Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Catering : the beginning

Beberapa hari berlalu setelah kepulangan reni, pamanku dari kota kembang beserta keluarga datang bersama pak’e dan mama. Seluruh keluarga besar kakek Adiharja berkumpul hari ini. Kamipun membersihkan makam nenek dan berkumpul di rumah tua atau rumah pinggir danau. saat kami sedang makan bersama, datang seorang wanita seumuran mama dengan dikawal dua orang seperti asisten. Yang satu laki-laki dan seorang wanita. Merekapun makan berasama kami. setelah semua selesai, kakek memanggil kami.

‘’puji syukur sekarang semua anak abah dan cucu abah bisa berkumpul semua di sini. tidak banyak yang kakek mau utarakan karena semuanya yang berkenaan dengan harta dan hibah kakek sudah kakek selesaikan. Kecuali dengan rumah tua ini. Seminggu yang lalu, kakek dan bapak ibu kalian kecuali Dayat yang emang jauh dari sini, itupun dia juga sepakat ya nak?. Kami memutuskan tanah ini akan menjadi milik Kinasih. Namun Kinasih sendiri yang berucap, tolong diberikan langsung kepada sang putranya yakni Azis. Tapi, masih menjadi ganjalan tersendiri bagi dirinya karena belum genap usianya 17 tahun dan butuh persetujuan dari semua saudara-saudaranya. Gimana ini? Ada yang tidak setuju dengan keputusan abah?’’ kata kakek memastikan

Suasana sekejap hening, tk ada yang memberikan suara dan canggung semuanya namun daribelakang ‘’SAAAAAHHHH BARAKALLOH’’

‘’lain nikahan blegug’’ ‘’hayang kawin sia kehed?’’ ‘’hahahahahaha’’ Sautan Tatang membuat suasana kembali ramai.

Dan kami smua akhirnya sepakat ‘’setuju’’. Dan salah satu aseisten wanita tadi langsung mengeluarkan beberapa kertas, dan satunya lagi menempelkan banyak sekali materai.

‘’alhamdulillah, nahhh kalo gini abah suka. Anak abah, cucu kakek kompak semua. Surat-surat biar diurus sama ibu Nina dan timnya’’ tutup kakek.

Acara hari inipun terlewati, keluargaku dan mang Dayat sekeluarga tidur di rumah ini beserta kakek, sedangkan yang lainnya pulang ke rumah masing-masing. Keesokan paginya kami berpamitan ke kota lagi, karena ibu harus bekerja, sedangkan mang Dayat meneruskan liburan. Aku berpamitan dengan semuanya. Saat berpamitan dengan bi Eha.

‘’nakalnya dilanjutin lagi gak di kota?, kemarin bibi liat loh’’ kata bi Eha sambil senyum jahat. Pipiku memerah seketika ia mengatakan itu. Ia mencubit pipiku dan bilang ‘’aman kok rahasianya sama bibi’’.



‘’home sweet home’’ teriaku begitu turun dari mobil dan membawa barang masuk kedalam rumah. Segera aku bereskan ulang kamarku, lalu menata barang bawaan kami dan mencuci baju. Setelah selesai aku kedapur berniat membuat kopi untuk aku dan pak’e. Tapi di dapur aku melihat sedang memasak. Seperti sudah mengerti, mama menumpangkan panci berisi air ke atas kompor.

‘’Zis, inget ya. Apapun yang akan terjadi, kamu harus kuliah dan lulus, mama punya keyakinan, kalo kamu pasti jadi orang hebat le. Inget, kuat-kuat hadapi cobaan dan mawas diri’’ kata mamaku. ‘’besok kita langsung ke ghani catering ya. Lusa ada wedding di gedung raya’’ tutup mama.

Hari masih siang, dan siang ini kami makan bersama di rumah, selesai makan kami menonton tv bersama. Selang beberapa saat kami menonton.

‘’le, kamu semester ini PKL kan?’’ tanya ibu memecah suasana

‘’iya ma, ada apa ma?’’

‘’gimana persiapannya? Udah beres semuanya?’’

‘’udah ma, lusa mau ke sekolahan, mau ngambil surat-surat sama katanya ada pengarahan’’

‘’jadi juga ya PKLnya’’ air mata mama menetes deras

‘’mama kenapa ma?’’aku dan pak’e panik

‘’ga papa, pokoknya kamu baik-baik selama PKL, ambil ilmu sebanyak-banyaknya’’

‘’iya ma, pasti. Pasti’’ kataku dengan jelas namun menahan air mata.

Keesokan harinya, tumben sekali mama memberiku banyak perintah dan memasrahkan banyak pekerjaan kepadaku, sampai-sampai tulangku mau rontok. Dari pagi sampai sore, mengerjakan kerjaan tambahan dari mama.

‘’dah pulang sana, semua udah beres. Biar mas-masnya yang beresin. Kamu istirahat aja, besok anterin mama jam 3 pagi’’ kata mama

‘’iya ma, aku pulang dulu’’ Aku pamit dan mencium tangan ibuku, lalu bergegas pulang.

Malam ini sebelum tidur kuambil hpku, lalu menghubungi Nadin.

A : ‘’malem beb’’

N : ‘’malem jg bebeb mesum’’

A : “diiihhh gitu amat ngasih sebutan, eh iya besok aku jemput ya? Bareng ke sekolahnya’’

N : ‘’hihihihihi. Iya, besok aku tunggu jangan kesiangan lho. Eh iya, kok tumben jemput?’’

A : ‘’kangen.... muachh by bebeb’’ langsung kumatikan teleponku

Tak lama ia chat di messenger ‘’dasar usil, liat aja besok aku cubit kamu!!’’

Aku lalu mencoba mengkontak Reni via messenger

A : Ren, sibuk ga? Gw tlp ya?

R : jgn, ad Baron Zis.

A : oh, yawes have fun!

R : jangan tidur dulu, nnt mlman aku tlp

Kumatikan hpku dan bergegas tidur

Jam 2:30 dini hari aku terbangun, kulihat mama mulai bersiap juga. Kuantarkan mama menuju tempat kerjanya, lalu aku berencana kembali tidur, namun tak bisa juga. Kuhidupkan hpku lalu tertulis ‘’33 chats unread’’ begitu aku lihat, ternyata Reni mengirimkan banyak sekali percakapan. Yah intinya dia mau telpon aku. Tapi tak kuhiraukan. Akupun tak bisa tertidur lagi. jam 5 pagi setelah ibadah, aku menyiapkan motorku.

‘’trengtengteng ngeengg’’ kumainkan gasnya sembari memanaskan mesinnya

‘’duh , pagi-pagi udah jali aja, emang mau kemana le?’’ ujar pak’e

‘’jali apanya? Wong masih pake celana pendek sama kaos kotang gini’’

‘’udah le, gak usah boong, bapak yo wes pernah muda kok. Wes sana bikin kopi dulu. Biar pak e jreng matane’’ perintah pak e

‘’oke komendan’’

Kubawakan kopi buatanku kehadapan pak’e dan kami duduk bersama, ngopi sambil mengawasi para pejuang kaki lima kami memasukkan dagangannya ke gerobak mereka masing-masing.

Tas siap, semua siap, akupun berangkat menjemput Nadin ‘temanku’ yang tersayang. Hihihihi. Tak butuh waktu lama aku sampai di rumahnya.

‘’asalamualaikum’’ salamku

‘’waalaikumsalam, masuk Zis. Tuh nyonya besar baru beres’’ kata mama Nadin

‘’yuk zis, berangkat. Maaaa berangkat ya’’ kami berpamitan dengan mamanya

Sesampainya di sekolahan, ternyata kami kepagian. Daripada nunggu ga jelas, aku mengajak Nadin ke kantin mandiri yang selalu buka walaupun libur sekolah. Tak lama kami duduk berdua di sana.

tiba-tiba Nadin berteriak ‘’halo saaaaaaaaayyyy’’ kepada perempuan yang disebelah Baron. Mereka berpelukan, namun saat berpelukan. Reni mengeluarkan expresi marah padaku. Aku berusaha menutupi ke-salting-anku sebisa mungking.

Kami akhirnya duduk di sana bersama. Untung saja reni tidak bercerita kalau jalan denganku. Kalau sampai ketahuan, bisa habis aku di bogem Baron dengan kepalannya yang tidak semanis es kepal milo.

Ting..... hp kami berbunyi bersamaan, admin sekolah mengingatkan kami untuk berkumpul, akupun berjalan bersama dengan Nadin duluan. Disusul oleh Reni dan Baron di belakang kami. sengaja aku menggenggam tangan Nadin cukup erat, Nadinpun reflek menyenderkan kepalanya di bahuku. Aku, Nadin dan Baron berpisah dengan Reni. Kubiarkan mereka duluan berjalan. Sebelum kami berpisah, kembali Reni memberikan pandangan sinisnya kepadaku.

Pengarahan telah diberikan, dan tempat prakerin sudah dicarikan sesuai dengan formulir yang diisi oleh wali kami. aku sekota dengan baron, dan harus berpisah dengan Nadin.

‘’Ron lo di kota kembang juga ya?’’ tanyaku kepada baron

‘’iya, kita berempat di kota kembang, tapi lo jauh banget tempatnya keliiiip, jauh lah dari kota’’ jelas baron kepadaku. ‘’eh, gw mau tanya. Lo pas liburan kemaren jalan sama Reni ya?’’

Degghhhh mampussss ‘’maksudnya gimana Ron?’’ jawabku agak ragu

‘’Reni ngasih tau gw foto lo sama dia, di tempat bagus banget, boleh lah gw diajak kesana kapan2’’

Huuffftttt ‘’beresss keluarga gw di sana semua. Cingcayyyy’’

‘’siiiiippppp kapan2 kita kemping’’ tutupnya

Selesai sudah pembekalan hari ini. Nadin masih ngobrol dengan anak yang sekota dengannya, begitu pula aku. Tapi karena aku kebagian hotel yang jauh sekali dari kota, aku tidak ikut diskusi mencari kontrakan bersama mereka. Sembari menunggu Nadin selesai ngobrol, aku kembali duduk di luar sekolah sembari ngopi dan sebat dulu di warung burjo. Dari arah sekolah, kulihat Reni jalan terburu-buru ke arahku.

‘’ngapa telponku gak diangkat?’’ bentaknya padaku

‘’capek badan gw seharian kerja seharian, masa gw jg harus nunggu telpon lo’’

‘’anj#$g lo nih. Gak mikir apa? udah puas lo pake gw, abis itu lo mau ngilang gitu aja? Mikir lo T@!k’’ Reni marah sambil berbisi, tangannya mencengkram tanganku kuat sekali, sampai kukunya mengecap semua di tanganku.

‘’maaf Ren, gw gak bisa ngerubah apa yang terjadi sama kita. tapi lo tau kan? Dua orang yang tadi pagi sama kita masing-masing?’’

‘’iya.. sory sory. Kayaknya gw yang kebawa perasaan deh’’ kara Reni dengan nada melemah.

Melihat emosi Reni mereda ‘’gw ga bisa boong kok ren, pasti ada rasa jg gw setelah liburan kemaren. Tapi yahhh logika aja yang berontak, bukannya gengsi lho’’

‘’iya Zis, eh iya. Tadi lo sengaja ya genggem tangan Nadin sampe segitunya?’’

‘’hehehe biar aja, seru liat lo gelagepan nahan cemburu tapi ada Baron di samping lo”

‘’ta3k’’ sambil ia menoyor kepalaku.

Kami bercengkrama sebentar, selang beberapa lama Baron keluar dari sekolah. ‘’cuk, kontrakannya mahal banget. Dst’’. Ia datang langsung ngomel-ngomel gak karuan. Kami melanjutkan perbincangan bersama sampai Nadin keluar, lalu aku dan Nadin cabut duluan.

Sepeda motor yang kubawa kujalankan tidak terlalu kencang, spion kuarahkan ke wajah Nadin. Kulihat wajahnya, tersimpul sebuah senyum yang sangat manis, membuat sesiapa saja yang ditujukan oleh senyum itu. Melayang kegeeran.

‘’kangen beb?’’ tanyaku.

‘’.....’’ tak ada jawaban dari mulutnya, iya menganggukkan kepalanya sambil terpejam, lalu berkata ‘’banget’’ tanpa suara.

‘’masih pagi nih beb, mau kemana dulu ga?’’ ajakku

‘’emmm terserah, aku ikut aja’’ bahasa cewek banget lah

Kuarahkan motor ke pinggiran kota untuk ngobrol di coffee shop milik yang tidak terlalu besar, namun tempatnya asyik buat ngobrol santai. Kupilih meja yang ada sofanya di sudut ruangan.

‘’gimana kemarin liburannya? Seru jalan-jalannya?’’ tanyaku.

‘’yahhh gitu-gitu aja sih, gak ada yang spesial. Mal lagi, wahana wisata ala kota. Biasa deh, kamu sendiri gimana?’’ iya membalikan pertanyaan.

‘’seru sih, main di pinggir danau, ke curug, panen kopi. Di sana jg ada hajatan keluarga’’

‘’enak ya kamu... pingin dong kapan-kapan ajakin ke sana’’ kata Nadin meminta dengan manja.

‘’Nad, aku mau ngomong serius boleh?’’ suaraku bergetar namun kumantapkan.

‘’iya Zis, emang ada apa?’’ ekspresi wajahnya yang ceria ikutan tegang

‘’Nad, aku gak perlu jelasin apa-apa. Cuma mau bilang, aku sayang kamu. Dah itu aja’’

‘’te... terus? Maksud kamu?’’ jawabnya terbata-bata.

Kubentangkan tanganku, cukup lama tanganku mengambang diudara. Lalu ia menubrukku dan melingkarkan tangannya di punggungku.

‘’aku gak pingin kita Cuma temenan Nad. Kamu mau ?’’ kata-kataku mulai tidak tertata.

Iya menganggukkan kepalanya dan menempelkan pipinya di dadaku. ‘’gimana ya beb ya?, aku sayaaaang banget sama kamu. tapiiii’’.ia menganggukan kepalanya. Seiring itu ia mempererat pelukannya.

Kopi sudah habis, dan waktu sudah lewat dari tengah hari. Kami memutuskan untuk pulang. Sepanjang perjalanan ia menyembunyikan wajah di punggungku, namun tekanan pipiya di punggungku. Kami akhirnya sampai di rumah Nadin.

‘’tunggu dulu yang. Kok tutupan ya? Jangan pulang dulu’’ ia mencegahku pulang

‘’halo ma, di mana, kok rumah tutupan?’’

‘’......’’

‘’ooo, kuncinya di mana?’’

‘’.............’’

‘’iya, ntar aku bikin makan sendiri, da mama’’

‘’mama pergi zis, ke tempat sodara di @#$QQ#$%, mana laper pula’’ katanya padaku.

‘’yaudah, yuk cek kulkas, siapa tau bisa bikin apa gitu?’’ tawarku kepadanya.

Kami lalu masuk dan menuju dapur untuk melihat isi kulkas.

‘’nih ada tahu, pokcoy, wortel. Wahhh inimah lengkap, cumaaaa, hehehehehe beliin saus tiram gih, satu sachet aja’’

Kami lalu membuat sapo tahu, lalu makan bersama. Selesai makan, aku membantunya membereskan peralatan yang kotor. Aku kumpulkan semuanya dan aku taruh di wastafel. Aku pamitan untuk merokok di halaman belakang rumahnya. Namun belum sempat keluar, kulihat Nadin mengenakan apron (celemek) dengan rabut terikat. Melihatnya seperti itu, membuatku merasa gemessss sekali. Kudekati ia yang sedang mencuci piring, kupeluk ia dari belakang, pantatnya menempel di selangkanganku. Ia lalu membalikan wajahnya dan... cuppp mmmuuuahhhh kucium bibirnya dengan lembut sekali, kulingkarkan tanganku ke bawah payudaranya, kupeluk ia lembut, lalu kami berciuman kembali.

‘’dah, selesain dulu cuci piringnya, aku keluar dulu. Ngudud’’ sebelum kutinggalkan ia, kukedipkan sebelah mataku menggodanya.

‘’iiiihhh nyebelin, reseh kamu nih beb’’

Sebatang rokok kubakar di luar rumah Nadin. Sambil kuhisap dalam-dalam, akhirnya aku punya pacar juga. Tapi pacaran tuh gimana ya? Ah, sabodo teuing, jalanin aja. Tapi kalo boleh jujur, aku kepikiran sama Reni, ya gak bisa boong lah, gimanapun apa yang terjadi diantara aku dan Reni, pasti menumbuhkan bibit rasa yang saat ini gak mungkin kami satukan. Huhhh sudah lah, aku gak mau stress dulu. Dan pula, aku masih terlalu muda untuk ini.

‘’yang, masuk!!’’ Nadin mengagetkanku. Kuinjak sisa rokokku, lalu aku menyusulnya masuk ke dalam. Kami duduk di sofa ruang tengah rumah Nadin. Kembali dia menlpon mamanya kata beliau mereka masih lama di kabupaten sebelah. Mataku tertuju padanya yang mengambil sebuah permen, lalu memasukkan ke mulutnya. Dan secara tiba-tiba ia mendekatkan wajahnya padaku. Mengerti dengan maksudnya, aku menyambutnya dan.... emmuuuachhhh bibir kami bertemu. Tak tinggal diam, kulingkarkan tanganku ke perutnya. Kamipun melepaskan ciuman kami.

‘’i love you’’ katanya lirih setengah berbisik.

Tidak kubalas pernyataannya, kupegangi rahang pipinya kucium kembali bibirnya sambil kulumat gansa, seakan tak ingin berpisah, kulepaskan kembali dan kukatakan ‘’love u to’’ dengan singkat.

Seperti ada yang lain dari kami, Nafsu kami membara begitu hebatnya. Kami kembali mengadu bibir kami, lidah kami bermain bertukar satu sama lain sampai permen yang tadu ia sesap, berpindah kepadaku. Punggungku merasakan garukan,yang berasal dari sebelah tangannya, menggenggam penisku dari luar. Ehhhhh tak nyaman dengan perlakuannya, kubuka kancing celanaku, tangannyapun langsung merangsek mnggenggam penisku kuat. Tak ingin kalah darinya, kuremas payudaranya dari luar.

Sedang enak-enaknya, ia melepas genggamanya, lalu ia berdiri dan mendorong pundakku. BUAKK punggungku menabrak sandaran sofa pelan.

‘’gantian, aku yang bikin kamu ENAK!!” ia mengatakan itu dengan tatapan penuh nafsu.

Ia bersimpuh dihadapanku, dia tarik paksa celana dan celana dalamku, lalu ia lebarkan selangkanganku. Dengan itu, maka penisku yang tegak berdiri jelas terpampang dihadapannya. Ia meraih penisku dan HAAP, ia lumat seperempat batang penisku dengan mulutnya.

‘’ssshhhh beb, kamu gila beneran beb, enak bener sayanghh’’ aku meracau saat menikmati perlakuannya terhadapku. Sedotan demi sedotan ia lancarkan padaku, tak ketinggalan ujung idahnya yang memainkan kepala penisku, membuatku terbuai dalam permainannya. Ritme yang ia mainkan saat menaik turunkan kulumannya, membuatku tak tahan ingin mencengkram kepalaya dan membenamkan lebih dalam. Kupegangi kepalanya namun ia tepis tanganku. Sekitar sepuluh menit ia memainkanku. ‘’bhebbbb... gak tahannnn’’ ia percepat kulumanya di penisku. Gelombang orgasme yang sedari kutahan, mampu ia runtuhkan dengan permainan mulutnya. Dengan sedotannya yang sangat kencang. Croottt crootttt.. keluarlah bibit anakku dalam mulutnya, ia tampung smua saripatiku. Seperti kesusahan, ia menelan seluruh maniku dan membersihkan seluruh batang dan penisku dengan lidahnya. Kemudian ia menatapku sambil tersenyum.

‘’gimana sayangkuuuu? Enak kan?’’ dengan kerlingan sebelah matanya ia menggoda.

‘’huhhhuhhhuffftttt, gila kamu yang, topppp’’kataku sambil mengangkat jempol. ‘’pejuhnya kamu telen?. Gila kamu’’

‘’hehehehehe’’ cuppppp ia bergegas menciumku, dimainkan lidahnya di dalam mulutku, aku menyambutnya dengan semangat jug. EHHH tunggu dulu, tadi kan??? mataku langsung terbuka dan melotot, ia yang menyadari kalau aku gak konsen berkata. ‘’ hihihihih, gimana rasanya bekas ngulum kamu? Enak?’’

‘’anjrit... dikerjain pula’’ aku sedikit misuh. Cenuuuttttt dicubitnya kecil pinggangku sampai terasa perih

‘’aaaduuuhduhduhduhhhh sakit yang, perihhhh’’ aku merintih karena cubitannya yang kecil lalu dipelintir.

‘’gak boleh saru-saru, ndak baik’’ aku yang gemas lalu memluknya. Kubisikkan padanya ‘’kamu gak mau?’’ ia memandangku dan berkata ‘’satu sama. Hihihihi’’. Selanjutnya kami berdua bersenda gurrau dan bercengkrama bersama. Sampai tidak terasa hari sudah hampir sore. Akupun pamit undur diri.

‘’sayaaaaang, kok pulang siiiii masih kangen...’’ sambil ia kembungkan pipinya.

‘’iya sayang.... tapi males aja kalo kegep ortu kamu’’ kubalas dengan mencubit pipinya

Kulangkahkan kakiku beriringan dengannya menuju pintu. Tepas sebelum aku membuka pintu rumahnya, kubalikkan badanku cuppp kucium bibirnya, lalu ku cium keningnya mesra dan kuelus pipinya ditutup dengan menoel kecil hidungnya.

‘’dah sayang... sampai ketemu lagi’’ pamitku

‘’aaaaaaaaaa sayaaaanggg bikin tambah kangen tauuuu’’ ia memajukan bibir bawahnya ngambek.



Langsung kulajukan motorku menuju rumah. Perjalanan menuju rumah terasa begitu berbeda. Masih sadarku dalam perasaan yang berbunga ini, senyum selalu tersimpul di wajahku. Sampai di rumahku, kulihat pak’e sudah pulang dan berbincang dengan pegawainya yang mengurusi penjual kaki limanya. Sedang karyawan yang dari kantin, belum pulang. Kuhampiri pak’e dan mencium tangannya.

‘’duhh, hawa2nya ada yang berbunga-bunga nih’’ pak’e membuka percakapan.

‘’apa sih pak’e ki, belum ngopi ya?’’

‘’eleh..... kayak pak’e gak pernah muda aja lho le... le, hmmm kopi ya? Yawes, kalo kamu maksa, buatin yang spesial’’

‘’oke komendan’’

Kubawakan segelas kopi kepada pak’e dan bertepatan dengan mama pulang dari kerja. Kuletakkan kopi di meja pak’e, aku langsung salim dengan ibuku.

‘’kok cerah amat muka kamu le?. Lagi kasmaran apa gimana?’’ mama langsung nembak pertanyaan.

‘’apaan sih mama ni...’’ sumpah malu banget gaes.

‘’iya itu, tadi pagi juga gitu ma’’ pa’e menimpali

‘’abis jadian sama siapa?, Nadin ya” mama menggodaku

‘’...............’’ spechless hu

‘’yasudah, mau gimana lagi. yang penting tau batesannya. Sama jangan lebay’’ mama berpesan.

Beberapa hari lagi kami akan berangkat menuju tempat kami melakukan PKL atau prakerin. Nadinpun sudah berkunjung ke rumahku setelah kami jadian. Sampai, 3 hari sebelum keberangkatan, hariku seakan seba salah semuanya, pake yang uring-uringan, mama ngomel-ngomel dan ditambah Nadin yang ngambeknya setengah mati. Hahhhhh rasanya kepala ini mau pecah. Dan malamnya, aku tertidur dengan sangat nyenyak.

Pagi ini aku bangun sudah hampir subuh. Tapi aneh kok suasana sepi sekali. Aku langsung solat dan saat aku mengucapkan salam, kurasakan seperti ada orang dibelakangku. Kuarahkan badanku kebelakang.

‘’SELAMAT ULANG TAHUUUUUNNNN” ucap pak’e, mama, Nadin dan lainnya

‘’maaf ya kita kemaren ngerjain kamu’’ kata Nadin

‘’oooo jadi kalian semua udah sekongkolan? ‘’

‘’hehehhe’’ mama hanya tersenyum.

Kutiupkan lilin setelah kuucapkan harapan terbaikku kepada semuanya. Berbagai macam kado kuterima dari mereka. Kami lalu sarapan bersama dan berkumpul sebentar. Kulihat mama memojok di sofa sendirian, lalu kuhampiri dirinya.

‘’le’’ mama menyadari aku di sampingnya

‘’kok malah mojok di sini ma?’’

Air mata mama menetes ‘’17 tahun yang lalu mama bertaruh nyawa untuk melahirkanmu, disaat itu pula sebenarnya kami sedang berada di masa terberat dalam hidup kami. tapi kehadiranmu menjadi api bagi kami. perlahan namun pasti, keadaan kami membaik. Seiring dengan itu kami mengharapkan sekali kehadiran seorang anak lagi di keluarga ini, namun Tuhan berkehendak lain’’ tetesan airmata mama kembali menderas. Lalu kupeluk hangat ia.

‘’le, kamu satu-satunya harapan kami. tolong kamu janji sama mama!’’ mama menyuruhku dengan nada tegas.

‘’iya ma, apapun itu tole akan brusaha menepati’’

‘’mama mau, setelah lulus SMK, kamu lanjutkan kuliahmu. Apapun alasannya, bagaimanapun kondisinya’’

‘’iya ma’’

‘’yang kedua, kamu jangan jadi orang cengeng. Perkuat mental kamu. Karena di luar sana, apapun yang akan kamu kerjakan, apapun yang kamu lakukan. Mereka semua cuma perduli dengan hasil dan kinerja kamu. Mereka gak akan pernah memikirkan apa yang terjadi terhadapmu’’

‘’ii..iiya ma’’

‘’yang terakhir, tolong doakan kami. apapun yang terjadi apapun yang kamu lalui. Karena pada akhirnya kami gak akan tahu, sampai kapan kami akan menemanimu’’

‘’mama, mama jangan ngomong gitu.’’ Airmataku menetes dan membuat nafasku terisak-isak.

Suasanapun menjadi hening dan tak ada yang mendekati kami.

‘’satu pesan mama, cintailah secukupnya dan sewajarnya. Karena siap tidak siap kita pasti akan menerima sebuah kehilangan’’ kata mama berbisik dan lembut. Kuusap air mataku, dan kukecup kedua pipi mama.

‘’dah ah, udah siang. Mama masih capek abis kerja kemarin. pak’e, temenin mama bobo. Mumpung barudag kamu liburin’’

‘’dah sana le. Anterin pacarmu pulang. Salam buat pak Frans’’ ucap pak’e

Akupun mengantar Nadin pulang. Dijalan, kurasakan keanehan pada motorku, biasanya tarikannya enteng, tetapi ini seperti membawa beban yang saaangat berat. Beberapa kali aku berhenti untuk mengecek. Namun nihil, tak kudapati kerusakan pada motorku. Beberapa saat aku sampai ke rumah Nadin. Aku hanya bertegur sapa dengan papanya dan langsung pulang, karena ada perasaan yang menyuruhku untuk cepat pulang. Beberapa puluh meter dari rumah, kulihat ibu-ibu berkumpul. Begitu aku sampai. Mereka semua menangis semakin keras. Akupun berlari memecah keramaian tersebut.

Tak dapat berkata apa-apa lagi, kakiku melemas, airmataku berjatuhan. Tak ada kata yang dapat aku ucap. Tak ada suara yang aku bisa keluarkan. Pandanganku nanar terdiam terpaku kepada sebuah tubuh manusia. Yang menjadi cinta pertamaku, yang menjadi alasanku untuk menunjukan kalau aku bisa, yang mebjadi tujuan pertamaku hidup di dunia ini. Kini ia hanya terdiam terpaku dan damai dalam tidurnya.

Bebrapa orang menenagkanku, kulihat pak’e juga terpaku namun tampak berusaha bersikap setenang mungkin. Kuhampiri ia, lalu kami saling berpelukan erat. Sangat-sangat erat, pelukan ini seperti simbol kehilangan kami yang sangat dalam. Dengan mengumpulkan sisa-sisa rasa yang ada. Kami menyegerakan pemakaman Mama.

Semua prosesi hampir selesai, tinggal menunggu kabar dari penggali makam. Sambil menunggu kabar tersebut. Kubacakan ayat-ayat suci di sampingnya. Kudengar suara lembu di sampingku. Ternyata Nadin, Reni, Baron dan teman lainnya bergabung bersamaku membaca ayat-ayat suci. Beberapa lama kemudian, datang kabar dari penggali kubur. Maka kami selesaikan seluruh prosesi dan kami antarkan mama ke tempat peristirahatan terakhirnya. Beberapa orang meninggalkan makam terakhir hanya aku Nadin yang masih bertahan. Selesai mendoakannya, aku berdiri dan tiba-tiba

Bughhhhh Nadin memelukku erat, air membasahi dadaku. Kubiarkan ia menangis sepuasnya dan tak kuhiraukan pandangan orang yang masih ada di pemakaman.

‘’sudah, mama udah istirahat tenang. Sekarang ia Cuma butuh doa dari kita’’ kataku

‘’harusnya, kamu ada di sampingnya tadi, kalo bukan karena nganterin aku, pasti.....’’kuletakkan telunjukku di bibirnya.

‘’udah ya.. yuk pulang’’

Kulangkahkan kaki kembali kerumah dengan perasaan hampa. Tak banyak kata dapat terucap. Setiap suport semangat nampak hanya seperti kata-kata saja. Aku duduk dihalaman depan, saat aku merogoh kotak rokokku, ternyata isinya telah tiada. Saat kulangkahkan kaki menuju warung tetangga. Terdengar sebuah lagu.

Datang akan pergi

Lewat kan berlalu

Ada kan tiada bertemu akan berpisah

Awal kan berakhir

Terbit kan tenggelam

Pasang akan surut bertemu akan berpisah.

 
Kisah ini real kah hu?
Klo real, sy berbelasungkawa atas kepergian beliau.... 🙏
 
Beberapa hari berlalu setelah kepulangan reni, pamanku dari kota kembang beserta keluarga datang bersama pak’e dan mama. Seluruh keluarga besar kakek Adiharja berkumpul hari ini. Kamipun membersihkan makam nenek dan berkumpul di rumah tua atau rumah pinggir danau. saat kami sedang makan bersama, datang seorang wanita seumuran mama dengan dikawal dua orang seperti asisten. Yang satu laki-laki dan seorang wanita. Merekapun makan berasama kami. setelah semua selesai, kakek memanggil kami.

‘’puji syukur sekarang semua anak abah dan cucu abah bisa berkumpul semua di sini. tidak banyak yang kakek mau utarakan karena semuanya yang berkenaan dengan harta dan hibah kakek sudah kakek selesaikan. Kecuali dengan rumah tua ini. Seminggu yang lalu, kakek dan bapak ibu kalian kecuali Dayat yang emang jauh dari sini, itupun dia juga sepakat ya nak?. Kami memutuskan tanah ini akan menjadi milik Kinasih. Namun Kinasih sendiri yang berucap, tolong diberikan langsung kepada sang putranya yakni Azis. Tapi, masih menjadi ganjalan tersendiri bagi dirinya karena belum genap usianya 17 tahun dan butuh persetujuan dari semua saudara-saudaranya. Gimana ini? Ada yang tidak setuju dengan keputusan abah?’’ kata kakek memastikan

Suasana sekejap hening, tk ada yang memberikan suara dan canggung semuanya namun daribelakang ‘’SAAAAAHHHH BARAKALLOH’’

‘’lain nikahan blegug’’ ‘’hayang kawin sia kehed?’’ ‘’hahahahahaha’’ Sautan Tatang membuat suasana kembali ramai.

Dan kami smua akhirnya sepakat ‘’setuju’’. Dan salah satu aseisten wanita tadi langsung mengeluarkan beberapa kertas, dan satunya lagi menempelkan banyak sekali materai.

‘’alhamdulillah, nahhh kalo gini abah suka. Anak abah, cucu kakek kompak semua. Surat-surat biar diurus sama ibu Nina dan timnya’’ tutup kakek.

Acara hari inipun terlewati, keluargaku dan mang Dayat sekeluarga tidur di rumah ini beserta kakek, sedangkan yang lainnya pulang ke rumah masing-masing. Keesokan paginya kami berpamitan ke kota lagi, karena ibu harus bekerja, sedangkan mang Dayat meneruskan liburan. Aku berpamitan dengan semuanya. Saat berpamitan dengan bi Eha.

‘’nakalnya dilanjutin lagi gak di kota?, kemarin bibi liat loh’’ kata bi Eha sambil senyum jahat. Pipiku memerah seketika ia mengatakan itu. Ia mencubit pipiku dan bilang ‘’aman kok rahasianya sama bibi’’.



‘’home sweet home’’ teriaku begitu turun dari mobil dan membawa barang masuk kedalam rumah. Segera aku bereskan ulang kamarku, lalu menata barang bawaan kami dan mencuci baju. Setelah selesai aku kedapur berniat membuat kopi untuk aku dan pak’e. Tapi di dapur aku melihat sedang memasak. Seperti sudah mengerti, mama menumpangkan panci berisi air ke atas kompor.

‘’Zis, inget ya. Apapun yang akan terjadi, kamu harus kuliah dan lulus, mama punya keyakinan, kalo kamu pasti jadi orang hebat le. Inget, kuat-kuat hadapi cobaan dan mawas diri’’ kata mamaku. ‘’besok kita langsung ke ghani catering ya. Lusa ada wedding di gedung raya’’ tutup mama.

Hari masih siang, dan siang ini kami makan bersama di rumah, selesai makan kami menonton tv bersama. Selang beberapa saat kami menonton.

‘’le, kamu semester ini PKL kan?’’ tanya ibu memecah suasana

‘’iya ma, ada apa ma?’’

‘’gimana persiapannya? Udah beres semuanya?’’

‘’udah ma, lusa mau ke sekolahan, mau ngambil surat-surat sama katanya ada pengarahan’’

‘’jadi juga ya PKLnya’’ air mata mama menetes deras

‘’mama kenapa ma?’’aku dan pak’e panik

‘’ga papa, pokoknya kamu baik-baik selama PKL, ambil ilmu sebanyak-banyaknya’’

‘’iya ma, pasti. Pasti’’ kataku dengan jelas namun menahan air mata.

Keesokan harinya, tumben sekali mama memberiku banyak perintah dan memasrahkan banyak pekerjaan kepadaku, sampai-sampai tulangku mau rontok. Dari pagi sampai sore, mengerjakan kerjaan tambahan dari mama.

‘’dah pulang sana, semua udah beres. Biar mas-masnya yang beresin. Kamu istirahat aja, besok anterin mama jam 3 pagi’’ kata mama

‘’iya ma, aku pulang dulu’’ Aku pamit dan mencium tangan ibuku, lalu bergegas pulang.

Malam ini sebelum tidur kuambil hpku, lalu menghubungi Nadin.

A : ‘’malem beb’’

N : ‘’malem jg bebeb mesum’’

A : “diiihhh gitu amat ngasih sebutan, eh iya besok aku jemput ya? Bareng ke sekolahnya’’

N : ‘’hihihihihi. Iya, besok aku tunggu jangan kesiangan lho. Eh iya, kok tumben jemput?’’

A : ‘’kangen.... muachh by bebeb’’ langsung kumatikan teleponku

Tak lama ia chat di messenger ‘’dasar usil, liat aja besok aku cubit kamu!!’’

Aku lalu mencoba mengkontak Reni via messenger

A : Ren, sibuk ga? Gw tlp ya?

R : jgn, ad Baron Zis.

A : oh, yawes have fun!

R : jangan tidur dulu, nnt mlman aku tlp

Kumatikan hpku dan bergegas tidur

Jam 2:30 dini hari aku terbangun, kulihat mama mulai bersiap juga. Kuantarkan mama menuju tempat kerjanya, lalu aku berencana kembali tidur, namun tak bisa juga. Kuhidupkan hpku lalu tertulis ‘’33 chats unread’’ begitu aku lihat, ternyata Reni mengirimkan banyak sekali percakapan. Yah intinya dia mau telpon aku. Tapi tak kuhiraukan. Akupun tak bisa tertidur lagi. jam 5 pagi setelah ibadah, aku menyiapkan motorku.

‘’trengtengteng ngeengg’’ kumainkan gasnya sembari memanaskan mesinnya

‘’duh , pagi-pagi udah jali aja, emang mau kemana le?’’ ujar pak’e

‘’jali apanya? Wong masih pake celana pendek sama kaos kotang gini’’

‘’udah le, gak usah boong, bapak yo wes pernah muda kok. Wes sana bikin kopi dulu. Biar pak e jreng matane’’ perintah pak e

‘’oke komendan’’

Kubawakan kopi buatanku kehadapan pak’e dan kami duduk bersama, ngopi sambil mengawasi para pejuang kaki lima kami memasukkan dagangannya ke gerobak mereka masing-masing.

Tas siap, semua siap, akupun berangkat menjemput Nadin ‘temanku’ yang tersayang. Hihihihi. Tak butuh waktu lama aku sampai di rumahnya.

‘’asalamualaikum’’ salamku

‘’waalaikumsalam, masuk Zis. Tuh nyonya besar baru beres’’ kata mama Nadin

‘’yuk zis, berangkat. Maaaa berangkat ya’’ kami berpamitan dengan mamanya

Sesampainya di sekolahan, ternyata kami kepagian. Daripada nunggu ga jelas, aku mengajak Nadin ke kantin mandiri yang selalu buka walaupun libur sekolah. Tak lama kami duduk berdua di sana.

tiba-tiba Nadin berteriak ‘’halo saaaaaaaaayyyy’’ kepada perempuan yang disebelah Baron. Mereka berpelukan, namun saat berpelukan. Reni mengeluarkan expresi marah padaku. Aku berusaha menutupi ke-salting-anku sebisa mungking.

Kami akhirnya duduk di sana bersama. Untung saja reni tidak bercerita kalau jalan denganku. Kalau sampai ketahuan, bisa habis aku di bogem Baron dengan kepalannya yang tidak semanis es kepal milo.

Ting..... hp kami berbunyi bersamaan, admin sekolah mengingatkan kami untuk berkumpul, akupun berjalan bersama dengan Nadin duluan. Disusul oleh Reni dan Baron di belakang kami. sengaja aku menggenggam tangan Nadin cukup erat, Nadinpun reflek menyenderkan kepalanya di bahuku. Aku, Nadin dan Baron berpisah dengan Reni. Kubiarkan mereka duluan berjalan. Sebelum kami berpisah, kembali Reni memberikan pandangan sinisnya kepadaku.

Pengarahan telah diberikan, dan tempat prakerin sudah dicarikan sesuai dengan formulir yang diisi oleh wali kami. aku sekota dengan baron, dan harus berpisah dengan Nadin.

‘’Ron lo di kota kembang juga ya?’’ tanyaku kepada baron

‘’iya, kita berempat di kota kembang, tapi lo jauh banget tempatnya keliiiip, jauh lah dari kota’’ jelas baron kepadaku. ‘’eh, gw mau tanya. Lo pas liburan kemaren jalan sama Reni ya?’’

Degghhhh mampussss ‘’maksudnya gimana Ron?’’ jawabku agak ragu

‘’Reni ngasih tau gw foto lo sama dia, di tempat bagus banget, boleh lah gw diajak kesana kapan2’’

Huuffftttt ‘’beresss keluarga gw di sana semua. Cingcayyyy’’

‘’siiiiippppp kapan2 kita kemping’’ tutupnya

Selesai sudah pembekalan hari ini. Nadin masih ngobrol dengan anak yang sekota dengannya, begitu pula aku. Tapi karena aku kebagian hotel yang jauh sekali dari kota, aku tidak ikut diskusi mencari kontrakan bersama mereka. Sembari menunggu Nadin selesai ngobrol, aku kembali duduk di luar sekolah sembari ngopi dan sebat dulu di warung burjo. Dari arah sekolah, kulihat Reni jalan terburu-buru ke arahku.

‘’ngapa telponku gak diangkat?’’ bentaknya padaku

‘’capek badan gw seharian kerja seharian, masa gw jg harus nunggu telpon lo’’

‘’anj#$g lo nih. Gak mikir apa? udah puas lo pake gw, abis itu lo mau ngilang gitu aja? Mikir lo T@!k’’ Reni marah sambil berbisi, tangannya mencengkram tanganku kuat sekali, sampai kukunya mengecap semua di tanganku.

‘’maaf Ren, gw gak bisa ngerubah apa yang terjadi sama kita. tapi lo tau kan? Dua orang yang tadi pagi sama kita masing-masing?’’

‘’iya.. sory sory. Kayaknya gw yang kebawa perasaan deh’’ kara Reni dengan nada melemah.

Melihat emosi Reni mereda ‘’gw ga bisa boong kok ren, pasti ada rasa jg gw setelah liburan kemaren. Tapi yahhh logika aja yang berontak, bukannya gengsi lho’’

‘’iya Zis, eh iya. Tadi lo sengaja ya genggem tangan Nadin sampe segitunya?’’

‘’hehehe biar aja, seru liat lo gelagepan nahan cemburu tapi ada Baron di samping lo”

‘’ta3k’’ sambil ia menoyor kepalaku.

Kami bercengkrama sebentar, selang beberapa lama Baron keluar dari sekolah. ‘’cuk, kontrakannya mahal banget. Dst’’. Ia datang langsung ngomel-ngomel gak karuan. Kami melanjutkan perbincangan bersama sampai Nadin keluar, lalu aku dan Nadin cabut duluan.

Sepeda motor yang kubawa kujalankan tidak terlalu kencang, spion kuarahkan ke wajah Nadin. Kulihat wajahnya, tersimpul sebuah senyum yang sangat manis, membuat sesiapa saja yang ditujukan oleh senyum itu. Melayang kegeeran.

‘’kangen beb?’’ tanyaku.

‘’.....’’ tak ada jawaban dari mulutnya, iya menganggukkan kepalanya sambil terpejam, lalu berkata ‘’banget’’ tanpa suara.

‘’masih pagi nih beb, mau kemana dulu ga?’’ ajakku

‘’emmm terserah, aku ikut aja’’ bahasa cewek banget lah

Kuarahkan motor ke pinggiran kota untuk ngobrol di coffee shop milik yang tidak terlalu besar, namun tempatnya asyik buat ngobrol santai. Kupilih meja yang ada sofanya di sudut ruangan.

‘’gimana kemarin liburannya? Seru jalan-jalannya?’’ tanyaku.

‘’yahhh gitu-gitu aja sih, gak ada yang spesial. Mal lagi, wahana wisata ala kota. Biasa deh, kamu sendiri gimana?’’ iya membalikan pertanyaan.

‘’seru sih, main di pinggir danau, ke curug, panen kopi. Di sana jg ada hajatan keluarga’’

‘’enak ya kamu... pingin dong kapan-kapan ajakin ke sana’’ kata Nadin meminta dengan manja.

‘’Nad, aku mau ngomong serius boleh?’’ suaraku bergetar namun kumantapkan.

‘’iya Zis, emang ada apa?’’ ekspresi wajahnya yang ceria ikutan tegang

‘’Nad, aku gak perlu jelasin apa-apa. Cuma mau bilang, aku sayang kamu. Dah itu aja’’

‘’te... terus? Maksud kamu?’’ jawabnya terbata-bata.

Kubentangkan tanganku, cukup lama tanganku mengambang diudara. Lalu ia menubrukku dan melingkarkan tangannya di punggungku.

‘’aku gak pingin kita Cuma temenan Nad. Kamu mau ?’’ kata-kataku mulai tidak tertata.

Iya menganggukkan kepalanya dan menempelkan pipinya di dadaku. ‘’gimana ya beb ya?, aku sayaaaang banget sama kamu. tapiiii’’.ia menganggukan kepalanya. Seiring itu ia mempererat pelukannya.

Kopi sudah habis, dan waktu sudah lewat dari tengah hari. Kami memutuskan untuk pulang. Sepanjang perjalanan ia menyembunyikan wajah di punggungku, namun tekanan pipiya di punggungku. Kami akhirnya sampai di rumah Nadin.

‘’tunggu dulu yang. Kok tutupan ya? Jangan pulang dulu’’ ia mencegahku pulang

‘’halo ma, di mana, kok rumah tutupan?’’

‘’......’’

‘’ooo, kuncinya di mana?’’

‘’.............’’

‘’iya, ntar aku bikin makan sendiri, da mama’’

‘’mama pergi zis, ke tempat sodara di @#$QQ#$%, mana laper pula’’ katanya padaku.

‘’yaudah, yuk cek kulkas, siapa tau bisa bikin apa gitu?’’ tawarku kepadanya.

Kami lalu masuk dan menuju dapur untuk melihat isi kulkas.

‘’nih ada tahu, pokcoy, wortel. Wahhh inimah lengkap, cumaaaa, hehehehehe beliin saus tiram gih, satu sachet aja’’

Kami lalu membuat sapo tahu, lalu makan bersama. Selesai makan, aku membantunya membereskan peralatan yang kotor. Aku kumpulkan semuanya dan aku taruh di wastafel. Aku pamitan untuk merokok di halaman belakang rumahnya. Namun belum sempat keluar, kulihat Nadin mengenakan apron (celemek) dengan rabut terikat. Melihatnya seperti itu, membuatku merasa gemessss sekali. Kudekati ia yang sedang mencuci piring, kupeluk ia dari belakang, pantatnya menempel di selangkanganku. Ia lalu membalikan wajahnya dan... cuppp mmmuuuahhhh kucium bibirnya dengan lembut sekali, kulingkarkan tanganku ke bawah payudaranya, kupeluk ia lembut, lalu kami berciuman kembali.

‘’dah, selesain dulu cuci piringnya, aku keluar dulu. Ngudud’’ sebelum kutinggalkan ia, kukedipkan sebelah mataku menggodanya.

‘’iiiihhh nyebelin, reseh kamu nih beb’’

Sebatang rokok kubakar di luar rumah Nadin. Sambil kuhisap dalam-dalam, akhirnya aku punya pacar juga. Tapi pacaran tuh gimana ya? Ah, sabodo teuing, jalanin aja. Tapi kalo boleh jujur, aku kepikiran sama Reni, ya gak bisa boong lah, gimanapun apa yang terjadi diantara aku dan Reni, pasti menumbuhkan bibit rasa yang saat ini gak mungkin kami satukan. Huhhh sudah lah, aku gak mau stress dulu. Dan pula, aku masih terlalu muda untuk ini.

‘’yang, masuk!!’’ Nadin mengagetkanku. Kuinjak sisa rokokku, lalu aku menyusulnya masuk ke dalam. Kami duduk di sofa ruang tengah rumah Nadin. Kembali dia menlpon mamanya kata beliau mereka masih lama di kabupaten sebelah. Mataku tertuju padanya yang mengambil sebuah permen, lalu memasukkan ke mulutnya. Dan secara tiba-tiba ia mendekatkan wajahnya padaku. Mengerti dengan maksudnya, aku menyambutnya dan.... emmuuuachhhh bibir kami bertemu. Tak tinggal diam, kulingkarkan tanganku ke perutnya. Kamipun melepaskan ciuman kami.

‘’i love you’’ katanya lirih setengah berbisik.

Tidak kubalas pernyataannya, kupegangi rahang pipinya kucium kembali bibirnya sambil kulumat gansa, seakan tak ingin berpisah, kulepaskan kembali dan kukatakan ‘’love u to’’ dengan singkat.

Seperti ada yang lain dari kami, Nafsu kami membara begitu hebatnya. Kami kembali mengadu bibir kami, lidah kami bermain bertukar satu sama lain sampai permen yang tadu ia sesap, berpindah kepadaku. Punggungku merasakan garukan,yang berasal dari sebelah tangannya, menggenggam penisku dari luar. Ehhhhh tak nyaman dengan perlakuannya, kubuka kancing celanaku, tangannyapun langsung merangsek mnggenggam penisku kuat. Tak ingin kalah darinya, kuremas payudaranya dari luar.

Sedang enak-enaknya, ia melepas genggamanya, lalu ia berdiri dan mendorong pundakku. BUAKK punggungku menabrak sandaran sofa pelan.

‘’gantian, aku yang bikin kamu ENAK!!” ia mengatakan itu dengan tatapan penuh nafsu.

Ia bersimpuh dihadapanku, dia tarik paksa celana dan celana dalamku, lalu ia lebarkan selangkanganku. Dengan itu, maka penisku yang tegak berdiri jelas terpampang dihadapannya. Ia meraih penisku dan HAAP, ia lumat seperempat batang penisku dengan mulutnya.

‘’ssshhhh beb, kamu gila beneran beb, enak bener sayanghh’’ aku meracau saat menikmati perlakuannya terhadapku. Sedotan demi sedotan ia lancarkan padaku, tak ketinggalan ujung idahnya yang memainkan kepala penisku, membuatku terbuai dalam permainannya. Ritme yang ia mainkan saat menaik turunkan kulumannya, membuatku tak tahan ingin mencengkram kepalaya dan membenamkan lebih dalam. Kupegangi kepalanya namun ia tepis tanganku. Sekitar sepuluh menit ia memainkanku. ‘’bhebbbb... gak tahannnn’’ ia percepat kulumanya di penisku. Gelombang orgasme yang sedari kutahan, mampu ia runtuhkan dengan permainan mulutnya. Dengan sedotannya yang sangat kencang. Croottt crootttt.. keluarlah bibit anakku dalam mulutnya, ia tampung smua saripatiku. Seperti kesusahan, ia menelan seluruh maniku dan membersihkan seluruh batang dan penisku dengan lidahnya. Kemudian ia menatapku sambil tersenyum.

‘’gimana sayangkuuuu? Enak kan?’’ dengan kerlingan sebelah matanya ia menggoda.

‘’huhhhuhhhuffftttt, gila kamu yang, topppp’’kataku sambil mengangkat jempol. ‘’pejuhnya kamu telen?. Gila kamu’’

‘’hehehehehe’’ cuppppp ia bergegas menciumku, dimainkan lidahnya di dalam mulutku, aku menyambutnya dengan semangat jug. EHHH tunggu dulu, tadi kan??? mataku langsung terbuka dan melotot, ia yang menyadari kalau aku gak konsen berkata. ‘’ hihihihih, gimana rasanya bekas ngulum kamu? Enak?’’

‘’anjrit... dikerjain pula’’ aku sedikit misuh. Cenuuuttttt dicubitnya kecil pinggangku sampai terasa perih

‘’aaaduuuhduhduhduhhhh sakit yang, perihhhh’’ aku merintih karena cubitannya yang kecil lalu dipelintir.

‘’gak boleh saru-saru, ndak baik’’ aku yang gemas lalu memluknya. Kubisikkan padanya ‘’kamu gak mau?’’ ia memandangku dan berkata ‘’satu sama. Hihihihi’’. Selanjutnya kami berdua bersenda gurrau dan bercengkrama bersama. Sampai tidak terasa hari sudah hampir sore. Akupun pamit undur diri.

‘’sayaaaaang, kok pulang siiiii masih kangen...’’ sambil ia kembungkan pipinya.

‘’iya sayang.... tapi males aja kalo kegep ortu kamu’’ kubalas dengan mencubit pipinya

Kulangkahkan kakiku beriringan dengannya menuju pintu. Tepas sebelum aku membuka pintu rumahnya, kubalikkan badanku cuppp kucium bibirnya, lalu ku cium keningnya mesra dan kuelus pipinya ditutup dengan menoel kecil hidungnya.

‘’dah sayang... sampai ketemu lagi’’ pamitku

‘’aaaaaaaaaa sayaaaanggg bikin tambah kangen tauuuu’’ ia memajukan bibir bawahnya ngambek.



Langsung kulajukan motorku menuju rumah. Perjalanan menuju rumah terasa begitu berbeda. Masih sadarku dalam perasaan yang berbunga ini, senyum selalu tersimpul di wajahku. Sampai di rumahku, kulihat pak’e sudah pulang dan berbincang dengan pegawainya yang mengurusi penjual kaki limanya. Sedang karyawan yang dari kantin, belum pulang. Kuhampiri pak’e dan mencium tangannya.

‘’duhh, hawa2nya ada yang berbunga-bunga nih’’ pak’e membuka percakapan.

‘’apa sih pak’e ki, belum ngopi ya?’’

‘’eleh..... kayak pak’e gak pernah muda aja lho le... le, hmmm kopi ya? Yawes, kalo kamu maksa, buatin yang spesial’’

‘’oke komendan’’

Kubawakan segelas kopi kepada pak’e dan bertepatan dengan mama pulang dari kerja. Kuletakkan kopi di meja pak’e, aku langsung salim dengan ibuku.

‘’kok cerah amat muka kamu le?. Lagi kasmaran apa gimana?’’ mama langsung nembak pertanyaan.

‘’apaan sih mama ni...’’ sumpah malu banget gaes.

‘’iya itu, tadi pagi juga gitu ma’’ pa’e menimpali

‘’abis jadian sama siapa?, Nadin ya” mama menggodaku

‘’...............’’ spechless hu

‘’yasudah, mau gimana lagi. yang penting tau batesannya. Sama jangan lebay’’ mama berpesan.

Beberapa hari lagi kami akan berangkat menuju tempat kami melakukan PKL atau prakerin. Nadinpun sudah berkunjung ke rumahku setelah kami jadian. Sampai, 3 hari sebelum keberangkatan, hariku seakan seba salah semuanya, pake yang uring-uringan, mama ngomel-ngomel dan ditambah Nadin yang ngambeknya setengah mati. Hahhhhh rasanya kepala ini mau pecah. Dan malamnya, aku tertidur dengan sangat nyenyak.

Pagi ini aku bangun sudah hampir subuh. Tapi aneh kok suasana sepi sekali. Aku langsung solat dan saat aku mengucapkan salam, kurasakan seperti ada orang dibelakangku. Kuarahkan badanku kebelakang.

‘’SELAMAT ULANG TAHUUUUUNNNN” ucap pak’e, mama, Nadin dan lainnya

‘’maaf ya kita kemaren ngerjain kamu’’ kata Nadin

‘’oooo jadi kalian semua udah sekongkolan? ‘’

‘’hehehhe’’ mama hanya tersenyum.

Kutiupkan lilin setelah kuucapkan harapan terbaikku kepada semuanya. Berbagai macam kado kuterima dari mereka. Kami lalu sarapan bersama dan berkumpul sebentar. Kulihat mama memojok di sofa sendirian, lalu kuhampiri dirinya.

‘’le’’ mama menyadari aku di sampingnya

‘’kok malah mojok di sini ma?’’

Air mata mama menetes ‘’17 tahun yang lalu mama bertaruh nyawa untuk melahirkanmu, disaat itu pula sebenarnya kami sedang berada di masa terberat dalam hidup kami. tapi kehadiranmu menjadi api bagi kami. perlahan namun pasti, keadaan kami membaik. Seiring dengan itu kami mengharapkan sekali kehadiran seorang anak lagi di keluarga ini, namun Tuhan berkehendak lain’’ tetesan airmata mama kembali menderas. Lalu kupeluk hangat ia.

‘’le, kamu satu-satunya harapan kami. tolong kamu janji sama mama!’’ mama menyuruhku dengan nada tegas.

‘’iya ma, apapun itu tole akan brusaha menepati’’

‘’mama mau, setelah lulus SMK, kamu lanjutkan kuliahmu. Apapun alasannya, bagaimanapun kondisinya’’

‘’iya ma’’

‘’yang kedua, kamu jangan jadi orang cengeng. Perkuat mental kamu. Karena di luar sana, apapun yang akan kamu kerjakan, apapun yang kamu lakukan. Mereka semua cuma perduli dengan hasil dan kinerja kamu. Mereka gak akan pernah memikirkan apa yang terjadi terhadapmu’’

‘’ii..iiya ma’’

‘’yang terakhir, tolong doakan kami. apapun yang terjadi apapun yang kamu lalui. Karena pada akhirnya kami gak akan tahu, sampai kapan kami akan menemanimu’’

‘’mama, mama jangan ngomong gitu.’’ Airmataku menetes dan membuat nafasku terisak-isak.

Suasanapun menjadi hening dan tak ada yang mendekati kami.

‘’satu pesan mama, cintailah secukupnya dan sewajarnya. Karena siap tidak siap kita pasti akan menerima sebuah kehilangan’’ kata mama berbisik dan lembut. Kuusap air mataku, dan kukecup kedua pipi mama.

‘’dah ah, udah siang. Mama masih capek abis kerja kemarin. pak’e, temenin mama bobo. Mumpung barudag kamu liburin’’

‘’dah sana le. Anterin pacarmu pulang. Salam buat pak Frans’’ ucap pak’e

Akupun mengantar Nadin pulang. Dijalan, kurasakan keanehan pada motorku, biasanya tarikannya enteng, tetapi ini seperti membawa beban yang saaangat berat. Beberapa kali aku berhenti untuk mengecek. Namun nihil, tak kudapati kerusakan pada motorku. Beberapa saat aku sampai ke rumah Nadin. Aku hanya bertegur sapa dengan papanya dan langsung pulang, karena ada perasaan yang menyuruhku untuk cepat pulang. Beberapa puluh meter dari rumah, kulihat ibu-ibu berkumpul. Begitu aku sampai. Mereka semua menangis semakin keras. Akupun berlari memecah keramaian tersebut.

Tak dapat berkata apa-apa lagi, kakiku melemas, airmataku berjatuhan. Tak ada kata yang dapat aku ucap. Tak ada suara yang aku bisa keluarkan. Pandanganku nanar terdiam terpaku kepada sebuah tubuh manusia. Yang menjadi cinta pertamaku, yang menjadi alasanku untuk menunjukan kalau aku bisa, yang mebjadi tujuan pertamaku hidup di dunia ini. Kini ia hanya terdiam terpaku dan damai dalam tidurnya.

Bebrapa orang menenagkanku, kulihat pak’e juga terpaku namun tampak berusaha bersikap setenang mungkin. Kuhampiri ia, lalu kami saling berpelukan erat. Sangat-sangat erat, pelukan ini seperti simbol kehilangan kami yang sangat dalam. Dengan mengumpulkan sisa-sisa rasa yang ada. Kami menyegerakan pemakaman Mama.

Semua prosesi hampir selesai, tinggal menunggu kabar dari penggali makam. Sambil menunggu kabar tersebut. Kubacakan ayat-ayat suci di sampingnya. Kudengar suara lembu di sampingku. Ternyata Nadin, Reni, Baron dan teman lainnya bergabung bersamaku membaca ayat-ayat suci. Beberapa lama kemudian, datang kabar dari penggali kubur. Maka kami selesaikan seluruh prosesi dan kami antarkan mama ke tempat peristirahatan terakhirnya. Beberapa orang meninggalkan makam terakhir hanya aku Nadin yang masih bertahan. Selesai mendoakannya, aku berdiri dan tiba-tiba

Bughhhhh Nadin memelukku erat, air membasahi dadaku. Kubiarkan ia menangis sepuasnya dan tak kuhiraukan pandangan orang yang masih ada di pemakaman.

‘’sudah, mama udah istirahat tenang. Sekarang ia Cuma butuh doa dari kita’’ kataku

‘’harusnya, kamu ada di sampingnya tadi, kalo bukan karena nganterin aku, pasti.....’’kuletakkan telunjukku di bibirnya.

‘’udah ya.. yuk pulang’’

Kulangkahkan kaki kembali kerumah dengan perasaan hampa. Tak banyak kata dapat terucap. Setiap suport semangat nampak hanya seperti kata-kata saja. Aku duduk dihalaman depan, saat aku merogoh kotak rokokku, ternyata isinya telah tiada. Saat kulangkahkan kaki menuju warung tetangga. Terdengar sebuah lagu.

Datang akan pergi

Lewat kan berlalu

Ada kan tiada bertemu akan berpisah

Awal kan berakhir

Terbit kan tenggelam

Pasang akan surut bertemu akan berpisah.
Endank Soekamti fan juga ya masbrooo
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd