Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cinta Pertama

Romansa dave ini ngingetin sm sinetron jadul si doel anak sekolahan.

Dave kaya si doel yg plin plan sm cewek gak tegas. Tari kaya saras yg dominan agresif. Keiko kaya zaenab yg pasif kalem diem2 bae. Bu dokter elizabeth mungkin kaya bunda sita si janda anak 2 peran yg ada tp gak ngaruh2 amat sm cerita.
 
BAB XLI

Definition of POWER

Hati Tari sedang dalam suasana yang sangat senang dan bahagia. Untuk pertama kalinya travel yang dia pimpin mampu menembus angka penjualan tertinggi, dan kali ini dia mendapat proyek dari sebuah kantor pertambangan untuk menjadi rekanan travel bagi outing mereka ke Bangkok, dan ada sekitar 150 orang yang ikut dalam rombongan.

“ikut yuk…..” rajuknya ke Dave aga ikut bersamanya 3 hari ke Bangkok

“ngga bisalah…”

Tari memang harus ikut dalam rombongan, karena selain ini perdana, dia juga diundang oleh salah satu travel besar di Thailand untuk menjajaki kerjasama, makanya dia ingin mengajak Dave ikut bersamanya

“aku ajak Ica yah…..”

Dave tertawa kecil

“jangan bikin masalah baru….”

Tari memang lebih nyaman dengan keluarga yang di Cengkareng, dan meski dia dekat dengan Iva, namun dia lebih lengket dengan Ica sebetulnya. Bahkan sering dia ajak Ica makan atau jalan bareng jika Dave sedang sibuk.

Bagi Dave, ini sebuah langkah yang berbahaya sebetulnya. Karena di mata Inangnya, akan semakin mempertajam perbedaan diantara mereka, karena Tari dianggap memanfaatkan keluarga ayahnya disaat inangnya tidak begitu welcome dengan dirinya.

“jangan terlalu manjain Ica….” tegur Dave ketika itu

“ngga kok..” kilah Tari

Meski Tari berkilah, tetap saja Dave tidak menyetujui beberapa tindakan Tari.

Dan perginya Tari ke Bangkok setidaknya ada ruang dan waktu bagi Dave untuk menata hubungannya dengan Keiko.

Dilema besar melanda Dave kali ini.

Di satu sisi, kehadiran kembali Tari membuat hidupnya bagaikan berwarna kembali. Dave tidak bisa membohongi hatinya jika memang dia tidak mampu melupakan cinta pertamanya dengan Tari. Sosok Tari yang semenjak kuliah sudah menyita semua ruang hatinya, lalu kini hadir kembali dalam hidupnya, membuat dirinya langsung lupa dengan duka dan sakit hati saat Tari memilih jalan lain sekian tahun lalu.

“aku mau tebus semua kesalahan aku sayang…..” bisik Tari saat mereka berdua selesai bergumul diatas ranjang

“kasih tahu aku, apa yang kamu mau aku lakuin…..” mata berbinar dan nafas terengah engah itu ingan agar Dave tahu jika dia hanyalah miliknya seorang.

Namun di hati kecil Dave pun dia sulit untuk memungkiri jika isi kepalanya pun masih berseliweran nama dan wajah oriental yang selalu menyunggingkan senyumannya setiap melihat Dave.

Keiko, nama yang artinya dihormati, memang sudah memberi tempat bagi Dave dan juga sudah membuat banyak kenangan dan rasa yang sulit dia lupakan.

Keiko Yamada. Beautiful name, great personality, seksi lady, and hard working woman.

Wanita yang punya kecantikan khas ala wanita Jepang, juga sudah membuat Dave sulit untuk bergerak memutuskan kemana arah selanjutnya. Dia tidak menyangka jika Keiko akan membawa semua ini ke sebuah langkah yang lebih serius dan maju dalam beberapa titik setelah sebelumnya mereka seperti hanya dua orang yang saling butuh tanpa tahu kemana arah lanjutannya.

It’s all yours, Dave.

Demikian kata Keiko selama ini. Dia seperti memberi tekanan ke Dave untuk segera menuntaskan saga percintaan mereka yang tak kunjung ada titik temunya. Keiko sudah dengan tegas mengatakan bahwa semua keputusan ada di tangan Dave, dan dia akan ikut apa yang Dave putuskan. Namun untuk pergi berpaling arah, dia tidak akan pernah lakukan.

Bagaimanapun Keiko adalah wanita hebat yang selama ini sudah punya peranan penting bagi hidup Dave. Saat dia terpuruk dan bingung dengan langkah ke depan seperti apa, Keiko bagaikan mercusuar penunjuk arah baginya. Mulai dari masalah pekerjaan, adaptasi dengan lingkungan di Jepang terutama masalah di dunia kerja, membantunya untuk percaya diri dan bangun potensinya, hingga mengajarinya bercinta dari yang pertama masuk langsung out, hingga jadi petarung tangguh diatas ranjang.

Pindah ke Indonesia pun bukan masalah bagi Keiko, asal Dave yang mengajaknya dan hidup bersamanya.

Dan dilema ini yang menuntun Dave ke arah yang sulit dia putuskan.

Inang secara terang-terangan sudah memberi warning bahwa dia lebih suka yang dia kenal, seiman terutama, dan jika boleh datang dari leluhur yang sama, karena masalah adat, gaya hidup, hingga adaptasi bagi keluarga besar dari Batak, ini yang selalu jadi pertimbangan utama, dan jika menuntut dari apa yang diminta oleh sosok yang sangat dia hormati dan cintai itu, rasanya baik Tari maupun Keiko.



***************************



Senyuman merekah Keiko saat melakukan vidio call dengan Dave pagi ini. Dia selalu gagal move on begitu Dave menyapanya dengan penuh rasa cinta, atau dengan tatapannya yang tanpa dosa, dia bagaikan langsung lupa dengan abainya Dave untuk rutin menghubunginya.

Fotonya dengan latar belakang Greed Spring di Tachikawa, membuat Dave seperti dilambungkan ke masa-masa dia di Jepang dulu, dimana mereka kerap menghabiskan waktu jalan bersama ke banyak tempat. Rasanya kenangan dirinya dengan Keiko pun sulit pupus dengan mudah.

Binar indah mata sipit itu seakan mengingatkan Dave akan dosanya selama ini ke Keiko. Rasanya tidak layak gadis sebaik ini menerima perlakuan seperti yang dia terima saat ini. Binar mata yang harusnya jika tidak munculnya Tari kembali dalam hidupnya, mungkin saat ini sudah ada disampingnya, dan sedang merenda cerita indah untuk hidup bersama.

Keiko yang tadinya tidak peduli dengan pernikahan, kini mulai mengingatkan Dave akan usianya yang memang setahun lebih tua dari Dave.

Obrolan mereka kemudian terputus karena Dave harus menghadiri meeting lewat zoom dengan PT Tanjung Mineral Energi.

“malam aku telpon lagi..”

“okey, I will be waiting…”

“sure…”

“see you, honey..”

“see you, baby…”



************************

Dahi Dave berkerut saat membaca laporan dari Hartono, selaku GM Production dari Plant, yang mengatakan bahwa hingga 3 bulan kedepan produksi PBox Solar Cell Street hanya mampu mereka produksi hingga 7500 unit, sedangkan kontrak yang sudah disepakati oleh Hikaru dengan berbagai pihak mencapai 12500 unit yang harus mereka sediakan dan pasang dalam 3 bulan kedepan.

“shit…” makinya dalam hati

Bagaimana dengan pesanan baru dari PT Tanjung Mineral yang baru saja meminta 3000 unit di dua buah refenery mereka? Ini jadi pertanyaan besar bagi Dave. Dengan kondisi sekarang saja masih susut 5000 unit, ditambah 3000 lagi bagaimana mungkin dia bisa jualan jika begini kondisinya.

Hitashi Soga yang menjadi direktur plant sudah menyerahkan urusan ini ke GM penanggungjawab produksi, Hartono. Dia seperti enggan turut campur lagi urusan ini, karena sudah ada Hartono yang mengurus.

“ Mer….”

“iya Pak…”

“minta waktu tim plant production meeting hari ini…. urgent..”

“siap Pak….”

Tidak lama kemudian

“pak..” panggil Merry dari depan pintu kacanya

“ya?”

“tim production katanya harus ke plant sore ini….”

Dave terdiam sesaat. Dia tahu tim produksi memang enggan duduk bersama bahas masalah ini dengan dirinya.

“oke…. “

Lalu

“book ruang meeting 1 jam dari sekarang untuk kita meeting…”

“oke Pak….”

Dave lalu mengirim pesan ke Hotoshi Soga

Mr. Soga san, need your help that I want to discuss about PBox sollar cell production with your team, within 1 hour from now

Tidak lama balasannya muncul

Noted Dave -san, I send Hartono and his team to meet you.

Arigato gozaimasu


Segera Dave memberi instruksi ke Merry

“Mbak Mer, ajak Bu Ratih dan Pak Rizal juga…..”

“siap Pak….”

Ini merupakan puncak kekesalan Dave ke Hartono sebetulnya. Karena semenjak beberapa bulan lalu, produksi di pabrik Indonesia yang diinginkan oleh Dave agar kandungan lokal diberdayakan dengan harapan harga bisa lebih bersaing, terlihat masih belum bisa diikuti oleh tim produksi di pabrik yang di Purwakarta.

GM Produksi Hartono ini orang lama juga di Hikaru, dan baru beberapa bulan dia dipercaya memegang jabatannya, setelah GM lama asal India, Ajith Prasad pindah ke LG. Dan semenjak Hartono yang menukangi produksi secara langsung, hasilnya memang tidak lebih baik dari GM yang lama, meskipun Hartono merupakan motor penggerak alias Manager Technical Production sebelum diangkat menjadi GM.

Dan bukan Dave jika kecurigaan seperti ini kemudian dia biarkan begitu saja. Hasil review dan analisa mulai dari perangkat lunak maupun keras serta bahan material bisa dibilang tidak ada kendala, namun semenjak Dave masuk, ada banyak kebijakan dia dalam melakukan berbagai terobosan yang kemudian suka mendapat ganjalan dari internalnya mereka.

Selain membeli perusahaan kecil EPC yang memungkinkan Hikaru masuk dan ikut tender seperti sekarang, ada dua anak usaha yang juga dilakukan akusisi oleh Dave, yaitu perusahaan penyedia bahan semikonduktor, dan satu lagi ialah perusahaan produsen pembuat tiang lampu jalan.

Perusahaan pembuat tiang lampu jalan memang sengaja dirancang oleh Dave agar bisa mendukung bisnis utama mereka dalam menjual product solar cell, sehingga setiap ada konsumen yang ingin membeli product Hikaru, maka dari lampu hingga tiang pun disediakan oleh seluruh mata rantai anak usaha Hikaru, dimana selain portfolio untuk perusahaan, ini juga membuat alur penyediaan barang dan jasa jadi lebih efisien.

Dan ini juga yang kemudian setelah diselidiki oleh Dave yang menjadi biang kerok mandeknya produksi solar cell oleh tim produksi. Selama ini Hikaru selalu mengambil dari vendor luar untuk tiang lampu jalan, dan pihak yang berkomunikasi dan juga memutuskan siapa vendor yang layak dan bisa digunakan, itu semua ada di meja Technical Manager dan team.

“kayak perangko Pak…..” cerita salah satu anak buah Hartono secara diam-diam ke Dave saat dia menyelidiki di mana mandegnya produksi, dan mendapati cerita kalau Hartono kurang happy dengan in house produksi dari anak usaha sendiri untuk beberapa komponen bahan solar cell.

“main golf suka bareng….. “

“spa juga suka bareng….”

Mendapati cerita dari anak buahnya Hartono tentang kedekatan Hartono dan beberapa procurement manager di Production Plant dengan vendor Tiang lampu dan semi konduktor supplier, membuat dugaan Dave semakin mendekati kenyataan.

Namun dia ingin mendapat penjelasan langsung dari pihak production, karena mendegra dari satu sisi rasanya kurang fair, meski bisa disimpulkan bahwa ada niatan yang kurang elok dari Hartono dan beberapa orang di production yang terkesan mengganjal planning yang sudah disusun dari awal oleh Dave dan disetujui oleh Tokyo.


************************

Paparan Hartono di saat meeting sore ini dengan seksama diperhatikan oleh Dave.

Banyak hal yang disampaikan, mulai dari kualitas, hingga komunikasi antara anak usaha dengan divisi production, hingga speks yang diminta, itu yang menjadi halangan kenapa produksi mereka tidak mencapai apa yang diinginkan divisi marketing.

Bahan baku untuk solar cell juga ditenggarai menjadi salah satu sebab kenapa proses pembuatan solar cell menjadi lama daripada waktu yang sudah ditetapkan di awal planning dari perusahaan.

“ini yang saya bilang kualitas support system kita akan jadi masalah saat ekosistim yang kita inginkan jalan bersama…..” tuding Hartono

Dave diam sesaat

“maksud bapak support system yang mana?” Tanya Ratih

“ya ini, kualitas dari anak usaha kita, belum sesuai dengan apa yang kita inginkan….”

“maaf , jika boleh tahu dari segi apa nih Pak?”

“yah, kualitas… working time… hingga follow up komplain dari kita…..”

Hening sesaat di ruang meeting, sesekali saling bisik antar sesama tim terdengar. Lalu…

“saran Pak Hartono apa jadinya?” akhirnya Dave memecahkan kebisuan

“untuk apa nih Pak?” tanyanya balik

“untuk agar produksi kita bisa capai target sesuai kontrak kita dengan konsumen….”

Hartono menyeringai kecil.

Dave agak menahan kekesalan melihat gaya Hartono. Sosok ini termasuk manager senior yang suka meremehkan dirinya yang masih muda, dalam banyak kesempatan mereka bertemu terlihat sekali gaya Hartono yang kurang menyukai dirinya.

“yah… gimana yah… kami ini khan orang tekhnik… kalo bicara pemasaran agak susah kami….” jawabnya sambil setengah tertawa dan melirik ke timnya.

Dave hanya menatapnya dengan tidak berkedip

“bingung juga kami Pak…..” jawabnya sekenanya

“mungkin kita perlu tambah permintaan ke vendor lain, agar kebutuhan kita tercukupi….” ucapnya yang ditanggapi dengan senyuman dalam hati oleh Dave

“berapa banyak?”

“dari vendor?”

“yup… quantitynya ?”

Hartono berpikir sejenak

“mungkin 50-60% Pak….”

Dave agak mengernyitkan keningnya

“ karena selain kecepatan pembuatan, kualitasnya juga masih jauh dibawah vendor kita sebelumnya Pak……” jelasnya lagi

“bukan kami anti dengan in house company, tapi turunannya kan ini menyangkut kualitas dan nama baik perusahaan kita juga ke pasar, Pak……” imbuhnya lagi

Dave kembali terdiam sesaat

“jika kita sudah penuhi misalnya ambil dari vendor, apa bisa terpenuhi permintaan kita?” tanya Dave lagi

“hmmm…. yah ini kan cuma salah satu komponen Pak, dari rantai produksi produk ini….”

Dave diam menunggu. Yang lain juga hanya bisa diam menunggu apa yang akan disampaikan

“ jika ditanya ke kita tim production, bukan hanya masalah tiang saja…. konduktornya, lalu batterynya kan kita masih supply dari luar juga…. ini jadi kendala juga Pak….”

Dave agak puyeng memikirkannya

“ yang paling penting, Pak…. membuat produksi seperti ini juga harus dibutuhkan ketelitian yang sangat presisi, meski mesin yang mengerjakan semua, tapi operatornya kan masih tenaga nasi… kemampuan kita juga perlu dihitung Pak….” jelas Hartono lagi sambil diiringi anggukan teman-teman dari divisinya dia.

Dave agak gerah mendengar semua penjelasan yang sifatnya defensif dan denial seperti ini.

“gini Pak, maksud kami jika semua permintaan dari bapak bisa diupayakan, contohnya ambil dari vendor, lalu battery kita juga siapkan dari sumber lain, apa produksi kita bisa mengejar target penjualan kita?” kejar Ratih lagi

“nah kalo itu perlu kita lihat lagi dalam sebulan kedepan bagaimana, Bu….”

Dave dan Ratih saling bertatapan. Merry juga bisa merasakan kegundahan tim marketing yang seperti diblok untuk masuk lebih dalam.

“ngga bisa kita pastikan dong?”

Hartono tersenyum

“gini lho Bu, makanya ini yang penting kita perlu sebut namanya sinergitas. Penjualan memang penting, karena kita butuh jualan…. tapi khan tetap juga harus dilihat dapur perusahaan yang mengolah penjualan…. jika tim marketing jualan tanpa melihat kemampuan produksi, ini sama saja bunuh orang produksi, karena ujungnya kami yang disalahkan….” jelasnya lagi

“ ada cara lain Pak? Karena ini menyangkut kontrak dengan pihak lain….” kejar Ratih lagi

“yah mungkin insentif ditambah kali…..” kelakar salah satu tim Hartono yang disambut gelak tawa mereka.

Dave dan Ratih agak merah padam wajah mereka. Dave sendiri menyadari bahwa tim marketing dan production pasti sama dengan tim financial dan operation yang saling bersinggungan dan saling bertolak belakang. Dia memaklumi, namun gaya Hartono dan timnya kali ini memang memancing dirinya untuk bertindak cepat.

“bisa juga mungkin itu usulan, jadi lemburnya kita semangat…..” timpah Hartono

“iya Bu, khan jualan naik harusnya insentif kita naik….” imbuh manager tekhnik Sudarto.

Dave lalu memotong

“oke cukup…..” suaranya agak sedikit meninggi, membuat suasana langsung hening

“sekarang begini, kita bahas dulu satu-satu apa permasalahannya……”

Semua diam menunggu Dave

“Pak Hartono, boleh tahu quarter sebelumnya produksi kita berapa?” tanya Dave

Hartono melirik sejenak ke tekhnik manager, lalu menjawab

“ 2500 Pak untuk Solar Cell….” jawabnya

Dave tersenyum

“no Pak, ini quarter terakhir itu di angka 3800 unit per bulan…..”

Terdiam semua, meski wajah Hartono seperti tidak percaya

“ini data dari Pak Soga…..” jawab Dave sambil mengangkat kertas yang ada di mejanya “ boleh nanti dicek kembali….”

Hartono terlihat masih belum setuju dengan data tersebut

“artinya ada penurunan sekitar 35 persen dari produksi quarter yang lalu….”

Hartono mencoba memotong

“ini karena ganjalan yang saya sebutkan tadi Pak….”

“iya… tadi saya sudah dengar….” balas Dave lagi

Lalu

“email terakhir dan laporan dari Pak Ajith sebelum dia keluar, mungkin ini juga ada di laporan handover ke bapak, tertulis bahwa dengan sedikit akselerasi dan efesiensi, maka produksi bahkan bisa digenjot ke angka 4500 perbulan, which is akan ada di 13500 per quarter….”

Hartono diam kali ini

“ini ada di laporan terakhir dari Pak Ajith, bahkan di handover yang bapak sign juga….” jawab Dave lagi.

Semua bungkam, meski wajah mereka terlihat tidak suka karena terkesan ditelanjangi

Lalu

“lanjut….. nanti kita bahas lagi… atau silahkan potong jika ada yang bapak anggap tidak sesuai…”

Dave kembali melanjutkan

“sekarang saya tanya, apa masalah dari inhouse vendor kita?”

Diam sesaat dan agak enggan menjawab

“mereka tidak mampu menyediakan quantity yang kita minta….. kualitasnya juga dibawah dari vendor lama kita….” jawab Hartono

Dave tersenyum

“ ini agak bertentangan Pak…..” dia lalu mengambil data dari kertas lain

“pertama, personel di perusahaan inhouse kita merupakan personel lama dari perusahaan sebelumnya yang kita take over, dan mereka sanggup memproduksi hingga ribuan batang per bulan, bahkan mereka sampai menjual ke PLN, oktagonal Mast sebanyak 5000 batang…” suara Dave agak kesal

“jadi di mana ceritanya mereka kualitasnya kurang bagus? Para buyer selain kita sendiri puas dengan mereka?”

“yah standar kita dengan produsen lain mungkin beda, Pak…”

“bapak punya data?” potong Dave “ jika punya tunjukan ke saya…..”

Diam kembali ruangan ini

“lalu bapak bilang komunikasi mereka lambat….. oh come on….” Dave kembali membuka datanya

“ini email mereka tanggal 2, tidak dibalas saat mereka menanyakan quantity untuk bulan berjalan…. lalu mereka remind lagi tanggal 4…” mata Dave terlihat serius menatapi kertas yang berisi screen shoot email

“dan hebatnya baru dibalas tanggal 10…..”

Semua bungkam seketika

“bulan bulan sebelumnya juga sama, mereka sampai 3 kali ingatkan bapak-bapak di production dan tidak diindahkan……”

Hening sesaat

“gini Pak… khan kita memang kalau email suka kelewat, karena kita suka pakai whatsapp…..”

“coba dilihat procedure kita?? apa diperkenankan pakai wa untuk hal sepenting ini?” bantah Dave lagi

“jika ada prosedur kita yang memperbolehkan, saya mau lihat di mana……”

Seketika tim production bagaikan terdiam semua mendengar paparan Dave

“ Mbak Mer, ini tolong dimasukin ke dalam minutes of meeting dan harus dikasih tanda wajib follow up…..”

“siap Pak….”

Lalu

“sekarang battery… dimana kendalanya?” Tanya Dave lagi

“kita ada sedikit kesulitan untuk battery litthium dan gel….”

“oh Pak, kita sudah sepakat pakai LifePO4, kok masih balik lagi ke lithium?”

“itu lebih sulit lagi kita dapat Pak, untuk saat ini….”

“Mbak Mer, kasih kontak AES Energy ke tim Pak Hartono, mereka minggu lalu sudah sanggupin supply ke kita seberapa pun permintaan kita asal dipesan 2 minggu atau 1 bulan sebelumnya…..”

“siap Pak…..”

“dan pastikan komunikasinya kami tim marketing di copy…..”

Tim production yang beda divisi agak kesal terkesan diperintahkan oleh tim marketing

“lalu apa lagi kendalanya?”

Diam

“masalah man power? Insentif?”

Diam

“manpower lebih dari cukup… insentif juga sudah sangat besar….”

Diam kembali

Lalu

“ada komen Pak Hartono?”

Hartono terlihat wajah kurang sukanya

“gini Pak… ini khan sebaiknya bapak bahas dulu dengan kita, agar kita sama-sama sinergi untuk masalah produksi… karena ini menyangkut proses yang rumit, sehingga dibutuhkan perhitungan matang, agar tidak ada ruang untuk salah….”

“oke…. trus?”

“ sebaiknya biar kita hitung dulu…. saya periksa kemampuan tim produksi kita….”

Dave gusar bukan main dengan playing denial dari Hartono

“ Pak Hartono, ini semua hitungan sudah ada sebelumnya, dan saya juga sudah bahas dengan Pak Soga, dan Pak Ajith sebelumnya….”

“khan sekarang saya yang in charge Pak, bukan Ajith lagi…. jangan bapak samain….”

Dave tertegun sesaat

“kita samakan resepsi kita agar hasilnya bagus…..” lanjut Hartono yang terlihat wajah tidak sukanya

“jangan main power disini Pak…..”

Agak riuh dibelakang saat Hartono menyindir Dave

“jika Bapak mau suruh tim production, bapak bicara dengan Pak Soga dulu……”

Mereka bagaikan menemukan gelombang yang berbalik arah, dengan mengatasnamakan koordinasi antar divisi untuk mencegat berondongan pertanyaan Dave yang terlihat sangat tajam dan sulit dibantah.

Dave tersenyum agak sinis…

“baik Pak…. saya mengerti…..” jawabnya lagi

“anyway, sebelum saya undang bapak-bapak kesini, saya sudah sampaikan ini ke Pak Soga….”

“tapi tidak ada perintah dari Pak Soga ke kami Pak….” bantah Sudarto lagi

Dave tahu, akan panjang ceritanya kali ini. Dia harus segera menuntaskannya

“oke…. anyway saya tidak main power Pak…..” ujar Dave pelan

“saya hanya mau koordinasi dengan dengan tim bapak, karena proyek penjualan ini saya yang pimpin, dan data-data yang saya miliki ini base on informasi yang sudah terverifikasi….”

“tapi Pak…..”

“sabar Pak Hartono……” cegah Dave lagi.

“saya tidak ingin main power Pak…. tapi sebagai ujung tombak penjualan, saya punya kewajiban memastikan apa yang sudah kami setujui dari awal, bisa terdelivery dengan baik…..” jelasnya lagi

“jika ada kendala yang bapak sampaikan, kita lihat data dan hasil dilapangan seperti apa…. bukannya mengatasnamakan kemampuan tekhnis sebagai alasan produksi kita tidak bisa berjalan dengan baik…..”

Lalu

“mesin kita termasuk mesin yang paling canggih di era sekarang…. personil kita pun sama bahkan lebih dibanding quarter sebelumnya…. lalu dimana kendala kita?”

Hartono mencoba menjawab

“gini Pak, mesin ini pun ada masa pakainya…… produktifitasnya belum tentu sama dari waktu satu ke waktu lain…..”

“pak Hartono….. itu masalah tekhnis yang bapak dan tim sendiri yang harus selesaikan….”

“nah ini yang kami bilang bapak bawa-bawa masalah power, dan tidak mau tahu kesulitan kami….”

Dave kini sulit menahan dirinya dengan gaya Hartono

“power yah…..” Dave tertawa kecil sambil menganggukan kepalanya

“bapak tahu apa artinya power?” tanya Dave dengan mata tajam ke arah Hartono yang terdiam

“power itu kemampuan dan tenaga untuk menggerakkan sesuatu……” suara Dave agak ditekan

“dan power saya ialah, memberikan keluhan resmi terhadap kinerja tim produksi berdasarkan data yang saya miliki ke Top Level… termasuk kemampuan saya untuk meminta evaluasi total untuk semua tim produksi atas gagalnya mempertahankan performa, apalagi melewati performa yang sudah pernah dicapai……”

Kata-kata Dave membuat mereka semua tercekat

“itu power yang saya miliki Pak…….”

Diam semuanya

“jika anda semua juga punya power yang sama, silahkan digunakan…….”

Diam kembali semua yang hadir

“semua data ada di saya, jangan sampai saya spill semuanya jika anda paksa saya…..” tajam kalimat Dave

“saya kasih waktu 3 hari semua laporan dari tim produksi sudah harus ada…. jika tidak akan saya ambil dari China dan India untuk closing permintaan yang sudah kita terima kontraknya….”

“dan jika ini terjadi, artinya tim produksi Indonesia, fails……” tandasnya lagi

Lalu dia berkemas untuk berdiri

“saya rasa meeting kita cukup…… terima kasih atas kedatangan anda-anda semua…..”

Dave lalu segera berdiri dan meninggalkan ruangan, diikuti oleh timnya semua, termasuk Ratih dan Merry serta anak-anak marketing yang ikut rapat. Meninggalkan Hartono dan timnya yang hanya bisa melongo melihat ancaman Dave.

Hartono memang tidak pernah suka dengan Dave, namun ancaman Dave barusan bukan isapan jempol semata. Dia sudah melihat bagaimana dia memecat banyak anak buahnya dia yang tidak perform. Dan mereka yakin ancamannya tidak main-main, karena semua tahu kalau dia adalah orang Indonesia yang diutus kantor Jepang untuk kerja di perusahaan Jepang di Indonesia.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd