Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Berbagi Kehangatan Bersama Adik Ipar

Boleh request kang ,,, bikin part yang belum di ceritakan oleh amir ,,, kisah versi eceu nya .kalau yang ini kan hampir sama dengan kisah amir hanya beda POV nya saja . Hehehe
Makasih atas sarannya.
Sumber cerita ini memang tentang Eceu dan Amir. Wajar kalau kenangan mereka sama terhadap hubungan mereka. Tapi,
POV -nya tetap menggemaskan, kan?
 
Bimabet
Disebabkan Pintu Tidak Terkunci

Mobil berhenti. Kami sudah tiba di lokasi. Kubuka pintu mobil dan turun. Kedatanganku disambut beberapa orang pria yang rata-rata mengenakan peci, tapi aku tidak kenal mereka.

"Wak, sama siapa kemari?"seorang pria setengah baya menghampiriku, mencium tanganku ketika kami bersalaman.

Rupanya ada yang kenal dengan aku, meskipun aku lupa dengannya.

"Sama Dadan,"jawabku kemudian,"Dadannya lagi parkir mobil."

Mereka mengajak masuk aku ke dalam halaman rumah. Ada bendera kuning di depannya. Begitu menaiki teras rumah, aku disambut seorang perempuan berjilbab seumuran denganku. Matanya sembab.

"Eceu sehat?"tanya perempuan itu.

"Sehat, Nah,"jawabku.

Perempuan berjilbab itu adalah salah satu dari tiga adik iparku. Enah namanya.

"Ayo, masuk,"sambil merangkul aku, diajaknya aku masuk ke dalam rumah.

Setiba di dalam rumah, telah banyak orang yang berkumpul. Perempuan-perempuan berjilbab duduk di sudut ruang, mengaji, sementara para lelaki berkumpul di tengah ruangan, juga sedang mengaji, mengelilingi seseorang yang berbaring dengan berselimutkan kain panjang putih.

Ada beberapa orang yang mengenalku bangkit dan menyalami aku. Setelah itu, Enah terus membawa aku ke ruang dalam. Di ruang dalam pun ada perempuan-perempuan berjilbab. Serentak mereka mengerubungiku, menyalami aku. Enah terus membawa aku masuk ke salah satu kamar. Di dalam kamar, di atas tempat tidur, berbaring seorang perempuan yang juga seumuran denganku. Di sisi pinggir tempat tidur duduk dua orang perempuan yang sama tuanya. Mereka memijat kaki dan tangan perempuan yang berbaring itu. Setibanya aku di hadapan mereka, kedua perempuan tadi menyambut kedatanganku. Setelah cium pipi kiri, cium pipi kanan, aku ikut duduk di tempat tidur.

Aku sentuh lengan perempuan yang berbaring itu. Perempuan itu membuka matanya, nanar menatap aku, lalu dia mulai menangis.

"Abang pergi, Ceu,"ucapnya lirih disela isaknya.

Kupijat lengannya. Mengangguk aku."Juju yang sabar, ya."

Makin keras tangis perempuan itu. Semakin terlihat jelas keriput-keriput di wajahnya.

"Sudah. Jangan nangis lagi. Ikhlaskan saja,"bujukku.

"Kalau Abang ada salah, maafkan Abang, ya, Ceu,"ucapnya terbata-bata.

Aku anggukkan kepala, mengiyakannya. Tersenyum aku meskipun aku paksakan. Mata ini memerih. Gelombang air kucobapaksakan untuk tidak keluar dari kedua mataku. Aku tidak ingin mereka tahu kalau aku pun menangisi kepergiannya. Maka aku meminta izin untuk keluar kamar.

Melangkah aku keluar kamar. Melangkah menuju sudut tempat para ibu duduk berkumpul. Kupilih duduk di barisan paling belakang, di dekat jendela. Seorang perempuan muda tersenyum kecil sambil menyerahkan buku kecil kepadaku. Setelah mengucapkan terima kasih, aku buka buku itu, tapi susah membacanya. Mataku basah. Meskipun sudah kutahan, tapi air mata terus bergejolak.

Tidak ingin menjadi perhatian orang-orang di sekitarku, aku palingkan wajah keluar jendela, tapi mataku tertumbuk pada rumah sebelah. Rumah yang sangat kukenal luar dalam karena terlalu banyak kenangan tertinggal di sana. Setelah suamiku meninggal, ketika anak-anakku beranjak dewasa dan satu persatu menjalani hidup mereka sendiri-sendiri dengan pasangan masing-masing, rumah itu aku jual karena aku tinggal dengan Dadan.

Meskipun rumah itu sudah terjual, tapi, dikenanganku, rumah itu tetaplah rumahku, tempat aku dan suami membesar anak-anakku, tempat kami menikmati perjalanan manis pahit kehidupan, juga tempat aku menjalani hubungan terlarang dengan adik iparku.

Mengingat hubungan terlarang yang aku jalin bersama adik iparku, aku jadi teringat malam itu. Ada kejadian lucu sekaligus menegangkan. Aku yang telanjang terbaring mengangkang ditindih oleh Amir yang juga sama telanjang hanya bisa mendesah dan melenguh. Dua tanganku memeluk erat tubuh Amir yang basah oleh keringat seakan tidak ingin kehilangan kenikmatan yang aku rasakan akibat batang bulat panjang milik Amir mendesak, menusuki lubang kemaluan milikku yang sudah membanjir.

Dua tangan Amir menyelinap ke bawah tubuhku, memelukku erat-erat, membuat payudara mungilku tergencet dengan dada bidangnya. Menggelinjang tubuh aku dan menguat pula desahanku karena telingaku dia kulum. Lidah Amir masuk ke bagian dalam telingaku, menjilatinya, membuat aku mengerang geli sementara batang bulat panjang itu tetap maju mundur didalam lubang kemaluanku."Ah...ah...ah..."

Desahan terhenti akibat Amir berhenti menggagahi aku. Aku buka mataku. Terlepas tanganku dari tubuh Amir yang licin karena keringat. Dengan napas yang terengah-engah, terkapar aku di tempat tidur yang telah awut-awutan. Terlentang lemah dua tanganku dengan Amir masih menindih aku.

Amir mencium bibirku sekilas, lalu batang bulat panjang itu Amir tercabut dari lubang kemaluanku, lalu Amir beranjak meninggalkan aku, lalu bersimpuh dia disamping pahaku, lalu,"Menungging, Ceu."

Dengan dibantu Amir, aku bangkit dari tidurku. Menungging aku. Sebelum kontol itu kembali mendatangi kemaluanku, aku ambil bantal dan aku peluk. Pantatku dia elus. Tertahan nafasku karena jemari tangan Amir masuk ke belahan pantatku, merabai lubangnya.

Sambil menciumi, menggigiti, dan menjilati pantatku, jemari tangan Amir menusuk masuk ke lubang kemaluanku, membuat wajahku terdongak dan melenguh aku. Jari itu menyentuh bulatan kecil di dalam lubang kemaluan dan merabainya dan menggeliat aku. Enak pisan euy.

"Ah!"Tercabut jari tangan Amir dari lubang kemaluanku.

Dan, Plok! Pantatku dia pukul pelan. Sekali lagi dipukulnya pantatku. Setelah itu dia lebarkan kedua kakiku dan masuk dia di antaranya. Sambil mengelus pantatku, dia lebarkan dua pahaku dan menempel selangkangannya dengan pantatku. Kontol Amir masuk di belahan pantatku dan dia gesek-gesekkan. Merinding aku jadinya.

"Ah...,"melenguh panjang aku karena kepala kontol itu dengan perlahan terdorong masuk. Lubang kemaluan kembali penuh. Penuh oleh batang kontol Amir yang mendesak maju.

Dan di malam sepi nan dingin itu, di kamar tidurku, hanya terdengar plok! Plok! Plok! akibat selangkangan Amir yang beradu dengan pantatku yang menungging pasrah. Desahanku bersaing dengan dengus birahi Amir, dan irama derit tempat tidur.

Beberapa kali tubuhku terjatuh untuk kembali Amir tegakkan dan kembali kontol Amir menusuk-nusuk kemaluanku. Ini gaya anjing kawin, selalu Amir berkata. Kata Amir, tiap kali bergaya Anjing Kawin, aku lebih cepat orgasme. Desahanku lebih kuat. Sepertinya aku lebih liar, katanya, tapi itu memang akui. Bila aku disetubuhi dari belakang, dari arah pantat, aku merasa cepat panas. Daya rangsang yang aku terima begitu terasa sehingga aku pun cepat terpuaskan.

"Ah...uh...ah...uh...."Semakin cepat batang kontol itu menusuki lubang kemaluanku, semakin deras pula desahan keluar dari mulutku.

Kontol itu tetap menari, maju dan mundur, atau terkadang memutari lubang kemaluan milikku. Terkadang pula bercampur belaian lembut jari-jemarinya di punggungku, pijatan tangannya di pundakku, remasan penuh birahi pada dua payudaraku. Dengus birahi terdengar dari arah belakangku. Dia remas, dia pukul pantatku, dan aku menikmatinya."Ah...uh...ah...uh."

Desahanku terhenti karena kontol Amir berhenti menggagahi lubang kemaluanku. Dengan napas yang masih memburu, dengan posisi masih menungging, aku diam menunggu serangan selanjutnya dari Amir karena belum ada semprotan spermanya mengisi lubang kemaluanku, meskipun batang bulat panjang itu masih sesak memenuhinya.

Karena ada yang menepuk pantatku, maka aku buka mataku dan mendongak untuk melihat Amir yang berada di belakangku, tetapi, betapa terkejutnya aku karena didepan mataku, di samping tempat tidur, berdiri Dadan, anak keempatku. Bergantian matanya memandang ke arah kami. Mungkin dia bingung melihat aku, Mimihnya, menungging sementara ada Mang Amir dibelakang aku. Di tengah malam. Sama-sama bugil.

Untungnya Dadan kemudian duduk di lantai kamar, lalu berbaring disamping Neng, anak bungsuku, yang tertidur. Menghela napas lega aku. Ribuan kata Alhamdulillah aku panjatkan. Mendadak tubuhku melemas. Jatuh aku menimpa bantal yang sedari tadi sudah berada dibawah tubuhku yang menungging.
Nafasku aku atur dan coba menenangkan detak jantung yang tidak karuan. Aku yakin Amir pun sama terkejutnya. Ini terlihat karena tadi dengan tiba-tiba saja Amir menghentikan sodokan kontolnya pada lubang kemaluanku.

Dadan malam ini memang tidur bersama kakak-kakaknya di kamar sebelah. Rupanya terbangun dia dan memilih masuk ke kamar tidurku. Cuma masalahnya kenapa Dadan bisa masuk ke kamar tidurku. Padahal pintu kamar tidurku selalu aku kunci.

"Argh..."aku melenguh karena Amir mendorong kembali kontolnya masuk.

"Dadan belum tidur, Amir,"bentakku pelan.

Syukurlah, setelah beberapa kali memajumundurkan kontolnya, Amir menarik keluar kontolnya dari lubang kemaluan. Tubuhku yang masih menungging dia tarik rebah. Dengan posisi menyamping, dari arah belakang, satu tangan Amir menyelinap dibawah tubuhku. Dipeluknya aku. Bibirnya menyentuh leherku, menciuminya.

"Dadan belum tidur,"sambil berucap, aku tahan jemari tangannya yang mengambil payudaraku, coba mengelus lembut bola kecil di atasnya.

"Dari bawah, Dadan tidak bisa melihat kita, Ceu,"Dia coba meyakinkan aku.

"Tapi, kalau nanti dia dengar ada ribut-ribut di atas tempat tidur, bangun lagi dia."

"Makanya, Eceu jangan bersuara."

"Ya, tidak enaklah kalau tidak bersuara,"gurauku.

Dengan gemas Amir mempererat pelukannya. Bergidik tubuhku karena leherku dia ciumi. Pun dia kulum kupingku, mendesak-desakkan lidahnya pada lubang telinga. Elusan jari-jari Amir yang menelusuri tubuhku, menyentuh bagian-bagian sensitif milikku, membuat aku melupakan kehadiran Dadan.

Paha kanan Amir masuk di antara dua pahaku. Dia naikkan pahanya sehingga paha kananku ikut terangkat. Spontan kuku-kuku tanganku mencengkeram kuat di lengan Amir yang melingkar di tubuhku manakala jemari tangan itu bermain di lubang kemaluanku. Dia rabai bibir kemaluanku, dia tusukkan jarinya masuk ke dalam belahan memanjang kemaluanku untuk menggapai kelentitku, mengelus dan memijat-mijatnya perlahan."Ah..."

Dapat aku rasakan daging hangat dan keras itu berada di antara dua pahaku yang membuka lebar. Kusambut kedatangan batang bulat panjang itu dan menempelkannya ke lubang kenikmatan milikku. Dengan segera kepala kontol itu terdorong masuk. Kontol Amir mulai memenuhi lubang kemaluanku dan lenguhan terdengar."Ah..."

Tetap dengan posisi menyamping, dengan paha kanan menggantung di atas paha lawan mainku itu, kontol Amir mulai maju dan mundur di dalam lubang kemaluanku. Agar desahan suara tidak sampai terdengar oleh Dadan, aku bekap mulutku dengan telapak tangan.

"Dilepas saja suaranya, Ceu. Jangan ditahan-tahan,"pelan dia berbisik di telingaku.

"Nanti Dadan dengar,"ucapku sama pelan disela nafasku yang tertahan-tahan.
Tapi Amir membebaskan mulutku dari telapak tanganku. Dengan memegangi kedua tanganku, Amir kembali memajumundurkan kontolnya yang masih menyumpal lubang kemaluan, sehingga desahan pun keluar dari mulutku, terdengar jelas seirama dengan masuk keluarnya batang kontol Amir yang menggagahi kemaluanku."Ah...ah...ah..."

Batang kontol Amir tercabut dari lubang kemaluanku. Lalu, aku dia terlentangkan. Dia angkat pantatku, lalu ditaruhnya bantal. Kini kemaluanku melengkung meninggi. Bersimpuh dia di antara dua pahaku yang dia kangkangkan dan dia datangi lubang kemaluanku. Terpejam mataku dan menganga mulutku karena kontol Amir terdorong masuk, perlahan memenuhi lubang kemaluanku.

Setelah batang bulat panjang itu tenggelam sempurna dalam lubang kenikmatan milikku, Amir mulai memajumundurkan senjatanya. Suara desahanku pun memenuhi kamar."Ah...ah...ah..."

Paha kiri Amir naik menimpa paha kananku sementara kaki kiriku terangkat tinggi dan di peluk olehnya, menempel di dadanya. Dengan posisi aku yang menyamping, menggeliat liar aku karena kontol Amir dengan cepat menusuki lubang kemaluanku dan,"Ah-uh-ah, ah-uh-ah,"desahku.

"Ah!"teriakku ketika kontol Amir menekan dalam-dalam di lubang kemaluanku, berhenti menusuk, dan akhirnya kurasakan semprotan air hangat menimpa lubang kemaluanku. Beberapa kali.

Setelah semprotan sperma berakhir, Amir melepaskan pegangannya di kakiku. Terkulai dia jatuh menimpa aku. Kunikmati detak jantungnya yang menyebar di kulitku, menikmati desah nafasnya yang menderu di telingaku, dan menikmati basahnya tubuhnya akibat keringat hasil permainan kami.

Pintu kamar kembali berderit. Serentak kami menoleh. Takut terulang kembali kejadian Dadan yang menyelinap masuk, tapi tidak ada siapa pun di ambang pintu. Hanya ada daun pintu kamar yang dengan tenang melambai-lambai pelan dimainkan angin.

"Pintunya tidak terkunci, Ceu,"tukas Amir kemudian.

"Cepat dikunci."Kudorong Amir turun dari atas tubuhku.

Ketika Amir turun dari atas tubuhku, kuambil seprai untuk menutupi tubuh telanjangku. Ketika Amir yang telanjang turun dari tempat tidur dan melangkah menuju pintu kamar tidur, aku berangkat ke pinggir tempat tidur. Kuintip ke bawah tempat tidur. Dadan sudah terlelap tidur di samping adiknya yang juga masih tertidur.

Kuhela nafas panjang. Lega. Untung saja hanya Dadan yang masuk ke kamar tidur. Semoga saja dia belum memahami apa yang dia lihat malam ini, doaku.

Bergeser aku ketika Amir duduk di tempat tidur. Sambil menyelonjorkan kakinya, bersandar dia di besi penghalang tempat tidur. Ditariknya aku bangun, ditariknya untuk bersandar di tubuhnya. Kepala aku rebahkan di dadanya. Tanganku aku lingkarkan ke tubuhnya, memeluknya. Kubiarkan tangannya melingkar di pundakku.

"Untung anak Eceu yang lain tidak ada yang menyusul masuk,"ucap Amir.

"Ini untuk yang kesekian kali kita nyaris ketahuan, Amir,"balasku.

"Semoga tetap aman, Ceu."Amir mencium rambutku, lalu mempererat pelukannya, lalu,"karena aku masih ingin lama bersama Eceu."
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd