Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Bimbingan Skripsi Membawa Nikmat [Remake by : Bantengamuk]

Siapa Perempuan yang Suhu-Suhu Favoritkan di Cerbung ini ?


  • Total voters
    750
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Part IX - Partai 'Gimana Mau Teteh' (GMT's Wild Party)

POV Penulis

Puspa Amanda Putri a.k.a Dosen Pembimbing

Di lobby kampus, Bu Puspa sedang menunggu mahasiswa kesayangannya yang mengambil mobil miliknya di tengah hujan yang cukup lebat ini. Screen HP yang ada di tangannya menampilkan group chat yang ada di WA, namanya : "Partai Gimana Mau Teteh (GMT)". Ini hanya grup yang dibuatnya bersama kawan-kawannya, bukan partai politik beneran.

[16:12] Silla : Girls, malem ini jadi gk ?
[16:14] Arumi : Uy, ya jadilah ! Udh terlanjur ngancel semua meeting nih 😤
[16:18] Larasati : Hey, udah janji ama si ganteng nih. Awas aja sampe cancel !
[16:20] Puspa : Tergantung tuan rumah @Silla aja sih. Klo gk ada kendala gaskeun weh hihihi
[16:22] Silla : Okay girls, cuma memastikan aja. Kan nanggung bgt klo udah prepare ternyata gk ada yg dateng. See you girls.
[16:24] Puspa, Arumi, Larasati : See you too beb 😘

Ia pun hanya senyum-senyum tipis kala melihat kelakuan wanita-wanita hebat yang menjadi karibnya di luar profesi. Wanita yang di luar rumah tercitra sebagai wanita terhormat, elit, dan sosialita begitu panik jika acara yang akan diselenggarakan di rumah Cicilia dibatalkan. Seelit-elitnya perempuan jika kesenangannya diganggu akan menjadikannya lebih brutal dibanding preman jalanan.

Mobil Genesis yang dikemudikan Mufti pun telah tiba di depan lobby tempat Bu Puspa berteduh. Ia pun segera berlari menembus derasnya hujan menuju ke kursi penumpang.

"Yuk pulang. Nanti habis Maghrib kamu temenin aku ya ke partynya temenku di rumahnya" kata Bu Puspa sembari mengenakan sabuk pengaman.

"Oke kak, rumahnya dimana ?" tanya Mufti.

"Di daerah Setra Duta" mendengar lokasi yang akan dituju membuat Mufti berpikir bahwa orang-orang yang hadir bukan orang sembarangan, sehingga ia merasa harus berdadan serapi dan semenarik mungkin. Siapa tahu nemu koneksi baru.

Singkat cerita setelah mereka bergantian untuk mandi dan selesai berdandan, tepat Pukul 18:15 keduanya berangkat menuju daerah Setra Duta. Dengan balutan dress panjang berwarna merah dan high heel membuat Bu Puspa tampil makin menawan.

Meskipun terletak di pinggiran Kota Bandung, namun jangan salah rumah-rumah di daerah ini berdiri begitu megah dan nampak elit. Ketika mobil yang dikendarai keduanya mendekati rumah yang dituju, Bu Puspa berpesan, "Muf ada dua aturan gak tertulis di party ini. Pertama, jangan sekali-kali nanya perempuan yang ada disana mengenai keluarganya. Itu sangat private bagi mereka, kalau mau nanya ke aku aja tapi habis partynya selesai. Kedua, jaga rahasia. Apapun yang terjadi di party ini jangan sampe nyebar di luar sana. Kupikir kamu sudah cukup dewasa buat memahami aturan ini. Ketiga, jangan panggil mereka tante atau bu. Okay muf ?" wejangnya panjang lebar.

"I am fully understand kak" jawabnya sambil mengacungkan jempol.

"Duh Gusti lindungilah hamba-Mu ini, semoga nggak ada yang pake narkoba. Jangan sampe aku ikut ditangkep polisi, seumpama digrebek" kata Mufti dalam hati, sebetulnya ia begitu was-was. Pikirannya menjadi tak karuan karena mendengar peraturan-peraturan yang disampaikan Bu Puspa. Kemudian Mufti memarkirkan mobil yang dikemudikannya tepat di pinggir jalan depan rumah mewah yang dijadikan tempat party.

Keduanya berjalan untuk masuk ke dalam pekarangan rumah berarsitektur Romawi ini. Dari luar bangunan megah ini begitu hening seolah tak ada penghuni. Namun ketika mendekat menuju pintu depan keduanya disambut oleh pelayan rumah. Seluruh tamu diwajibkan menitipkan ponsel disana, kemudian pelayan yang satunya memberikan headphone kepada Bu Puspa dan Mufti.

Awalnya Mufti sempat heran, untuk apa diberi headphone padahal suasana begitu sunyi. Ketika salah satu pelayan membukakan pintu dan mempersilahkan mereka berdua masuk ke dalam rumah, pertanyaan Mufti terjawab tuntas. Ia melihat ada seorang DJ memainkan peralatannya dan semua orang yang ada di dalamnya berjoget riang. Oalah, ternyata suara musik yang dimainkan DJ itu akan terdengar jika menggunakan headphone. Jujur saja ini pengalaman pertama baginya, mau dikatain kampungan juga gak apa-apa.

Memang tak begitu banyak orang yang hadir disini, paling sekitar sepuluh orang yang mayoritas laki-laki. Ketika mereka berdua datang, Silla selaku tuan rumah menghampiri untuk menyambut.

Silla

"Hai jeng, apa kabar ?" sapa ramah perempuan bernama Silla ini kemudian memeluk Bu Puspa dengan akrab. Mungkin Silla tidak secantik Bu Puspa, namun wajahnya begitu manis menggoda lawan bicaranya. Dengan badan yang ramping dan ukuran dada yang proporsional, membuat tiap lelaki yang ada di hadapannya mungkin tertarik mencicipi tubuh indahnya. Ditambah dengan dress punggung terbuka dan bawahannya terbelah di bagian pahanya yang dikenakannya, membuatnya tampil nyaris telanjang. Andai ia mengenakan dress seperti ini di jalanan Mufti yakin perempuan ini akan membangkitkan nafsu para lelaki.

"Sil, kenalin nih namanya Mufti. Mufti, ini Silla" ujar Bu Puspa mengenalkan Mufti dan Silla. Keduanya saling tersenyum satu sama lain. Dengan cara yang gentlemen ia menarik tangan Silla dan mengecup punggung tangannya, "Salam kenal teh" kata Mufti tak keceplosan memanggilnya bu atau tante.

Tak lama kemudian menyusul seorang pria yang berdiri di samping Silla. Ia pun memperkenalkan pria tampan dan bertubuh tinggi atletis ini, "Kenalkan namanya Bernard, call him Ben". Baik aku dan Bu Puspa menyalami pria ini, kami melempar senyum satu sama lain.

"Eh beb, si Arum sama Ayas kemana deh ? Kan mereka tuh yang excited kalo ada party" tanya Bu Puspa memulai pembicaraan.

"Masih otewe kayaknya, mereka ngabarin kalo berangkat barengan. Belum lagi mereka berdua kudu jemput jagoannya, ya gak ? Hihihi" tawa Silla sambil melirik ke arah Mufti, seakan ingin menggoda 'jagoan' yang mendampingi Bu Puspa.

Kemudian Bu Puspa dan Silla berbicang soal fashion. Topik itu membuat Mufti dan Ben hanya bisa menyimak, karena ini perbincangan khusus untuk perempuan saja.

Tak berselang lama, dua perempuan ayu tiba di dalam rumah ini. Keduanya adalah Arumi dan Larasati. Baik Arumi maupun Larasati tampak begitu anggun dengan balutan dress panjang dan high heels. Mereka berdua datang bergandengan dengan pasangannya masing-masing, dua cowok ganteng.

Arumi


Larasati

Mereka berempat menghampiri berkumpulnya Bu Puspa, Mufti, Ben, dan Silla yang terpisah dari orang-orang yang sedang berjoget menikmati permainan DJ. Baik Larasati, atau yang dipanggil Ayas, dan Arumi, atau Arum, saling menyapa dan berpelukan dengan Bu Puspa serta Silla. Memang mereka sudah saling mengenal. Sementara Mufti dan Ben bertegur sapa berkenalan dengan dua orang lelaki yang baru mereka temui. Laki-laki yang bersama Arum adalah Joshua, ia begitu tampan dengan wajah Indonya. Tubuhnya begitu tinggi, lebih tinggi sedikit dibanding Ben. Sedangkan yang mendampingi Ayas adalah Andew, tubuhnya kurus dan berkacamata sedangkan tinggi badannya sepantaran dengan Mufti. Namun yang istimewa darinya adalah lesung pipit yang ada di pipinya, membuatnya makin mirip dengan Afghan, tapi lebih putih.

Karena keempat perempuan cantik ini sibuk ngobrol ngalor-ngidul, akhirnya Ben berkata pada Mufti, Andrew, dan Joshua, "Guys, kita ngobrol di balkon yuk sambil minum and smoking" ajaknya pada tiga laki-laki itu. Tentu mereka mengiyakan ajakan Ben dibanding jadi kambing congek. Ben pun memberitahu pada bidadari-bidadari cantik ini, "Girls, aku ajak satria-satria kalian di balkon ya. Call me if play will start".

Mereka berempat pun menaiki tangga untuk menuju balkon yang cukup luas, dimana ada sebuah meja dan empat buah kursi yang mengelilingi. Saat keempat laki-laki ini duduk terdapat pelayan yang menghidangkan sebuah pitcher bir dan empat gelas besar di atas meja.

"Bro, sebelum kita nanti main bareng nampaknya perlu buat kenal satu sama lain" kata Ben membuka percakapan.

Mufti yang tak tahu dengan maksud 'main' pun separuh bertanya, "Main ?" dengan ekspresi kebingungan.

"Hey dude, why you look confused ? Nanti kan kita bakal ada permainan ranjang. Sex party ! Yeah !!" ujar Joshua sambil menepuk bahu Mufti.

"Orgy bro" sambung Andrew singkat.

"WHAT ??? Ngentot rame-rame kayak di film bokep ?" walaupun ia ucapkan dalam hati namun ketiga orang lawan bicaranya bisa menebak kekagetan Mufti dari ekspresi mukanya.

"Just relax dude, dalam berbagai hal pasti akan ada pengalaman pertama hahaha" hibur Joshua.

"Okay, lu semua bisa panggil gue Ben. Kesibukan gue sebagai EO. Party ini juga pake peralatan & pegawai dari gue. Apapun jenis event, dari wedding sampai konser bisa lewat perusahaan gue. Atau kalau mau minjem alat-alat party gue juga ada" ujarnya kemudian menyerahkan kartu namanya. Tertulis namanya dengan titel sebagai direktur beserta nomer HP.

"Giliran gue kan ? Kesibukan gue masih kuliah aja. Mungkin secara usia gue paling muda disini, baru lulus SMA haha" kata Andrew melanjutkan obrolan kemudian menenggak bir yang sudah tertuang di gelas.

"Okay gue lanjut, lu pada bisa panggil gue Josh. Kesibukan gue freelancing. Tapi masih jadi simpenan Teh Arum sambil nyari kerjaan or business opportunity" terang Joshua blak-blakan.

Terakhir giliran Mufti, ia menyalakan korek dan membakar sebatang rokok, "Kalo kesibukan gue masih ngerjain skripsi tapi di kampung gue ada coffe shop kecil-kecilan" ucapnya dengan logat Jawa yang kental. Bukannya disambut decak kagum ucapan Mufti malah menjadi bahan tertawaan mereka bertiga karena logatnya dianggap anak-anak gaul ini udik alias ndeso. Tak bisa disalahkan juga sih karena TV memframing logat yang dimiliki Mufti sebagai logat pembantu di sinetron atau film. Pun Mufti tidak merasa sakit hati dengan candaan mereka, karena baginya bukan hal yang serius.

Fakta yang membuat Mufti terbelalak adalah mereka bertiga ternyata berstatus sebagai selingkuhan. Tapi ada hal yang membuatnya kagum pada tiga orang yang baru ia kenal ini, mereka tidak menjadi parasit yang hanya melorotin harta perempuannya, pun status sebagai pemuas nafsu perempuan-perempuan kesepian itu tidak dijadikan sebagai pencaharian utama. Misalnya Ben, ia cukup dibantu Silla dengan koneksi luas yang dimilikinya agar mendapatkan klien. Dirinya sendiri menjadi simpanan Silla hanya untuk senang-senang saja tanpa bayaran. Sedangkan Josh meskipun masih belum memiliki pekerjaan tetap ia hanya menerima uang dari Arum secukupnya. Setidaknya untuk bertahan hidup sambil mencari penghidupan lebih layak selepas lulus kuliah. Terakhir Andrew hanya menjadikan uang transferan dari Ayas sebagai tambahan uang jajannya saja karena masih ditanggung kedua orangtuanya.

"Lah lu sendiri gimana bro ?" tanya Ben pada Mufti yang sedari tadi diam menyimak.

"Hmmm gimana ya, complicated sih. Jadi Teh Puspa itu dosen pembimbing skripsi gue..." kata Mufti berusaha menjelaskan lebih lanjut namun dipotong oleh Joshua, "Ahahaha gokil lu bro, dosen pembimbing sendiri disikat. Shortcut to finish your study ! Good" entah kenapa perkataannya menyinggung Mufti.

"Hey bro, gue gak kayak gitu ! Let me tell the story" bantah Mufti kemudian menceritakan awal mula bisa dekat dengan Bu Puspa. Intinya Mufti tidak ada niat atau kesengajaan untuk memulai hubungan spesialnya dengan Bu Puspa, semuanya mengalir begitu saja. Niat untuk memikirkan keuntungan finansial pun sama sekali tak terlintas di benaknya. Mereka bertiga pun hanya terbengong heran mendengar penjelasan Mufti. Yang jelas Mufti berbeda dengan mereka.

Tak lama berselang Silla muncul dari balik pintu, "Boys, sudah selesai obrolannya ? Lets start the game". Keempat pemuda ini kemudian masuk ke dalam mengikuti langkah Silla menuju ruang keluarga.

*****​

POV Mufti

Obrolan gilaku bersama tiga orang laki-laki yang menjadi simpanan para teteh geulis ini berakhir karena ajakan Silla. Ada rasa penasaran di benakku akan jadi apa pesta ini. Kulihat Bu Puspa, Arum, dan Ayas sudah duduk di sofa panjang yang ada di ruang keluarga. Aku pun duduk di sebelah Bu Puspa dan berbisik, "Kok kamu nggak bilang kalau acaranya bakal begituan ?". "Itu surprise buat kamu. So enjoy that" bisiknya di telingaku sambil tersenyum.

Dihadapan kami semua Silla membawa dua buah wadah plastik yang berisi batang kayu kemudian berbicara, "Ladies and gentlemen, kita udah masuk ke acara puncak. Rule of Gamenya simple, saling respect dan nggak ada cemburu-cemburuan. Ngewe mah ngewe aja, just follow your desire !" serunya blak-blakan.

"Oke kita undi ya, siapa yang dapet batang kayu warna sama dia mulainya. Semisal ada pasangan asli yang dapet warna sama wajib tuker sama yang lain yah. Kalau belum puas sama sex partner boleh minta sama yang lain hihihi, silahkan diambil" kemudian kami semua mengambil batang kayu yang ada di wadah plastik. Cowok-cowok mengambil di wadah plastik yang ada di sebelah kiri Silla, sedangkan para teteh mengambil di wadah yang ada di sebelah kanan Silla.

Andrew dan Arumi sama-sama memegang batang kayu berwarna kuning. Sedangkan Ben dan Ayas memegang batang kayu berwarna hijau. Kemudian Silla dan Joshua mendapat batang kayu berwarna biru. Terakhir, aku dan Bu Puspa sama-sama mendapat warna merah.

"Sil, warna aing ama Mufti sama nih. Gimana ?" tanya Bu Puspa pada Silla.

"Oh ya udah tukeran aja ama aing. Maneh sama Josh aja" jawabnya memberi solusi. Kemudian Silla duduk di sampingku, sedangkan Bu Puspa bergeser ke samping Joshua.

Kupandangi wajah manisnya dalam-dalam, kedua mata kami saling bertemu. Sejujurnya aku salah tingkah karena belum terbiasa melakukan ini. Mataku melihat sekitar, Ayas sudah berciuman panas dengan Ben sedangkan mulut Arumi sudah mengulum penis Andrew bagai lolipop. Sementara Bu Puspa masih mengobrol santai dengan Joshua.

Kupegang tangan Silla, ia pun berkata, "Relax honey, nggak usah tegang biar ini aja yang tegang" tanpa malu-malu memegang penisku yang sudah mengeras dari luar celana jeans. Tak tahu keberanian datang darimana tiba-tiba aku melumat bibir Silla yang tebal. Ia pun membalas ciumanku dengan ganasnya. "Slluurrpp cuupp Ssshhh aahhh cuuupp" ciumanku dengannya semakin dahsyat. Di sela-sela pagutan bibir kami, tanganku berusaha melepaskan halterneck yang melingkari lehernya. Benar saja payudaranya yang bulat dan berisi terpampang jelas di mataku.

"Sini nenenin teteh..." katanya sambil menarik kepalaku ke mendekat ke payudaranya. Kedua putingnya yang berwarna coklat gelap kukulum bergantian kanan dan kiri, tanganku pun bergantian meremas toket kanan dan kirinya. Silla pun hanya bisa mendesah nikmat kala kuberi rangsangan ini.

Merasa puas dengan kenikmatan yang kuberi, ia pun mendorong tubuhku bersandar di sofa empuk ini. Kedua tangannya melolosi celana jeans serta celana dalam yang kukenakan, sehingga juniorku sudah terbebas merdeka. Sementara Silla melepaskan dress serta underwearnya, kulihat keadaan sekitar. Bu Puspa yang masih belum bugil sudah digenjot dari belakang oleh Joshua, sementara Ben nampak sedang menggagahi Ayas dengan posisi misionaris. Sedangkan Andrew ada di karpet sedang menikmati goyangan Arum yang begitu dominan dengan Woman On Top.

Silla kemudian naik untuk duduk di atas pahaku. Kemudian ia menggenggam batang kemaluanku dan memberikan kocokan. Merasa tak ingin didominasi, tanganku pun menjamah memeknya yang mulus tanpa ditumbuhi bulu, terasa hangat dan sudah agak basah. Jari tengah dan telunjukku penetrasi mengocok vaginanya. Merasa sudah horny, Silla pun berlutut mengangkangi penisku. Tangan halusnya memandu juniorku untuk masuk ke dalam vaginanya. BLESS. Kemaluanku masuk tanpa hambatan di dalam organ kewanitaannya.

Sambil menikmati goyangan Silla naik turun di atas selangkanganku, kulihat keadaan sekitar. Arum tampak mengejang keenakan dilanda orgasme, tubuhnya pun menindih Andrew di karpet. Sedangkan Ayas dan Bu Puspa tampak sedang menikmati genjotan sex partnernya. Meskipun pijatan-pijatan vagina Silla dirasakan juniorku, namun hatiku merasakan kecemburuan melihat ekspresi Bu Puspa yang keenakan dientot Joshua.

Di tengah goyangan Silla, aku berusaha melumat bibirnya. Tanganku pun meremas payudaranya dan memelintir putingnya yang sudah berdiri. Desah kenikmatan yang keluar dari mulutku dan Silla melengkapi desahan-desahan yang keluar dari tiga pasang sex partner di ruangan ini. Sekitar sepuluh menit kemudian aku mulai merasakan getaran di pinggul dan pahanya. Vaginanya berkedut, menarik penisku untuk masuk lebih dalam. Lalu aku merasa ada cairan yang menyemprot penisku dari dalam dan tubuh Silla melengkung ke belakang. Matanya terpejam dan mulutnya berteriak seolah meraung bagai singa betina. Ia memeluk tubuhku dan memberikan ciuman yang terasa lembut di bibirku. Kemudian ia melepaskan penisku dari cengkraman vaginanya dan merebahkan diri di atas kasur.

Baik Bu Puspa, Ayas, maupun Arum sudah mendapatkan orgasme dari pasangan seksnya. Aku pun memberi isyarat pada Andrew untuk bertukar pasangan, ia pun tersenyum dan mengangguk. Andrew berjalan mendekati Silla yang masih berbaring, sedangkan aku merangkak di karpet lalu memeluk tubuh Arum dari belakang yang sedang berbaring menyamping.

Kontolku yang sedang tegak berdiri kugesek-gesekkan pada pantatnya yang bulat sekal ini. Arum pun menoleh kepadaku dan mencium bibirku. Kami pun berciuman hangat untuk memulai persetubuhan gila ini. Tanganku meraba payudaranya yang lumayan besar ini meskipun agak kendur ini.

"Langsung ekse ajah..." perintahnya padaku dengan mata yang sayu, pertanda tubuhnya sudah agak lemas. Dengan posisi sama-sama berbaring menyamping aku mengarahkan penisku dari belakang tubuhnya untuk penetrasi ke vaginanya yang mulai basah. Pelan-pelan aku mengocok kontolku di dalam mekinya yang menyisakan bulu yang tercukur rapi. Makin lama kupercepat ritme sodokanku di vaginanya ini. Erangan kami pun melengkapi suara penuh nikmat di ruangan ini.

Lebih dari 10 menit, desahan Arumi pun makin kencang sebanding dengan sodokanku,"Ahh.....ahhhh....ohhh.....cepetiinnn....gue mau keluarr....aeghhh" desahnya menandakan hampir mencapai klimaks. Aku pun demikian, penisku mulai berdenyut tanda akan memuntahkan isinya, "Aku juga....barengan tehhh...." kataku tetap menggenjotnya dari belakang. Kutekan penisku mentok di dalam vaginanya, CROT CROT CROT, alat kelamin kami saling menembakkan cairan yang diproduksinya. Tanda bahwa aku dan Arum sudah mencapai klimaks.

Aku pun menggeletakkan badanku di samping perempuan berkulit eksotis ini. Arum kemudian menyepong penisku untuk membersihkannya dari cairan sperma. Ia pun meletakkan kepalanya di dadaku dan berbisik, "Makasih ya muf".

Namun sayang, sepertinya perutku tak bisa diajak kompromi. Sehingga aku harus ke kamar mandi untuk memenuhi panggilan alam hehehe. Kulihat sekilas, Bu Puspa sedang menghisap kontol Ben bergantian dengan Silla. Uh, sial ! Bodo amat lah aku harus ke kamar mandi pokoknya.

Malam masih panjang, bung !

BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd