Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Bunga Dikubangan Lumpur

Bungkusan yg dibawa reni isinya paa ya...semoga bungkusan yang dibawa wulan bukan barang terlarang..namun hanya trik reni untuk menjual wulan
 
Bimabet
*Update

Part 10


Tak terasa hampir setahun sudah aku jalani pekerjaan ini, menjadi kurir suruhan Reni untuk mengantar barang kepada pemesannya. Meskipun akhirnya tahu bahwa bungkusan yang kubawa itu adalah sepaket narkoba yang sangat dilarang aku seakan sudah tidak perduli lagi. Dibenakku saat ini adalah uang. Aku dapat mengumpulkan uang dengan sangat cepat setelah aku jalani pekerjaan ini. Ditambah lagi para pelanggan Reni yang sekaligus menginginkan tubuhku jikalau aku mengantarkan pesanannya, maka uang yang aku terima semakin mengalir dengan deras.

Semenjak aku dibuang begitu saja layaknya sampah oleh Johan sehingga aku menjadi gelandangan, kini seakan balas dendam, aku benar - benar sangat gila harta. Apapun aku lakukan asalkan aku dapat uang, itu yang ada difikiranku. Selain nafsu akan gila harta, semakin kesini nafsu birahiku juga terkadang sulit sekali kutahan. Hanya dengan sentuhan dan rayuan seorang pria pun nafsu birahiku sudah berkobar dengan sendirinya dan seakan tak terkendali.

Diskotik, tempat hiburan malam, apartemen serta hotel, adalah tujuan kebanyakan barang pesanan dari Reni, dan disana pulalah aku menjual tubuhku kepada para hidung belang untuk mengumpulkan uang sekaligus melampiaskan nafsu birahi yang sering tak terbendung.

Kini aku sudah bisa menyewa rumah sendiri, dengan begitu aku lebih leluasa untuk menerima tamu hanya sekedar untuk melepas nafsu. Hidupku kini berubah drastis. Kehidupan mewah, serta menghamburkan uang dengan tidak jelas seakan sudah menjadi rutinitas.. Aku benar – benar sudah keblinger saat ini.

---

Beberapa tumpuk barang sudah diantar Reni sejak pagi untuk aku kirim kepada pemesan malam nanti. Akhir – akhir ini pesanan yang datang kepada Reni sangatlah banyak, sehingga akupun ikut sibuk dibuatnya. Sehari bisa sampai 4 tujuan yang harus aku datangi.

Aku sedang mempercantik diri didepan cermin kamar, karena beberapa saat lagi aku harus kembali bekerja, semua bungkusan itu harus diterima pemesan malam ini juga. Aku melirik jam di dinding kamar sudah menunjukkan pukul 7 malam, aku segera bergegas karena satu jam lagi aku harus menemui seseorang pria konglomerat disebuah hotel mewah. Aku raih tas kecil yang ada dimeja, lalu melangkah untuk berangkat. Akan tetapi baru saja sampai diruang tengah terdengar suara pintu ruang tamu diketuk,

“Tok,tok,tok..”

Aku mengernyitkan dahi karena penasaran siapa yang datang. Segera ku melangkah menuju ruang tamu lalu membuka pintu, betapa terkejutnya aku setelah pintu itu terbuka. Terlihat lima orang berdiri didepan pintu, 3 orang berseragam dan 2 orang lagi berjaket hitam. Salah satu diantara mereka menodongkan pistol tepat wajahku, mereka adalah polisi.

“Angkat tangan, menyerahlah..”

“apa salah saya pak?” Kataku bergetar

“Ah..jangan banyak bicara kamu..” Bentaknya sekali lagi

Badanku seketika menggigil, dan bergetar hebat, terasa lemas seketika. Ketiga orang yang lain nyelonong masuk kedalam rumah, mereka terlihat mengobrak abrik seisi rumah. Satu orang lagi menyeretku kembali keruang tamu lalu menghempaskan tubuhku ke sofa.

Aku hanya bisa pasrah dan tubuhku bergetar hebat, air mataku tiba – tiba keluar begitu saja. Rasa takut yang luar biasa kini memenuhi perasaanku,

“Cepat katakan, dimana Reni sekarang?” Tanya salah satu polisi berseragam itu dengan nada membentak

“Sa..saya tidak tahu pak, sungguh.” Kataku gemetar

“Kamu ada hubungan denganya kan?”Katanya lagi,

“Dia teman Saya, tapi saya sungguh tidak tahu dimana dia sekarang pak,” kataku

“Cepat telpon dia, atau kamu akan aku tembak?” Teriak seorang yang menodongkan pistol kearahku

Aku yang panik disertai perasaan yang sangat takut saat itu seakan sudah pasrah. Dengan tangan gemetaran aku raih ponsel lalu menelpon Reni. Tiga kali aku coba menghubungi nomor ponselnya, akan tetapi tetap, nomor yang aku tuju tidak aktif. Aku sendiri juga terheran dibuatnya, baru saja pagi tadi Reni menghubungiku dengan nomor ini tetapi disaat aku butuh dia sekarang, dia seakan menghilang begitu saja.

“Nomornya tidak bisa dihubungi pak,” Kataku lirih

“Dimana dia sekarang?”

“Sungguh pak, selama saya bertemu dia disini, saya tidak pernah diajak ke tempatnya, dia yang selalu datang kesini,” Ujarku dengan suara terbata

“Ah..bohong kamu..” Bentaknya

“Pak, kami temukan ini,” Seseorang polisi yang berjaket hitam tiba – tiba menyela dari belakang kami,

Sebuah kantong plastik berisi paket pesanan yang hendak aku kirim malam ini ditemukan olehnya,

“Baik..kita bawa semua kekantor..” Kata polisi yang tadi menodongkan pistol

“Ta..tapi pak, saya mohon, jangan bawa saya pak,” Aku merengek dan air mataku mengalir begitu saja di pipiku,

“Ah..jangan banyak bicara kamu. Nanti saja kamu jelaskan semuanya dikantor,” Katanya

Meskipun aku mencoba meronta, mereka seakan tidak perduli lagi. Setelah salah satu dari mereka memasangkan borgol dikedua tanganku, aku diseretnya keluar rumah dengan paksa lalu dimasukkan mobil patroli untuk dibawa kantor polisi.

---

Sesampai disana, aku di interogasi habis – habisan, dan dari sanalah aku tahu siapa sebenarnya Reni. Dia adalah salah satu bandar besar narkoba yang paling dicari polisi saat ini. Kecerdikannya dalam menjalankan bisnisnya telah diakui, sehingga dia sangat sulit sekali untuk ditangkap.

Dari semua keterangan polisi, aku baru tersadar bahwa aku telah dimanfaatkan olehnya selama ini. Aku yang terjun kelapangan langsung untuk memasarkan barang haram miliknya itu dan dia hanya mengawasi dari jauh. Dan ketika polisi sudah mencium pekerjaanku, dia langsung menghilang begitu saja.

Kini seakan sudah terlambat, meskipun aku hanya orang suruhan Reni dan dimanfaatkan olehnya, dipersidangan aku sudah tidak bisa berkutik lagi. Barang bukti yang sudah jelas ada padaku dan keberadaan Reni sampai saat inipun masih belum bisa terlacak. Bahkan para pelanggan yang sering memesan ke Reni, juga seakan lenyap begitu saja, mereka tidak dapat dihubungi lagi. Tempat – tempat yang biasa aku datangi, juga sudah tidak ditemukan keberadaan mereka. Akhirnya aku harus menerima keputusan sidang itu seorang diri tanpa ada pembelaan, aku dijatuhi hukuman penjara yang mau tidak mau harus aku terima.

***

“Cepat masuk, disinilah tempatmu,” Kata seorang sipir sedikit sinis seraya mendorongku kesebuah ruangan kecil berjeruji besi

“Tolong pak, jangan masukkan aku kepenjara, aku tidak bersalah pak,” Rengekku, akan tetapi sipir itu tidak menggubris kata – kataku sama sekali. Dimasukkanlah aku kedalam ruangan kecil itu.

Aku yang sedari tadi menangis terisak, kini aku terduduk bersimpuh dilantai ruangan tahanan dengan tangisan yang semakin meledak,

“Sudah, apa yang kamu tangisi ndhuk..” Suara perempuan yang tiba – tiba terdengar sedikit serak dibelakangku

Kini terasa tangannya mengelus punggungku dengan lembut mencoba menenangkanku. Ku alihkan pandanganku kearahnya, terlihat seorang wanita berusia sekitar 45 an tahun sedang duduk dibelakangku dengan senyumnya yang ramah. Mendengar perkataannya, aku hanya menggelengkan kepala lalu menunduk dan kembali menangis. Tanganya menyibakkkan rambut yang menutupi wajahku, senyumnya yang lembut ditambah pandangannya yang begitu teduh seperti seorang ibu yang menenangkan anaknya.

“kamu disini tidak sendirian ndhuk,,” Ucapannya lagi

Mendengarnya, hatiku seakan bergetar. Terasa ada setetes embun dihatiku yang dari tadi bergemuruh, aku seakan masih tidak terima dengan semua ini. Seketika kupeluk tubuh ibu ini dengan air mata yang terus mengalir. Ibu itu membiarkanku menangis beberapa saat dengan mengelus rambutku.

Setelah tangisku sedikit reda, aku melepas pelukannya. Terlihat dia masih menatapku dengan senyum,

“Sudah, jangan terlalu terlarut dalam kesedihan ndhuk, kamu masih muda harusnya kamu lebih kuat daripada aku,” Ucapnya

“Aku masih tidak terima dengan semua ini bu,” Kataku lirih,

‘Namamu siapa cah ayu?” Tanyanya

“Saya Wulan bu..”

“Nama saya Asih, bolehkah ibu tahu kenapa kamu bisa sampai disini?” Ucapnya

Kutata hati dan perasaanku, walaupun masih terisak aku mulai bercerita kepada ibu ini. Entah kenapa, dari tatapan wajah dan sentuhan tangannya terasa kasih sayang ibu ini begitu besar, sehingga aku ingin luapkan semua yang bergemuruh dihatiku ke ibu ini walaupun kita baru saja bertemu dan tidak saling mengenal.

Setelah dia mendengar semua ceritaku, dia terdiam sejenak lalu kembali memelukku.

“Kasihan sekali kamu ini, kamu ini sudah kalah dengan nafsumu ndhuk, sehingga menghancurkan semua impianmu termasuk kehilangan semua orang – orang yang sayang kepadamu,”

“Kamu masih muda dan polos, sebenarnya disini bukan tempatmu,” ucapnya

Aku mendengar itu hanya terdiam, dan air mata kembali merembes dipipiku.

“Akan tetapi kamu harusnya tidak perlu menyesal berlarut – larut , yakinlah semua itu pasti ada hikmah yang dapat kita ambil nantinya setelah kita keluar dari sini,” Lanjutnya

“Ibu sendiri kenapa bisa sampai disini?” Tanyaku

Mendengar pertanyaanku, dia terdiam dan melepaskan pelukannya. Terlihat dia menghembuskan nafas panjang dan terdiam sejenak,

“Aku membunuh seseorang,” katanya pelan

Aku terhenyak mendengarnya,

“Bu Asih membunuh seseorang?” Tanyaku meyakinkan dengan nada terkejut,

“Iya, dia orang yang sangat aku kenal,”

“Bolehkan aku mendengar cerita ibu, kenapa ibu berani lakukan itu?”

“Semenjak suamiku meninggal, terpaksa aku harus bekerja untuk menghidupi kedua anakku. Aku bekerja sebagai penjual jajanan keliling. Setelah satu tahun sepeninggal suamiku, ada seseorang duda kaya yang ingin menjadikanku seorang istri dan menjanjikanku hidup enak tanpa harus bekerja. Tetapi aku menolaknya dengan halus. Akan tetapi setelah dia mendengar penolakanku, dia seakan tidak terima. Dia akhirnya berujar akan nekad dan hendak memperkosaku, dengan harapan aku akan hamil lalu mau menerimanya dengan terpaksa,”

“Dan Benar saja, dia datang kerumahku tiba – tiba, memaksa serta hendak memperkosaku ketika aku sedang didapur. Saat itu aku sangat panik, kuraih pisau dapur dan kutancapkan di dadanya seketika itu,” Lanjutnya dengan mata berkaca

Aku tertegun mendengar cerita bu Asih, aku terdiam sesaat

“Kenapa ibu tidak menerimanya, toh nanti ibuk akan hidup enak,” Kataku

“Aku sudah berjanji didepan jenazah suamiku ndhuk, aku akan menjaga ikatan cinta ini dengan tidak menikah lagi meskipun aku akan jatuh miskin nantinya,”

“Kekayaan itu tidak selamanya menjamin kehidupan yang nyaman dan bahagia cah Ayu. Aku hidup menjanda dengan ditemani anak – anak itu sudah cukup membuatku bahagia,” Ucapnya yang kini pandangannya teduh menatapku,

“Deg..” Ucapan ibu ini bagaikan cambuk yang sangat keras terasa di punggungku. Tubuhku terasa bergetar seketika, air mataku pun kembali mengalir dengan deras. Bersamaan dengan itu seakan ada sebuah sentuhan lembut yang tiba - tiba menelusup dihatiku sehingga aku terdiam tanpa bisa mengeluarkan satu katapun.

Kutatap sekali lagi pandangan sayu itu, pandangan sosok wanita yang benar – benar luar biasa yang seharusnya tempatnya bukan dipenjara. Demi menjaga cintanya yang luar biasa kepada suaminya, dia rela untuk tidak menikah lagi, dan dia rela menjalani hukuman demi menjaga kehormatannya sebagai wanita. Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang telah aku lakukan, aku malah tertawa puas apabila tubuhku dinikmati oleh orang lain dengan imbalan beberapa lembar uang.


Berlanjut ke Part 11
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd