Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Biarawati Cantik Nan Eksotik (Jilid 2)

Bimabet
Bakalan berhenti apa akan berlanjut gan?
Setia menanti part 3
 
Suster Paulista seolah megarahkan Kontol Roy pada jalan yang terang =====> mantaaaaav......


keep up the good work, bung.......

salute !!!
 
Melanjutkan kisah Roy sebelumnya bersama Suster Paulista:

Thread ini merupakan kelanjutan dari kisah Roy dengan Suster Paulista yang terjebak hujan di area goa Tritis setelah melakukan ziarah dan doa disana.
Hujan yang mengguyur sore itu memang tak dapat diprediksi selesainya, setlah terjebak di sebuah gedung kosong dalam perjalan pulang dari goa Tritis, Roy dan SUster Paulista memutuskan untuk nekat meneruskan perjalan pulang. Gelap yang semakin pekat membuat meraka melupakan sejenak tentang apa yang baru saja terjadi untuk segera meninggalkan kawasan goa yang semakin sunyi.
Sampai di dalam mobil pun mereka hampir tak banyak bicara, Roy yang pertama kali menghadapi hujan saat meyetir mobil memilih unuk konsentrasi dengan jalanan, meski saat itu Roy bisa merasakan kegundahan Suster kesayangannya itu. Saat itu yang ada di pikiran Roy hanya agar cepat sampai di rumah, karena pasti seluruh penghuni rumah megkhawatirkan dirinya yang sedari siang pergi membawa mobil hingga ahkirnya mereka pun sampai di depan gerbang Susteran.
"Roy, tolong jaga rahasia ini baik-baik..." Suster Paulista berpesan kepada Roy sesat sebelum mebuka pintu dan turun kemudian menghilang di balik gerbang. Hari berganti hari dan Roy masih terngiang kejadian beberapa waktu yang lalu di goa tritis, namun kenyataan hubungannya dengan Suster Paulista semakin merenggang, setiap dalam kelas pelajaran agamapun Suster Paulista seolah membuat jarak denganya. Bahkan saat Roy mencoba datang ke susteran pun sikap Suster Paulista justru acuh dan semakin dingin padanya. Hingga pada saat kenaikan kelas, seluruh siswa-siswi yang beragama Katolik diwajibkan untuk mengikuti acara Retret yang memang menjadi agenda wajib setiap sekolah baik negri maupun sekolah swasta yayasan Katolik. (Retret: adalah sebuah acara keagamaan khususnya diadakan bagi siswa-siswi Katolik , setara dengan pesantren kilat bagi umat muslim,-red). Retret memang biasanya dilaksanakan di luar lingkungan sekolah, apalagi saat itu bersamaan dengan kegiatan pesantren kilat. Sebagai pilhian tempat dilaksanakannya Retret adalah di daerah Kaliurang, Kawasan lereng Merapi ini memang kerap dijadikan sebagai tempat gathering berbagai kalangan karena selain tempatnya tenag dan nyaman, memang banyak sekali villa disewakan disana.
Acara yang rencananya berlangsung selama tiga hari itu sungguh menyiksa Roy, apalagi Suster Paulista sebagai penanggung jawab pun juga ikut acara tersebut meski hanya untuk mengawasi aktifitas anak-anak didiknya. Saat teman-teman serius mengikuti arahan kakak-kakak mahasiswa yang memang ditunjuk oleh sekolah sebagai panitia acara, perhatian Roy hanya tertuju pada suster kesayangannya itu. Hingga hari ketiga yang memang ditujukan untuk kegiatan outbond, Setelah doa pagi dan sarapan, Roy pun turut serta bersama teman-teman dan kakak-kakak pembina. Lokasi outbond berjarak sekitar kurang lebih 1 KM dari villa mengharuskan seluruh peserta berjalan kaki untuk menempuhnya. Tak terkecuali dengan Roy meski gundah gulana bersarang dalam dirinya, bagaimana tidak jika ia harus bertemu dengan Suster Paulista selama beberapa hari dengan tanpa kempatan berbicara sedikitpun. Roy hanya bisa memandang Suster Paulsta dari kejauhan karena suster masih saja menghindar darinya. Sesekali Roy menelisik mencari sosok Suster Paulista dalam rombongan namun Roy tak menemukannya, hingga ditengah perjalanan, Roy pun memtuskan untuk absen dari kegiatan itu.
“Maaf kak, sepertinya Roy gak bisa melanjutkan perjalanan …”
“Kamu kenapa Roy, Sakit?” jawab kak Anton yang merupakan ketua Panitia.
“Eh, iya kak … perut Roy tiba-tiba sakit …”
“kamu maag?” sahut kak Anton
“Bukan kak, tapi sepertinya Roy butuh ke WC …” Roy menjawab dengan mimik pura-pura menahan kebutuhan biologisnya, meskipun saat itu pula ia juga berpura-pura seolah itu bukanlah masalah yang berarti …”
“Owh…” kak Anton tampak sedikit kecewa mendengar penjelasan Roy…”
“Roy minta ijin untuk pulang ke Villa, sakit sekali kak …’
“Baiklah Roy, kamu boleh kembali ke Villa, disana ada Suster dan kak Danang …”
“Baik kak Anton, Roy permisi …”
Perasaan Roy semakin campur aduk saat itu, di satu sisi seharian ini kemungkinan besar ia bisa berbicara dengan Suster, di sisi lain Roy merasa kecewa karena ada salah satu pembina yang kemungkinan besar justru menghalangi kesempatannya untuk berbicara dengan Suster Paulista.
“Ah, bodo amat … “ dalam hati Roy mencoba pasrah…
Roy berbalik arah setelah berpamitan dengan beberapa temannya, hingga ahkirnya berpapasan dengan kak Danang yang saat itu sedang duduk di teras.
“Roy … kenapa?” Kak Danang terkejut melihat Roy kembali ke Villa.
“Sakit perut kak … permisi sebentar kak …” Roy memasang mimik menahan sakitsambil memberi isyarat untuk permisi menuju kamar kecil.
Roy tak melihat ada sosok Suster Paulista saat melintas masuk kedalam Villa, meski begitu agar sesuai dengan skenario maka Roy pun tetap masuk ke dalam kamar kecil. Selang beberapa saat kemudian Roy kembali keluar untuk menemui kak Danang.
“Maaf kak, tadi Roy buru-buru …”
“Santai saja Roy, gimana perutmu? Sudah baikan?”
‘’mmm … sepertinya belum kak … mungkin karena hawa dingin disini memang kurang bersahabat dengan Roy …”
“Bisa aja kamu Roy … Sebenarnya jika kamu sudah baikan kakak memang rencananya menyusul ke lokasi Outbond, …”
“Lebih baik kalau Roy tinggal di Villa saja deh kak, itung2 buat jagain barang-barang, sekalian …eh, menemani Suster ….”
“Tadi Roy juga sudah ijin ke kak Anton kalau Roy memang absen ikut acara outbond…” Roy sedikit mendramatisir, meski sangat mungkin bagi kak Danang untuk mengkorfimasi penjelasan Roy kepada kak Anton. Namanya bukan Roy kalau terlalu banyak mikir buat cari alasan … hehehe
Kak Danang terdiam sebentar kemudian meraih ‘Handy Talky-nya’. Sepertinya ia berkomunikasi dengan kak Anton lewat alat tersebut. Setelah seseaat kemudian …
“Ok Roy, kamu boleh tinggal di Villa, tapi keamanan di Villa sekarang jadi tanggung jawabmu, satu hal lagi, tolong bantu Suster jika beliau membutuhkan sesuatu, sepetinya beliau sedang mengkoreksi hasil ujian sekolah …”
“Siap kak …” Roy menjawab pesan kak Danang dengan penuh antusias, meski Roy punya agenda tersendiri di Villa itu.
Kak Danang kemudian menstater Honda Astrea Prima bututnya kemudian meninggalkan Roy di teras Villa itu.
Gleg …. Darah Roy seakan tumpah ke bagian bawah tubuhnya, jantungnya berdegup lebih cepat dan kemudia ia menarik nafas dalam-dalam sepeninggal kak Danang. Roy berjalan menuju pintu utama Villa yang beraksen Belanda itu. Ia memeggang gagang pintu kemudian membukanya sebagian sambil kembali menarik nafas dalam, mengingat saat itu ia berada di Villa hanya berdua dengan Suster Paulista. Roy kemudian masuk kedalam, menutup pintunya pelan-pelan dan menguncinya dari dalam. Roy memang masih sempat berfikir jernih di sela-sela rencananya. Entah apa yang akan terjadi nanti, segala kemungkinan bentah baik atau buruk tak ada salahnya untuk diantisipasi.
Ruang utama tampak sepi hingga Roy pun masuk ke ruang tengah hingga Roy kemudian sudah berdiri di depan pintu kamar Suster Paulista.
“Tok .. tok … tok…” Roy mengetuk pinu tanpa mebucapkan sepatah katapun.
“ Ya … Siapa …?” Sahut Suster Paulista dari dalam kamar.
“Saya …” Roy tak berani menyebutkan namaya hingga …
“Kreeeek….” Suster Paulista membuka sedikit pintu kamarnya.
“Ada ap.a …?” Suster Paulista tampak terkejut melihat Roy ada di depan pintu kamarnya.
“Suster, ijinkan Roy bicara sebentar …”
Suster Paulita tak menjawab meski ia masih terpaku saat itu diikuti Roy yang kemudian merangsek masuk kedalam kamar meski terjadi penolakan dari Suster Paulista.
“Roy, apa yang ka …” “Kamu sudaah gila ya ….” Saat itu Roy sudah berada di dalam kamar ,
“Keluar kamu Roy ….” “ Cepat keluar… sebelum ada yang tahu … “ Suster Paulista menekan suaranya meski dengan nada pelan pada Roy.
“Tenang Suster … Disini hanya ada kita berdua dan ini ..” Roy menunjukan anak kunci pintu utama Villa kepada Suster Paulista.
“Suster … Roy hanya ingin bicara, tolong beri kesempatan pada Roy …”
“Tak ada yang perlu dibicarakan Roy …. Dan cepat kamu kelar seblum ada yang tahu.”
Roy memegang jemari tangan suster Paulista, “Semua sedag ke lokasi outbond dan disini hanya ada kita berdua …” “Roy kangen … Ijinkan Roy ….” Roy tak melanjutkan kata-katanya saat ia melihat kedua mata Suster Paulista tampak berkaca-kaca.
“Kita sudah melakukan kesalahan Roy, kita sudah sangat berdosa …”
“Tapi … “ Roy ikut terbawa suasana saat itu, meski itu adalah bentuk kesabaranya untuk menaklukkan kembali Suter kesayangannya.
Mereka berdua terdiam, Roy sedikit menenundukkan kepalaya untuk menunjukkan bahwa ia juga menyesal meskia ia masih memegang tangan suster Paulista. Seskali ia mengusap jempolnya di punggung tangan Suster Paulista.
“Sebaiknya kita bertobat Roy, dan lupakan semuanya …”
“Sekarang aku mohon, keluarlah Roy sebelum ada yag tahu …”
Roy melepaskan genggaman tangannya, mereka kemudian saling bertaapan meski kadang roy memalingkan matanya dari Suster Paulista yang menatapnya dengan tajam.
“Ijinkan Roy memeluk Suster untuk terahkir kalinya, Roy mohon …”
Suster Paulista masih terdiam meski kali ini ia yang menundukan pandangan matanya yang mulai berlinang . Roy mendekat dan kemudian memeluk suster Paulista perlahan, saat itu sudah tak ada penolakan meski Suster Paulista tak menyambut peluka Roy dan tetap berdiri terpaku. Roy mengusap pelan punggung Suster Paulista hingga kemudian sisi wajah keduanya sudah saling menempel satu sama lain. Suster Paulista menahan isaknya meski air mata yang keluar sudah membasahi pipi Roy saat itu.
“Maafkan Roy … Roy sayang sama suster …” Roy berbisik lirih dengan gerakan tangannya yang lembut masih mengusap punggung Susuter Paulista.
Perlahan tangan Suster Paulista pun melingkar di pinggang Roy, Roy yang sudah semakin limbung dengan akal sehanya pun masih tetap bersabar menguasai perasaan kekasihnya itu. Perlahan Roy melapaskan pelukanya meski tangannya masih melingkar di tubuh Suster Paulista. Roy memundurkan kepalanya hingga mereka berdua saling berpandangan. Roy yang merasa sudah menguasai seluruh jiwa dan Suster Paulita berganti mendominasi suasana, bahkan tatapan Suster Paulista di kedua matanya yang indah itu sesekali menunduk. Roy yang memang sudah berpengalaman dengan pacar-pacarnya itu kemudian memajukan wajahnya dan kemudian mengecup pelan bibir titip Suster Paulista. Tak ada reaksi, meski juga tak ada lagi penolakan saat itu. Roy kembali mengecup bibir kekasihnya itu namun Roy merasakan kedua bibir Suster Paulista yang mulai terbuka. Tangan Roy yang masih membelai punggung suster Paulista, perlahan mulai menari-nari di setiap bagian tubuh yang bisa dijangkaunya dengan posisi tetap saling berpagutan. Bibir Suster Paulita yang tipis itu pun sesekali terlihat meruncing seolah tak ingin lepas dari lumatan bibir Roy. Perlahan Roy meraih ritsliting baju di punggung Suster Paulista, mereka masih tetap bercumbu hingga pakaian Suster Paulista semakin longgar. Bak Gayng bersambut saat roy menarik perlahan baju Suster Paulista hingga bahunya yang mulus itu semakin terlihat, tiba-tiba Suster paulista meloloskan kedua tangannya dari lengan baju sehingga kini tampaklah dua gundukan yang meskipun tak besar namun telihat kencang hingga Roy pun tak sabar untuk melihat seutuhnya. Ciuman Roy semakin liar seiring dangan kontol mudanya yang mnggelepar hebat dibalik celananya. Sesekali Roy memainkan lidahnya menyususri tulang leher suster paulista yang tampak Jenjang. Tangan Roy pun beraksi melepaskan kancing beha warna krem yang dikenakan Suster Paulista saat itu. Roy tertegun melihat payudara Suster Paulista yang bulat dan kencang dengan putting yang kecil meskipun warnanya kecoklatan selaras dengan kulit Suster Paulista. Seolah tanpa arahan kemudian mereka berdua bergeser duduk diata sranjang di dalam kamar itu. Roy yang semakin bernafsu untuk menguasi jiwa dan raga suster kekasihnya itu beralih menjelajahi bahu dan lengan suster Paulista dengan lidahnya. Tangannya yang mulai gatal pun kemudian mulai digenggamkannya pada payudara suster Paulista. Diusapnya perlahan sementara itu Suster Paulista yang sudah jauh terlena akan perlakuan Roy pun merebahkan dirinya diatas ranjang. Roy tak menyiakan kesempata itu, kini lidahnya sudah mulai menari diatas putting Suster Paulista ….
“Sssshhhhh …” Suster Paulista hanya mampu berdesis saat putting kecilnya disentil dengan lidah Roy berulang-ulang.
Tangan Roy pun tak tinggal diam, sesekali ia mengelus tulang iga Suster Paulista dan meremas-remasnya dengan penuh perasaan hingga Suster Paulista bergeliat da bahkan perutnya terkadang teragkat secara refleks.
Puas degan putting yang mulai basah dengan ludahnya sendiri, roy perlahan menarik baju Suster Paulista kebawah hingga kini Suster Paulista hanya menggunakan cawat. Perut Suster Paulista tampak kencang apalagi pinggang dan pinggulnya yang kecil juga tak lepas dari sapuan lidah Roy .
“rr..Rooy ….” Suster Paulista semakin tak sadar hingga merancau, tangannya mulai mengusap rambut Roy dan sesekali menjambak jika Roy tak sengaja meletakkan lidahnya di bagian genital tubuh Suster Paulista.
Tangan Roy kini sudah berada di depan liang Surgawi Suster Paulista meskipun masih terhalang oleh cawat. Roy mengusap-usap kain yang menjadi tabir kenikmatan itu hingga terasa sedikit basah oleh cairan kenikmatan Suster Paulista yang mulai mengalir seiring dengan buaian cinta kasih Roy. Denan sabar Roy menarik kebawah kain penghalang itu hingga ahkirnya Suster Paulista bugil dihadapannya. Roy yang tak ingin kesadaran kekasihnya itu cepat pulih pun segera melucuti paikaiannya hingga mereka berdua tak beda dengan Adam dan Hawa.
“jangan dimasukin ya Roy …” Suster Paulista memohon lirih kepada Roy meski saat itu nafasnya semakin menderu.
“Iya sayang …” jawab Roy sekenanya agar kekasih hatinya itu membuang jauh-jauh segala kekhawatiran yang semu.
Roy meindih tubuh kekasihnya itu sambil terus mendaratkan jilatan-jilatannya di sekujur tubuh dan wajah cantik Suster Paulista, dorongan nafsu yang semakin menghalangi akalnya membuat Roy sesekali menggesek-gesekkan batang kontolnya yang keras ke organ kenikmatan kekasih hatinya.
Keduanya kini sudah berada dalam pusisi siap bersenggama saat Roy mengangkat tubuhnya dan bersimpuh, sementara Suster Paulista berbaring di depannya deng kedua kaki sudah terangkat dan bersandar pada paha Roy. Nafsu yang sudah berada di ubun-ubun membuat Roy semakin berkonsentrasi pada batang kontolnya. Ia mengggesekkan kontolnya di vagina suster sambil sesekali mengarahkan ujung kepala kontolnya mencari celah kenikmatan Surgawi kekasihnya meski kadang meleset karena vagina suster yang semakin basah.
Suster Paulista tiba-tiba menarik tubuh Roy untuk kembali saling berciuman, kedua kelamin mereka pun hanya bisa saling bergesekan hingga suster paulista meraih kontol Roy sambil masih asyik bercumbu. Suster Paulista seolah megarahkan Kontol Roy pada jalan yang terang, Roy yang sudah terbang keawang-awangpun kini hanya mengikuti nafsu birahi Suster Paulista. Dnegan tangan kiri Suster yang mengarahkan kontol Roy dan dorongan tubuh Roy yang makin tak terkontrol ahkirnya…
“Bleeeesss…..” Seiring dengan cakaran tangan kanan Suster paulista dan diikuti dengan tangan kirinya di punggung Roy.
Tubuh Suster Paulista tiba-tiba menjadi kaku dandiikuti dengan perang dalam dirinya sendiri. Rasa nikmat yang hebat karena konol Roy yang berhasil menelusup kedalam rongga kenikmatannya, diiringai dengan rasa perih yang sangat terasa karena saat itulah lubang yang seharusnya ia tutup rapat-rapat, kini sudah menjadi tempat persinggahan bagi kontol Roy.
Roy yang masih ingin menikmati hal itu pun hanya bisa mengikuti gerakan Suster Paulista agar kontolnya tak segeralepas dari persinggahan itu.
“ssshhh…”
“Sayang …. “ sesekali Roy mengecup bibir kekasihnya.
“Dengar Sayang …. Janagn kau tolak dan nikmatilah …”
“Saaakit rrrRRRRoooooyyy ….”
“Iya sayang … tenanglah….” Roy mencoba bersabar meskipun konolnya masih bersemayam dalam liang vagina Suster Paulista yang seolah berkontraksi seiring dengan rasa aneh yang dirasakan Suster Paulista pertama kalinya dalam hidupnya. Setelah tubuh Suster Paulista sedikit lebih tenang, Roy perlahaan menarik pinggulnya …. Kemudian mendorongnya kembali secara perlahan seiring dengan raut wajah Suster Paulista yang lebih tenang, gerakan pinggul Roy pun semakin cepat hingga kemudian Roy menghujamkan kontolnya lebih dalam
“Cjeeeroooot …. Crot …Cret ….” Sperma Roy tumpah ke dalam saluran uretus Suster Paulista.
Roy kemudian melepaskan kontolnya dari lobang kenikmatan suster paulista seiring dengan darah kental yang keluar dari liang senggamanya. Roy merebahkan badannya disamping suster Paulista dan memeluknya, sesekali Roy mencium kening kekasihnya dan kemudian berpakian lalu meninggalkan Suster Paulista di dalam kamarnya.




nb : Penulis sangat ikhlas membagikan kisah ini, begitu pula dengan para pembaca sekalian yang barangkali ikhlas melemparkan ijo-ijo, sekedar vote rating ataupun komentar yang membangun bagi penulis.


Disini penulis juga ingin menyampaiakan kepada saudara-saudara SILENTRIDER yang mungkin saat membaca tulisan ini, sambil membersihkan :adek: menggunakan kain pel setelah melakukan aktifitas :coli:
harapan penulis semoga para SILENTRIDER puas hingga tetes terahkir dan berujung kering kerontang sepanjang masa....
Di lanjut gan
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd