Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Bimbingan Skripsi Membawa Nikmat [Remake by : Bantengamuk]

Siapa Perempuan yang Suhu-Suhu Favoritkan di Cerbung ini ?


  • Total voters
    750
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bu Dosen Pembimbing :panlok2:
fk1bGuE.jpg
Wah ......bejo tuh mufti namanya?
 
Izin pasang tenda hu, kayaknya asyik jg nich ceritanya ;)
Sambil nunggu up date terbaru seruput kopi plus rokokan sebatang :Peace:
 
Bimabet
Part II - First Time


Flashback dua jam lalu

Sejak kedua insan ini, Bu Puspa dan Mufti, masuk ke dalam resto, mereka tak sadar ada sepasang bola mata di pojokan mengamati gerak-gerik mereka. Sorot matanya tajam memandang keduanya yang sedang berbincang akrab. Ia pun mengamati laki-laki yang duduk di hadapan si perempuan cantik dalam-dalam. Dengan kamera ponselnya, ia foto mereka berdua. Hmmm jadi begitu ya, gumamnya. Segera ia kirimkan foto dan mengetikkan "lapor....." ke sebuah nomor. Siapa dia ?

*****

POV Bu Puspa

Puspa Amanda Putri a.k.a Dosen Pembimbing

Hihihi akhirnya dapet juga titit brondong, mukanya itu lho lucu banget pas ngecrot. Ya lumayan lah daripada selama ini cuma bisa masturbasi di kamar. Duh, apaan sih kok aku jadi mesum banget tadi. Sadar pus sadar, ucapku pada diri sendiri sambil menepuk keningku. Entah iblis darimana yang merasukiku untuk memblowjob mahasiswa bimbinganku. Setelah menerima kiriman steak dari resto tadi, segera kuhidangkan di piring, satu untukku dan satunya lagi untuk Mufti.

"Muftiiii.... ayo makan dulu" teriakku dari meja makan.

"Iya kak.... sebentarrr" jawabnya dari dalam kamar, kemudian dia menyusulku dengan pakaian yang telah berganti.

"開動 (kāidòng)" kuucapkan selamat makan dalam Bahasa Mandarin.

Dengan ekspresi bingung, Mufti pun bertanya, "Maksudnya apa kak ?"

"Selamat makan, itu Bahasa Mandarin, sekarang jadi bahasa yang cukup penting buat job seeker. Terutama sejak banyaknya investasi dari RRC, bakal jauh lebih efisien punya tenaga kerja yang sudah paham bahasanya si pemodal kan ?" jawabku kemudian diikuti anggukan kepala Mufti yang setuju.

"Oh kakak bisa Mandarin ya ? Belajar darimana ?" tanya Mufti.

"Pacarku kan orang Singapore, etnisnya Chinese. Not fluent enough kok, cuma bisa beberapa kata basic aja" kuceritakan sedikit padanya.

"Hmmm... cerita tentang pacarnya tapi gak nyadar barusan ngapain aku" ucap Mufti sambil merengut.

"Oh, jadi kamu nggak suka ?" godaku.

"Mmmm.... gimana ya kak, duh serba salah ngomongnya" ujarnya tersipu malu.

"Hahahaha dasar cowok. Nanti aja ya nunggu kamu udah sembuh, bakal lebih enak lagi hihihi" kelakarku.

Dengan salah tingkah Mufti pun berkata, "Lho.... nggak gituuu"

"Emang pacar kakak gimana ?" sambungnya bertanya padaku.

"We agree to have an open relation" jawabku.

"Oh, jadi bebas mau gituan sama siapa aja ?" tanyanya penasaran.

"Ati-ati lho kak, salah-salah malah kena HIV hehehe" candanya padaku.

"Gelo sia" kataku sambil melemparkan serbet ke mukanya. Namun ia berhasil menghindarinya sambil tertawa riang.

Makan malam kami lalui dengan penuh canda. Hal yang bisa dibilang jarang terjadi di hidupku. Setiap orang yang berinteraksi denganku selalu penuh topik yang serius dan ekspresi kaku, ya begitu deh pokoknya. Mungkin Tuhan mengirimkan Mufti untuk menjadi pengganti adikku yang sudah almarhum, ia meninggalkanku di usia masih belum genap lima tahun. Jadilah aku anak tunggal dari ayah ibuku, yang sayangnya sudah bercerai. Namanya juga hidup.

Kupandangi matanya dalam-dalam. Bulu matanya yang lentik mengingatkanku pada almarhum adikku yang telah meninggal sejak usianya 5 tahun, Juna namanya. Terlebih saat dia memanggilku ‘kakak’, mengingatkanku masa-masa kecil yang riang gembira.

Kak, aku masuk dulu ya” Mufti izin untuk masuk kamarnya.

Ya..... jangan coli lagi dek. Kasihan dengkulmu hihihi” jawabku bercanda.

Sembarangan” ujarnya sambil menutup pintu. Entah dia ingin beristirahat atau ingin kembali melanjutkan skripsinya, apa jangan-jangan mau coli beneran ? Ah sudahlah, biarin.

*****

Keesokan Hari

POV Mufti


Belum berkumandang azan subuh aku sudah bangun. Masih kuingat pesan dari almarhum ayahku, “Kalau kamu ngenger (numpang) di rumah orang, cuma dua pilihan buatmu : jadi rajin atau lebih rajin”. Pesan yang kudapat ketika harus melanjutkan jenjang SMA di Semarang, disana aku dititipkan pada pakde dan budeku. Pernah suatu hari ketika aku bangun kesiangan, padahal hari itu tanggal merah, aku harus menerima dengan ikhlas pandangan sinis dan sindiran yang menyayat hati. Kasarnya, sudah numpang berteduh dan makan mbok ya tahu diri. Mencuci mobil pakde, ikut menyapu rumah, menyiram tanaman di halaman, dan mengantar anak-anaknya bersekolah menjadi kewajibanku sehari-hari, meski tak pernah diperintah. Setidak-tidaknya aku sudah melakukan hal yang terbaik kan ? Untung saja selama 3 Tahun ngenger aku tak diusir oleh pakde maupun bude.

Setelah mandi aku mengambil sapu yang tergantung di tembok untuk membersihkan kamarku dan rumah ini. Tidak butuh waktu lama untuk menyapu bersih debu di rumah ini, toh rumah Bu Puspa desainnya minimalis dan memang tak banyak debu. Lalu kubuatkan dua gelas teh hangat untuk kami berdua.

Wah rajin banget perjaka satu ini” kata Bu Puspa sambil membuka pintu.

Ah kakak bisa aja” tanggapku sambil menaruh dua gelas di meja makan.

Iya..... pantes tau.....” sambung Bu Puspa.

Pantes apa ?” tanyaku bingung.

Pantes ikut casting FTV jadi pembantu dari kampung hihihi” sahut Bu Puspa tertawa puas. Aku pun hanya merengut waktu dibilang begitu.

Canda kok adekku sayang..... sini-sini teteh peluk hihihi” katanya sambil merangkul pundakku dengan mesra.

Wajah kami saling berdekatan. Kulihat dengan jelas kedua bola mata Bu Puspa yang berwarna coklat ini. Seperti kata pepatah, mata adalah jendela hati. Aku percaya manusia memancarkan isi hatinya cukup dilihat dari sorot matanya. Sorot matanya yang sayu menandakan rasa sayang. Entah apa yang kupikirkan, bibirku mencium bibirnya yang tipis, tak tahu dari mana datangnya keberanian ini. Tak disangka, ia melayani ciumanku dengan lembut. Bibir dan lidah kami beradu, oh.... she is such a good kisser !

Enough...” ucapnya sambil menarik mundur bibirnya. Aku hanya tersenyum bahagia, tak menyangka ciuman pertama yang indah ini kudapat pagi ini.

Kak, aku boleh ngerokok di depan nggak ?” tanyaku.

Sure...” jawabnya singkat

Nanti siang kamu temenin aku belanja kebutuhan bulanan ya muf, sekalian kamu juga ke dokter kulit” sambungnya.

Siap kak” jawabku sambil berlalu membawa gelasku menuju teras rumah untuk merokok.

*****
Siang Hari

POV Penulis


Waktu di jam dinding menunjuk ke angka 11, keduanya berangkat menuju supermarket yang terletak di Jalan Ir. Djuanda. Meskipun jarak antara rumah dan tempat yang akan mereka tuju sebetulnya tidak jauh namun hampir setengah jam mobil yang dikemudikan Mufti terjebak di jalanan yang padat. Ini weekend, tentu saja Bandung dipenuhi oleh mobil-mobil plat B yang datang untuk menikmati hari libur. Melepaskan kepenatan di Bandung dengan membawa kepenatan pula di kota ini. Ironis memang.

Sesampainya di supermarket, Mufti segera mengambil troli belanja sedangkan Bu Puspa berjalan di sampingnya sambil melihat rak yang memuat barang-barang kebutuhan sehari-hari. Ia bukan tipe wanita yang mudah tergiur dengan diskon sehingga memenuhi troli belanja dengan hal-hal yang tak diperlukan. Kehidupan di luar negeri selama menempuh S2 dan S3 turut membentuk perilakunya untuk bertindak efisien, sehingga ia hanya membeli barang yang diperlukan saja. Kegiatan belanja selesai dengan cepat.

Singkat cerita setelah mampir ke dokter kulit untuk mengobati luka di paha Mufti, keduanya langsung pulang. Kemudian Bu Puspa menyibukkan diri di dapur memasak makan siang, sementara Mufti kembali mengutak-atik draft skripsinya agar bisa diserahkan segera.

Dekkk.... ayo makan dulu” panggil Bu Puspa dari meja makan.

Ya kak....” sahut Mufti dari kamar.

Mufti keluar dari kamar dengan membawa laptopnya ke meja makan. Ia memeriksa kembali draftnya sambil melahap makanan yang tersaji. Bahkan Mufti menggunakan waktu makan siang bersama dosen pembimbingnya ini untuk bertanya perihal skripsinya, agar tak ada kesalahan seperti yang dilakukan sebelumnya. Dari Bu Puspa ia mendapat pengetahuan baru mengenai penulisan karya ilmiah, tentu dengan gelar akademiknya yang sudah tinggi dan juga didapat dari luar negeri membuatnya begitu menguasai penulisan karya ilmiah.

Mufti, kamu masuk tim penelitianku ya...” ucap Bu Puspa tiba-tiba.

Tim penelitian apa ? Maksud kakak penelitian yang dikerjakan dosen-dosen itu ?” tanya Mufti, memang penelitian dosen sering melibatkan mahasiswa sebagai anggota tim.

Iya... aku lagi neliti soal dana desa. Lokasi penelitiannya nanti di tiga lokasi, Bali, Jawa Barat sama Jawa Tengah. Asal kamu kan dari Jawa Tengah, lebih mudah nanti buat dapat data karena kamu tahu kondisi masyarakatnya” jelas Bu Puspa detail.

Waduh, saya kan nggak pinter nanti takutnya jadi beban di tim” kata Mufti pesimis.

Buatku kepintaran itu nomor sekian, yang lebih penting mah manajemen waktu sama kemampuan komunikasi. Aku ngakui kok kamu bagus dalam dua hal itu. Lagipula ya muf, dalam pengerjaan penelitian itu kita semua juga belajar kok. Jadikan belajar sebagai orientasimu dalam bekerja” ucap Bu Puspa memotivasi Mufti.

Mufti hanya manggut-manggut setuju dengan mindset lawan bicaranya ini, pantas saja di umur yang masih tergolong muda dia udah tamat S3, “Baik bu, saya lakukan sebaik mungkin. Apakah di tim ibu cuma saya mahasiswanya ?

Nggak kok, nanti mahasiswanya kamu sama Irma. Selain itu timku bakal dibantu dua dosen muda, Yogi sama Fitria. Besok Senin kita semua bakal ketemuan ya” kata Bu Puspa.

Oh ya, draftnya segera kamu serahkan ke aku. Kirim aja lewat email, nanti kukoreksi kalau ada yang perlu dikoreksi” sambung Bu Puspa.

Iya kak” jawab Mufti sambil menatap layar laptop.

Setelah selesai makan, keduanya tetap berada di meja makan. Kali ini jari-jari Bu Puspa mengetik di keyboard dan matanya fokus pada tulisan-tulisan yang ada di laptop. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka berdua. Keduanya larut dalam pekerjaan masing-masing hingga sore menjelang.

Yeayy, akhirnya selesai juga. Udah kukirim ya kak” kata Mufti setelah mengirimkan revisian dari Bab I.

Oke.... nanti aku cek, semoga aja nggak ada revisi lagi” jawab Bu Puspa.

Sip deh, aku mandi dulu ya kak” ujarnya kemudian mengambil handuk dan segera masuk ke kamar mandi. Gemercik air terdengar sampai luar kamar mandi.

Tok tok tok. Suara ketukan pintu terdengar. Segera Mufti mematikan shower dan membuka pintu.

Aku ikut mandi dong” kata Bu Puspa dari depan pintu.

Ayo kak” jawab Mufti mempersilahkan dan membuka lebar pintu itu.

Tanpa membuang waktu, Bu Puspa segera melepaskan pakaian yang menempel di tubuh seksinya. Kemudian keduanya melangkah menuju shower. Mufti memeluk tubuh montok Bu Puspa dengan penis yang sudah ereksi. Dengan nakal ia meremas-remas payudara teman mandinya ini dan memilin putingnya yang berwarna coklat kemerahan. Sementara Bu Puspa membalas kenakalan pemuda ini dengan mengocok penisnya meski ia membelakanginya. "Mmmhhh....Ohhhh...." suara desah mereka bersahutan menikmati rangsangan masing-masing.

"Sabunan dulu ya dek" kata Bu Puspa menuangkan sabun cair di tangannya.

Lalu ia balurkan ke leher, dada, perut, sampai sekujur tubuh Mufti. Kini ia juga menyabuni bagian belakang tubuh Mufti. Dengan telaten Bu Puspa menggosok tubuh Mufti, senti demi senti. Ketika akan menggosok area selangkangan, tangannya mulai nakal, ia kocok penis berukuran 15 cm itu. "Mmhhh....Uhhhh..." erang Muftu keenakan. Kemudian Bu Puspa berpindah ke tubuh belakang Mufti, ia mulai menggosok area punggung dan diakhiri pada betisnya. Akhirnya Mufti berpindah tepat di bawah shower untuk membilas sabun di tubuhnya

"Sekarang gantian kakak yang aku sabunin"

"Kamu gosok bagian belakang aja. Biar cepet" jawabnya sambil membalikkan badan.

Area punggung dosen cantik ini disabuni oleh Mufti, bongkahan pantatnya tak luput dari remasan-remasan nakalnya. Singkat cerita mereka mengakhiri sesi mandi bersama dan mengeringkan tubuh dengan handuk. Tiba-tiba Mufti menggendong tubuh Bu Puspa keluar kamar mandi dan direbahkannya di atas kasur.

Kak, aku mau ngobelin memekmu ya” pinta Mufti kepada perempuan cantik ini.

Sok mangga...” ucap Bu Puspa.

Mufti lantas memberikan kobelan menggunakan jemarinya, seperti yang ia pelajari dari bokep-bokep yang ditontonnya. Dua jemari Mufti menerobos masuk ke dalam vagina Bu Puspa yang bulunya tercukur rapi. Pasangannya terpejam, jantungnya berdebar penasaran. Mufti memberi stimuli pada dinding atas vagina.

"Bilang ya kalau pas" ujar Mufti, langsung pada ritme sedang kobelan di lancarkan.

"Ahhh iya itu ahhh...." desahnya sambil mencengkram sprei kasur.

CLUG CLUG CLUG CLUG
CLUG CLUG CLUG CLUG
CLUG CLUG CLUG CLUG

Tanpa ampun Mufti memberikan kobelan terbaiknya untuk wanita dengan payudara besar ini. Ia hanya terbaring dan matanya terpejam nikmat.

"Awwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwhh....." ia melengkuh panjang. Hanya mampu bertahan empat menit, tubuhnya mulai bergetar sedikit demi sedikit, Mufti cuek dan terus memberikan kobelan. Kakinya yang tadi terbuka lebar, kini sudah menutup, tangan kiri Mufti membantu untuk membuka kaki Bu Puspa.

"Awwwwwhhh....awwwwwhh....aduuuuuuuhhhh...awhhhh...teruuuuus" desahnya panjang, liang surgawinya semakin basah. Lantas Bu Puspa seperti tersetrum, kejang-kejang tak karuan, desahannya menjadi serak basah, rambutnya acak-acakkan. Cairan bening menyembur dari dalam vagina jatuh di kasur, ia masih kejang-kejang, Mufti menurunkan intensitas kobelannya. Namun badan Bu Puspa masih mengejang sedikit demi sedikit dibarengi vaginanya terus meneteskan cairan bening.

"Awwwhh awwhh aduuuhh ahhh ahhhh ahhhh" desahnya sambil mengejang sambil melihat Mufti yang sudah tak memberikan kobelan, namun tubuhnya masih merespon dengan kejangan.

"Wow, enak banget kayaknya orgasmemu" ujar Mufti yang melihat Bu Puspa masih diserang oleh sisa-sisa setruman.

"Ahhh udah ahh bentar break dulu aaahh hahaha" tawa Bu Puspa puas, matanya terlihat berair dan sayu akibat kenikmatan luar biasa yang belum pernah ia dapat dari laki-laki manapun yang pernah menjadi pacarnya. Kemudian Mufti berbaring disamping Bu Puspa.

Kamu beneran masih perjakan kan muf ?” tanya Bu Puspa yang hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Mufti. Kemudian ia berbisik,

Boleh kuminta perjakamu Mufti ?

Boleh kak” jawab si perjaka dengan penuh nafsu.

Sambil memegangi penis Mufti, Bu Puspa pun mengambil posisi berjongkok agar vaginanya bisa berdekatan dengan ‘keris pusaka’ milik laki-laki yang dijadikan penyalur hasrat bercinta. SLEPPP. Penis Mufti bersarang dengan mulus di lubang kenikmatan dosen pembimbingnya ini. Memang sedari tadi vagina Bu Puspa sudah basah, ditambah dengan kobelan maut yang dilancarkan Mufti tadi. Cengkraman dirasakan oleh batang kenikmatan Bu Puspa.

Sini.... nenen tetehh...” ajak Bu Puspa agar Mufti bangkit duduk.

Kedua payudara indah Bu Puspa terpampang jelas di muka Mufti, nikmat mana lagi yang mau didustakan. Tangannya meremas kedua payudara pasangannya yang cukup besar untuk ukuran perempuan Indonesia. Mufti pun tetap menetek puting dari ‘klien’ nafsu ini bagai bayi. Mata Bu Puspa merem melek menikmati keenakan di payudara dan vaginanya. Sambil meremas-remas rambut Mufti, ia menggoyang pelan tubuhnya agar memeknya terasa lebih nikmat.

Hhhh....Mmmhhh...” desah mereka berdua telah dimabuk kenikmatan.

Merasa sudah terbakar hawa nafsu, kepala Mufti disingkirkan dari payudara besarnya, tubuhnya didorong agar terlentang di atas kasur. Si berondong yang kini sudah tak perjaka hanya menikmati adegan seks kali ini secara pasif. Penisnya diserang secara membabibuta oleh goyangan liar Bu Puspa.

Uuuuhhhh.. Aaahhhh…. Hhhhhhh.. “ desah Bu Puspa yang kemudian memperkencang tempo goyangannya.

Begitu kencangnya sampai kasur ini berdenyit cukup kencang. Bunyi yang ditimbulkan oleh pertemuan badan mereka berdua juga terdengar nyaring.

Aaaahhhhh… Aaahhhh.. Aku mau keluar lagi niihhh.. Aaaahhhhhh… “ erang Bu Puspa dengan suara meninggi, sama seperti orgasme tadi.

Aku juga....sayaaanngg...” ucap Mufti ikut meremas payudara Bu Puspa yang berontak tak karuan. Diplintir puting susunya dan dipijat payudaranya di area puting dengan gerakan memutar.

Aakhhh…Aaaaaaakkkhhhh..“ erang keduanya saat orgasmenya datang bersamaan. Seluruh badannya begetar hebat. Kakinya terduduk di kasur hingga badannya benar benar menindih Mufti dan penis Mufti masuk full ke dalam lubang surganya yang berkedut-kedut. Otot-otot di vaginanya mengembang kempis hingga menekan batang kemaluan Mufti. Terasa cairan hangat dan cairan sperma seperti mengalir di sela-sela dinding vagina dan kejantanannya. Ia pun bergoyang pelan untuk menuntaskan sisa-sisa orgasmenya sambil memeluk si brondong manis. Keliatan peluh mulai membasahi badan mereka berdua.

"Kak, gak apa-apa keluar di dalem ?" tanya Mufti khawatir. Jangan sampe deh terpaksa jadi bapak, batinnya dalam hati.

"Nggak apa-apa, aku lagi nggak subur kok" jawab Bu Puspa meredakan kekhawatiran mahasiswa bimbingannya ini.

Kemudian keduanya rebahan di kasur, tangan mereka berpegangan seolah tak mau melepaskan satu sama lain. Sekaligus kelelahan karena permainan cinta yang mereka lakukan.

BERSAMBUNG

________________________________________________________________________________


Sebelumnya ane mohon maaf karena baru bisa update hari ini karena ada kesibukan di RL.
Kalau berkenan para suhu sekalian bisa memberikan rezeki dalam bentuk cendol dawet dan like agar ane lebih semangat nulis lanjutannya.
Matur sembah nuwun
:ampun:
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd