Melia Series : Entot Aku Pak Guru!!! (Part 4-Tamat)
Mulustrasi
Melia
Apartment
Aku memiliki fantasi yang cukup normal pada dasarnya, bukan yang sifatnya BDSM atau kegiatan sex yang level hardcore. Bisa dikatakan apa yang kualami tadi dengan Melia cukup menuju limit tertinggi kemampuan seksualku. Tapi ada satu fantasi yang sampai saat itu menjadi fantasi top notch seksualku.
Fantasiku disepakati oleh Melia, sekalipun buat dia terdengar "cemen". Tapi untuk menjalankan fantasiku rasanya hanya bisa dilakukan oleh Melia. Mengingat umurnya masih muda, ada kostum tersebut di lemari kamarnya.
Dan voila! Ku bawa kembali Melia ke jaman ketika masih remaja, tepatnya dimasa ia menjadi siswi SMA. Lampu apartment pun kembali menyala. Suasana apartemen Melia jadi dikonsepkan layaknya ruang konseling di sekolah, dimana biasanya anak murid nakal bertemu dengan guru untuk menyelesaikan masalah di sekolahnya.
I: Masuk!
M: Selamat pagi pak Iqbal, saya boleh masuk pak?
I: Silakan duduk.
Dari “pintu masuk” itu datang sosok Melia yang kini tak berhijab, dan tampil mengenakan seragam putih abu-abu dan sepatu model vans. Untuk pertama kalinya juga kulihat Melia dengan rambut pendek model bob yang memiliki corak hitam kecoklatan, seperti potongan rambut yang sering dipakai artis sheila dara. Ah, sebagai bapak guru rasanya menemui siswa seperti ini benar-benar ingin kudidik menuju jalan kenikmatan..
I: Melia melia melia.. Ini udah berapa kali kamu telat sekolah?
M: Maaf pak, abis saya telat bangun pagi. Janji deh gak bakal telat lagi..
I: Gak bisa gitu, ini sudah kali ke 3 kamu telat, ujian tengah semester semua nilai merah. Ini saya di komplen banyak guru loh. Harusnya orang tua kamu sudah dipanggil sekolah..
M: Jangan pak tolong.. Abis saya nanti diomelin sama mamah nanti..
I: Ini baru masalah absensi kamu, belum saya dapati kamu tadi diomelin satpam karena gak mau diperiksa isi tas kamu. Kenapa? Kamu bawa rokok ya!
M: Enng.. Enggak kok pak. Cuma buku belajar aja..
Seakan larut dalam permainan “Pak Guru dan Siswi SMA Nakal”, hasratku sebagai guru galak seakan cepat terpantik oleh cara dan gerak gerik Melia yang kuyakini juga lebih menghayati fantasi seksualku ini. Tanpa pikir panjang, aku berdiri di dekat Melia dan merebut tas “sekolah” yang ia bawa. Melia kaget dan reflek seakan ingin menjaga tasnya, namun terlambat. Kini tasnya sudah ditanganku, dan ku mulai geledah isi tasnya.
I: Kamu yakin ini isinya buku sekolah semua?
M: Bener kok pak, please jangan dibuka yahh tolong Melia. Nanti bapak saya traktir kantin deh, ato makan siang apa boleh
I: Gak mempan Melia, saya gak bisa ditawar begitu. (sambil membuka isi tasnya)
Saat kubuka isi tas tersebut, Melia seolah-olah terkejut atas temuan yang aku dapatkan. Di balik buku-buku yang ada di tas tersebut, terdapat satu tas kecil hitam yang kubuka menjadi alat permainan Melia, satu bungkus rokok dengan lighter, serta satu ponsel.
I: Okay, pelanggaran apa lagi ini Melia? Kamu mau di skors?
M: Please pak Iqbal.. Jangan di skors pleaseee. Aku takut mama tau!
I: Kenapa kamu bawa ini? Kamu baru 17 tahun sudah merokok!
M: Emmm… itu dititip kakak kelas.
I: Bohong kamu! Jujur sama saya, ini barang kamu semua kan?
M: Pakkk.. bukaann. Sumpah saya gak bohong..
I: Oke, saya minta kamu buka hp kamu sekarang!
M: Buat apa?
I: Katanya titipan kakak kelas kan, saya mau cek isi chat-nya kalian..
Sungguh perjuangan besar untuk aku bisa tetap ada dalam roleplay ini. Fantasiku ingin segera menyergap dan memperkosa Melia tanpa ampun, mengalahkan akal sehatku yang ingin memberikan pengalaman seksual yang lebih lembut dan nyaman. Namun, “image” guru yang kubuat harus tetap on track. Melia pun cukup kaget dengan raut wajahku yang kencang, sehingga raut muka Melia jadi panik layaknya habis dipanggil guru pas sekolah gara-gara terlalu nakal.
I: Sebentar, chat apa ini? Kamu produksi konten pornografi?
M: Pakk, kenapa dibuka chat sama isi hp saya pak.. Itu privasi saya.
I: Kamu baru 17 tahun Melia, baru kelas 2 SMA, apa ini? Kamu bikin malu sekolah SMA XXXXX (aku hanya sebut nama sekolah yang ada di kemeja SMA Melia)
M: Pak tapi kan saya share itu sama… pacar saya?
I: Gak bisa gitu. Ini bahaya kalau tersebar. Apalagi ada foto kamu dengan baju sekolah, dan aduh telanjang-telanjang begini. Sumpah malu saya punya murid kaya kamu.. Bisa di DO kamu! (padahal saat itu aku cukup sange melihat konten-konten yang selama ini belum kulihat sebelumnya)
M: Pak ampun maafin saya pak, disuruh pacar..
I: Tadi rokok disuruh kakak kelas, sekarang foto mesum disuruh pacar. Kamu tuh gak ada pendirian ya, ato sebenernya ini kamu emang iseng sih? Tau kan bahayanya?
M: Tapi paakkk
I: Diam dulu, dari tadi mata kamu saya liat fokus ke tas item ini.
M: Please pak jangan dibuka lagiii
I: (Langsung kubuka dan ku jejer isi-isinya) Apa ini? Barang-barang seksual apa ini? Kamu pulang sekolah melacur!?
M: Maafin saya paaakkk…
Melia pun pura-pura menangis di depanku. Dengan agak berlayak seperti guru konseling, aku mencoba memberikan sedikit pengertian dengan tutur gaya dan emosi yang lembut, meski nafsu sudah di ubun-ubun.
I: Kamu tau kan masih sekolah, baru 17 tahun. Gimana kalau sampai salah pergaulan dan kamu terjerumus hal-hal berbahaya dan negatif. Nama sekolah jadi tercoreng nanti gara-gara kamu...
M: Saya paham pak, tapi pacar saya yang minta dan ngancem! Kalo enggak saya nanti di viralin sama dilaporin ke ortu saya....
Aku kembali pura-pura iba dan seakan ingin mengarahkan Melia menuju jalan yang diinginkan, yaitu jalan menjadi pemuas nafsu guru bejat ini..
I: Aduh Melia, sini bapak kasih tau.. Masa depan kamu tuh masih cerah, jangan mau nurutin pacar yang cuma nuntut begitu. Gimana kalo kabur. Mending kamu sama pria yang mapan dan bisa menghidupi kamu kedepan..
M: Wah mau dong…
I: Lulus sekolah dulu! Belajar yang pintar! Kamu tuh pikirannya pria-pria pria terus. Pusing saya sama kamu! Ini gimana coba saya lapor ke kepala sekolah kalo begini?
M: Please lah pak kasih saya kesempatan sekali saja. Janji saya bakal alim dan gak bakalan nakal lagi..
I: Baik Melia, kamu minta kesempatan kan? Apa yang kamu tawarkan untuk saya bisa tutup kasus ini, dan hanya kali ini saja. Kalo ada lagi kejadian nanti, saya langsung ke ruang kepsek laporin kamu sama panggil ortu kamu.
M: Emm.. saya bingung pak.. Apa aja deh saya mau lakuin pak.
I: Yakin? Apapun? Kalo saya minta bunuh pacar kamu, mau dong?
M: Jangan dong! Janji, saya mau lakuin apa aja yang bikin pak Iqbal happy, selama gak laporin saya..
I: (duduk di meja) Yaudah ada solusi lain.. (kubuka 1 kancing kemeja sekolah Melia) anggep aja ini rahasia kita. Coba praktekin yang di video ini, sambil kamu bikin bapak happy…
M: Anjing ya lo! Lo kira gue pecun! Gue laporin balik ya ke polisi.
I: Eh tunggu dulu, ini hp kamu masih di saya loh, yaudah tinggal saya lapor balik dan case close..
Dengan kondisi terjepit, aku suruh Melia mengarah ke sofa dimana dia harus menghadapku dan melakukan “striptease” membuka pakaian SMA yang melekat di tubuhnya.. Seiring dengan hentak lagu yang diputar, Melia mulai memasuki mode sensual. Raut wajah penuh nafsu, satu persatu kemeja SMA Melia dibuka sampai hingga terpampang bralette jenis calvin klein. Diremasnya bongkahan toket yang masih terjaga oleh bralette tersebut, sambil kemudian turun mengangkat roknya, dan menampilkan g-string calvin klein yang secara perlahan dia lepas dan lempar ke lantai.
Awalnya dia ingin melepas kemeja SMA tersebut untuk topless, namun kuminta pasang kembali. Dan kini di depan matanya sudah terdapat dildo di lantai yang berdiri cukup tegak, dimana Melia secara perlahan mulai menggoyangkan tubuhnya seakan memfantasikan bahwa dia sedang menggoyang kontol pria yang diinginkannya..
M: Mmmhhh pakk
I: Apa Melia?
M: Tolong paaakk Udahhh….
I: Udah apanya?
M: Akuu gak kuat pakkk…
I: Gak kuat apa (sambil berdiri dari sofa dan membuka celana panjang) Kamu butuh bapak?
M: Iihh Iyyahhh pakk.. Butuhhh kontolll bapakkk
I: Plakkk.. Kontol ini kan yang kamu mau??? (Kontolku yang tegang aku tampar pelan di pipinya, dan kudiamkan di dekat bibirnya) Coba bisa apa kamu sama kontol saya..
Seperti anak kecil yang membutuhkan es krim, kontolku dilahap dengan puas oleh Melia. Sembari kurekam aksi Melia dalam melahap senjata pamungkasku di hp-nya, aku mencoba mengabadikan kebinalan Melia yang memang kuakui melebihi batas toleransi seksualku yang sangat mengutamakan intimasi.
I: Melia… Gedean mana dildo sama kontol bapak?
M: Iya pak guru?
I: (kucabut kontolku dari mulutnya) Kamu denger bapak kan?? Bapak tanya kan gedean mana…
M: Sama ajaahh, tapi enakan bapaakk…
Seakan ingin “akting” bahwa aku bisa menunjukkan sisi brutal, kudorong tubuh Melia ke sofa dengan posisi menungging. Berbekal resleting yang ku gunakan sebagai cambuk, aku memberikan respon atas request yang diminta oleh Melia sebelum aksi roleplay seksual kami terjadi.
I: Apa kamu bilang? Plakkk (cambukan pertama di pantatnya mendarat)
M: Anjiiinggg Sakittt Bangsattt!!
I: Kamu bilang punyaku sama dengan dildo-mu? Plakkk (cambukan berlanjut)
M: Ahhh.. ampun paaakkk maafin Melia..
I: Tadi bilang saya bangsat?? Kamu minta dihukum cambuk ya sama bapak? Plakkk
M: Iyyahhh maafin saya pak. Kontol bapak lebih enakkk. Sayaaa capeee ngewe sama kontol boongan!!!!
I: Sini liat saya!
Kembali tubuhnya Melia duduk di lantai dengan kepala tepat menghadap kontolku. Dua kali kutamparkan kontolku pada pipinya, sebelum langsung reflek kembali ia blowjob dengan cepat. Semakin cepat isapan Melia, semakin cepat waktunya dahaga birahi saya harus terpenuhi..
I: Ayo nungging lagi…
M: Pakkk, bapak mau apalagi..
I: (kuambil kondom yang ingin kugunakan) Kamu minta kontol saya kan… Sekarang waktunya kamu cobain kontol pak guru ini…
Jauh lebih basah dan becek dari ronde kami sebelumnya, kini memek Melia jauh lebih gampang untuk kontolku akses. Sembari kugenjot memeknya dengan gaya doggy, aku ikat tangan Melia dengan resleting yang tadi aku gunakan, Sehingga kini tugas membuat pantatnya merah digantikan oleh tanganku yang meremas dan menampar pantatnya dengan kencang..
M: Paakkk.. ampuunnnn
I: Apaaa? Ampun.. Bukannya kamu daritadi desah kenceng…
M: Sakiitttt pakkk..
I: Bohong kamu? Plakkk (tamparan pada pantatnya) sakit apa enakkk?
M: Sa… Enaaakkkk
I: Bener enggakk? Enak apa.. bangeetttt
M: iiyyaahhh enakk bangeett… Lebih janntaaannn…
Diberikan afirmasi seperti itu, aku makin terpancing melakukan ide eksperimen ku, double penetration. Awalnya memeknya kupasang dildo, dan lubang analnya ada kontolku, nanti berlaku sebaliknya. Ingin kulihat efek biadab seperti apa yang akan terpancar dari raut wajahnya yang kurekam di HP Melia.
I: Jujur sama bapak.. Kamu pernah anal kan? Saya mau cobain lubang yang belum pernah dimasukin cowok sama dildo lain..
M: Jangan anaalll, Aku belum pernahhh pakkk…
I: (ambil lubricant dan dioles ke kondom serta lubang anus) Berarti ini kali pertama dong.. Ini yang saya mauuuuhhhhh...
M: Ampun pakk jangan disitt…. Arrgghhhh….. Ngentoootttttt…Bapaaakkk anjiinggggg....
Butuh proses karena sulit untuk kontolku bisa masuk ke lubang anal Melia. Secara sensasi, jauh lebih sempit backdoor ketimbang memeknya. Apalagi di lubang satunya ada dildo yang sudah menancap penuh. Tapi karena Melia sebelumnya sudah melakukan stimulasi dengan anal plug dan “ritual” lainnya, proses analku mungkin saja tidaklah se-sakit yang seharusnya.
Masih kucoba untuk memaksimalkan momen perdanaku ini untuk merasakan apa enaknya anal sex. Sekalipun berbagai hentakan halus, tamparan di pantat, dan erangan dahsyat Melia, aku tidak bisa membohongi diri. Dalam hati dan pikiranku, ini memang bukan seleraku.
M: Paakkk kok dicopot..
I: Lah kamu masih mau? Ternyata pecun juga ya anak siswi saya ini..
M: Pake aku sebebas bapak mau, tapi janji orang tua saya gak boleh tau..
I: Diem.. (kucoba perlahan memasukkan dildo di analnya)
M: Please jangan dildo dimasukin kesitu, sakiiittt benerannn.
Baiklah jika itu yang diinginkan. Kuganti kondom yang tadi bekas anal dengan kondom baru. Namun ketika baru mau kuarahkan kontolku ke dalam memeknya, masih dengan posisi menungging, ketika ku coba stimulasi dengan jari jemariku…
M: Aku pipiiissshhh aahhhh.. Ampun pakk..
I: Loh saya belum keluar loh.. Kamu gimana sih?
M: Ampun pakkk.. Udah yaaa…
I: Belum bisa, harus sampe keluarr…
Sekilas di momen yang sungguh panas tersebut, untuk pertama kalinya aku melihat memek Melia mengalami squirt. Meski tidak seheboh film JAV, namun cukup membuat banjir sofa berlapis kulit itu. Efeknya kini nafasnya seperti habis marathon, nafas senin-kamis kalau kubilang.
M: Janji yah pakkk kalo udah bapak crot, jangan disebar kejadian ini sama isi hp saya.
I: Janji…
M: (dimasukkan kontolku dalam posisi WOT) Auuhhh bapak jantan banget, masih kerasss.. ahhhh
I: Sukaaa bapak digoyang sama kamu Mel…
M: Iyaahh pakkk, bapak guruukkuu kontollnyaaa aaaahhh....
Selayaknya prosesi WOT, tentu kedua pasang toket yang sedang bergoyang kencang harus dihentikan gerakannya. Kuhisap toket yang satu dengan toket lainnya kugenggam keras, berlaku sebaliknya. Namun kurasa energi Melia sudah semakin melemah, seiring genjotan yang sudah tak se kencang sebelumnya.
M: Pakkk gantian yahhh...
I: Kokk kamu ngatur-ngatur saya!
M: Sumpah pakk, saya pengen ngerasain gaya lain..
I: Oke, tapi kalo bapak keluar kamu siap-siap ya…
M: Siap-siap apaa?
Posisiku pun berubah dengan kini menempatkan Melia di posisi bawah dan aku diatasnya. Bersenggama mengikuti hentakan nada, kini aku semakin terpesona akan sosok wanita binal yang sedari tadi berperan layaknya siswi SMA yang sedang haus-hausnya mengenal akan kenalakan duniawi.
Dalam dekapan nafsu birahi, kini aku semakin melayang dan tak kuasa menahan semburan lahar putih yang ingin bebas keluar dari sangkarnya. Alhasil kucabut kontolku sekaligus melepas kondom yang menghalanginya, kuarahkan ke depan mukanya, dengan kocokan keras namun teratur, ku siap mengantarkan nikmat gairah birahiku pada Melia.
I: Bapakkk.. Keluarr Mell…. Ahhhh ahhh ahhh,,,,,
Tercecer sudah lahar putihku yang memenuhi muka dan mulut Melia. Wajah indah yang kulukis dengan spermaku ini kuabadikan dalam rekaman, termasuk saat Melia dengan telaten membersihkan kontolku yang masih menyisakan sisa-sisa perjuangan yang belum terbebaskan.
Aku dan Melia tenggelam dalam kepuasan syahwat yang sedari tadi membara dalam asa. Butuh waktu untuk kami sama-sama kembali ke jatidiri kami, sebagai insan yang mencari puncak tertinggi dalam pelampiasan libido diri.
M: Bal, aku ke toilet ya..
I: Thank you Mel, aku nafas dulu.
M: (masuk ke kamar mandi) IQBAAALLL, kena rambutttt.. Ahhh sebel.. (kemudian membersihkan wajahnya dengan segala peralatan face wash nya)
I: Hehe, maaf ya.. Aku kasar banget tadi..
M: Halahhh, emang dasar kamu aja butuh dipancing.. pokoknya abis ini harus hair treatment, tanggung jawab kamu traktirin..
Akankah aku bisa terlena oleh permainan ini?
Atau aku justru kembali menjadi penikmat sex vanilla yang mengutamakan keromantisan?
Pikiranku sejenak terganggu oleh konsep pencapaian seksual yang sudah kulalui bersama Melia.
Secara terbuka, Melia memiliki konsep seksual yang memang bersifat hardcore, karena efek lepasnya keperawanan dia oleh pria yang men-treatment dia dengan kasar cenderung mengikuti genre seksual BDSM. Sehingga perlakuan sex kasar menjadi hal utama bagi Melia dalam mencapai puncak kepuasan birahi. Hal ini kontras terbalik denganku, dimana jati diri ku adalah penikmat sex romantis, vanilla, penuh dengan ciuman dan pelukan mesra.
Namun layaknya prinsip it takes two to tango, aku belajar mencoba memahami esensi merasa memiliki power dominan terhadap wanita dengan gaya seksual yang brutal. Hal sama pun semoga bisa dirasakan oleh Melia, bahwa mencapai kenikmatan seksual tak selamanya harus dengan menyiksa diri..
M: Bal.. cakep deh kamu ambil videonya, aku suka.. sayang aja jelas banget muka aku, gak bisa masuk pornhub nanti
I: Heh gimana? Emang kamu suka share-share video ke begituan..
M: Hahaha pengen si, tapi ah kalo video kita ini mending jadi koleksi pribadi aku aja…
I: Kan gak lucu muka aku sama kamu kepampang di video. Ntar jadi next Ariel Cut Tari lagi…
***
Sekitar setahun lebih aku dan Melia memiliki hubungan seksual yang intens. Pada akhirnya aku dan Melia saling menemukan titik toleransi kemampuan seksual hardcore vs softcore yang menjadi pembeda kami berdua. Tak sekedar urusan ranjang, hadirku dalam hidup Melia juga turut membangun kembali self confidence dan mentalnya.
Layaknya kakak yang suportif, aku mencoba sebisa mungkin hadir menjaga Melia dalam proses dirinya menjadi pribadi lebih baik. Menemukannya dengan environment yang positif, mengikuti proses healing diri bersama psikolog yang kukenal, membuat Melia kembali menjadi sosok, yang menurut ibunya, adalah Melia yang dikenalnya saat masih remaja.
Apakah timbul rasa suka dan bahkan cinta saat ku bersamanya? Sayang, nama Stephanie masih lebih “mengikat” pikiranku. Bahkan tanpa Melia tau, justru semua sikapku dalam mengembalikan jiwa Melia seperti semula adalah atas saran Stephanie. Entah apa Stephanie melakukan ini untuk memastikan Melia menjadi pasangan jiwaku, atau sekedar memberi saran di tengah-tengah intimasi kami berdua.
Sampai akhirnya Melia memilih melanjutkan sisa studinya ke Australia, hanya berselang beberapa minggu sebelum terjadinya virus Corona yang membuat dunia dalam kelam. Selama proses tersebut, aku harus berpura-pura menjadi kakak yang baik dan menjaganya selama di Jakarta, dan turut menjadi pemberi saran yang baik kepada ibunya untuk bisa mendapat izin Melia bisa lanjutkan studi di luar negeri..
Melia : Mahhhh Melia pamit ya, mamah baik-baik di Sumedang, teteh pasti bakal sering-sering kontak mamah nanti.
Ibu Melia: Makasih juga tuh sama Iqbal, kalo dia gak bilang ada sodaranya cewek di sana masih kuliah, mama bakalah kasi izinin. Atuh jauh-jauh pisan ke ostrali, gak kasihan kamu teh sama mama sendirian di Sumedang?
Melia: Kan biar pinter atuh, nanti biar gantiin mama di kantor bupati..
Iqbal: Mel, ati-ati ya.. Awas jangan bandel disana, ada yang jagain loh si xxx (nama sodaraku).
Melia: Iyaaaa aman. Janji balik ke Indo nanti bawa gelar plus jadi pinter..
Aku pun kembali ke Jakarta seusai mengantarkan Melia di bandara Soetta, dimana telepon Stephanie pun masuk:
Stephanie: Bal, where you at?
Iqbal: Di tol balik ke rumah. Kenapa Steph?
S: Udah kelar urusan sama Melia?
I: udah flight kayaknya, udah misah juga sama mamahnya.
S: Okay, aku ke tempat kamu ya. Bosen di kosan..
I: Okay see you yaa…
Ah… masih lama penantian ku menemukan mana cinta sejatiku, yang bisa sepenuhnya menjadi milikku..
Note penulis:
Terima kasih untuk suhu-suhu yang ramai komen dalam perjalanan Iqbal dan Melia kali ini, meski di timeline perjalanan Iqbal masih ada sosok Stephanie, semoga ending yang ane bikin gak sampe bikin sedih suhu-suhu..
By the way, buat next series ane lagi merencanakan development karakter Iqbal dengan profesi baru yang lebih mudah membuat Iqbal bisa ketemu banyak cewek-cewek cantik dan bikin aksi mobil goyang atau kegiatan sex lainnya.
Kira-kira gimana? Nanti tunggu saja rilis series terbaru dari Iqbal di thread ini ya..
Terima kasih
