhhhh…”, desahku perlahan bergoyang diatas tubuh Endrix



Kontol Endrix memang mantab, tiap garukannya benar-benar terasa nikmat. Aku sampai tak bisa berhenti dan terus menggerakkan tubuhku naik turun agar kontol Endrix terus menggesek bagian dalam kemaluanku.



“Aaaahhh anjir memek lu enak bener Cha…”, puji Endrix sekali lagi sambil ia kembali memainkan payudaraku yang menggelantung bebas dihadapannya



“Kontol Tuan Endrix juga enak.. Ssshhh..”, ujarku sambil terus bergerak naik turun dipangkuannya



“Ya enak lah, kalau gak enak muka lo gak bakal sesange sekarang.”, kata Endrix sambil memegangi daguku



Kami habiskan waktu istirahat kami dengan bersetubuh di atap sekolah yang sepi ini. Padahal cuaca sedang terik-teriknya, tapi tak menghalangi kami untuk terus bersetubuh dengan panas di sekolah. Aku sudah tidak ingat berapa lama kemaluan kami saling menikmati. Yang kutahu, Endrix terus mencumbu bibirku dan kemaluanku terasa enak saat disodok-sodok kontol Endrix.



“Widihh… siang-siang dapat barang bagus nih. Mulus benerrr….”, ujar seseorang dari arah belakang kami



Aku pun terkejut dan berusaha menghentikan aktivitas persetubuhanku dengan Endrix. Aku juga berusaha meraih seragam sekolah yang berceceran disampingku namun di tahan oleh Endrix



“Sapa suruh berhenti? Lanjut gerakkin memek lo”, perintah Endrix dan mau tak mau aku kembali bergerak naik turun diatas tubuhnya



Aku tidak tahu siapa yang ada dibelakang kami karena posisi tubuhku yang menghadap ke arah Endrix. Yang pasti sosok lelaki itu saat ini sedang memandangiku yang sedang telanjang bersetubuh dengan Endrix.



“Ngapain lo bawa Budi kesini?”, tanya Endrix kepada temannya



“Lha kan ini waktunya si Budi setor?”, ujar teman Endrix





“Oh iya ya? Lupa gue”, jawab Endrix



“Kenalin dulu lah sapa ni cewe. Ga tau gue ada yang sebening ini di sekolah”, ujar teman Endrix membuatku ketakutan



“Hehehe.. Masak sih lo gak kenal ama nih Cewek?”, tanya Endrix



“Gak tau orang gue belum liat mukanya”, jawab teman Endrix



“Yaudah lo berhenti dulu. Coba kenalin diri lo ke temen gue ini”, perintah Endrix kepadaku



Aku benar-benar kikuk saat ini. Tidak mungkin aku mengenalkan diriku dalam kondisi telanjang seperti ini. Tetapi jika aku tidak menuruti perintah Endrix, tentu saja ia akan marah kepadaku



“Namaku Echa”, ujarku tersipu malu sambil badanku tetap menghadap ke arah Endrix



“Begoookk.. Kalau ngajak kenalan itu yang sopan. Hadap sana!”, teriak Endrix sambil menunjuk ke arah temannya.



“I.. Iya…”, jawabku lirih



Perlahan aku memutar badanku, menampakkan ketelanjanganku di hadapan teman Endrix, dan juga seseorang satunya lagi yang sepertinya siswa korban perundungan Endrix. Wajah si korban perundungan melongo melihatku. Sedangkan teman Endrix menyeringai mesum menatap tubuhku



“Cantik anjir.. Sapa nih?”, ujar teman Endrix



“Lu beneran gak kenal nih cewek?”, tanya Endrix



“Kayak pernah liat tapi gue gak ingat…”, jawab teman Endrix



“Sekarang lo pake kerudung lo!”, perintah Endrix sambil melemparkan kain kerudung putihku



Aku lalu mulai mengenakan kain kerudungku. Asal-asalan saja karena situasi yang tidak tepat untuk menutup rambutku secara sempurna. Setelah kerudung terpasang, teman Endrix matanya melongo tidak percaya sambil terus menatap ke diriku. Aku sampai tidak bisa membalas tatapan matanya saking malunya.



“Dia kan Echa? Teman sekelas lu yang terkenal berprestasi di sekolah kan?”, ujar teman Endrix masih tak percaya



“Ya.. Hehehe…. Mantab kan?”, ujar Endrix penuh rasa bangga



“Wait wait.. Gila sih ini. Lo kok bisa dapetin Echa?”, tanya teman Endrix masih tidak percaya



“Hehehe… Gue gitu lho..”, kata Endrix



“Wah parah sih. Kacau Lu kacauuu!!! The best lu Ndrix”, ujar teman Endrix begitu sumringah.



“Sekarang lo kenalin diri deh. Dia temen gue dari kelas sebelah.”, ujar Endrix dan mau tak mau aku harus menuruti perintah Endrix



“Aku Echa…”, ujarku pelan malu-malu sambil menjulurkan tanganku untuk bersalaman dengan teman Endrix



“Begooo! bukan gitu cara kenalan yang bener”, kata Endrix sambil menepis tanganku



Aku tentu saja kebingungan karena setahuku kenalan ya seperti ini caranya



“Kenalan yang bener itu kontol ketemu memek…”, kata Endrix sambil menyeringai



“WAHAHAHAH.. Asyik nih bisa kenalan sama memeknya Echa yang terkenal itu”, kata teman Endrix sambil mulai melepas resleting celananya



“Apaaaa???”, aku tentu saja terkejut dengan cara berkenalan yang nyeleneh itu tapi terlambat



Teman Endrix sudah meraih tubuhku dan menindihku. Kontolnya sudah berdiri tegak dan sepertinya ia sudah tidak sabar berkenalan dengan kemaluanku. Aku yang masih belum siap dengan cara kenalan seperti ini hanya bisa pasrah saat kontol teman Endrix mulai membelah vaginaku



“Aaaahh.. Masss…”, pekikku saat kontol teman Endrix semakin menyeruak masuk hingga ke dalam alat kelaminku



*Bleesssssss* akhirnya kontol itu sudah tertancap sempurna



“Berapa kali sodokan nih? Hehehe”, tanya teman Endrix



“Berhubung gue lagi baik, 50 sodokkan boleh…”, ujar Endrix



“Jleb jleb jleb jleb jleb jleb jleb”



“Ok, gue mulai hitung…1…2…3….4….5….6…7”, ujar teman Endrix sambil mulai ia sodok kemaluanku dengan kontolnya



“Aaahhh.. Ssshhh.. Nama gue Ivan… salam kenal yaa.. Chaaa.. Memek… Lo angettt.. Aahhh.. Enak njirr…13… 14… 15…”, ujar lelaki bernama Ivan itu sambil terus menggenjotku



“Oohhh.. Iyaaa.. Nama aku Echa… Salam kenal… Van… Aaaahhh.. Ouuhh…”, jawabku



“Jangan lupa sebut nama dengan gelar Lonte…”, protes Endrix



“Iyaaahhh.. Aku Lonte Echaaa.. Aaahhhh Van.. Kontolmu…”, ujarku tiba-tiba



“Kenapa kontol gue? 21…22…23…24…”, tanya Ivan sambil terus berhitung jumlah sodokannya kepada memekku



“Kontolmuuu salam kenal.. Aaaahhh…”, ujarku nakal



“Bisa aja lo Chaa… Gak nyangka gue siswi cantik pinter di sekolah ternyata kelakuan kayak gini.. 27..28..29..30… Memek lo enak Cha..”, puji Ivan



“Aaahhh.. iyaaahh makasihh mas… Sshh..”, desahku sambil terus menjawab lelaki bernama Ivan itu



“Sebutin tugas lo Cha, Biar Ivan tau…”, kata Endrix tiba-tiba



“Iya tugas Lonte Echaaa… Jadi toilet.. toilet cowok-cowok… Buat tenpat buang sperma dan kencing cowok-cowok…”, ujarku malu-malu



“Seriusan nih? Jadi gue kalau mau kencing, kencing di badan lu aja ya Cha? 42..44..45”, tanya Ivan



“I.. Iya bo.. boleh.. mas….”, jawabku pasrah



“Ok kalau ntar gue kebelet tinggal datangi lu.. 48..49..50”, kata Ivan sambil mencabut kontolnya dari kemaluanku



“Ya cukup Van kenalannya.. Heheheh…”, kata Endrix setelah memastikan Ivan menyelesaikan 50 sodokannya



“Nanggung Anjirrrrrr… Belum crot gue”, protes Ivan



“Ya udah lu coli aja”, jawab Endrix



Kemudian aku masih dibiarkan telanjang diantara ketiga lelaki ini. Endrix, Ivan, dan salah satu lelaki berwajah culun berkacamata tebal bertubuh kurus ceking yang sepertinya sering jadi korban perundungan Endrix and the gank



“Woi Bud diem aja lo? Sange lo liat Echa?”, goda Endrix dan lelaki culun bernama Budi itu menggeleng cepat



“Boong Lo ga sange liat cewek bugil? Homo lo?”, ledek Ivan disambut tawa Endrix



“Bud, lo mending lepas semua baju lo. Gue mau liat lo ngaceng gak”, kata Endrix



“Ngga mas.. Ampuuunnn… Malu saya”, ujar Budi ketakutan tetapi Endrix tetap memaksa lelaki culun itu untuk segera buka semua baju seragamnya



“Halah pake malu segala lo. Lo temenin Echa bugil atau baju lo kita bakar?”, perintah Endrix



“Ja.. jangan mas.. I.. Iya.. saya lepas….”, ujar Budi sambil mulai melepas seragamnya dengan terburu-buru



Aku hanya memandangi tingkah keterlaluan Endrix dan temannya yang kerap merundung lelaki-lelaki kutu buku macam Budi ini. Tetapi daripada aku memikirkan nasib Budi, Aku seharusnya juga prihatin terhadap nasibku sendiri. Nasibku tak lebih baik dibanding Budi. Aku juga mengalami perundungan parah, dimana tubuhku dibuat Endrix tidak ada harganya dan menjadikan tubuhku sebagai toilet bagi para cowok.



“Cha gimana menurut lo kontol Budi?”, tanya Endrix mengejutkan lamunanku



Dengan malu-malu aku memandangi tubuh cowok berkacamata bertubuh kurus yang kini sudah telanjang bulat dihadapanku. Tubuhnya benar-benar kurus hingga terlihat tulang di pinggangnya. Mataku langsung tertuju kepada kontol lelaki bernama Budi itu. Jembutnya lebat dan ternyata panjang juga walau tidak tebal. Batang kontol Budi ternyata mengacung tegak dan keras



“Lu..lumayan panjang tuan…”, jawabku tersipu karena aku diminta mereview kontol cowok yang tidak kukenal itu



“Ngaceng gak?”, tanya Endrix lagi



“Nga.. Ngaceng tuan…”, jawabku semakin tersipu



“Coba lo sepong kontol Si Budi, kayaknya dia sange liat lo”, kata Endrix sambil terkekeh



“Eh.. Tapi tuan??”, aku mencoba protes karena prihatin melihat lelaki culun dihadapanku ini kelihatannya semakin tertekan



“Gak ada tapi-tapian. Lo mau seragam lo gue bakar juga biar lo telanjang aja seharian di sekolah?”, ancam Endrix



“Ba.. Baik Tuan…”, jawabku pasrah dan aku pun segera mendatangi Budi yang wajahnya masih tertunduk ketakutan



“Mbak Jangan…”, kata Budi lirih saat aku mulai memegang kontol lelaki culun itu



“Permisi ya mas… Aku sepong kontolmu dulu”, ujarku dan langsung segera mencaplok alat kemaluan lelaki berkacamata bernama Budi itu



“Eh mbakkk.. Aaaahhh.. Aduuhhh Mbakk…”, terlihat Budi tidak enak melihatku mulai mengulum alat kelaminnya



Kumainkan batang si Budi dan kujilati batang kontol lelaki culun itu. Si Budi nampak gelisah namun ia juga sesekali mendesah. Kulumat dan kusedot kuat-kuat hingga lelaki kurus itu tanpa sadar mulai memegangi kepalaku dan turut mendorong kepalaku agar semakin dalam mengulum kemaluannya



“Ooohhh.. Mbakkk.. Aaahhhh.. Enakk mbakkkk.. Oohhh..”, lenguh Budi mulai keenakan dan memegangi kepalaku



“Hahahaha.. Bud Bud… Wibu cabul lo. Sok-sokan gak sange, ternyata keenakan juga kontol lo disepong”, ledek Endrix



“Skandal sekolah Wibu Cabul dan Siswi berprestasi SMA 666”, ujar Ivan sambil tanpa kami sadari ia ternyata merekamku yang sedang menyepong kontol Budi



“Mass jangan direkaamm Aaaahhh…”, ucap Budi sambil ia kembali mendesah keenakan



“Lo itu udah tua Bud jangan kebanyakan halu liat cewek anime waifu.. Noh disepong cewek beneran, seneng gak lo?”, ujar Endrix



*Slurupp sluruppp sluruuuppp* aku terus menjilati alat kelamin Budi



Tubuh Budi menggelinjang hebat, terasa sekali tubuhnya menggeliat dan menegang. Aku pun semakin cepat mengocok dan mengulum kontol cowok berkacamata itu berharap ini semua cepat selesai



“Eeehhh mbakkk.. Aku mau keluarrrrr..”, kata Budi sambil buru-buru ia cabut kontolnya dari mulutku



*Crot crot crot* sperma Budi langsung menyembur beberapa kali mengenai mukaku



“Heheheh.. Telen peju Budi Cha”, perintah Endrix



Aku lalu mulai mencolek sperma Budi yang menempel di mukaku sedikit demi sedikit dan kujilati tanganku yang berlumuran spermanya hingga mukaku perlahan bersih dari air mani Budi. Hanya menyisakan sedikit rasa lengket saat sperma Budi mulai mengering.



“Maaf ya mbak.. Saya gak tahan tadi…”, ujar Budi menyesal karena telah menyembur mukaku dengan spermanya



“Ngga papa mas…”, jawabku juga tersipu karena bagaimanapun aku baru saja mengulum kontol salah satu murid di sekolahku yang tidak kukenal



“Ok sekarang waktunya bayar.. Heheheh”, ujar Endrix sambil mengambil dompet Budi dari saku celananya



“Eh mas??”, Budi hendak protes namun sayang Endrix yang kurang ajar itu sudah merampas semua uang di dompet Budi



“Busyet miskin amat lo cuma bawa duit 54ribu”, ledek Endrix sambil ia lempar dompet Budi ke bawah



“Maaf mas saya memang cuma bawa uang sedikit”, kata Budi ketakutan



“Lain kali bawa duit yang banyak lo, apaan udah dikasih enak Cuma bayar 54ribu. Rugi dong gue”, kata Endrix



“Udah-udah lo pergi sono. Eneg gue liat muka lo Bud”, usir Ivan sambil mendorong tubuh telanjang Budi



Lelaki berkacamata itu ketakutan lalu buru-buru ia berlari sambil membawa baju seragam yang belum dipakainya meninggalkan loteng sekolah ini. Tinggalah aku bersana kedua lelaki bejat tukang rundung sekolah yang menyebalkan ini



“Hehehe.. Cha.. Masih ada waktu nih, lo hibur kita lah”, perintah Endrix



“Menghibur apa.. Tuan?”, tanyaku kebingungan



“Lo joget-joget bugil sambil colmek deh. Ivan juga pingin tau tuh”, kata Endrix



“Eehhh.. Ba.. Baik Tuan…”, ujarku lemas karena harus kembali berjoget bugil dihadapan laki-laki



Akhirnya disisa jam istirahat yang kurang lebih masih tersisa 10 menit ini, kuhabiskan dengan berjoget erotis dihadapan Endrix dan Ivan. Kuliukkan dan kugoyangkan tubuh telanjangku dengan nakal. Mulai dari gerakan joget sambil berdiri, hingga sambil berjongkok kulakukan. Kupamerkan semua lekuk tubuh yang kupunya tanpa terkecuali dihadapan mereka.



Sesekali mereka menampar pantatku, meremas payudaraku, serta mengocok vaginaku saat aku sedang berjoget seronok. Sialnya, aku justru semakin bersemangat menggoda mereka karena kedua lelaki itu terus memuji keseksianku, dan kecantikanku. Kubuang semua harga diriku demi sebuah validasi gadis penghibur mereka. Lalu pertunjukkan ditutup dengan squirt hebatku karena mereka berdua terus mencabuli kemaluanku tiada henti hingga jam istirahat pun selesai



“Sekarang Lu ngangkang sambil julurin lidah lo”, perintah Endrix sambil ia buka resleting celananya



Ivan yang ada disampingnya juga ikut membuka resleting celananya. Kedua batang kontol mereka diarahkan ke tubuh telanjangku yang duduk mengangkang sambil menjulurkan lidah.



*Currrrrrrrrrrrrr* cairan hangat berwarna kuning mulai keluar dari kontol mereka mengguyur tubuhku



Masing-masing dari mereka mengencingi tubuh telanjangku hingga basah kuyup. Tubuhku seketika menjadi tak karu-karuan aromanya. Pesing pekat, disertai rasa yang hangat karena air kencing Endrix dan Ivan menyebar kemana-mana. Tak cuma ke kemaluanku saja. Wajah, dada, perut, tangan, kaki dan vaginaku terkena kencing Endrix dan Ivan. Terutama vaginaku yang kini aromanya sudah pesing parah dan terlihat sangat lecek belepotan terkena kencing kuning mereka. Karena bulu jembutku juga terkena air kencing, sehingga memperparah bau tak sedap yang ada pada tubuhku.



Rongga mulutku juga sama saja, terasa serik dan hangat juga aroma pesing yang mulai menjalar hingga tenggorokanku karena aku dipaksa mereka terus menjulurkan lidah dan membuka mulutku selama meereka kencing. Lalu Endrix juga memintaku untuk cuci muka dengan air kencing yang diguyurkan ke tubuhku dan aku mau-mau saja melakukannya.



Kutadahi kencing Endrix dan Ivan lalu aku mulai membasuh mukaku dengan air pipis mereka beberapa kali. Endrix dan Ivan pun tertawa terbahak-bahak begitu puas melihatku menjadi toilet bagi mereka. Setelah puas menuntaskan hajat, mereka pun segera pergi meninggalkanku seorang diri yang masih bermandikan cairan kuning bening yang berasal dari alat kelamin mereka.



#bersambung
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd