Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Bimbingan Skripsi Membawa Nikmat [Remake by : Bantengamuk]

Siapa Perempuan yang Suhu-Suhu Favoritkan di Cerbung ini ?


  • Total voters
    750
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
hahahahaha, jebol ya hdd nya

Kebetulan keyboard ama audio ane rusak. Kalau keyboard rusak rek kumaha atuh hu

Waduh gawat burung mufti ga bisa bangun,hehehe...

Setiap musibah pasti ada berkah, pantengin aja hu 😀

Duh kasian mufti burung g bangun, nanti dewi kasih bj burung bisa bangun deh....

Dewi itu siapa hu ?
Ane mau juga nih hehehehe

Duh jadi pengen jadi mahasiswa lagi tp langsung bimbingan skripsi nih dan nemu dosbing kayak bu Puspa hehehe

Samaan hu, Mufti such a lucky bastardo

Lanjut terus jangan sampe kendor

Siap hu, wangsit sudah dapat tapi lepi yg nggak kompromi hehehe

wuanjiir si otong depresi jadi ga bisa bangun :D

Iya nih hu, harus gimana nih ? 😂

Burungnya coba di embunin :lol:

Kudu ke dokter apa pengobatan alternatif nih ?
 
Part V – Healing, then She say “Goodbye”​


POV Mufti

Sudah tiga hari ini penisku belum pulih seperti sedia kala. Berbagai cara sudah kulakukan untuk mendapatkan kesembuhan. Mulai dari browsing di internet, kemudian menonton film porno hingga mencoba memberi rangsangan pada penisku. Namun masih menemui jalan buntu. Kalau ke dokter ? Tentu memalukan buat laki-laki di usiaku ketika periksa ke dokter dengan masalah yang kualami.

Mungkin hanya Bu Puspa yang mengetahui masalahku ini. Akan tetapi sampai hari ini pun hubunganku dengannya masih dingin layaknya suhu kulkas. Tak ada obrolan asyik seperti hari-hari sebelumnya. Hanya sekedar percakapan seperlunya yang responnya tak jauh-jauh dari kata ‘ya’, ‘oke’, maupun ‘makasih’. Tapi jangan salah ‘pekerjaan rumahku’ masih kukerjakan, aku tak mau dianggap sebagai parasit yang tinggal di rumah ini. Ada rasa bersalah dan takut kepada Bu Puspa atas kejadian beberapa hari lalu. Memang semuanya berawal dariku sendiri.

Pagi menjelang siang di perpustakaan kampus yang hening, tiba-tiba notifikasi WA ku berbunyi. Irma mengirim pesan padaku.

Irma Anindya

[09:20] Irma : Hai kak, lagi dimana nih ?
[09:22] Mufti : Aku lagi di perpus nih. Ada apa emang dek ?
[09:22] Mufti : Lah kamu lagi dimana ?
[09:23] Irma : Oh di kampus toh kak. Ini aku juga masih kelas.
[09:23] Irma : Inget nggak hari ini ada apa ?
[09:24] Mufti : Ada apa emang ?
[09:25] Irma : Wah…. parah nih…. Katanya sohiban
[09:25] Mufti : Oh iya ya, aku kok bisa-bisanya lupa. Sore ini kan Rio berangkat ke Surabaya yak. Duh maaf.
[09:27] Mufti : Tapi aku lagi nggak ada kendaraan nih. Gimana ya ?

Memang benar aku memegang kunci mobil Bu Puspa, tapi rasanya sungkan aja menggunakan mobilnya tanpa didampingi pemiliknya. Walaupun aku punya modus agar Irma mau memberikan tebengan padaku hehehe.

[09:35] Irma : Ya udah nebeng aku aja kak. Jam 11 juga aku udah kelar kuliah kok.
[09:36] Mufti : Makasih adek aing nu geulis
[09:36] Irma : GOMBAL :p

Sebetulnya waktu-waktuku di perpustakaan kuhabiskan dengan santai-santai. Main game, nonton video di youtube. Paling yang berkaitan dengan skripsiku ya cuma buku-buku yang tertumpuk di mejaku, baru baca sebentar saja aku sudah bosan hehe. Padahal Bu Puspa pernah berpesan padaku kalau dosen sedang memeriksa draft segera cicil pengerjaan bab-bab selanjutnya. Kalau begini-begini terus kapan mau lulus muf, kutanya pada diriku sendiri.

Hayooo….” tiba-tiba saja suara dari belakang itu membuatku terkejut. Aku menoleh, ternyata pelakunya adalah Irma.

Ah kamu ini, lek aku jantungan gimana ?” kataku agak sebal. Padahal pura-pura.

Iyo-iyo mas, ojo nesu-nesu to” tanggapnya menggunakan Bahasa Jawa, padahal logatnya nggak pantes sama sekali untuk menuturkan bahasa ibuku ini. Memang ayah Irma ini orang Yogyakarta asli, sedikit-sedikit ia paham namun tak terlalu lancar karena lahir dan besar di Jakarta.

Gimana nih Rio ? Masih marahan sama dia ?” tanyaku dengan maksud jahil.

Ah udahlah jangan dibahas lagi, malu... Kupikir kemarin-kemarin aku alay juga ya” jawabnya malu-malu.

Ahaha it’s okay kok dek. Begini-begini aku juga pernah pacaran, jadi tau lah gimana kalau lagi galau hehe” kataku mencoba menghibur.

Nggak percaya kakak pernah pacaran, soalnya aura jonesnya kuat banget. Sadboy kamu tuh, wek” ejeknya sambil menjulurkan lidah.

Jones-jones gini aku dulu pernah ada yang naksir loh. Siapa ya ?” kataku menggodanya.

Ishhh… nyebelin ah” responnya sambil mencubiti tubuhku, kami pun tertawa memecah keheningan perpustakaan.

Kehadiran Irma membuatku menutup game yang kumainkan dan melanjutkan rencanaku untuk membaca buku-buku yang bisa kugunakan untuk menulis Bab 2. Satu jam lebih kita berdua menghabiskan waktu di rumah untuk berdiskusi, ngobrol santai, bahkan membahas hal-hal absurd. Tak terasa waktu menunjukkan telah tengah hari, waktunya untuk makan siang.

Dek, makan siang yuk” ajakku pada perempuan cantik yang menjadi pacar sahabatku ini.

Yuk kak, mau makan dimana nih ?” tanyanya menanggapi ajakanku.

Mmmm ke McD Simpang Dago aja yuk” usulku yang kemudian disetujuinya.

Dengan mengendarai motor Irma, kami menuju Simpang Dago yang tak terlalu jauh dari kampus kami . Suasana McD Simpang Dago cukup ramai, ya tempat ini memang salah satu spot favorit bagi warga Bandung untuk makan atau hanya sekedar nongkrong. Setelah memesan makanan kami pun mencari tempat duduk yang kosong, cukup lama kami mencari hingga kemudian ada pengunjung yang bangkit dari duduknya dan meninggalkan tempat ini. Segera tempat duduk itu kami gunakan agar tidak ditempati pengunjung lain.

Hey, gimana rasanya mau ditinggal LDR ?” tanyaku sambil menikmati makanan.

Ya gimana kak harus tetep dijalani. Moga kita tetep kuat dan bisa nahan godaan-godaan yang dateng pas lagi jauh-jauhnya” jawabnya lugas.

Lha nanti kalau Rio nggak bisa dihubungi gimana dek ?” tanyaku lagi.

Wah gimana ya, nggak tau nih kak” Irma bingung menjawabnya.

Nggak usah bingung, masih ada Kangmas Mufti kok hehehe” ujarku menggodanya.

Dih Kak Mufti mulai lagi deh gombalnya. Laporin ke Kak Rio nih” katanya salah tingkah.

Hahaha jangan dong dek. Eh btw, habis ini aku mau ke Togamas nih buat liat-liat buku. Kamu mau nemenin nggak ?” tawarku pada Irma.

Ayo kak, aku mau ikut” jawab Irma menerima tawaranku.

Setelah menghabiskan makanan, kami berdua segera ke toko buku yang dituju. Bak dua sejoli kami berjalan berbarengan disana. Kebetulan interest kami terhadap genre buku tidak jauh beda, toh kami kuliah di fakultas yang sama. Sebetulnya aku nggak melulu lihat buku-buku yang berhubungan sama skripsi aja sih, kadang lihat novel atau biografi, buat hiburan aja sih. Ia pun sama, tapi bedanya denganku Irma jauh lebih detail untuk memasukkan buku ke dalam keranjang belanjaan. Dari biodata penulis, cuplikan isi buku, hingga daftar isinya pun dia cermati. Pantas saja dara cantik ini mendapatkan titel Mahasiswa Berprestasi di fakultas dan IPK nya masih menjadi yang tertinggi di angkatannya.

Waktu sudah menunjukkan hampir jam 3, Irma pun mendapat kabar kalau pacarnya itu sudah tiba di stasiun kereta. Kami pun menuju ke kasir untuk membayar buku yang akan dibeli. Setelah itu kami menuju ke stasiun untuk mengucapkan perpisahan kepada Rio. Kala itu langit begitu gelap tanda akan turun hujan sore ini. Tanpa membuang-buang waktu, aku segera memacu motor Irma agar segera sampai di stasiun.

Sayangnya baru setengah perjalanan, hujan turun begitu derasnya. Segera kutepikan motor Irma untuk berteduh di sebuah kios kosong. Karena tempat berteduh ini tak terlalu lebar dan ada beberapa pengendara motor yang juga berteduh disana, Irma berdiri membelakangiku. Jarak kami begitu dekat, tapi ya mau gimana lagi karena Irma tak membawa jas hujan kami terpaksa tak melanjutkan perjalanan untuk sementara waktu.

Harum tubuhnya tercium oleh inderaku. Begitu terasa wangi di hidungku. Tubuhnya mendorongku semakin mepet ke tembok karena air hujan beberapa kali mengenainya. “Maaf ya kak” ucapnya, aku hanya mengangguk merasa tak terganggu. Pantatnya yang terlihat padat ini menempel begitu dekatnya di selangkanganku.

Mitosnya, hujan membangkitkan nafsu birahi manusia. Benar saja, terjadi pemberontakan di dalam celanaku yang diinisiasi oleh juniorku. Penisku sudah ereksi seperti sedia kala. “Yes, sudah sembuh !” ucapku girang dalam hati, jelas saja tak kuucapkan karena ada banyak orang disana pun perempuan cantik ini masih menempel begitu dekat dengan tubuhku. Aku tak tahu apakah Irma menyadari atau tidak tonjolan yang menempel di bokong semoknya ini. Tapi berkali-kali pantatnya menggesek juniorku, entah ia tak nyaman dengan posisi ini atau jangan-jangan malah menggodaku hehehe. Nafasku pun begitu tak terkendali, mungkin saja mengenai bagian belakang lehernya. Kami terjebak di posisi ini selama hampir setengah jam. Begitu hujan mereda kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan yang saat ini tak begitu jauh.

Sambil berjalan ke arah motor aku pun berkata padanya, “Dek, maaf ya kalau tadi bikin kamu nggak nyaman”.

Gapapa kok Kak Mufti” jawabnya sambil tersenyum.

Kami pun menembus hujan yang sudah tidak terlalu deras ini. Tak begitu lama kami sudah sampai di Stasiun Bandung. Kulihat Rio sudah menunggu di hall, untung dia belum masuk ke peron penumpang. Ada waktu sekitar satu jam bagi kita bertiga untuk bercengkrama sebelum berpisah dengan Rio yang merupakan sahabatku ini. Awal ospek universitas dan fakultas, kami berada dalam satu kelompok. Ditambah lagi aku dan Rio berada di satu kelas yang sama. Sering sekali kami berdua nongkrong bersama teman-teman lain untuk melepas penat. Bisa dibilang aku begitu disupport olehnya, ketika menjadi ketua panitia proker BEM ia selalu bersedia untuk turut serta menjadi panitia. Pun ketika pemilihan ketua-wakil ketua BEM, ia mengajukan diri dengan peran sebagai koordinator tim pemenangan. Jasanya yang tak kulupakan ketika ayahku meninggal sementara saat itu aku tak punya ongkos, dengan kerelaan hati ia merogoh koceknya untuk membiayai perjalanan pulang kampung. Hingga detik ini ia selalu menolak ketika aku ingin mengembalikan uang yang ia berikan. Kata orang bijak, sahabatmu adalah saudara yang kamu pilih.

Rio sedang berbicara di telepon, sepertinya ia disuruh untuk segera masuk ke peron penumpang. Entah oleh siapa. Mungkin statusnya sebagai pegawai BUMN di bidang perkeretaapian menuntutnya untuk lebih disiplin dibanding penumpang pada umumnya. Ia pun beranjak dari tempat duduknya.

Kamu jaga diri baik-baik ya, kalau ada waktu luang aku pasti dateng kesini buat jenguk kamu” ucap Rio pada Irma. Ia pun memeluk kekasihnya begitu erat.

Brother, gue titip Irma ya. Jagain dia kayak pacar lu sendiri selama gue nggak ada disini. Lu satu-satunya temen yang gue percaya bro” ucapnya menyalamiku lalu kemudian Rio memelukku seperti saudara sendiri.

Rio segera menuju ke boarding pass untuk pengecekan tiket, aku dan Irma melambaikan tangan dari kejauhan. Ia pun membalasnya serupa. Sejujurnya aku masih menafsirkan maksud dari perkataan terakhir dari Rio sebelum berpisah. Ya kali dia nyerahin pacarnya buat kupacari, edan po. Sudahlah muf nggak usah ngarep, batinku. Langkah kaki kami berdua menuju ke parkiran untuk segera pulang.

Kak kak, kosong nggak hari ini ?” tanya Irma padaku.

Kosong kok, kenapa gitu ?” tanyaku balik.

Main ke rumahku yuk kak. Aku lagi sendirian di rumah” ujarnya. Kata pamungkas perempuan ‘aku lagi sendirian di rumah' terdengar seperti karpet merah untuk VIP. Ya kali nggak kuy !

BERSAMBUNG

________________________________________________________________________________


Baru pertama kali ane nulis cerita pake HP, agak gak nyaman sejujurnya. Tapi untuk memuaskan para suhu ane trabas aja walaupun agak molor updatenya.
Minta kripik dan saran dari suhu-suhu yang mampir disini. Mohon cendol dawet dan like agar ane lebih semangat nulis lanjutannya.
Matur sembah nuwun
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Part V – Healing, then She say “Goodbye”​


POV Mufti

Sudah tiga hari ini penisku belum pulih seperti sedia kala. Berbagai cara sudah kulakukan untuk mendapatkan kesembuhan. Mulai dari browsing di internet, kemudian menonton film porno hingga mencoba memberi rangsangan pada penisku. Namun masih menemui jalan buntu. Kalau ke dokter ? Tentu memalukan buat laki-laki di usiaku ketika periksa ke dokter dengan masalah yang kualami.

Mungkin hanya Bu Puspa yang mengetahui masalahku ini. Akan tetapi sampai hari ini pun hubunganku dengannya masih dingin layaknya suhu kulkas. Tak ada obrolan asyik seperti hari-hari sebelumnya. Hanya sekedar percakapan seperlunya yang responnya tak jauh-jauh dari kata ‘ya’, ‘oke’, maupun ‘makasih’. Tapi jangan salah ‘pekerjaan rumahku’ masih kukerjakan, aku tak mau dianggap sebagai parasit yang tinggal di rumah ini. Ada rasa bersalah dan takut kepada Bu Puspa atas kejadian beberapa hari lalu. Memang semuanya berawal dariku sendiri.

Pagi menjelang siang di perpustakaan kampus yang hening, tiba-tiba notifikasi WA ku berbunyi. Irma mengirim pesan padaku.

Irma Anindya


[09:20] Irma : Hai kak, lagi dimana nih ?
[09:22] Mufti : Aku lagi di perpus nih. Ada apa emang dek ?
[09:22] Mufti : Lah kamu lagi dimana ?
[09:23] Irma : Oh di kampus toh kak. Ini aku juga masih kelas.
[09:23] Irma : Inget nggak hari ini ada apa ?
[09:24] Mufti : Ada apa emang ?
[09:25] Irma : Wah…. parah nih…. Katanya sohiban
[09:25] Mufti : Oh iya ya, aku kok bisa-bisanya lupa. Sore ini kan Rio berangkat ke Surabaya yak. Duh maaf.
[09:27] Mufti : Tapi aku lagi nggak ada kendaraan nih. Gimana ya ?

Memang benar aku memegang kunci mobil Bu Puspa, tapi rasanya sungkan aja menggunakan mobilnya tanpa didampingi pemiliknya. Walaupun aku punya modus agar Irma mau memberikan tebengan padaku hehehe.

[09:35] Irma : Ya udah nebeng aku aja kak. Jam 11 juga aku udah kelar kuliah kok.
[09:36] Mufti : Makasih adek aing nu geulis
[09:36] Irma : GOMBAL :p

Sebetulnya waktu-waktuku di perpustakaan kuhabiskan dengan santai-santai. Main game, nonton video di youtube. Paling yang berkaitan dengan skripsiku ya cuma buku-buku yang tertumpuk di mejaku, baru baca sebentar saja aku sudah bosan hehe. Padahal Bu Puspa pernah berpesan padaku kalau dosen sedang memeriksa draft segera cicil pengerjaan bab-bab selanjutnya. Kalau begini-begini terus kapan mau lulus muf, kutanya pada diriku sendiri.

“Hayooo….” tiba-tiba saja suara dari belakang itu membuatku terkejut. Aku menoleh, ternyata pelakunya adalah Irma.

“Ah kamu ini, lek aku jantungan gimana ?” kataku agak sebal. Padahal pura-pura.

“Iyo-iyo mas, ojo nesu-nesu to” tanggapnya menggunakan Bahasa Jawa, padahal logatnya nggak pantes sama sekali untuk menuturkan bahasa ibuku ini. Memang ayah Irma ini orang Yogyakarta asli, sedikit-sedikit ia paham namun tak terlalu lancar karena lahir dan besar di Jakarta.

“Gimana nih Rio ? Masih marahan sama dia ?” tanyaku dengan maksud jahil.

“Ah udahlah jangan dibahas lagi, malu... Kupikir kemarin-kemarin aku alay juga ya” jawabnya malu-malu.

“Ahaha it’s okay kok dek. Begini-begini aku juga pernah pacaran, jadi tau lah gimana kalau lagi galau hehe” kataku mencoba menghibur.

“Nggak percaya kakak pernah pacaran, soalnya aura jonesnya kuat banget. Sadboy kamu tuh, wek” ejeknya sambil menjulurkan lidah.

“Jones-jones gini aku dulu pernah ada yang naksir loh. Siapa ya ?” kataku menggodanya.

“Ishhh… nyebelin ah” responnya sambil mencubiti tubuhku, kami pun tertawa memecah keheningan perpustakaan.

Kehadiran Irma membuatku menutup game yang kumainkan dan melanjutkan rencanaku untuk membaca buku-buku yang bisa kugunakan untuk menulis Bab 2. Satu jam lebih kita berdua menghabiskan waktu di rumah untuk berdiskusi, ngobrol santai, bahkan membahas hal-hal absurd. Tak terasa waktu menunjukkan telah tengah hari, waktunya untuk makan siang.

“Dek, makan siang yuk” ajakku pada perempuan cantik yang menjadi pacar sahabatku ini.

“Yuk kak, mau makan dimana nih ?” tanyanya menanggapi ajakanku.

“Mmmm ke McD Simpang Dago aja yuk” usulku yang kemudian disetujuinya.

Dengan mengendarai motor Irma, kami menuju Simpang Dago yang tak terlalu jauh dari kampus kami . Suasana McD Simpang Dago cukup ramai, ya tempat ini memang salah satu spot favorit bagi warga Bandung untuk makan atau hanya sekedar nongkrong. Setelah memesan makanan kami pun mencari tempat duduk yang kosong, cukup lama kami mencari hingga kemudian ada pengunjung yang bangkit dari duduknya dan meninggalkan tempat ini. Segera tempat duduk itu kami gunakan agar tidak ditempati pengunjung lain.

“Hey, gimana rasanya mau ditinggal LDR ?” tanyaku sambil menikmati makanan.

“Ya gimana kak harus tetep dijalani. Moga kita tetep kuat dan bisa nahan godaan-godaan yang dateng pas lagi jauh-jauhnya” jawabnya lugas.

“Lha nanti kalau Rio nggak bisa dihubungi gimana dek ?” tanyaku lagi.

“Wah gimana ya, nggak tau nih kak” Irma bingung menjawabnya.

“Nggak usah bingung, masih ada Kangmas Mufti kok hehehe” ujarku menggodanya.

“Dih Kak Mufti mulai lagi deh gombalnya. Laporin ke Kak Rio nih” katanya salah tingkah.

“Hahaha jangan dong dek. Eh btw, habis ini aku mau ke Togamas nih buat liat-liat buku. Kamu mau nemenin nggak ?” tawarku pada Irma.

“Ayo kak, aku mau ikut” jawab Irma menerima tawaranku.

Setelah menghabiskan makanan, kami berdua segera ke toko buku yang dituju. Bak dua sejoli kami berjalan berbarengan disana. Kebetulan interest kami terhadap genre buku tidak jauh beda, toh kami kuliah di fakultas yang sama. Sebetulnya aku nggak melulu lihat buku-buku yang berhubungan sama skripsi aja sih, kadang lihat novel atau biografi, buat hiburan aja sih. Ia pun sama, tapi bedanya denganku Irma jauh lebih detail untuk memasukkan buku ke dalam keranjang belanjaan. Dari biodata penulis, cuplikan isi buku, hingga daftar isinya pun dia cermati. Pantas saja dara cantik ini mendapatkan titel Mahasiswa Berprestasi di fakultas dan IPK nya masih menjadi yang tertinggi di angkatannya.

Waktu sudah menunjukkan hampir jam 3, Irma pun mendapat kabar kalau pacarnya itu sudah tiba di stasiun kereta. Kami pun menuju ke kasir untuk membayar buku yang akan dibeli. Setelah itu kami menuju ke stasiun untuk mengucapkan perpisahan kepada Rio. Kala itu langit begitu gelap tanda akan turun hujan sore ini. Tanpa membuang-buang waktu, aku segera memacu motor Irma agar segera sampai di stasiun.

Sayangnya baru setengah perjalanan, hujan turun begitu derasnya. Segera kutepikan motor Irma untuk berteduh di sebuah kios kosong. Karena tempat berteduh ini tak terlalu lebar dan ada beberapa pengendara motor yang juga berteduh disana, Irma berdiri membelakangiku. Jarak kami begitu dekat, tapi ya mau gimana lagi karena Irma tak membawa jas hujan kami terpaksa tak melanjutkan perjalanan untuk sementara waktu.

Harum tubuhnya tercium oleh inderaku. Begitu terasa wangi di hidungku. Tubuhnya mendorongku semakin mepet ke tembok karena air hujan beberapa kali mengenainya. “Maaf ya kak” ucapnya, aku hanya mengangguk merasa tak terganggu. Pantatnya yang terlihat padat ini menempel begitu dekatnya di selangkanganku.

Mitosnya, hujan membangkitkan nafsu birahi manusia. Benar saja, terjadi pemberontakan di dalam celanaku yang diinisiasi oleh juniorku. Penisku sudah ereksi seperti sedia kala. “Yes, sudah sembuh !” ucapku girang dalam hati, jelas saja tak kuucapkan karena ada banyak orang disana pun perempuan cantik ini masih menempel begitu dekat dengan tubuhku. Aku tak tahu apakah Irma menyadari atau tidak tonjolan yang menempel di bokong semoknya ini. Tapi berkali-kali pantatnya menggesek juniorku, entah ia tak nyaman dengan posisi ini atau jangan-jangan malah menggodaku hehehe. Nafasku pun begitu tak terkendali, mungkin saja mengenai bagian belakang lehernya. Kami terjebak di posisi ini selama hampir setengah jam. Begitu hujan mereda kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan yang saat ini tak begitu jauh.

Sambil berjalan ke arah motor aku pun berkata padanya, “Dek, maaf ya kalau tadi bikin kamu nggak nyaman”.

“Gapapa kok Kak Mufti” jawabnya sambil tersenyum.

Kami pun menembus hujan yang sudah tidak terlalu deras ini. Tak begitu lama kami sudah sampai di Stasiun Bandung. Kulihat Rio sudah menunggu di hall, untung dia belum masuk ke peron penumpang. Ada waktu sekitar satu jam bagi kita bertiga untuk bercengkrama sebelum berpisah dengan Rio yang merupakan sahabatku ini. Awal ospek universitas dan fakultas, kami berada dalam satu kelompok. Ditambah lagi aku dan Rio berada di satu kelas yang sama. Sering sekali kami berdua nongkrong bersama teman-teman lain untuk melepas penat. Bisa dibilang aku begitu disupport olehnya, ketika menjadi ketua panitia proker BEM ia selalu bersedia untuk turut serta menjadi panitia. Pun ketika pemilihan ketua-wakil ketua BEM, ia mengajukan diri dengan peran sebagai koordinator tim pemenangan. Jasanya yang tak kulupakan ketika ayahku meninggal sementara saat itu aku tak punya ongkos, dengan kerelaan hati ia merogoh koceknya untuk membiayai perjalanan pulang kampung. Hingga detik ini ia selalu menolak ketika aku ingin mengembalikan uang yang ia berikan. Kata orang bijak, sahabatmu adalah saudara yang kamu pilih.

Rio sedang berbicara di telepon, sepertinya ia disuruh untuk segera masuk ke peron penumpang. Entah oleh siapa. Mungkin statusnya sebagai pegawai BUMN di bidang perkeretaapian menuntutnya untuk lebih disiplin dibanding penumpang pada umumnya. Ia pun beranjak dari tempat duduknya.

“Kamu jaga diri baik-baik ya, kalau ada waktu luang aku pasti dateng kesini buat jenguk kamu” ucap Rio pada Irma. Ia pun memeluk kekasihnya begitu erat.

“Brother, gue titip Irma ya. Jagain dia kayak pacar lu sendiri selama gue nggak ada disini. Lu satu-satunya temen yang gue percaya bro” ucapnya menyalamiku lalu kemudian Rio memelukku seperti saudara sendiri.

Rio segera menuju ke boarding pass untuk pengecekan tiket, aku dan Irma melambaikan tangan dari kejauhan. Ia pun membalasnya serupa. Sejujurnya aku masih menafsirkan maksud dari perkataan terakhir dari Rio sebelum berpisah. Ya kali dia nyerahin pacarnya buat kupacari, edan po. Sudahlah muf nggak usah ngarep, batinku. Langkah kaki kami berdua menuju ke parkiran untuk segera pulang.

“Kak kak, kosong nggak hari ini ?” tanya Irma padaku.

“Kosong kok, kenapa gitu ?” tanyaku balik.

“Main ke rumahku yuk kak. Aku lagi sendirian di rumah” ujarnya. Kata pamungkas perempuan ‘aku lagi sendirian di rumah' terdengar seperti karpet merah untuk VIP. Ya kali nggak kuy !

BERSAMBUNG

________________________________________________________________________________

Baru pertama kali ane nulis cerita pake HP, agak gak nyaman sejujurnya. Tapi untuk memuaskan para suhu ane trabas aja walaupun agak molor updatenya.
Minta kripik dan saran dari suhu-suhu yang mampir disini. Mohon cendol dawet dan like agar ane lebih semangat nulis lanjutannya.
Matur sembah nuwun

Uhuy,.. pucuk dicinta ulam pun tiba
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd