Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Big Slice of My Heart

Marissa membuka br4z3r lengan panjangnya dan memperlihatkan bekas jahitan dari pangkal lengan sampai melewati siku, panjangnya sekitar 40cm.
Aku mencodongkan tubuhku lebih dekat pada bekas luka tersebut agar bisa memperhatikan lebih detil...

“HAH?!?! Ini sih gila banget mar..” kataku kaget dengan apa yang ada dihadapanku

Aku membayangkan lelaki berwajah sangar mengejar dan memberikan sabetan benda tajam yang mengiris lengan seorang gadis kecil dimalam hari. Ku pandang wajahnya…

Marissa tersenyum..

“Udah sampai sini dulu ya, ndre.. Aku baru bisa cerita sampe sini aja… lanjutannya lain kali xixixixi”

“Hhmm…” aku masih gak bisa berkata-kata

“Kamu kaget ya? Aku ternyata gak seindah kelihatannya.. xixixixi”

Aku pandang wajahnya lekat
“Kaget sih iya, kaget banget malah.. bukan masalah indah gak indah sih… kamu masih tetap indah koq dimata aku…” kataku sambil merapikan poninya.

“Kamu itu player ya? Pinter banget bikin perempuan terbang tau…
yuks.. udahan. Kita ngobrol yang lain aja ya ndre…”

“Hhhmm.. Soal player gk mau jawab hehehehehe
terlepas dari luka fisik yang kamu alami, berapa lama kamu perlu buat sembuhin luka psikis kamu?”

“Lumayan lama, ndre.. aku banyak dibantu psikolog dari POLDA untuk trauma healing.
Aku pernah koq beberapa kali mimpi ketemu papa, mama dan kakak.
Kalau trauma yang sampai histeris gitu sih sempat hampir dua tahun lah,
tapi sekarang ud nggak ya, buktinya aku biasa aja kan cerita ke kamu”

Aku memandang bola matanya dengan pupil hitam kecoklatan, persis seperti mata tiara,
mencoba mencari tau lebih dalam.
Emang udah gak ada lagi trauma di sana,tapi ada sesuatu yang aku belum bisa tebak itu apa.

“ Trus, kamu diadopsi mulai kapan?”

“SMP kelas 1 ndre, waktu itu ibu dan bapak udah berumur gak punya anak, mau asuh aku. Tadinya mau kasih biaya doang, tapi kemudian mereka putuskan menerima aku di rumah mereka, dan namaku diganti jadi Marissa Wiyanti.”

“Mereka baik kan sama kamu?” aku mencoba mencari tahu seandainya ada abuse ketika marissa di keluarga barunya.

“Yups, baik banget malah. Rumah aku sekarang adalah warisan mereka.
Bukan orang yang kaya banget, tapi mereka beneran kasih perhatian tulus ke aku.”

“Mereka sekarang dimana?”

“Di surga. Bapak meninggal sekitar 10 tahun lalu trus ibu menyusul dua tahun kemudian. Aku nikah di depan jenasah ibu”

“Good girl..”

“Pasti dong, aku kan diurusin beneran sama mereka. Suami aku aja yang gak urusin aku xixixixi”

“Kenapa dengan suami kamu? dan kamu ada anak?”

“Nggak ndre.. aku gak mau punya anak dari suamiku”

“Lho.. kenapa? jangan-jangan itu yang bikin suami kamu gk urusin kamu?”

“Nanti ya, cerita itu belum saatnya. Aku belum nyaman cerita itu sama kamu sekarang”

“Okey, its all yours”

Mata kami kembali berpandangan lekat dan dalam sekali. Gak ada kata-kata.
Aku menarik nafas panjang, mencoba mengalihkan rasa ntah kasihan atau sayang yang tiba-tiba menyergap.

“Ndre..”

“Ya mar..”

“Boleh aku peluk kamu?”

Aku mengangguk sembari merentangkan tanganku, dan marissa memelukku erat banget. Cukup lama kami berpelukandan aku membiarkan marissa menikmati dadaku sejenak.

"Kamu wangi laki banget sih?" kata marissa di dadaku

"hehehehe emang gimana wangi laki?"

"ya.. gitu deh susah jelasinnya"

"nanti jadi suka loh.."

"emang koq.. aku udah suka sama kamu"

"Hush gak boleh, aku suami orang.."

"kan sukanya buat aku simpan sendiri.. masak gak boleh, ndre?"

"Ya boleh aja, semoga aku gak bikin kamu patah"

"aku tahan banting koq ndre xixixixixi"

aku melepaskan marissa dari pelukanku

“Mar.. aku packing dulu ya, kamu tunggu di bawah aja.” Kataku sambil melepas pelukannya

“Nggak. Kamu ganti baju, tunggu di bawah. Biar aku yang packing.”

Aku ragu sebentar.. mengingat marissa bukan seseorang yang memiliki special relationship dengan aku.
aku gak mau personal thing aku di pegang-pegang dia.

“Please…” kata marissa memelas.

“hhhmmm… Okey. Makasih ya mar...”

Aku mengambil t shirt dan jeans, kemudian ke kamar mandi untuk ganti baju.
Selesai ganti baju, kaos yang pagi ini aku pakai kuserahkan ke marissa

“Ya ud.. sana keluar.”

“nggak, disini aja” kataku

Kulihat cara packingnya mirip caraku, tepatnya caranya Janis,
semua baju dilipat rapi dan kemudian dimasukkan dalam laundry bag,
baru diletakkan dalam koper.

“Btw kaos kamu yang barusan mau bawa pulang gak?”

“Ya dong..”

“Ada bau parfum aku loh. Kan tadi kita pelukan.”

“Waduh, buang aja deh..”

“Ishh.. buang2 baju.. Gak usah, aku cuciin di rumah aja ya..”

“Gak apa-apa?”

“Gak usah sungkan lah, ndre..”

“Hehehehehe… Makasih ya, mar..”

“Xixixixi”

Dalam perjalanan pulang aku masih gak percaya bisa bertemu wanita kuat seperti marissa. Smart, strong, cantik dan tinggi kombinasi yang membuatnya tak bisa lepas dari benakku.
Ada rasa simpati dan kagum padanya namun kalau jatuh cinta rasanya sih nggak...

Sebuah lagu lama sekali, mampir di soundsystem mobilku

Tabir gelap yang dulu hinggap
Lambat laun mulai terungkap
Labil tawamu tak pasti tangismu
Jelas membuat aku sangat ingin mencari

Apa yang tersembunyi
Di balik manis senyummu
Apa yang tersembunyi
Di balik bening dua matamu

Dapat kutemui
Mengapa engkau tak pasti
Lalu aku coba untuk mengerti
Saat engkau tiba di simpang jalan
Kau bimbang tentukan arah tujuan

Jalan gelap yang kau pilih
Penuh lubang dan mendaki
Jalan gelap yang kau pilih
Penuh lubang dan mendaki


……

Dua jam kemudian aku udah menyerahkan koperku ke tiara.

“Pah.. malam ini mau makan dimana?” Tanya tiara

“Di rumah aja ya, sayang...”

“Kamu yang masak ya sayang”

“Hhhmm.. masak bareng aja gimana?”

“Boleh pah.. xixixi eemmuuaahh
Amote pah..”

“Amote ma..”

Tiara keluar kamar membawa setumpuk pakaian kotor dalam laundry bag hotel. Gak lama kemudian kembali lagi ke kamar.

“Gimana trainingnya kemarin?” kata tiara sembari merebahkan diri di kasur menyusul aku

“Okey koq, mereka impress banget, sampai minta aku tiap jumat ngasih kelas sampe 3 bulan ke depan, aku dapat 11 kelas”

“Oh ya...?? Selamat ya sayang.” Kata tiara sembari membalikkan badan, kali ini tengkurap di atas tubuhku
“Aku sih antara seneng kita akan dapet uang banyak, sama was was xixixi”

“Koq..?”

“Aku kan tau siapa aja korban konsultasi kamu, akan ada berapa banyak korban lagi kalo sampe 11 kelas.
Inget loh ya.. hati2 jangan kasih angin ke siapapun itu.” Tiara mengingatkan namun masih dengan nada mesra

“Kayaknya selama ini aku biasa aja deh sayang.” Kataku sambil membelai belai kepalanya.

“Justru masalahnya, buat kamu biasa aja tapi buat mereka itu sesuatu banget.
Gapapa koq, asal kamu hati2. Jangan kasih angin buat siapapun itu ya sayang...”

Kupandangi wajah cantik tiara. Aku mainkan anak rambut di keningnya.
Wanita di atasku ini adalah cewek yang aku kenal sejak kami muda banget
dan sekarang udah ngasih aku dua jagoan ganteng tengil yang paling suka manjat-manjat papanya.

“Kalo kamu gak nyaman, mendingan aku batalin semuanya ya..”

“Pah.. aku tahu dimana talent kamu dan aku gak berhak halangi kamu pakai hadiah dari Tuhan buat kamu. Lanjut aja, gapapa. Tapi..”

“Hati-hati.. Iya sayangku” kataku memotong

“Iya... Bener xixixixi. Kamu capek ya.. mau dipijitin gak?”

“Mau banget… “

“Dah, kamu tengkurep, aku pijitin ya..”

Aku membalikkan badan dan tiara duduk di atas tubuhku,
ada terasa hawa panas dari pangkal selangkangannya yang menempel di punggungku.
Tapi rupanya tiara gak pijitin aku, dia malah sibuk membangkitkan gairahku dengan menciumi seluruh punggungku

Tiara dengan tubuh polosnya mengikutiku sembari menempelkan tangan pada pangkal selangkangannya
mencegah sisa-sisa benihku menetes di tempat tidur dan lantai kamar ini.
Biarpun sudah beratus kali kulihat dirinya dengan polos seperti ini,
tapi aku gak pernah bisa menyembunyikan kekagumanku pada keindahan dirinya.
Bahkan berat badannya gak berubah,
ia masih tampak sama seperti dulu pertama kali aku melihatnya tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd