Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Bimbingan Skripsi Membawa Nikmat [Remake by : Bantengamuk]

Siapa Perempuan yang Suhu-Suhu Favoritkan di Cerbung ini ?


  • Total voters
    750
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
flow ceritanya asik, tapi proses sampe eue nya terlalu fast forward hu..
terima kasih atas karyanya.. jangan lupa update :)
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Part III - Lika-Liku Hidup

POV Bu Puspa

Puspa Amanda Putri a.k.a Dosen Pembimbing


"Fuhhh.... capek...." ucapku sambil menghela nafas.

"Iya kak.... goyangan kakak mantep banget, kayak artis bokep hehehe" jawab Mufti slengean.

"Aih... dasar kamu" responku.

Tanganku masih memegang erat tangan lelaki yang menjadi mahasiswa bimbinganku ini. Sebetulnya terlalu cepat bagiku untuk menyerahkan kehormatanku pada laki-laki yang baru kukenal ini, pun Mufti baru dua hari ngekos di rumahku. Tapi apa hendak di kata, sudah tiga bulan ini aku tidak mendapat kesempatan untuk bercinta. Gairahku gampang sekali on, terlebih ada laki-laki yang tinggal seatap denganku. Tante butuh dijamah keleus hehehe. Menurutku pria yang saat ini berbaring denganku memiliki sex appeal yang tinggi, bukan hanya tampilan fisik yang kulihat, namun Mufti punya manner dan bahasa tubuh yang baik. Pun aksi heroiknya beberapa hari lalu yang menyelamatkanku dari pemerkosaan membuatku makin terkesan.

Langit-langit kupandangi, kuingat-ingat awal mula kejadian itu menimpaku.

*****

Flashback

Kukemudikan mobilku untuk pulang setelah hangout bareng sahabat-sahabatku waktu kuliah yang masih menetap di Bandung. Memang momen ini jarang terjadi, mengingat kesibukan masing-masing. Kupersingkat jarak tempuh melewati Cikutra agar segera sampai ke Dago Atas. Jalanan begitu sepi dan cukup gelap, kutambah kecepatan mobilku agar segera melewati jalanan ini. Tiba-tiba ada motor yang melaju begitu cepat dan orang yang dibonceng memukul-mukul kap mobilku. Aku yang kaget segera memperlambat kecepatan mobilku, dan orang itu memberi isyarat untuk menepi di bahu jalan. Segera kuberhentikan mobilku dan langsung dihampiri oleh kedua orang itu, mereka memintaku untuk membuka kaca mobil.

"Aya naon a' ? (Ada apa a' ?)" tanyaku pada mereka berdua.

"Tadi teteh nubruk batur aing ! Dieu ngilu aing ka imah batur (Tadi teteh nabrak temen saya ! Sini ikut ke rumah temen saya)" perintah salah satu laki-laki berbadan besar itu padaku.

"Lah, saya nggak pernah nabrak siapapun a' !" tegasku pada mereka berdua ketika dituduh seperti itu.

"Alah, mana ada maling yang ngaku. Mobil sama platnya sama persis kayak yang diceritakan batur aing" bentak si badan besar padaku.

"Nggeus ah teh, ngiluan heula. Ngke lamun teteh nteu terbukti nubruk bakal kami lepas kok. Aya polisi oge diditu keur investigasi (Udah ah teh, ikutan dulu. Nanti kalau teteh nggak terbukti nabrak bakal kami lepas kok. Ada polisi juga disitu lagi investigasi)" jawab yang satunya agak lembut.

Untuk menghindarkan dari tuduhan seperti itu, kurasa aku harus mengikuti mau mereka dulu, "Muhun a', saya ngilu aa' ka imah baturanna (Ya a', saya ikut ke rumah temennya)". Kuikuti mereka berdua yang mengendarai motor, mereka mengarahkanku ke sebuah rumah yang terletak di perumahan baru. Kanan kiri masih sepi dan gelap, bahkan rumah yang kudatangi bersama mereka terlihat remang-remang. Sejujurnya aku mulai curiga ada yang tak beres.

Saat otakku mulai berpikir apa yang sedang terjadi, tiba-tiba mulutku disekap dengan kain oleh salah satunya. Kemudian tubuhku didekap erat oleh pria yang berbadan besar ini agar tidak meronta-ronta. Sementara rekannya membukakan pintu dan aku dibawa masuk oleh lelaki yang mendekapku.

"Hehehe mangsa baru kita geulis pisan. Diewe lumayan nih" ucap lelaki yang tadinya bertutur kata agak lembut. Kemudian kedua tanganku diikat dengan tali olehnya. Aku baru menyadari kalau mereka adalah begal.

"Ide bagus !" jawab pria besar yang mendekapku, kemudian kedua tangannya membuka paksa kemeja yang kukenakan. Kancing-kancingnya copot semua. Kemudian braku dicopot dengan paksa olehnya sehingga payudaraku terbebas. Kedua payudaraku diremas-remas dengan kasar olehnya.

Tak sampai situ saja, rekannya pun berkata, "Udah teh nikmati aja hehehe". Ia juga menyingsingkan rok span yang kukenakan terangkat sampai pinggang. Terekspos lah underwear yang kukenakan dan dicopot paksa olehnya. Vaginaku yang saat ini polos tak tertutup kain dikobel-kobel olehnya. Tidak ada rasa nikmat sama sekali, aku hanya bisa menangis.

Tubuhku lemas, aku terkejut dengan jalan cerita hidupku ini. Seolah tak punya tenaga untuk melawan. Tidak ada wanita yang menikmati sebuah perkosaan, terlebih oleh orang yang sama sekali tak dikenal. Aku pun hanya bisa menangis dan berusaha berteriak minta tolong, sayang suaraku tidak keluar karena mulutku disekap olehnya.

BRAKKK. Suara pintu yang terdobrak mengejutkanku. Semoga dia menyelamatkanku.

Kembali Ke Cerita

"Kak, kok ngelamun ?" ucap Mufti membuyarkan lamunanku. Tampaknya ia sudah bangun dari tidurnya.

"Eh, nggak kok. Cuma keinget kejadian malem beberapa hari lalu" jawabku.

"Oh... masih traumatik nggak kak ?" tanyanya padaku.

"Tentu aja traumatik. Untuk beberapa hari ini aku nggak berani pergi-pergi sendiri" jawabku.

"Untung kamu nolongin aku waktu itu. Jadi, aku minta tolong temenin aku kalau kemana-mana" mohonku padanya.

"Iya kak, aku juga minta tolong buat bimbingan skripsinya" balasnya.

"Hihihi tapi aku gak bisa sembarang acc ya kujawab sambil memandangi otot-otot yang terbentuk di tubuhnya.

Bukannya aku tidak mau membantu Mufti, tapi prinsipku tetap teguh pada tak bisa asal acc skripsi atau tesis untuk mahasiswa S2. Kurasa cara yang sedang kulakukan akan lebih efektif untuk membantunya. Ia bukan mahasiswa manja yang harus 'disuapi', aku percaya Mufti bisa lulus sebelum tenggat waktu yang ditetapkan kampus. Hari pun mulai gelap, aku pun segera menyambar kimono untuk kukenakan dan kemudian menyalakan lampu untuk menerangi rumahku. Sementara kubiarkan Mufti rebahan di kasurku, mungkin pengalaman seks yang pertama kali cukup melelahkan baginya hihihi.

Kuhidupkan kembali laptop dan kukerjakan beberapa pekerjaan yang belum kutuntaskan beberapa hari ini. Mulai dari mengoreksi tugas-tugas mahasiswa, lalu memeriksa draft penelitian skripsi, tugas-tugas sebagai pembantu dekan bidang kemahasiswaan dan tentunya pekerjaan-pekerjaan sampingan selain dosen. Ya beginilah kehidupan dosen, terlihat santai padahal sibuk. Kalau kata almarhum dosenku saat masih S1, dosen itu plesetan dari 'kerjo sak Dos, gaji sak Sen (Kerja satu dus, gaji satu sen)'. Untuk menyiasati gaji dari yayasan yang tak seberapa, aku pun mengambil side job sebagai Tenaga Ahli di salah satu fraksi di DPR, tentu tempat ayahku bernaung, tapi jangan salah sangka aku tidak main politik-politikan karena tugasku hanya memberi masukan pada mereka dalam membentuk undang-undang.

Hampir dua jam aku berkutat dengan seabreg pekerjaanku ini. Tiba-tiba Mufti keluar dari kamarku dan duduk satu meja denganku.

"Lagi ngerjain apa kak ?" tanya Mufti padaku.

"Coret-coret draft RKUHP, banyak pasal-pasal yang ngaco. Kalo pasal-pasal begini disahin mahasiswa-mahasiswa macem kamu bakal demo hahaha" jawabku.

"Kali ini sudah bukan masa-masa jayaku sebagai aktivis lagi kak, biarkan adik-adik saja yang bergerak" jawabnya malu-malu.

Sebagai pembantu dekan bidang kemahasiswaan aku bisa menemukan riwayatnya kala masih kerap mengoordinir demonstrasi di depan Gedung Sate atau di Balaikota Bandung. Bahkan dia sendiri pernah menjadi wakil ketua BEM sebelum mengundurkan diri karena harus pulang kampung. Walau kala itu aku masih belum ditunjuk sebagai pembantu dekan.

"Kalau kamu mau nambah uang jajan boleh kok bantu-bantu side job ku" tawarku padanya.

"Boleh banget kak, biar aku nggak terlalu tergantung sama pemasukan dari coffee shop ku. Kan lumayan tuh" sambutnya antusias.

"Iya, tapi tetep inget sama skripsimu ya. Jangan sampe keasikan ngerjain side job ku terus lupa ngerjain skripsi" kataku mengingatkan dia.

"Siap kak, bisa kubantu kalau longgar hehehe" ucapnya.

"Kamu udah laper belum ? Aku siapin makan malem ya ?" tawarku padanya.

"Ngikut kakak aja aku mah" jawabnya.

Singkat cerita setelah memasakkan makanan, kuhidangkan makanan itu di atas meja makan. Satu untukku sendiri dan satunya untuk Mufti. Sambil menyantap makanan kami berdua tetap ngobrol asyik.

Tiba-tiba Mufti bertanya, "Kak, aku boleh tanya nggak ? Tapi ini agak personal dan mungkin sensitif"

"Apa itu muf ?" tanyaku penasaran.

"Anu, kakak pertama kali ML kapan ?" ucapnya.

"Hihihi kalau lepas virginity waktu masih S1, waktu itu masih umur 19 Tahun. Soalnya pas masih SMA aku baru berani kissing sama nenenin aja, paling mentok cuma blowjob" jawabku. Lalu pandanganku menerawang ke masa lalu, mengingat masa-masa itu, Puspa Amanda Putri di usia ke-19 Tahun.

*****

Flashback 17 Tahun Lalu, 2001

Bersama sohib ciwi-ciwiku, aku merayakan ulang tahun di sebuah kafe di BIP. Ketika make wish, aku berharap agar bisa jadian sama Kak Irwan. Dia adalah mahasiswa teladan di kampusku. Selain unggul di bidang akademik, ia juga Ketua BEM dan menjadi pemain basket yang mewakili universitas di kompetisi-kompetisi basket. Terlebih dia bukan tipe cowok ganteng yang playboy. Bisa dibilang Kak Irwan ini punya atribut sempurna sebagai manusia.

Sebagai mahasiswa semester 4, aku sendiri aktif berkegiatan di BEM. Barangsiapa yang menjadi pengurus BEM bisa dibilang sebagai mahasiswa yang eksis di kampus. Sejak kepemimpinan Kak Irwan, citra pengurus BEM yang isinya anak-anak cupu dan kutu buku berubah total. Dia pun berani menunjuk anak-anak gaul untuk menduduki jabatan-jabatan penting di BEM. Gebrakan yang cukup signifikan adalah memperbanyak program kerja di bidang seni & budaya. Aku ingat dengan kata-katanya, 'organisasi kampus yang gak asyik bakal ditinggalin ama mahasiswanya. Kalau lu cuma demo turun ke jalan atau diskusi-diskusi nggak berujung, nggak akan ada mahasiswa yang mau berpartisipasi hidupin suasana kampus'. Bahkan dia memberi masukan pada setiap pengurus BEM untuk berpakaian rapi dan sesuai tren.

Boleh dibilang untuk mahasiswa semester 4 yang menjadi pengurus BEM aku termasuk akrab dengan Kak Irwan. Banyak yang malu-malu untuk ngobrol atau sekedar menyapanya, karena kharismanya yang begitu kuat. Kalau lagi nongkrong di sekretariat BEM dan ada dia, pasti aku ajak diskusi mengenai apapun. Entah mengenai materi kuliah, kehidupan kampus sampai sosio-politik pada saat itu. Banyak ide-ide yang kudapat dari diskusi santai dengan Kak Irwan.

Hari itu waktu telah menunjukkan pukul 9, dosen yang seharusnya mengajar tiba-tiba mengirim pesan pada pegawai dekanat bahwa perkuliahan ditiadakan. Sebagian besar mahasiswa senang kalau ada jam kosong, entah itu untuk jalan-jalan atau sekedar pulang ke rumah. Pikirku daripada mengisi hari dengan kegiatan yang tak produktif, aku nongkrong aja di sekretariat BEM. Siapa tahu ada obrolan menarik dengan salah satu pengurus. Tak disangka-sangka ada Kak Irwan duduk disana seorang diri.

"Halo Kak Irwan" sapaku dengan melambaikan tangan.

"Halo juga Puspa" sapa balik Kak Irwan.

"Kamu nggak ada kelas emang ? Jam segini udah nongkrong di sekre ?" tanyanya padaku.

"Nggak kak, tadi Pak Adi (re: dosen) SMS ke Pak Iwan (re: pegawai dekanat) ngabarin kalo beliau nggak bisa ngajar hari ini" jelasku.

"Oh.... gitu" dijawab singkat oleh Kak Irwan.

"Lah, Kak Irwan sendiri ngapain di sekre ? Nggak ada kuliah emang ?" tanyaku balik.

"Emang nggak ada, aku kesini buat cari temen ngobrol aja. Habis kalau di kosan bakal bingung mau ngapain" jawabnya.

"Sama dong kak, aku ke sini juga gara-gara bingung ngisi kegiatan hari ini hihihi" sahutku.

"Puspa, aku kan pernah janji sama kamu ngajak main ke kosanku buat lihat-lihat koleksi bukuku. Kamu mau nggak ?" tawarnya padaku.

Dengan antusias kujawab, "Iya kak, aku mau".

Singkat cerita kami berangkat dengan menggunakan mobil Kak Irwan. Sesampainya disana, Kak Irwan menunjukkan koleksi bukunya yang begitu banyak padaku. Aku terkagum-kagum dibuatnya, banyak buku-buku yang ada di kamarnya telah tamat dibaca, tak cuma jadi pajangan yang menghiasi kamarnya. Siang itu kami banyak berbincang dengan topik yang cukup berat, aku makin terkesima dengannya yang memiliki pengetahuan luas.

"Puspa, kamu udah punya pacar ?" tanya Kak Irwan tiba-tiba.

Aku pun terkejut dibuatnya, "Mmmm... belum kak. Emang kenapa ?"

"Nggak tau kenapa aku tertarik sama kamu sejak awal. Kamu mahasiswi yang cerdas, enerjik, dan punya jiwa sosial yang tinggi. Andai kamu mau buka hatimu, kamu mau nggak jadi pacarku ?" ucapnya mengutarakan perasaannya padaku.

Terima kasih Tuhan, Kau kabulkan do'aku di ulang tahunku ke-19, "Iya kak, aku mau jadi pacar Kak Irwan"

Kemudian dia memeluk tubuhku erat-erat, pun denganku yang sudah sejak lama aku mengidamkan sosoknya.

Bibirnya mendekat ke bibirku, CUPP. Kami berciuman cukup lama.

"Makasih sayang" ucapnya sambil mengelus kepalaku. Hari itu kami resmi jadian.

Sudah dua bulan kami berpacaran. Ciuman, pelukan, sampai dengan meraba kemaluan masing-masing sudah pernah kami lakukan. Walaupun kami belum pernah melakukan hubungan seks. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, periode kepemimpinan Kak Irwan di BEM telah berakhir. Kami sebagai pengurus BEM mengadakan perpisahan dengan mengadakan acara menginap di sebuah hotel yang terletak di Lembang. Beberapa pengurus BEM yang berpacaran, saling tukar kamar dan seranjang dengan pasangannya. Sebenarnya dalam pembagian kamar aku ditempatkan bersama Ana, sementara Kak Irwan ditempatkan bersama dengan pacar Ana. Jadilah kami bertukar kamar, sehingga aku satu kamar dengan Kak Irwan.

Malam hari saat kita semua mengadakan Barbeque di halaman belakang hotel, tiba-tiba Kak Irwan memegang tanganku dan berbisik, "Istirahat aja yuk sayang". Aku pun hanya mengiyakan ajakan Kak Irwan dan tanganku digandeng untuk naik menuju kamar. Sesampainya di kamar aku duduk di ranjang bersama Kak Irwan, kami menonton TV.

Tiba-tiba ia mencium bibirku penuh nafsu, terangsang dengan perlakuan tersebut aku membalas ciumannya dengan agresif. Bibir dan lidah kami beradu malam itu. Kemudian Kak Irwan menghentikan ciuman dan melepaskan kaos yang dikenakannya. Lalu ia lanjut menciumi leherku dan kemudian melepas kaos yang melekat di tubuhku. Nafsuku yang sedang menggebu-gebu membuatku menciumi leher dan dadanya, sementara tangannya berusaha melepaskan kaitan bra yang kukenakan. Akhirnya terlepas dan tubuhku bagian atas polos tanpa kain. Dengan penuh nafsu ia meremas payudaraku dan menghisap putingku. "Mmmhhhh....uhhh..." lenguhku saat payudaraku diberi rangsangan, kadang tangan nakalnya memilin putingku. Sementara tanganku menyusup masuk ke dalam celana training yang dia kenakan dan mencari batang penisnya. Kuelus lembut penisnya yang sudah mengeras.

Seolah tahu apa yang kuinginkan, ia langsung melepas celana sekaligus celana dalamnya, hingga muncul penisnya yang gemuk dan berukuran 16 cm. Cukup besar untuk ukuran orang Asia. Kukocok-kocok penisnya yang telah tegak berdiri dengan tempo sedang, "Ohhhh..." erangnya ketika aku mulai mempercepat tempo kocokanku. Kemudian kumasukkan penisnya ke dalam mulutku. Cukup penuh mulutku saat mengulum penisnya, kepalaku naik turun menyusuri penis Kak Irwan telah merebahkan diri di atas kasur.

Setelah sekian lama aku memblowjob penisnya, tiba-tiba ia berkata, "Stoppp yang.....mmmhhh...."
Gantian ia merebahkan tubuhku, diturunkannya celanaku. Pun celana dalam yang satu-satunya tersisa menutupi vaginaku juga turut dilepasnya. Vaginaku yang sudah terekspos menjadi sasaran Kak Irwan, mulutnya mendekati selangkanganku.

"Kak....mau ngapain ?" tanyaku khawatir.

"Enjoy aja Puspaku sayang.... bakal kubuat enak malem ini" jawabnya menenangkanku.

"Jangan jilat vaginaku, kotor...." kataku.

Namun ia tak mempedulikannya, bulu-bulu yang tumbuh di vaginaku disibakkan olehnya. Kak Irwan lantas mendaratkan ujung lidahnya pada klitorisku. Aku hanya mendesah keenakan, gerakan lidah naik dan turun sesekali melakukan serangan yang tak diduga menjadi variasi untuk membuatku segera meraih orgasme. "Awhhh hmmm awhh uuhhh" desahku sambil mengigit bibir sendiri dan tangan kananku meremas-remas toket sendiri. Vaginaku langsung menjadi sangat basah, tubuhku langsung menegang dan terus mendesah tiada henti.

"Awwhh...kakkkk...awwhh....hmmm...." desahku terus menerus. Kak Irwan terus memberikan jilatan yang tepat sasaran pada titik lemah dari bibir vaginaku. Hanya bertahan sepersekian menit sejak dimulai, aku sudah mulai menunjukkan akan segera orgasme, pahaku semakin kencang meremas kepalanya, desahanku semakin kencang.

"Ahh....iya disitu...terusss....ahh...ahh..." teriakku. Lalu beberapa saat kemudian cairan dari dalam vaginaku semakin deras. "Awwhh....I'm coming....ahhh.....hmmmm", dibarengi dengan tubuhku bergetar, mataku terpejam dan kakiku terus bergerak tanpa sanggup kukontrol. Kak Irwan hanya tersenyum ke arahku.

Kami lagi-lagi berciuman, tak peduli kalau tadi mulut telah mengulum alat kelamin masing-masing, akal sehat kami telah tertutup oleh nafsu birahi. Penis Kak Irwan sudah siap di bibir vaginaku, kemudian digesekkannya dengan vaginaku secara perlahan. Aku pun hanya menikmati rangsangan ini.

"Sayang... aku masukin ya..." ucapnya meminta izin padaku, aku pun hanya menganggukkan kepala tanda setuju.

Saat penisnya menyentuh kulit vaginaku, aku tergagap dan sedikit melonjak, "Ahhhhh....pelan-pelannn" rintihku.

Ia tak menjawab dan semakin mendorong masuk penisnya ke dalam lubang vaginaku. Saat kepala penisnya mulai menerbos selaput daraku, aku kembali melonjak, "Kakk....sakiiitttt", sambil mengatupkan kedua pahaku.

Kak Irwan tidak melanjutkan usahanya dan membiarkanku tenang. Setelah aku tenang, dia bertanya, "Gimana yang, mau dimasukin nggak ?"

Aku hanya mengangguk lemah, meski terasa sakit aku ingin merasakan kenikmatan yang seringkali diceritakan teman-temannya yang pernah melakukan hubungan seks. Kak Irwan pun kembali melanjutkan penetrasinya di lubang vaginaku. Mataku terpejam dan kucengkram sprei kuat-kuat, kedua pahaku dikangkangkan olehnya cukup lebar. Kembali Kak Irwan mendorong penisnya masuk, aku pun berteriak kesakitan dan melonjak kembali. Sepertinya selaput daraku sudah pecah. Bulir air mata menetes dari ujung mataku. Sakit banget rasanya, sial aku sudah dibohongi sama teman-temanku. Kata siapa ngewe enak, anying.

Ada rasa sesal di dalam hatiku, mengapa aku harus menyerahkan keperawanan malam ini. Namun Kak Irwan menghentikan penetrasinya dan menetek pada payudaraku. Hampir 10 menit ia melakukan hal itu, dan kemudian aku memberi isyarat agar Kak Irwan mendorong kontolnya ke dalam vaginaku. Perlahan-lahan ia mendorong penisnya makin dalam, ia melakukannya dengan lembut karena vaginaku masih terasa sakit meski selaput daraku sudah pecah. Kini penisnya sudah mentok di dalam vaginaku, ia mendiamkan diri sejenak.

Wajah kami yang saling berhadapan, kembali bibir kami saling berpagutan. Kubuka kembali mataku setelah sekian lama terpejam menahan rasa sakit. Kubelitkan kedua kakiku pada pinggul Kak Irwan dan tanganku pun meraba punggungnya yang kokoh. Payudaraku kembali digenggam olehnya dan putingku berulangkali dimainkan Kak Irwan, membuatku makin tenggelam ke dalam lautan asmara.

PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK

Digenjot lah penisnya ke dalam vaginaku. Tiada henti dan tiada ampun. Sprei sudah terguncang kesana kemari. Hawa dingin Lembang sudah tak mampu membuat dingin suhu kamar dimana suasana semakin panas. Gerakan Kak Irwan semakin cepat, bagaikan dirasuki oleh dewa cinta.

"Kakkk....ahh....please slow downn..." desahku, namun tak dihiraukan Kak Irwan. Badanku bergetar, tubuhku menjadi semakin kencang karena otot-ototku sedang merasakan keenakan.
"Ah....ahhh.....ahh....fuck......" teriakku mendapatkan orgasme untuk kedua kalinya.

Melihat gerak gerikku yang sedang mengejang, Kak Irwan menurunkan intensitasnya. Setelah aku sudah sedikit bertenaga, dia kembali memompa penisnya. Tak lama kemudian Kak Irwan tak kuat dengan cengraman vaginaku yang sempit.

"Ahhh....aku mau keluar......" erang Kak Irwan.
"Jangan di dalam sayangggg...." pintaku.

Ia mencabut penisnya dan mengeluarkan cairan sperma di atas perutku. "Arrgghhh....i'm coming ahh...ahh...." desahnya panjang. Semburan demi semburan keluar dari penisnya bahkan mengenai pipi dan payudaraku. Ku ambil tisu untuk membersihkan cairan hina yang menempel di pipi, dada, dan perutku.

"Kamu cantik sekali" bisiknya padaku. Kak Irwan pun kembali menggapai bibirku, kami saling bercumbu untuk kesekian kalinya. Lidah kami berdua saling bersahutan. Aku dan Kak Irwan bercumbu cukup lama dan diakhiri dengan tertidur pulas berpelukan tanpa sehelai pakaian.

BERSAMBUNG

________________________________________________________________________________


Semoga bisa menemani sahur para suhu yang sedang berpuasa, kalau crot ya mandi junub lagi hu :D.
Mohon cendol dawet dan like agar ane lebih semangat nulis lanjutannya.
Matur sembah nuwun
:ampun:
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd