Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Bimbingan Skripsi Membawa Nikmat [Remake by : Bantengamuk]

Siapa Perempuan yang Suhu-Suhu Favoritkan di Cerbung ini ?


  • Total voters
    750
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Wuanjirr kentang nih suhu haha, btw thanks suhuu updatenyaa
 
Part XI - Ambyar di Separuh Jalan

POV Penulis

Pukul 10.15 WIB. Seorang pemuda berusia seperempat abad terbangun dari tidurnya. Kepalanya terasa berat, badannya lemas kurang tenaga, bahkan penisnya masih terasa ngilu akibat 'pertempuran' gila semalam. Kasur tempat Mufti beristirahat serasa menarik tubuhnya bagaikan magnet agar tak beranjak, akhirnya ia rebahan di atas kasur bermalas-malasan.

Masih banyak pertanyaan yang bergelayut di benaknya mengenai pesta seks semalam. Apakah itu diadakan secara spontan oleh para teteh ? Rasanya tidak, mengingat setting tempatnya begitu rapi. Tak mungkin juga rasanya mengeluarkan biaya yang lumayan besar untuk sebuah pesta spontan. Pasti by design, tapi apa motifnya ?

Orang pada umumnya tidak mau melakukan orgy. Pertama dari segi moral, hubungan seksual merupakan privasi. Mau diakui atau tidak ada perasaan tidak nyaman bagi Mufti ketika melihat Bu Puspa digilir oleh laki-laki lain, pun demikian dengan Bu Puspa ketika Mufti menyetubuhi perempuan-perempuan lain di hadapannya. Kedua dari segi kesehatan, ada potensi Penyakit Menular Seksual (PMS). Tak ada yang tahu jika pasangan seksnya mengidap penyakit tertentu, HIV misal. "Amit-amit deh kalau aku atau Bu Puspa sampai kena penyakit" kata Mufti dalam hati.

Dering telpon genggamnya membuyarkan lamunan Mufti, tertera nama Bu Puspa di layar.

"Halo kak, ada apa ?"
"Tolong jemput aku di kampus, acaranya udah mau selesai"

Puspa Amanda Putri a.k.a Dosen Pembimbing

Kemudian Bu Puspa menutup teleponnya. Tanpa mandi terlebih dahulu, Mufti berganti pakaian bergegas untuk berangkat. Sekitar 15 menit ia telah tiba di kampus dengan Genesis yang disopiri olehnya. Bu Puspa nampak berdiri di lobby fakultas tengah menunggunya. Tanpa banyak cingcong, ia segera masuk ke dalam mobil tepatnya di kursi penumpang. Sebagai pembantu dekan bidang kemahasiswaan, Bu Puspa mewakili dekanat untuk membuka acara yang diselenggarakan Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Hukum di bidang seni & budaya.

"Kak, ini mau langsung pulang atau mau kemana ?" tanya Mufti layaknya mas-mas taksi online.

"Langsung pulang aja, aku masih ngantuk plus capek gara-gara semalem" jawabnya merujuk pada acara pesta seks di rumah Silla.

Seolah menemukan momen yang tepat untuk bertanya, Mufti pun ingin menuntaskan rasa penasannya, "Kak, aku mau nanya deh soal semalem. Sebetulnya ngapain sih ada orgy segala ? Terus mereka siapa sih ? Aman nggak kira-kira ?".

Dengan runtut Bu Puspa menerangkan jawabannya atas pertanyaan yang diajukan Mufti, "Orgy itu sengaja diselenggarakan Silla sebagai syukuran karena dia menang tender suatu proyek. Jadi bukan kegiatan rutin kayak arisan. Mereka yang udah bersuami mah gitu, pengen nyari sensasi baru buat ngewe. Kita berempat sebetulnya udah kenal dari S2 dulu, kita-kita ini dulu sama-sama kuliah di Eropa juga pernah aktif di organisasi mahasiswa Indonesia di Eropa. Ada usaha bersama yang sahamnya punya kita berempat, bukan usaha besar kok. Soal siapa mereka aku kasih tau ke kamu, tapi jangan bocor yah. Silla itu istri kedua konglomerat yang masuk jajaran 50 orang terkaya di Indonesia, dia juga pengusaha kayak suaminya. Kalau Arum itu politisi, dia anggota DPRD Kota Bandung, pemilu 2019 besok dia bakal nyaleg DPRD Provinsi. Nah si Ayas ama suaminya ini yang megang beberapa perkebunan kopi di Jabar. Aduh baru inget, harusnya kuceritain coffee shopmu. Usaha patungan kita berempat juga dipegang sama dia. Ya, aku tahu mungkin kamu khawatir atau takut. Aku bisa jamin sih kalau soal kesehatan reproduksi. Toh apa juga yang mau dikhawatirin, itu semua juga udah kejadian kan ?

Mendengar komprehensifnya jawaban Bu Puspa, Mufti pun manggut-manggut. Baik rasa penasaran maupun kekhawatirannya mereda. Meski ada yang masih mengganjal.

"Kak, maaf kalau lancang. Kalau boleh berpendapat, mending kakak jangan ikutan sex party kayak semalem deh. Please" ucap Mufti berhati-hati.

"Emang kenapa ? Hayo kamu cemburu ya gara-gara liat aku diewein orang lain hihihi" godanya sambil menertawakan anak muda yang setia mengatarnya ini.

"Duh gimana ya kak bilangnya. Mmm...iya sih, bener yang kakak bilang, rasanya gimana gitu kemarin. Apalagi waktu kakak dikasarin ama Josh, kesel" sahut Mufti agak salah tingkah, ada rasa lega karena Bu Puspa tidak marah.

Melihat tingkah Mufti yang serasa ABG, ia pun memaklumi, "Aku bukan perempuan lemah, selama aku bisa membela diri aku lakukan sendiri sekuatku. Iya muf aku paham sama perasaanmu dan aku apresiasi kamu berani jujur. Gini deh, kalau kamu suka perempuan lain aku berhak marah apa nggak ? Jelas nggak lah, emang aku siapa coba. Aku pun bebasin kamu mau sama siapa aja. Asal aku dikasih jatah ewean hihihi, canda deng" terangnya memberi pengertian.

Bu Puspa pun kembali melanjutkan penjelasannya, "Umurmu masih muda, perjalanan hidupmu masih panjang muf. Sementara aku empat tahun lagi udah kepala empat. Carilah cewek yang lebih muda buat pendamping hidup, masak kamu mau bangun rumah tangga sama tante-tante kayak aku ahahaha. Ngerti kan maksudku ?"

Ambyar hati Mufti, ia pun hanya terdiam membisu sampai rumah Bu Puspa. Penjelasan terakhirnya baginya seperti ditolak secara halus. "Duh muf, harapanmu terlalu tinggi. Dirimu terjun bebas ke bumi, bahkan tidak tersangkut diantara bintang-bintang sama sekali !" kata Mufti pada dirinya sendiri.

*****

Seminggu Kemudian

Hari ini menjadi hari yang ditunggu-tunggu oleh Mufti karena akan melangsungkan Sidang Proposal, meskipun hatinya ambyar beberapa hari belakangan. Antusiasme dan grogi bercampur menjadi satu karena harus mempresentasikan Bab 1 skripsinya di hadapan dosen pembimbing dan penguji yang memiliki gelar akademik lebih tinggi. Ikhtiar pun sudah ia lakukan dengan mendesain PowerPoint sebaik mungkin dan beberapa kali ia latihan presentasi di hadapan Bu Puspa, Fitri, maupun Irma. Feedback dari mereka pun menjadi catatan tersendiri baginya untuk Sidang Proposal yang sebenarnya.

Tepat pukul 07.15 Mufti sudah siap dengan setelan jas dan dasi serta celana kain warna hitam. Meskipun di jadwal yang dibuat Kaprodi ia mendapat giliran jam 1 siang, namun Mufti datang lebih pagi untuk mengantisipasi kalau para pembimbing & penguji meminta dilangsungkan lebih awal. Kini ia sedang menunggu Bu Puspa yang sedang berdandan di kamarnya. Tak lama kemudian ia keluar dari kamarnya mengenakan kemeja putih bergaris serta rok span dengan warna biru tua. Dua kancingnya sengaja dilepaskan agar lebih menawan.

"Muf, kamu pake motor aja ya. Ikutin aja mobilku dari belakang. Siapa tau juga kan kamu habis sidang mau main sama temen-temenmu" perintahnya pada Mufti. Sebetulnya ia melakukan ini untuk mengurangi kecurigaan sivitas akademika, karena belakangan ia sering ditanya mengapa menunggu jemputan atau siapa yang menjemput. Akan jadi masalah kalau ia ketahuan oleh rektorat maupun yayasan.

Mobil Genesis itu dibuntuti dari belakang oleh Vespa LX warna hitam yang dikendarai oleh laki-laki berjas hitam ini. Hampir 30 menit perjalanan mereka habiskan untuk menuju kampus. Mufti pun menunggu di ruang departemen Hukum Kebijakan Publik, ia kembali membuka PowerPoint di laptopnya untuk menghafalkan point-point yang akan disampaikan. Tak terasa keringatnya bercucuran, bukan karena panas wong masih pagi, lebih karena grogi sih. Tidak berselang lama kemudian Bu Puspa tiba di ruangan ini, ia duduk di sebelah Mufti.

"Kenapa kamu muf ? Grogi ya ?" selanya di tengah gumaman Mufti, kemudian ia mengambil tisu di meja panjang yang ada di hadapannya dan menyeka keringat mahasiswa bimbingannya ini.

Dengan nada menggoda Bu Puspa berkata, "Biar kamu gak grogi, yang tegang harusnya ini nih" tangannya dengan nakal membuka resleting celana Mufti dan kemudian mencari penisnya.

"Kakk...jangan gilaa...mmhhh" desahnya pelan berusaha menghentikan dosen pembimbingnya ini, namun Mufti justru terlarut dalam rangsangan ini.

"Udah deh nurut aja, ini yang bisa aing lakuin !" serunya pada Mufti. Memang beberapa hari belakangan mereka tak bisa bercinta karena Bu Puspa sedang menstruasi. Dengan ganasnya ia membuka kancing celana kain Mufti dan membebaskan 'burungnya' yang sedari tadi 'dikurung'.

Penis yang setengah ereksi ini dikocok dengan tempo agak cepat oleh Bu Puspa, merasa sudah tegak seutuhnya ia melepaskannya dari tangan halusnya. Mulutnya mendekat ke kemaluan Mufti yang dicukur tanpa bulu ini, dikulumnya penis yang berukuran lumayan ini. Sama-sama berposisi duduk membuat Bu Puspa menghisapnya naik-turun.

Mereka tak sadar jika ada sepasang mata yang melihat dari balik pintu kaca. Ia penasaran dengan apa yang dilakukan dua orang yang berbeda jenis kelamin itu.

Blowjob yang diberikan Bu Puspa terasa sangat hebat layaknya bintang bokep. Penis Mufti terasa berdenyut tanda akan memuntahkan isinya. "Kakk...aku mau keluaarrr arghh..." kata Mufti. Saat menembakkan sperma di dalam mulut Bu Puspa, CKLEK, suara pintu terbuka.

Fitriana Ambarini

"Assalamualaikum..." sapa Fitri sesaat setelah membuka pintu. "Astaghfirullah" pekiknya pelan kaget melihat apa yang dilakukan Bu Puspa dan Mufti di dalam ruangan ini. Keduanya tak bisa mengelak, kalau menggunakan terminologi KPK mereka terkena Operasi Tangkap Tangan (OTT). Tujuh kali penis Mufti menyembur begitu banyaknya di dalam mulut Bu Puspa. Keduanya saling melepas satu sama lain, sempat terlihat penis Mufti yang basah oleh Fitri, namun buru-buru dimasukkan ke dalam celana dalamnya. Mufti segera memperbaiki celananya dan berdiri.

Dalam keadaan canggung ini, Mufti pamit pada Bu Puspa dan Fitri untuk keluar. Baik Mufti maupun Bu Puspa menyadari tindakan tolol yang mereka lakukan karena hawa nafsu. Dengan tenang Bu Puspa menyeka mulutnya dengan sapu tangannya, lalu beranjak keluar.

Saat akan melewati Fitri yang sedang mematung, ia berbisik, "Apa yang kamu lihat barusan lupakan saja. Kalau sampai tersebar berarti kamu pelakunya. Oh ya, ibumu bakal nyaleg kan ? Satu partai lagi sama papiku. Kalau kamu macem-macem bakal tercoret nama ibumu dari Daftar Caleg Sementara. Masih sayang sama ibumu kan ?" ucapnya dengan nada intimidatif kemudian ditepuk bahu Fitri. Kemudian ia keluar menuju kamar mandi untuk berkumur.

Seelit dan seidealis apapun seorang perempuan ketika salah satu "basic needs" nya terganggu (meskipun tak disengaja) akan membuatnya menyeramkan lebih dari seekor harimau. Terlebih ia sedang menstruasi. Percayalah bung !

Hampir tiga jam Mufti menunggu di lorong, duduk di kursi panjang bersama mahasiswa-mahasiswa lain yang menunggu giliran. Mengingat dosen pembimbing dan pengujinya sudah datang semua, pun hari ini hanya Mufti satu-satunya mahasiswa departemen Hukum Kebijakan Publik, membuatnya mendapat giliran lebih cepat. Sedangkan mahasiswa departemen lain seperti Perdata dan Pidana harus mengantri lebih lama karena banyaknya mahasiswa dua departemen tersebut yang akan sidang.

Selama satu jam lebih lima belas menit, Mufti mempresentasikan Bab 1 yang telah dikerjakannya dengan lancar. Tak ada pertanyaan sulit yang diajukan tiga orang dosen penguji, karena metodologi yang digunakan Mufti sudah tepat. Hanya saran-saran yang mereka berikan agar Bab 2 hingga Bab 4 bisa dikerjakan dengan lancar.

Dengan senyum lebar, Mufti menyalami pembimbing dan pengujinya, termasuk Bu Puspa. Dengan kepercayaan diri tinggi ia keluar dari ruang sidang. Lorong ini begitu ramai, banyak mahasiswa yang datang untuk memberi selamat pada kawannya yang telah berhasil menyelesaikan Sidang Proposal Penelitian maupun Sidang Akhir. Siapa yang tak sedih ketika semua mahasiswa yang sidang hari ini disambut meriah bak pahlawan sementara cuma ia sendiri sebatang kara tanpa kawan. Maklum gelar 'mahasiswa PhD' (Penghujung DO) atau 'mahasiswa abadi' tersemat pada Mufti.

Ketika balik badan akan meninggalkan suasana gembira yang tak dirasakannya, berdiri Irma serta anak-anak BEM yang dulu berada di kabinet semasa Mufti menjabat sebagai wakil ketua. Ucapan selamat dan pelukan hangat datang dari mereka semua. Tak lupa banyak sekali snack, kopi, atau sekedar minuman botolan yang diterima Mufti hari ini. Bahkan Irma memberinya satu slop rokok Surya yang menjadi favoritnya. Tak terasa air matanya menetes sedikit di ujung matanya, ia terharu karena adik-adik tingkatnya masih mengingatnya. Sejak ia mengundurkan diri dari BEM untuk pulang kampung, komunikasi dengan mereka semua pun terputus. Bahagia begitu dirasakan Mufti mengingat separuh jalannya menuju gelar SH di belakang namanya telah dilalui.

Irma Anindya

"Kak, nanti sore ke rumahku yah. Ada surprise" bisik Irma di dekat telinga Mufti. Sebetulnya ia penasaran, tapi keadaan saat ini tak memungkinkannya untuk berbincang lama dengan Irma. Segera kubuka ponselku dan kukirimkan pesan pada WA Bu Puspa.

[12:25] Mufti : Kak, nanti aku nggak bisa langsung pulang. Ada traktiran dulu hehe
[12:27] Bu Puspa : Sok aja muf
[12:27] Bu Puspa : 3 hari lg kamu brgkt ke Semarang ya ama Fitri. Hotel udh dibooking, kamu tinggal setor ID KTP ke dia buat pesen KA.
[12:28] Mufti : Alright kak

"Heyyy...diem-diem bae. Traktir makan siang atuh" kata Irma mengagetkan Mufti. Dasar tengil, kalau nggak cantik mungkin udah kujitak kepalanya, batin Mufti. Tanpa malu-malu ia menggandeng tangan adik tingkatnya yang cantik ini untuk menraktirnya makan siang. Bodo amat dengan tatapan maupun sorakan mahasiswa yang ada di sepanjang lorong, karena Mufti sedang bahagia hari ini.

BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd