Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Bertahan Hidup

Status
Please reply by conversation.
Ok deh..ane anggap tamat aja dah cerita ini. Seeyou next time ya hu...
 
Mimpi Buruk
Ardian dipenjarakan di sel yang berbeda dengan para wanitanya, ia tergeletak lemah dengan kelopak mata biru karena hantaman, tenaganya habis sudah terkuras, tubuhnya terasa sakit, tak satupun inderanya berfungsi dengan normal akibat banyaknya pukulan yang telah ia terima di sekujur tubuh.

Sekuat tenaga ia mencoba untuk tetap terjaga namun kedua mata miliknya nyatanya perlahan meredup lalu akhirnya menutup.

Kemudian ia tertidur hingga beberapa jam kemudian suara berisik membangunkannya, lalu mimpi burukpun di mulai.

“Bangun, tahanan! Saatnya pesta, kau tak boleh melewatkan satu adeganpun!” perkataan dari salah satu penjaga yang membangunkan Ardian dengan tendangan keras di wajahnya.

Ardian yang lemah dipindahkan ke suatu tanah lapang yang berada di tengah desa Huginn Muninn, tangan dan kakinya lalu diikat pada tiang yang menyerupai salib.

Entah mengapa malam ini terlihat jelas di pandangan dan tak ada salju satu pun yang turun, bulan pun memancarkan sinarnya yang begitu indah walau bulatannya sedang tidak sempurna.

Perlahan ia memperhatikan dari kejauhan, melihat satu persatu wanita miliknya dikeluarkan dengan paksa, mulai dari Agni dengan gaun demonnya yang sudah robek dimana-mana hingga paha mulus dan payudaranya yang ranum terlihat sebagian.

Tak lama kemudian Lizbeth dikeluarkan dengan tali kekang yang menahan lehernya, sehingga ia terlihat seperti hewan ternak yang hendak dijual.

Setelah itu barulah disusul Sariel yang dikeluarkan paksa seseorang dengan menjambak rambutnya yang indah sampai-sampai ia meringis kesakitan setiap ia melambat.

“Keluarkan hidangan utamanya!” teriak seseorang dengan topeng menyeramkan.

Tak lama kemudian, Lina yang malam itu terlihat paling cantik juga dilecehkan secara kasar oleh beberapa orang yang bertugas menuntunnya keluar.

“Tolong hentikan!” rengek lirih Lina ketika kedua tangannya tak mampu menepis banyaknya tangan yang berebut mencoba meremas payudara miliknya, sampai baju putih miliknya dirobek dengan paksa di beberapa bagian.

“Bawa gadis yang paling cantik itu ke sini!” ucapan Krul berada tepat di hadapan Ardian yang terikat yang hanya berjarak kira-kira dua meter, ia sudah tidak sabar ingin mencicipi tubuh Lina yang dinilainya paling membuatnya bernafsu diantara wanita lainnya.

Tubuh Lina yang setengah telanjang itu di dorong beberapa kali dengan paksa oleh pria-pria di belakangnya hingga ia kesulitan mengimbangi tubuhnya sendiri lalu akhirnya Lina terjatuh di pelukan Krul.

Dengan sigap Krul menangkap tubuh menggiurkan di dekapannya itu, ia kemudian menciumi Lina dengan paksa, merobek kain yang menutupi payudara indahnya.

Hingga ia tak kuasa menahan hasrat mengenyoti dan menjilati puting toket yang begitu indah dipandang mata, tak terlalu besar dan tak terlalu kecil, namun bentuknya bulat menonjol, kenyal, sangat pas di genggaman tangan Krul.

Tiba-tiba saja krul menghempaskan tubuh Lina begitu saja ke lantai, dorongan itu membuat tumit lina memerah, akhirnya wajah Lina kini berhadapan dengan kakaknya yang sedang dalam kondisi terikat.

Mereka berdua hanya bertatapan diam penuh arti yang sama, “Maafkan aku!”, makna yang terpancar dari mata kedua kakak beradik itu.

Sebelum air mata mendapat kesempatan untuk menetes, tanpa basa-basi Krul mengeluarkan batangnya yang hitam legam, ia memiliki ukuran batang yang lebih besar dari milik Ardian, dengan beberapa urat-urat menonjol di permukaan kulit penisnya membuat batangnya terlihat semakin garang.

Lina sejenak menatap Ardian kembali dengan tatapan sayu, ia terdiam, tak sepatah katapun sanggup ia ucapkan.
Ardian terpaksa hanya bisa terpaku karena untuk bicara saja ia tak mampu untuk melakukannya.

Benda besar berurat milik Krul itu ia pukul-pukulkan ke wajah Lina beberapa kali, walau Lina mencoba menolaknya namun beberapa lelaki di belakangnya mengunci tubuh Lina agar mukanya menengadah tepat menghadap Ardian.

Beberapa kali orang-orang yang mengunci tubuh Lina mencuri-curi kesempatan untuk merabai bagian-bagian sensitif milik Lina sampai-sampai ia menjerit.

Namun semakin ia berontak atas perlakuan beberapa orang di belakangnya itu, Krul malah memukul-mukulkan batangnya ke wajah Lina semakin keras hingga wajah lina memerah merona.

Lina berusaha keras menutup mulutnya sendiri agar batang kelamin di depannya yang terlampau besar itu tak sampai masuk ke mulutnya, namun beberapa orang di belakang Krul berinisiatif menutup hidung Lina.

Karena kehabisan napas saat hidungnya tertutup, akhirnya mulut Lina terengah-engah mencari udara segar karena hidungnya disumbat oleh tangan seseorang di belakangnya.

Saat mulutnya kesusahan mencari udara, kesempatan itu Krul gunakan untuk menghujam paksa batang penisnya ke dalam mulut Lina yang mungil sedalam-dalamnya secara kasar.

Mulutnya yang mungil sampai-sampai terbuka lebar karena saking besarnya batang milik Kepala suku gagak, air mata tak terasa menetes dari kedua mata Lina, hingga air mata itu mengalir membasahi pipinya.

“Glok . . . Glok . . . Glok . . .” suara memilukan yang berasal dari mulut mungil, beberapa air liur milik Lina keluar dengan sendirinya membasahi seluruh batang milik Krul hingga batang hitam berurat itu basah mengkilap.

Beberapa kali Krul mengeluarkan batangnya itu lalu kembali memukul-mukulkannya ke sekujur wajah Lina hingga wajah Lina sekarang merona merah dan berlumur ludahnya sendiri.

Beberapa kali Lina berusaha memalingkan wajahnya yang dirasanya hina, licin dipenuhi ludahnya sendiri itu dari tatapan kakaknya, namun saat ia menundukkan wajahnya maka rambutnya dijambak paksa untuk menengadah kembali agar wajahnya yang licin itu dilihat dengan jelas oleh Ardian yang tengah terikat.

Tatapan Ardian mengandung cemburu yang bergejolak, namun sayangnya tak ada daya untuk mencegah hal tabu yang terpaksa ia harus lihat di depannya itu.

Tiba-tiba saja Krul membalikkan tubuh langsing di hadapannya, lalu dengan kasar ia merobek gaun putih yang menutupi selangkangan Lina.

Lina begidik merinding, kedua tangannya dipegang dengan paksa agar tetap dalam posisi setengah berdiri, sedangkan pantatnya dipegangi erat oleh Krul, beberapa kali krul mengelus pantat mulus milik lina, sampai pada akhirnya ia tampar pantat menggoda di depannya itu beberapa kali hingga memerah, sampai beberapa saat tamparannya itu berhenti.

Lina merasa sedikit lega ketika tamparan-tamparan itu berhenti menghujani pantatnya yang kini memerah.

Keadaan lalu kembali tenang, namun penderitaan barulah dimulai, tanpa diduga, batang milik Krul itu melesak paksa ke dalam vagina Lina yang sangat sempit, kedua bola mata Lina membelalak terkejut karena tanpa ia sadari benda besar berurat itu menghujam paksa vagina miliknya dengan keras.

Satu hentakan penuh tenaga akhirnya mampu mendobrak paksa vagina Lina hingga ia tak kuasa menahan jeritan memilukan tepat dihadapan kakaknya sendiri.

Batang penis milik Krul itu menghujam sedalam-dalamnya, lalu beberapa detik Krul mendiamkannya sejenak untuk menikmati sensasi rapat dan hangatnya vagina milik gadis tercantik yang pernah ia nikmati seumur hidupnya itu.

Menyadari betapa cantik dan betapa indah bentuk tubuh wanita yang sedang ia hujam itu membuat Krul semakin terbakar nafsunya, ia tak kuasa lagi memendam hasrat bercintanya yang begitu tinggi.

Mula-mula dengan gerakan lambat ia maju mundurkan batangnya yang perkasa sambil memegang erat pantat Lina yang menungging, sampai lama kelamaan gerakan kasar tak mampu terhindarkan.

Hujaman keras dan dengan tempo cepat membuat tubuh Lina terguncang hebat, di tengah prosesi hujaman kasar itu Lina selalu mencoba berontak namun kedua tangannya selalu saja ada yang menguncinya.

Ketika Lina berusaha memajukan pantatnya untuk mengindari bombardir kasar dari arah belakangnya itu, kedua tangan Krul selalu menarik paksa pantat Lina untuk selalu mendekat rapat padanya.

Sampai beberapa menit berselang akhirnya cairan kental milik Krul tak lagi mampu ia tahan untuk ia keluarkan, dengan hentakan lebih cepat dan lebih kasar ia menghujam kembali vagina Lina sampai akhirnya, “crot . . . crot . . . crot . . . “ berulang kali batang penisnya menyalurkan sperma dalam jumlah banyak sampai-sampai vagina Lina tak mampu menampung kesemua cairan yang kepala suku gagak itu keluarkan.

Saat prosesi penyuntikan sperma itu berlangsung, rambut Lina ia tarik semakin kuat ke belakang sampai-sampai Ardian dapat dengan jelas melihat raut wajah Lina yang tersiksa.

Krul tak menghentikan hujaman kasar tempo cepatnya itu sampai kesemua cairan di zakarnya tersalurkan ke dalam vagina Lina sehingga Lina terpaksa harus terguncang-guncang saat menahan hujaman Krul yang begitu kasar saat ia meraih puncak kenikmatannya.

Lina merengek sampai semprotan sperma terakhir dari penis Krul, baru setelahnya tubuh mulus milik Lina ia campakkan begitu saja di lantai setelah krul berhasil menanam keseluruhan deposit sperma miliknya, dari vagina Lina yang berwarna merah membengkak itu kini mengalir cairan kental berwarna putih dengan jumlah yang amat banyak sampai-sampai sebagian cairannya meleleh membasahi paha mulusnya.

Krul bangkit lalu kembali meraih paksa rambut Lina, dengan terpaksa ia mencoba bangkit.

Saat Lina setengah bangkit sambil berusaha menahan tangan yang menjambak rambutnya itu, tiba-tiba penis Krul kembali menyumpal mulutnya hingga sisa sperma yang menempel di batang penis Krul kini bersih, namun sebagai gantinya, kini mulut Lina dipenuhi sisa sperma milik Krul sampai belepotan ke dagunya.

Tak sampai di situ, kasta selanjutnya yang berhak mendapat jatah setelah Krul kini mendekat, ia bersiap dengan membuka seluruh pakaiannya sendiri, lalu terpampanglah batang penis dengan ukuran yang sedikit lebih besar dari milik Krul, ia adalah kepala suku ke dua yaitu Mork, dengan tergesa-gesa ia menunggingkan Lina kembali.

Tanpa satu patah kata pun ia menarik pantat Lina lalu pada akhirnya ia menghujam paksa batangnya ke arah pantat Lina, bukannya vagina lubang yang ia inginkan melainkan lubang anus milik Lina.

Lubang anus yang amat sempit itu dijebol paksa olehnya dalam sekali hentakan kasar sampai-sampai Lina terpaksa harus menjerit kembali di hadapan kakaknya yang terikat tepat di depannya itu.

Wajah Lina berantakan tak karuan, wajahnya masih saja dipenuhi cairan, baik itu ludahnya sendiri, air mata, ingus, maupun sisa sperma Krul.

Dengan amat kasar anusnya dihujam oleh Mork yang memiliki penis tak kalah besar dari kakaknya.

Beberapa menit ia menghujam maju mundur dengan kasar, sampai pada akhirnya ia tak kuasa menahan bendungan sperma miliknya, “crot . . . crot . . . crot . . .” beberapa kali penisnya menembakkan sperma segar tepat ke dalam anus milik Lina hingga anusnya yang sempit itu kini dipenuhi cairan hina milik Mork.

Perlahan ia mencabut penisnya dari anus Lina, anus milik Lina kembang kempis lalu dari arah dalamnya mengalirlah sperma membasahi pahanya kembali.

Belum sempat Lina mendapatkan kesempatan beristirahat, dari arah depan sudah ada laki-laki berkasta rendah yang secara kasar menghujam mulutnya yang masih ngos-ngosan.

Batangnya menghujam paksa sampai-sampai batangnya menusuk hingga mencapai ke tenggorokan Lina lalu menghujam mulutnya dengan kasar sampai akhirnya tenggorokan Lina dialiri sperma yang amat banyak.

Lina tak bisa bernapas karena tersedak sperma lelaki barusan, nafasnya sesak, namun dari arah belakang tiba-tiba terdapat penis yang menghujam vaginanya, tak beberapa lama kemudian disusul anusnya yang juga kembali dimasuki benda keras.

Ternyata di belakang Lina kini sudah mengantri, bahkan karena saking bernafsunya mereka berebut memasukkan alat kelaminnya ke semua lubang milik Lina.

Kini tubuhnya benar-benar sedang dijadikan sandwich, sandwich yang siap diisi dengan berliter-liter mayonaise milik suku pedalaman.

Satu persatu dari mereka memuncratkan spermanya, beberapa dari mereka membuang di dalam, namun beberapa diantara mereka juga ada yang membuang spermanya di wajah, ketiak, payudara, bahkan ada juga yang mencoba mengeluarkan spermanya ke dalam lubang telinga dan lubang hidung Lina.

Tubuh Lina akhirnya lemah, hanya gerakan-gerakan kecil yang mampu ia lakukan, kini tubuhnya mengkilap di bawah sinar rembulan dengan tubuh berlumur cairan hina, beberapa meleleh ke lantai karena saking banyaknya orang yang memperkosanya.

Ardian yang terikat hanya bisa menatapnya, dari arah mulut Lina tiba-tiba terdengar suara yang aneh.

“Bangun! . . . Bangun! . . . , Bangunlah Ardian! . . .”

Lalu Ardian yang terusik perlahan membuka kedua matanya.

“Syukurlah, ternyata yang barusan itu hanya mimpi, sebuah mimpi buruk” ujar Ardian dalam hati.

Ternyata cerita di atas itu hanyalah mimpi belaka, walaupun hanya mimpi namun semoga tetap bisa membuat pembaca terhibur.

Di salah satu ruangan misterius, terdapat seorang laki-laki yang bertelanjang dada, tubuhnya berkeringat sangat banyak dan nafasnya terengah-engah setelah barusan mencoba mengayunkan Shabh Sword beberapa kali.

Sementara itu di dalam dimensi pedang bayangan, Shabh hanya menyeringai menyadari ia telah berganti tuan.

“Seperti biasa, kau sangat ceroboh Ardian!” ucapnya sambil menyeringai kembali.

“Anda tak apa Huginn?” ucap Mork Muninn khawatir dengan kondisi kakaknya, baru kali ini dia melihat kakaknya itu kelelahan dan berkeringat begitu banyak.

“Aku tak apa, hanya saja entah mengapa pedang hitam ini sangat menguras tenagaku” ucap Krul dengan nafas berat.

“Adikku . . . Tolong bawa kemari pemilik pedang ini, setidaknya aku bisa menginterogasinya untuk mendapatkan beberapa informasi sebelum dia mati membusuk” perintah Krul Huginn.

Krul terkenal amatlah kejam namun satu-satunya orang yang bisa ia ajak bicara dengan halus adalah adiknya yaitu Mork.

“Baiklah akan kulakukan” ucapan Mork yang segera meninggalkan ruangan menuju ke penjara bawah tanah tempat Ardian ditahan.

“Bangun! . . . Bangun! . . . , Bangunlah Ardian! . . .” suara Mork yang membangunkan Ardian dari mimpi buruknya.

Perlahan Ardian membuka kedua matanya, dihadapannya ternyata telah berdiri Mork.

“Cepat bawa dia!” ucap Mork Muninn kepada dua ajudannya begitu ia dan kedua pengawalnya itu sampai di sel Ardian.

Tubuh Ardian lalu diseret oleh kedua orang berotot itu dengan paksa, sehingga Ardian kini menghadap ke belakang.

Sedangkan Mork berjalan mengikuti sambil menatap Ardian dengan tatapan kasihan.

“Maafkan aku Ardian, aku tak bisa membantah perintah kakakku” ucap iba Mork Muninn kepada Ardian sambil membawa tubuhnya ke dalam ruangan lain saat tengah malam.

Tubuhnya yang lemah diseret hingga sampai ke ruangan bawah tanah yang berbeda, ruangan ini jauh lebih luas dibandingkan penjara yang memenjarakan para wanita.

Suara berisik peraduan palu terdengar memekakkan telinga, budak-budak hasil tangkapan suku ini ternyata dipaksa mengerjakan satu ruangan baru bahkan sampai tengah malam.

Budak-budak itu melakukan kerja paksa dengan menggali tanah yang berbatu.

“Cepat-cepat! kita harus segera menyelesaikannya untuk menghadapi musim dingin yang aneh ini, kau harus kerja juga dasar pemalas!” bentak salah satu dari mandor sambil mendaratkan serangan cemeti di tubuh budak lelaki tua.

Di beberapa sudut terdapat satu wanita telanjang bulat yang tengah dinikmati tiga prajurit pengawas budak yang garang dan bertato dengan corak alami.

Beberapa dari mereka terdapat seseorang yang memegang cemeti untuk menghukum budak-budak yang kerjanya tak sesuai keinginan mereka, namun cemeti-cemeti itu juga sesekali digunakannya untuk menyakiti tubuh wanita tawanan mereka yang sedang mereka nikmati.

Wanita didepannya itu hanya menangis ketika vaginanya dihujam paksa oleh orang dibelakangnya secara bergantian, cemeti itu sesekali dihempaskan ke tubuh wanita malang di depannya itu sehingga membentuk beberapa pola luka merah yang memanjang di sekujur tubuh si wanita.

Ketika wanita menjerit kesakitan, lelaki di belakangnya malah semakin bersemangat menghujam paksa lebih cepat dari sebelumnya, alat kelamin laki-laki yang berada di vagina si wanita mengejang hebat sampai akhirnya laki-laki itu ejakulasi dan menyemprotkan sperma yang pastinya begitu banyak jumlahnya.

Penderitaannya belumlah usai, setelah ia selesai menuntaskan birahinya, kini tubuh wanita tersebut mulai dinikmati oleh penjaga lainnya.
“Tempat macam apa ini? Dan benda apa itu yang bercahaya?” tanya Ardian heran sambil kedua tangannya masih pasrah diseret oleh dua ajudan Mork yang kekar.

Ruangan ini merupakan ruang yang luas dengan penerangan berupa obor-obor yang menyala-nyala sehingga ruangan ini cukup terang. Dindingnya dilapisi bebatuan yang disusun rapi dan terlihat kuat.

Tepat di tengah-ruangan ke dua ini terdapat semacam gelas kaca yang selalu memancarkan cahaya energi berwarna cokelat.

“Yah, karena kurasa sebentar lagi kau akan disiksa dan mati di tempat ini, kurasa aku bisa menceritakan semuanya padamu, tempat tadi adalah ruang baru yang kakakku rancang untuk tujuan bertahan dari cuaca dingin, sedangkan tempat ini adalah tempat kakakku mengumpulkan relik-relik sihir, ia sangat suka mengumpulkan relik sihir untuk menciptakan teknologi sihir baru ataupun mempersenjatai dirinya, dan benda bercahaya cokelat itu adalah roh sihir sebagai sumber energi yang diperah untuk diisi ke tangan buatan milik kakakku”
“Bukankah itu Sylph tanah?” ujar Ardian menyambung, menyadari bahwa bentuk makhluk roh itu menyerupai milik Sariel hanya saja berbeda warna.

“Ya, suku rusa biasa menyebutnya dengan sebutan sylph” lanjut Mork.

Bagaimana dia bisa melakukan semua ini?”

“Kakakku Krul Huginn tak bekerja sendirian, penelitian misteriusnya disokong oleh suku pengembara”

“Bukankah di tempat ini hanya ada suku gagak, babi, rusa, kambing, beruang, dan . . . harimau?

“Apa itu suku harimau?” ucap penasaran Mork sambil menahan tawa.

“Itu ... Suku ciptaanku”

“Orang luar sepertimu tak bisa sembarangan membangun rumah di hutan ini, apalagi mendirikan suku dengan sembarangan”

“Bukankah kita tercipta dari rahim yang sama? Keturunan Adam dan Hawa?” ucap Ardian membela diri.

“kau lumayan pintar bicara ya Ardian! Hahaha, ya perkataanmu memang benar namun kualifikasi menjadi kepala suku seharusnya memiliki wilayah, kekuatan, pengakuan, dan yang paling penting adalah “kebijaksanaan” sepertihalnya syarat menjadi seorang raja di berbagai peradaban” ujar Mork mencoba berbincang.

“Kebijaksanaan? Apa kau bisa melihat “kebijaksanaan” dari dalam diri kakakmu?, Lihatlah disekitarmu, berapa banyak budak-budak yang menderita karena Krul? Berapa banyak wanita-wanita di sukumu yang tak dihargai sebagaimana layaknya seorang wanita? Dan asal kau tahu, melakukan kegiatan pemerkosaan setiap hari akan membuatmu dan prajuritmu melemah seiring berjalannya waktu, selain itu terlalu sering melakukannya akan membuatmu selalu merasa tak puas dengan sesuatu yang telah ada! Lama kelamaan sukumu ini pasti akan hancur karena itu!” ucap Ardian berapi-api.

“Diam, kau sama sekali tak mengenal kakakku!” ucap Mork bergetar karena jiwanya sedikit terguncang, berpikir apa yang dikatakan Ardian itu ada benarnya juga.

“Lalu jelaskan padaku, apa itu suku pengembara?” lanjut Ardian.

“Mereka disebut juga Sfavnir, si suku Ular, suku yang beranggotakan rakyat buangan dan penghianat masing-masing desa, dan diantaranya juga ada orang luar pulau yang bergabung di suku tersebut, mereka selalu hidup nomaden dan selalu bekerja dibalik bayang-bayang”
“Bukankah itu artinya suku ini terancam dikuasai dan dikendalikan oleh Sfavnir cepat atau lambat?”

“Ya, itu mungkin saja, aku tak tahu apa yang harus kulakukan, aku tak mungkin melawan kakakku”

“Ya, perkataanmu itu mengingatkanku pada saat aku belajar di akademi, memang prajurit yang mengingkari raja akan dianggap sebagai penghianat, tapi setidaknya kau bisa memilih raja sejati mana yang pantas kau lindungi!”

“Melindungi raja sejati ? apa maksudmu?”

“Raja sebenarnya yang perlu kau selamatkan saat ini bukanlah kakakmu melainkan generasi penerus suku ini” ucap Ardian menjawab.
Mata Mork mulai berkaca-kaca, hatinya bergejolak, namun ia tetap bermaksud setia pada saudaranya.

“Maafkan aku Ardian, aku tak bisa menghianati kakakku sampai kapanpun!” ucapnya dengan bibir bergetar.

“Baiklah, tak apa Mork, lanjutkan tugasmu, aku tahu kau adalah prajurit yang setia, tapi apakah aku boleh membuat satu permintaan sebelum aku disiksa kakakmu?”

“Apa itu?”

“Bebaskanlah rekan-rekan wanitaku” harap Ardian.

“Maaf Ardian, aku juga tak bisa melakukannya” ucapan Mork sambil memalingkan mukanya.

Sementara itu di gelapnya tahanan yang menampung para wanita.

“Sial, segel ini semakin menyebar ke seluruh tubuh, kalau begini terus kita akan semakin melemah lalu pingsan sepertihalnya Lizbeth” gumam Agni khawatir.

Sedangkan tubuh Lizbeth tengah terkapar lemah pingsan, entah mengapa tubuhnya menerima efek yang paling besar dari kekuatan segel Krul Huginn.

Agni menatap sebuah nyala api yang berada di luar sel tahanan, benda itu menempel di dinding dengan kait lingkaran besi, obor api itu merupakan alat penerangan di penjara bawah tanah tempat mereka ditahan.

“Kurasa kita belum berakhir” Agni bergumam.

“Belum saatnya kita menyerah!” lanjutnya penuh harap.

“Kalian lihat itu?” perkataan Agni sambil telunjuknya mengarah ke sumber penerangan.

“Maksudmu obor tua yang menyala itu?” jawab Sariel penasaran.

“Ya, melihat benda itu perutku jadi lapar!” lanjut Agni.

“Bukankah di saat-saat seperti ini tak seharusnya kita membahas tentang selera makananmu yang aneh itu?” tanggapan Sariel sedikit kesal.
“Tidak, bukan itu maksudku, kurasa aku bisa melakukan sesuatu hal yang berguna setelah makan!” Lanjut Agni dengan tatapan serius.

“Agni mungkin benar Sariel, aku jadi ingat pelajaran fisika, dalam sistem tertutup, energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, energi hanya bisa berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya, itu disebut hukum kekekalan energi, Lizbeth juga biasa menyebutnya sebagai hukum pertukaran setara” penjelasan Lina yang terlalu sulit dicerna oleh Sariel dan Agni, sehingga keduanya bengong ketika mendengarkannya.

“ini hanya dugaanku, cara kerja segel ini adalah dengan menggunakan kapasitas mana objek untuk memperkuat segel itu sendiri, semakin besar kapasitas mana seseorang maka segel ini akan semakin kuat, sepertinya itu alasan mengapa Lizbeth sangat terpengaruh oleh teknik segel tak terlihat ini. Segel ini harusnya memiliki semacam induk di suatu tempat tersembunyi di sekitar sini yang menahan tubuh kita untuk bisa meregenerasi mana. Oh maafkan aku, sepertinya aku berbicara terlalu banyak” ucap Lina menyadari ocehannya tak begitu dimengerti oleh kedua temannya.

“Maksudmu jika kita menjauh dari tempat ini maka segel ini akan lepas dengan sendirinya?” Agni memastikan.

“Ya, ini masih sekedar dugaanku namun kurasa segel ini bisa dibatalkan jika kita menjauh dari sumber energi atau . . .”
“Atau apa?” telisik Sariel penasaran.

“dihancurkan menggunakan energi lain yang lebih besar dari kapasitas mana kita sendiri!” lanjut Lina menjelaskan.

“Baiklah, itu berarti aku harus mendapatkan api itu untuk mencoba teorimu!” ucap Agni.

“Namun bagaimana cara kita mencapainya sedangkan kita disini bahkan tidak bisa menggunakan kekuatan untuk menghancurkan besi-besi ini?” lanjut Sariel kebingungan.

“Di saat seperti ini kita butuh wanita berkekuatan gorila yang bisa menghancurkan apapun, namun masalahnya Liz tak sadarkan diri dan nafasnya sekarang amatlah lemah” kata Agni khawatir dengan kondisi Lizbeth yang memprihatinkan.

“Bukankah saat itu kamu pernah berhasil memanggil sisi lain dari Lizbeth? lakukan sekali lagi Lin” usulan Sariel.

“Kali ini tak berhasil, sudah kucoba berkali-kali memanggil Beatrice namun tak ada respon, kemungkinannya adalah Beatrice tak bisa mendengar percakapan kita karena indera pendengaran Lizbeth ikut tersegel, kalaupun Beatrice bisa terbangun sekalipun ia tak bisa melakukan apa-apa dengan tubuh yang lemah seperti itu karena mana Beatrice pun berkemungkinan besar ikut tersegel” dugaan Lina menganalisa kondisi tubuh Lizbeth.

“Tunggu, bukankah di saku Lizbeth masih ada seekor tikus?” lanjut Lina mencoba mengingat-ingat.

“Kamu benar, ini tikusnya” kata Sariel sambil merabai tubuh Lizbeth lalu mengangkat tikus itu tepat ke arah depan muka Lina.

“Waaaa” Lina tersentak kaget karena ia takut dengan hewan menjijikkan itu.

“Apa kamu takut dengan tikus? Ha? Takut ya?” ucapan Sariel sambil menggoda Lina dengan semakin mendekatkan tikus tersebut ke tubuh Lina.
“Cukup Sariel, fokus, ini bukan waktunya bercanda” Agni memperingatkan.

“Hei tuan tikus, apa kau bisa mengerti perkataanku?” Agni mencoba mengajak bicara tikus yang kini berada di tangan Sariel.

“Cuit-cuit, cuit-cuit” jawab si tikus sambil memiringkan kepalanya ke kanan.

“Kurasa tikus itu berjenis kelamin betina, Lizbeth kan paling anti sama yang namanya laki-laki” ucap Lina menebak sambil menjauh dari tikus itu.

“Baiklah nona tikus, tugasmu amatlah sederhana, kau lihat obor api yang ada di dinding itu? Tolong jatuhkan benda itu agar jatuh ke tumpukan jerami!” lanjut Agni berharap tikus itu mengerti maksudnya.

Karena lantai dasar penjara ini dipenuhi jerami, Agni bermaksud membakar seluruh ruangan dan menyerap apinya ketika api sampai ke sel yang memenjarakannya.

“Cuit-cuit” tikus itu menggeleng sekali lagi lalu pergi menuju kegelapan.

Beberapa menit tikus itu berlalu, ia malah kembali dengan sebuah benda misterius.

Tapi sayangnya tikus itu sama sekali tak paham apa yang diperintahkan Agni, bukannya menjatuhkan obor api seperti yang Agni perintahkan, ia malah membawa benda misterius, dan ternyata benda misterius itu adalah sebutir kacang yang diambilnya dari meja penjaga sel.

Mereka bertiga menepuk jidatnya sendiri ketika menyadari bahwa tikus itu sama sekali tak mengerti apa yang dikatakan Agni.
“Seharusnya kita tak berharap terlalu banyak pada tikus” gumam Sariel kecewa.

“Tidak,tidak. kita tak boleh menyerah, kita harus mencobanya lagi!”

“nyawa kami semua bergantung padamu tikus kecil” ucapan Sariel dengan tatapan penuh harap.

“Ya, kau benar, tapi tak satupun diantara kita yang bisa berbicara dengan tikus ini” ucap Lina mengeluh pada keadaan.

Lalu sekali lagi mereka berusaha menjelaskan pada tikus kecil itu secara perlahan dari awal.

“Semoga kali ini berhasil, kami berharap padamu nona kecil” ucap Sariel penuh harap kembali.

Tikus itu kembali berlalu, beberapa lama ia malah membawa benda-benda tak berguna lagi, lagi, dan lagi seperti topi, tulang, kain dan benda tak berguna lainnya.

Sampai akhirnya keajaiban pun terjadi, tikus itu membawa kunci tahanan dari meja penjaga dan memberikannya ke tangan Agni.

“Walaupun ini tak sesuai rencana tapi kita berhasil! Kerja bagus nona kecil!” ucapan Sariel sambil berusaha membuka kunci di pintu besi lalu terbuka dengan mudah.

“Suku ini kan suku pedalaman, lebih terbelakang dari Bjarki, namun mengapa mereka sudah menggunakan teknologi besi? Ini aneh” gumam Lina di dalam hati heran.

“Jangan gembira terlalu awal, kondisi tubuh kita yang sekarang tak diuntungkan untuk berkelahi, lagi pula kita harus segera menemukan posisi kakakku lalu segera kabur dari sini” ujar Lina memperingatkan.

“Ya kamu benar Lin, kita tak diuntungkan untuk bertarung saat ini apalagi melawan si tangan tanah misterius itu, namun setidaknya aku bisa melakukan sesuatu dengan makanan-makanan yang menempel di dinding itu” ucap Agni segera berlalu meraih obor api yang ada di dinding satu per satu lalu menyerapnya dengan lahap, setelah mengkonsumsi beberapa obor api, perutnya kini seakan menyala, lalu tubuhnya diselimuti api orange.

“Hei . . . Hei . . . hei . . . Agni, setidaknya kau lepas dulu pakaianmu sebelum atraksi, agar gaun cantikmu itu tak terbakar!” ucap Sariel memperingatkan.

“Tenang saja, ini adalah gaun demon yang ditempa khusus oleh penempa kepercayaan Lord Iblis di dalam gunung Urqu, lagipula baju ini dibuat dari material serpihan sisik naga api tuan Ignia, sehingga gaun ini tak akan rusak hanya karena damage api” lanjut Agni menjelaskan.

“Segel elemen tanah yang menjijikkan, rasakanlah panasnya aliran api milikku, Menyalalah api biru! Azure Flame!” ucapan Agni bersemangat.

Api orange yang menyelimuti tubuhnya secara perlahan berubah menjadi warna biru.

“Baiklah, ini seperti di pelajaran fisika, aku tahu suhu api di tubuhmu kini meningkat, lalu sekarang apa?” ucap Lina bingung dengan apa yang dilakukan Agni.

“Deg, jangan-jangan kamu mau menghancurkan segelnya dengan membakar tubuhmu sendiri dengan suhu maksimal yang bisa kamu buat?” Lina mencoba menebak.

“Ya, kau cukup pintar, tebakanmu sangat tepat!” ucap Agni disela-sela keseriusannya membakar tubuhnya sendiri.

Rencana Agni yang membakar dirinya sendiri sepertinya berhasil, segel elemen tanah di tubuhnya semakin memudar, lalu perlahan sepenuhnya hancur, namun kulit dan baju Agni tetap tampak seperti sediakala, pada akhirnya hanya terdapat sedikit asap yang keluar dari tubuhnya.

“Fiuh . . . , akhirnya aku berhasil menyingkirkan segel tanah menjijikkan ini, dengan begini seharusnya manaku kembali terisi dan aku bisa menggunakan kemampuanku kembali!” gumam Agni sambil mencoba mengaktifkan mata birunya, dan benar berhasil, mata birunya ternyata kini dapat diaktifkan.

Salah satu penjaga ternyata menyadarinya karena berisik dan ruangan tiba-tiba terang karena nyala api yang dibuat Agni, lalu penjaga itu bergegas membangunkan dua rekannya.

“Bagaimana kalian bisa keluar?” ucapan salah satu penjaga terheran-heran, lalu ia akhirnya menyadari di tangan Sariel memegang kunci tahanan.

“ini harus cepat dilaporkan ke kepala suku Huginn!” teriak salah satu dari mereka kemudian ia lari berniat melaporkan tahanan yang kabur.

“Swusssh . . . ” tiba-tiba dalam sekejab mata, Agni sudah menghadang jalan keluar yang hendak dilewati salah satu penjaga yang berlari itu.

“Apa Anda sedang terburu-buru tuan? Sebaiknya Anda mencicipi hidangan pembuka buatanku dahulu sebelum beranjak pergi” perkataan Agni dengan nada sadis, lalu dengan kekuatan apinya, tanpa ragu ia membunuh dengan membakarnya, dan dalam sekejap, tubuh penjaga itu gosong, bahkan orang itu tak sempat berteriak kesakitan menjelang kematiannya karena Agni membunuhnya dengan membakar lehernya terlebih dahulu.

“Waktumu sangat tepat sekali untuk menguji kekuatanku, terimakasih, dengan begini sekarang aku tahu bahwa sepenuhnya aku sudah terlepas dari segel orang itu dan sekarang aku bisa bertarung lagi” perkatannya kepada mayat yang telah gosong di depannya itu.
Dua penjaga lainnya sekarang bergidik ketakutan dan memilih untuk tidak macam-macam dengan wanita bertangan api menyala yang telah membunuh rekan mereka dengan mudahnya.

“Sekarang siapa dulu yang mau menyusul temanmu ke neraka?” ucap Agni berniat menghabisi sisanya.

“Ampun . . . ampuni kami, kami hanya menjalankan tugas yang diperintahkan kepala suku Huginn” ucap salah satu penjaga itu sambil ketakutan sampai-sampai keringat dingin mereka keluar.
“Hentikan Agni, perbuatanmu ini terlalu kejam!” ucapan Lina mencegah Agni melanjutkan sesi pembunuhan yang akan dilakukannya terhadap dua penjaga lainnya.
“Baiklah, maafkan aku, sepertinya aku terlalu berlebihan jika dilihat dari sudut pandang manusia” ucapan Agni yang mencoba mendengarkan saran Lina.

Agni kembali leluasa menggunakan kembali kekuatan apinya secara penuh, melalui penglihatan mata birunya ia kini dapat melihat dengan jelas garis-garis segel hitam yang menjalar di seluruh tubuh Sariel.

Sedangkan di tubuh Lina segel hitam itu hanya membentuk bulatan yang tertahan di lengannya sebelah kanan yang mulus.

Segel tersebut tidak dapat menyebar bebas sepertihalnya di tubuh Lizbeth, Sariel, dan Agni karena anomali di tubuh Lina yang berbeda disebabkan karena pusaka Purification necklace yang untungnya tidak diambil oleh Krul.

“Lina, bukankah kemampuanmu adalah regenerasi?” ucap Agni penasaran.

“Ya, tapi untuk sekarang kemampuanku tak dapat berfungsi” ucapan Lina sambil menunjukkan luka gores di tangannya yang belum sembuh kepada Sariel dan Agni.

Sariel dan Agni kemudian saling bertatapan penuh arti.

“Baiklah, bagaimana kalau kita potong lengan Lina yang terdapat segel tanah itu lalu kita lihat hasilnya” ucapan Sariel penasaran tak sabar.

“Tung . . . nggu . . . aku bukanlah kelinci percobaan, bagaimana jika setelah dipotong nanti tanganku tak beregenerasi?” ucapan Lina khawatir karena kemungkinannya adalah 50:50.

“Agni tersenyum sinis, dasar Sariel, jangan dengarkan dia Lina, sepertinya kita hanya perlu membakar sedikit kulitmu yang terdapat bulatan segel” ujar Agni.

“Baiklah, Lakukan, aku siap bertaruh!” ucap Lina tegas.

“Kau yakin?” ujar Agni memastikan.

“Demi menyelamatkan kakakku, aku akan menahan rasa sakit yang tak seberapa ini!” ujar Lina dengan tatapan yakin, kemudian Agni segera melihat lokasi segel di tubuh Lina, api birunya ia gunakan untuk membakar bulatan segel tersebut.

Dengan api biru milik Agni akhirnya segel milik Lina juga hancur, kini aliran mana di tubuh Lina perlahan aktif kembali sehingga luka bakar di lengannya perlahan sembuh.

“Baguslah, kalian berdua sudah lepas dari segel, lalu langkah kita selanjutnya apa?” tanya Sariel.

“Aku punya rencana!” ucap Lina dengan tatapan serius.
 
Terakhir diubah:
Buset kena Troll juga dimari
Akhirnya lanjut juga setelah sekian lama
Makasi om atas updatenya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd