Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Bimbingan Skripsi Membawa Nikmat [Remake by : Bantengamuk]

Siapa Perempuan yang Suhu-Suhu Favoritkan di Cerbung ini ?


  • Total voters
    750
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Maaf hu. Menurut ane part terakhir sudah mulai masuk alur boring kayaknya.

Apa krn mungkin ceritanya terlalu pendek dan hanya mengulas satu scene aja. Jadi kesannya gitu gitu aja

Maaf ya hu. Hanya mengeluarkan apa yg ane rasa aja 🙏🏼

Bisa jadi sih hu, secara teknis penulisan beberapa part belakangan agak pendek karena ane nulisnya di HP. Soalnya laptop harus diservis hu 🙏

Nggak perlu minta maaf hu, justru ane ngerasa terbantu kalau ada yg mau ngasih kritik. Terima kasih atas kritiknya hu, next part akan ane perbaikin supaya nggak boring 🙏
 
Keren! Thank's updateannya.

Perbanyak petting ama Irma, 'Hu. Supaya terbangun atmosfir yang bagus gar Irma bisa di'ewe dengan rela. Kalau bisa Mufti jadi pendengar yang baik bagi Irma dan mau jadi sosok yang dapat mengisi hari-hari Irma yang kesepian, sertai juga dengan sedikit dukungan dan hadiah-hadiah kecil ke Irma.

Untuk Puspa, perbanyak sentuhan, pengabdian, dan kata-kata penyemangat dari Mufti.

Ya sekadar masukan saja. Supaya ceritanya dapat lebih hot dan drama. Keep update ya.
 
ceritanya bagus bgt hu, pembawaannya enak dan rapi, jadi ngerasa kaya mufti itu adalah pembaca alias kaya ngerasa ane sendiri yg ngalamin wkwkwk
 
Bisa jadi sih hu, secara teknis penulisan beberapa part belakangan agak pendek karena ane nulisnya di HP. Soalnya laptop harus diservis hu 🙏

Nggak perlu minta maaf hu, justru ane ngerasa terbantu kalau ada yg mau ngasih kritik. Terima kasih atas kritiknya hu, next part akan ane perbaikin supaya nggak boring 🙏

Sorry, agak kurang ajar nih gw,..
Menurut ane boss,.. sesuai isi hati ente aj boss,.. Mo alurny jd monoton kek, mo liar kek, sok aj,.. toh nantinya kita2 penikmatnya,..
Laen critanya kalo dr awal emang ini request,.. (kayak beberapa kisah di forum ini),..

Laen ide, laen pikiran, laen jalan cerita, laen gaya penulisan, laen pula "penikmatnya "

Wajar ini mah,..
:Peace::Peace::Peace:
 
Keren! Thank's updateannya.

Perbanyak petting ama Irma, 'Hu. Supaya terbangun atmosfir yang bagus gar Irma bisa di'ewe dengan rela. Kalau bisa Mufti jadi pendengar yang baik bagi Irma dan mau jadi sosok yang dapat mengisi hari-hari Irma yang kesepian, sertai juga dengan sedikit dukungan dan hadiah-hadiah kecil ke Irma.

Untuk Puspa, perbanyak sentuhan, pengabdian, dan kata-kata penyemangat dari Mufti.

Ya sekadar masukan saja. Supaya ceritanya dapat lebih hot dan drama. Keep update ya.

Makasih hu masukannya, ane menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam penulisan cerita ini. Sesuai harapan ane bahwa trit ini bisa juga jadi ruang belajar :beer:

gw terima apa adanya aj,

Makasih hu sudah berkenan membaca cerita ini dengan segala kekurangannya 🙏

ceritanya bagus bgt hu, pembawaannya enak dan rapi, jadi ngerasa kaya mufti itu adalah pembaca alias kaya ngerasa ane sendiri yg ngalamin wkwkwk

Wah jadi tersanjung ane hu, semoga suhu-suhu pembaca bisa mendalami rasa yang ada di cerbung ini. Terima kasih hu
:ampun:

Sorry, agak kurang ajar nih gw,..
Menurut ane boss,.. sesuai isi hati ente aj boss,.. Mo alurny jd monoton kek, mo liar kek, sok aj,.. toh nantinya kita2 penikmatnya,..
Laen critanya kalo dr awal emang ini request,.. (kayak beberapa kisah di forum ini),..

Laen ide, laen pikiran, laen jalan cerita, laen gaya penulisan, laen pula "penikmatnya "

Wajar ini mah,..
:Peace::Peace::Peace:

Baik hu, terima kasih atas segala dukunganmu. Semoga hu @arf_shl senantiasa betah menyimak bimbingan 🙏

Baru sempet baca updatean nya gan. Keren. Makasi updattenya

Terima kasih kembali hu @Tititstrong yang selalu mampir di trit ini :beer:
 
Makasih hu masukannya, ane menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam penulisan cerita ini. Sesuai harapan ane bahwa trit ini bisa juga jadi ruang belajar :beer:



Makasih hu sudah berkenan membaca cerita ini dengan segala kekurangannya 🙏



Wah jadi tersanjung ane hu, semoga suhu-suhu pembaca bisa mendalami rasa yang ada di cerbung ini. Terima kasih hu
:ampun:



Baik hu, terima kasih atas segala dukunganmu. Semoga hu @arf_shl senantiasa betah menyimak bimbingan 🙏



Terima kasih kembali hu @Tititstrong yang selalu mampir di trit ini :beer:

takut aj boss,.. kalo sampe acak2an, gara2 banyak ngikutin "selera penikmat", jd ilang,.. rasa "New Old Writer",..
:Peace: :Peace: :Peace:
 
Part VIII - Mengenal Fitri Lebih Dekat


POV Mufti

Keesokan paginya, Bu Puspa memintaku untuk segera menyerahkan draft penelitian yang sudah ia acc pada Pak Wicak, Pembimbing 1. Agar segera mendapat acc dari beliau. Di kampusku seorang mahasiswa sebelum lulus harus menuntaskan dua sidang, yakni : (1) Sidang Proposal Penelitian, dimana mahasiswa akan mempresentasikan Bab 1 skripsinya, muatannya pun lebih bersifat metodologis penulisan. (2) Sidang Akhir, mahasiswa akan memaparkan hasil penelitian dari skripsi yang dibuatnya.

Dalam waktu yang terhitung singkat ini, belum ada sebulan tahun akademik berjalan, aku akan menghadapi Sidang Proposal Penelitian. Dimana umumnya mahasiswa menghabiskan waktu sekitar satu semester (kira-kira 3 bulan) untuk dapat melaju ke Sidang Proposal Penelitian. Sebetulnya bukan karena aku jenius sih, lebih karena statusku sebagai mahasiswa PhD (Penghujung DO) hehehe. Pun berkat kebaikan Bu Puspa setengah perjalananku untuk menyelesaikan dunia perkuliahan bisa terlalui.

Kumulai hari ini seperti biasa yaitu mengantar Bu Puspa ke kampus. Sesampainya di kampus aku segera menuju ke ruang departemen Hukum Kebijakan Publik, dimana Pak Wicak sudah menungguku disana. Setelah membaca draft penelitianku sekilas, lelaki paruh baya ini memaraf dan menulis "acc" di draft penelitian yang kubuat. Seperti yang diceritakan sebelumnya bahwa beliau adalah tipikal dosen auto-acc, terutama pada mahasiswa PhD sepertiku hehehe. Tak lupa Pak Wicak menulis nama-nama dosen yang menjadi penguji untuk Sidang Proposal Penelitianku.

Kemudian aku dipersilahkan olehnya untuk mendaftarkan diri untuk Sidang Proposal Penelitian kepada Kepala Prodi S1. Tepat ketika aku tiba di ruang Kaprodi, beliau ada disana, lalu pendaftaranku disetujui dan akan dilangsungkan minggu depan. Syukurlah perjalananku sejauh ini lancar tanpa hambatan demi gelar SH di belakang namaku.

Tiba-tiba ponselku bergetar, tanda notifikasi WA masuk.

[11.25] Bu Puspa : Mufti lg dimana ?
[11.25] Mufti : Habis dari ruang kaprodi kak, daftar sidang proposal. Knp ?
[11.26] Bu Puspa : Sini ke ruang Pembantu Dekan II, sekalian makan siang.
[11:26] Mufti : Siap kak.

Puspa Amanda Putri a.k.a Dosen Pembimbing

Aku pun segera naik ke lantai dua menuju ruangan Bu Puspa ngantor sebagai pejabat dekanat. Setelah mengetuk pintu dan permisi, ia membukakan pintu kemudian mempersilahkanku masuk.

"Kak, gak apa-apa nih aku disini ?" tanyaku sambil melihat keadaan sekitar.

"Gapapa kok, lagian yang lain masih di rektorat. Aku balik duluan, ini aku bawa konsumsinya buat kamu makan siang. Tadi pagi kamu belum sarapan juga kan" jawabnya sambil menyodorkan box makanan yang bertuliskan 'Bebek Kaley0'. Bukan hal yang mengherankan jika rapat dengan rektorat konsumsinya semewah ini, bahkan seringkali ujung-ujungnya mubazir karena tak diambil oleh peserta.

Ruangan ini terasa luas, meskipun tak sebesar ruang kelas namun terasa longgar jika hanya ditempati Pembantu Dekan dan dua orang staff yang membantu. Aku pun menikmati makanan yang terasa mewah bagi mahasiswa ini dengan lahap, maklum belum sarapan hehehe.

Setelah menghabiskan makan siang aku mencuci tangan dan berkumur di kamar mandi yang ada di dalam ruangan ini.

"Muf, sini deh..." ajak Bu Puspa untuk duduk si sebelahnya. Aku pun menyahut, "Ada apa kak ?" tanyaku sambil menaruh pantatku di sofa untuk duduk di sebelahnya.

Ia pun menggenggam penisku dari luar celana jeans yang kukenakan, "Quickie yuk, aku ketagihan kontolmu", ucapnya vulgar tak peduli citranya yang intelek.

"Gak apa-apa nih kak ?" tanyaku yang hanya dijawab dengan anggukan kepalanya, tangannya yang nakal membuka kancing celana jeans dan resletingnya. Jeans sekaligus celana dalamku diturunkan sampai paha, sehingga kemaluanku yang setengah ereksi lepas dari 'kandangnya'.

Dengan perlahan Bu Puspa mengelus penisku agar mengeras dan membangkitkan gairahku dengan menciumi leherku. Setelah keduanya bangkit, ia melepas celana dalamnya lalu mengangkat roknya. Bu Puspa berdiri di atas selangkanganku untuk mengambil posisi yang tepat, tangannya menggenggam penisku untuk mengarahkannya penetrasi di vaginanya. Sementara kedua tanganku meremas payudaranya yang masih dilapisi bra.

BLESS. Separuh batang penisku di telan oleh liang surgawinya. Tampaknya agak seret, karena kami tak melakukan foreplay sebelumnya. Dengan posisi membelakangiku, ia menaikturunkan pinggulnya agar penisku masuk lebih dalam di vaginanya. Orang biasa jika melihat kami akan mengira aku memangku Bu Puspa, namun tak menyadari kalau alat kelamin kami bersenggama tertutup rok panjang yang dikenakan Bu Puspa.

Keringat mengucur membasahi tubuhku dan Bu Puspa. Ingin kami mendesah lepas menikmati persetubuhan gila ini. Namun kami tutupi mulut kami agar tidak menimbulkan kecurigaan. Apalagi tempat melakukan tindakan mesum adalah ruang Pembantu Dekan.

TOK TOK TOK.
"Bu Puspa..." kata orang di luar ruangan yang mengetuk pintu. Panik pun melanda kami berdua, ia pun mencabut penisku lepas dari vaginanya. Kami pun merapikan bagian bawah tubuh masing-masing. Segera Bu Puspa membukakan pintu, ternyata dua orang staffnya telah kembali dari rektorat. Yah, kentang deh.

"Maaf ya, nggak sengaja kukunci pintunya" katanya pada dua orang stafnya. Sebetulnya alasan yang cukup bodoh, mungkin itu yang kupikirkan kalau jadi mereka.

"Dari aku cukup bimbingannya, kalau ada yang masih belum jelas bisa tanya via WA" kata Bu Puspa akting agar staf-stafnya mengira kami tadi sedang bimbingan. Bimbingan kenikmatan sih iya hehehe.

Segera aku pamit meninggalkan ruangan. Dengan perut kenyang dan segala kenanggungan ini, aku bingung harus kemana sambil menunggu sore tiba. Ingin nongkrong tapi temen-temen tongkrongan udah lulus semua, ya kali aku nimbrung ke tongkrongan adik kelas yang tidak terlalu kukenal. Dunia kampus memang berjalan seperti ini, wajah-wajah mahasiswa berubah-ubah begitu dinamis. Sedangkan wajah-wajah yang statis dan jarang berganti hanyalah dosen dan karyawan fakultas. Untuk mengisi waktu senggangku, aku melangkah menuju ruang departemen Hukum Kebijakan Publik. Mungkin saja aku bisa berdiskusi dengan dosen-dosennya yang terkenal terbuka pada mahasiswa.

Sesampainya disana, ruangan begitu hening. Hanya ada Fitria Ambarini, atau yang disapa Fitri, dosen muda yang baru saja diangkat sebagai pengajar di kampusku.

Fitriana Ambarini


"Halo Fit, dosen-dosen yang lain pada kemana nih ?" sapaku di dekat pintu ruangan ini. Aku tidak perlu menyapanya dengan panggilan 'Bu', karena dia seangkatan denganku. Cuma kami tidak begitu akrab karena beda kelas.

"Oh lagi pada ngajar muf, ada perlu apa ya ?" tanyanya padaku.

"Oalah, nggak ada perlu kok. Lagi gabut aja aku fit. Kan aku udah nggak ada matkul yang diambil, tinggal nuntasin skripsi aja" jawabku.

"Oh iya ya, udah sampe mana progressnya ?" tanyanya kemudian soal perkembangan Tugas Akhirku.

"Syukur alhamdulillah, minggu depan udah Sidang Proposal nih. Do'akan ya semoga lancar sampai Hari H" ucapku kemudian diamini oleh dia.

Di ruangan yang sehari-hari juga difungsikan sebagai workspace oleh dosen-dosen Hukum Kebijakan Publik, kami duduk untuk berbincang-bincang. Di semester-semester lalu tidak pernah kami berbicara empat mata sedekat ini. Selain beda kelas, latar belakang kami di dunia kampus pun berbeda. Jika aku aktif di BEM, Fitri adalah mahasiswi yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa di bidang keagamaan. Ia sendiri sering mengisi kegiatan mentoring keagamaan pada saat masih aktif berkuliah.

"Eh fit, kamu tuh sebetulnya darimana asalnya ?" tanyaku penasaran.

"Dari Banyumas muf. Satu provinsi kok kita. Ya walaupun dialeknya beda jauh sama tempatmu hehehe" tutur Fitri.

"Wih Jateng Gayeng lek ngono" sahutku. Pantas saja untuk penelitian kami ditugaskan untuk mencari data di Jawa Tengah. Obrolan pun berlanjut dengan menggunakan Bahasa Jawa, meskipun kami sedang berada di Tanah Priangan. Memang logat dan dialek antara kami berdua jauh berbeda. Ada disparitas antara Dialek 'Ngapak' Banyumasan dengan daerah Solo Raya, sehingga aku tidak begitu memahami jika Fitri menggunakan dialek lokalnya. Tapi ia bisa memahami jika aku menggunakan Bahasa Jawa, asalkan tidak menggunakan Kromo Inggil yang kosakatanya begitu halus.

Dari percakapan ini aku baru tahu kalau dia adalah putri seorang kyai atau ulama yang mengasuh sebuah pondok pesantren di daerah Banyumas. Sehingga ia sering disapa 'Ning Fitri', sedangkan putra kyai biasanya disapa 'Gus' sebelum disebut namanya. Yah, kalau dirunut secara genealogis/garis keturunan pantas saja si Fitri ini menjadi Mahasiswa Berprestasi di angkatanku, wong bapak sampai simbahnya adalah orang terpelajar juga di masyarakat. Pendidikan sarjana ia tuntaskan 3,5 Tahun sedangkan S2 dengan cepat ditamatkan 1,5 Tahun. Beda jauh denganku yang belum tuntas apapun di usia yang menginjak 25 Tahun.

"Duh apalah aku ketimbang kamu, yang sampe umur segini masih belum SH. Malah kamu udah SH,MH" ucapku minder pada teman seangkatanku ini.

"Ish, kamu mah pesimisan banget orangnya. Bentar lagi mau lulus juga" hiburnya.

"Ya tapi kan temen-temen kita yang seangkatan udah pada jadi orang. Punya karir bagus sama gaji yang lumayan kan ?" keluhku padanya.

"Lah selama ini kamu apa dong ? Orang-orangan ? Hahaha. Bener anak-anak angkatan kita mayoritas udah mapan secara karir, tapi cuma sebagian kecil yang jadi bos kayak kamu muf. Kamu aja yang belum sarjana udah punya bisnis, aku mah nggak ada apa-apanya kali" katanya sambil tersenyum geli. Benar juga apa yang dikatakan Fitri, amat jarang lulusan kampusku yang mau terjun ke dunia entepreneurship. Tapi nggak ada salahnya juga sih, passion dan kemampuan orang pun berbeda-beda.

Dengan malu-malu aku pun merespon, "Yaelah fit, bisnisku pun skalanya masih UMKM. Ibarat cuma butiran debu dibanding es kopi susu yang gerainya dimana-mana itu. Eh tapi kamu tau darimana ? Perasaan aku gak pernah cerita ke kamu" tanyaku sedikit penasaran.

"Bu Puspa sering kok ngomongin kamu kalau lagi disini. Kukasih bocoran aja ya, dosen-dosen disini nggak akan biarin kamu kena DO kok. Lihat rekam jejakmu sebelumnya sama alasanmu pulang kampung selama 2 Tahun ini, beliau-beliau pasti ngasih bantuan buatmu. Tapi kamu jangan leha-leha ya, kerjain yang bener !" cerita Fitri panjang lebar.

"Siap Bu Fitri !" jawabku sambil melakukan gesture hormat seperti anak paskibra. Ia pun hanya tertawa menanggapiku.

"Kalau mau konsultasi sama aku gapapa kok muf. Tapi bayar hahahaha" tawarnya padaku, aku tahu kalimat terakhir hanya candaan saja.

"Dibayar pake cinta mau nggak Bu Fitri ?" godaku dengan maksud bercanda. Musang kok diprovokasi buat nyuri ayam, ya beginilah akibatnya hehehe.

"Ogah banget" responnya sambil menjulurkan lidah.

"Eh, tapi sidang itu gimana sih rasanya ? Bagi tips & tricknya dong" pintaku padanya. Tentu aku harus bertanya pada orang yang mengalami, karena aku sendiri baru akan Sidang Proposal Penelitian.

Dengan pengalamannya selama S1 & S2 ditambah dengan presentasi paper di konfrensi hukum nasional, ia mengatakan bahwa sidang itu gampang-gampang susah. Gampang karena kamu yang mendalami materi, susahnya adalah kamu harus mempresentasikan penelitianmu di hadapan orang-orang yang punya gelar akademik lebih tinggi. Kira-kira ini tips & trick dari Fitri :
  1. Baca materi secara mendalam, jaga-jaga kalau penguji/pembimbing bertanya hal di luar slide PowerPoint yang kamu sampaikan.
  2. Siapkan PowerPoint yang mudah dimengerti oleh penguji/pembimbing, karena mereka nggak akan membaca secara detail apa yang kamu tulis.
  3. Sering-seringlah latihan presentasi dengan PowerPoint yang kamu buat agar saat Hari H nggak gagap waktu ngomong. Karena kegagapan adalah pertanda bahwa kamu tidak menguasai materi.
  4. Sering-seringlah latihan tanya jawab sama temen atau kalau mungkin sama dosen pembimbing supaya nggak kaget kalau ada pertanyaan-pertanyaan sulit. Siapa tau juga ada pertanyaan di Hari H sidang yang pernah juga ditanyain waktu latihan sidang.
Kira-kira itu garis besar pembicaraan kami ihwal sidang. Aku pun menyimaknya dengan seksama dan manggut-manggut ketika ia menjelaskan. Penjelasannya yang sangat runut dan mudah dipahami memang cocok dengan passionnya di dunia akademik.

"Sukses ya muf, segera lulus biar si doi nggak kelamaan nunggu kamu buat ke KUA hihihi" ucapnya lalu tertawa pelan.

Aku pun hanya bisa menjawab, "Si doi sopo toh bu. Wong aku ini jomblo kok hahaha" tawaku pada diri sendiri. "Lha kamu sendiri udah S2 pasti udah mau ke pelaminan toh" ujarku.

"Do'ain aja ya. Nunggu Kang Oman tamat dari Al-Azhar" katanya padaku. Baru pula kuketahui kalau ia telah bertunangan dengan seorang anak Kyai pula. Sudah menjadi kelaziman kalau 'Gus' bersanding dengan 'Ning', tak jauh beda dengan perkawinan darah biru kaum ningrat. Lalu Fitria menceritakan sosok tunangannya itu. Aku pun hanya mendengarkannya, mau jawab apaan coba, kenal aja nggak.

Selama ia berbicara lebar mataku hanya mampu memandangi wajah manisnya. Meskipun levelnya berada di bawah Irma dan Bu Puspa, parasnya begitu menarik bagiku. Sayang sekali kenapa dulu kami tak kenal dekat, sepertinya perempuan seperti Fitri ini kecantikannya tidak tertangkap radar.

Aku pun heran dengan diriku sendiri, mengapa mudah jatuh hati pada banyak perempuan di saat yang sama. Saat masih bayi, sebelum aku dinamai Mufti, almarhum kakekku menamaiku "Bambang Permadi Dananjaya". Nama yang begitu identik dengan Arjuna, tokoh pewayangan Mahabaratha yang memiliki ketampanan dan kesaktian tiada tanding. Permadi sendiri terdiri dari 'Perma' yang artinya Kasih Sayang dan 'Adi' yang berarti Berlebih. Namun namaku ini akhirnya diganti karena sering sakit-sakitan saat bayi, orang jaman dulu mengatakan 'keberatan nama', akhirnya namaku diganti menjadi M. Ali Mufti karena saran seorang kyai kampung pada ayahku saat itu. Akan tetapi makna dari Permadi seolah tak mau hilang walaupun namaku telah berganti. Kasih sayang berlebih yang juga dimiliki Arjuna nampaknya sudah menempel pada watakku.

Kuamat-amati penampilan Fitri ini begitu modis, jauh dari kesan konservatif. Umumnya kalangan santriwati dituntut berpakaian syar'i, sehingga tidak menampakkan lekuk tubuh dalam berpakaian. Sepertinya ia punya pendapat berbeda mengenai ini.

"Eh fit, kalau aku amati kayaknya kamu moderat ya dalam beragama ?" tanyaku perihal keyakinan yang bagi sebagian orang sensitif untuk dibahas. Sepanjang aku tidak menyerang keyakinan, mudah-mudahan diterima dengan baik olehnya.

"Oh iya dong. Moderat kan jalan tengah, yang artinya tidak berlebihan, yang wajar-wajar saja. Dalam berpakaian misal, kitab suci kan hanya memerintahkan untuk menutup aurat. Perkara style berpakaian ya bergantung pada tempat dan perkembangan zaman dong. Nggak tepat menurutku kalau perempuan dituntut berpakaian yang katanya syar'i. Asalkan nyaman dan layak dipakai aja sih pemahamanku mah" terangnya panjang lebar. Kemudian baru kuketahui kalau dia adalah anggota organisasi perempuan yang menjadi sayap dari organisasi Islam terbesar di Indonesia, yang memiliki basis yang sangat besar di pedesaan-pedesaan di Jawa.

Itulah mengapa ia ditugaskan Bu Puspa untuk mencari data dana desa di Jawa Tengah karena Fitri mempunyai jejaring ormas yang sama di dinas provinsi yang mengurus dana desa. Perbincangan kami pun berlanjut pada keresahan kami mengenai ekstrimisme dalam beragama yang berujung pada perilaku intoleran. Pada akhirnya kami sepakat bahwa intoleransi diawali dari kecemburuan dalam bidang ekonomi yang kemudian diprovokasi elit lokal dan akhirnya tercipta kekerasan di tengah masyarakat yang plural.

Percakapan ngalor-ngidul kami kemudian terhenti, selain karena hujan deras di luar sana juga kami kehabisan topik untuk didiskusikan. Selain sebagai makhluk individual dan sosial, manusia kini menjadi makhluk gadget yang tergantung pada ponsel masing-masing. Kulihat status WA. Baru saja Irma menulis begini :

"Hujan deres kek gini, rasanya enak ya kalo ditemenin Mie Ayam"

Irma Anindya

Kagem sliramu diajeng, langit lan bumi sak isine tak tumbasne ! (Untukmu dinda, langit dan bumi seisinya kubelikan !) Tanpa membuang waktu kubuka aplikasi ojek online, kupesankan mie ayam untuk diantar ke rumah Irma. Butuh waktu agak lama memang, karena si driver harus mengantri dan menembus hujan yang cukup deras untuk sampai ke rumah Irma. Sekitar setengah jam kemudian ponselku berbunyi.

[15:15] Irma : (Foto plastik berisi mie ayam)
[15:16] Irma : Makasih banyak Kak Mufti 🙏. Bela-belain dikirimin loh, jadi terharu 😭.
[15:16] Mufti : Sama-sama adekku, dimakan ya buat nemenin kamu pas hujan deres kayak gini.
[15:17] Irma : Seneng deh, nggak nyangka kalo dikirimin. Padahal nggak niat ngode siapapun.
[15:18] Irma : Btw, lagi dimana kak ?
[15:20] Mufti : Lagi di ruang departemen hukum kebijakan publik nih. Tadi siang aku udh daftar sidang.
[15:21] Irma : Wihhh kapan sidang kak ?
[15:21] Mufti : Minggu depan dek, km dateng ya
[15:22] Irma : Siap kak, siap meramaikan 👍

Di saat yang bersamaan, masuk notifikasi WA di ponselku.

[15:22] Bu Puspa : Pulang yuk, kita makan malam di luar ya
[15:23] Mufti : Siap kak

"Fit, aku pulang dulu ya" aku pamit pada Fitri. Ia yang masih sibuk memandang layar laptop hanya menyaut, "Iya muf, ati-ati yo". Kutembus hujan yang turun dari langit dengan berlari menuju parkiran fakultas sebelah. Kuarahkan mobil menuju lobby kampusku dan melihat Bu Puspa sudah menanti disana. Setelah naik ke dalam mobil, ia pun mengatakan tempat yang akan dituju.

Kemanakah Mereka ?

BERSAMBUNG

________________________________________________________________________________


Sekali lagi ane mohon maaf baru bisa update tengah malem ini. Ditunggu kripik dan saran dari suhu-suhu yang mampir disini. Mohon cendol dawet dan like agar ane lebih semangat nulis lanjutannya.
Matur sembah nuwun
:ampun:
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd