Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Binalnya Istriku Dewi.

Mohon maaf semuanya, karena saya menggunakan opera seperti bermasalah, 1 hari bisa masuk dan berbulan-bulan tidak bisa masuk semprot biar di coba pakai VPN, makanya saya pun malas untuk mengetik lagi. Saya coba pakai UC Browser ternyata sudah berberapa hari ini lancar.
 
Tapi sebelumnya mohon bantuan suhu di sini semua untuk mereport dan menyerang akun orang di bawah di salah satu apk komersil yg sudah menggunakan cerita saya tanpa izin terlebih dahulu dan terlebih digunakan untuk tujuan komersial. Thanks, agar saya pun semangat lagi melanjutkan cerita ini.
Untung admin mohon maaf menyertakan link luar yg mungkin menyalahi aturan.

Ini novel yang luar biasa untukmu:"Binalnya istriku" 🌟🌟🌟🌟🌟 Ayo, periksa sekarang.
https://www.fizzo.org/page/share/?b...6&u=7846106619367126269&language=id&region=ID
 
PART 91


Kami pun sudah berada di dalam mobil dan segera melaju menuju hotel tempat kami menginap.
Heni seperti biasa duduk di depan di damping saya. Dia tampak memejamkan matanya.
Sementara Fani duduk di delakang ibunya, tidak lagi di tengah.
Saya pun berkosentrsi dengan setir mobil sampai kami tiba di hotel. Karena lapar kami pun segera memesan makan tapi di antar ke dalam kamar.
Saya pun rebahan di kasur ukuran besar sambil berpelukan dengan Heni sementara Fani di kasur yang kecil.
Heni:”Capek juga ya, laper banget lagi a”
Saya:”Ya pasti capek, apalagi teteh kan abis ena-ena hehe” ucap saya.
Heni:”Ena-ena gara-gara kamu a, gara-gara si Om mamah dientot orang neng” ucap Heni kepada Fani.
Fani tidak menjawab hanya mesem.
Heni:”ya udah gabung sini neng, gak usah malu-malu” ucap Heni kepada anaknya, Fani pun melihat saya dan saya segera melambaikan lengan kiri saya. Fani pun pindah ke kasur kami dan segera saya peluk.
Saya:”Ya udah, kita enak-enak sekarang yuk” ajak saya kepada mereka berdua. Kebetulan saya pun sudah meminum obat dari Donatus yang ternyata saya bawa di laci mobil.
Heni:”Kita makan dulu a, eh tapi kalau mau pemanasan bisa” ucap Heni sambil menarik turun celana saya dan mengeluarkan kontol dari boker yang saya pakai.
Fani tampakterkejut melihat kontol yang tentu saja berbeda dengan waktu terakhir dia melihatnya dan merasakannya.
Heni:”Tuch kan neng, ge banget sekarang kanjutnya si aa, udah kayak monster, bisa beneran memek kamu” ucap Heni sambil menjilati kontol saya.
Fani hanya melihat tanpa berkomentar. Saya pun menarik lengan kanan Fani untuk memegang kontol saya.
Heni:”Ayo genggam Neng, masih kontol yang sama yang merobek selaput dara kamu dulu tapi ukurannya jauh lebih gede” ucap Heni.
Fani:”Koq bisa jadi lebih gede gini?
Heni:”Bisa ada Mak erot, keluarganya mungkin kan mak erotnya udan meninggal” ucap Heni sambil memasukan kepala kontol saya ke dalam mulutnya.
Kali ini ibu dan anak tersebut berada di dekat paha saya.
Heni:”Ayo neng, coba kolomoh kontolna si aa, kamu harus pinter muasin laki-laki” ucap Heni sambil menyodorkan kontol saya ke mulut anaknya.
Fani pun segera membuka mulutnya lebar-lebar dan mulai menelan kepala kontol saya.
Heni:”Ayo maju mundur, bair mamah jilat buah zakarna si aa” ucap Heni sambil memaju mundurkan kepala anaknya menggunakan tangan kiri dia sementara tangan kanannya memaikan zakar saya dan lidahnya segera menelusuri zakar saya. Sedang nikmat begini tiba-tiba bel pintu hotel berbunyi.
Heni:”Makanan udah datang, kalian lanjutin aza, mamah ambil makanan dulu” ucap Heni sambil berjalan ke depan.
Sementara Fani masih menjiati kepala kontol saya dan kadang memasukan ke dalam mulut. Mungkin karena sering nonton bf cukup lumayan juga permainan lidah Fani meski masih kalah jauh kalau dibanding dengan ibunya.
Heni:”Nah gitu neng kamu makin pinter, isep lagi kontolna si aa, mamah mau nyuapin si aa dulu” ucapnya sambil menaruh makanan pesanan kami di meja panjang dekat ranjang.
Heni:”Aa diem aza, biar teteh suapin” ucap Heni.
Saya pun menurut saja. Heni pun mulai menyuapi saya sementara Fani masih memainkan kontol saya. Kadang ditampar-tampkarkan ke kedua pipinya.
Fani:”Gemes mah, gede banget, tapi makin takut Neng, takut memek neng nanti robek kena kontol si aa” ucap Fani.
Heni:”Bisa jadi, soalnya kan memek kamu kecil neng, beda sama momok mamah yang badag, tapi dicoba pelan-pelan nanti kalau gak bisa bukan rezeki kamu, jangan dipaksakan, ntar momok kamu robek beneran” ucap Heni sambil menyuapi saya dan kadang dia sendiri makan.
Heni:”Kamu udah laper neng, biar kamu makan dulu sambil suapin si aa, biar gentian mamah yang mainin kontolna si aa” ucap Heni.
Fani:”Nanti aja” ucap Fani pendek sambil mulutnya membuka lebar. Dia kini tidak hanya memasukan kepala kontol saya tapi coba memasukan batangnya sambil maju mundur.
Heni:”Haha, kamu baru dapat jatah ya neng, mamah sudah dua kali hari ini kena ewe orang” ucap Heni sambil tertawa geli karena Fani tak mau lepas dengan kontol saya.
Saya:”Teh kalau sudah selesai makannya nanti ganti baju teteh yang ini dengan lingerie yang hitam itu” ucap saya.
Heni:”Haha, yang cangcutnya bolong di depana?
Saya:”Ia”
Heni:”Kemana-mana pasti baok heunceut aku heheh” ucap Heni sambil kembali menyuapin saya.
Sementara Fani kini sedang mejilati lubang kencing saya dan memainkan lidahnya di sana.
Saya:”Uuh gila enak Fan, geli om uugh” ucap saya sambil tangan saya mulai menggerayangi susunya Heni.
Heni:”Bentar aah sakit susu teteh remesnya kuat banget, ini lagi makan, udah stop dulu, kita focus makan dulu aza” ucap Heni karena merasa tidak nyaman.
Fani:”Ya udah, burungnya masuk sangkarnya lagi Om” ucap Fani sambil memasukan kontol saya ke dalam boxer saya dan memakaikan saya celana lagi.
Kami pun kemudian focus makan sambil nonton tv.
Segera makan kami pun berakhir.
Heni:”Aa, teteh mandi dulu ya”
Saya:”Ia, tapi keteknya gak usah di cuci teh, sama dikasih deodorant” ucap saya.
Heni:”Siap bos, neng gentian ya, mamah mandi dulu, nanti kamu, kamu temenin si aa dulu” ucapnya.
Fani pun hanya mengangguk saja dan matanya tertuju ke layar tv.
Heni pun segera berlalu dan masuk ke kamar mandi. Setelah Heni pergi saya pun mendekati Fani yang sedang tengkurap sambil menonton tv. Plak…saya tampar pantat Fani.
Fani:”Awww, kaget aku om” ucapnya sambil matanya kembali ke tv.
Saya pun segera tengkurap di samping Fani sambil saya elus-elus pantatnya.
Fani pun menoleh kepada saya dan segera saya cium bibirnya. Kami pun saling melumat dan lidah kami saling melilit.
Segera sudah saya buat Fani terlentang. Badanya begitu mungil sehingga saya hanya memposisikan diri dari samping tampa menindihnya. Kami masih berciuman dan tangan saya sudah meremas-remas kedua susunya Fani yang berukuran kecil tapi padat.
Fani:”Aaagh Om enak aaaagh”
Saya pun berpindah menjilati leher Fani.
Fani:”Jangan dicupangin Om” ucap Fani sambil mendesah.
Jilatan saya sudah berpindah kebelakang telingannya. Sementara tangan saya segera menaikan kaos unggu milik Fani sehingga kini tampak kulitnya yang mulus dan dada kecilnya yang terbungkus bh warna hitam. Kemudian saya copot kaos Fani supaya saya lebih leluasa.
Saya pun segera naikan bh Fani hingga dua susunya kini terpampang bebas.
Tampak puting susunya yang masih kemerahan mungil sudah agak mengeras. Lidah saya pun segera menyambar pentil susunya Fani.
Fani:”aaaaw, Om geli uuugh” erang Fani sambil memejamkan matanya. Mulut saya segera mencaplok susunya Fani dan mulai menghisap pentil susunya.
Fani:”Uuugh Om geli uuughhhh”
Saya pun menggigit sekita pentil Fani hingga menimbulkan warna merah.
Fani:”Aagh om cupang nenen aku?
Saya:”Gpp kan, gak aka nada yang liat seperti leher” ucap saya dan kini berpindah ke susu satunya.
Fani pun memejamkan matanya sambil mengusap-usap kepala saya.
Tangan saya bergerak ke bawah melepaskan celana jeans Fani. Fani pun membantu saya melepaskan celananya. Tampak paha mulusnya dan selangkangannya yang terbungkus celana dalam warna hitam. Jilatan saya berpindah ke ketiak Fani yang mulus tanpa bulu yang sangat berbeda dari ketiak ibunya yang berbulu lebat.
Fani:”aaaw, gak usah jilat ketiak om geli uuughhh” protes Fani sambil menggelinjang.
Tapi saya tak menghiraukannya. Kedua ketiak Fani habis saya jilatin.
Jilatan saya selanjutnya turun ke perut Fani.
Puser Fani menjadi sasaran berkutnya dan Fani pun beberapa kali mengeliat kegelian.
Jilatan saya turun ke paha Fani dan semakin bergeser ke tengah selangkangannya.
Saya pun mulai menjilati memeknya Fani dari luar celana dalam hitamnya.
Fani:”aaagh om…uughhhhhh”
Saya pun segera menurunkan celana dalam Fani, menariknya lepas dan saya lemparkan ke lantai. Tampak memek mungilnya yang masih kemerahan. Saya lebarkan kedua paha Heni dan lidah saya mulai menelusuri memeknya yang masih jarang.
Lidah saya mulai menelusuri bibir memeknya Fani. Nafas Fani sampai terdengar berat padahal baru di jilat belum disodok.
Lidah saya pun segera menelusup ke dalam memeknya Fani.
Fani:”Hheeeeh…uuughhh…uuughhhh”
Lalu tiba-tiba saya melihat Heni sudah berdiri memakai handuk dengan rambut basah di samping ranjang.
Heni:”Si Neng udah mau taranjang aza, gimana neng enak dijilati memek kamu?
Fani pun tampak membuka matanya dan menjawab.
Fani:”Eeegh enak geli mah uuuughhhh”
Saya pun segera menjilati itilnya Fani yang cukup menonjol.
Memeknya seketika menjadi basah.
Sementara ku lihat Heni telanjang sambil mengelap tubuhnya dengan handuk dan kemudian memakai lingerie yang dibeli di Cihampelas. Lingerie hitam dengan celana dalam yang ada lubang di bagian depannya.Lalu Heni duduk dan tampak merias diri.
Sementara saya sudah mulai tak sabar. Segera saya ambil kondom dari meja dan meminta Fani memasangkannya di kontol saya.
Heni pun menoleh lalu berdiri dan segera mendekat kepada saya.
Heni kemudian duduk di tepi ranjang tepat disebelah kami.
Fani masih memasangkan kondom di kontol saya.
Heni:”Yakin neng? Berani kamu, kontol si aa jauh lebih gede dari dulu waktu kamu momok kamu diperawanin, dulu aza kamu kesakitannya sampai 2 minggu” ucap Heni.
Fani yang kini duduk sudah selesai memasang kondom di kontol saya pun menjawab.
Fani:”Takut sich mah, ngeri, kontolnya kayak monster” ucap Fani sambil mengocok-ngocok kontol saya yang kini sudah dipakekan kondom.
Heni:”Tapi kamu pengen, ya udah coba aza dulu, kalau gak masuk jangan dipaksa, entar memek kamu robek” ucap Heni kepada anaknya.
Fani pun segera terlentang dan mengangkang sementara saya segera memposisikan diri di antara kedua paha Fani.
Tampak memeknya yang mungil dengan bulu-bulu halus yang belum terlalu lebat.
Fani tampak menggigit bibir bawahnya dan tangan kanannya memegang lengan mamahnya. Matanya melihat ke kontol saya yang sudah tegak maksimal. Saya pun menggosok-gosokan kontol saya di bibir memek Fani. Saya buka bibir memek Fani lalu kepala kontol saya tekan agar menekan itilnya Fani.
Fani:”uugh..uuughh…uughhh” Fani mulai mengerang dan tatapan matanya mulai berubah sayu.
Heni:”Kenapa neng?
Fani:”Enak itil Fani mah, kena kepala kontol om Dendi”
Perlahan memek Fani pun kembali menjadi basah.
Sementara ku lihat Heni meraba-raba susu dan memeknya sendiri sambil menyaksikan anaknya yang akan segera saya setubuhi.
Saya pun sudah tidak sabar lagi. Perlahan saya tekan kepala kontol saya ke memek Fani yang mungil. Tampak mulut memek Fani membuka lebar terdorong kepala kontol saya.
Fani pun tampak meringis, raut wajahnya tampak ketakutan.
Sementara Heni tidak diam kini mulai menjilati puting dada saya.
Jilatan Heni membuat saya semakin bernafsu. Saya pun menekan kontol saya lebih kuat dan membuat Fani menjerit kesakitan.
Fani:”Sakiiiiit Om, mah, sakiiiit uuugh” Fani pun sedikit berontak.
Saya pun menoleh ke Heni karena Fani tampak betul-betul kesakitan.
Heni:”Kumaha neng, sakit banget ya?
Fani:”Ia, gak muat, memek Fani sakit banget mah”
Heni”Sakit katanya memeknya A, gimana atuh? Heni malah bikin saya tambah bingung.
Saya:”Gimana dong, dilanjut apa nggak?
Fani:”Ia, coba lagi aza Om, tapi pelan-pelan” ucap Fani, tampak wajahnya antara takut dan pengen.
Heni:”Ya udah coba lagi a, asup keun heula kepala kontolna, coba”
Saya:”Ia ini juga rencananya gitu, tapi Fani udah jerit-jerit aza” ucap saya sambil mendorong kepala kontol saya lagi. Sebelumnya saya ludahi lubang memek Fani yang sebenarnya sudah basah juga.
Heni:”Tahan dikit neng, sakit sedikit gpp, yang penting nanti makin nikmat”
Perlahan kepala kontol saya membelah lagi memek Fani. Saya tekan lebih dalam hingga akhirnya kepala kontol saya berhail masuk ke dalam memeknya Fani.
Heni:”Udah masuk itu kayaknya kepala kanjut si aa neng? Tanya Heni sambil melihat kearah kelamin kami. Tangannya masih mengelus-elus puting saya.
Fani:”ia, udah masuk mah, perih uuuuuh”
Heni:”Tahan, nanti juga enak” ucap Heni dan kembali menjilati dada saya. Sementara Fani menatap saya dan tangan kananya masih memegang pergelangan tangan ibunya.
Saya dorong kembali kontol saya hingga terlihat memek Fani membuka dengan lebar.
Akhirnya ekitar seperempat kontol saya berhail masuk ke dalam memek Fani. Saya biarkan beberapa saat. Memeknya terasa memijat dan begitu kuat menjepit kontol saya. Sementara Fani masih terlihat keakitan.
Heni pun terlihat memperhatikan reaksi anaknya.
Heni:”Gimana neng?
Fani:”Masih sakit dan perih mah, padahal memek aku kan udah gak perawan? Ucap Fani.
Heni:”Ia, tapi kontol si aa tambah badag, jadi tetap susah mauk di heunceut kamu neng” ucap Heni.
Saya pun mencoba menarik keluar masuk kontol saya meski baru seperempatnya saja yang masuk. Perlahan memek Fani terasa semakin basah. Fani pun mulai mengerang dan seperti menikmati.
Fani:”uugh..ugggh..uughhhh” sambil kini dia memegangi kedua lengan saya.
Heni pun kini bergeser lebih dekat ke Fani. Heni pun mencopot kutang anaknya yang masih menempel di punggungnya. Heni lalu meremas-remas susu mungil Fani untuk menambah rangsangan.
Heni:”ayo a, masukin lagi kontolnya aa, itu baru dikit yang masuk, si neng udah mulai keenakan” ucap Heni.
Saya pun mencoba memasukan lebih banyak lagi bagian kontol saya ke memeknya Fani.
Fani:”uugh sakit Om uugh..uughhh”
Heni:”Tahan, biar sampai kontol si aa mentok di Rahim kamu” ucap Heni.
Memek Fani tampak mengembung, kini udah separo kontol saya berada di dalam memeknya.
Saya pun mendorong lebih dalam lagi dan kemudian saya merasa mentok, hanya separh lebih sedikit. Fani tampak mengerang kesakitan, sedikit air mata keluar dari sela-sela sisi matanya. Saya pun mendiamkan kontol saya untuk beberapa saat.
Fani:”sakiiit mah, panas aaah, memek neng kayak mau robek aaah”
Heni:”Tahan dikit, nanti juga enak lagi” ucap Heni sambil tiba-tiba mendekat ke wajah anaknya lalu dia mulai menjilati leher anaknya.
Saya pun mulai menggenjot memek Fani secara perlahan-lahan.
Fani:”uugh mah, geli uugh…uugghh…uggggh” Fani tampak mulai menikmati lagi genjotan saya ditambah rangsangan dari ibunya.
Plook…ploook…plooook…
Saya pun mulai mempercepat genjotan kontol saya ke memeknya Fani. Saya pun kini mendekap Fani. Saya lumat bibirnya dan kami pun berciuman. Taka da lagi keluhan dari Fani. Kini dia betul-betul menikmati saya setubuhi.
Heni pun memberi ruang dengan sedikit menjauh.
Fani:”Emmmpz aaah…aaaah…aaah”
Heni:”Enak neng?
Fani:”Hheeeeh, enak aaaghh…aaaghhh”
Saya pun merasakan memek Fani semakin hangat dan semakin menjepit kontol saya.
Heni:”Gimana enak gak heunceut anak teteh a? tanya Heni kepada saya.
Saya pun melepaskan mulut Fani untuk menjawab pertanyaan Heni.
Saya:”Enak banget teh, memek anak teteh seret banget uuughhhh” ucap saya dan segera mulut saya berpindah ke leher Fani. Saya jilati leher Fani dan terus kebelakang telinga.
Fani:”aaagh gak kuat udh uuuh sakit perih uuugh”
Heni:”Masih sakit?
Fani:”Ia koq jadi perih lagi”
Saya pun terpaksa bangkit dan memperlambat sodokan kontol saya.
Fani:”Ia gitu Om, pelan-pelan ngentot Faninya” ucap Fani.
Saya dan Heni pun sempat saling pandang.
Saya pun kembali menggenjot Fani sambil melihat reaksinya.
Plook..ploook…ploook…
Sodokan saya semakin cepat karena tidak ada complain lagi dari Fani.
Fani:”aaagh enak Om, Fani gak kuat uugh”
Sementara Heni mendekat kepada saya lalu dia mencium saya. Tangannya saya pun bergerak ke pantanya dan meremas-remas pantat besar milik mamahnya Fani.
Fani:”aaagh Fani mau pipis uuuugh”
Heni:”Keluarin neng, jangan ditahan” ucap Heni kepada anaknya.
Saya pun semakin mempercepat sodokan kontol saya. Ranjang pun mulai berderit cukup kencang.
Fani:”Gak kuat Om uuugh” erang Fani dan kemudian dia mengejang.
Saya pun merasakan semprotan ke kontol saya. Memek Fani terasa makin licin dan lengket meski tetap mencengkram dengan ketat.
Saya pun memperlambat sodokan kontol saya sementara Fani memejamkan matanya.
Heni yang tadi sibuk menciumi saya kemudian pindah kembali duduk di tepi ranjang di samping Fani sambil mengelus rambut anaknya yang acak-acakan.
Heni:”udah dapat ya dia a? tanya Heni kepada saya, saya hanya menjawab dengan menganggukan kepala saya.
Heni:”Kalau kontol aa udah bucat belum?
Saya hanya menggelengkan kepala lagi sambil memberi sodokan kecil ke memeknya Fani. Terasa jauh lebih mudah dibanding sebelumnya.
Fani tampak membuka matanya mendengar omongan dari mamahnya.
Heni:”kamu udah dapat neng?
Fani:”Ia, lemes mah” ucap Fani.
Semntara saya masih mengentot Fani meski dengan gerakan halus.
Heni:”Ya udah kamu geser dulu, gentian, biar mamah yang ewean sama si aa, kasihan belum bucat dia” ucap Heni.
Fani pun bangkit dan saya pun segera mencabut kontol saya yang masih terbungkus kondom tampak basah dan mengkilap.
Saya:”Teteh, berdiri saja di bawah” ucap saya sambil turun dari ranjang.
Heni:”Aa, mau ewe teteh sambil berdiri? Tanya Heni sambil ikut turun dari ranjang.
Sementara Fani berguling menjauhi kami.
Saya tidak menjawab tapi segera memeluk Heni dari belakang. Saya naikan satu kaki Heni ke atas ranjang. Saya peluk sambil saya remas-remas payudara Heni dari belakang.
Tangan saya masuk ke bh yang menjadi satu dengan lingerie Heni dan segera saya pegang dada dan saya remas susunya sambil saya ciumin leher dia.
Heni:”uugh a, aaah enak aaaah” ucap Heni sambil tangannya bergerak kebelakang dan mengocok kontol saya.
Heni:”Teteh lepas ya kondomnya, gak enak ewean kalau kontolnya pakai kondom, gesekannya gak berasa”
Saya tak menjawab, Heni langsung melepas kondom saya dan membuangnya ke lantai..
Heni:”Gede banget kontol aa sekarang, mantap bisa jadi kayak gini, wajar jadinya si neng sampai ngejeris kesakitan, kayak diperawanin lagi dia” ucap Heni.
Saya tak menghiraukan ucapan Heni. Mulut saya kini sudah menjilati ketiak Heni yang sebelah kiri.
Karena habis mandi, ketiak berbulunya berbau harum.
Setelah puas menjilati ketiak kiri Heni, saya segera menarik kontol saya yang masih digenggam Heni.
Heni pun segera sedikit menungging dan melebarkan pahanya.
Tampak memeknya yang berbulu lebat, karena celana dalamnya memiliki lubang di depan pas di memeknya.
Sementara ku lihat Fani menatap kami nyaris tak berkedip, menyaksikan mamahnya akan segera saya setubuhi.
Heni:”Giliran mamah sekarang neng yang bakal diewe sama si aa” ucap Heni.
Lalu tiba-tiba Fani bangkit dan mengambil ponselnya, sementara saya sudah mulai menggesek-gesek kontol saya dengan bibir memeknya Heni.
Tampak Fani mengarahkan kamera ponselnya kepada kami.
Heni:”Neng kamu mau rekam mamah ewean sama si aa?
Fani:”ia, gpp kan mah, koleksi aza”
Heni:”Tapi simpen baik-baik jangan sampai kesebar, aaaah enak aaa, asup kepaa kontolna aaaa” ucap Heni yang langsung mengerang karena saya sudah memasukan kontol saya ke dalam memeknya.
Memek Heni terasa hangat dan sudah berkedut dan basah.
Heni:”Uuuh, masukan lebih dalam a, enak bagent uuuuuh” ucap Heni sambil tangannya yang kanan memainkan itilnya sendiri.
Saya pun segera mendorong kontol saya dan hampir semuanya dapat masuk ke dalam memeknya Heni.
Heni:”Uuugh panjang, badag pisan kontolna, penuh memek mamah neng, mentok sampai ke Rahim udah uuuuh”
Sambil memeluk Heni dan memegang kedua susunya saya pun segera menggenjot Heni. Heni pun mengimbangi gerakan saya. Meski memek Fani jauh lebih mencengkram dari memek mamahnya, tapi memek mamahnya terasa lebih nikmat. Empotan memek Heni terasa begitu nikmat, kontol saya seperti dipijat dari dalam.
Heni:”Aaah ngenah pisan aa, kontol aa tambah badag, penuh heunceut teteh uuuugh, ngegesek banget ke dinding momok teteh uuuuugh” ucap Heni yang kini kedua tangannya memegangi telapak tangan saya yang berpegangan ke kedua susunya.
Ploook…ploook…plooook…
Saya pun mulai mempercepat sodokan kontol saya di memeknya Heni.
Heni:”aaagh nikmat banget diewe sambil berdiri ternyata a, teteh belum pernah diewe sambil berdiri gini a sama suami teteh” ucap Heni.
Saya tak menghiraukan ucapan Heni tapi semakin mempercepat sodokan kontol saya.
Ploook…ploook…ploook…
Sementara kulihat Fani duduk di kasur sambil asyik merekam mamahnya yang sedang dientot.
Heni:”Kamu suka ya neng, nonton mamah lagi diewe gini? Ucap Heni kepada Fani.
Fani:”Hehe, ia mah, mamah seksi banget, apalagi pakai lingerie lucu, soalnya cangcutnya bolong pas dilubang memeknya” ucap Fani yang tampak sudah mulai segar lagi tidak loyo seperti tadi.
Heni:”Pantes maneh reseup ngintip mamah ewean jeung bapak maneh aaaaah enak aa, sodok terus uuuh” ucap Heni yang beberapa kali terdorong ke depan.
Saya:”Teh, pindah ke kekasur, saya pegel, dan udah mau keluar juga” ucap saya sambil mencabut kontol saya.
Heni pun segera naik ke ranjang dan berguling lalu terlentang dan mengangkang. Saya segera mengikutinya dan memposisikan diri di antara kedua kaki Heni.
Saya pun segera menempelkan kembali kontol saya di mulut memek Heni yang bulu-bulnya tampak mengkilap dan mulut memeknya terbuka lebar.
Saya:”Aku masukan lagi ya teh” ucap saya.
Heni:”Ia, asupkeun a, teu kuat keur ngeunah ewean ah” ucap Heni.
Sementara Fani asyik mengabadikan aktivitas seks kami dengan ponselnya.
Tanpa terlalu kesulitan, kontol saya pun kembali melesak ke dalam memeknya Heni. Heni langsung memegang kedua lengan saya.
Saya:”saya genjot ya teh” ucap saya.
Heni:”Ia, zinahi teteh di depan anak teteh a, uuugh enak ah diewe kontol badag panjang eggggh”ucah Heni dengan suara parau.
Ploook…ploook…plooook…
Saya pun kembali menyetubuhi Heni. Kedua susunya yang berguncang segera menjadi korban tangan saya. Saya remas dan saya pilin putingnya hingga Heni merem melek keenakan.
Heni:”aaah nikmat neng, nikmat banget mamah diewe kontol gede si aa aaaah, momok mamah cenut-cenut uughhh” racau Heni.
Sempat saya lihat Fani sejenak, mukanya nampak merah mungkin dia sudah terangsang lagi.
Ploook…plooook…plooook..
Sodokan kontol saya pun semakin cepat dan membuat kepala Heni beberapa kali terdongkak ke belakang dan terlepas dari bantal.
Sodokan kontol saya pun semakin cepat dan tak beraturan.
Heni:”aaaagh, ampun uugh gak kuat aaaaah, kontolna nusuk sampai ke Rahim mamah neng uuuugh”
Saya:”Saya mau keluar teh” ucap saya.
Heni:”teteh juga” ucap Heni dengan tatapan sayu dan wajahnya memerah.
Saya segera mendekap Heni dan saya rentangkan tangannya. Mulut saya segera melumat ketiak berbulunya yang tampak basah mengkilat yang sebelah kanan. Saya pun segera menjilati ketiak Heni sambil saya mengentot dia.
Heni:”Aaagh teteh gak kuat”
Saya:”Saya juga” ucap saya lalu saya melumat mulut Heni.
Lidah kami pun saling bertautan dan sodokan kontol saya pun semakin cepat di memeknya.
Heni:”mmmpz, pejuin heunceut teteh a, buntingin teteh aaagh enak uuugh” ucap Heni dan kedua kakinya kini mengapit pantat saya.
Saya:”aaagh enak teh, saya buntingin teteh aaaaah” ucap saya.
Croot…crooot…crooot…
Sperma saya pun membanjiri memeknya Heni.
Heni pun tamppak mengejang dan melumat bibir saya. Kami pun berciuman.
Heni:”aaagh…aah…ahhhh” dia mengerang di sela-sela ciuman kami di setiap semprotan peju saya di dalam memeknya.
Kami pun saling melumat dan bibir kami saling melilit, kami berciuman begitu ganas. Tak kuperhatikan apa yang sedang dilakukan Fani.
Cukup lama kami berciuman. Akhirnya Heni melepaskan pagutan dia.
Heni:”Panas momok teteh kena peju kamu a hihi, tapi koq keras terus kontol aa, masih ngenganjel aza di heunceut teteh? Tanya Heni.
Saya tak menjawab hanya memberi dia senyuman.
Heni:”Aaagh, mudah-mudah peju aa yang dikeluarkan di dalam heunceut teteh jadi anak, jadi adenya Fani bakal ganteng kayak aa”
Fani:”Mamah koq gitu” terdengar Fani nimbrung. Saya sempat lupa keberadaan Fani.
Saya pun bangkit dengan tetap kontol saya berada di dalam memeknya Heni.
Heni:”Gpp neng, bapak kamu gak bakal tahu, mamah memang lagi subur, jadi kemungkina besar dipejuin banyak kayak barusan sama si aa bakal jadi aaagh…masih keras aza kontooool” ucap heni karena saya mulai menggenjot memek dia lagi.
Tampak Fani sedikit cemberut sambil duduk. Hpnya sepertinya sudah disimpan dia.
Dia sepertinya tidak rela mamahnya dihamili oleh saya.
Saya tidak terlalu memperdulikannya, saya kembali menggenjot memeknya Heni.
Heni:”Jangan cemberut gitu dong neng, mending kamu ikutan lagi gih, kamu rangsang si aa, mamah masih lemes udah dia ewe lagi ini” ucap Heni.
Saya pun menoleh ke Fani sejenak dan kembali focus ke mamahnya.
Sementara ini memek mamahnya memang terasa lebih enak, karena jepitan Fani masih terlalu kuat dan kontol saya pun sedikit kesakitan begitu juga dia yang merasakan sakit yang sama di memeknya apalagi Fani masih mentah belum berpengalaman serta kalah binal
Ploook…ploook…ploook
Heni:”aagh…aghh…aghhh, aa gak ngasih kesempatan nafas ini” ucap Heni.
Saya:” ya mumpung bisa begeni, kan jarang-jaarang” ucap saya.
Heni:”Ia juga, ya udah ewe teteh sepuasnya a uugh…uugh..uuughh”
Lalu tiba-tiba Fani sudah di dekat saya.
Heni:”Isep dadanya si aa neng, atau mainkan puting si aa pakai jempol kamu” ucap Heni memberi komando.
Fani pun menuruti perintah ibunya. Dia melumat dada saya yang kiri sedang jempol tangan kiri dia memaikan pentil kecil saya yang kanan.
Itu adalah bagian kelemahan saya.
Saya:”uuuagh, enak Fan aaaaa” ucap Saya sambil tangan kiri saya bergerak ke pantat Fani dan meremas-remasnya.
Memang sangat luar biasa bisa menggarap ibu dan anak sekaligus.
Plook…plooook…plooook…
Sodokan kontol saya pun semakin kuat dan membuat kepala Heni terdorong kebelakang.
Heni:”aaagh anjrit enak neng, kontol si aa mentok ke Rahim mamah aaaaaa, pejuin lagi teteh a, hamilin teteh, aaagh perkosa terus aaaaaah gak kuat” erang Heni dan dia lalu mengejang dan keluar lagi mendahului saya.
Saya pun sedikit memperlambat sodokan saya dan memberi kesempatan Heni bernafas. Memeknya berkedut dan semakin intens terasa memijit kontol saya.
Sementara tangan saya sudah meraba-raba memek anaknya, itil Fani pun menjadi sasaran jari-jari saya. Fani pun menggelinjang dan gak focus lagi, kadang menjilat dada saya kadang kepalanya menjauh.
Heni kusaksikan masih memejamkan matanya menikmati orgasme dia.
Fani:”aaagh ampun uuhhh”
Heni:”kenapa neng, momok kamu dikodok si aa hihi”
Fani:”Itil neng aaah uughhh”
Sementara saya semakin cepat menyodokan kontol saya ke memeknya Heni.
Heni:”Aaah, kontol si aa ngamuk lagi, uugh…ughhhh”
Saya:”aaagh saya keluar lagi teh” ucap saya dan menekan kontol saya dalam-dalam ke memeknya Heni.
Crooot..crooot…crooot…
Kembali sprema saya mengisi rahimnya Heni meski tak sebanyak sebelumnya.
Mata Heni tampak mendelik dan mulutnya terbuka. Sementara Fani pun menjerit dan memeknya mengeluarkan cairan yang membasahi tangan saya.
Heni:”aaagh nikmat ampun lemes diewe terus aaaagh”
Fani::”aaaaghhhhh..hhuuuuuh…huuuuhhhh”
Fani kemudian terduduk di samping saya dan saya lihat dia ngos-ngosan juga.
Heni pun melirik ke anaknya.
Heni:”aaah, kamu keluar neng, momok kamu dimainin tangan si aa doang” ucapnya.
Fani tak menjawab tapi langsung tersungkur dan terlentang di samping kami.
Heni:”Huuuh, mamah cape, dipejuin si aa lagi heunceut mamah neng, mamah pasti berhasil dihamiln si aa” ucap Heni.
Fani hanya melirik sebentar lalu memejamkan matanya.
Heni:”Kanjut si aa masih keras aza neng, aa pakai obat ya, mamah lemes diewe terus, kamu masih mau di ewe si aa? Tanya Heni.
Fani membuka matanya dan menjawab.
Fani:”ia, mau, tapi sekarang masih lemes”ucap Fani.
Heni:”Hihi, si neng mau di ewe lagi sama kamu a hihi” ucap Heni
Fani wajahnya langsung bersemu merah karena malu.
Heni:”Udah cabut dulu kontolna a, momok teteh kebas, masih aza meuleugeung kontol” ucapnya.
Saya pun segera menarik kontol saya yang masih saja keras dan tampak mengkilap.
Heni:”Berarti si aa memang niat ngewein kita neng, sampai pakai obat, kontolna tuch masih aza celeugeung” ucap Heni.
Fani tak menjawab hanya memperhatikan kontol saya.
Heni:”Sini, biar sementara aku isep kontolna a” ucap Heni.
Saya pun mendekat ke kepala Heni dan menyodorkan kontol saya.
Heni:”Meuni badag dan panjang neng, kontolna si aa liat, kontol yang udah ngambil kehormatan mamah dan merenggut keperawanan kamu” ucap Heni sambil menampar-namparkan kontol saya ke pipinya.
Heni lalu bangkit dan duduk. Segera mulutnya melumat kontol saya yang masih basah oleh peju saya dan cairan dia sendiri.
Lalu Heni memasukan kontol saya ke dalam mulutnya dan segera memblow job saya.
Fani tampak begitu focus memperhatikan ibunya yang sedang menyepong kontol saya.
Heni kemudian mengeluarkan kontol saya dari mulutnya dan berbicara kepada anaknya.
Heni:”Gimana neng, udah siap ewean lagi sama om Dendi?
Fani:”ia, udah” ucapnya dengan sedikit malu-malu.
Heni:”Gak usah malu-malu gitu, kamu harus binal seperti mamah, baru si aa puas” ucapnya.
Heni:”Udah a, kamu sudah bisa gagahin anak teteh lagi” ucap Heni.
Saya pun segera bergeser ke tempat Fani. Fani pun segera mengangkang tapi saya memilih tidur di sampingnya.
Heni:”kalau si neng ya di atas masih susah kayaknya a, takutnya kesakitan lagi memeknya” ucap Heni.
Saya:”Gak koq” ucap saya. Sambil memiringkan badan Fani sehingga membelakangi saya.
Heni:”o…si aa mau ngewek kamu dari samping neng, angkat, renggangkan kaki kamu, biar mamah yang pegang kontolna si aa, nanti mamah masukan ke momok kamu” ucap Heni dan mendekati selangkangan anaknya. Fani pun mengangkat kakinya dan saya sudah menyelipkan kontol saya di antara belahan memek Fani.
Heni:”ets, pakai kondom dulu a” ucap Heni yang sudah memegang kontol saya dan menyadari saya tak pakai kondom.
Saya:”Gak enak teh, kan teteh bilang sendiri kalau pakai kondom kurang enak” ucap saya.
Heni:”Ia sich, tapi nanti keluar di luar ya, jangan buang peju aa di memek anak teteh” ucap Heni.
Saya:”Paling kalau keluar juga sprema saya dikit teh, udah keluar dua kali berturut-turut, gak bakal bikin hamil” ucap saya seolah membuat pembenaran.
Heni:”Uh gimana neng”
Fani:”Gpp mah” ucap Fani yang dari tadi saya peluk hanya dia saja.
Saya pun mulai menjilati leher Fani dan meremas susunya untuk merangsang dia.
Heni:”Udah basah koq momok kamu, langsung mamah masukan kontolna si aa ya neng”
Fani:”iiia” ucapnya pendek dengan suara bergetar entah sange atau takut atau keduanya.
Heni pun mengarahkan kontol saya ke lubang memek anaknya dan saya mendorongnya perlahan.
Perlahan kepala kontol saya pun memasuki memeknya Fani.
Saya gesek-gesek dulu sebentar dan Heni pun membiarkan tidak buru-buru membantu mendorong kontol saya takut Fani kesakitan.
Fani:”uugh…aaagh…ahhhhh” Fani hanya mendesah-desah kebetulan saya intens menjilati kuping dan meremas susu dia.
Heni:”Mamah dorongin ya kontol si aa biar cepet masuk ke memek kamu” ucap Heni dan mendorong kontol saya dibantu tekanan dari saya semakin banyak bagian kontol saya yang memasuki memeknya Fani.
Fani:”Aaagh…mah, uuughhh”
Heni:”Kenapa sakit neng? Tahan dikit”
Fani:”Enak aaagh mah, enak”
Heni:”Hehe, enak katanya a, udah ewe anak teteh sekarang” ucapnya.
Saya pun kembali mendorong kontol saya dan mulai menarik keluar masuk.
Fani:”aaagh…aaaagh…uugh enak uugh penuh memek neng mah”
Ploook…ploook..ploook
Saya pun segera mengentot Fani di depana mamahnya.
Heni pun menepuk-nepuk pantat saya.
Heni:”entot…entot hihi, entot yang dalam memek anak teteh a” ucap Heni.
Sementara Fani tampak memejamkan matanya menikmati sodokan kontol saya di dalam memeknya.
Saya:”Enak banget teh, memek anak teteh Juara, jepitannya kenceng banget” ucap saya memuji Fani.
Heni:”Enak mana sama momok mamahnya a?
Saya:”Sama-sama enak teh, memek teteh mantap empotannya” ucap saya sambil mempercepat sodokan kontol saya.
Fani:”aagh enak banget mah, uuhhh”
Heni:”Yang binal neng ayo..ayo”
Fani:”aaagh enak mah, diewe si Om Dendi uu…aaaahhhh”
Heni:”Bagus kayak gitu” ucap Heni sambil mengacungkan jempol tangannya di muka anaknya.
Ploook…plooook…ploook..
Hantaman pangkal paha saya di pantat Fani terdengar makin nyaring.
Fani:”aaagh Fani keluar uuughhh”
Tiba-tiba Fani sudah mengejang saja dan terasa tubuhnya melemas.
Saya pun memperlambat sodokan kontol saya. Memek Fani terasa makin basah dan lengket.
Heni:”Orgasme dia a?
Saya:”Ia” ucap saya hanya memberikan sodokan kecil di memek Fani sambil menjilati lehernya dan saya beri beberapa cupangan. Fani sepertinya tidak sadar saya mecupangi leher dia.
Setelah beberapa saat saya meminta Fani terlentang. Saya pun kembali menyetubuhi Fani di depan Heni.
Plook…ploook…ploook…
Saya kembali memberi sodokan yang kuat di memek Fani.
Fani:”aaagh..aaaaagh..aaaghh”
Fani teriak cukup keras sepertinya dia kaget akan mendapat sodokan yang luar biasa dari saya.
Ploook..ploook…ploook…
Fani:”aaaah ampun om oohh…pelan om ooh”
Heni:”aa mau keluar ya, cabut jangan di dalam” ucap Heni.
Tapi tak saya hiraukan. Saya menekan kontol saya dalam-dalam ke memek Fani dan saya pun mengeluarkan peju saya lagi.
Fani:”aaagh…Om uuugh”
Saya pun segera mendekap Fani dan mencium bibirnya. Kontol saya masih berkedut di memek Fani meski saya yakin tak banyak sprema yang bisa saya keluarkan karena sudah dikuras Heni.
Heni:”si aa, malah dibucatin di momok si neng ih” terdengar Heni ngomel-ngomel.
Saya dan Fani tidak memperdulikan kami malah asyik berciuman.
Fani:”uugh berat badan om aaaah”
Saya pun kemudian berguling ke samping Fani, kontol saya masih keras tapi sudah terasa kebas masih mengacung tegak.
Heni:”Kanjut kamu masih keras aza a” ucap Heni sambil ikut berbaring mengapit saya, karena memang ukuran kasurnya memungkinkan. Tanggannya pun memegang kontol saya dan mengocok-ngocoknya.
Heni:”Banyak peju si aa keluar di momok kamu neng? Tanya Heni masih sambil mengelus-elus kontol saya dengan lembut.
Fani:”Dikit kayaknya mah, gak tau juga tapi anget” ucap Fani.
Heni:”awas aza kalau sampai kamu hamil juga karena si aa, bisa gempar, mau gak mau kamu harus nikahin anak teteh a” ucap Heni.
Saya:”Waduh? Tapi dikit koq saya keluarnya barusan, udah terkuras habis sama memek teteh” ucap saya.
Heni:”Kalau teteh hamil sama aa, kan memang teteh yang minta dihamilin, lagian teteh punya suami, kalau si neng, ya gawat” ucap Heni.
Saya pun menjadi sedikit khawatir.
Fani:”Mamah egois, mamah dihamilin om Dendi gpp, giliran Fani gak boleh” ucap Fani.
Heni:”Bukan mamah egois, mamah kan ada bapak kamu, kalaupun mamah beneran hamil sama si aa, paling disangka bapak kamu anak dia, tapi kalau kamu bunting, kamu gak punya suami”
Fani dan saya pun terdiam.
Heni:”Ya udah mudah2han gak sampai bunting” ucap Heni yang tiba-tiba bangun dan naik ke perut saya.
Heni:”Masih keras terus sich kontolna a, teteh masukin ke momok teteh lagi ya” ucapnya tanpa menugu jawaban Heni sudah menurunkan pantatnya dan kontol saya langsung membelah memeknya.
Heni:”Aaagh enak aaaaaah”
Saya:” aaagh kebas teh”
Heni:”uuugh nanti enak lagi, memek teteh udah basah lagi liat aa ngewein anak teteh” ucap Heni yang langsung naik turun di atas badan saya.
Heni kemudian menarik tangan saya agar meremas-remas susunya dia.
Saya pun segera meremas-remas susunya Heni. Seperti yang Heni bilang rasa nikmat mulai menyerang kelamin saya. Heni pun semakin cepat naik turun di atas paha saya.
Heni:”Eeegh enak uy, tapi teteh lemes, udah berkali-kali ngewe aaaah” ucap Heni yang tiba-tiba ambruk ke dada saya.
Saya pun yang sudah kelelahan hanya kontol saya saja yang tetap keras mengambil alih kendali. Saya sodok memek Heni dari bawah.
Ploook..plook..ploook…
Heni:”aaaah…aaagh…aaagh” Heni pun kemudian melumat bibir saya dan kami pun berciuman sambil bersetubuh.
Heni:”Aaagh teteh gak kuat, ewe yang kenceng a, aaaa, enak”
Ploook…ploook..ploook…
Saya pun semakin cepat menyodokan kontol saya sambil meremas-remas pantat besar Heni.
Saya:”aaaaah teh”
Heni:”aaa mmmmmz..mppppz” saya segera melumat bibir Heni dan menjejalkan kontol saya dari bawah dan menekan pantat Heni ke bawah.
Kontol saya pun berkedut walau saya tidak yakin apa mengleuarkan sprema atau tidak.
Heni pun terdengar mengeram sambil memejamkan matanya.
Nafas kami pun tersengal-sengal dan kami pun terdiam beberapa saat dengan kontol saya masih menancap di memeknya Heni.
Heni kemudian membuka mata dan berbisik.
Heni:”Masih meuleugeung aza kontolna a, biar aza jangan dicabut, biar diangetin momok teteh di dalam hihi”
Saya tak menjawab tapi kembali mencium Heni.
Saya baru menyadari Fani sudah tidak ada di ranjang.
Saya:”Teh, anak teteh kemana?
Heni pun tampak menengok ke kiri dan kanan.
Heni:”ia, biarin paling mandi, nanti teteh juga mau mandi lagi, kita mandi bareng ya a”
Saya:”ia, badan aku udah pegal-pegal, segera kayaknya kalau mandi” ucap saya.
Lalu kami terdiam lagi seperti tadi masih dengan posisi yang sama.
Lama-lama badan Heni terasa berat bagi saya.
Saya pun menurunkan Heni ke samping berikut badan saya ikut menyaming tanpa melepaskan kontol saya yang masih terbenam di memek Heni. Di dalam memek Heni membuat kontol saya tidak terlalu berasa kebas.
Heni:”Masih nyangkut aza kontol aa, hihi keras terus, gimana kalau keras terus gini a hihi”
Saya:”Gak tau nich, mungkin kebanyakan obatnya tadi”
Heni:”hihi, niat banget ya, ngewein teteh sama anak teteh”
Saya:”Hehe, yang mumpung di hotel gak diganggu kang saeful” ucap saya,
Heni tak menjawab tapi memeluk saya sambil memejamkan matanya.
Lalu saya melihat Fani sudah berbalut handuk hotel warna putih. Dia pun tampak memilih duduk di kasur satunya yang berukuran lebih kecil.
Dia pun tampak memperhatikan saya dan mamahnya yang masih berpelukan telanjang bulat. Tampak Fani mengambil make up dalam tas yang dia bawa.
Saya:”Teh, Fani udah kelar mandi, kita mandi yuk”
Heni tak segera menjawab tapi menoleh ke belakang untuk sesaat.
Heni:”Oh ya, ayo, cabut dulu kontol aa dari momok teteh” ucap Heni.
Saya pun mencabut kontol saya sekaligus menjauh dari Heni.
Plooop…
Heni:”aw, sakit momok euy”
Saya:”Kenapa teh?
Heni:”Nyeuri momok teteh ternyata, pas kontol aa dicabut barusan, lengket, untung buru-buru dicabut kalau gak momok teteh sama kontol aa gancet haha” ucap Heni sambil berdiri dan tertawa.
Saya:”Teteh bisa aza”
Heni:”Neng mamah mandi dulu ya, paling mamah ewean lagi sama si aa pas mandi” ucap Heni santai.
Fani tak menjawab hanya melihat kita sejenak saja.
Saya dan Heni pun bergandengan tangan masuk ke dalam kamar mandi.
BERSAMBUNG…..
 
Bimabet
Mantap yg di tunggu² setelah sekian kama,makasihh huuu...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd