Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Cerita Sebuah Perjalanan

Mudah-mudahan jika tidak ada halangan, dalam dua hari ini sudah bisa di-update kelanjutan ceritanya.
Mohon kritik dan masukannya agan-agan semua.
and fyi, sudah ada satu cerita baru yang sudah saya siapkan.
Selamat beraktifitas. 🙏
 
wah... bener2... soft, gentle ceritanya suhu... penasaran nih alasan umi terlarut dalam one night stand... pasti sexy suhu...
 
Lanjut...

***


Aku tidak mengendurkan ciumanku pada bibir Nida, walau ku akui, Ia agak kaku membalas serangan bibirku. Entah belum berpengalaman, jarang disentuh (baca : dicium) atau karena masih ada setitik keraguan dengan apa yang tengah dilakukannya bersamaku malam ini. Namun ketika nafsu sudah berbicara, gairah menguasai sukma, sedikit ketidaksempurnaan, tak mengapa.

Bumi Blambangan di pertengahan tahun ini, udara makin terasa dingin, tapi tidak dengan tubuh kami. Sudut gelap taman penginapan ini jadi saksi awal perselingkuhan kami.

Kedua tanganku kini merengkuh erat pinggang Nida. Menghimpitkan tubuhnya padaku. Menjalarkan hangat tubuh menyentuh kulitnya yang tak tertutup piyama.

Tak mau kalah, kedua tangan Nida merengkuh tengkuk dan kepalaku, menahannya agar aku tetap mencumbunya. Pandangan matanya kian syahdu, deru nafasnya memburu. Kini ku tahu, birahinya mulai terpicu. Malam ini tubuh indahnya sepenuhnya akan jadi milikku.

Aku mengendurkan ciumanku, lalu melepaskan pertautan bibir kami. Dengan isyarat mata dan sedikit gerakan kepala, aku memberikan kode untuk beranjak ke kamarku.

Sesaat Nida berpaling, menoleh ke arah pintu kamarnya yang masih tertutup, memastikan situasi aman untuknya. Suaminya mungkin telah tenggelam dalam alam mimpinya, tapi satu yang pasti, malam ini, istrinya kan kubawa menuju nirwana.

Dengan senyuman yang tersungging, kurengkuh bahunya, dan membimbingnya melangkah ke kamarku.

Sedikit menggelayut manja, Nida mengapit erat lenganku. Dilupakannya sejenak statusnya. Didamaikannya pertentangan batinnya. Malam ini, sang istri sholehah, ibu rumah tangga yang selalu mengabdi pada suami, ingin merasakan sedikit kebebasan pada diri dan tubuhnya, merengkuh surga dunia yang lama tidak dinikmatinya.

Pintu kamar tertutup kembali. Lampu kamar yang sengaja kuredupkan, nenjadikan suasana lebih temaram.

Sambil mendekapnya, aku menciumnya kembali. Lebih ganas dari sebelumnya.

Tak ingin membuang waktu, satu persatu kancing piyama Nida kubuka. Dan seperti yang kuduga, tidak ada bra yang nenahan sepasang payudaranya. Nida pun berinisiatif mengangkat T-shirtku dan meloloskan melalui kepala. Piyama dan T-shirt kini berserak di lantai. Sejenak aku mengagumi lekuk tubuhnya, terpesona dengan keindahan bentuk payudaranya.

Walau sudah pernah menyusui kedua buah hatinya, bentuknya tak berubah, gravitasi tak membuatnya turun. Aerolanya tak besar, memagari putingnya yang mencuat seolah menantang lelaki dihadapannya kini untuk segera menyentuhnya.

Tak kuduga, jemari lentik Nida menyentuh lembut dadaku yang bidang, mengusapnya perlahan, merasakan degup jantungku yang tak sabar ingin membawanya 'terbang'.

Ku ingin terbang bersamamu
Dan gapai mentari
Tak ingin lepas
Tak menentu
Jiwa dan batinku
Terangi rasa hatiku yang membeku
Tebari bunga jalanku
yang lugu
Untuk diriku (untuk diriku)

Digigitnya bibir bawahnya, menampilkan ekspresi yang begitu menggoda. Aku menciumnya kembali, kulanjutkan dengan mengecup pipinya lalu bibirku bermain di lehernya. Tubuhnya menggelinjang menahan geli ketika ku meniup lembut daun telinganya.

Perlahan jemariku membelai lembut permukaan payudaranya. Putingnya kujepit di sela jariku. Wajahnya menengadah, mulutnya menahan lenguhan, dirinya serasa terbang ke awang.

"Ooouuuuccchhhh........"

Kini posisi wajahku sedikit mendekati payudaranya yang menjadi target seranganku berikutnya. Setelah menjelajah bibir, leher dan telinganya, kini lidahku bersiap menginvasi gunung kembarnya.

Walau sudah ingin sekali, aku bertahan untuk tidak langsung menyerang putingnya. Aku ingin semua prosesnya dapat berjalan lembut, meninggalkan kesan yang mendalam, bagi jiwanya yang mendamba.

Kusapukan perlahan lidahku mulai dari sisi payudaranya, centi demi centi, lereng payudaranya tak luput dari sapuan lidahku. Kudaki ke puncak menuju kepundan-nya. Tapi kali ini kepundan-nya tak membentuk cekungan namun justru mencuat indah.

Segera saja rongga mulutku menyergap puting dan aerolanya. Kuhisap dengan sedikit penuh nafsu.

"Aaacchhhhh."

Nida terpekik, kepalanya tertunduk menekan kepalaku, hembusan nafasnya terasa hangat menyentuh kulit kepalaku. Terus Dibenamkannya kepalanya sambil kedua tangannya, mengacak acak rambutku, sedikit menjambaknya. Tak dibiarkannya kepalaku menjauh dari payudaranya.

"Ooouuuhhhh.........."

"Terus mas, terus mas, awas kalo berhenti!" Mungkin itu ungkapan batinnya yang tak terucap.

Aku terus melancarkan serangan ganas pada payudaranya, kulakukan bergantian biar tak saling iri satu sama lain. Ketika mulut dan lidahku sibuk dengan salah satu payudaranya, payudara lainnya tak kubiarkan menganggur, jemariku aktif memilin dan mengusap puting susunya, layaknya seorang anak remaja yang memutar mutar kenop radio mencari chanel yang dikehendakinya.

Lho ini puting atau kenop radio sih....xixixi.

Kuperhatikan tubuhnya mulai limbung menahan gelombang serangan rangsanganku. Perlahan kubimbing tubuhnya mendekati sisi ranjang. Kubiarkan ia duduk di tepi ranjang,

Aku sedikit merendahkan tubuhku dan perlahan menurunkan celana piyamanya, sekaligus underwear berwarna cream dengan hiasan renda. Nida sedikit membantu dengan mengangkat pinggulnya dan meloloskannya dari kedua tungkainya.

Kini dihadapanku terpampang tubuh seorang wanita yang benar-benar sudah polos. Tak ada sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya.

Gleekkk

Aku sedikit menelan ludah ketika melihat gundukan bukit kemaluannya. Sebagai seorang wanita yang sudah beranak dua, kuakui ia memiliki organ intim yang mempesona. Bulu-bulu yang seharusnya merimbun sebagaimana layaknya seorang wanita dewasa, area vaginanya justru hanya menampakkan sedikit rambut tipis di bagian atas liang vaginanya, sehingga liang kewanitaannya terekspos dengan jelas.

Jangan membayangkan bahwa vagina seorang ibu yang telah melahirkan dua bayi akan berbentuk seperti layaknya gadis yang masih perawan atau bahkan underage, yang hanya sebentuk segaris tipis. Tidak, itu khayalan yang berlebihan. Namun kuakui kerapatan Labia Mayora-nya, memperkuat hipotesa awalku bahwa ia jarang disentuh atau bahkan penis suaminya jarang menerjang liang kenikmatannya.

Nida kini mulai membuka kancing celana pendek taktikalku dan menurunkan retsletingnya. Kubantu membuka serta celana dalamku Dan meloloskannya. Kini batang kejantananku berdiri gagah di hadapannya.

Ekspresi Nida sedikit terkejut melihat batang kejantanan laki-laki lain selain suaminya, berdiri tegak, terpampang di hadapannya. Kedua tangannya mengatup menutupi mulutnya yang sedikit menganga. Matanya tak berkedip menatap kejantananku.

Aku gak akan menyebutkan berapa centi panjang dan diameter penisku. Aku tidak pernah tergoda apalagi penasaran untuk mengukurnya hanya demi pemuasan egoku. Yang pasti, jika melihat reaksi beberapa wanita yang pernah kutiduri dan melihat reaksi Nida saat ini, aku bisa pastikan, aku sangat bangga dengan ukuran si "Kodir", penisku. Apalagi jika menilai kemampuan tempurnya yang sigap menembus rintangan apapun. Membuat wanita terkapar tak berdaya.

Namun untuk catatan saja, yang pasti ukurannya tidak akan lebih besar dari miliknya Rocco Siffredi atau Peter North (bagi yang tidak tahu siapa kedua orang ini, silahkan luangkan waktu untuk googling). hehe

Aku mulai memancing birahinya dengan sedikit mencondongkan panggulku ke arah wajahnya. Tanganku kutopang di panggulku.

Nida memandang malu-malu 'Si Kodir'. Dengan Sedikit gemetar, tangan kanannya bergerak perlahan, mengusap lembut kepala penisku. Kubiarkan ia melakukan apapun yang disukainya. Lalu perlahan menggenggam batangnya. Aliran darah makin deras mengisi setiap pembuluh darah di penis ku. Batang 'Si Kodir' mengedut berirama.

"Iichhh....!" Nida terpekik tertahan.

Aku tersenyum melihat tingkahnya.

Tak mau menunggu lama, aku segera berlutut di hadapan vaginanya, Nida sedikit heran dengan apa ya akan ku lakukan.

Segera saja kudekatkan wajahku ke selangkangannya. Hidungku langsung kugesekkan ke liang vaginanya. Mencoba mengecap bau khas vagina seorang wanita. Segera saja bau khas vagina wanita menyergap penciumanku, berpadu tipis dengan aroma daun sirih.

Nida kaget dan menahan kepalaku untuk tidak bertindak lebih jauh.

"Jangan mas, jorok."
"Itu kan tempat pipis."

Aku tak mempedulikan penolakannya, dengan sedikit tersenyum, ku tengadah wajahku memandangnya. Tanpa ampun, lidahku mulai menyerang liang vaginanya, bergerilya di clitorisnya. Mengyapu lenbut dan sedikit menghisapnya.

"Aaaaaccchhh......!"

Nida terlonjak, tubuhnya tedorong ke belakang. Dengan cepat kedua tangannya menopang bobot tubuhnya dan bertumpu pada matras tempat tidur. Kedua kakinya menjepit ketat kepalaku, agak pengang juga sih ketika kedua pahanya menghantam telingaku.

Tak kupedulikan lagi, lidahku makin liar menjelajah area vaginanya. menelusup ke dalam relung kenikmatannya.

Labia Mayora, labia minora, clitoris, urethra, perineum, semua tak luput dari sapuan lidahku. Cairan kewanitaannya makin deras mengalir, tak kusia-siakan, semua habis kunikmati.

Nida makin tak terkontrol, tubuhnya menggelinjang dengan hebatnya. Kepalanya mendongak, matanya terpejam, nafasnya terengah-engah sementara mulutnya tak berhenti meracau.

Kukerahkan semua kemampuan yang kumiliki untuk memberikan stimulasi genital yang mungkin tak pernah ia alami.

Bukan bermaksud menggurui, tapi ada sedikit tips untuk semua pembaca pria di manapun, kalo bisa jangan hanya mahir SSI dan olah kata, tapi juga pintar olah lidah dan mulut dalam berciuman. Serta sedikit banyak memahami area intim wanita dan titik rangsangnya, agar dapat memberikan stimulasi genital untuk meningkatkan birahinya. Saya yakin, jika anda mahir ketiganya, wanita manapun akan rela bertekuk lutut dan berbuka paha untuk anda. ~ The Art of Seducing ~ by Dolpheen.

Benar kata orang, lidah memang tak bertulang, tapi bisa mengangkat pinggang.


Bersambung
==========
 
Terakhir diubah:
Wah kentangnya......... frusttttt deh....... takpe sabar menanti kelanjutanya..... lancrootttttkan terussss......😥😥😥😥😂😂😂😂😂😂
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd