Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Bertahan Hidup

Status
Please reply by conversation.
Ruang Bawah Tanah

Lelah, letih, kelaparan

Itu adalah tiga kata yang tepat untuk menggambarkan raut wajah Lina dan para wanita lainnya.

Paha babi bakar yang seharusnya hanya disantap aku dan lina saja kini terpaksa harus kubagikan juga ke lima wanita lainnya.

Ku potong dengan pisau hitamku daging babi bakar yang kelihatan menggiurkan di hadapan ku ini.

Ku bagi rata seadil-adilnya menjadi 7 potongan yang sama banyaknya.

Dengan lahapnya kami makan daging tersebut, dan punyaku habis duluan karena aku dahulu terbiasa dididik makan dengan secepat mungkin di medan pertempuran.

Sedangkan para wanita kulihat makan dengan perlahan karena alotnya serat daging babi yang tak terbiasa mereka makan.

Dinginnya efek salju ditambah dinginnya arus sungai jernih yang baru saja kami seberangi membuat kami kedinginan karena kami tak terbiasa dengan cuaca ini.

Entah apa yang terjadi, sehingga tadi malam langit menurunkan saljunya.

Negara yang berada tepat di garis khatulistiwa yang seharusnya memiliki iklim tropis kini tertutup salju tebal.

Karena kedinginan, kembali aku harus mencari batang kayu untuk menghangatkan tubuh kami.

Ku mulai berangkat menyusuri area sekitar sungai bermaksud mencari batang pepohonan dan sekaligus memastikan area sekitar kami aman.

Di tengah perjalananku, aku menemukan pintu besi sedikit berkarat yang jelas terlihat di antara lantai hutan yang tertutup putihnya salju.

Aku duga bahwa salju di atas pintu tersebut mencair diakibatkan sifat besi yang bereaksi dengan es.

Besi merupakan penghantar panas yang baik, itu artinya ketika benda ditempelkan ke permukaan besi, energi dari benda tersebut akan langsung terserap oleh besi.

Hal itulah yang menyebabkan pintu besi ini kini dapat terlihat jelas di depan mataku.

Aku coba buka pintu tersebut dengan susah payah, setelah beberapa kali aku berusaha keras membukanya dengan beberapa ganjal kayu dan batu akhirnya terbuka.

Heran aku dengan yang kutemukan ini.

“British Bunker”

Hanya itu tulisan yang dapat ku temukan di sekitar dinding.

Aku rasa ini merupakan bunker inggris yang telah lama ditinggalkan.

Dan ditambah lagi aku tahu karena sejarahnya dahulu Malaysia pernah dijajah oleh inggris, dan mungkin bunker ini salah satu tempat persembunyian rahasia para tentara inggris.

Ku coba masuk ke dalamnya, di dalamnya kurasa terdapat ruang cukup luas namun tidak terlalu jelas karena tak ada cahaya sedikitpun.

Aku putuskan meninggalkan sejenak karena aku tak punya senter atau sumber cahaya apapun.

Satu-satunya alat elektronik yang bisa mengeluarkan cahaya adalah Telepon satelit milikku, namun masih tertinggal di ransel yang di bawa Lina.

Akhirnya aku menandai tempat ini kemudian aku melanjutkan tujuan utamaku yaitu mencari kayu bakar.

Setelah terkumpul batang-batang kayu akhirnya aku kembali, kulihat mereka menggigil kedinginan sambil berpelukan satu sama lain kecuali Likazhkimo yang masih berdiri tegak menjaga mereka.

Aku buat api dan kami akhirnya menghangatkan diri dengan api tersebut.

Aku duduk di samping Lina dan tanpa malu-malu sesekali aku memeluknya, menciuminya, dan terkadang meremasi kedua toketnya dari balik tanktop.

Kulihat wanita lainnya iri dengan perlakuan yang aku berikan kepada Lina yang sekarang sedang kucumbu mesra ini.

Ku ceritakan kepada mereka bahwa baru saja aku menemukan ruang bawah tanah misterius.

Aku jelaskan pula ke Likazkhimo dengan kode tangan sebisaku, dia terlihat memahami maksudku.

Malam mulai menjelang, tubuh kami sudah lumayan hangat.

Kami beranjak pergi ke bunker yang aku temukan tadi.

Kubuka ranselku, dan mengeluarkan handphoneku, bermaksud menggunakan cahayanya sebagai penerangan meninjau ruang bawah tanah di depanku ini.

Namun sial sekali nasibku ternyata baterai hp ku habis.

Aku berbincang dengan kode tangan entah apa yang ku katakan, intinya adalah aku butuh cahaya yang bukan dari api, karena akan bahaya jika menggunakan api dan kebetulan di dalam bunker ada gas atau bahan bakar.

Namun sejenak kemudian Likazkhimo menunjukkan rumput ilalang yang tertutup salju.

“Moho zumo nekozo mahumba!”

Entah apa yang dikatakannya, namun kulihat di depanku kini dari sela-sela rumput ilalang tersebut ada banyak kunang-kunang.

Kami akhirnya memunguti kunang-kunang tersebut dan mengumpulkannya di botol air mineral kosong yang kubawa.

Akhirnya kuberanikan diriku masuk kedalam ruang tersebut sendirian sambil membawa sumber cahaya dari kunang-kunang.

Tak ku sangka ternyata di dalamnya terdapat ruangan luas dan beberapa peralatan.

Ada linggis, piring alumunium, tali, dua kasur tingkat, beberapa ransum yang telah kadaluarsa, dan kutemukan juga senjata jaman dulu entah masih berfungsi atau macet.

Terlintas di pikiranku akan melanjutkan perjalanan, namun percuma juga, aku tahu sebenarnya kami lari tanpa tujuan.

Dan kini tanpa sengaja kami temukan bunker ini, sehingga aku memutuskan kami ber 7 akan menetap di tempat ini dan terus bertahan.

Kuyakinkan pada mereka untuk ikut masuk, kemudian para wanita semuanya tidur sedangkan aku dan Likazkhimo bergantian tidur dan berjaga setiap 3 jam.

Kini bunker ini menjadi rumah baru kami dan sebagai hunian tetap.

Setiap harinya kami mencari pohon pinus liar untuk diambil getahnya lalu kami gunakan untuk penerang di dalam bunker.

Hari demi hari kami lewati, kami melakukan perbaikan di berbagai bagian bunker ini.

Menata ulang benda-benda di dalamnya agar efektif, tak lupa kami juga memperbaiki saluran udara yang macet karena tersumpal tanah dan bebatuan.

Hari-hari kami kini lebih tenang, tak seperti sebelumnya.

Saat aku duduk bersantai dengan Lina di kasur bunker sementara Likazkhimo berada di luar untuk berjaga, para wanita mendatangi kami, karena gangguan mereka aku kesal, terpaksa aku harus menghentikan cumbuanku terhadap lina dan berdiri.

Para wanita yang telanjang memohon padaku untuk membuatkan mereka pakaian dari kain, kulit kayu, atau apapun, namun aku tolak.

“Ardian, tolong buatin kami pakaian dari kain selimut, kain kayu atau apapun itu, kami malu jika harus bertelanjang bulat seperti ini”, ucap Riska mewakili para wanita lainnya.

“Lo ganggu kita lagi ena ena aja sih, kalo kalian mau tinggal di sini maka kalian harus ikut aturanku”, kataku menjelaskan kepada mereka.

“Kalian harus selalu telanjang bulat tak berpakaian sama sekali seperti ini setiap harinya kecuali aku, Lina adikku dan Likazkhimo penjaga kalian, musti kalian ingat baik-baik mulai sekarang kalian berempat adalah budakku dan harus memanggilku dengan panggilan tuan, kalian paham?”, perintahku.

“Kami paham”, ucap mereka.

“Ulangi yang benar!”, ucapku membentak mereka.

“Kami paham tuan”, jawab Milvi, Rin, Elen dan Riska serentak.

“Jika kalian menghampiriku maka kalian harus merangkak pelan, dan satu lagi, kalian mulai sekarang juga harus menghormati Lina, karena Lina adalah adik kandungku sekaligus isteriku, dan kalian tak boleh mengganggu ketika aku bermesraan dengan Lina, kalian paham?”, lanjutku.

“Kami paham tuan”, jawaban mereka serentak.

Lina yang kini dibelakangku hanya tertawa mendengar tingkahku sambil memeluk tubuhku dari belakang sambil sesekali mengelus-elus kontolku dari balik celana.

Kemudian aku perintahkan mereka untuk merangkak di depanku, dan aku elus-elus satu per satu kepala mereka.

“Bagus-bagus, kalian harus nurut!”, kataku merendahkan mereka seperti hewan peliharaan.

“Kamu nggak mau ikutan elus-elus mereka Lin?”, tanyaku kepada kekasihku.

“Aku juga mau kak!”, ucap Lina senang.

Kemudian Lina maju dan ikut mengelus-elus kepala mereka satu persatu.

Setelah itu aku lanjutkan cumbuanku terhadap Lina dengan memerintahkan ke empat budakku tadi untuk tetap diam dalam posisi merangkak menonton pergumulanku dengan Lina di kasur.

Kembali aku cumbui adik kandungku ini, kukecupi bibirnya, ku sedot-sedot lehernya sesekali kuberikan jejak cupangan hingga leher Lina kini memerah di berbagai bagian.

Aku buka tanktop kuningnya, kulucuti hingga dia benar-benar telanjang bulat.

Ku remas-remas payudara montoknya, ku sedot-sedot puting payudaranya yang berwarna pink.

Tak lupa seperti biasa kuberikan cupangan-cupangan di toketnya yang indah.

Kini leher dan toketnya penuh dengan bekas merah karena cupangan liarku.

Kuminta Lina menungging dengan gaya dogy, dengan gemas ku remas-remas kuat pantat semoknya.

Tak kuasa aku menahan diriku untuk tidak menepuk-nepuk pantatnya dengan agak keras.

“Plak-plak-plak”, suara peraduan telapak tanganku dengan bokong semoknya.

Kuperlakukan seperti itu bukannya kesakitan malah semakin binal menunggingkan pantatnya membiarkanku memukul pantatnya lebih bebas lagi, dan sepertinya Lina sudah tidak sabar agar memeknya segera digenjot.

Ke empat wanita dibelakangku hanya bisa melongo dan menggigit bibir mereka karena sepertinya mereka pengen juga aku entoti namun aku abaikan.

Pantat memerah kepunyaan Lina di depanku kini terlihat makin menggiurkan, karena memeknya sudah basah karena foreplay yang lumayan kasar tapi romantis tadi akhirnya ku tusukkan kontol perkasaku ke lubang memek Lina dari belakang.

“Ahhsh kakak, enak kak, entot Lina yang kencang kak!”, ucap Lina saat kumulai penetrasiku.

“Sayang, kamu nggak papa? Nggak sakit kan tadi kakak pukul?”, tanyaku.

“Ahhhhs nggak sakit kak, Lina malah jadi makin nafsu, pukul pantatku lagi kak pliiis sambil digenjot, dimentokin!”, perintahnya.

Karena perkataannya aku semakin liar menggenjot vagina adik kandungku.

“Plok-plok-plok-plok”

Seperti biasa suara peraduan kontolku terhadap memek Lina yang becek dan sesekali ku pukul pantatnya dengan telapak tanganku.

Entah mengapa staminaku akhir-akhir ini semakin meningkat dan nafsuku juga semakin tinggi pula, lama sekali aku menggenjot tak juga aku merasakan puas.

Sedangkan ukuran kontolku sepertinya sedikit mengalami peningkatan ukuran dan semakin memanjang, mungkin ini efek dari ramuan ungu yang selalu ku minum akhir-akhir ini yang sifatnya bisa meng-upgrade.

Namun kali ini, aku ngentot tanpa meminum ramuan ungu tersebut tapi tetap saja nafsuku kurasakan makin memuncak dan belum ada tanda-tanda akan berejakulasi.

Sedangkan Lina sudah mengalami beberapa kali orgasme.

Saat Lina orgasme pasti dia mencoba merapatkan kontolku sedalam-dalamnya berharap kontolku mentok sampai ke rahimnya dan setelah itu pasti kurasakan guyuran cairan hangat dari vaginanya.

Lina sudah lemas, tak mungkin lagi kulanjutkan menggenjot Lina.

Akhirnya aku papah dengan lembut tubuhnya, dan aku baringkan di kasur.

Setelah itu aku langsung memerintahkan ke empat wanita untuk melayaniku sekaligus.

Kali ini aku ingin merasakan sensasi di oral oleh mereka.

Milvi, Rin, Elen dan Riska kuperintahkan maju dan secara serentak mereka beranjak dari posisi merangkaknya dan kini mulut mereka sudah siap untuk mengoral kontol panjang dan besar kepunyaanku.

Mereka dengan bergantian lahap berebut mengulum kontolku.

Kali ini aku akan melakukan yang lebih, aku akan melatih para budakku ini untuk deepthroat agar mereka makin terampil nantinya.

Milvi dan Riska ternyata sudah lancar ku deepthroat, mereka sangat terampil bisa melakukannya dengan mulus tanpa tersedak, lama kusodok tenggorokan Milvi dan Riska tapi kontolku tak juga kunjung berejakulasi.

Mulut mereka sampai berbusa dan merasakan pegal, aku kasihan juga melihat Milvi dan Riska dan membiarkan mereka beristirahat.

Kini aku beralih ke mulut Rin dan Elen, Rin dan Elen masih sesekali tersedak kesulitan karena belum terbiasa.

Ku posisikan kontol basahku yang penuh air liur mereka tepat di hadapan Elen si ABG cantik dan Rin si amoy tocil.

Elen dengan mulutnya memajumundurkan kontolku di dalam mulutnya, sedikit demi sedikit aku mentokkan kontolku sampai ke tenggorokannya.

“Sakit tuan! Tolong hentikan!”, ucap Elen.

Mata elen kulihat memerah seperti menangis.

Ku cabut sejenak kontolku dari mulutnya.

Aku Elus-elus kembali rambutnya.

“Kamu harus latihan biar mulutmu terbiasa dengan kontolku len, kamu nurut ya?”, kataku sambil mengelus-elus poninya bermaksud memanjakannya.

“Baik tuan tapi pelan-pelan ya”, kata Elen.

“iya sayang”, kataku lalu kembali ku mentokkan kontolku ke tenggorokannya sampai Elen kehabisan nafas menepuk-nepuk kakiku.

Karena melihatnya seperti itu aku jadi makin terangsang, aku cabut lalu aku tusukkan ke mulut Rin.

Kembali aku tusukkan dalam-dalam kontolku ke mulut mungil Rin, mulutnya kini terlihat sangat penuh, kesulitan menampung besarnya kontolku.

Aku genjot pelan lalu sesekali kutusukkan dalam-dalam ke mulut Rin hingga dia tersedak dan matanya memerah.

Sama seperti Elen tadi Rin juga gelagapan sampai menepuk-nepuk kakiku karena kehabisan napas dan ambruk lemas.

Lalu aku beralih lagi ke mulut Elen.

Kupandangi dia, ternyata wajahnya jadi terlihat semakin cantik ketika mulutnya penuh kontolku.

Kuputuskan untuk mencari tali dan mengikat tangan Elen ke belakang, karena aku tak mau dia menepuk-nepuk lagi kakiku disela-sela kenikmatanku.

Ku ikat kuat tangannya dibelakang dengan tambang yang aku temukan di meja bunker ini.

Tanpa diperintah, dengan tangan terikat ke belakang Elen kini mulai memaju mundurkan kontolku di mulutnya dan dia hanya bisa pasrah menerima hujaman kontolku karena tangannya kini terikat.

“Bloakh bloakh blok bloakkhhs”, suara peraduan kontolku di tenggorokannya.

Walaupun dia meronta-ronta kehabisan napas aku tetap menggnjot mulutnya.

Melihat Elen kini dihadapanku hanya bisa pasrah terpaksa menerima hujaman kontolku di tenggorokannya menyebabkan aku semakin terangsang dan sepertinya aku akan segera melepaskan benih-benih spermaku.

Aku pegangi kepala Elen bagian belakang, lalu kutusukkan semakin liar.

Dan “Aaaahsssh”, desahku keenakan menggenjot tenggorokan Elen.

Tak sampai semenit kemudian buru-buru aku cabut kontolku, lalu aku bergegas mencari lubang vagina Lina adik kandungku.

Lina kulihat sedang lemas terbaring terkapar di kasur, tanpa peduli aku angkat kedua kaki mulusnya lalu kuhujamkan kontolku dalam-dalam ke vaginanya sampai mentok ke rahimnya.

Dan “Crooot crooot crooot crooot”

Akhirnya setelah sekian lama aku di oral Elen kini muntahkan spermaku ke dalam rahim Lina, berharap berhasil menghamilinya.

Lina yang lemas hanya terpekik pelan sambil membuka mata dan melihatku.

“aaahhhssshh kakak, pengen ngehamilin Lina ya kak?”, rintihnya.

Tanpa aku menjawab tubuhku langsung ambruk dipelukannya, puas tiada tara kurasakan hari ini.

Kemudian setelah beberapa lama ku benamkan kontolku di memek Lina, perlahan aku cabut lalu mengalirlah sperma kental sangat banyak yang jelas tak bisa tertampung semuanya di memek sempit Lina.

Ku berdiri dan mengucapkan terimakasih kepada para budakku, terutama untuk Elen yang kini mulutnya berbusa dengan tangannya masih terikat ke belakang.

Ku copot ikatan di tangannya lalu ku elus-elus poninya kembali, sepertinya Elen menyukai kuperlakukan seperti itu.

Lalu tiba-tiba Elen memelukku, menempelkan toket kenyalnya di dada bidangku.

Sepertinya Elen telah jatuh cinta padaku, namun aku hanya memandangnya sebagai budak pemuas nafsuku.

Cintaku hanya untuk seorang yaitu Lina adikku.

Walaupun begitu aku balas pelukannya untuk menenangkannya, dan anggap saja ini wujud rasa terimakasihku karena Elen barusan dapat memuaskanku.

Setelah beberapa lama aku berpelukan dengan Elen menjadikan tubuhku hangat, tak jarang Elen menciumiku, sesekali dia menjilati leherku dan mengajakku melakukan pergulatan lidah.

Setelah puas, kini aku beranjak berpamitan kepada mereka semua karena akan segera mencari makanan bersama Likazkhimo.

Tak lupa aku berpesan kepada budak-budakku agar tidak keluar sembarangan dari bunker ini, dan tetap menjaga Lina adikku.

Ku pergi keluar dan menutup pintu besi, aku samarkan pintu masuk ini dengan menutupinya dengan kayu dan salju, walaupun begitu udara masih tetap lancar bisa masuk karena saluran udara telah kami perbaiki kemarin.

Akhirnya aku mengajak Likazkhimo untuk berburu dan mencari buah-buahan.

Satu jam kami berjalan menyusuri pinggiran sungai tak juga menemukan hewan buruan babi ataupun kelinci.

Mereka sangat susah ditemui karena salju kini ada di mana-mana.

Saat kami sampai di pinggiran tebing, kulihat darah berceceran di salju dan salah seorang laki-laki suku pedalaman dengan satu tangannya hilang dan kondisinya seperti sedang sekarat.

Disampingnya terdapat induk harimau cokelat yang telah mati namun meninggalkan dua anakan harimau hitam dan putih, albino atau entah apa namanya.

Mereka berdua mengeong dan menyusu terhadap induknya tanpa tahu bahwa sebenarnya induknya telah mati.

Ku duga pasti lelaki ini sehabis melakukan pertarungan hidup dan mati dengan harimau betina di depanku ini.

Kami gerakkan tubuh lelaki tersebut, di dadanya terdapat kalung keren dari tanduk kambing.

Kupastikan dia adalah anggota suku Heidrun atau Suku Kambing Hutan.

“Emikazo neognoma munimo”, perkataan lelaki tersebut sesaat setelah tersadar.

Aku benar-benar tak tahu apa yang dikatakannya.

Namun tiba-tiba Likazkhimo menjawabnya.

“Oonuere keeehmi ni bulago!”

Lau mereka berdua mengobrol makin banyak.

Baru kusadari ternyata suku-suku pedalaman disini memiliki bahasa yang sama.

Dengan isyarat tangan Likazkhimo mencoba menjelaskan padaku tentang apa yang dikatakannya.

Dan kutahu inti maksudnya bahwa Lelaki tersebut meminta tolong kepada kami untuk membawanya pulang ke desa.

Aku tak mungkin mengambil resiko meninggalkan Lina dan budak-budakku melewati malam sendirian karena tak ada yang menjaga mereka.

Maka aku perintahkan dengan isyarat tangan kepada Likazkhimo untuk menolongnya, membawa dia pulang ke kampung Heidrun.

Akhirnya Likazkhimo menuntun lelaki tersebut kembali ke kampungnya, sedangkan aku menguliti induk harimau disampingku ini dengan pisau taktikalku.

Entah enak atau tidak nanti rasa daging harimau ini, namun daripada kelaparan lebih baik aku membawa pulang dagingnya.

Aku kuliti dengan rapi, ku pilih dagingnya lalu kubuang jeroannya.

Setelah bersih kubawa dagingnya beserta kulitnya.

Mungkin kulitnya bisa kujadikan baju atau penghangat.

Lalu aku beranjak pergi dari tempat itu.

Saat hendak pergi kulihat dua anakan harimau tersebut mengikutiku dari belakang, atau lebih tepatnya mengikuti bau kulit induknya.

Aku berniat menelantarkan anakan harimau ini namun aku kasihan, melihat induk mereka mati di depan mata mereka sendiri dan kini mereka berjuang berdua hanya kakak dan adik anakan harimau melawan dunia yang kejam ini.

Nasib mereka sejatinya mirip dengan aku dan Lina, dua kakak beradik yang baru saja ditinggal mati kedua orang tua kami dan kini kami harus tegar untuk bertahan hidup di hutan belantara yang kejam ini.

Akhirnya aku membiarkan mereka berdua mengikutiku pulang ke bunker, berharap menjadikan mereka hewan peliharaan anti mainstream dan mungkin suatu saat bisa berguna.




Satu hari berselang, seperti biasa aku bermesraan dengan adikku di dalam ruang bawah tanah yang hangat.

Disampingku terdapat dua ekor bayi harimau yang lucu, mereka mengaung-ngaung kecil tanda kelaparan, aku hanya bisa memberikan mereka jus daging dari cincangan daging ibu mereka sendiri.

Sungguh jahatnya aku, namun tak ada pilihan lain, tak ada susu atau makanan lain untuk mengganjal perut kecil mereka.

Dua harimau kecil ini dengan tangkasnya sesekali berlarian lucu kesana kemari di dalam bunker, kadang bermain tali, kadang berusaha mencabik kain dengan cakar kecil mereka, kelakuan mereka persis seperti kucing rumahan.

Saat lelah setelah bermain, tubuh mereka selalu dirapatkan dan menjilati tangan Lina, mungkin mereka berdua merasa nyaman dengan Lina karena sesekali Lina mengelus kepala dua anak harimau tersebut.

Tak lupa aku perintahkan budakku Milvi dan Rin untuk berjaga di luar sambil mengenakan selimut, ku bermaksud melatih mereka sedikit demi sedikit menjadi wanita yang kuat dan tidak manja.

Kuperintahkan kepada mereka berdua untuk berjaga tepat di area pintu melihat-lihat sekitar dan segera memberitahuku jika ada manusia atau hewan buas mendekat.

Namun perasaanku sedikit khawatir karena Likazkhimo tak juga kunjung kelihatan, repot juga jika tak ada dia sehari saja.

Ingin ku jemput dia, namun ku tak tahu posisi pasti letak perkampungan suku Heidrun.

Sebentar kemudian Rin mengabarkanku tentang kedatangan Likazkhimo.

Bergegas ku keluar untuk mencari tahu keadaannya, semoga dia baik-baik saja.

Ternyata dia datang tidak sendiri, dia datang didampingi dua wanita cantik bermata biru dari suku Heidrun dan membawa empat kambing.

Nuzu dan Kehsa, nama aneh dua wanita tersebut, kulihat paras kedua wanita ini begitu cantik dan identik, kuduga mereka pasti anak kembar, mereka berdua memiliki wajah khas orang asia bermata biru dan kulitnya sawo matang tidak hitam seperti Likazkhimo.

Entah mengapa kulit mereka bisa indah seperti itu padahal mereka suku pedalaman, namun aku tak ambil pusing.

Mulailah aku berbincang dengan mereka dengan komunikasi isyarat tangan.

Setelah beberapa lama kami berbincang akhirnya aku mengerti maksud mereka, ternyata dua wanita cantik dan empat kambing gemuk ini merupakan hadiah dari kepala suku Heidrun karena yang kami selamatkan kemarin ternyata adalah putera dari kepala suku Heidrun.

Dan Likazkhimo mengatakan bahwa kepala suku Heidrun menitip pesan padaku jika suatu saat butuh bantuan, kami tinggal datang ke perkampungan mereka dan mereka akan selalu siap membantu kami.

“Asyik, tambah dua budak lagi nih”, batinku.

Memang benar aku gembira dengan hadiah dari suku Heidrun, namun disisi lain kurasa senjataku mulai sekarang akan bekerja lebih keras lagi.

Tak menunggu lama kupersilahkan mereka masuk bunker, kuperintahkan Elen dan Riska memijat Nuzu dan Kehsa yang baru datang.

Kubuat mereka berdua merasa senyaman mungkin dengan rumah barunya.

Kuputuskan untuk membuat rumah-rumah gubuk tepat di atas bunker ini, aku berani membangun gubuk karena jika sewaktu-waktu ada yang menyerang kami, kami tinggal meminta bantuan kepada suku Heidrun.

Suku heidrun adalah suku yang terkenal memiliki pengetahuan tentang beternak kambing.

Walaupun begitu mereka juga merupakan petarung yang tangguh, terbukti dalam budaya mereka ketika akan menikahi seorang gadis maka dua orang akan melakukan pertarungan tangan kosong dan yang menang dari duel adalah yang berhak menikahi si gadis.

Hari-hari kami kini mulai bekerja keras, semua wanita disini Milvi, rin, riska, elen, Likazkhimo, Nuzu dan Kehsa membantuku membangun perkampungan baru kami kecuali Lina.

Ku biarkan Lina tak melakukan pekerjaan apapun karena kuanggap dia adalah ratu di tempat ini, dan juga aku tak mau dia terluka gores sedikitpun ataupun kelelahan, sesekali kulihat dia menonton kami sambil sesekali menyemangatiku ketika aku memanggul kayu.

Sedikit demi sedikit akhirnya satu rumah berhasil kami bangun. Walaupun terbuat dari kayu dan ilalalang namun setidaknya gubuk ini layak huni di hutan belantara seperti ini.

Gubuk ini berdiri tepat diatas pintu bunker, sehingga bunker kami kini tersamarkan.

Tak lupa kami juga membuat kandang kambing untuk beternak, karena kami membutuhkan susu kambing untuk kami minum dan untuk memberi makan anak harimau peliharaan ku.

Saat istirahat karena kelelahan sehabis membangun rumah, mulailah aku diskusi dan memberikan mereka spesialisasi tugas masing-masing agar keterampilan mereka dapat berfokus nantinya.

Milvi aku tugaskan sebagai juru masak.

Riska bagian bersih-bersih rumah, sekaligus guru bahasa indonesia untuk mengajari Likazkhimo, Nuzu dan Kehsa.

Elen sebagai petani.

Rin bertugas sebagai pencari bahan makanan.

Likazkimo sebagai prajurit dan pembuat ramuan (alchemist).

Si kembar Nuzu dan Kehsa sebagai prajurit sekaligus peternak kambing.

Lina hanya bertugas memelihara anak harimau.

Sedangkan aku bertugas sebagai kepala suku dan penyumbang sperma bagi para wanita.

Iseng-iseng terlintas dipikiranku, aku berkhayal membuat sebuah suku baru yaitu suku Harimau, memang jika aku membentuk suku saat ini juga rasanya masih terlalu prematur untuk di launching.

Namun tak apa yang penting aku sudah mengantongi sebuah nama dan ide yang bagus, lagipula aku punya visi untuk menyatukan susu-suku di hutan ini agar damai dan tak terjadi peperangan antara satu suku dengan yang lainnya.

Karena ku tahu dunia sedang dalam masa kehancuran.

Aku harus membuat sebuah aturan atau metode baru di hutan ini untuk menyelesaikan persengketaan tanah, perebutan wanita, perebutan wilayah buruan dan sebagainya.

Saat ini kami memang terlihat sangat lemah karena hanya ada satu laki-laki, tapi tunggu saja sebentar lagi budak-budakku akan segera kuhamili dan anak-anak mereka kelak akan jadi prajurit tangguh di suku kami kelak.

Sore menjelang, setelah penat kami sedikit menghilang aku segera membuat api.

Api ini nantinya akan kami jadikan penghangat karena kami sebentar lagi akan mandi bersama-sama.

Aku perintahkan mereka semua untuk tidak mandi sendiri, sesekali aku pengen memandikan mereka satu per satu karena sensasi memandikan wanita sepertinya akan nikmat.

Aku tuntun mereka satu per satu ke sungai, suhu air ini dingin namun tak sedingin kemarin saat hujan salju.

Pertama aku mandikan adikku Lina, ku basuh tubuhnya dengan air jernih sungai ini.

Ku belai-belai tubuh langsing namun montok di bagian toket dan bokongnya.

Lama kelamaan aku benar-benar tak bisa konsentrasi memandikan Lina, akhirnya karena tak tahan ku remas-remas toket Lina.

Kuposisikan di duduk dipangkuanku, dan pantat montoknya ku dudukkan tepat ke arah kontolku yang ngaceng sempurna.

Entah mengapa kontolku bisa setegang ini padahal cuaca dingin dan aku baru saja melakukan pekerjan berat, sepertinya nafsu memang tak memandang waktu.

Seketika blesssh!

Memek merahnya kini tertusuk kontolku dan kurasakan dinding-dinding memeknya memijat-mijat kontolku yang tegang.

"Akh Kakak!", suara Lina memekik tertahan karena terkejut.

Seperti biasa kupompa berulang vaginanya.

Suara gemercik dan kecipakan air akibat pertemuan kedua kelamin kakak beradik ini membuat suara yang begitu erotis.

Saat posisi bokong Lina diangkat air akan berkumpul di selangkanganku dan seketika saat Lina menurunkan bokongnya maka air yang terkumpul di selangkanganku akan muncrat kemana-mana.

Semua wanita disitu antusias melihat pergumulan kami kecuali Nuzu dan Kehsa, kedua wanita tersebut malah menutup mata mereka, mungkin mereka berdua tak terbiasa melihat adegan mesum seperti ini di suku Heidrun.

Akhirnya setelah beberapa lama ku menggenjot Lina akhirnya dia berhenti naik turun dan membenamkan kontolku ke liang senggamanya sedalam-dalamnya sampai mentok dan suuurrrr dia orgasme, kurasakan semburan cairan panas di kontolku yang masih tegang.

Cairannya terasa panas karena saat ini tubuhku dalam keadaan dingin karena berendam di sungai.

Kukeluarkan kontolku dari liang senggama Lina lalu membasuh tubuhnya, kemudian aku menyuruh Lina menghangatkan diri di api yang tadi telah kami buat.

Kini selanjutnya aku memandikan Rin, Riska, Milvi, Elen, dan Likazkhimo.

Aku hanya menggerayangi mereka tanpa mengentot memek mereka karena aku penasaran ingin mengentot anggota baru keluarga besar kami yaitu si kembar Nuzu dan Kehsa.

Kulihat ke lima wanita tersebut terdapat raut kecewa dari wajah mereka namun aku cuek saja dan memerintahkan mereka ke sumber api untuk menghangatkan diri dan menemani Lina.

Kini giliran di sungai ini tinggal aku, Nuzu dan Kehsa.

Kupanggil mereka berdua sekaligus, ku pereteli baju mereka yang terbuat dari anyaman.

Kini keduanya dalam keadaan telanjang bulat sambil menghalangi toket dan memeknya dengan tangan mereka sendiri.

Mereka sepertinya terlihat baru pertama kali telanjang di depan laki-laki karena kulihat dari ekspresi mereka yang masih malu-malu.

Kutuntun mereka turun ke air dan membasuh seluruh tubuh mereka, kini kami mandi ber tiga.

Saat kuraba bagian dada Nuzu, dia seakan menepis tanganku karena malu.

Begitu pula dengan Kehsa saat kuraba bagian memeknya yang terdapat jembut tipis di pinggir belahan memek bagian atas.

Ku coba buat mereka nyaman dengan kuberikan elusan-elusan lembut di sekujur tubuh mereka berdua akhirnya mereka berdua mulai menggeliat keenakan.

Ku cium bibir manis keduanya secara bergantian, kulakukan semesra mungkin.

Ku kecupi bibirnya hingga ku kenyoti ke empat payudara di depanku ini satu persatu.

Akhirnya mereka berdua mulai nyaman bersentuhan dengan tubuh telanjangku dan mulai mengerang kenikmatan.

Aku raba area selangkangan mereka berdua dengan kedua tanganku.

Tangan kananku merabai vagina Nuzu, sedangkan jari-jari tangan kiriku merabai vagina Kehsa.

Mereka berdua kelihatan nafsu dan menempel erat memeluk tubuhku.

Bahkan mereka sekarang berebut satu sama lain untuk menciumi bibirku sambil mengerang.

“Shhhhhh ahhhhh ahhhhhh ahhhh”, suara gemuruh desahan mereka terdengar jelas ditelingaku.

Walaupun bahasa berbeda namun ternyata desahan suku pedalaman dan orang kota sama saja, batinku mendengar suara desahan mereka.

Kini ku mulai aksiku melakukan penetrasi ke arah vagina Kehsa, kusingkirkan sejenak badan Nuzu ke bebatuan disampingku, kulihat dia cemberut tanda kentang.

Kulanjutkan penetrasiku, kumasukkan kontolku secara perlahan ke arah memek Kehsa, ku sodok-sodok susah sekali masuknya, kemudian Blesssh akhirnya kontolku masuk ke vaginanya.

Kulihat Kehsa memekik tertahan karena tusukanku barusan.

“Gila sempit banget ni memek”, batinku.

Kualihkan pandanganku sejenak ke arah peraduan kontolku dan memek Kehsa, kuperhatikan ada cairan merah tak salah lagi itu adalah darah, darah perawan!

Beruntung sekali batinku mengetahui ternyata hadiah dari suku heidrun ternyata adalah cewek perawan yang masih suci.

Mengetahui Kehsa masih perawan maka nafsuku malah semakin meninggi, kuhadapkan tubuhnya menghadapku sambil kupangku, kusodok maju mundur memeknya plok-plok-plok suara tumbukan antara kelaminku dan kelamin kehsa.

Dia sedikit menangis, kuhapus air matanya lalu ke kecupi bibir manisnya, setelah beberapa lama akhirnya croottt crooot crooot peju ku muncrat sejadi-jadinya menyirami memek Kehsa yang baru saja ku perawani.

Saat aku berada di puncak kenikmatanku ternyata dia juga orgasme sambil mengejang memeluk erat tubuhku.

Kini dia sudah tak suci lagi, kubasuh badannya, kubersihkan darah yang ada di memeknya, lalu setelah bersih kembali kuperintahkan dia dengan isyarat untuk merapat ke sumber api.

Setelah bergumul begitu hot barusan ternyata kontolku berdiri lagi ketika melihat tubuh di depanku ini.

Padahal tubuh dan wajah mereka kembar identik namun aku tetap masih saja nafsu melihat tubuh Nuzu yang kini telanjang dihadapanku.

Kumulai dengan pemanasan menciuminya kembali, sepertinya dia sudah tak malu lagi dan sepertinya sudah rela memeknya kuperawani.

Namun aku kini hanya memerintahkannya untuk mengoralku, setelah beberapa lama aku di oral oleh Nuzu akhirnya crooot crooot crooot pejuku menghambur deras tepat ke mulutnya dan seketika itu pula dia menelannya sampai habis.

Aku akan membiarkan memek Nuzu tetap terjaga dalam kondisi perawan, agar sesekali di hari yang akan datang nanti aku bisa menjilati memek perawannya.

Karena menjilati memek perawan menurutku memiliki kenikmatan, sensasi dan adrenalin yang berbeda.

Kubasuh badannya sekaligus aku juga membersihkan tubuhku, setelah selesai aku menuntunnya ke atas bebatuan sungai dan akhirnya kami bergabung dengan para wanita.

Kami bercengkrama penuh tawa bahagia sambil memakan daging harimau bakar sisa simpanan kemarin, lelah penat tadi siang terasa menghilang dari tubuh ini melihat mereka bergembira.

Likazkhimo tiba-tiba mendekatiku lalu menunjuk ke perut riska milvi rin dan elen, seakan mengatakan sesuatu entah apa itu.

Ku anggukkan kepalaku begitu saja padahal aku tak tahu apa sebenarnya maksudnya.

Tiba-tiba dia berkemas memakai pakaian kulit kayunya lalu berlari ke arah hutan.

Kira-kira satu jam dia pergi sendirian ke hutan padahal kondisi langit mulai gelap.

Sebentar kemudian dia kembali dengan membawa tanaman-tanaman entah apa fungsinya.

Tanpa istirahat terlebih dahulu dia langsung menumbuk beberapa jenis tanaman misterius itu dipinggir sungai, kemudian mencampurnya menjadi satu lalu hanya diambil sarinya.

Sari-sari cairan tersebut berwarna merah, aku bingung sebenarnya obat apa yang dia buat.

Sesaat kemudian dia meminum cairan merah tersebut sebagian dan menyuruh Milvi, rin, elen dan riska untuk juga meminumnya.

Aku tak paham dengan yang dibicarakannya, saat aku hendak memintanya untuk ku berikan kepada adikku Lina, Likazkhimo malah terlihat melarangku.

Entah apa fungsi dari cairan tersebut mungkin penambah stamina atau semacam sari rapet batinku.

Malam pun tiba, beberapa wanita mengeluh sakit perut.

Dan yang sakit perut hanya wanita-wanita yang meminum ramuan yang Likazkhimo buat tadi.

Aku sangat khawatir melihat kesakitan mereka, kudekati mereka dan bertanya agar aku dapat mendapatkan informasi yang jelas.

Ternyata gejala sakit perut tersebut adalah gejala biasa saat wanita mulai menstruasi, ternyata fungsi obat tadi adalah memaksa tubuh wanita untuk segera menstruasi walaupun tidak sesuai dalam jadwal bulanan masing-masing wanita.

Akhirnya kutahu maksud dari perkataan Likazkhimo tadi petang, dia ingin mengeluarkan sampah-sampah di dalam vagina wanita karena para wanita ini kemarin habis diperkosa oleh beberapa orang.

Dengan begini vagina mereka seakan telah di reset dengan ramuan tadi sehingga sel telur mereka gugur dan mereka tak mungkin hamil oleh sperma para pemerkosanya minggu kemarin, dan besok setelah mereka selesai dari menstruasinya akan kembali kuentot lagi dan kubuahi mereka sehingga anak yang lahir kelak adalah murni dari keturunanku.

Betapa senang hatiku karena Likazkhimo, betapa tidak, walaupun aku dan dia berbeda bahasa, namun dia selalu tahu apa yang ku inginkan.

Entah mengapa dia tadi juga ikut minum ramuan tersebut, mungkin saja sebelum memutuskan kabur bersamaku dari suku Slidrugtanni dia sempat disenggamai suaminya, dan suaminya kini mungkin sudah mati karena perang.

Dan dengan Likazkhimo ikut minum ramuan tadi membuktikan bahwa dia sekarang sudah takhluk padaku, atau mungkin juga telah jatuh cinta padaku sehingga dipikirannya kini sudah rela jika ku hamili kelak.

Karena mereka terlihat kesakitan maka aku berbaik hati menemani mereka yang kini sedang terbujur di gubuk beralaskan kayu dan daun, mereka kelihatan senang dengan hadirnya aku, sedangkan di dalam bunker hanya ada Lina beserta peliharaannya, Nuzu dan Kehsa yang sedang tertidur.
 
Terakhir diubah:
Makin seru nih petualangan Ardian dan Lina dlm bertahan hidup. Makasih updatenya suhu..
 
Tinggal nunggu bunting ny aja nih lina, dan ketambahan budak si adrian, bakalan puas dah bertahan hidup dengan banyak wanita, di tunggu next ny gan..
 
Chapter 5: Ruang Bawah Tanah

Lelah, letih, kelaparan

Itu adalah tiga kata yang tepat untuk menggambarkan raut wajah Lina dan para wanita lainnya.

Paha babi bakar yang seharusnya hanya disantap aku dan lina saja kini terpaksa harus kubagikan juga ke lima wanita lainnya.

Ku potong dengan pisau hitamku daging babi bakar yang kelihatan menggiurkan di hadapan ku ini.

Ku bagi rata seadil-adilnya menjadi 7 potongan yang sama banyaknya.

Dengan lahapnya kami makan daging tersebut, dan punyaku habis duluan karena aku dahulu terbiasa dididik makan dengan secepat mungkin di medan pertempuran.

Sedangkan para wanita kulihat makan dengan perlahan karena alotnya serat daging babi yang tak terbiasa mereka makan.

Dinginnya efek salju ditambah dinginnya arus sungai jernih yang baru saja kami seberangi membuat kami kedinginan karena kami tak terbiasa dengan cuaca ini.

Entah apa yang terjadi, sehingga tadi malam langit menurunkan saljunya.

Negara yang berada tepat di garis khatulistiwa yang seharusnya memiliki iklim tropis kini tertutup salju tebal.

Karena kedinginan, kembali aku harus mencari batang kayu untuk menghangatkan tubuh kami.

Ku mulai berangkat menyusuri area sekitar sungai bermaksud mencari batang pepohonan dan sekaligus memastikan area sekitar kami aman.

Di tengah perjalananku, aku menemukan pintu besi sedikit berkarat yang jelas terlihat di antara lantai hutan yang tertutup putihnya salju.

Aku duga bahwa salju di atas pintu tersebut mencair diakibatkan sifat besi yang bereaksi dengan es.

Besi merupakan penghantar panas yang baik, itu artinya ketika benda ditempelkan ke permukaan besi, energi dari benda tersebut akan langsung terserap oleh besi.

Hal itulah yang menyebabkan pintu besi ini kini dapat terlihat jelas di depan mataku.

Aku coba buka pintu tersebut dengan susah payah, setelah beberapa kali aku berusaha keras membukanya dengan beberapa ganjal kayu dan batu akhirnya terbuka.

Heran aku dengan yang kutemukan ini.

“British Bunker”

Hanya itu tulisan yang dapat ku temukan di sekitar dinding.

Aku rasa ini merupakan bunker inggris yang telah lama ditinggalkan.

Dan ditambah lagi aku tahu karena sejarahnya dahulu Malaysia pernah dijajah oleh inggris, dan mungkin bunker ini salah satu tempat persembunyian rahasia para tentara inggris.

Ku coba masuk ke dalamnya, di dalamnya kurasa terdapat ruang cukup luas namun tidak terlalu jelas karena tak ada cahaya sedikitpun.

Aku putuskan meninggalkan sejenak karena aku tak punya senter atau sumber cahaya apapun.

Satu-satunya alat elektronik yang bisa mengeluarkan cahaya adalah Telepon satelit milikku, namun masih tertinggal di ransel yang di bawa Lina.

Akhirnya aku menandai tempat ini kemudian aku melanjutkan tujuan utamaku yaitu mencari kayu bakar.

Setelah terkumpul batang-batang kayu akhirnya aku kembali, kulihat mereka menggigil kedinginan sambil berpelukan satu sama lain kecuali Likazhkimo yang masih berdiri tegak menjaga mereka.

Aku buat api dan kami akhirnya menghangatkan diri dengan api tersebut.

Aku duduk di samping Lina dan tanpa malu-malu sesekali aku memeluknya, menciuminya, dan terkadang meremasi kedua toketnya dari balik tanktop.

Kulihat wanita lainnya iri dengan perlakuan yang aku berikan kepada Lina yang sekarang sedang kucumbu mesra ini.

Ku ceritakan kepada mereka bahwa baru saja aku menemukan ruang bawah tanah misterius.

Aku jelaskan pula ke Likazkhimo dengan kode tangan sebisaku, dia terlihat memahami maksudku.

Malam mulai menjelang, tubuh kami sudah lumayan hangat.

Kami beranjak pergi ke bunker yang aku temukan tadi.

Kubuka ranselku, dan mengeluarkan handphoneku, bermaksud menggunakan cahayanya sebagai penerangan meninjau ruang bawah tanah di depanku ini.

Namun sial sekali nasibku ternyata baterai hp ku habis.

Aku berbincang dengan kode tangan entah apa yang ku katakan, intinya adalah aku butuh cahaya yang bukan dari api, karena akan bahaya jika menggunakan api dan kebetulan di dalam bunker ada gas atau bahan bakar.

Namun sejenak kemudian Likazkhimo menunjukkan rumput ilalang yang tertutup salju.

“Moho zumo nekozo mahumba!”

Entah apa yang dikatakannya, namun kulihat di depanku kini dari sela-sela rumput ilalang tersebut ada banyak kunang-kunang.

Kami akhirnya memunguti kunang-kunang tersebut dan mengumpulkannya di botol air mineral kosong yang kubawa.

Akhirnya kuberanikan diriku masuk kedalam ruang tersebut sendirian sambil membawa sumber cahaya dari kunang-kunang.

Tak ku sangka ternyata di dalamnya terdapat ruangan luas dan beberapa peralatan.

Ada linggis, piring alumunium, tali, dua kasur tingkat, beberapa ransum yang telah kadaluarsa, dan kutemukan juga senjata jaman dulu entah masih berfungsi atau macet.

Terlintas di pikiranku akan melanjutkan perjalanan, namun percuma juga, aku tahu sebenarnya kami lari tanpa tujuan.

Dan kini tanpa sengaja kami temukan bunker ini, sehingga aku memutuskan kami ber 7 akan menetap di tempat ini dan terus bertahan.

Kuyakinkan pada mereka untuk ikut masuk, kemudian para wanita semuanya tidur sedangkan aku dan Likazkhimo bergantian tidur dan berjaga setiap 3 jam.

Kini bunker ini menjadi rumah baru kami dan sebagai hunian tetap.

Setiap harinya kami mencari pohon pinus liar untuk diambil getahnya lalu kami gunakan untuk penerang di dalam bunker.

Hari demi hari kami lewati, kami melakukan perbaikan di berbagai bagian bunker ini.

Menata ulang benda-benda di dalamnya agar efektif, tak lupa kami juga memperbaiki saluran udara yang macet karena tersumpal tanah dan bebatuan.

Hari-hari kami kini lebih tenang, tak seperti sebelumnya.

Saat aku duduk bersantai dengan Lina di kasur bunker sementara Likazkhimo berada di luar untuk berjaga, para wanita mendatangi kami, karena gangguan mereka aku kesal, terpaksa aku harus menghentikan cumbuanku terhadap lina dan berdiri.

Para wanita yang telanjang memohon padaku untuk membuatkan mereka pakaian dari kain, kulit kayu, atau apapun, namun aku tolak.

“Ardian, tolong buatin kami pakaian dari kain selimut, kain kayu atau apapun itu, kami malu jika harus bertelanjang bulat seperti ini”, ucap Riska mewakili para wanita lainnya.

“Lo ganggu kita lagi ena ena aja sih, kalo kalian mau tinggal di sini maka kalian harus ikut aturanku”, kataku menjelaskan kepada mereka.

“Kalian harus selalu telanjang bulat tak berpakaian sama sekali seperti ini setiap harinya kecuali aku, Lina adikku dan Likazkhimo penjaga kalian, musti kalian ingat baik-baik mulai sekarang kalian berempat adalah budakku dan harus memanggilku dengan panggilan tuan, kalian paham?”, perintahku.

“Kami paham”, ucap mereka.

“Ulangi yang benar!”, ucapku membentak mereka.

“Kami paham tuan”, jawab Milvi, Rin, Elen dan Riska serentak.

“Jika kalian menghampiriku maka kalian harus merangkak pelan, dan satu lagi, kalian mulai sekarang juga harus menghormati Lina, karena Lina adalah adik kandungku sekaligus isteriku, dan kalian tak boleh mengganggu ketika aku bermesraan dengan Lina, kalian paham?”, lanjutku.

“Kami paham tuan”, jawaban mereka serentak.

Lina yang kini dibelakangku hanya tertawa mendengar tingkahku sambil memeluk tubuhku dari belakang sambil sesekali mengelus-elus kontolku dari balik celana.

Kemudian aku perintahkan mereka untuk merangkak di depanku, dan aku elus-elus satu per satu kepala mereka.

“Bagus-bagus, kalian harus nurut!”, kataku merendahkan mereka seperti hewan peliharaan.

“Kamu nggak mau ikutan elus-elus mereka Lin?”, tanyaku kepada kekasihku.

“Aku juga mau kak!”, ucap Lina senang.

Kemudian Lina maju dan ikut mengelus-elus kepala mereka satu persatu.

Setelah itu aku lanjutkan cumbuanku terhadap Lina dengan memerintahkan ke empat budakku tadi untuk tetap diam dalam posisi merangkak menonton pergumulanku dengan Lina di kasur.

Kembali aku cumbui adik kandungku ini, kukecupi bibirnya, ku sedot-sedot lehernya sesekali kuberikan jejak cupangan hingga leher Lina kini memerah di berbagai bagian.

Aku buka tanktop kuningnya, kulucuti hingga dia benar-benar telanjang bulat.

Ku remas-remas payudara montoknya, ku sedot-sedot puting payudaranya yang berwarna pink.

Tak lupa seperti biasa kuberikan cupangan-cupangan di toketnya yang indah.

Kini leher dan toketnya penuh dengan bekas merah karena cupangan liarku.

Kuminta Lina menungging dengan gaya dogy, dengan gemas ku remas-remas kuat pantat semoknya.

Tak kuasa aku menahan diriku untuk tidak menepuk-nepuk pantatnya dengan agak keras.

“Plak-plak-plak”, suara peraduan telapak tanganku dengan bokong semoknya.

Kuperlakukan seperti itu bukannya kesakitan malah semakin binal menunggingkan pantatnya membiarkanku memukul pantatnya lebih bebas lagi, dan sepertinya Lina sudah tidak sabar agar memeknya segera digenjot.

Ke empat wanita dibelakangku hanya bisa melongo dan menggigit bibir mereka karena sepertinya mereka pengen juga aku entoti namun aku abaikan.

Pantat memerah kepunyaan Lina di depanku kini terlihat makin menggiurkan, karena memeknya sudah basah karena foreplay yang lumayan kasar tapi romantis tadi akhirnya ku tusukkan kontol perkasaku ke lubang memek Lina dari belakang.

“Ahhsh kakak, enak kak, entot Lina yang kencang kak!”, ucap Lina saat kumulai penetrasiku.

“Sayang, kamu nggak papa? Nggak sakit kan tadi kakak pukul?”, tanyaku.

“Ahhhhs nggak sakit kak, Lina malah jadi makin nafsu, pukul pantatku lagi kak pliiis sambil digenjot, dimentokin!”, perintahnya.

Karena perkataannya aku semakin liar menggenjot vagina adik kandungku.

“Plok-plok-plok-plok”

Seperti biasa suara peraduan kontolku terhadap memek Lina yang becek dan sesekali ku pukul pantatnya dengan telapak tanganku.

Entah mengapa staminaku akhir-akhir ini semakin meningkat dan nafsuku juga semakin tinggi pula, lama sekali aku menggenjot tak juga aku merasakan puas.

Sedangkan ukuran kontolku sepertinya sedikit mengalami peningkatan ukuran dan semakin memanjang, mungkin ini efek dari ramuan ungu yang selalu ku minum akhir-akhir ini yang sifatnya bisa meng-upgrade.

Namun kali ini, aku ngentot tanpa meminum ramuan ungu tersebut tapi tetap saja nafsuku kurasakan makin memuncak dan belum ada tanda-tanda akan berejakulasi.

Sedangkan Lina sudah mengalami beberapa kali orgasme.

Saat Lina orgasme pasti dia mencoba merapatkan kontolku sedalam-dalamnya berharap kontolku mentok sampai ke rahimnya dan setelah itu pasti kurasakan guyuran cairan hangat dari vaginanya.

Lina sudah lemas, tak mungkin lagi kulanjutkan menggenjot Lina.

Akhirnya aku papah dengan lembut tubuhnya, dan aku baringkan di kasur.

Setelah itu aku langsung memerintahkan ke empat wanita untuk melayaniku sekaligus.

Kali ini aku ingin merasakan sensasi di oral oleh mereka.

Milvi, Rin, Elen dan Riska kuperintahkan maju dan secara serentak mereka beranjak dari posisi merangkaknya dan kini mulut mereka sudah siap untuk mengoral kontol panjang dan besar kepunyaanku.

Mereka dengan bergantian lahap berebut mengulum kontolku.

Kali ini aku akan melakukan yang lebih, aku akan melatih para budakku ini untuk deepthroat agar mereka makin terampil nantinya.

Milvi dan Riska ternyata sudah lancar ku deepthroat, mereka sangat terampil bisa melakukannya dengan mulus tanpa tersedak, lama kusodok tenggorokan Milvi dan Riska tapi kontolku tak juga kunjung berejakulasi.

Mulut mereka sampai berbusa dan merasakan pegal, aku kasihan juga melihat Milvi dan Riska dan membiarkan mereka beristirahat.

Kini aku beralih ke mulut Rin dan Elen, Rin dan Elen masih sesekali tersedak kesulitan karena belum terbiasa.

Ku posisikan kontol basahku yang penuh air liur mereka tepat di hadapan Elen si ABG cantik dan Rin si amoy tocil.

Elen dengan mulutnya memajumundurkan kontolku di dalam mulutnya, sedikit demi sedikit aku mentokkan kontolku sampai ke tenggorokannya.

“Sakit tuan! Tolong hentikan!”, ucap Elen.

Mata elen kulihat memerah seperti menangis.

Ku cabut sejenak kontolku dari mulutnya.

Aku Elus-elus kembali rambutnya.

“Kamu harus latihan biar mulutmu terbiasa dengan kontolku len, kamu nurut ya?”, kataku sambil mengelus-elus poninya bermaksud memanjakannya.

“Baik tuan tapi pelan-pelan ya”, kata Elen.

“iya sayang”, kataku lalu kembali ku mentokkan kontolku ke tenggorokannya sampai Elen kehabisan nafas menepuk-nepuk kakiku.

Karena melihatnya seperti itu aku jadi makin terangsang, aku cabut lalu aku tusukkan ke mulut Rin.

Kembali aku tusukkan dalam-dalam kontolku ke mulut mungil Rin, mulutnya kini terlihat sangat penuh, kesulitan menampung besarnya kontolku.

Aku genjot pelan lalu sesekali kutusukkan dalam-dalam ke mulut Rin hingga dia tersedak dan matanya memerah.

Sama seperti Elen tadi Rin juga gelagapan sampai menepuk-nepuk kakiku karena kehabisan napas dan ambruk lemas.

Lalu aku beralih lagi ke mulut Elen.

Kupandangi dia, ternyata wajahnya jadi terlihat semakin cantik ketika mulutnya penuh kontolku.

Kuputuskan untuk mencari tali dan mengikat tangan Elen ke belakang, karena aku tak mau dia menepuk-nepuk lagi kakiku disela-sela kenikmatanku.

Ku ikat kuat tangannya dibelakang dengan tambang yang aku temukan di meja bunker ini.

Tanpa diperintah, dengan tangan terikat ke belakang Elen kini mulai memaju mundurkan kontolku di mulutnya dan dia hanya bisa pasrah menerima hujaman kontolku karena tangannya kini terikat.

“Bloakh bloakh blok bloakkhhs”, suara peraduan kontolku di tenggorokannya.

Walaupun dia meronta-ronta kehabisan napas aku tetap menggnjot mulutnya.

Melihat Elen kini dihadapanku hanya bisa pasrah terpaksa menerima hujaman kontolku di tenggorokannya menyebabkan aku semakin terangsang dan sepertinya aku akan segera melepaskan benih-benih spermaku.

Aku pegangi kepala Elen bagian belakang, lalu kutusukkan semakin liar.

Dan “Aaaahsssh”, desahku keenakan menggenjot tenggorokan Elen.

Tak sampai semenit kemudian buru-buru aku cabut kontolku, lalu aku bergegas mencari lubang vagina Lina adik kandungku.

Lina kulihat sedang lemas terbaring terkapar di kasur, tanpa peduli aku angkat kedua kaki mulusnya lalu kuhujamkan kontolku dalam-dalam ke vaginanya sampai mentok ke rahimnya.

Dan “Crooot crooot crooot crooot”

Akhirnya setelah sekian lama aku di oral Elen kini muntahkan spermaku ke dalam rahim Lina, berharap berhasil menghamilinya.

Lina yang lemas hanya terpekik pelan sambil membuka mata dan melihatku.

“aaahhhssshh kakak, pengen ngehamilin Lina ya kak?”, rintihnya.

Tanpa aku menjawab tubuhku langsung ambruk dipelukannya, puas tiada tara kurasakan hari ini.

Kemudian setelah beberapa lama ku benamkan kontolku di memek Lina, perlahan aku cabut lalu mengalirlah sperma kental sangat banyak yang jelas tak bisa tertampung semuanya di memek sempit Lina.

Ku berdiri dan mengucapkan terimakasih kepada para budakku, terutama untuk Elen yang kini mulutnya berbusa dengan tangannya masih terikat ke belakang.

Ku copot ikatan di tangannya lalu ku elus-elus poninya kembali, sepertinya Elen menyukai kuperlakukan seperti itu.

Lalu tiba-tiba Elen memelukku, menempelkan toket kenyalnya di dada bidangku.

Sepertinya Elen telah jatuh cinta padaku, namun aku hanya memandangnya sebagai budak pemuas nafsuku.

Cintaku hanya untuk seorang yaitu Lina adikku.

Walaupun begitu aku balas pelukannya untuk menenangkannya, dan anggap saja ini wujud rasa terimakasihku karena Elen barusan dapat memuaskanku.

Setelah beberapa lama aku berpelukan dengan Elen menjadikan tubuhku hangat, tak jarang Elen menciumiku, sesekali dia menjilati leherku dan mengajakku melakukan pergulatan lidah.

Setelah puas, kini aku beranjak berpamitan kepada mereka semua karena akan segera mencari makanan bersama Likazkhimo.

Tak lupa aku berpesan kepada budak-budakku agar tidak keluar sembarangan dari bunker ini, dan tetap menjaga Lina adikku.

Ku pergi keluar dan menutup pintu besi, aku samarkan pintu masuk ini dengan menutupinya dengan kayu dan salju, walaupun begitu udara masih tetap lancar bisa masuk karena saluran udara telah kami perbaiki kemarin.

Akhirnya aku mengajak Likazkhimo untuk berburu dan mencari buah-buahan.

Satu jam kami berjalan menyusuri pinggiran sungai tak juga menemukan hewan buruan babi ataupun kelinci.

Mereka sangat susah ditemui karena salju kini ada di mana-mana.

Saat kami sampai di pinggiran tebing, kulihat darah berceceran di salju dan salah seorang laki-laki suku pedalaman dengan satu tangannya hilang dan kondisinya seperti sedang sekarat.

Disampingnya terdapat induk harimau cokelat yang telah mati namun meninggalkan dua anakan harimau hitam dan putih, albino atau entah apa namanya.

Mereka berdua mengeong dan menyusu terhadap induknya tanpa tahu bahwa sebenarnya induknya telah mati.

Ku duga pasti lelaki ini sehabis melakukan pertarungan hidup dan mati dengan harimau betina di depanku ini.

Kami gerakkan tubuh lelaki tersebut, di dadanya terdapat kalung keren dari tanduk kambing.

Kupastikan dia adalah anggota suku Heidrun atau Suku Kambing Hutan.

“Emikazo neognoma munimo”, perkataan lelaki tersebut sesaat setelah tersadar.

Aku benar-benar tak tahu apa yang dikatakannya.

Namun tiba-tiba Likazkhimo menjawabnya.

“Oonuere keeehmi ni bulago!”

Lau mereka berdua mengobrol makin banyak.

Baru kusadari ternyata suku-suku pedalaman disini memiliki bahasa yang sama.

Dengan isyarat tangan Likazkhimo mencoba menjelaskan padaku tentang apa yang dikatakannya.

Dan kutahu inti maksudnya bahwa Lelaki tersebut meminta tolong kepada kami untuk membawanya pulang ke desa.

Aku tak mungkin mengambil resiko meninggalkan Lina dan budak-budakku melewati malam sendirian karena tak ada yang menjaga mereka.

Maka aku perintahkan dengan isyarat tangan kepada Likazkhimo untuk menolongnya, membawa dia pulang ke kampung Heidrun.

Akhirnya Likazkhimo menuntun lelaki tersebut kembali ke kampungnya, sedangkan aku menguliti induk harimau disampingku ini dengan pisau taktikalku.

Entah enak atau tidak nanti rasa daging harimau ini, namun daripada kelaparan lebih baik aku membawa pulang dagingnya.

Aku kuliti dengan rapi, ku pilih dagingnya lalu kubuang jeroannya.

Setelah bersih kubawa dagingnya beserta kulitnya.

Mungkin kulitnya bisa kujadikan baju atau penghangat.

Lalu aku beranjak pergi dari tempat itu.

Saat hendak pergi kulihat dua anakan harimau tersebut mengikutiku dari belakang, atau lebih tepatnya mengikuti bau kulit induknya.

Aku berniat menelantarkan anakan harimau ini namun aku kasihan, melihat induk mereka mati di depan mata mereka sendiri dan kini mereka berjuang berdua hanya kakak dan adik anakan harimau melawan dunia yang kejam ini.

Nasib mereka sejatinya mirip dengan aku dan Lina, dua kakak beradik yang baru saja ditinggal mati kedua orang tua kami dan kini kami harus tegar untuk bertahan hidup di hutan belantara yang kejam ini.

Akhirnya aku membiarkan mereka berdua mengikutiku pulang ke bunker, berharap menjadikan mereka hewan peliharaan anti mainstream dan mungkin suatu saat bisa berguna.


Cikal Bakal Suku Harimau nih
Lancroootkan suhuuu
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd