Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Bondage Sex Bersama Dominique

nero angelo

Guru Semprot
Daftar
8 Apr 2012
Post
626
Like diterima
4.375
Lokasi
Dimensi keterasingan
Bimabet
Berawal dari email lalu SMS, aku berkenalan dengan Mini,
panggilanku pada Dominique. Kami sepakat untuk saling
bertemu di sebuah kafe, daerah atas kota Bandung. Dari
penampilan awalnya aku cukup tertarik, meskipun bodinya
tergolong biasa-biasa saja tapi wajahnya yang sangat cute
membuatku terdiam untuk sesaat. Perawakan Mini kurang
lebih tinggi 165 cm, 50 kg dengan kulit putih, rambut hitam
lurus sebahu, sama-sama keturunan cina sepertiku juga dan
berumur 20 tahun merupakan mahasiswa di sebuah universitas
swasta di Bandung, ukuran payudaranya 34B dibalut dengan
kaos ketat sungguh ideal.

Kami pun mulai mengobrol panjang di kafe tersebut dan
pendek kata kami pun mulai serius tentang hubungan kami
yang mungkin lain dari biasanya, yaitu kegiatan BDSM.
Kuketahui juga Mini sudah tidak perawan karena pernah ML
dengan cowonya yang sekarang tidak tahu ada dimana. Mini
terlihat sedikit nakal dan sesuai harapanku yang sedang
mendalami bidang ini. Mini menganjurkan di tempat kosnya,
karena katanya dalam 2-3 hari ke depan tidak ada orang lain
karena pada mudik liburan. Aku pun setuju dan berjanji besok
aku akan langsung datang ke tempat kosnya.

Hari yang telah ditentukan telah datang, aku pergi menuju 711,
swalayan dekat kampusku, di sana aku membeli beberapa
gulung tali pramuka, jepitan jemuran 1 pack, lilin merah besar
yang biasa ada di kuil-kuil 2 buah, dan beberapa minuman.
Siaplah aku menuju cafe yang telah ditentukan, aku dengan
perlengkapan aku di tas sudah lengkap plus belanjaan tadi.
Meluncurlah aku dengan menggunakan motor bebekku ke
tempat kos Mini. Aku mulai memperlahan laju motorku dan
melihat alamat yang tertera di HP-ku, setelah beberapa lama
kutemukan sebuah rumah tinggal yang dijadikan tempat kos.

"Biasa saja, lebih bagus kos gue", pikirku.

Aku langsung menelepon Mini agar keluar dari tempat kosnya.

"It's show time" dalam benakku.

Lalu aku melihat Mini keluar dengan pakaian senam yang
masih basah keringat hingga membuatnya makin aduhai.

"Sori gue baru beres joging nih, masuk.., masuk", kata Mini
sambil membukakan gerbang.

Akupun mulai masuk dan celengak-celinguk melihat kos-an
yang berisi 4 kamar layaknya rumah tinggal biasa.

"Beneran kaga ada sapa-sapa neh?", tanyaku.
"Kaga ada, pembokat dah pulang dari tadi, now cuma ada lo
ama gue, kapan neh mulainya?", Jawab Mini.

Aku langsung mengeluarkan tasku dan Mini langsung ikut
melihat barang yang kubawa.

"Hehe.. kok gituan aja seh, disini juga ada kaga usah repot-
repot", kata Mini sambil mengeluarkan kotak di kamarnya.
"Pake semua yang lu mau ke gue" jawabnya sambil
memberikan kotak tersebut padaku.
"Wahh.., gila lo dapat dari mana semua alat ini?", tanyaku
karena baru kali ini aku melihat alat-alat penyiksaan yang
biasanya hanya aku liat di internet.
"Jangan rewel, cepetan donk gue dah ga sabar lu bisa apa
aja", jawabnya.

Tanpa menjawab karena aku masih keasyikan melihat "barang-
barang" yang sebagian masih tidak kuketahui fungsinya.

"OK., siplah ayo kita mulai", jawabku.

Permainan dimulai, Mini hanya duduk melihatku meninjau
tempat yang ingin aku gunakan.

"Sini lo, gue dapat tempat yang enak buat nyiksa lo", kataku
sambil tersenyum melihat lapangan basket dengan 1 tiang
dengan luas 4x5 meter di ruangan tertutup belakang kos.

Aku mulai mengambil bambu bulat berukuran 1 1/2 meter
dengan diameter 10 cm dan mengikat tangan Mini bersama
bambu tersebut. Hasilnya tangan Mini terentang ke arah
berlawanan seperti orang yang disalib. Belum puas dengan itu
aku mengikat "shibari", sehingga payudaranya tampak
menonjol.

Mini merasa kesakitan terlihat dari wajahnya yang mulai
merah, tapi saat kutanyakan Mini menjawab "Lanjutin aja gue
nikmatin kok, jangan sungkan-sungkan gue kaga marah gue
hepi kok" sambil tersenyum.

Akupun tidak tanggung-tanggung lagi langsung mengambil
sepatu hak tinggi merahnya sekitar 10 cm, penjepit yang telah
kubeli, ball gag di kotak Mini, dan sun block untuk kuoleskan
pada kulit Mini karena rencanaku akan kujemur Mini di
lapangan tersebut dalam waktu cukup lama, matahari masih
cukup terik meskipun jam sudah menunjukan pukul 4 sore.
Setelah kuoleskan pada sekujur tubuhnya, aku memasangkan
ball gag ke mulutnya.

Aku yakin Mini tidak akan bisa bersuara lagi. Kemudian sepatu
tingginya untuk memberikan efek pegal dan kejang, aku mulai
membuat simpul di bambu yang menempel di punggung Mini
untuk digantung di tiang ring. Akhirnya Mini hanya menapak
pada hak sepatu yang kecil dengan badan tergantung tanpa
daya. Terakhir aku memasangkan penjepit di kedua belah
puting, di ketiak, di paha, di perut, di bagian kemaluannya.

"Erghh. Hh.. Hh..", kudengar erangan Mini tapi tidak
kuhiraukan.
"Ok gue tinggal dulu, gue laper mo makan", kataku dengan
senyuman sambil memasangkan 2 jepitan tersisa di daun
telinganya, langsung terlihat Mini berusaha melepasnya dengan
menggeleng-gelengkan kepalanya tapi percuma karena
jepitannya cukup kuat.

Maka tinggalah Mini sendirian, karena aku sudah pergi untuk
melihat-lihat "lokasi" berikutnya, lalu aku benar-benar pergi
membeli makan tak jauh dari situ ada tempat makan nasi
campur yang sudah jadi langgananku meskipun aku tidak
kuliah di daerah tersebut.

Tak terasa aku sudah makan dan nonton TV, serasa pemilik
rumah tersebut hingga sudah 1 jam lebih aku meninggalkan
Mini. Sebenarnya aku bisa saja berbuat jahat, tapi jika aku
hanya ingin kesenangan materi, aku sudah berkecukupan :).

Kutengok Mini yang sudah bersimbah keringat semua baju
senamnya sudah basah. Pertama kulepaas jepitan-jepitan yang
terpasang.

"Aarrgg.. Hh..", desah Mini karena aliran darahnya berjalan lagi.

Mini terlihat pucat, lemah sekali kehabisan tenaga karena
"upacara" tadi. Kulepaskan juga ikatan pada bambu tapi tali
shibari yang mengelilingi tubuhnya tak kulepas malah
kutekukkan pergelangan tangan Mini ke bagian belakang dan
kuikat, dadanya makin menonjol.

Sebenarnya aku cukup prihatin karena walau tak kuikatpun
Mini sudah pasrah dan tidak akan kabur.

Aku tanya padanya, "Lo masih kuat gak?", sambil kulepas ball
gag yang menyisakan garis merah di pipinya.
"Gak papa kok gue cuma cape aja", jawabnya sambil
tersenyum kecil.

Kemudian kupapah dirinya ke kamarnya lalu kusuapi makan
dan minum dengan kondisi tangan masih terikat.

"Sudah siap untuk selanjutnya?", tanyaku setelah memberinya
waktu istirahat setengah jam yang Mini lewatkan untuk
rebahan di tempat tidurnya.
"Ok", jawabnya lemah.

Lalu akupun mulai membuka semua ikatan yang ada di tubuh
Mini. Meskipun aku sudah tidak tahan ingin ML dengan Mini
aku masih kasihan melihat keadannya. Akupun
memandikannya sambil meraba-raba sekujur tubuhnya dan
membincangkan apa yang diinginkan Mini untuk permainan
berikutnya.

Jam telah menunjukkan pukul 7 malam saat aku mengajak
Mini makan keluar, minipun menyetujuinya dan Mini tidak
kuperbolehkan memakai pakaian dalam baik bra ataupun CD,
sebelum Mini menjawab, aku sudah memainkan lidahku di
puting susunya yang mulai menegak dan terdengar desahan
Mini.

"Lo boleh ikut tapi kukenakan ini ya", kataku sambil mengambil
rantai kecil dengan jepitan berskrup di kotak peralatan BDSM
Mini.

Kukenakan di sebelah putingnya yang telah menonjol lama,
lalu kukencangkan skrupnya sehingga aku yakin tidak akan
lepas, tidak hanya itu, aku juga mulai foreplay di selangkangan
Mini dengan lidah hingga cukup membuat Mini terangsang dan
hampir orgasme karena kumainkan jemariku juga di
kemaluannya. Aku berhenti tapi Mini merengek dan kukatakan
agar bersabar, sambil tersenyum dan mengambil dildo
berbentuk kapsul yang biasa ada di film jepang dengan
kekuatan 2 batere kecil.

"Gue pakein ini juga OK", ujarku sambil memasukkan dildo itu
dalam vaginanya yang sudah basah sehingga mudah dimasuki.

Terakhir kuambil tali dan merapatkan Mini dan mengikat paha
atasnya sehingga mainanku akan tetap berada di dalam
kemaluan Mini. Aku lalu mengambil rok hitam ketat sebatas
lutut untuk menutupi badan bawah Mini, aku tertawa kecil
ketika aku menyuruh Mini berjalan bak artis melenggok di cat
walk, karena Mini harus menyilangkan kakinya akibat ikatan
tadi.

"Sip.. Deh OK kita pergi", ajakku sambil kukenakan jaket bulu
untuk menutupi badan Mini yang hanya dihiasi rantai.

Kami keluar dengan motorku. Sebelum berjalan, aku
menyalakan switch on pada mainan yang "tertanam" tadi
sehingga bergetar dan membuat Mini kehilangan tenaga. Di
sepanjang jalan Mini memelukku dengan tangan yang tidak
berhenti meremas-remas jaket aku.

"Dah mulai basah ya? Ga tahan ya?", godaku. Mini tidak
menjawab.

Tak lama kemudian kami berhenti di tukang jagung bakar di
daerah Dago dan memesan makanan dan minuman. Kulihat
Mini agak salah tingkah dan seperti maling takut ketahuan
polisi, banyak gerakannya yang tidak lazim dan aku
mengingatkannya sambil memeluknya.

"Anter gue beli pulsa ya di BEC", suatu tempat elektronik di
Bandung, pintaku.

Mini hanya mengiyakan dan aku sengaja membawa jalan-jalan
karena aku tahu bahwa semakin banyak gerakan maka Mini
makin terangsang jadinya. Mini berusaha bertindak sebiasa
mungkin. Perlu diketahui pacarku masih pulang kampung dan
aku sudah biasa jalan dengan cewe-cewe sehingga tidak takut
kalau kepergok teman. Minipun karena baru masuk kuliah dia
belum punya banyak teman dan dia bukan asli orang Bandung.

Pendek cerita kami berdua sudah sampai di tempat kos Mini
lagi dan aku segera membuka jepitan di putingnya dan
mengeluarkan dildo yang sudah basah. Kami berdua tidak
tahan lagi hingga langsung saja kami melakukan ML dan
setelah setengah jam aku mengeluarkan sperma di kondom,
Kemudian dilepasnya kondom tersebut dan kusuruh Mini yang
sudah terkulai lemas mengisap-isap kemaluanku.

"Aarrgg.. ngghh", erangku keenakan karena baru pertama kali
mengalaminya, biasanya hanya "ngocok" di kamar :).

Aku menggapai tasku dan kuambil lilin yang tadi kubeli, dan
menanyakan..

"Pake ini kuat gak?"
"Boleh dicoba tuch", jawabnya dengan nada menantang hingga
cukup membuatku bersemangat kembali.

Tanpa ragu aku kembali dengan membawa tambang berwarna
merah, dan mulai dengan mengikat kedua tangan Mini di
belakang punggungnya hingga ke siku, terus ke depan tubuh
hingga membentuk "breast-bondage" yang ketat. Lalu
kurebahkan Mini menungging di lantai, dan siksaan dimulai
dengan mencambuki Mini dengan cambuk kulit, tapi tidak
terlalu keras dan hanya bertujuan merangsangnya. Kemudian
tubuhnya kubalik telentang. Pergelangan kaki kirinya diikat
menyatu dengan pangkal paha, yang kemudian ditambatkan ke
pinggir ruangan, sedangkan ikatan pada pergelangan kaki
kanan ditambatkan ke atas, sehingga bagai sedang
memamerkan vaginanya.

Kembali kucambuki tubuhnya dalam posisi begini. Mini
mengerang keras dan meronta-ronta tapi ikatanku cukup kuat
untuk dilawan seorang cewe hingga akhirnya Mini hanya bisa
pasrah. Selanjutnya tubuh Mini kuikat dengan model "shibari",
di atas bondage-bra, sehingga payudaranya tampak menonjol.
Dengan kedua tangannya yang terikat ke belakang, dia hanya
bisa pasrah menerima cambukan bertubi-tubi pada kedua
payudaranya. Begitu juga ketika kedua tonjolan itu masing-
masing kujepit dengan penjepit jemuran berukuran besar.
Kembali ujung-ujung cambuk mendarat ke arah perut dan
payudaranya. Mini menjerit-jerit kesakitan, namun aku tetap
tidak peduli dan terus mengayunkan cambuk, karena aku yakin
dia juga menikmatinya walau sulit dijelaskan dari wajahnya di
balik rasa sakitnya.

Kini pada ronde berikutnya aku membaringkan Mini di tengah
ruangan, lalu aku berjalan mengitarinya dan mengambil
semacam minyak untuk dioleskan ke sepasang payudaranya.
Kemudian tetesan-tetesan lilin panas jatuh menimpa puting
dan seluruh daerah payudaranya. Tubuhnya meronta-ronta
berkelojotan menahan panas dan rasa nyeri. Setelah itu
lapisan lilin itu kukelupas sehingga menghasilkan bentuk
gundukan menyerupai payudaranya.

Tak tahan mendengar rintihan dan erangan Mini ditambah
melihat gerakan Mini, "adik"-ku bangkit kembali dan
kulepaskan ikatan tangan dan kaki Mini lalu kuambil dildo
berbentuk kemaluan pria berukuran sedang dan kembali
kusuruh Mini untuk menghisap penis (blow-job) aku.
Sebelumnya aku sudah memasangkan dildo ke anusnya dan
kemudian meneteskan lilin panas ke pinggulnya. Rangsangan
dildo dan panasnya lilin membuat Mini kian agresif melakukan
blow-job nya. Akhirnya aku mengeluarkan "lahar panas"-ku
untuk kedua kalinya. Aku merebahkan Mini di ranjangnya dan
tak terasa kami tertidur pulas karena kecapean, untung saja
pada saat pulang dari BEC tadi kami sudah mengunci rapat
semua pintu dan jendela.

Jam telah menunjukan pukul 5 dini hari. Mini masih tertidur
pulas. Aku mengingat kejadian semalam sambil menyiapkan
mie instant untuk sarapan pagi lalu setelah siap kubangunkan
Mini, lalu kami makan sambil mengobrol di ruang makan.

"Gimana semalem?", tanyaku.
"Gila lo puting gue masih sakit gara-gara lilin, tanggung jawab
lo", jawabnya sambil tersenyum.

Dari air mukanya aku tahu bahwa Mini menikmatinya. Tak
terasa jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, lalu aku
mengajak Mini mandi bersama tapi tentu saja tak lepas dari
aktifitas BDSM kesukaan kami berdua.

Mini mulai kuikat bersujud di kamar mandi dan lalu
kusuntikkan cairan ke dalam anusnya dengan menggunakan
suntikan besar. Tidak puas dengan suntikan, aku
memasukkannya dengan menggunakan selang infus. Setelah 1
liter air di tabung habis, tabung kembali kuisi penuh dan terus
dialirkan memasuki anusnya. Mini menggeliat tanpa daya
menahan rasa mual akibat air yang menyesakkan tersebut.

Setelah berliter-liter air memasuki tubuhnya, selang kulepas.
Karena sudah penuh, maka air itu memancur kembali keluar
dari anusnya. Demikian kulakukan terus berulang-ulang, hingga
akhirnya yang keluar bukan lagi hanya air bening, namun sudah
bercampur dengan kotorannya. Aku sedikit merasa jijik tapi
segera kubersihkan dan kutaruh badan Mini yang masih terikat
di dalam bath-tub dan mulai merendamnya. Selama itu aku
mandi dan menyiapkan diriku sendiri untuk acara selanjutnya.
Setelah selesai, Mini kulepaskan ikatannya dan kusuruh untuk
bersiap-siap juga.

Mini keluar dari kamar mandi dengan handuknya dan akan
menuju kamarnya untuk berpakaian, tapi aku melarangnya dan
langsung berkata bahwa aku akan pergi dan aku ingin
memajang dirinya dalam posisi bondage yang lain. Mini
bertanya aku akan pergi kemana, karena dia takut kalau aku
kabur, tapi aku memberi jaminan dan janji bahwa aku akan
balik lagi, maka Mini pun pasrah mau menerima siksaan
berikutnya.

Kini Mini terbaring di lantai. Kedua tangannya kuikat terpisah
masing-masing ke arah bawah, sedangkan kedua kakinya juga
kuikat terpisah, namun masing-masing ke atas kepala,
sehingga tubuhnya tertekuk sedemikian rupa dengan pinggul di
udara, dan kedua lutut mengapit kepalanya. Dalam posisi
seperti ini, dia bagaikan sedang memamerkan lubang duburnya
yang menengadah ke udara. Tentu saja kondisi ini
menimbulkan rasa pegal yang luar biasa.

Tak lupa aku memasangkan ball gag di mulutnya dan kutaruh
mangkuk untuk menampung air liur yang keluar dari mulutnya.
Pergilah aku dan kukunci pintu kamarnya dan rumah kos itu
untuk beberapa saat. Aku cukup khawatir meninggalkan Mini
sendirian dengan posisi tersebut, untung saja teman yang
berjanji akan menemuiku membatalkan dan aku langsung
meluncur ke tempat kos Mini kembali dan itu juga sudah
hampir 1 jam sejak kutinggalkan Mini.

Aku langsung membuka ikatan yang menyebabkan tubuhnya
sudah mulai membiru dan air liurnya sudah sebanyak setengah
mangkuk lebih. Mini menangis dan tidak mau ditinggal olehku
lagi. Aku tidak bisa berbicara lagi selain memeluknya. Kami
mengamati garis-garis yang tampak jelas di badan Mini dan
kami pun terbaring di ranjang kos sambil berbincang-bincang
seputar BDSM yang telah dan akan kami lakukan.

*****

Sekian sepenggal ceritaku, mungkin terlalu banyak potongan
yang membuat cerita tidak terlalu jelas. Tapi aku, Tight masih
menanti temen-temen cewe khususnya yang senang dengan
BDSM atau dominasi dengan 'iket-iketan' ^_^ baik mahasiswa,
sudah bekerja, ataupun tante untuk "berfantasi" bersama dan
untuk para BDSM mania, saya mohon bimbingan untukku yang
masih "kurang pengalaman" ini :)

E N D
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd