Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Cerita Sebuah Perjalanan

Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Lanjut...

***


Lidahku terus bergerilya di area kewanitaannya. Tak ada satu areapun yang luput dari sapuan lidahku. Vaginanya makin basah dengan cairan kenikmatan.

Kedua tanganku menahan pinggulnya, agar selangkangannya tetap menghimpit kepalaku. Lidahku mulai menelusup ke liang kewanitaannya, mencari titik rangsang. Para ahli seksologi sih bilangnya G-Spot, yang konon katanya kalo mencarinya seperti mencari harta karun. Susah. Tapi berbekal sedikit ilmu dari buku seksologi yang pernah kubaca, dan menebak-nebak lokasi pastinya, akhirnya kutemukan dan mulai melancarkan rangsangan lidahku di titik tersebut. Jariku juga membantu memainkan clitorisnya.

Terus menerima serangan lidahku yang tiada henti, tiba-tiba tubuh Nida menggelinjang, mengejang keras, pahanya menjepit erat kepalaku, seraya terpekik tertahan

"Aaaaccchhhh......oouuufftthhh.....!!!"

Nafasnya tersengal, dinding vaginanya berkedut berirama, cairan kewanitaanya deras merembes keluar menerjang mulutku, Akhirnya ia mencapai klimaksnya, matanya terpejam. Ia terus mengigit bibirnya. Meresapi sensasi kenikmatan yang baru saja menghampirinya. Kubiarkan ia menikmati orgasmenya.

Ketika kesadarannya kembali, tubuhnya lebih rileks, nafasnya mulai teratur. Ia menegakkan tubuhnya masih dengan posisi duduk di sisi tempat tidur, ia lalu mengangkat wajahku mendekatkan ke dadanya, lalu mendekapnya di antara sepasang payudara empuknya, layaknya mendekap seorang anak kecil. Sambil menciumi bagian kepalaku, ia berucap lirih,

"Aduuhhhh mas...."

Aku sedikit mengendurkan dekapannya, memandang wajahnya yang sedang tersenyum.

"Aduh kenapa?"
"Enak....?"
"Mau lagi?" Kutanya dengan nada mengoda.

Ia hanya mengangguk sambil tersenyum malu-malu.

Kurengkuh kepalanya dan kudekatkan wajahku ke wajahnya. Kukecup bibirnya kembali. Kami berciuman, kali ini lebih dalam, lebih menjiwai layaknya sepasang kekasih. Kurasakan ada sedikit getaran dan perasaan yang berbeda......Apakah ini rasa sayang? Ah mana mungkin, ini kan cinta satu malam. Sesuatu yang seharusnya gak mungkin terjadi mengingat status kami masing-masing. Ayo gak boleh baper.

Tak menunggu lama, kuminta Nida bergeser lebih ke tengah. Nida paham apa yang kuinginkan selanjutnya. Ia menggeser tubuhnya, lalu merebahkan dirinya. Pasrah dalam posisi terlentang. Disangga kepalanya dengan bantal dan mengatur rambut panjangnya agar tak mengganggu. Payudaranya yang bulat menggodaku. Pahanya direnggangkan sedikit menekuk, menampilkan lobang kenikmatan yang merah merekah, basah mengkilap oleh cairan, siap menerima batang penisku mengagahinya.

Kuhampiri tubuh pasrahnya kuposisikan tubuhku sedikit berlutut di hadapan tubuhnya. Kudekatkan kepala penisku ke serambi liang vaginanya. Kugesekkan perlahan. Nida mengigit bibirnya, sedikit tersenyum, memandangku syahdu, penasaran menunggu 'meriam si jagur' datang menyerbu.

Penisku kini tepat di hadapan liang itu. Keras bagai kayu.

"Aku masukin ya...?

Nida mengangguk perlahan.

Kupegang batang penisku, membimbing memasukkannya perlahan ke vaginanya. Cairan kewanitaannya membantu memperlancar prosesnya.

Panggulku kudorong, penisku perlahan tenggelam. Kudorong dengan sedikit hentakan, akhirnya batang penisku tenggelam sampai ke pangkalnya

"Oouucchhh...."

Vaginanya terlihat sesak menampung batang penisku. Bukit kemaluannya menggembung.

Nida terpejam merasakan sensasi suatu benda asing, besar myesaki liang vaginanya. Liang kenikmatan yang selama ini sakral dan hanya suaminya yang boleh menikmatinya. Tapi kini penis seorang asing yang bahkan baru dikenalnya kurang dari 24 jam, sudah lancang menerobos kehormatannya.

Entah kharisma Ivan yang mempesona atau Nida yang memang jarang dibelai, membuatnya begitu gampang digauli.

Aku tersenyum melihat reaksi Nida, kepalanya tergolek ke samping, matanya terpejam dan mulutnya sedikit ternganga mengeluarkan lenguhan halus. Pipinya bersemu merah begitupun bagian dadanya.

Aku mulai memaju-mundurkan panggulku secara beraturan dengan tetap lembut. Dengan RPM rendah kubiarkan liang vagina Nida beradaptasi dengan penisku. Liang vagina ini terasa begitu sempit, dinding-dinding vaginanya menjepit erat penisku padahal liang itu sudah pernah dilewati dua jabang bayi. Dinding vaginanya berkedut perlahan.

Aku berkata lirih, "Kamu jarang disentuh suamimu ya?"

Sambil setengah terpejam "Hah, apa mas?" Ia tidak begitu mendengar apa yang kukatakan.

"Kamu jarang ngewe, ngenthu, ngentot gitu ya?" Kuulangi kata-kataku dengan pilihan kata yang lebih vulgar.

"Ihhhh....apaan sih mas?" Ia mencubit perutku seperti malu dengan pertanyaanku.

"Saru tau." ia merajuk

"Saru mana dengan ini." aku menggodanya sambil menggoyang panggulku sehingga vaginanya merasa kegelian.

"Ooouuucccchhh.....mas."

"Gimana sih, punya istri cantik sexy gini malah di anggurin?" Aku mengguman.

Nida hanya tersenyum, kemudian melenguh

"Terima kasih ma....oouuhhh...."

Wanita secantik apapun selalu merasa dirinya tidak cantik dan tugas pria cukup memberikan jawaban yang menyenangkan hatinya. Toh balasannya langsung kita yang nikmati, seperti saat ini, kurasakan surga dunia bersamanya.

Sambil menggenjot penisku dengan kecepatan sedang, kudekatkan wajahku, Kedua tangannya langsung merengkuh tengkukku dan ditariknya. Ia mencium bibirku dengan ganas disaat bibir saling bersilat, saling mengait. Bagian bawah tubuh kami menyatu dalam sebuah persetubuhan. Batang penis menelusup liang vaginanya lebih dalam lagj. Dadaku menghimpit payudaranya yang besar.

Aku mempercepat gerakan panggulku, penis ini makin cepat keluar masuk, kulirik sekilas batangnya sudah basah mengkilap terlumasi cairan.

"Aaaahhhh...... ooohhh.....uuuuhhh..... ssshhh."

Nida makin keras mendesah, melenguh dan berdesis seirama dengan genjotanku. Aku sempat khawatir jika ada orang lain yang mendengar erangannya, tapi kubiarkan ia berlaku seliar apapun yang ia mau. Mendengarnya, birahiku justru makin tertantang untuk memuaskannya.

Jari-jariku mulai menstimulasi payudaranya. Kupilin-pilin putingnya, kuremas-remas bongkahan dagingnya dengan sedikit kasar.

Tak lama tubuh Nida mulai mengejang, dinding vaginanya berkedut keras, aku makin cepat menggerakkan panggulku. Tiba tiba ia menarik tubuhku mendekapnya erat mencium bibirku dengan ganas. Kurasakan dinding vaginanya menjepit batang penisku seiring keluarnya cairan yang begitu deras terasa menyiram kepala dan batang penisku.

"Aaacchhh.......uuhhh....aaaahhhh......ouch."

Perlahan aku melambatkan gerakan panggulku, kudiamkan penisku tetap tenggelam, membiarkan Nida merasakan sensasi kenikmatannya. Dinding vaginanya terus berkedut sedang tubuhnya melunglai. Nafasnya terengah-engah.

Tak lama kesadarannya kembali, matanya terbuka memandangku syahdu.

"Enak? Sekarang giliran aku ya," kataku kepadanya.

Nida mengangguk.

Kuatur lagi posisiku. Kuambil bantal dan kuletakkan di bawah panggulnya. Sekarang posisi Nida agak melengkung, semi kayang, dengan posisi panggul dan bukit kemaluannya yang menjulang. Aku ingin ia merasakan sensasi bersenggama yang lebih nikmat lagi.

Segera kumasukkan lagi batang penisku, langsung kumulai dengan gerakan sedang. Dengan posisi panggul yang lebih tinggi. Sodokan batang penisku akan lebih terasa menggesek di dinding bagian atas liang vaginanya, di mana area G-spot berada. Pangkal penisku pun sering membentur klitorisnya.

Plok....plok...plok....irama dua tubuh yang saling bersentuhan.

Goyangan tubuh Nida makin liar, kepalanya tergolek kiri-kanan, matanya terpejam, mulutnya tak berhenti mendesah.

"Aaahh....oooohhhh....uuuuuhhhh."

Sprei penutup tempat tidur sudah tidak jelas bentuknya, terserabut oleh tangannya.

Aku mempercepat genjotanku dan tanganku main keras memainkan dan meremas payudaranya.

Tubuh Nida makin tak terkontrol, kini pinggulnya ikut bergoyang mengiringi sodokan penisku. Kulit batang penisku dan liang vaginanya terus bersinggungan menciptakan suara-suara nan erotis.

Nida makin keras mendesah, tubuhnya menegang, kembali mengejang, tangannya mengenggam erat sprei, dan......

"Ahhh....aahhhh.....oouuuhhhhhh....."

Tak lama akupun merasakan ada sesuatu yang akan keluar, tubuhku menegang, aku makin mempercepat sodokan penisku. Penisku berkedut dengan keras.

"Aaaahhhhh.......!" pekikku tertahan.

Kubenamkan dalam-dalam batang penisku hingga masuk seluruhnya.

Crottt.....croootttt....croottttt

Spermaku menyemprot dengan deras ke mulut rahimnya berbarengan dengan rembesan cairan kenikmatannya.

Tak lama tubuhku yang basah oleh keringat, ambruk menimpa tubuhnya. Nida segera memeluk tubuhku, mendekapnya sangat erat, menciumi bibirkù. Mata kami saling terpejam menikmati orgasme yang baru saja kami alami bersamaan. Menikmati nikmatnya sebuah persetubuhan buah perselingkuhan. Huufffttt....


TIBA-TIBA.....!!!

Umi......Umi.......

Suara lirih suami Nida memanggil dirinya.

Nida terkesiap, terkejut. Matanya membelalak kaget sejadi-jadinya.

Nida mendorong tubuhku yang masih menimpa tubuhnya dengan keras, aku terguling ke samping, penisku yang masih keras tercabut paksa dari liang vaginanya.

Pluuppp.....

"Aduhhh........gimana ni mas?"
Nida bertanya sambil meringis hampir menangis.

"Tenang Nid" . Aku berusaha menenangkannya walau jantungku juga rasanya sudah mau copot.

Aku lalu bangkit dari tempat tidur, berjalan mendekati jendela coba mengintip, memperhatikan di mana posisi suaminya berada.

Nida terduduk meringkuk di atas ranjang, seperti ketakutan, sprei ditarik untuk menutupi tubuhnya yang telanjang.

Dari celah hordeng, aku mengintip keluar ke arah kamar Nida, kulihat suaminya menoleh ke kanan ke kiri, celingukan, memandang ke taman mencoba mencari keberadaan istrinya.

"Umi....umiii...."

Ia masih memanggil dengan suara lirih, mungkin agar penghuni hotel lainnya tidak terganggu.

Tanpa kusadari ternyata Nida sudah berdiri di belakangku, menghimpitkan tubuh telanjangnya ke tubuhku, payudaranya terasa menempel lenganku. Ia mencoba ikut mengintip keluar jendela.

Begitu kami melihat suaminya berjalan ke arah berlawanan dengan kamarku, sepertinya ia menuju ke area resepsionis atau ke arah parkiran depan, Nida secepat kilat mengambil piyamanya yang berserakan di lantai dan langsung memakainya. Dirapihkannya sedikit rambutnya, langsung bergegas menyelinap keluar dari kamarku.

"Sudah ya mas....." Nida seperti berpamitan.

Aku tak menjawabnya.

Begitu keluar dari kamarku, setengah berlari sedikit berjingkat, ia menuju kamarnya. Dan segera masuk. Layak seorang pencuri yang profesional, senyap tak bersuara.

Aku terus memperhatikannya, mengintip dari celah hordeng. Begitu sudah masuk, tak lama suaminya kembali ke kamar dan membuka pintu kamar, tampaknya ia sedikit terkejut karena ternyata istrinya sudah ada di dalam. Di ambang pintu, ia seperti berbicara, tampaknya ia bertanya pada istrinya tapi karena jarak yg cukup jauh, aku tak bisa mendengar percakapannya. Tak lama pintu kamarnya tertutup tapi sebelumnya ia sempat menoleh ke kiri dan ke kanan.

Aku masih menunggu kira-kira apa yang bakal terjadi, tetapi tampaknya tidak ada sesuatu yang akan terjadi. Sunyi kembali.

Awalnya, aku pikir akan terjadi pertengkaran atau ribut-ribut, ternyata tidak.

Aku pun kembali ke tempat tidurku yang sudah berantakan hasil dari serunya persetubuhan kami. Ku rebahkan tubuhku, masih telanjang tanpa busana, penisku yang masih basah oleh lubrikasi cairan kenikmatan Nida, terkulai lemas. Dari ujungnya masih sedikit menetes sisa-sisa spermaku. Kuambil Iphone yang kuletakkan di sisi tempat tidur, kulirik sekilas layarnya, ternyata sudah jam 5 lebih sedikit. Hampir dua jam kami bersama.

Sambil menerawang ke langit-langit kamar, mengira-kira, apa yang terjadi di kamar Nida, Jujur aku agak sedikit merasa bersalah dengan suaminya, dan mengutuk kecerobohanku yang menggauli Nida di dekat suaminya. Terlalu berani Ivan, sekaligus bodoh. Aku khawatir Nida yang menanggung akibatnya.

Banyak pertanyaan bergejolak di batinku apa Nida ketahuan, kira-kira alasan apa diberikan untuk mengamankan situasi, gimana nanti dia ya, tapi karena sudah hampir sehari semalam aku tidak tidur, tenagaku pun sudah terkuras akibat bersetubuh, kesadaranku perlahan menghilang. Mata terpejam kemudian terlelap Tenggelam dalam alam tidur. Tidur denga kenikmatan yang masih tersisa.

Mungkin itu adalah tidurku yang paling lelap dan ternikmat sepanjang hidup sebelum sesuatu terjadi di siang hari.

Bersambung
==========
 
Terakhir diubah:
Silahkan dinikmati update an dari nubi ini.
Mudah-mudahan berkenan.

Ternyata merubah sex scene yang panas dan liar ke dalam bentuk tulisan, tidak mudah. Tapi mudah-mudahan pembaca masih bisa mendapatkan feel nya dan sensasi seperti yang TS alami.

Masih ditunggu saran dan masukannya, dan satu lagi tulisan ini belum dapat label THE END ya.....😁
 
Mantep
.halusss..
Moga2 mobilnya masih rusak, jadi besok nginep lagi..
Makasih super updatenya hu..
 
Silahkan dinikmati update an dari nubi ini.
Mudah-mudahan berkenan.

Ternyata merubah sex scene yang panas dan liar ke dalam bentuk tulisan, tidak mudah. Tapi mudah-mudahan pembaca masih bisa mendapatkan feel nya dan sensasi seperti yang TS alami.

Masih ditunggu saran dan masukannya, dan satu lagi tulisan ini belum dapat label THE END ya.....
Hadeuh, tegang euy.
Aduh si adekku ini juga jadi tegang banget..... haaaaahhhhhhh....
 
Mantavvv hu! Aroma supernatural nya bikin story makin lengkap! Lancrotkann

Hehe....terima kasih gan.
Sebenarnya ane ingin lebih dalam mengeksplore hal ini, karena khusus part ini, ane tulis berdasar apa yang pernah ane alami langsung. Lg pula pas nulis part ini spt ada yg merhatiin, jadinya gak jadi deh. Kalo terlalu dalam, jadinya bukan cerita panas lg, tp malah jd cerita misteri.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd