Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[ Cerita Rasa ] MAMA

Bodoh!! Gimana bisa aku percaya orang lain? Sementara, diriku sendiri tidak bisa kupercaya? Plin-plan!

***
Part II

***

Mentari pagi menampakan sinarnya.

Tubuh telanjang Lestari menggeliat dalam balutan selimut putih. Dia begitu berantakan, mirip dengan kondisi tempat tidur yang acak-acakan dengan pakaian Lestari yang tercecer sana sini.

Semalam berlalu seperti mimpi. Semua terjadi begitu cepat. Beban pikiran yang berat melemahkan tubuh dan juga kewarasan Lestari. Rentetan kepuasan yang dia rengkuh bersama sang menantu, membutakan hati dan menumpulkan logika.

Sekarang tersisa penyesalan berat yang menghimpit batin. Pengingkaran terhadap moral yang dipegang teguh semenjak lahir adalah hantaman mental yang telak bagi Lestari.

Bodoh!
******!
Gila!

Arrrgggghhhhh!
Kenapa bisa begini?

Aku selingkuh!!! Sekarang aku penjahat menjijikan. Lestari Pelakor! Wanita kotor! Tidak!

Aku mengkhianati anak dan suamiku. Bagaimana kalau Vani tau? Aku harusnya menjadi pelindung Vani, bukan pengkhianat.

Lestari mengacak-acak rambut.
Kenapa harus dengan Andre?
Menantunya yang begitu dia percaya.

Aku tidak sepenuhnya salah, dia mencoba mencari pembenaran. Andre lah pelakunya, Lestari korbannya. Andre yang membuat dia kehilangan kewarasan. Membuat dia mabuk gairah.

Andre kurang ajar! Tidak seharusnya Andre mengoda. Kenapa lelaki itu tidak mampu menahan diri? Kalau saja sang menantu tidak berbuat terlalu jauh, ini tidak akan terjadi.

Lestari ingin menampar wajah Andre, ingin mencabik-cabik tubuh sang menantu tanpa sisa sambil menghujami lelaki itu dengan caci-makian. Andre layak mendapatkan semua perlakuan buruk itu. Dialah yang mendorong Lestari ke jurang dosa.

Lestari terisak sesaat, kemudian mendongak saat sadar Andre tidak ada.

Eh... Dimana dia?

Tling tling, pesan WA masuk di hp Lestari. Dari Andre.

" Ma.. Maafin Andre. Semua yang terjadi semalam salah Andre, Andre tidak bisa ngontrol diri, telah membuat dosa besar.. dosa tak termaafkan. Aku salah Ma! Aku jahat!
Andre enggak mampu ngomong langsung. Andre enggak sanggup ngeliat wajah mama.
Maafin Andre Ma. Andre sayang Mama. Selalu."

Pengakuan dosa Andre membuat hati Lestari terenyuh. Rasa benci kepada Andre perlahan terkikis. Cepat sekali Lestari luluh oleh lelaki itu. Seperti kemarin saat dia dengan mudah melakukan dosa.

Tetapi bayangan dosa kembali lagi. Lestari menutup wajah dengan telapak tangan. Aku tidak kuat dengan semua ini! Apa yang harus aku lakukan?

Lestari menarik nafas dalam. Dia berusaha menguatkan hatinya, kemudian mengetik pesan untuk sang menantu.

"Mama juga salah Ndre, ini dosa kita. Lupakan yang terjadi tadi malam. Anggap semua tidak pernah terjadi. Hapus semua ingatan itu."

Melupakan semua dan menganggap itu tidak pernah terjadi adalah keputusan paling tepat menurut Lestari. Tapi apa iya?

***

Teori itu gampang, praktek itu susah dan tidak terduga. Begitu juga yang terjadi dengan Lestari. Saat Andre datang untuk menjemput Vani ke rumah. Lestari langsung deg-degan.

Dia hendak bertingkah seperti biasa, tetapi kata yang dia ucapkan kaku. Jangankan bercanda, bertrok pandangan mata dengan Andre saja langsung membuat nyali ciut. Sebisa mungkin dia tidak ingin terlihat mencurigakan oleh Vani.

"Mama kenapa kok wajahnya pucet? sakit? Jangan sampai masuk rumah sakit karena kecapaian lagi, mah," kata Andre berpura-pura tidak tahu.

"I.. iya.. Mama sedikit kecapian," sahut Lestari. Pinter juga! Andre mulai bermain drama, batin Lestari.

"Istirahat Ma. Jangan kerja mulu. Giliran masuk RS baru nyesel. Kalau sakit, ujung-ujungnya kita yang repot. Vani enggak ngelarang mama kerja, tapi mama juga harus tau batesan, pinter atur waktu dan tenaga. Lagian uang dari papa kan cukup untuk kebutuhan kita." Ujar Vani.

Lestari manganggukan kepala. Kali ini dia tidak marah kepada anaknya , biasanya kata-kata Vani membuat telinganya cepat panas. Sekarang Lestari jadi lunak. Mungkin karena kata-kata sang anak ada benarnya, atau karena dosa yang Lestari lakukan semalam membuat dia lemah kepada Vani?

***

Kehadiran Jonathan, suami Lestari selama dua minggu membuat Lestari lebih gampang menjaga jarak dengan Andre. Dia menggunakan cara efektif menjauhi Andre, yaitu memutuskan pergi berlibur dengan sang suami. Liburan membuat Lestari lebih rileks, setidaknya sampai masalah baru belum muncul.

Masalah datang bertepatan dengan keberangkatan sang suami.

Setelah datang dari bandara untuk mengantar Jonathan, Lestari hanya melihat Vina dan Delfina di rumah. Andre tidak ada di sana, padahal sebelum dia berangkat 2 jam lalu, sang menantu sibuk dengan laptopnya.

Lestari tidak ingin memikirkan Andre. Hanya saja saat dia melihat sekotak brownies di atas meja, dia mulai penasaran.

" Kamu beli brownies dimana?" tanya Lestari kepada Vani yang asik bermain Tiktok dengan Delfina yang jatuh bangun belajar berjalan.

"Oh iya. Aku lupa ma. Itu dari tante menor, tadi dia ke sini." jawab Vani.

"Si Yetti?"

"Iya, tante Yetti. Kue brownies buat upah karena ia minta tolong Andre benerin wifi di rumahnya."

"Andre ke rumah Yetti?" Lestari langsung tidak nyaman. Dia paling jengkel dengan tetangga yang satu itu. Mereka tinggal cukup berdekatan dan masih dalam satu komplek perumahan. Dia sering mendengar gosip kalau Yetti suka membawa lelaki ke rumahnya. Yetti sang Janda yang sering dibilang tukang goda berondong.

"Kamu tidak temani suamimu ke sana?"

"Males, aku jagain Delfina."

"Udah dari tadi dia ke sana?"

"Hampir sejam."

"Kok lama sekali?" protes Lestari.

"Iya. Dua hari lalu Andre juga lama di sana."

Hah! Dua hari lalu Andre ke tempat Yetti? Buat apa? Entah dari mana datang kecurigaan di hati Lestari.

Tidak seharusnya dia peduli urusan Andre, tetapi kalau ini menyangkut Yetti, jadi berbeda. Lestari tidak boleh cuek. Menantunya bisa saja jadi korban.

"Vani, mama juga mau ngasih oleh-oleh buat tante Yetti," Lestari mengambil bungkusan. Alasan sebenarnya Lestari, adalah mengecek apa yang Andre lakukan di sana.

Lestari melangkah cepat menyusuri jalan perumahan. Hatinya tidak menentu.

Perempuan itu sampai di tujuan. Pagar rumah Yetti tidak terkunci, Letari masuk dan sampai di halaman depan, dekat pintu ruang tamu.

Tok Tok

Lestari mengetuk pintu, tetapi tidak ada sahutan. Dia memanggil nama Yetti dan tidak ada respon apapun. Gelisah, curiga, membuat panik. Dia mendorong gagang pintu.

Terkunci.

Dimana Andre? Mengapa Yetti mengunci pintu? Jangan-jangan mereka..??

Andre tergoda Yetti si janda. Mereka bercinta. Itulah mengapa Andre lama. Tidak! Lestari mengoyangkan kepala, menghapus bayangan negatif yang muncul di kepalanya.

Dia hendak menelepon tetapi Hp tertinggal di rumah. Lestari mendengus, dia berjalan cepat kembali ke rumah.

Saat memasuki pintu rumah, dengan nada kesal Lestari berteriak kepada anaknya yang tidak peka,
" Vani, lain kali kalo Andre ke rumah Yetti, jangan kasi lama-lama! Atau kamu temenin ke sana."

"Maaf Ma, aku lupa kalo tadi nyuruh Andre beliin aku makan. Jadi dia lama di warung, bukan di rumah tante menor. Tuh dia lagi main bareng Delfina. Mama ada perlu apa sama Andre?"

"Oh... Dia udah di rumah" Lestari lega, tapi sedikit malu.

Cemburu? Apakah kamu cemburu karena Yetti? Pertanyaan itu melintas di kepala Lestari. Tidak! Aku tidak cemburu... Aku hanya... ? Lestari tidak mau memikirkannya.







~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~

Flashback
kejadian beberapa tahun lalu..

Malam itu, hujan turun deras. Vani memeluk erat seorang lelaki berkacamata yang duduk di sofa. Umur lelaki itu jauh lebih tua, 3 kali umur Vani.

"Janji?" ujar sang lelaki.

"Janji jari kelingking!" sahut Vani sambil memghias wajah dengan senyum bahagia, di membelitkan kelingking dengan kelingking lelaki itu.

"I love you.."

"I love you too.." Vani mendaratkan kecupan.

Sekilas, Vani melihat sesosok bayangan berdiri di dekat pintu.

"Mama..!"



~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~



Sekarang...


Kalau jalan hidup sesuai rencana, hidup tidak akan menarik. Kalau jalan hidup terlalu mudah, kedewasaan pikiran tidak akan cepat bertumbuh.

Andre sangat berkomitmen dengan janji. Dia tidak pernah membahas kejadian malam itu dan tidak berlaku kurang ajar.

Hanya saja ada masalah baru bagi Lestari. Seorang datang ke kota itu. Dia punya hubungan dekat dengan Vani. Seorang yang pernah memberikan kenangan buruk di hidup Lestari. Lestari menyebutnya si brengsek.

Vani tidak boleh bertemu si brengsek itu! Dia tidak ingin anaknya tejerumus lagi. Cukup sudah rasa malu yang dia tanggung dulu.

Kejadian itu membuat Lestari dan keluarga pindah ke kota ini. Trauma yang dialami Lestari belum benar-benar sembuh dan tidak akan bisa sembuh.

Sudah saatnya Vani berubah, saat kedatangan Andre dalam hidupnya, ada harapan yang sangat besar untuk membuat perubahan dalam hidup Vani.

Siang itu, udara cukup panas. Lestari mampir ke rumah Andre. Dia ingin bercerita tentang masa lalu Vani. Lestari merasa sudah saatnya Andre tahu.

Saat Lestari sampai, Bibik dan Delfina bermain di ruang tamu tanpa ditemani Andre dan Vani.

"Bikk... Andre mana?"

"Dia bilang pergi ke rumah Ibuk tadi, Ibu enggak ketemu dia di rumah?"

"Sama Vani?"

"Enggak, Mas Andre sendiri. Non Vani udah keluar dari pagi."

Lestari kecewa.

Delfina terlihat gembira dengan kedatangan Lestari. Hanya saja saat ini, Lestari tidak punya waktu meladeni sang cucu. Dia hanya memberi kecupan kemudian pamit karena harus bergegas ke rumah.

Saat tiba di rumah, Andre tidak tampak, tapi ada motornya di halaman. Lestari menelpon lelaki itu.

" Dimana Ndre?"

"Aku di rumah tante Yetti, dia minta tolong...... "

Yetti sialan!! Bisa-bisanya saat penting begini dia minta tolong Andre. Lestari semakin geram dengan Yetti. Dia bergegas ke tempat wanita itu.

Langkah cepat saat memasuki rumah Yetti. Darah Lestari mendidih. Dia harus tegas, Yetti tidak bisa dibiarkan.

Andre memang berada di rumah Yetti membantu sang janda. Lestari mendapati Yetti hanya mengenakan tanktop seksi dengan celana pendek. Belahan dada wanita itu sengaja dia tonjolkan. Lestari muak! Cukup sudah!

"Ndre, ayo pulang. Mama ada urusan penting!"

"Bentar lagi Ma, lagi bantuin instalasi tv tante Yetti."

Yetti ikut menjawab,
"Iya, Tari. bentar aja. Andre baru aja sampai di sini. Kamu mau minum apa?"

Lestari lempar senyum sinis ke Yetti. "Maaf Yetti, saya tidak haus."

Lestari mendengus kemudian melanjutkan, "Kamu bisa kan pake teknisi lain? Nanti aku carikan teknisi kalau kamu butuh. Saya ada hal penting dengan menantu saya,"
ucapan Lestari judes. Dingin sekali ekspresi wajah Lestari.

Yetti dan Andre bertatapan heran, mereka tau ada yang tidak beres dengan Lestari.

"Ya udah tante Yetti. Nanti saya minta tolong temen saya lanjutin ya," Andre berusaha mencairkan suasana.

Andre membereskan peralatan saat Yetti menghampiri Lestari, si janda lempar senyum penuh arti, dan kemudian berbisik di telinga Lestari.

"Jeng, kamu butuh bercinta agar rileks, Hihihi."

Lestari mendelik mendengar ucapan kurang ajar Yetti. Mengatakan masalah seksual secara gamblang sangat dibenci Lestari.

"Oh ya. Andre aman kok, dia lelaki baik. Dia tidak akan tetarik ama nenek peyot macam aku. Kamu jangan khawatir. Hihihi."

Lestari mendengus.

"Ayoo Mah.." Andre buru-buru menggandeng lengan mertuanya sebelum bereaksi karena ucapan Yetti.

~


Sesampainya di rumah, Lestari mengganti pakaian dengan daster. Mereka duduk berdua di sofa.

Lestari tampak murung. Ada hal berat yang kembali memenuhi kepalanya. Sesuatu yang diangap sangat penting, tetapi memalukan kalau diceritakan kepada Andre. Dia takut.

"Mama kenapa?"

"Ada yang mau mama ceritain tentang Vani. Entah kamu pernah denger atau enggak. Tapi mama harus jujur ama kamu. Demi hubungan kalian selanjutnya. Mama tidak bisa menahan ini lebih lama lagi. Mama harus cerita. Mama harap kamu enggak membenci Vani."

Wajah Lestari tegang, cerita mulai mengalir dari bibir Lestari. Wanita itu bergetar saat menceritakan kisah Vani dengan orang yang dia sebut si brengsek. Orang yang pernah menghancurkan kebahagiaan Lestari.

Mata Lestari berkaca-kaca saat mulai bercerita. Kemudian bahunya berguncang hebat karena tangis yang semakin keras. Andre memeluk wanita itu. Membiarkan semua cerita tumpah bersama kepedihannya.

"Kamu tidak apa-apa kan, Ndre?" Dalam tangis, Lestari melontarkan tanya. Dia takut Andre jijik dengan masa lalu Vani.

" Mah.. semua sudah berlalu. Andre bisa terima dan Mama harus bisa move on," bisik Andre sambil membelai rambut Lestari. Sang mertua diam saat Andre mendekap lebih erat.

Signal bahaya! Pelukan ini, belaian ini, sudah pernah dirasakan oleh Lestari. Lestari kamu harus menjauh!! Dia tidak boleh terbuai dan harus menghindar. Tapi semua terasa begitu nyaman bagi Lestari. Dia butuh pelukan itu, dia butuh rasa aman dan perlindungan dari orang seperti Andre.

Dug dug

Detak jantung Lestari kembali kencang. Sangat mirip dengan malam itu. Lestari takut, dia takut kepada diri sendiri. Dia takut tidak bisa mengontrol tubuhnya.

Kenapa harus Andre? Kenapa harus dia yang menjadi menantunya? Kenapa hanya lelaki ini yang membuat jantungnya berdetak seperti itu? Inikah cinta?

Lestari tidak pernah merasakan cinta dengan lawan jenis. Suaminya? Perkawinan dengan lelaki itu hanyalah sebuah prosesi yang melengkapi hidupnya.

Lestari kembali terbuai. Dia tidak ingin lepas pelukan, dan malah ikut memeluk Andre. Dia rindu kehangatan. Sekarang kendali hanya ada pada Andre. Kalau lelaki itu mengodanya, dosa tidak akan terhindarkan.

Apakah Lestari mengharapkan lebih? Bisa jadi.

Cukup lama mereka terdiam. Andre tidak melakukan apapun selain menenangkan Lestari dalam pelukan. Dia membiarkan semua kepedihan Lestari berlalu.

Tangis Lestari sudah reda. Dia bergeser melepas pelukan sambil mengusap sisa air mata di wajah yang sembab. Perasaannya sangat lega. Semua beban dikepalanya seperti menguap setelah bercerita kepada sang menantu.

"Mama kalo nangis jadi jelek. Hehe," goda Andre saat semua sudah lebih tenang.

"Siapapun kalo nangis pasti jelek,"

Andre merasa gembira saat merasakan kalau aura kesedihan sudah pergi dari wajah Lestari, kemudian melontarkan tanya, "Mama udah makan?

"Belum. Kamu laper? Mama masih ada sisa masakan. Mama penesin kalau mau," ujar Lestari sambil bangkit dan merapikan daster.

Andre menganguk. Sudah jam 2 siang, dia hanya sempat sarapan. Tentu saja perutnya lapar.

Andre tidak melepaskan pandangan pada tubuh wanita yang mengenakan daster biru itu. Langkahnya anggun, melenggok menuju dapur, membuka kulkas kemudian memasukan makanan ke microwave.

Andre juga melangkah ke dapur dan mencuci tangan di wastafel. Dia berdiri tidak jauh dari Lestari.

"Mama mesti minta maaf ama Tante Yetti,"ujar Andre.

"Kenapa?"

"Tadi mama judes banget, padahal dia baik banget."

"Tentu aja dia baik, dia ada maunya ama kamu!"

"Maksudnya?"

"Dia suka godain cowok!"

"Lah, mama cemburu. Hahaha,"

"Enggak. Mama enggak rela kamu digoda."

"Ciyeee... cemburu..."

Lestari jengah, untung saja suara microwave memberi dia alasan untuk membalikan tubuh, membelakangi Andre.

"Udah ah, jangan bahas dia lagi," Lestari cemberut. Dia pura-pura sibuk dan tak peduli saat mengeluarkan makanan dan meletakan di atas meja di samping microwave. "Ayo makan."

"Lah... beneran cemburu ya?"

Andre memeluk Lestari dari belakang dengan tiba-tiba.

"Ih... apaan sih? Lepasin Ndre, kita kan udah janji tidak aneh-aneh lagi, " Lestari berontak berusaha melepaskan pelukan Andre di pinggangnya. Tapi cengkraman Andre terlalu kuat.

"Hayoo jawab.. Mama cemburu kan?"

"Enggak... Ngapain cemburu.."

Andre bergerak cepat, memutar tubuh wanita berdaster itu sehingga posisi mereka menjadi berdiri saling berhadapan. Kedua tangan Andre tetap meggunci pinggang Lestari dengan pelukan erat, sehingga bagian depan tubuh mereka berdempetan. Tatapan Andre tajam, menguci tatapan mata Lestari yang juga memandangnya. Lestari mendadak gugup.

"Andre! Jangan kurang ajar!" Lestari melotot.

"Andre enggak kurang ajar. Andre cuma perlu jawaban jujur. Kalau mama enggak mau jawab, enggak bakal aku lepasin."

Andre menentang pandang Lestari. Cara lelaki itu menatap, membuat Lestari goyah. Mata Andre begitu mempesona.

"Iya.. mama cemburu," wajah Lestari merona karena pengakuannya. " Sekarang lepasin tangan kamu!"

Andre tersenyum simpul penuh kemenangan. Perlahan Andre melepas pelukan di pinggang Lestari.

Sang mertua diam terpaku, menarik nafas pendek saat kehangatan tangan Andre hilang dari pinggangnya, tapi belum sempat perempuan itu menarik tubuh mundur, kedua telapak tangan Andre sudah melekat di kedua sisi pipinya, mengangkat kepala perempuan itu sampai mereka bertatapan begitu dekat dan lekat.

Lestari merasa detak jantung terpacu sangat cepat. Wajahnya memerah panas. Posisi itu dadakan sekali. Membuat hembusan nafas Andre begitu terasa di wajahnya. Dia terhipnotis lagi. Lestari teritimidasi. Hilang kekuatan untuk menolak.

Saat wajah Andre turun mendekat, Lestari hanya mematung tegang.

" Ma.. Andre janji gak akan nakal sama tante Yetti. Tapi syaratnya... Andre boleh cium mama sekarang."

Kata-kata Andre tidak dijawab Lestari. Wanita itu menengadah menatap nanar ke arah wajah sang menantu, bibirnya sedikit terbuka tetapi susah berucap.

"Gak jawab. Berarti boleh!"

Hanya dalam tempo sedetik, bibir Lestari berhasil dilumat Andre. Tidak ada penolakan dan perlawanan.

Begitu mudahnya hatinya goyah? Begitu mudah kepercayaan dirinya runtuh? Tekadnya untuk jauh dari dosa lenyap begitu saja. Apakah karena dia lemah? atau karena lelaki itu adalah Andre? Apakah dia seperti ini bila lelaki lain yang menggodanya?

Tidak perlu jawaban. Dia hanya perlu menikmati momen sekarang. Dia hanya perlu menyerahkan semua kepada tubuhnya. Kepada naluri alaminya untuk menjalani semua itu.

Hangat bibir dan lidah Andre dalam bibir Lestari merontokan kepercayaan diri. Tangan Andre yang kembali merengkuh pinggang, dianggap sebagai tameng pelindung tubuh ringkih Lestari. Remasan tangan Andre di bokong yang terbungkus daster, diangkap sebagai pujian atas keindahan bentuk tubuh sang mertua. Apapun yang Andre lakukan ditubuhnya, membuat Lestari merasa berarti, merasa diinginkan dan dibutuhkan.

Jadi untuk apa penolakan? Semua hanya perlu dinikmati. Yang terjadi nanti, terjadilah, tapi yang terjadi saat ini, aku yang menentukan. Momen ini tidak boleh berlalu begitu saja.

Dimanapun itu, kalau dengan orang yang disukai, pasti akan menyenangkan. Apalagi dimabuk asmara seperti yang terjadi dengan menantu dan mertua ini.

Di dapur yang tidak begitu luas. Posisi mereka berdiri rapat bergesekan, tangan saling rangkul, remas dan belai. Daster Lestari sudah melorot sana sini. Si wanita mepet ke meja dapur yang berbentuk L sampai bokongnya mentok menggencet pinggiran meja.

Seiring naiknya gairah, aktivitas pasti lebih agresif. Daster bagian atas Lestari melorot , menyembulkan buah dadanya yang ranum, dan bagian bawahnya terangkat meng-ekpos paha yang mulus kencang.

Bibir Andre memoles penuh api gairah. Menyentuh leher, bahu, serta payudara sang mertua. Tangan bergerilya liar memberi nikmat tambahan. Semua terjadi tanpa kontrol, hanya naluri yang menuntun.

Detak jantung meninggi menuntut kenikmatan lebih.

Ciuman bibir sebagai pendingin sesaat sebelum level berikutnya. Tatapan sayu penuh nafsu menuntut kenikmatan lebih. Senyuman tipis penuh cinta sebagai persetujuan.

Lelaki itu kemudian meraih pinggang Lestari, mencari pinggir celana dalam, kemudian membetot turun celana dalam warna putih yang melindungi area sensitif si mertua, melorot sampai ke ujung kaki.

Jari Andre bergerak membelai paha mulus, kemudian berhenti saat menyentuh kemaluan Lestari, membelain lembut, kemudian memaikan jari tangan di bibir kemaluannya.

Gairah Lestari memuncak, sensasi nikmat menyerang tubuhnya, lonjakan setrum kecil di kemaluanya memberi kenikmatan luar biasa. Andre sangat mahir memainkan jari tangan. Awalnya lembut, kemudian lebih agresif, mengobok-obok lubang yang hangat basah.

Lestari menikmati dengan wajah menyeringai penuh sensasi geli. Kenikmatan itu semakin lama semakin kuat. Membuat dia meringis,mengernyit dan memejamkan mata kuat saat gempuran kenikmatan tidak dapat ditahan oleh tubuhnya.

"Andre... mama gak tahan... "

Tubuh Lestari tagang, pahanya menjepit tangan Andre. Lelaki itu merasa jarinya semakin becek.

Nafas Lestari tersengal. Nikmat luar biasa didapatkanya karena permainan jemari Andre.

Andre dengan cepat memelorokan celana panjang dan celana dalam yang dikenakan. Kejantananya mengacung tegak.

"Ma .. kocokin..."

Andre menuntun tangan Lestari menuju penisnya, jari tangan Lestari menggengam batang berurat yang keras itu, kemudian mengocok pelan.

Andre sangat menikmati servis sang mertua. Lama-lama dia tidak tahan. Andre
menyingkap daster Lestari sampai ke pinggang. Melebarkan paha perempuan itu, kemudian mengarahkan kelaminnya. Meminta persetujuan untuk bersatu.

Kedua alat kelamin bersentuhan. Penis Andre menerobos lubang vagina Lestari. Lenguhan kenikmatan berdesis dari bibir, saat kelamin mereka saling gesek. Saling memberi kehangatan dan kenikmatan. Gerakan maju mundur, mendesak dan menuntut.

Berdiri berhadapan, membuat Lestari lebih leluasa melihat gerakan lelaki yang menyodok kemaluannya. Dia suka itu. Dia bergerak menyesuaikan membantu lelaki itu agar lebih leluasa menjajah tubuhnya. Tangan Lestari melingkar kuat di leher sang kekasih hati.

Penyatuan tubuh disertai penyaluran gairah yang terpendam. Begitu serasi seolah ditakdirkan untuk saling melengkapi.

"Ma ... nungging ya!"

Lestari sebenernya masih nyaman dengan posisi berdiri, tetapi permintaan Andre susah ditolak. Andre membimbing Lestari. Sang mertua membalikan badan, menghadap tembok, tangan bertumpu pada meja.

"Ahhh... Ndree..."

Lenguhan penuh kenikmatan saat tusukan Andre dari belakang memenuhi rongga kemaluanmya. Tusukan itu begitu dalam. Begitu terasa. Pas sekali.

Tubuh Lestari berguncang seiring sodokan Andre. Semakin lama, semakin cepat, semakin kuat.

Tangan Andre begitu aktif. Menari membelai payudara, terkadang memberi remasan dan tamparan di bokong Lestari.

Setiap peristiwa pasti ada puncak, setiap mendekati puncak pasti ada ketegangan yang luar biasa, begitu juga saat mereka mencoba merengkuh kenikmatan tertinggi itu.

Lenguhan penuh gairah mengisi ruangan dapur, kenimmatan-kenikmatan yang luar biasa membuat mereka susah mengontrol diri.

Lestari mengerang liar saat hujaman kelamin Andre semakin cepat dan dalam. Sampai akhirnya mereka bergerak liar tak terkendali, kemudian bergerak semakin lambat. Diakhiri dengan ciuman penuh cinta.

Mereka puas bercinta.
Mereka lega nafsu sudah tersalurkan.

Lestari merasa gairah hidup kembali setelah hilang selama beberapa hari. Dia merasa tenang, rileks, dan bahagia. Dia merasa hidup.

Pengingkaran terhadap nilai-nilai moral kembali menyeruak, tetapi kejujuran terhadap tubuh dan hati membuat dia tenang.

Andre membuat dia lebih kuat menjalani hidup, membuat dia berani. Membuat dia menjadi berarti.

" Waduh... makanan kita jadi dingin lagi," Lestari tertawa kecil.

Andre tersenyum, "lapar bisa ditahan, kalau bercinta dengan mama enggak bisa nahan."

Dosa sekali menjadi beban..
Dosa terulang menjadi kebiasaan...

***

Next
Part 3
 
Terakhir diubah:
menarik ceritanya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd