begawan_cinta
Guru Semprot
- Daftar
- 27 Oct 2023
- Post
- 553
- Like diterima
- 9.425
Ingin Saya Menjadikannya Istri Kedua
WANITA itu sepertinya pernah saya kenal, tetapi di mana, ya? Coba saya ingat-ingat dulu. O... bukahkah itu istri penjual tanaman yang pernah saya gagahi di kebunnya, tetapi akhirnya istri saya tidak jadi membuat taman dengan suaminya karena kemahalan harganya?
Tidak salah lagi, ia adalah istri penjulan tanaman. Saya ingat betul wajahnya, tetapi celana dalamnya yang pernah saya ambil sudah entah dimana karena sudah berlalu kira-kira 4 (empat) bulan yang lalu.
Sekarang saya bertemu dengan ia di mall bersama bayinya yang ditaruh di dalam stroller bayi dan seorang gadis, kemungkinan anak gadisnya.
Saya ragu-ragu untuk mendekatinya, tetapi bagaimanapun beratnya perasaan saya, saya harus mendekatinya. Mungkin saya harus menahan malu jika ia membuang muka tidak mau bertegur sapa dengan saya, atau sudah lupa dengan saya. Wajar, sudah sekian lama...
Lalu saya melangkah mendekatinya dengan jantung berdebar-debar. “Eh... Bapak... dengan siapa, Pak?” ia yang terlebih dahulu melihat saya, dan ia pula yang pertama kali menyapa saya.
“Masih ingat dengan saya...?” tanya saya.
“Masih Pak... ini anak saya dan ini bayi saya yang dulu di kebun masih dalam kandungan... he.. he..”
“Bagaimana kabarnya Pak Arman... apa Pak Arman ikut...?”
“Pak Arman sudah gak ada, Pak... dan saya juga sudah nggak menjual tanaman lagi...”
“Apa...?????” tanya saya kaget. Pak Arman sudah tidak ada, maksudnya Pak Arman sudah meninggal dunia?
“Iya, Pak... bapak sudah gak ada... mendadak, Pak... setelah saya melahirkan dua minggu... sekarang saya sudah menikah lagi, baru sebulan...”
“Kok Mbak nggak mencari saya atau telepon saya...?” kata saya.
“Saya bingung banget waktu itu, Pak... saya terima begitu saja sewaktu ada laki-laki yang mau sama saya, daripada saya susah cari makan, Pak... maaf... ini anak saya, ia mau cari kerjaan, sudah lulus SMK...”
“Jadi taman itu...?”
“Sudah dijual, Pak...” jawabnya, lalu ia menyuruh anak ceweknya membawa adiknya pergi jalan-jalan. Setelah itu ia berkata pada saya, “Kalau Bapak mau ke rumah saya, telepon dulu ya, Pak... suami saya sih, jarang di rumah, ia bawa bus malam...”
“Besok...?” kata saya tak sabar.
“Bapak telepon dulu aja, takut ada anak-anak di rumah, Pak...”
“Maaf... Mbak ada duit buat dipakai sehari-hari...?” tanya saya kemudian.
“He.. he.. ada sih, Pak...” jawabnya, tetapi ia terima juga sewaktu saya memberikan beberapa lembar uang 100 ribu padanya.
Tetapi ia tidak mau saya mengantarnya pulang. Dan dari pertemuan yang tak sengaja ini saya mengetahui bahwa ia bernama Sarimah, atau Bu Imah, jarang dipanggil Bu Sari.
Pulang ke rumah, sepanjang malam saya tidak bisa tidur. Malam rasanya begitu panjang. Saya ingin cepat-cepat hari siang untuk bertemu dengan Mbak Imah.
Untung istri saya tidak curiga.
♡♡♡♡♡