Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT CERITA MASA LALU ISTRI

Ini baru namanya cerita....
Masa lalu istri mmg sangat istimewa tuk digali.., rasa penasaran dan cemburu yg menggairahkan..
Istri yg cantik, montok pasti byk mantan2 pacarnya terdahulu sgt ingin menikmatinya...
Please lanjutkan cerita masa lalu istrimu suhu,, jgn terlalu liar/kebablasan softcorenya, biar terkesan realstory dan istrinya bkn wanita murahan...
Terima kasih sarannya, Hu.
 
Suatu kabar mengejutkan datang dari Niko. Suatu hari ia mengajakku untuk bertemu. Meski aku merasa senang karena dia sudah kembali, tapi ada perasaan khawatir pula sebab dia datang lalu tiba-tiba mengajak bertemu. Sikapnya juga sedikit berbeda. Ia bersikap biasa saja padaku padahal kami sudah tidak bertemu cukup lama.

Niko mengajakku pergi ke cafe. Setelah sampai dan memesan minum, Niko mulai tampak akan menyampaikan sesuatu yang penting.

“Ada apa?” Tanyaku mengawali.

Ia terkejut karena ternyata aku menyadari sikapnya.

“Apa yang ingin kamu sampaikan?”

“E...ada sesuatu yang mau aku sampaikan,” jawabnya. “Ini soal hubungan kita.”

Perasaanku tiba-tiba menjadi hambar. Tak enak.

“Kenapa?” tanyaku agak sedikit ragu.

“Selama ini aku sudah membohongi kamu,” katanya. Tegas.

“Maksud kamu?” Aku pura-pura tidak mengerti ucapannya.

“Aku sudah punya tunangan. Dan dua bulan lagi kami akan menikah.”

Rasanya langit perlahan runtuh. Puing-puingnya menghantam seluruh isi cafe. Berantakan. Begitu juga dengan perasaanku. Tanpa terasa sebuah sungai mengalir di kedua pipiku. Aku sudah tak mampu berkata-kata lagi. Lebih tepatnya tak tau harus berkata apa lagi. Hatiku bagai tersayat saat itu. Perih. Seperti luka yang digarami.

“Aku minta maaf.” Kata Niko.

Aku segera beranjak dari tempat dudukku. Pergi. Aku tak tahan lagi dengan semuanya. Niko benar-benar telat menyakiti hatiku.

Dalam pikiranku langsung terbayang kenangan-kenangan bersama Niko: bagaimana dulu aku pertama kali jatuh cinta padanya, ciuman yang kami lakukan, membiarkannya menyentuh vaginaku, hingga mengulum penisnya. Itu kulakukan karena aku menaruh kepercayaan yang besar padanya. Tapi yang dia lakukan benar-benar tak termaafkan.

Selama beberapa hari aku tak punya semangat menjalani aktivitas. Bahkan saat Aldi mengajakku untuk pergi, aku tidak merespon. Tapi Aldi menyadari apa yang terjadi padaku.

“Aku tahu kamu sedang sedih. Tapi sampai kapan?” katanya mengirim pesan padaku.

Suatu malam, Aldi datang ke tempat kosku. Ia berencana ingin mengajakku pergi. Aku tak mau. Tapi dia terus memaksa dan akhirnya aku pun setuju.

“Tak ada gunanya terus bersedih. Kita harus segera bangkit dari keterpurukan kita.”

Aldi mengajakku pergi menonton acara musik. Lumayan musiknya cocok di telingaku. Jadi aku agak sedikit terhibur. Kami baru pulang sekitar pukul 10 malam.

Sebelum kami pulang, aku mengucapkan terima kasih pada Aldi karena sudah mau menemani kesedihanku.

“Di, makasih ya buat malam ini.” Kataku.

Aldi mengangguk pelan. Entah karena apa, tiba-tiba otakku menggerakkan diriku untuk mencium Aldi. Aku mendekatkan wajahku pada Aldi. Aldi sepertinya menyadari dan mendekatkan juga wajahnya padaku.

Tanpa terasa, bibir kami sudah saling bersentuhan. Saling memagut. Pertama hanya berupa kecupan. Tapi lama-lama ciuman itu berubah semakin panas. Tangan Aldi kurasakan menyentuh bagian dadaku dari luar.

“Di, temani aku malam ini ya.” Ucapku.

Malam itu Aldi dan aku pergi ke pinggiran kota mencari hotel. Dapatlah satu hotel kecil yang cukup untuk kami bermalam.

Sampai di sana kami memesan satu kamar. Suasana hotel agak sepi. Kami menemui penjaga hotel: dua orang laki-laki. Satu agak tua dan satu lebih muda. Sesampainya di kamar, nafsu kami langsung bangkit kembali. Aldi langsung menerkamku hingga aku terbaring di atas kasur. Ia menindihku. Kami masih saling mengenakan baju.

Kami berciuman sepuasnya. Bahkan sampai terdengar bunyi pagutan bibir-bibir kami. Ciuman Aldi terus turun ke leher dan membuatku merasa kegelian. Tapi nikmat.

Aldi membuka kaos dan celana yang dia pakai dan hanya menyisakan CD saja di tubuhnya. Sekilas kulihat gundukan di selangkangannya sudah menggunung. Aldi lalu memintaku untuk membuka bajuku. Ia membantuku melucuti pakaian yang kukenakan. Ia juga hanya menyisakan CD saja.

Setelah itu, ciuman Aldi turun dadaku. Dia nikmati kedua payudaraku secara bergantian. Dia sedot-sedot bahkan sampai terasa sakit. Dia juga sempat memberikan bekas cupang di dadanya.

Puas dengan dadaku, ciumannya turun ke perutku. Diciuminya seluruh bagian perutku dan itu membuat nafsuku kian meningkat. Kuraskan vaginaku mulai basah. Aku menikmatinya. Bibir Aldi teru saja turun sampai hendak menuju selangkanganku yang masih tertutup CD.

Lalu kurasakan lidah Aldi menempel tepat di vaginaku. Meski aku masih mengenakan CD, tapi sentuhan lidah Aldi sangat terasa. Lidahnya mulai menyapu-nyapu permukaan vaginaku. Aku hanya bisa memejamkan mata merasakan kenikmatan yang diberikan Aldi ini. Bahkan kurasakan Aldi makin buas. Kini tidak hanya lidahnya yang bermain melainkan bibir Aldi yang menyedot vaginaku.

“Ah...ah...ah...” Aku mendesah.

Kenapa Aldi tidak membukan saja CD-ku? Aku sudah tidak tahan. Tanganku lalu meraih kepala Aldi dan menekannya makin ke dalam selangkanganku.

Yang kuharapkan akhirnya dilakukan oleh Aldi. Ia membuka CD-ku. Tentu saja aku langsung mengiyakannya. Kubantu Aldi menurunkannya. Dan kini aku sudah tak mengenakan apa-apa lagi. Aldi juga melakukan hal yang sama: membukan CD dan telanjang. Aku masih selalu terpanah dengan tubuh atletis Aldi.

Aldi kembali tenggelam dalam selangkanganku. Karena sudah tak ada CD lagi, maka Aldi leluasa menikmati vaginaku. Lidahnya naik turun di bibir vagina, lalu mulai berusaha menusuk-nusuk lubangnya. Klitorisku juga tak luput dari kenakalan bibir dan lidah Aldi. Aku menggelinjang setiap kali klitorisku jadi sasaran.

“Di...ah.....”

Aku membayangkan bibir Aldi pasti penuh dengan cairan cintaku. Karena aku sudah merasa vaginaku sudah sangat basah.

“Ah...di...ah...ah...”

Kurasakan sedotan di vaginaku kian kuat. Aku makin tak tahan. Nafasku makin cepat. Desahanku kian cepat pula. Aku sebetulnya ingin berteriak namun takut kamar sebelah mendengar. Maka aku coba menahan semuanya. Sampai akhirnya, Aldi memberikan orgasme pertamaku. Aku memegang kepala Aldi erat untuk menahan kenikmatannya. Aldi lalu bangkit dan tersenyum padaku. Ia menunduk kemudian mengecup bibirku.

Aldi mengambil beberapa helai tissue untuk membersihkan mulutnya dan juga selangkanganku. Setelah bersih tiba-tiba Aldi berbaring di sampingku dan berbisik, “Aku mau yang lebih.”

Aku menoleh ke arahnya. Terkejut. Aku belum siap. Aku takut hal yang dilakukan Niko juga dilakukan kelak oleh Aldi. Aku belum cukup yakin. Sambil kukecup bibirnya kujawab, “Tidak hari ini, Di.” Kulihat raut kekecewaan pada wajah Aldi.

Namun, untuk mengobati rasa kecewanya itu, gantian aku yang akan mengoral Aldi. Aku bangkit dan bersimpuh di hadapan Aldi. Sementara Aldi tetep dalam posisi telentang.

Pertama, aku raih penis Aldi dan mengocoknya pelan. Tak butuh waktu lama, penisnya sudah kembali mengeras. Kini aku mencoba menjepit penis itu dengan payudaraku. Lalu kugerak-gerakkan naik turun. Wajah Aldi mulai tampak menikmati permainanku.

Lalu, entah kenapa aku punya pikiran untuk memberikan Aldi lebih. Maksudku, tak sampai masuk ke vaginaku. Tapi hanya cukup menggesek-gesek di luar saja. Aku pun mengemukakan ideku itu. Aldi tampak bahagia mendengarnya.

“Tapi aku pakai CD ya, takut kamu kebablasan.” Kataku.

“Ngga akan kok. Tenang aja.”

Kini aku telentang di kasur. Aldi sudah siap dalam posisi menindihku. Ia membuka pahaku dan langsung mengarahkan penisnya ke vaginaku. Aku bisa merasakan betapa kerasnya penis itu.

Aldi pun langsung menggerakkan penisnya ke atas ke bawah di vaginaku. Tentu saja sensasi nikmat mulai aku rasakan. Karena kedua pahaku dalam posisi terbuka, maka vaginaku jelas agak membuka juga. Jadi setiap kali penis Aldi menggesek, sesekali ia mengenai klitorisku. Saat itu kenikmatan yang kurasakan begitu luar biasa.
“Ah...ah...ah...di...ee..nakk....”

Gesekan penis Aldi kian lama kian bertambah cepat. Aldi agak sedikit membungkukkan badannya hingga penisnya terasa agak sedikit menekan vaginaku. Aku makin puas mendesah.

“Ohh....oh....ah....”

Andi kini benar-benar menindihku karena ia sambil memelukku tubuhku sementara pantatnya bergerak maju mundur agar penisnya terus bergesekan. Ia menciumi bibirku dengan ganasnya.

Aku dilanda kebimbangan apakah akan membiarkan saja Aldi memasukkan penisnya atau tidak. Sebab nikmat yang kurasakan makin bertambah.

“Di...jaa...ngan...” Aku mencoba mendorong Aldi saat kurasakan ujung penisnya mulai menusuk lubang vaginaku.

“Maaf.” Kata Aldi. Lalu ia kembali menggesek-gesekkan penisnya lagi.

Kini gerakannya kian cepat. Aku spontan mengikuti irama gerakan pantat Aldi untuk mengimbangi. Aldi kudengar juga mulai mendesah keenakan.

“Ah...ah....”

Orgasmeku terasa semakin dekat. Aldi terus saja membombardirku dengan kenikmatan di vaginaku. Penisnya pandai sekali mengirim kepuasan meski hanya dari luar.

“Di....ak..kuu....aahh....” Aku memeluk tubuh Aldi erat. Menahan setiap kenikmatan yang kuraih. Kalau saja memungkinkan, pasti aku akan berteriak.

Aldi masih terus berlanjut. Beberapa kali penisnya berusaha masuk ke vaginaku. Tapi aku cegah. Aku memang belum siap.

Aku juga kian kencang melakukan goyangan untuk memberi rasa nikmat lebih pada Aldi. Dan hal itu tampaknya berhasil karena tak lama, badan Aldi mulai menegang dan kurasakan penisnya berkedut-kedut serta ada sesuatu hangat yang kurasakan di perutku: sperma.

Lalu Aldi terbaring di sampingku. Ia tampak puas. Matanya masih terpejam dan napasnya tersengal. Aku memeluknya dari samping. Kukecup bibirnya. Saat itu aku benar-benar lupa dengan apa yang telah dilakukan Niko padaku. Aldi berhasil membantuku untuk sejenak melupakan itu.

Aku bangun dan mengambil tissue. Kini aku yang gantian membersihkan penis Aldi dari spermanya. Setelah itu, kami tertidur pulas dengan tetap tanpa pakaian dan terbangun di pagi hari karena perut lapar.

Sebelum kami check out, kami membersihkan diri terlebih dahulu. Kamar mandi di hotel ini berada di luar. Jadi kami harus keluar kamar dulu untuk mandi. Aldi lebih dulu membersihkan diri daripada aku. Setelah ia selesai, aku yang ganti untuk mandi.

Kamar mandinya tentu saja sederhana. Bak mandinya menggunakan ember besar. Aku pun mulai mandi. Tapi aku sungguh teledor karena lupa mengunci pintu. Saat aku sedang menyabuni tubuhku, tiba-tiba ada orang masuk dan ternyata laki-laki penjaga hotel.

“Ah....” Aku menjerit.

“Oh, maaf. Maaf. Aku kira tidak ada orang.”

Aku berusaha menutupi bagian selangkanganku sambil menghadap tembok.

“Maaf. Sebentar saja. Aku sudah tidan tahan.”

Tanpa malu, laki-laki itu mengeluarkan penisnya dan buang air kecil ke WC. Maka aku bisa dengan jelas melihat penisnya. Tidak besar. Tapi diameternya agak lebar. Setelah selesai dia langsung menyiramnya.

“Sekali lagi maaf, ya. Aku benar-benar tidak kuat.”

Aku tak melihatnya dan memilih menghadap ke tembok. Lalu ia keluar dan menutup pintu kembali. Aku pun melanjutkan hingga selesai. Namun, saat aku hendak mengenakan pakaian lagi, ternyata celana dan handukku tidak ada. Ke mana? Kenapa bisa hilang? Jelas ada yang mengambil.

Tidak. Apakah diambil laki-laki tadi? Sebab aku tak melihatnya saat keluar tadi. Jadi aku tak tahu apa yang ia lakukan. Aku benar-benar bingung. Bagaimana aku harus keluar dari kamar mandi ini?

Saat tengah bingung, tiba-tiba ada ketukan dari luar.

“Ga bisa keluar ya, mbak?”
Ah, benar. Laki-laki tadi. Sialan.

“Kamu ambil pakaian saya ya? Mana kembalikan!”

“Mbak mau keluar ya?”

“Mana cepet!”

“Akan saya kembalikan. Tapi ada syaratnya.”

Sialan. Aku sudah mulai curiga dengan kata-katanya.

“Jangan macam-macam. Pacar saya ada di sini.”

“Pacar mbak sudah tertidur pulas di kamarnya.”

Sialan. Bagaimana dia bisa tau? Sepertinya laki-laki ini sudah merencanakan semuanya.

“Terserah mbak sih. Yang jelas pacar mbak bangunnya masih lama.”

Gila. Kenapa dia bicara seperti itu? Apa yang dia lakukan pada Aldi? Aku mulai gelisah. Bingung apa yang harus aku lakukan.

“Apa syaratnya?” kataku.

“Gampang. Kocokin punya aku dong.”

“Jangan gila ya.”

“Ya kalau mbak ga mau juga gapapa sih. Apa mbak kuat di dalam kamar mandi?”

Benar. Lama kelamaan dingin juga berada di dalam. Apalagi bagian bawah hanya mengenakan CD saja. Karena posisiku sedang terhimpit dan tak tau harus melakukan apa, maka aku mengiyakan permintaannya. Lagi pula hanya mengocok saja.

Aku membuka pintu perlahan. Laki-laki itu lalu masuk.

“Mana baju saya?” tanyaku.

“Selesaikan dulu dong, mbak.”

Laki-laki itu seperti serigala yang akan menerkam mangsanya. Ia lalu memintaku untuk membuka baju. Dia sendiri telah memelorotkan celana yang dipakai. Sepertinya ia tak mengenakan CD karena penisnya yang sudah menegang langsung terlihat.

Benar. Penisnya masih lebih besar dan panjang milik Aldi. Mungkin hampir sama dengan milik Niko. Wajahnya sendiri biasa saja. Badannya juga tampak ideal.

Aku telah menanggalkan bajuku dan BH. Kini tubuh bagian atasku sudah terpampang. Laki-laki itu kini bisa leluasa melihat payudaraku. Ia bahkan meminta aku menanggalkan CD-ku juga. Tapi aku tak mau. Karena perjanjian dari awal hanya meminta ngocok. Dia hanya diam saja. Tangannya langsung menarik tanganku menuju penisnya. Perlahan aku mulai menggenggam penis laki-laki itu.

Laki-laki itu terlihat menarik napas dan memejamkan mata menahan nikmat yang kuberikan.

Bersambung.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd