rahfannnnnnn14
Adik Semprot
- Daftar
- 10 Sep 2018
- Post
- 141
- Like diterima
- 3.993
"ayo sayang" ajak Idan pada istrinya yang sudah siap berkemas. Asyapun mengangguk mengiyakan dan memberikan kopernya pada sang suami.
Mereka memutuskan untuk pulang Kebandung tepatnya kerumah orangtua Asya, setelah Idan mengecek proyek dan memberikan arahan pada mandor dan pekerja disana, tak lupa juga Idan memberitahu kepulangannya pada Pak Edwin dan akan kembali lagi minggu depan untuk melihat hasil pekerjaan karyawannya.
Nayra sendiri memutuskan untuk tetap tinggal dengan alasan minggu depanpun Idan akan kembali lagi kesana, iapun akan tetap berada disini sambil memantau pengerjaan proyek yang dipegang perusahaannya itu.
Kini Asya dan Idan sudah berada didalam mobil, sebelum menemui orangtuanya mereka berdua memutuskan memetik buah strawberry untuk oleholeh Ibu dan mamanya.
Kurang lebih 1 jam perjalanan merekapun akhirnya sampai di kediaman orangtua Asya. Asyapun turun terlebih dahulu dengan membawa buah tangan yg ia beli sebelumnya sedangkan Idan menurunkan koper lalu mengikutinya dari belakang.
"mamaaaa Asya pulanggg" teriak Asya sambil membuka pintu kediamannya. Terlihat mamanya sedang menonton tv diruang tengah.
"lho pulang kok gabilang bilang sih nak, mama menantu mama?" tanya mama Asya sambil menghampiri putri semata wayangnya itu, Asya memeluk mamanya sebentar dengan mencebikan bibirnya.
"hihhh yang ditanyain malah menantunya duluan bukan anaknya mamah mahhhhh" protes Asya, mama Asya menggeleng melihat tingkah manja anaknya itu.
Idanpun masuk dan menyalami mertuanya, mama Asya terdiam saat melihat raut wajah menantunya. Seperti ada yang berbeda dari sorot mata Idan batinnya.
"mas sehat?" tanya mama
"sehat kok mah, cuman pegel aja nih badanya. Kelamaan nyetir kayaknya" jawab Idan sambil memijat pundaknya yang memang terasa berat sejak turun dari mobilnya. Asya yang melihat suaminya berucap begitu merasa khawatir, tak biasanya Idan mengeluh sakit.
"yaudah kalian istirahat sana" perintah mama, Asyapun menurut lalu mengajak suaminya naik keatas namun sebelum ia naik Asyapun memberikan 2 bungkus plastik yang berisi strawberry tersebut.
Idan merebahkan dirinya diatas kasur, badanya terasa sangat sakit sekarang. Setelah menaruh koper mereka Asyapun ikut berbaring bersama suaminya, Idan masuk kedalam dekapan istrinya dan memejamkan matanya.
"apa yang sakit by?" tanya Asya sambil mengelus punggung suaminya.
"pundak sampe pinggang aku yang, gatau tibatiba gaenak rasanya" jawab Idan sambil mendusel ke leher istrinya, mencari posisi ternyamannya sekarang untuk tertidur.
"yaudah tidurin aja, mungkin kamu kecapean" ucap Asya, Idan hanya mengangguk mengiyakan dan tak lama kemudian Asya mendengar dengkuran halus dari suaminya.
Asya membiarkan suaminya tertidur, sedangkan ia memilih menyalakan televisi. Disisi lain mama Asya sedang menghubungi suaminya.
"hallo pa, masih sibuk? Asya ada dirumah nih sama mas juga" ucapnya
"engga ma ini lagi muat mobil terakhir, kenapa emang?"
"kalo udah selesai pulang dulu ya pa, kayanya ada yg gaberes sama mas. Tadi mama perhatiin matanya beda"
"beda gimana maksud mama tuh?" tanya pak Darma
"udah pulang aja, tar papa liat sendiri" ucapnya.
Papa Asya pun mengiyakan ucapan istrinya, setelah selesai dengan pekerjaanya ia memutuskan pulang lebih awal kerumahnya. Sesampainya dirumah ia bertemu dengan istrinya diruang tengah, ia langsung menanyakan maksud dari ucapan istrinya tadi.
"kayaknya ada yg jail deh pah sama Mas, tatapannya aneh soalnya kaya bukan Mas itu" jelas istrinya, Papa Asya mengerutkan keningnya tak mengerti dengan apa yg dimasud istrinya.
"jail gimana maksudnya mah? kena guna guna gitu? Mas dipelet? tebaknya. Mama Asya mengangguk mengiyakan.
"kayaknya sih begitu pa"
"terus sekarang mereka dimana?"
"ada diatas, tadi mama suruh mereka berdua istirahat soalnya Mas bilang badanya pegel-pegel"
Papa Asyapun mengangguk mengerti, iapun berjalan ke kamar lalu keluar dengan membawa botol kecil berisi minyak. Orangtua Asyapun naik keatas menuju kamar putrinya, tanpa mengetuk keduanyapun masuk.
"Mas sakit?" tanya Papa Asya pada putrinya
"iya pa, bilangnya pundak sampe pinggangnya sakit gitu padahal sebelum berangkat kesini Idan gapapa kok malah semangat banget eh sampe sini gakaruan cenah badannya" Papa Asya mengangguk paham, ia sedikit menyingkap kaos yang dikenakan menantunya.
Mama Asya membulatkan matanya tak percaya kala melihat tanda hitam keunguan di punggung menantunya, Asya yg melihat tatapan mamanyapun ikut melihatnya dan betapa terkejutnya Asya melihat beberapa luka lebam disana.
"ihhh kok ada biru biru gitu" tanyanya aneh
"kebentur kali" ucap Papa Asya
"ah mana mungkin pa, lagian kebentur apaan? Mas cuman mantau aja kerjanya, tadi pagi juga Asya galiat ada lebam begitu dipunggungnya kok sekarang ada sihhh" Asya heran kenapa ada luka lebam disana, seingatnya memang tak ada.
Papa Asya menyentuh tanda hitam itu dengan telunjuknya membuat Idan bergerak dan terbangun dari tidurnya.
"isshhhh jangan di pijet yang sakittttt" ucap Idan, dengan mata yang masih terpejam. Ia merasakan ngilu pada bagian punggungnya yg di sentuh oleh mertuanya.
"cuman di sentuh doang by sama Papa masa sakit sih?" Idan yg mendengar ucapan Asya pun membuka matanya, ia melihat kesamping dan matanya bertemu dengan tatapan mertuanya.
Papa Asya terdiam, benar kata istrinya tadi sorot mata menantunya berbeda. Ada yang bermain ilmu sihir ternyata, Papa Asya menutup lagi kaos yang dipakai menantunya itu.
"kamu olesin ini sya kepunggung Mas, biarin masnya tidur lagi" ucap Papa Asya sambil memberikan minyak yg ia bawa.
"kalo suamimu udah nyenyak kamu turun ya nak, papa mau bicara" Asyapun mengangguk dan menuruti perintah papanya.
Orangtua Asya keluar dari kamar anaknya, seangkan Asya langsung mengoleskan minyak yg diberikan papanya ke punggung suaminya. Ia kembali menepuk nepuk punggung Idan, membuatnya kembali tertidur. Setelah dirasa suaminya sudah pulas, Asyapun turun menemui kedua orangtuanya.
"Mas udah tidur nak?" tanya papa Asya, Asyapun mengangguk sembari duduk dihadapan kedua orangtuanya.
"ada apa sih pa? serius banget kayaknya" tanya Asya karna melihat raut wajah orangtuanya yang tak biasanya.
"hmmm sebelumnya papa mau tanya, ada perempuan yang suka sama suamimu ngga?" Asya diam, kenapa papanya bertanya seperti itu? ini aneh batinnya.
"ada, sekertarisnya suka sama mas tapi mas gapernah perduliin itu" Papa Asya mengangguk sekarang ia tau siapa yang melakukan pelet pada menantunya itu.
"dimana perempuan itu sekarang?" Asya mengerutkan keningnya, semakin aneh saja pertanyaan papanya ini.
"kenapa emang pa? dia masih di ciwidey sih setau Asya" Papa Asya kembali mengangguk, berarti benar yang mengganggu menantunya itu kiriman dari sekertarisnya.
Papa Asya berdiri dan berjalan memasuki kamar, sedangkan Asya melihat mamanya yang kini melemaskan bahunya.
"ma? kenapa sih?" tanya Asya karna papanya tibatiba pergi meninggalkan mereka berdua.
"suamimu itu diguna guna sama sekertarisnya Asya" jelas mamanya, Asya membulatkan matanya tak percaya.
"mama tau darimana?"
"coba liat mata suamimu nanti kalo udah bangun, kamu pasti liat ada yg beda. Itu bukan Mas yang mama kenal sayang, tatapan Mas ga seteduh biasanya" jelas Mama Asya.
Tak lama kemudian Papa Asya kembali menghampiri mereka berdua, ia membawa 1 botol air putih dari kamarnya dan memberikannya pada putrinya.
"kalo mas bangun, suruh dia minum itu jangan disisain Sya" ucap Papa Asya, Asya mengangguk mengiyakan.
"Pa? mas gakan kenapa napa kan? mas gaakan ninggalin Asya kan?" tanya Asya memastikan, ia menjadi takut karna ucapan mamanya tadi.
"InsyaAllah gapapa, kamu tenang aja kalo mas cintanya sama kamu gakan mungkin dia ninggalin kamu. Dah naik lagi sana, papa mau tutup kantor dulu ucap Papa Asya, Asyapun menurut dan kembali lagi kekamarnya sedang mama Asya memasak untuk makan malam mereka nanti.
Asya menaruh botol yang diberikan papanya di meja nakas lalu ia bergegas membersihkan tubuhnya.
Setelah selesai dengan ritualnya Asya kembali berbaring disamping suaminya, karna waktu sudah menunjukan pukul 17.00 sore Asyapun membangunkan suaminya.
"byby bangun sayang" bisik Asya sambil menusuk nusuk pipi suaminya dengan telunjuknya.
Idan yang terganggu dengan kelakuan istrinyapun mau tak mau membuka matanya, sambil meregangkan otot tubuhnya Idan melirik jam sekilas.
Idan bangun dan bersandar pada headboard sambil mengucek matanya, Asyapun langsung memberikan air yang papanya berikan padanya tadi.
"minum dulu by, abisin" ucap Asya, Idan menurut dan langsung menghabiskan isinya.
"aku mau mandi" ucap Idan sambil berjalan menuju kamar mandi, Asyapun bangun dari tidurnya dan menyiapkan pakaian untuk suaminya.
Setelah mandi dan berganti pakaian Idanpun kembali merebahkan dirinya disamping Asya yg sedang memainkan ponselnya. Melihat Asya yang sibuk membuat Idan memiliki ide jahil, tanganya terulur pada paha mulus istrinya yang tak tertutup apapun, mengelusnya dengan lembut membuat Asya mengalihkan pandanganya dari ponselnya.
Asya melihat mata suaminya, benar kata Mamanya kalo tatapan suaminya memang berbeda tapi Asya menepisnya. Asya menaruh ponselnya di atas meja yg berada disamping tempat tidurnya.
"mau ngapain?" tanya Asya sambil mengelus pipi Idan.
"make a baby" ucap Idan dengan puppy eyesnya, tanganya kini mengelus vagina Asya dari luar cdnya membuat Asya menggigit bibirnya.
"ta tapi aku gabisa desah by"
Idan tak menggubris ucapan istrinya itu, kini jarinya masuk kecelah cd Asya, memainkan vagina istrinya dengan lembut.
"shhh byyyy" desah Asya berbisik, tanganya menahan pergerakan tangan Idan.
"kunci dulu kamarnya by" ucap Asya, Idanpun bangkit dan langsung mengunci pintu kamar mereka.
Idan kembali ke atas kasur dan mengukung istrinya, seringaian jahat terbit di bibirnya. Asya sudah khatam dengan tabiat suaminya itu.
Mereka berduapun berciuman, tangan Idan dengan lihai membuka pengait bra yang Asya kenakan, Asya sengaja menggunakan bra dengan kaitan didepan antisipasi suaminya ingin menjamahinya seperti sekarang.
"mhhh byyy" desah Asya tertahan, ia tak bisa melepas desahanya.
Idan meremas benda kenyal itu dengan kedua tanganya sesekali memainkan puting susunya dengan jarinya. Asya hanya bisa pasrah dengan perbuatan suaminya itu.
Idan membuka kancing daster itu satu persatu, menurunkanya hingga payudara istrinya kini terlihat jelas dihadapanya, Idan merendahkan tubuhnya menghisap susu istrinya secara bergantian membuat tubuh Asya tak bisa diam.
Idan menatap istrinya yg matimatian menahan desahannya dengan menggigit bibirnya, mulutnya terus menghisap susu Asya sesekali menggigit putingnya dengan gemas.
Tangan Idan menjamahi vagina Asya yang sudah basah karna rangsangan yang ia berikan, Asya menekan kepala Idan pada susunya kala mendapat orgasme pertamanya.
Idan bangkit dan tersenyum, menatap istrinya yg kini berantakan dengan tatapan yg lapar sedangkan Asya masih mengatur nafasnya yang terengah karna perbuatan suaminya.
Idan mulai menarik cd istrinya, namun baru sampai kelutut tibatiba ia merasakan kepalanya berdenyut hebat. Idan terdiam, memejamkan matanya dan memijat pelipisnya. Asya yang melihat suaminya yg kesakitan pun langsung bangun dan terduduk.
"by are you okey?" tanganya terulur memijat kepala Idan sekarang.
Idan bangkit dan berlari kekamar mandi, perutnya terasa mual dan ingin muntah. Asyapun menyusulnya sambil membenarkan pakaiannya yang sudah berantakan, membantu suaminya dengan memijat tengkuknya.
"masih mual? mau muntah lagi?" tanya Asya, ia melihat suaminya memuntahkan cairan berwarna merah padahal Idan tak meminum air yang berwarna hari ini dan iapun memastikan lagi penglihatannya kalo yg dimuntahkan bukan darah.
Setelah rasa mualnya hilang Idanpun kembali kekamar dibantu Asya yang memegangi tanganya.
Terdengar ketukan pintu dari luar.
Tok Tok!
"Syaa ayo makan, papa udah nungguin tuh" sahut mama Asya dari balik pintu.
"iya ma, sebentar lagi Asya turun" jawab Asya.
Asya menatap suaminya yg kini duduk di tepi ranjangnya tibatiba perasanya mulai gelisah dan tak enak seperti ada sesutu hal yg akan terjadi sedangkan Idan merasakan ada yang berbeda dari dirinya sekarang. Tapi Idan juga tak mengerti dengan apa yang terjadi.
Merekapun memutuskan untuk turun dan menemui orang tuanya, keempatnya makan tanpa ada percakapan hingga selesai.
"masih sakit Mas?" tanya Papa Asya, tatapanya tak lepas dari gerak gerik menantunya itu.
"udah enakkan pah setelah muntah tadi"
"apa yg dimuntahin Mas?" tanya mama Asya, Idan diam. Ia juga tak tau apa yg ia muntahkan.
"cairan gitu mah tapi warna merah, bukan darah sih kayaknya soalnya cair banget" ucap Asya menjelaskan. Papa Asya mengangguk paham dengan ucapan anaknya.
"yaudah istirahat gih, udah malem juga" perintah papa Asya, Asya dan Idanpun mengangguk dan langsung pamit untuk kembali ke kamar.
"pah? mas beneran gapapa?" tanya mama Asya berbisik. Papa Asyapun mengangguk dan mengajaknya menuju ruang tengah.
"sebentar lagi mas pasti turun dia bakal pamit buat pergi sebentar" ucap Papa Asya seraya duduk dan menyalakan tv.
"terus kita harus gimana? cegah gitu?" tanya Mama Asya yg kini duduk disebelahnya.
"gausah, kita biarin aja. Biar perasaannya yg menentukan ma, kalo cinta mas lebih besar sama anak kita dia pasti balik lagi tapi kalo sebaliknya papa pastiin mas gaakan pernah ketemu lagi sama Asya"
"maksud papa?! papa mau anaknya gila apa? papa taukan secinta apa Asya sama Idan?" ucap Mama Asya tak terima.
"sttt ma" ucap Papa Asya.
Disisi lain di kamar Asya, setelah menikmati makan malam dan kembali ke kamar Asya merebahkan dirinya di ranjang sambil menonton episode terbaru drama koreanya, sedangkan Idan pergi kebalkon untuk merokok sambil memainkan ponselnya.
Cukup lama Idan disana sampai Asya menyusulnya, Asya melihat suaminya tersenyum sambil memainkan ponselnya. Ia melihat jari suaminya seperti membalas chat seseorang.
"chat sama siapa by?" tanya Asya sambil berjalan menghampirinya
"sama Nayra" jawab Idan, bibirnya terus menyunggingkan senyumnya pada ponselnya.
"chat apa kok senyam senyum gitu?"
"chat biasa aja kok"
Asya terdiam tak biasanya suaminya membalas chat perempuan lain, dan apa apaan tadi Idan menjawabnya dengan nada datar?! sialan.
"mana sini hpnya aku mau liat" ucap Asya seraya mengambil ponsel Idan, Idan marah dan tak terima ia kembali mengambil ponsel miliknya lalu memasukannya kedalam saku celana.
"apaan sih orang chat biasa aja" ketus Idan sambil berjalan masuk ke kamar. Asya yang mendapat perlakuan seperti itupun tak terima, emosinya ikut tersulut.
"kalo biasa kenapa aku gaboleh liat hah?! Idan kamu sadar ga sih sama apa yang kamu lakuin sekarang?!" bentak Asya, Idan tak menggubrisnya ia memilih mengganti pakaianya dan berniat untuk pergi.
"kamu mau kemana?!" tanya Asya, Idan hanya menatapnya sekilas dan mengambil kunci mobilnya. Asya menarik tanganya dan menghempaskan kunci mobil yg Idan bawa.
"apaan sih sya!" marah Idan sambil mencari kunci mobil yang terlempar.
"kamu mau kemana aku tanya!"
"zaidan! kamu punya mulutkan! jawab!" Asya menarik tangan suaminya agar berhadapan dengannya.
"kamu mau kemana Idan?!" geram Asya, matanya kini memerah ia benar benar marah sekarang.
"aku mau ketemu nayra"
DEGH!
"coba bilang sekali lagi" tanya Asya memastikan apa yg ia dengar dari mulut laki laki yang ia cintai ini.
"aku mau ketemu nayra, asya" dengan tegas Idan menyebutkan nama perempuan yg dibenci istrinya.
"kamu gila hah?! kamu mau ketemu jalang itu?!" teriak Asya
"Nayra bukan jalang Asya! jaga bicara kamu itu!" bentak Idan
Untuk pertama kalinya dalam pernikahanya yg setahun bersama Idan, Idan membela perempuan lain bahkan membentaknya. Mata Asya memanas, tangisnya pecah, ia tak bisa menahan kesakitan yang ia rasakan pada hatinya.
"mau apa kamu ketemu Nayra malem malem gini Idan?" suara Asya melemah ia tak kuasa menahan rasa sakit yang menjalar didalam hatinya, suaminya berubah. laki laki dihadapanya bukan Idan yg ia kenal.
"mau apa kek gimana aku bukan urusan kamu" ketus Idan sambil berjalan melewati istrinya
Idan menarik knop pintu tapi Asya menahanya, Idan melihat istrinya dengan datar, tak ada rasa bersalah didalam dirinya.
"apalagi ?! aku mau pergi Asya, Nayra udah nungguin" bentaknya, Asya tertunduk ia tak bisa di bentak sama sekali apalagi oleh Idan suaminya.
"peluk aku sebentar Idan" pintanya dengan nada yg bergetar.
"apasih buang buang waktu aja! dahlah sana aku mau pergi!!!" Idan menghempaskan tangan Asya yg menahannya, Asya tak bisa menahan suaminya lagi. Dadanya penuh sesak ia hanya terduduk dibalik pintu sambil menangis.
"idaaan" panggilnya tanpa suara, hatinya sakit!
Asya terduduk diatas lantai, memeluk lututnya sambil menangis. Bibirnya terus menggumamkan nama suaminya yg pergi meninggalkanya demi perempuan lain, Asya merasa dirinya hancur berkeping keping, ia tak tau lagi harus bagaimana.
Idan turun dari kamar Asya, ia melihat orang tuanya masih berada diruang tengah.
"mau kemana mas?" tanya Mama Asya yg melihat menantunya lari terburu buru.
"ah ini ma mau keluar sebentar ada urusan" ucap Idan sambil menggaruk kepalanya yg tak gatal.
"udah malem Mas, besok lagi aja" ujar Mama Asya, Idan terdiam ia tak tau harus berkata apalagi.
"biarin aja ma mas pergi, mungkin urusannya penting" ucap papa Asya tanpa mengalihkan pandangannya dari tv.
"yauda jangan pulang larut malem Mas" Idanpun mengangguk dan menyalami keduanya.
Mobil Idan melaju meninggalkan rumah orang tua Asya, sedangkan didalam tepatnya diruang tengah orangtua Asya biaa mendengar bagaimana pilunya tangisan putri semata wayangnya. Sejak tadi mereka mendengar bagaimana anak dan menantunya itu saling berteriak dan memaki satu sama lain.
"ayo kekamar ma" ajak Papa Asya, mama Asya terdiam karna masih mendengar tangisan anaknya diatas sana. Hatinya sakit mendengar suara tangis putri semata wayangnya itu.
"tapi pa?" belum selesai mama Asya menyelesaikan ucapanya, suaminya sudah terlebih dulu menariknya.
"percaya sama papa , mas pasti kembali"
Keduanyapun masuk kedalam kamar mereka.
Mereka memutuskan untuk pulang Kebandung tepatnya kerumah orangtua Asya, setelah Idan mengecek proyek dan memberikan arahan pada mandor dan pekerja disana, tak lupa juga Idan memberitahu kepulangannya pada Pak Edwin dan akan kembali lagi minggu depan untuk melihat hasil pekerjaan karyawannya.
Nayra sendiri memutuskan untuk tetap tinggal dengan alasan minggu depanpun Idan akan kembali lagi kesana, iapun akan tetap berada disini sambil memantau pengerjaan proyek yang dipegang perusahaannya itu.
Kini Asya dan Idan sudah berada didalam mobil, sebelum menemui orangtuanya mereka berdua memutuskan memetik buah strawberry untuk oleholeh Ibu dan mamanya.
Kurang lebih 1 jam perjalanan merekapun akhirnya sampai di kediaman orangtua Asya. Asyapun turun terlebih dahulu dengan membawa buah tangan yg ia beli sebelumnya sedangkan Idan menurunkan koper lalu mengikutinya dari belakang.
"mamaaaa Asya pulanggg" teriak Asya sambil membuka pintu kediamannya. Terlihat mamanya sedang menonton tv diruang tengah.
"lho pulang kok gabilang bilang sih nak, mama menantu mama?" tanya mama Asya sambil menghampiri putri semata wayangnya itu, Asya memeluk mamanya sebentar dengan mencebikan bibirnya.
"hihhh yang ditanyain malah menantunya duluan bukan anaknya mamah mahhhhh" protes Asya, mama Asya menggeleng melihat tingkah manja anaknya itu.
Idanpun masuk dan menyalami mertuanya, mama Asya terdiam saat melihat raut wajah menantunya. Seperti ada yang berbeda dari sorot mata Idan batinnya.
"mas sehat?" tanya mama
"sehat kok mah, cuman pegel aja nih badanya. Kelamaan nyetir kayaknya" jawab Idan sambil memijat pundaknya yang memang terasa berat sejak turun dari mobilnya. Asya yang melihat suaminya berucap begitu merasa khawatir, tak biasanya Idan mengeluh sakit.
"yaudah kalian istirahat sana" perintah mama, Asyapun menurut lalu mengajak suaminya naik keatas namun sebelum ia naik Asyapun memberikan 2 bungkus plastik yang berisi strawberry tersebut.
Idan merebahkan dirinya diatas kasur, badanya terasa sangat sakit sekarang. Setelah menaruh koper mereka Asyapun ikut berbaring bersama suaminya, Idan masuk kedalam dekapan istrinya dan memejamkan matanya.
"apa yang sakit by?" tanya Asya sambil mengelus punggung suaminya.
"pundak sampe pinggang aku yang, gatau tibatiba gaenak rasanya" jawab Idan sambil mendusel ke leher istrinya, mencari posisi ternyamannya sekarang untuk tertidur.
"yaudah tidurin aja, mungkin kamu kecapean" ucap Asya, Idan hanya mengangguk mengiyakan dan tak lama kemudian Asya mendengar dengkuran halus dari suaminya.
Asya membiarkan suaminya tertidur, sedangkan ia memilih menyalakan televisi. Disisi lain mama Asya sedang menghubungi suaminya.
"hallo pa, masih sibuk? Asya ada dirumah nih sama mas juga" ucapnya
"engga ma ini lagi muat mobil terakhir, kenapa emang?"
"kalo udah selesai pulang dulu ya pa, kayanya ada yg gaberes sama mas. Tadi mama perhatiin matanya beda"
"beda gimana maksud mama tuh?" tanya pak Darma
"udah pulang aja, tar papa liat sendiri" ucapnya.
Papa Asya pun mengiyakan ucapan istrinya, setelah selesai dengan pekerjaanya ia memutuskan pulang lebih awal kerumahnya. Sesampainya dirumah ia bertemu dengan istrinya diruang tengah, ia langsung menanyakan maksud dari ucapan istrinya tadi.
"kayaknya ada yg jail deh pah sama Mas, tatapannya aneh soalnya kaya bukan Mas itu" jelas istrinya, Papa Asya mengerutkan keningnya tak mengerti dengan apa yg dimasud istrinya.
"jail gimana maksudnya mah? kena guna guna gitu? Mas dipelet? tebaknya. Mama Asya mengangguk mengiyakan.
"kayaknya sih begitu pa"
"terus sekarang mereka dimana?"
"ada diatas, tadi mama suruh mereka berdua istirahat soalnya Mas bilang badanya pegel-pegel"
Papa Asyapun mengangguk mengerti, iapun berjalan ke kamar lalu keluar dengan membawa botol kecil berisi minyak. Orangtua Asyapun naik keatas menuju kamar putrinya, tanpa mengetuk keduanyapun masuk.
"Mas sakit?" tanya Papa Asya pada putrinya
"iya pa, bilangnya pundak sampe pinggangnya sakit gitu padahal sebelum berangkat kesini Idan gapapa kok malah semangat banget eh sampe sini gakaruan cenah badannya" Papa Asya mengangguk paham, ia sedikit menyingkap kaos yang dikenakan menantunya.
Mama Asya membulatkan matanya tak percaya kala melihat tanda hitam keunguan di punggung menantunya, Asya yg melihat tatapan mamanyapun ikut melihatnya dan betapa terkejutnya Asya melihat beberapa luka lebam disana.
"ihhh kok ada biru biru gitu" tanyanya aneh
"kebentur kali" ucap Papa Asya
"ah mana mungkin pa, lagian kebentur apaan? Mas cuman mantau aja kerjanya, tadi pagi juga Asya galiat ada lebam begitu dipunggungnya kok sekarang ada sihhh" Asya heran kenapa ada luka lebam disana, seingatnya memang tak ada.
Papa Asya menyentuh tanda hitam itu dengan telunjuknya membuat Idan bergerak dan terbangun dari tidurnya.
"isshhhh jangan di pijet yang sakittttt" ucap Idan, dengan mata yang masih terpejam. Ia merasakan ngilu pada bagian punggungnya yg di sentuh oleh mertuanya.
"cuman di sentuh doang by sama Papa masa sakit sih?" Idan yg mendengar ucapan Asya pun membuka matanya, ia melihat kesamping dan matanya bertemu dengan tatapan mertuanya.
Papa Asya terdiam, benar kata istrinya tadi sorot mata menantunya berbeda. Ada yang bermain ilmu sihir ternyata, Papa Asya menutup lagi kaos yang dipakai menantunya itu.
"kamu olesin ini sya kepunggung Mas, biarin masnya tidur lagi" ucap Papa Asya sambil memberikan minyak yg ia bawa.
"kalo suamimu udah nyenyak kamu turun ya nak, papa mau bicara" Asyapun mengangguk dan menuruti perintah papanya.
Orangtua Asya keluar dari kamar anaknya, seangkan Asya langsung mengoleskan minyak yg diberikan papanya ke punggung suaminya. Ia kembali menepuk nepuk punggung Idan, membuatnya kembali tertidur. Setelah dirasa suaminya sudah pulas, Asyapun turun menemui kedua orangtuanya.
"Mas udah tidur nak?" tanya papa Asya, Asyapun mengangguk sembari duduk dihadapan kedua orangtuanya.
"ada apa sih pa? serius banget kayaknya" tanya Asya karna melihat raut wajah orangtuanya yang tak biasanya.
"hmmm sebelumnya papa mau tanya, ada perempuan yang suka sama suamimu ngga?" Asya diam, kenapa papanya bertanya seperti itu? ini aneh batinnya.
"ada, sekertarisnya suka sama mas tapi mas gapernah perduliin itu" Papa Asya mengangguk sekarang ia tau siapa yang melakukan pelet pada menantunya itu.
"dimana perempuan itu sekarang?" Asya mengerutkan keningnya, semakin aneh saja pertanyaan papanya ini.
"kenapa emang pa? dia masih di ciwidey sih setau Asya" Papa Asya kembali mengangguk, berarti benar yang mengganggu menantunya itu kiriman dari sekertarisnya.
Papa Asya berdiri dan berjalan memasuki kamar, sedangkan Asya melihat mamanya yang kini melemaskan bahunya.
"ma? kenapa sih?" tanya Asya karna papanya tibatiba pergi meninggalkan mereka berdua.
"suamimu itu diguna guna sama sekertarisnya Asya" jelas mamanya, Asya membulatkan matanya tak percaya.
"mama tau darimana?"
"coba liat mata suamimu nanti kalo udah bangun, kamu pasti liat ada yg beda. Itu bukan Mas yang mama kenal sayang, tatapan Mas ga seteduh biasanya" jelas Mama Asya.
Tak lama kemudian Papa Asya kembali menghampiri mereka berdua, ia membawa 1 botol air putih dari kamarnya dan memberikannya pada putrinya.
"kalo mas bangun, suruh dia minum itu jangan disisain Sya" ucap Papa Asya, Asya mengangguk mengiyakan.
"Pa? mas gakan kenapa napa kan? mas gaakan ninggalin Asya kan?" tanya Asya memastikan, ia menjadi takut karna ucapan mamanya tadi.
"InsyaAllah gapapa, kamu tenang aja kalo mas cintanya sama kamu gakan mungkin dia ninggalin kamu. Dah naik lagi sana, papa mau tutup kantor dulu ucap Papa Asya, Asyapun menurut dan kembali lagi kekamarnya sedang mama Asya memasak untuk makan malam mereka nanti.
Asya menaruh botol yang diberikan papanya di meja nakas lalu ia bergegas membersihkan tubuhnya.
Setelah selesai dengan ritualnya Asya kembali berbaring disamping suaminya, karna waktu sudah menunjukan pukul 17.00 sore Asyapun membangunkan suaminya.
"byby bangun sayang" bisik Asya sambil menusuk nusuk pipi suaminya dengan telunjuknya.
Idan yang terganggu dengan kelakuan istrinyapun mau tak mau membuka matanya, sambil meregangkan otot tubuhnya Idan melirik jam sekilas.
Idan bangun dan bersandar pada headboard sambil mengucek matanya, Asyapun langsung memberikan air yang papanya berikan padanya tadi.
"minum dulu by, abisin" ucap Asya, Idan menurut dan langsung menghabiskan isinya.
"aku mau mandi" ucap Idan sambil berjalan menuju kamar mandi, Asyapun bangun dari tidurnya dan menyiapkan pakaian untuk suaminya.
Setelah mandi dan berganti pakaian Idanpun kembali merebahkan dirinya disamping Asya yg sedang memainkan ponselnya. Melihat Asya yang sibuk membuat Idan memiliki ide jahil, tanganya terulur pada paha mulus istrinya yang tak tertutup apapun, mengelusnya dengan lembut membuat Asya mengalihkan pandanganya dari ponselnya.
Asya melihat mata suaminya, benar kata Mamanya kalo tatapan suaminya memang berbeda tapi Asya menepisnya. Asya menaruh ponselnya di atas meja yg berada disamping tempat tidurnya.
"mau ngapain?" tanya Asya sambil mengelus pipi Idan.
"make a baby" ucap Idan dengan puppy eyesnya, tanganya kini mengelus vagina Asya dari luar cdnya membuat Asya menggigit bibirnya.
"ta tapi aku gabisa desah by"
Idan tak menggubris ucapan istrinya itu, kini jarinya masuk kecelah cd Asya, memainkan vagina istrinya dengan lembut.
"shhh byyyy" desah Asya berbisik, tanganya menahan pergerakan tangan Idan.
"kunci dulu kamarnya by" ucap Asya, Idanpun bangkit dan langsung mengunci pintu kamar mereka.
Idan kembali ke atas kasur dan mengukung istrinya, seringaian jahat terbit di bibirnya. Asya sudah khatam dengan tabiat suaminya itu.
Mereka berduapun berciuman, tangan Idan dengan lihai membuka pengait bra yang Asya kenakan, Asya sengaja menggunakan bra dengan kaitan didepan antisipasi suaminya ingin menjamahinya seperti sekarang.
"mhhh byyy" desah Asya tertahan, ia tak bisa melepas desahanya.
Idan meremas benda kenyal itu dengan kedua tanganya sesekali memainkan puting susunya dengan jarinya. Asya hanya bisa pasrah dengan perbuatan suaminya itu.
Idan membuka kancing daster itu satu persatu, menurunkanya hingga payudara istrinya kini terlihat jelas dihadapanya, Idan merendahkan tubuhnya menghisap susu istrinya secara bergantian membuat tubuh Asya tak bisa diam.
Idan menatap istrinya yg matimatian menahan desahannya dengan menggigit bibirnya, mulutnya terus menghisap susu Asya sesekali menggigit putingnya dengan gemas.
Tangan Idan menjamahi vagina Asya yang sudah basah karna rangsangan yang ia berikan, Asya menekan kepala Idan pada susunya kala mendapat orgasme pertamanya.
Idan bangkit dan tersenyum, menatap istrinya yg kini berantakan dengan tatapan yg lapar sedangkan Asya masih mengatur nafasnya yang terengah karna perbuatan suaminya.
Idan mulai menarik cd istrinya, namun baru sampai kelutut tibatiba ia merasakan kepalanya berdenyut hebat. Idan terdiam, memejamkan matanya dan memijat pelipisnya. Asya yang melihat suaminya yg kesakitan pun langsung bangun dan terduduk.
"by are you okey?" tanganya terulur memijat kepala Idan sekarang.
Idan bangkit dan berlari kekamar mandi, perutnya terasa mual dan ingin muntah. Asyapun menyusulnya sambil membenarkan pakaiannya yang sudah berantakan, membantu suaminya dengan memijat tengkuknya.
"masih mual? mau muntah lagi?" tanya Asya, ia melihat suaminya memuntahkan cairan berwarna merah padahal Idan tak meminum air yang berwarna hari ini dan iapun memastikan lagi penglihatannya kalo yg dimuntahkan bukan darah.
Setelah rasa mualnya hilang Idanpun kembali kekamar dibantu Asya yang memegangi tanganya.
Terdengar ketukan pintu dari luar.
Tok Tok!
"Syaa ayo makan, papa udah nungguin tuh" sahut mama Asya dari balik pintu.
"iya ma, sebentar lagi Asya turun" jawab Asya.
Asya menatap suaminya yg kini duduk di tepi ranjangnya tibatiba perasanya mulai gelisah dan tak enak seperti ada sesutu hal yg akan terjadi sedangkan Idan merasakan ada yang berbeda dari dirinya sekarang. Tapi Idan juga tak mengerti dengan apa yang terjadi.
Merekapun memutuskan untuk turun dan menemui orang tuanya, keempatnya makan tanpa ada percakapan hingga selesai.
"masih sakit Mas?" tanya Papa Asya, tatapanya tak lepas dari gerak gerik menantunya itu.
"udah enakkan pah setelah muntah tadi"
"apa yg dimuntahin Mas?" tanya mama Asya, Idan diam. Ia juga tak tau apa yg ia muntahkan.
"cairan gitu mah tapi warna merah, bukan darah sih kayaknya soalnya cair banget" ucap Asya menjelaskan. Papa Asya mengangguk paham dengan ucapan anaknya.
"yaudah istirahat gih, udah malem juga" perintah papa Asya, Asya dan Idanpun mengangguk dan langsung pamit untuk kembali ke kamar.
"pah? mas beneran gapapa?" tanya mama Asya berbisik. Papa Asyapun mengangguk dan mengajaknya menuju ruang tengah.
"sebentar lagi mas pasti turun dia bakal pamit buat pergi sebentar" ucap Papa Asya seraya duduk dan menyalakan tv.
"terus kita harus gimana? cegah gitu?" tanya Mama Asya yg kini duduk disebelahnya.
"gausah, kita biarin aja. Biar perasaannya yg menentukan ma, kalo cinta mas lebih besar sama anak kita dia pasti balik lagi tapi kalo sebaliknya papa pastiin mas gaakan pernah ketemu lagi sama Asya"
"maksud papa?! papa mau anaknya gila apa? papa taukan secinta apa Asya sama Idan?" ucap Mama Asya tak terima.
"sttt ma" ucap Papa Asya.
Disisi lain di kamar Asya, setelah menikmati makan malam dan kembali ke kamar Asya merebahkan dirinya di ranjang sambil menonton episode terbaru drama koreanya, sedangkan Idan pergi kebalkon untuk merokok sambil memainkan ponselnya.
Cukup lama Idan disana sampai Asya menyusulnya, Asya melihat suaminya tersenyum sambil memainkan ponselnya. Ia melihat jari suaminya seperti membalas chat seseorang.
"chat sama siapa by?" tanya Asya sambil berjalan menghampirinya
"sama Nayra" jawab Idan, bibirnya terus menyunggingkan senyumnya pada ponselnya.
"chat apa kok senyam senyum gitu?"
"chat biasa aja kok"
Asya terdiam tak biasanya suaminya membalas chat perempuan lain, dan apa apaan tadi Idan menjawabnya dengan nada datar?! sialan.
"mana sini hpnya aku mau liat" ucap Asya seraya mengambil ponsel Idan, Idan marah dan tak terima ia kembali mengambil ponsel miliknya lalu memasukannya kedalam saku celana.
"apaan sih orang chat biasa aja" ketus Idan sambil berjalan masuk ke kamar. Asya yang mendapat perlakuan seperti itupun tak terima, emosinya ikut tersulut.
"kalo biasa kenapa aku gaboleh liat hah?! Idan kamu sadar ga sih sama apa yang kamu lakuin sekarang?!" bentak Asya, Idan tak menggubrisnya ia memilih mengganti pakaianya dan berniat untuk pergi.
"kamu mau kemana?!" tanya Asya, Idan hanya menatapnya sekilas dan mengambil kunci mobilnya. Asya menarik tanganya dan menghempaskan kunci mobil yg Idan bawa.
"apaan sih sya!" marah Idan sambil mencari kunci mobil yang terlempar.
"kamu mau kemana aku tanya!"
"zaidan! kamu punya mulutkan! jawab!" Asya menarik tangan suaminya agar berhadapan dengannya.
"kamu mau kemana Idan?!" geram Asya, matanya kini memerah ia benar benar marah sekarang.
"aku mau ketemu nayra"
DEGH!
"coba bilang sekali lagi" tanya Asya memastikan apa yg ia dengar dari mulut laki laki yang ia cintai ini.
"aku mau ketemu nayra, asya" dengan tegas Idan menyebutkan nama perempuan yg dibenci istrinya.
"kamu gila hah?! kamu mau ketemu jalang itu?!" teriak Asya
"Nayra bukan jalang Asya! jaga bicara kamu itu!" bentak Idan
Untuk pertama kalinya dalam pernikahanya yg setahun bersama Idan, Idan membela perempuan lain bahkan membentaknya. Mata Asya memanas, tangisnya pecah, ia tak bisa menahan kesakitan yang ia rasakan pada hatinya.
"mau apa kamu ketemu Nayra malem malem gini Idan?" suara Asya melemah ia tak kuasa menahan rasa sakit yang menjalar didalam hatinya, suaminya berubah. laki laki dihadapanya bukan Idan yg ia kenal.
"mau apa kek gimana aku bukan urusan kamu" ketus Idan sambil berjalan melewati istrinya
Idan menarik knop pintu tapi Asya menahanya, Idan melihat istrinya dengan datar, tak ada rasa bersalah didalam dirinya.
"apalagi ?! aku mau pergi Asya, Nayra udah nungguin" bentaknya, Asya tertunduk ia tak bisa di bentak sama sekali apalagi oleh Idan suaminya.
"peluk aku sebentar Idan" pintanya dengan nada yg bergetar.
"apasih buang buang waktu aja! dahlah sana aku mau pergi!!!" Idan menghempaskan tangan Asya yg menahannya, Asya tak bisa menahan suaminya lagi. Dadanya penuh sesak ia hanya terduduk dibalik pintu sambil menangis.
"idaaan" panggilnya tanpa suara, hatinya sakit!
Asya terduduk diatas lantai, memeluk lututnya sambil menangis. Bibirnya terus menggumamkan nama suaminya yg pergi meninggalkanya demi perempuan lain, Asya merasa dirinya hancur berkeping keping, ia tak tau lagi harus bagaimana.
Idan turun dari kamar Asya, ia melihat orang tuanya masih berada diruang tengah.
"mau kemana mas?" tanya Mama Asya yg melihat menantunya lari terburu buru.
"ah ini ma mau keluar sebentar ada urusan" ucap Idan sambil menggaruk kepalanya yg tak gatal.
"udah malem Mas, besok lagi aja" ujar Mama Asya, Idan terdiam ia tak tau harus berkata apalagi.
"biarin aja ma mas pergi, mungkin urusannya penting" ucap papa Asya tanpa mengalihkan pandangannya dari tv.
"yauda jangan pulang larut malem Mas" Idanpun mengangguk dan menyalami keduanya.
Mobil Idan melaju meninggalkan rumah orang tua Asya, sedangkan didalam tepatnya diruang tengah orangtua Asya biaa mendengar bagaimana pilunya tangisan putri semata wayangnya. Sejak tadi mereka mendengar bagaimana anak dan menantunya itu saling berteriak dan memaki satu sama lain.
"ayo kekamar ma" ajak Papa Asya, mama Asya terdiam karna masih mendengar tangisan anaknya diatas sana. Hatinya sakit mendengar suara tangis putri semata wayangnya itu.
"tapi pa?" belum selesai mama Asya menyelesaikan ucapanya, suaminya sudah terlebih dulu menariknya.
"percaya sama papa , mas pasti kembali"
Keduanyapun masuk kedalam kamar mereka.