Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Cerita Kita

Bimabet
"ayo sayang" ajak Idan pada istrinya yang sudah siap berkemas. Asyapun mengangguk mengiyakan dan memberikan kopernya pada sang suami.


Mereka memutuskan untuk pulang Kebandung tepatnya kerumah orangtua Asya, setelah Idan mengecek proyek dan memberikan arahan pada mandor dan pekerja disana, tak lupa juga Idan memberitahu kepulangannya pada Pak Edwin dan akan kembali lagi minggu depan untuk melihat hasil pekerjaan karyawannya.


Nayra sendiri memutuskan untuk tetap tinggal dengan alasan minggu depanpun Idan akan kembali lagi kesana, iapun akan tetap berada disini sambil memantau pengerjaan proyek yang dipegang perusahaannya itu.


Kini Asya dan Idan sudah berada didalam mobil, sebelum menemui orangtuanya mereka berdua memutuskan memetik buah strawberry untuk oleholeh Ibu dan mamanya.


Kurang lebih 1 jam perjalanan merekapun akhirnya sampai di kediaman orangtua Asya. Asyapun turun terlebih dahulu dengan membawa buah tangan yg ia beli sebelumnya sedangkan Idan menurunkan koper lalu mengikutinya dari belakang.


"mamaaaa Asya pulanggg" teriak Asya sambil membuka pintu kediamannya. Terlihat mamanya sedang menonton tv diruang tengah.


"lho pulang kok gabilang bilang sih nak, mama menantu mama?" tanya mama Asya sambil menghampiri putri semata wayangnya itu, Asya memeluk mamanya sebentar dengan mencebikan bibirnya.


"hihhh yang ditanyain malah menantunya duluan bukan anaknya mamah mahhhhh" protes Asya, mama Asya menggeleng melihat tingkah manja anaknya itu.



Idanpun masuk dan menyalami mertuanya, mama Asya terdiam saat melihat raut wajah menantunya. Seperti ada yang berbeda dari sorot mata Idan batinnya.


"mas sehat?" tanya mama


"sehat kok mah, cuman pegel aja nih badanya. Kelamaan nyetir kayaknya" jawab Idan sambil memijat pundaknya yang memang terasa berat sejak turun dari mobilnya. Asya yang melihat suaminya berucap begitu merasa khawatir, tak biasanya Idan mengeluh sakit.


"yaudah kalian istirahat sana" perintah mama, Asyapun menurut lalu mengajak suaminya naik keatas namun sebelum ia naik Asyapun memberikan 2 bungkus plastik yang berisi strawberry tersebut.



Idan merebahkan dirinya diatas kasur, badanya terasa sangat sakit sekarang. Setelah menaruh koper mereka Asyapun ikut berbaring bersama suaminya, Idan masuk kedalam dekapan istrinya dan memejamkan matanya.


"apa yang sakit by?" tanya Asya sambil mengelus punggung suaminya.


"pundak sampe pinggang aku yang, gatau tibatiba gaenak rasanya" jawab Idan sambil mendusel ke leher istrinya, mencari posisi ternyamannya sekarang untuk tertidur.


"yaudah tidurin aja, mungkin kamu kecapean" ucap Asya, Idan hanya mengangguk mengiyakan dan tak lama kemudian Asya mendengar dengkuran halus dari suaminya.



Asya membiarkan suaminya tertidur, sedangkan ia memilih menyalakan televisi. Disisi lain mama Asya sedang menghubungi suaminya.


"hallo pa, masih sibuk? Asya ada dirumah nih sama mas juga" ucapnya


"engga ma ini lagi muat mobil terakhir, kenapa emang?"


"kalo udah selesai pulang dulu ya pa, kayanya ada yg gaberes sama mas. Tadi mama perhatiin matanya beda"


"beda gimana maksud mama tuh?" tanya pak Darma


"udah pulang aja, tar papa liat sendiri" ucapnya.



Papa Asya pun mengiyakan ucapan istrinya, setelah selesai dengan pekerjaanya ia memutuskan pulang lebih awal kerumahnya. Sesampainya dirumah ia bertemu dengan istrinya diruang tengah, ia langsung menanyakan maksud dari ucapan istrinya tadi.


"kayaknya ada yg jail deh pah sama Mas, tatapannya aneh soalnya kaya bukan Mas itu" jelas istrinya, Papa Asya mengerutkan keningnya tak mengerti dengan apa yg dimasud istrinya.


"jail gimana maksudnya mah? kena guna guna gitu? Mas dipelet? tebaknya. Mama Asya mengangguk mengiyakan.


"kayaknya sih begitu pa"


"terus sekarang mereka dimana?"


"ada diatas, tadi mama suruh mereka berdua istirahat soalnya Mas bilang badanya pegel-pegel"



Papa Asyapun mengangguk mengerti, iapun berjalan ke kamar lalu keluar dengan membawa botol kecil berisi minyak. Orangtua Asyapun naik keatas menuju kamar putrinya, tanpa mengetuk keduanyapun masuk.


"Mas sakit?" tanya Papa Asya pada putrinya


"iya pa, bilangnya pundak sampe pinggangnya sakit gitu padahal sebelum berangkat kesini Idan gapapa kok malah semangat banget eh sampe sini gakaruan cenah badannya" Papa Asya mengangguk paham, ia sedikit menyingkap kaos yang dikenakan menantunya.



Mama Asya membulatkan matanya tak percaya kala melihat tanda hitam keunguan di punggung menantunya, Asya yg melihat tatapan mamanyapun ikut melihatnya dan betapa terkejutnya Asya melihat beberapa luka lebam disana.


"ihhh kok ada biru biru gitu" tanyanya aneh


"kebentur kali" ucap Papa Asya


"ah mana mungkin pa, lagian kebentur apaan? Mas cuman mantau aja kerjanya, tadi pagi juga Asya galiat ada lebam begitu dipunggungnya kok sekarang ada sihhh" Asya heran kenapa ada luka lebam disana, seingatnya memang tak ada.



Papa Asya menyentuh tanda hitam itu dengan telunjuknya membuat Idan bergerak dan terbangun dari tidurnya.


"isshhhh jangan di pijet yang sakittttt" ucap Idan, dengan mata yang masih terpejam. Ia merasakan ngilu pada bagian punggungnya yg di sentuh oleh mertuanya.


"cuman di sentuh doang by sama Papa masa sakit sih?" Idan yg mendengar ucapan Asya pun membuka matanya, ia melihat kesamping dan matanya bertemu dengan tatapan mertuanya.



Papa Asya terdiam, benar kata istrinya tadi sorot mata menantunya berbeda. Ada yang bermain ilmu sihir ternyata, Papa Asya menutup lagi kaos yang dipakai menantunya itu.


"kamu olesin ini sya kepunggung Mas, biarin masnya tidur lagi" ucap Papa Asya sambil memberikan minyak yg ia bawa.


"kalo suamimu udah nyenyak kamu turun ya nak, papa mau bicara" Asyapun mengangguk dan menuruti perintah papanya.



Orangtua Asya keluar dari kamar anaknya, seangkan Asya langsung mengoleskan minyak yg diberikan papanya ke punggung suaminya. Ia kembali menepuk nepuk punggung Idan, membuatnya kembali tertidur. Setelah dirasa suaminya sudah pulas, Asyapun turun menemui kedua orangtuanya.


"Mas udah tidur nak?" tanya papa Asya, Asyapun mengangguk sembari duduk dihadapan kedua orangtuanya.


"ada apa sih pa? serius banget kayaknya" tanya Asya karna melihat raut wajah orangtuanya yang tak biasanya.


"hmmm sebelumnya papa mau tanya, ada perempuan yang suka sama suamimu ngga?" Asya diam, kenapa papanya bertanya seperti itu? ini aneh batinnya.


"ada, sekertarisnya suka sama mas tapi mas gapernah perduliin itu" Papa Asya mengangguk sekarang ia tau siapa yang melakukan pelet pada menantunya itu.


"dimana perempuan itu sekarang?" Asya mengerutkan keningnya, semakin aneh saja pertanyaan papanya ini.


"kenapa emang pa? dia masih di ciwidey sih setau Asya" Papa Asya kembali mengangguk, berarti benar yang mengganggu menantunya itu kiriman dari sekertarisnya.



Papa Asya berdiri dan berjalan memasuki kamar, sedangkan Asya melihat mamanya yang kini melemaskan bahunya.


"ma? kenapa sih?" tanya Asya karna papanya tibatiba pergi meninggalkan mereka berdua.


"suamimu itu diguna guna sama sekertarisnya Asya" jelas mamanya, Asya membulatkan matanya tak percaya.


"mama tau darimana?"


"coba liat mata suamimu nanti kalo udah bangun, kamu pasti liat ada yg beda. Itu bukan Mas yang mama kenal sayang, tatapan Mas ga seteduh biasanya" jelas Mama Asya.



Tak lama kemudian Papa Asya kembali menghampiri mereka berdua, ia membawa 1 botol air putih dari kamarnya dan memberikannya pada putrinya.


"kalo mas bangun, suruh dia minum itu jangan disisain Sya" ucap Papa Asya, Asya mengangguk mengiyakan.


"Pa? mas gakan kenapa napa kan? mas gaakan ninggalin Asya kan?" tanya Asya memastikan, ia menjadi takut karna ucapan mamanya tadi.


"InsyaAllah gapapa, kamu tenang aja kalo mas cintanya sama kamu gakan mungkin dia ninggalin kamu. Dah naik lagi sana, papa mau tutup kantor dulu ucap Papa Asya, Asyapun menurut dan kembali lagi kekamarnya sedang mama Asya memasak untuk makan malam mereka nanti.



Asya menaruh botol yang diberikan papanya di meja nakas lalu ia bergegas membersihkan tubuhnya.


Setelah selesai dengan ritualnya Asya kembali berbaring disamping suaminya, karna waktu sudah menunjukan pukul 17.00 sore Asyapun membangunkan suaminya.


"byby bangun sayang" bisik Asya sambil menusuk nusuk pipi suaminya dengan telunjuknya.


Idan yang terganggu dengan kelakuan istrinyapun mau tak mau membuka matanya, sambil meregangkan otot tubuhnya Idan melirik jam sekilas.


Idan bangun dan bersandar pada headboard sambil mengucek matanya, Asyapun langsung memberikan air yang papanya berikan padanya tadi.


"minum dulu by, abisin" ucap Asya, Idan menurut dan langsung menghabiskan isinya.


"aku mau mandi" ucap Idan sambil berjalan menuju kamar mandi, Asyapun bangun dari tidurnya dan menyiapkan pakaian untuk suaminya.



Setelah mandi dan berganti pakaian Idanpun kembali merebahkan dirinya disamping Asya yg sedang memainkan ponselnya. Melihat Asya yang sibuk membuat Idan memiliki ide jahil, tanganya terulur pada paha mulus istrinya yang tak tertutup apapun, mengelusnya dengan lembut membuat Asya mengalihkan pandanganya dari ponselnya.


Asya melihat mata suaminya, benar kata Mamanya kalo tatapan suaminya memang berbeda tapi Asya menepisnya. Asya menaruh ponselnya di atas meja yg berada disamping tempat tidurnya.


"mau ngapain?" tanya Asya sambil mengelus pipi Idan.


"make a baby" ucap Idan dengan puppy eyesnya, tanganya kini mengelus vagina Asya dari luar cdnya membuat Asya menggigit bibirnya.


"ta tapi aku gabisa desah by"



Idan tak menggubris ucapan istrinya itu, kini jarinya masuk kecelah cd Asya, memainkan vagina istrinya dengan lembut.


"shhh byyyy" desah Asya berbisik, tanganya menahan pergerakan tangan Idan.


"kunci dulu kamarnya by" ucap Asya, Idanpun bangkit dan langsung mengunci pintu kamar mereka.


Idan kembali ke atas kasur dan mengukung istrinya, seringaian jahat terbit di bibirnya. Asya sudah khatam dengan tabiat suaminya itu.


Mereka berduapun berciuman, tangan Idan dengan lihai membuka pengait bra yang Asya kenakan, Asya sengaja menggunakan bra dengan kaitan didepan antisipasi suaminya ingin menjamahinya seperti sekarang.


"mhhh byyy" desah Asya tertahan, ia tak bisa melepas desahanya.


Idan meremas benda kenyal itu dengan kedua tanganya sesekali memainkan puting susunya dengan jarinya. Asya hanya bisa pasrah dengan perbuatan suaminya itu.


Idan membuka kancing daster itu satu persatu, menurunkanya hingga payudara istrinya kini terlihat jelas dihadapanya, Idan merendahkan tubuhnya menghisap susu istrinya secara bergantian membuat tubuh Asya tak bisa diam.


Idan menatap istrinya yg matimatian menahan desahannya dengan menggigit bibirnya, mulutnya terus menghisap susu Asya sesekali menggigit putingnya dengan gemas.


Tangan Idan menjamahi vagina Asya yang sudah basah karna rangsangan yang ia berikan, Asya menekan kepala Idan pada susunya kala mendapat orgasme pertamanya.


Idan bangkit dan tersenyum, menatap istrinya yg kini berantakan dengan tatapan yg lapar sedangkan Asya masih mengatur nafasnya yang terengah karna perbuatan suaminya.


Idan mulai menarik cd istrinya, namun baru sampai kelutut tibatiba ia merasakan kepalanya berdenyut hebat. Idan terdiam, memejamkan matanya dan memijat pelipisnya. Asya yang melihat suaminya yg kesakitan pun langsung bangun dan terduduk.


"by are you okey?" tanganya terulur memijat kepala Idan sekarang.


Idan bangkit dan berlari kekamar mandi, perutnya terasa mual dan ingin muntah. Asyapun menyusulnya sambil membenarkan pakaiannya yang sudah berantakan, membantu suaminya dengan memijat tengkuknya.


"masih mual? mau muntah lagi?" tanya Asya, ia melihat suaminya memuntahkan cairan berwarna merah padahal Idan tak meminum air yang berwarna hari ini dan iapun memastikan lagi penglihatannya kalo yg dimuntahkan bukan darah.


Setelah rasa mualnya hilang Idanpun kembali kekamar dibantu Asya yang memegangi tanganya.


Terdengar ketukan pintu dari luar.


Tok Tok!


"Syaa ayo makan, papa udah nungguin tuh" sahut mama Asya dari balik pintu.


"iya ma, sebentar lagi Asya turun" jawab Asya.



Asya menatap suaminya yg kini duduk di tepi ranjangnya tibatiba perasanya mulai gelisah dan tak enak seperti ada sesutu hal yg akan terjadi sedangkan Idan merasakan ada yang berbeda dari dirinya sekarang. Tapi Idan juga tak mengerti dengan apa yang terjadi.


Merekapun memutuskan untuk turun dan menemui orang tuanya, keempatnya makan tanpa ada percakapan hingga selesai.


"masih sakit Mas?" tanya Papa Asya, tatapanya tak lepas dari gerak gerik menantunya itu.


"udah enakkan pah setelah muntah tadi"


"apa yg dimuntahin Mas?" tanya mama Asya, Idan diam. Ia juga tak tau apa yg ia muntahkan.


"cairan gitu mah tapi warna merah, bukan darah sih kayaknya soalnya cair banget" ucap Asya menjelaskan. Papa Asya mengangguk paham dengan ucapan anaknya.


"yaudah istirahat gih, udah malem juga" perintah papa Asya, Asya dan Idanpun mengangguk dan langsung pamit untuk kembali ke kamar.


"pah? mas beneran gapapa?" tanya mama Asya berbisik. Papa Asyapun mengangguk dan mengajaknya menuju ruang tengah.


"sebentar lagi mas pasti turun dia bakal pamit buat pergi sebentar" ucap Papa Asya seraya duduk dan menyalakan tv.


"terus kita harus gimana? cegah gitu?" tanya Mama Asya yg kini duduk disebelahnya.


"gausah, kita biarin aja. Biar perasaannya yg menentukan ma, kalo cinta mas lebih besar sama anak kita dia pasti balik lagi tapi kalo sebaliknya papa pastiin mas gaakan pernah ketemu lagi sama Asya"


"maksud papa?! papa mau anaknya gila apa? papa taukan secinta apa Asya sama Idan?" ucap Mama Asya tak terima.


"sttt ma" ucap Papa Asya.



Disisi lain di kamar Asya, setelah menikmati makan malam dan kembali ke kamar Asya merebahkan dirinya di ranjang sambil menonton episode terbaru drama koreanya, sedangkan Idan pergi kebalkon untuk merokok sambil memainkan ponselnya.


Cukup lama Idan disana sampai Asya menyusulnya, Asya melihat suaminya tersenyum sambil memainkan ponselnya. Ia melihat jari suaminya seperti membalas chat seseorang.


"chat sama siapa by?" tanya Asya sambil berjalan menghampirinya


"sama Nayra" jawab Idan, bibirnya terus menyunggingkan senyumnya pada ponselnya.


"chat apa kok senyam senyum gitu?"


"chat biasa aja kok"



Asya terdiam tak biasanya suaminya membalas chat perempuan lain, dan apa apaan tadi Idan menjawabnya dengan nada datar?! sialan.


"mana sini hpnya aku mau liat" ucap Asya seraya mengambil ponsel Idan, Idan marah dan tak terima ia kembali mengambil ponsel miliknya lalu memasukannya kedalam saku celana.


"apaan sih orang chat biasa aja" ketus Idan sambil berjalan masuk ke kamar. Asya yang mendapat perlakuan seperti itupun tak terima, emosinya ikut tersulut.


"kalo biasa kenapa aku gaboleh liat hah?! Idan kamu sadar ga sih sama apa yang kamu lakuin sekarang?!" bentak Asya, Idan tak menggubrisnya ia memilih mengganti pakaianya dan berniat untuk pergi.


"kamu mau kemana?!" tanya Asya, Idan hanya menatapnya sekilas dan mengambil kunci mobilnya. Asya menarik tanganya dan menghempaskan kunci mobil yg Idan bawa.


"apaan sih sya!" marah Idan sambil mencari kunci mobil yang terlempar.


"kamu mau kemana aku tanya!"


"zaidan! kamu punya mulutkan! jawab!" Asya menarik tangan suaminya agar berhadapan dengannya.


"kamu mau kemana Idan?!" geram Asya, matanya kini memerah ia benar benar marah sekarang.


"aku mau ketemu nayra"



DEGH!


"coba bilang sekali lagi" tanya Asya memastikan apa yg ia dengar dari mulut laki laki yang ia cintai ini.


"aku mau ketemu nayra, asya" dengan tegas Idan menyebutkan nama perempuan yg dibenci istrinya.


"kamu gila hah?! kamu mau ketemu jalang itu?!" teriak Asya


"Nayra bukan jalang Asya! jaga bicara kamu itu!" bentak Idan



Untuk pertama kalinya dalam pernikahanya yg setahun bersama Idan, Idan membela perempuan lain bahkan membentaknya. Mata Asya memanas, tangisnya pecah, ia tak bisa menahan kesakitan yang ia rasakan pada hatinya.


"mau apa kamu ketemu Nayra malem malem gini Idan?" suara Asya melemah ia tak kuasa menahan rasa sakit yang menjalar didalam hatinya, suaminya berubah. laki laki dihadapanya bukan Idan yg ia kenal.


"mau apa kek gimana aku bukan urusan kamu" ketus Idan sambil berjalan melewati istrinya



Idan menarik knop pintu tapi Asya menahanya, Idan melihat istrinya dengan datar, tak ada rasa bersalah didalam dirinya.


"apalagi ?! aku mau pergi Asya, Nayra udah nungguin" bentaknya, Asya tertunduk ia tak bisa di bentak sama sekali apalagi oleh Idan suaminya.


"peluk aku sebentar Idan" pintanya dengan nada yg bergetar.


"apasih buang buang waktu aja! dahlah sana aku mau pergi!!!" Idan menghempaskan tangan Asya yg menahannya, Asya tak bisa menahan suaminya lagi. Dadanya penuh sesak ia hanya terduduk dibalik pintu sambil menangis.


"idaaan" panggilnya tanpa suara, hatinya sakit!



Asya terduduk diatas lantai, memeluk lututnya sambil menangis. Bibirnya terus menggumamkan nama suaminya yg pergi meninggalkanya demi perempuan lain, Asya merasa dirinya hancur berkeping keping, ia tak tau lagi harus bagaimana.


Idan turun dari kamar Asya, ia melihat orang tuanya masih berada diruang tengah.


"mau kemana mas?" tanya Mama Asya yg melihat menantunya lari terburu buru.


"ah ini ma mau keluar sebentar ada urusan" ucap Idan sambil menggaruk kepalanya yg tak gatal.


"udah malem Mas, besok lagi aja" ujar Mama Asya, Idan terdiam ia tak tau harus berkata apalagi.


"biarin aja ma mas pergi, mungkin urusannya penting" ucap papa Asya tanpa mengalihkan pandangannya dari tv.


"yauda jangan pulang larut malem Mas" Idanpun mengangguk dan menyalami keduanya.



Mobil Idan melaju meninggalkan rumah orang tua Asya, sedangkan didalam tepatnya diruang tengah orangtua Asya biaa mendengar bagaimana pilunya tangisan putri semata wayangnya. Sejak tadi mereka mendengar bagaimana anak dan menantunya itu saling berteriak dan memaki satu sama lain.


"ayo kekamar ma" ajak Papa Asya, mama Asya terdiam karna masih mendengar tangisan anaknya diatas sana. Hatinya sakit mendengar suara tangis putri semata wayangnya itu.


"tapi pa?" belum selesai mama Asya menyelesaikan ucapanya, suaminya sudah terlebih dulu menariknya.


"percaya sama papa , mas pasti kembali"



Keduanyapun masuk kedalam kamar mereka.
 
Wahhh tak terduga si nayra main santet
Ini curiga aada main sm om om proyek relasi idan agar asya mereka bisa cicipi jg hmmmmmmmmmmmmmmm
 
Idan berhenti melajukan mobilnya tepat digerbang utama perumahan mertuanya, ia terdiam merasa ada yang tidak beres dengan dirinya.


Berkali kali Idan menghembuskan nafasnya dengan kasar berharap bisa menenangkan dirinya, ia mengambil ponselnya dan melihat roomchat dirinya bersama Nayra.


Idan mengerutkan keningnya, ada apa denganku ini?! batinnya. Idan langsung menghubungi ibu kandungnya saat itu juga, tak lama terdengar suara lembut dari ibunya disebrang sana.


Idan menceritakan semua yang ia lewati dan rasakan hari ini pada ibu kandungnya itu, perasaan yg ia rasakan saat ini tal bisa di deskripsikan dengan kata kata, ia juga tak tau apa yang terjadi sebenarnya pada dirinya.


Ibunya mendengarkan seluruh cerita anak laki lakinya itu, ia juga tau ada yang menjahili anaknya dengan ilmu hitam sebelum Idan menghubunginya sekarang, besannya sudah terlebih dahulu memberitahu keadaan anaknya itu.


Selesai Idan bercerita tentang apa yg ia alami hari ini, Ibunya berkata "pulang lah nak, kamu sudah menyakiti istrimu. Bukanya kamu mencintainya dengan sangat? kenapa sekarang membiarkanya menangis sendirian? A.. kamu tau kemana kamu harus pulang kan? jangan membuat perempuan kecewa Idan, jangan membuat hatinya terluka, jika Asya sudah menggunakan logikanya kamu bukan apa apa dimatanya sayang".


Idan terdiam, mendengar ucapan ibunya barusan membuatnya tersadar akan perbuatannya. Setelah mematikan ponselnya Idan segera memutar balik mobilnya kembali, sesampainya dirumah Asya ia berlari menuju kamar.


Papa Asya yg melihat menantunya berlari ke kamar putrinya pun tersenyum, ia melihatnya diambang pintu kamarnya.


"Mas kembali" ucapnya pada istrinya yg sudah berbaring ditempat tidur. Ia ikut merrbahkan dirinya disamping sang istri.


"benerkan ucapan papa tadi sore? Mas gakan ninggalin anak kita, dia terlalu mencintai Asya" Istrinya mengangguk dan tersenyum.



Dilantai atas Idan membuka pintu kamar dengan tergesa, nafasnya tak beraturan karna ia berlari, ia melihat Asya terduduk dilantai sambil memeluk lututnya sendiri. Asya terus menangis penuh kesakitan, ia hanya mampu memeluk erat foto pernikahanya bersana Idan.


"sayangg" panggil Idan dengan lembut, Asya tak menggubrisnya.


Asya terus menangis dengan pilu, Idan menangkup wajah cantik itu dengan tanganya, keadaan Asya sungguh berantakan matanya terpejam dan terus mengeluarkan air mata.


Idan mengusap lembut dengan ibu jarinya hingga mata istrinya terbuka melihatnya, Idan tersenyum dengan hati yang teriris, ia membuat wanitanya menangis karna kelakuannya.


"maafin aku udah bentak kamu sayang" ucap Idan sambil terus memandang mata indah istrinya. Ia memberi kecupan didahi dan pipi Asya.


Asya hanya diam dan terus menatapnya, Idan memberi senyum pada istrinya membuat Asya menarik bibirnya ke atas. Asya melihat sorot mata yang meneduhkannya, itu baru Idan yang ia kenal. Asya langsung berhambur kepelukan Idan, mendekapnya dengan seerat eratnya.


"ja jang ngan pe pergi by" ucap Asya tersendat, tangisnya membuatnya susah untuk berbicara. Idan merasa bersalah, ia mengusap punggung istrinya dan memberi kecupan dibahu perempuannya itu.


"maafin Idan udah bentak kamu sayang" bisiknya, Asya mengangguk dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher suaminya.



Cukup lama mereka berdua berpelukan, Idan menenangkan istrinya yang masih sesekali terisak. Hingga akhirnya dirasa tenang, Idan mengangkatnya ke atas ranjang. Asya tak mau melepaskan pelukannya, ia takut Idannya pergi lagi alhasil Idan harus membiarkan istrinya berada diatas badanya.


"tidur udah malem sayang" bisik Idan lembut, tanganya tak berhenti untuk mengusap punggung istrinya.


"nanti kamu pergi lagi" cicit Asya, Idan mencium pucuk kepala istrinya berkali kali.


"Idan gapergi sayang, ayo istirahat" ajaknya, Asya pasti lelah terus menangisinya sejak tadi.


"janji gapergi?" tanya Asya sambil menatap wajah suaminya, Idan tersenyum dan mengangguk tak lupa ia memberikan ciuman di seluruh wajah istrinya membuat sang istri tersipu dan kembali menyembunyikan wajahnya di leher suaminya.


"iloveyou sayang" bisik Idan


"iloveyou more byby" balas Asya.



Mereka berduapun tertidur tanpa merubah posisinya, Asya tetap berada diatas tubuh Idan dan memeluknya dengan erat.
 
Bimabet
Idan membuka matanya, badanya terasa kaku karna istrinya tak berpindah dari atasnya. Ia tersenyum kala melihat istrinya masih tertidur dengan damainya, ia menyingkirkan rambut yang menutupi wajah istrinya, matanya terlihat sembab karna tangisannya semalam.


Idan mengelus lembut pipi istrinya dengan jarinya, Asya selalu cantik dimatanya apalagi saat tertidur ia seperti melihat bayi yang menggemaskan, pipi istrinya yg chubby dengan rona merah kontras dengan kulit putih yg Asya miliki.


Idan merebahkan istrinya dengan perlahan, setelah memastikan istrinya tak terganggu ia masuk ke kamar mandi. Hari masih begitu pagi, setelah selesai dengan ritualnya dan berganti pakaian Idan memutuskan untuk turun. Ia ingin bertemu mertuanya, ia merasa bersalah karna menyakiti istrinya.


Papa Asya melihat menantunya turun dari atas dan mengahampirinya, Idan menyapanya dengan sopan seraya duduk di hadapannya. Mama Asya yg melihat menantunya dudukpun pergi kedapur, membiarkan kedua laki laki itu untuk berbincang.


Papa Asya menaruh koran yang ia baca, tanganya terlipat diatas dada bidangnya. Laki laki berumur 54 tahun itu kini menatap menantunya yg tertunduk memainkan jarinya, Idan bingung bagaimana memulainya.


Idan melemaskan bahunya, mau tak mau suka tak suka ia harus siap dengan apa yg akan terjadi setelah ucapannya ini terlontar.


Idan menatap mertuanya dengan tatapan yakin namun bersalah, ia menghirup udara banyak banyak sebelum memulai bicara.


"Pah, mas mau minta maaf. Mas udah bikin Asya nangis kemarin, Mas udah bentak Asya, maafin Mas pah. Idan nyesel sama hal yg idan lakuin sama Asya, Idan juga gatau kenapa bisa kaya gitu tapi yang pasti Idan mau minta maaf sama papa, tanpa sadar perbuatan Idan kemarin udah nyakitin Asya" Papa Asya hanya menatapnya tanpa berekspresi sama sekali, ia melihat sorot mata menantunya berubah kembali teduh tak seperti yg ia lihat sebelumnya. Ia yakin jika ilmu sihirnya sudah hilang.


"apa yang kamu rasain sekarang?" tanya papa Asya, Mama Asya pun datang dengan secangkir teh untuk menantunya. Idan menerimanya dan meminumnya sedikit.


"Mas merasa bersalah sama apa yang mas lakuin sama Asya pa" cicitnya, Idan tak berani melihat tatapan mertuanya sebenarnya tapi ia memaksa dirinya untuk bisa terus membuat kontak dengan orangtua istrinya ini. Kalian harus tau jika jantungnya berdebar hebat, ia hanya takut orang tua Asya tak terima dengan perlakuannya pada anak semata wayangnya itu lalu memisahkan mereka berdua. Hahh itu pasti jd mimpi buruk untuk Idan.


"bukan itu, maksud papa badanmu udah enakan? masih ada yg dirasa engga?"


"ohh, engga pa. Badan mas udah enakkan kok sekarang" jawabnya dengan yakin, memang badannya sudah tak merasakan sakit apapun bahkan rasanya lebih bugar dan segar.


"coba balik badan, papa mau liat punggungmu yang kemarin sakit" Idan menurut dan menarik kaosnya keatas.



Papa Asya tak melihat tanda hitam yg kemarin ia lihat dipunggung menantunya, tanda itu sudah memudar hanya menyisakan sedikit warna biru yang belum hilang. Iapun menyentuhnya dengan telunjuknya.


"sakit mas?" tanya papa Asya, Idan menggeleng karna tak merasakan apa apa. Papa Asya sedikit menekannya dan Idanpun kembali menggeleng sebagai jawaban, sampai akhirnya Papa Asya mencubitnya dengan sedikit keras membuat Idan meringis.


"kalo dicubit begitu sakit paa" adunya sambil membenarkan kaosnya lagi.


"itu hukuman buat kamu karna udah bikin anak papa nangis semalem"


"Maaf ma, pa" ucap Idan lagi, Papa Asya mengangguk ia tak menyalahkan menantunya karna ia tau bukan menantunya yg ingin menyakiti anaknya.


"gapapa gausah dipikirin" ucap mama Asya karna melihat menantunya kembali menundukan kepalanya.


"jangan minta maaf sama kita, minta maaflah sama istrimu" Idan mengangguk mengiyakan.


"yauda papa sama mama mau ke perusahaan dulu keburu siang, kamu abisin tuh tehnya" perintah papa Asya, Idan menurut iapun meminum tehnya hingga habis.



Setelah ia memastikan mertuanya pergi, Idan pun mengunci pagar beserta pintu utama rumahnya lalu ia beranjak menuju kamar lagi. Didepan pintu kamar istrinya, Idan terdiam. Ia mendengar isak tangis Asya kembali, terdengar sangat pilu dan menyayat hati.


Idan membuka pintu kamar itu secara perlahan, ia bisa melihat punggung Asya bergetar. Tanganya mengelus foto pernikahannya lagi, dengan sesegukan Asya berbicara.


"aku kira semalem cuman mimpi by, ternyata bener ya kamu ninggalin aku? kenapa idan kenapa? cape ya kamu sama aku? sabar kamu udah abis ya by?" Idan terdiam melihat perempuan yg ia cintai sekacau ini, disela tangisnya Asya terkekeh menyedihkan.


"kamu tauga? aku mimpi kamu balik lagi terus peluk aku by, trus minta maaf, kita pelukan sampe aku tidur diatas kamu saking takutnya aku kehilangan kamu. Tapi mimpi itu kaya nyata, kamu peluk aku , kamu tenangin aku, bahkan aku cium bibir kamu by. Idaaaan, Asya kangen" tangis Asya kembali pecah, ia merindukan Idan yang selalu menatapnya penuh cinta. Ia menahan tangisnya lagi dan kembali bersuara meskipun tersendat dan terbata karna hidungnya tersumbat.


"kamu gakangen aku ya by? seneng kah disana sayang? padahal kamu janji gakan ninggalin aku kemarin, tp pas aku bangun kamu gada, mimpinya indah banget sampe aku gamau bangun lagi kayaknya hehe. Idaaan, biasanya pagi begini ada yg minta susu kalo gadikasi pasti ngambek kaya anak kecil, kamu tau siapa orangnya? iya itu kamu. kata kamu susunya Asya enakkan? tapi kenapa sekarang kamu pergi? susu Asya udah gaenak lagi ya?" Asya kembali menangis, meringkuk memeluk foto pernikahannya. Ia tak bisa lagi melanjutkan ucapannya, hatinya sakit kehilangan laki laki yg ia cintai selama ini.



Idan mengusap matanya yang berembun, ia sesak melihat istrinya sehancur ini. Idan mendudukan dirinya diatas kasur, Asya tak bergeming ia terus menangis.


"sayangg hei" ucap Idan menyapa, Asya tak menggubris malah semakin erat memeluk foto pernikahannya.


"byby aku kangen" ucapnya dengan suara bergetar.


"saking kangenya aku bisa sampe halusninasi denger suara kamu by" Idan tertegun, semenyakitkan ini ya sya? batinnya.



Idan tak pernah melihat istrinya semenyakitkan ini kala ia menangis, Idan langsung memeluknya ia juga ikut menangis tanpa suara. Asya melihat suaminya, ia juga merasakan pelukannya, tapi ia denial dengan semuanya.


Idan menatap istrinya yg kini melihatnya, kedua mata mereka berpandangan, Idan tersenyum hingga menyipitkan matanya.


"kamu tau? kamu gamimpi sayang, Idan disini sama kamu. Kita tidur berdua, kita pelukan, Asya diatas badan Idankan" ucap Idan sambil menghapus air matanya sendiri, kini tanganya menangkup wajah istrinya, mata Asya mengerjap tapi tangisnya semakin menjadi.


"Idaaan, masa Asya halu lagi haha. Asya bisa liat kamu disini masa" Asya masih menganggap dirinya berhalusinasi, ia kembali menatap wajah suaminya. Tanganya terulur mengelus rahang tegas itu dengan lembut.


"Asya juga bisa elus lagi rahang Idan lhoo byy, kalo ini mimpi jangan bangunin Asya yaaa" Asya tersenyum tapi menangis, Idan sesak melihat istrinya begini.



Idan menarik Asya, menyatukan bibir keduanya, matanya tak lepas dari paras cantik istrinya itu. Asya memejamkan matanya, ia tak berniat membuka matanya. Ia takut jika saat membuka mata semuanya hilang, ini hanya mimpi belaka.


Idan melepaskan ciumannya, ia merengkuh tubuh istrinya kedalam dekapannya.


"buka matanya sayang, kamu gamimpi ini aku suami kamu" ucap Idan yang kembali menangkup wajah istrinya, perlahan Asya membuka matanya, matanya langsung tertuju pada mata suaminya.


Asya bisa melihat bagaimana mata teduh itu kembali menatapnya, berbinar saat tangannya menyentuh pipi suaminya. Asya tersenyum, senyum yg mengembang dibibirnya itu terasa hangat di hati suaminya. Idanpun membalas senyuman istrinya, ia mengecup lembut bibir Asya yang semakin keatas menarik bibirnya hingga membuat matanya menjadi sipit.


"kenapa nangis lagi sayang? liat jadi sipit gini matanya" ucap Idan seraya mengusap mata indah istrinya, Asya memajukan bibirnya.


"aku kira semalem cuman mimpi by, kamu gada pas aku bangun tadi" jawab Asya sambil memeluk suaminya dengan manja, ia naik lagi kepangkuan suaminya dan memeluknya dengan erat membuat Idan kembali mengelus pinggang istrinya dengan lembut.


"Idan ketemu orangtua kamu dulu tadi, minta maaf soalnya anaknya nangis gara gara Idan semalem" Asya tak bersuara ia hanya ingin memeluk suaminya, ia takut Idan pergi lagi darinya.


"Asya mau maafin Idan?" tanya Idan, Asya meregangkan pelukannya dan menatap wajah suaminya. Asya mengangguk lucu dengan senyuman indah dibibirnya membuat matanya menyipit. Idan mencium seluruh wajah istrinya, bahkan membuat bunyi saat mencium pipi Asya membuat Asya tertawa.


"gemes banget bapauuu" ucap Idan seraya melabuhkan lagi ciuman di pipi istrinya, Asya merasa senang dan bahagia. Rasa sakit dihatinya itu menghilang seketika, melihat suaminya ada didepanya lagi sudah cukup baginya.



Asya tak henti hentinya memandang wajah suaminya, ia mengelus rahangnya secara bergantian dengan lembut, ia juga menangkup wajahnya dan memainkan pipinya dengan jarinya. Ia masih tak menyangka jika Idannya kembali padanya.


"sayang" panggil Idan, Asya mengerjapkan mata kala mendengarnya. Lamunan Asya tentang pertengkaran hebatnya semalam buyar seketika, ia tersenyum melihat Idan yang menatapnya.


"kenapa hm?" tanya Idan lagi, Asya menggeleng ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher suaminya. Idan terkekeh melihatnya, ia masih terus mengelus punggung Asya karna tak mau beranjak dari pangkuannya sejak tadi.


"sayang sayang" panggil Idan lagi, Asya hanya berdehem tanpa merubah posisinya.


"ini masih pagikan?' tanya Idan, Asya sekilas melirik jam lalu menganggukan kepalanya.


"kalo aku mau susu boleh?" goda Idan, Asya langsung menegakkan tubuhnya dan menatap suaminya. Ia membuka kancing dasternya dan mengeluarkan sebelah susunya, lalu mengarahkanya pada mulut suaminya itu. Idan langsung menghisapnya sambil memandang Asya yang kini mengelus lembut kepalanya.



Jika biasanya Asya akan menolak dengan berbagai cara, sekarang ia tak ingin lagi menolak keinginan suaminya ini. Ketakutanya akan kehilangan Idan semakin besar setelah pertengkaran semalam, sebisa mungkin Asya akan menyenangkan suaminya.


"enak?" tanya Asya, Idan mengangguk mengiyakan. Melihat suaminya yg menyusu padanya saja Asya merasa sangat senang dan bahagia, senyumnya terbit begitu saja.


Idan mengecupi benda kenyal itu berkali kali setelah menghisapnya, ia menengedahkan kepalanya melihat istrinya yang terus saja memandanginya.


"ayo kita mandiiiii" Idan mengangkat tubuh istrinya yang masih bergelayut manja pada dirinya, Asya benar benar tak mau melepaskannya barang sedetikpun.


"turun dulu sayang, gimana coba mandinya kalo begini?"



Keduanya sedang berada dikamar mandi, Idan masih memangku istrinya seperti koala sedangkan Asya tak mau melepas tautan tanganya di pundak suaminya.


"liat tuh , masa gadibuka bajunya hm?" tunjuk Idan pada cermin yg memperlihatkan mereka berdua, Asya tak mau turun sama sekali ia takut jika turun suaminya pergi lagi, Asya menyandarkan pipinya pada bahu suaminya, Idan bisa melihat betapa menggemaskannya Asya dipantulan cermin.


"mandiin" cicit Asya.


"yauda turun dulu sayang, aku bukain bajunya yaaa?" Asya menurut tapi tanganya tak lepas memegangi ujung kaos suaminya membuat Idan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.



Idan membuka seluruh baju istrinya dan memandikannya, mata Asya terus tertuju pada suaminya ia tak berniat mengalihkan pandanganya sama sekali. Ia masih berfikir ini nyata apa hanya mimpinya saja?!.


Selesai dengan kegiatanya Idan menggendong Asya kembali kekamarnya, tak peduli jika bajunya harus basah sekalipun karna tetesan air dari tubuh istrinya.


Idan memakaikan pakaian Asya hingga mengoleskan skincare yang biasa Asya gunakan, Asya hanya melihatnya dan tanganya terus memegang suaminya.


"oke udah cantik, kamu mau makan? gimana kalo makan kupat tahu mang ayi kesukaan kamu itu hm??" Asya mengangguk menyetujui ucapan suaminya, Idanpun berjongkok dan menggendong istrinya di punggungnya.


"idaaan" panggil Asya, Idan menolehkan wajahnya dan tersenyum.


"kenapa cantik hmm?"


"makasih gajadi ninggalin aku" ucapnya, Idan berhenti berjalan ia tak mengingat alasan apa yg membuatnya ingin meninggalkan istrinya.


"kenapa aku mau ninggalin kamu hm?" tanya Idan, Asya menatap wajah suaminya dari samping sambil mengerutkan keningnya.


"kamu lupa ? atau pura pura lupa? kamu mau nemuin Nayra by"


"Haaah sebenernya aku gatau kemarin aku kenapa, yg aku tau perasaan ku gelisah aja. Emang sih idan ngerasa ada yang beda dari diri Idan cuman aku juga gangerti" jawab Idan penuh kebingungan, Asya baru mengingat ucapan papanya sebelum akhirnya mereka bertengkar.


"udah gausah dibahas aku gamau nangis lagi, pokoknya aku seneng kamu disini. Iloveyouuuuu babyyy" Asya mencium pipinya dengan gemas berkali kali, membuat Idan kembali terkekeh dan berjalan.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd