Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Bu Guru Tetangga Kontrakan Baru

Snakes And Ladders..si snakes milik tama pun akhirnya masuk ke tempat peluncunran dadu milik rani di karenakan si snakes berjenis king kobra di ujung perjalanan menyemburkan 'BISA' bernyawa yg membuat bengkak 9 bulan di balik udhel/puser
;):mantap::mantap:;)
 
Snakes And Ladders..si snakes milik tama pun akhirnya masuk ke tempat peluncunran dadu milik rani di karenakan si snakes berjenis king kobra di ujung perjalanan menyemburkan 'BISA' bernyawa yg membuat bengkak 9 bulan di balik udhel/puser
;):mantap::mantap:;)
Ngeri hu.. ularnya 😁
Kaaanjuuutkeeen bu guru
siap ditunggu lanjutannya
 
Snakes And Ladders..si snakes milik tama pun akhirnya masuk ke tempat peluncunran dadu milik rani di karenakan si snakes berjenis king kobra di ujung perjalanan menyemburkan 'BISA' bernyawa yg membuat bengkak 9 bulan di balik udhel/puser
;):mantap::mantap:;)
lha emang kudu di kocok dahulu sebelum di gunakan itu duda nya nyiahahaahahaayyy
 
Dadu pun kembali di kocok oleh Rani, dan "Sembilan!" Rani menjalankan pionnya, secara kebetulan berada di kotak yang sama dengan aku, ya! kotak 17. Sekarang giliranku yang tertawa, berharap kejutan dari kartu misteri itu. Rani yang harap-harap cemas mengambil kartunya. Kemudian secara perlahan dibaca: berikan french kiss kepada lawan mainmu selama 2 menit. Sungguh senang hatiku begitu mendengarnya. Rani cemberut kesal, malah dapat kartu itu. "Ayo, fair donk!" ujarku. Setengah terpaksa akhirnya Rani mendekatiku, perlahan bibir mungilnya mulai menyentuh bibirku. Deru nafasnya pun sangat terasa di wajahku, dan akhirnya kecupan-kecupan itu terjadi. Ciuman manis dari gadis cantik untukku. Bibir kami pun saling berpagutan, sesekali aku gigit bibir bawahnya dan memainkan lidah di sela bibirnya, Rani hanya mengeluh "uhm..". Lagi asyik menikmati ciuman itu, tiba-tiba Rani menarik wajahnya dariku, "stop, udah 2 menit" katanya. Aku pun kesal dalam hati, moment nikmat itu berhenti begitu saja.

Kemudian, lanjut aku yang mengocok dadu.. "Tujuh!" Ku jalankan pionku hingga ke kotak 24, aman disana tidak ada apa-apa. Lanjut giliran Rani yang mengocok dadu kembali, "Sepuluh!" ujarnya. Pion pun dijalankan dan berhenti di kotak 27. Ternyata ada box misteri kembali di kotak 27 itu, dan lagi-lagi Rani kesal dengan memasang mimik muka cemberutnya. Aku kebalikkan dari Rani, tentu berharap kartu yang dibuka nanti bikin aku nikmat. Perlahan Rani pun membaca kartu misteri, dan isinya: sepertinya lawan mainmu kehausan, coba kasih sedotan (penis) jika yang kena laki-laki atau kelapa (payudara) jika yang kena perempuan. "Ihhh.. apa-apaan ini kartu, gak asyik ahh" ucap Rani. Aku pun tersenyum mesum "ayoo.. mas Tama haus nih, mau nyusu dulu". Akhirnya Rani pun membuka baby doll yang dikenakannya. Sekarang ku lihat gundukan payudara itu seakan ingin meloncat karena tidak tertampung oleh BH mini berwarna pink yang dikenakannya. Dengan sigap, aku pun membantu membuka pengait BH nya dan sekarang terpampang payudara indah, idaman lelaki dengan aerola yang kecil dan pentil yang berwarna pink kemerahan.

Sebelum aku hisap pentil itu, jemariku meremas-remas kedua payudara Rani. Rani pun hanyut dalam remasan itu, ia mulai terangsang di tandai putingnya yang mulai mengeras. Eluhan dari Rani kembali keluar dari mulutnya "uhmm.. uhmm.." Rani semakin keenakan begitu aku gigit kecil putingnya, dan mulai menyedot seolah menyusu pada payudara kanannya, sedangkan payudara kiri masih ku remas lembut dengan tanganku. "Uhh.. enak, mas" ucap Rani. Semakin semangat aku menghisapnya. Yang tadinya niat karena permainan, sekarang sudah terbawa gairah nafsu birahi. Rani pun tidak tinggal diam, tiba-tiba saja jemari lentiknya sudah merogoh boxer ku. Masuk dan mulai mengelus batang kemaluanku yang sedari ciuman tadi tegak berdiri dengan gagahnya menyerupai tiang bendera upacara senin, apalagi di tambah efek panas sehabis makan sate kambing.

Sekarang di genggamnya batang penisku itu, dan mulai bergerak naik turun seperti gerakan tangannya tadi saat mengocok dadu. Aku pun menikmati setiap gerakan tangan Rani, sekarang ku coba menaikkan wajahku dari payudaranya beralih ke bibir mungilnya. Rani sudah terbawa nafsu dan gairah, Rani pun menyambut bibirku ini bahkan tangan sebelahnya di rangkul ke leherku seolah tak ingin lepas menikmati saat-saat ini. Lidah kami saling beradu, ludah kami saling bertukar, hingga deep kiss kamj lakukan. Jemari tangan Rani masih mengocok penisku. Bahkan sudah menarik karet boxer ku. Aku pun mengerti dengan sedikit mengangkat pantatku, maka loloslah boxer itu. Penisku pun menjulang tanpa halangan lagi saat ini. Kemudian Rani menghentikan ciuman itu, mata kami saling berpadangan seolah saling mengerti keinginan dalam diri masing-masing. Aku pun berkata "pindah ke kamar yuk" Rani hanya mengangguk tanda setuju. Ku lihat pion dan kartu permainan sudah berserakan, mungkin karena gerakan panas kami beberapa saat lalu. Rani pun tidak melepaskan rangkulan tangannya, bahkan tangan kanannya yang tadi mengocok penisku sudah dialihkan merangkul leherku. Aku pun menggendongnya dan Rani bergelayut manja bersamaku menuju kamar, kamar yang akan menjadi saksi bisu peraduan kami.

Begitu di kamar, Rani ku dudukkan di pinggir kasur. Aku masih berdiri di depannya. Tanpa di minta, bibir mungil yang ku cium tadi sekarang sudah beralih mencium kepala penisku. Pelan dan perlahan dari kepala hingga batangnya dan memenuhi mulutnya. Rani pun memaju mundurkan, hanya suara "plokk.. plokk.. plokk" yang terdengar, suara penis ini yang bergesek dengan bibirnya. Aku sungguh menikmati ini, sesekali ku tekan kepala Rani, hingga aku merasakan deep throath. "Ahh... Nikmatnya!" Jemari tangan Rani pun memainkan biji zakarku. Di elus-elusnya sambil di hisapnya penis ini seolah lagi menikmati ice cream kesukaannya. Mungkin, masih efek sate kambing tadi ataupun sugesti diri ini, aku masih perkasa. Biasanya sudah lemah jika mendapati kuluman nikmat seperti ini.

Lima menit berlalu, Ku lihat Rani sudah lelah mengulum. Sekarang giliranku yang ingin memuaskannya. Ku baringkan Rani di kasur dengan sandaran bantal. Pelan, ku tarik celana setelan baby dollnya. Tidak seperti malam kemarin, yang di tahan Rani, malam ini Rani mengangkat pantatnya seolah setuju dengan tindakan ku itu. Rani yang ada di hadapanku sekarang hanya tertutupi oleh CD pink yang lebih mirip g-strings sewarna dengan BH nya tadi. Sungguh indah, kulit putih mulusnya yang mulai di basahi keringat semakin menggoda nafsuku untuk melanjutkan memberi kenikmatan pada Rani. Tidak terburu-buru, ku mainkan lidahku di pangkal pahanya. Menjilati paha mulus itu sekaligus memberikan rangsangan lain pada Rani, sedangkan tanganku asyik membelah gundukan vaginanya dari luar CD nya yang juga sudah ku rasakan basah. Rani menikmati sensasi yang ku berikan, mengerang merasakan kenikmatan itu "ahhh... ahhh.. ahh..." Eluhan nafasnya semakin meningkatkan libido bercintaku.

Kemudian mulai ku tarik g-string yang dikenakan Rani, bagian terakhir yang tersisa di tubuhnya. Rani pun membantu ku melepasnya dengan kembali mengangkat pantat sekalnya itu. Mulai ku mainkan lidah ini di bibir vaginanya, menyapu setiap sudut yang bisa ku sentuh. Erangan Rani semakin mengeras, apalagi saat lidahku ini membelah bibir vaginanya yang merekah indah, menyentuh dinding dan klitorisnya. Rani mengerang hebat "ahhhh..." Bersamaan erangan itu, keluar cairan kenikmatan dari vagina Rani yang sedikit membasahi wajahku. Ku biarkan sesaat, agar Rani merasakan orgasme yang baru saja di dapatnya. Mata sayu Rani semakin meyakinkan ku bahwa Rani benar-benar menikmati ini.

Tak lama, aku mulai mengangkangkan kedua pahanya. Vagina indah yang dihiasi rambut kemaluan tipis menyerupai bulu jagung ada di hadapanku. Rani hanya menatapku, seketika aku arahkan penis ini mendekati vaginanya, Rani berkata "Mas Tama... First Time, pelan-pelan saja" Aku menyadari, bahwa Rani masih perawan seperti ceritanya malam kemarin. Aku pun mengangguk dan dalam hati berkata, akan ku berikan kenangan dan kenikmatan ini yang terbaik untukmu, bu guru Rani. Sebelum memulai, ku kecup bibir mungilnya yang sebagai jawaban atas permintaannya tadi. Pelan-pelan ku mainkan terlebih dahulu kepala penis ini di bibir vaginanya. Sambil sedikit menekan perlahan. Tentu tidak mudah, menerobos pertama kali walaupun vagina itu sudah sangat basah. Kepalanya sudah masuk, ku diamkan sesaat, karena Rani mengeluh "ouwchhh..." antara sakit dan nikmat. Dengan sedikit dorongan kembali aku coba membenamkan batang penis ini dan "blesss..." masuk sempurna seiring Rani berteriak "ahhhh....!" Kembali ku diamkan sesaat, agar vagina Rani membiasakan kehadiran batang penisku ini.

Mulai aku maju mundurkan perlahan, sambil memegang kedua lututnya yang mengangkang. Rani hanya mengerang kenikmatan "ahhh... ahhh.. ehhh..." Sambil kedua jemari tangannya menarik sprei di kasur. Aku pun menaikkan tempo gerakan dari pelan hingga cepat beraturan seperti gerakan gelombang amplitudo. Hanya erangan Rani yang terdengar "ahhh... ahhh... mas Tamaaaa". Badanku pun mulai sedikit condong ke depan, mirip posisi lagi push-up. Kali ini ku pompa Rani dengan sesekali ku hisap puting di kedua payudaranya bergantian. Ku perhatikan raut wajahnya, pupil mata Rani mengecil, menandakan ia benar-benar dalam posisi kenikmatan birahi. Terus ku pompa, vaginanya pun sudah terbiasa dengan hadirnya batang penisku ini.

Ada kali sekitar sepuluh menit berlalu, sekarang ku minta Rani membalikkan badannya. Kemudian mengangkat pantat indahnya yang sekal itu. Yaa, aku meminta Rani untuk berganti gaya doggy style, favoritku. Kembali ku hujamkan batang penis ini, bertopang pada kedua lututku. Tanganku pun memegang pinggulnya sembari menarik mundur seirama dengan goyang maju mundur yang di tekan oleh penisku ini. Aku menikmatinya, Rani terus mengerang "ahhh... ahhh... ahhh..." Setiap sodokan yang kuberikan, begitu juga erangannya menyahut. Sesekali ku tepuk pantat sekal itu, pantat yang mulus tanpa cacat dan noda. Keringat peluh diantara tubuh kami sudah menyatu. Lima menit setelahnya, ku rasakan ada gejolak panas di sekitar pangkal pahaku, rasanya ingin melepas yang sedari tadi tertahan. Ku pompa kencang dan terus menghujam, Rani semakin mengerang "ahhh... ahhh.. ahhh...", "Ran, aku sampai!" teriakku. "Mas Tama, diluar yach ahh.. ahh.." Rani menjawab. Sejurus kemudian ku cabut batang penisku dan "crooottt... crooottt... crooottt..." Ku lepaskan cairan putih kental ini diatas punggung Rani, mungkin ada sekitar 7 tembakan yang ku lepas hingga tak bersisa lagi. Rani telungkup kelelahan, begitu juga aku yang kemudian berbaring disampingnya. Ku lihat sekilas, batang penisku tertempel noda darah dari perawannya dan arah yang mengalir di antara pahanya hingga menetes bias ke sprei kasurku. Aku memandangnya tersenyum, Rani pun membalas senyumku. Ku kecup keningnya seraya berkata "Terima kasih, Rani" dan Rani pun membalas ucapanku "jaga aku mas, untuk saat ini atau mungkin hingga nanti".

Ku belai rambutnya itu, matanya terpejam karena lelah. Hampir satu jam berlalu pergulatan kami dari sofa hingga ke kasur peraduan ini. Gemericik hujan terdengar seiring selesainya rengkuhan kenikmatan diantara kami. Temaram cahaya lampu dari luar semakin menguatkan keintiman yang baru saja kami rasakan. Rani.. yaa.. Armarani Lestari, bu guru yang sekarang jadi tetangga kontrakanku. Akankah kita lepas dari kontrakan ini? Menyatu dalam atap yang sama nantinya? Aku hanya berangan saat ini, semoga nanti bisa bersatu dalam ikatan yang sakral. Sayup suara burung hantu, mengiringi tidur kami malam ini. Masih dengan kepolosan dan hanya ditutupi selimut, ku peluk erat Rani yang sudah lelap tidur disampingku, selamat tidur sayang, ucapku sebelum memejamkan mata juga.

Bersambung... Page 18
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd