Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Bertaut

Bimabet
Aduh terlalu polos untuk jujur ckckck sepertinya memang blm pengalaman
 
Malam ini jam 11 diusahakan update draft udah 80% jadi, stay tune ya guys terima kasih yang sufah mengapresiasi dan menunggu, kritik dan saran boleh dilempar suhu suhu dimari 🙏
 
Update sebagian karena ada kerjaan mendadak, semoga menghibur ya suhu, sorry belum ada adegan ss nya, dinikmati aja alurnya ya suhu suhu 🙏

*Best of Times*

Satu titik waktu yang menjadi kenangan, menghapus titik lama yang perlahan terlupakan, manusia dengan segala kurang dan salahnya selalu diwajarkan untuk melupa. Sebab selain hidup dan mati, dua hal lain yang tak pernah bisa di tolak ialah dicintai dan dilupakan. -Similimi-


*Satu minggu Kemudian*


Sudah satu minggu aku menjauhi dua wanita itu, bukan karena tak ingin bertemu, tetapi kadang pertemuan hanya akan menyalakan kembali keributan yang sudah mereda, mungkin cara ini tidak sepenuhnya baik dan benar, tetapi cukup pantas untuk kedua wanita itu, di satu sisi seks yang terlalu cepat tanpa tau dasar dari seks tersebut, dan disisi lain perasaan yang terbangun terlalu lama namun tidak menjadi apa apa. Dua duanya sangat sulit untuk dipahami, meskipun tidak munafik seks adalah sesuatu yang nikmat, tapi untuk apa jika hanya terjadi sesaat. Kedekatan yang cukup erat juga tentu menyenangkan, tapi untuk apa jika tidak menenangkan.

*KFC TG KJ*

Aku menghisap dalam-dalam rokok terakhir yang tersisa, sore itu sendiri ditemani hujan dan lalu lalang kota yang teramat berkesan bagiku.

17.05, kemacetan menjadikan satu satunya tontonan, selain sebuah simbol kota yang menjulang tinggi didekatnya, aku ingin sendiri meresonansi tiap kejadian yang tak bisa disesali tapi cukup untuk dipertanyakan. Apa yang sebenarnya terjadi minggu lalu? Bagaimana bisa aku menyetubuhi Alfia setelah mengucap janji kepada Dini? Lamunanku tiba tiba buyar, dua orang yang sedang kupikirkan tiba-tiba saja datang, memang sebuah kesalahan menyendiri di tempat yang terlalu sering kudatangi, tapi kenapa mereka bisa datang bersamaan?

Alfia: "Hey" Sapanya terlebih dahulu dan Dini berada dibelakangnya diam dan menahan sisa amarah.
Aku: "Eh, Halo Fia, Dini." Jawabku kikuk.
Alfia: "Jadi gini Van, saya udah ngobrol sama Dini pas kamu gabisa kita hubungi" ucap Alfia yang sedari tadi sudah memposisikan diri dihadapanku, di ikuti Dini yang duduk disebelahnya.
Aku: "Maksudnya?" Jawabku sedikit bingung dengan ucapannya barusan.
Dini: "Gue udah tau, alasan kenapa lu bisa gitu sama Fia." Aku tak mampu menatap Dini saat ia berbicara begitu.
Alfia: "Iya Van, saya udah jelasin semuanya ke Dini, dan dia sepertinya mengerti.
Aku: "Saya yang ga ngerti."
Alfia: "Waktu itu emang karena kondisi saya kalut, dan juga sudah lama ga begitu sama mantan saya, dan yang bikin saya nyaman saat itu kamu Van"
Aku: "Oke, terus kenapa bawa-bawa Dini?"
Alfia: "Kalian dekat, saya ga enak, karena Dini ngeliat saya serasa musuhin banget, dan kamu jadi hilang semenjak itu."
Dini: "Udah deh Van, lu gausah mempersulit, tinggal pilih aja gue apa dia?"
Aku: "Kok maen milih-milih aja emang kalian barang apa?"
Dini: "Jujur aja gua gasuka sama dia, kalo bukan karena pengen bikin semua ini clear gua gamau ketemu sama dia"
Aku: "Udah-udah gausah kaya gitulah Din, kita udah lama tapi ga bisa selamanya" sambil menatap Dini
Aku: "Buat kamu juga Fia, kita bisa lama tapi gabisa selamanya, saya aja belum tau status kamu apa dan obrolan kalian apa."
Alfia: "Sorry Van."
Dini: "Gua ga maksud nyudutin lo, cuma gua pengen jelas, lo mau sama siapa itu aja." Dini memang keras wataknya dan tak bisa dipungkiri itu yang kukagumi dari dia.
Aku: "Kalo kalian sadar kenapa gua ngejauh karena gua ga pengen milih siapapun diantara kalian."
Dini: "Ga bisa gitu dong Van, lo ga bisa ngembat kita berdua seenak dan sesuka lo, lo harus milih.
Aku: "Karena gua ga ada niat buat ngembat siapapun diantara kalian mangkanya gua ga milih, lo kira enak apa harus terlibat di kejadian kaya gini? Yang ngerasain ga enak bukan cuma kalian, gua juga." sanggahku sedikit emosi. Lalu hening.

Hening menjadi akhir percakapan kami bertiga, tanpa solusi, hanya memanaskan sesuatu yang telah mereda. Sesaat riuh dalam keheningan yang ku ciptakan sore itu, lalu riuh karena kedatangan mereka berdua dan kembali hening. Bukankah rasa sunyi setelah riuh yang hilang adalah sunyi yang membunuh?

*BERSAMBUNG*
 
Update diusahakan cepat, karena bukan cerbung dan satu storyline saja jadi bridge antar kejadian butuh dibangun. Semoga selasa rampung.
 
*The Freedom of Choices*


Perdebatan kemarin menyisakan tanda tanya pada setiap pihak, siapa yang dipilih dan siapa yang akan ditinggalkan, begitupun aku yang harus menentukan pilihan. Hubungan tidak hanya melibatkan perasaan dan badan saja, ada hal-hal kecil tak terlihat dan sulit untuk diungkapkan. Tidak memilih bukankah menjadi sebuah pilihan juga bukan?

Aku kembali bersama dengan Dini, berada dikostannya, hampir seperti biasa sebelum adanya Fia, hanya saja rasa canggung terselip tipis dalam setiap gurauan dan canda yang kami ciptakan bersama. Bagaimana tidak, kejadian itu seakan membuat kami harus memulainya dari 0 lagi, melayukan kembali pucuk asmara yang mulai bermekaran saat dulu. Pun sama halnya dengan Fia, sesekali kami masih bertegur sapa untuk menanyakan perihal tugas, atau jajak pendapat tentang apa saja, tapi semuanya tak lagi sama.


*Kembali Terulang*

Aku lupa entah hari apa, sehabis kelasku bersama Fia, ia minta ditemani untuk membahas tugas mata kuliah lain yang akan ia ambil semester depan, tugas akhir apa yang akan dia pilih nantinya. Obrolan kami sepanjang perjalanan membuat kami tanpa sadar sudah berada di depan pintu kamar kostan Fia, ia mempersilahkan masuk. Belum sampai 2 menit aku berada didalam kamarnya, Fia langsung memelukku dengan erat, aku sedikit terkejut dan risih dengan pelukan yang tanpa meminta sedikitpun persetujuan dariku. Aku sedikit mendorongnya dan diapun mengendurkan pelukannya.

Aku: "Apa maksudnya Fia?"
Alfia: "Kamu janji waktu itu bukan yang terakhir kan?" ucapnya sepeti menagih hutang janjiku padanya.
Aku: ya emang, tapi bisa kan-

Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku ia langsung mencium bibirku, mau tidak mau akupun tergoda untuk mencumbu bibirnya, tarian lidahnya membuat kemaluanku berdiri di bawah, ia yang menyadari adanya dorongan pada bagian selangkanganku pun langsung memberikan sentuhan pada bagian luar celanaku sembari mencoba membukanya perlahan tapi pasti ciuman kami semakin panas dengan diiringi rabaan-rabaan pada kemaluanku dan payudaranya, kami sudah terbuai nafsu, aku menghentikan sejenak ciuman kami dan mulai melucuti satu persatu hingga tak ada apapun yang menghalangi tubuh kita berdua.

Akupun memintanya untuk mengoral kemaluanku, dia nampak sudah biasanya dan ahli untuk urusan itu sangat nikmat dan hangat, lidahnya sangat pandai menyusuri pangkal, batang bahkan biji kemaluanku, sesekali ia memvariasikan gerakan lidahnya dengan menghisap dan meludahi bagian kepala kemaluanku, sungguh nikmat sekali hingga tak jarang aku meremasi rambutnya dan terpejam menikmati sensasi yang ia berikan.

Aku: "Udah dulu nanti keluar cepet saya."
Alfia: "Hmmm?" Sambil tetap menghisap kemaluanku yang membuatku semakin keenakan, namun segera kutarik badannya naik dan kudorong ke kasur, mulai kususuri setiap lekuk wajahnya dengan ciuman, aku menindihnya dan meciumi wajah dan bibirnya, sesekali kemaluanku tergesek dengan kemaluannya yang ditumbuhi bulu tipis dan terawat.

Lumatanku mulai menjalar menuju lehernya dan membuat ia semakin mendesah.

Alfia: "Ahh Van, geli jangan digituin, nanti ada bekasnya" ia menggeliat menciptakan gesekan pada kemaluan kami, dan mulai terasa kemaluannya semakin hangat dan basah.
Aku: "Hmmm?" sambil tetap melumat lehernya dan menurun hingga kebagian dadanya, tangan kananku mulai bergerak meremas payudara kirinya sedangkan mulutku sudah menghisapi payudara kanannya, sesekali kugigit-gigit perlahan yang membuat Fia kini menjambakku halus.
Alfia: "Ehhhhng. Enak Van, gesekin terus, AA-hhh." kurasakan ada yang megalir dibawah sana karena gesekan kemaluanku diatas kemaluannya membuat dia semakin basah, belum lagi payudaranya kurangsang habis habisan.
Alfia: "Ahhh, Van ayo masukin Van" rengeknya ingin setubuhi, tapi aku tetap hanya menggesek kemaluannya dan merangsang bagian tubuhnya yang lain, tak terasa lima menit sudah aku meyusui payudaranya bergantian dengan remasan dan ciuman pada lehernya.
Alfia: Ahhh Van aku keluaaarhh Ahhh, disertai aliran hangat yang mengenai sebagian kemaluanku, ia takluk tanpa senggama, nafasnya seperti orang kelelahan, iapun memukul pelan punggungku.
Alfia: "Ihh kenapa ga dimasukin sih, ga tahan tau" rengeknya manja.
Aku: "Mau?" sambil menggoyang kemaluanku mengenai bagian atas kemaluannya,
*Alfia: "Ahh Van geli, bentar" jawabnya sedikit ngos-ngosan.

Aku masih menyusui payudaranya dan meninggalkan banyak tanda merah disana.

*Bersambung*
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd