Terima kasih atas perhatian dan komentarnya di thread perdana gw ini. Terima kasih juga atas pertanyaan langsungnya, ada beberapa (2 sih
) PM yang masuk hanya untuk sekedar menyapa dan sedikit bertanya. Intinya, semua akan selesai dalam beberapa post ke depan.
Saya juga berterima kasih atas masukannya, khususnya ada yang berkomentar terkait “kok sedikit adegan seksualnya” atau posting yang terkesan memaksa. Kenapa sedikit? Karena memang bukan itu tujuan utamanya, meskipun sedikit ingin berbagi cerita ini. Adapun postingan terakhir maksa mudah-mudahan bisa terjawab di babak berikut ini.
Kembali kepadanya
Tak terasa 4 minggu sudah berlalu, kebersamaan dengan istri tercinta pun sudah mencapai penghujung waktu. Malam sebelum keberangkatan, istri gw memunculkan wacana baru. Pillow talk ini merupakan kebiasaan yang memang kami lakukan sebelum tidur, atau memang selepas bercinta.
“Mas, kalau aku ikut bersama mas secepatnya gimana mas?”, dia membuka pembicaraan.
Di sini gw merasa diuji, kalau gw menerima maka gw ga mau kebersamaan bersama Zhiang berakhir secepat itu meskipun gw tau kehidupan seperti ini tidak akan mungkin bertahan lama. Di sisi lain kalau gw menolak, akan menimbulkan kecurigaan. Akhirnya gw jawab seperti ini.
“Boleh aja sih, ide bagus tuh… Tapi bagaimana dengan kontrak kamu?”, gw bertanya.
“Iya sih, tapi aku udah ga peduli. Aku masih kangen sama mas.” Istri gw pun menambahkan.
“Gimana kalau begini, kasih aku waktu untuk mempersiapkan tempat tinggal yang baik, dan persiapan keberangkatan kamu kan perlu banyak biaya dari asuransi, sampai dengan persiapan kegiatan kamu di sana.”, gw menjawab. “Belum lagi, biaya pinalti yang dikenakan ke kamu cukup besar kalau kita bayarkan” gw tambahkan. Akhirnya dia menyetujui usulan gw untuk berangkat nanti pada saat gw siap.
Prolog Zhiang
Sebelum gw ceritakan lebih lanjut tentang kehidupan kami selanjutnya, gw mau bercerita sedikit tentang Zhi (Zhi adalah panggilan sayang gw ke dia, selain Beib). Zhi, saat itu berusia sekitar 27 tahun, sedangkan gw sudah 30 tahun. Sebetulnya, orang Cina daratan gak pernah memanggil dengan potongan kayak gitu. Tapi gw kan gak punya potongan orang Cina sama sekali, jadi gw pikir ga masalah. Zhi (as you may expected) adalah anak tunggal (one child policy masih jalan saat itu).
Orangtua Zhi merupakan pekerja blue-collar workers (pekerja kantoran) yang sedikit berkecukupan namun tidak bisa dikatakan kaya. Mereka berharap Zhi mendapatkan kehidupan yang lebih baik di negeri lain, dan untuk memuluskan harapan itu mereka menjodohkannya dengan seorang cowok yang merupakan “juragan” lah di daerah mereka yang masih merupakan famili jauh. Saat itu, si cowok bekerja sebagai seorang bankir yang cukup sukses. Mereka sudah bertunangan sebelum Zhi kuliah di kota M ini, dengan harapan Zhi tidak “kepincut” orang lain. Zhi pun “dipasrahi” lahir dan batin oleh orang tuanya kepada si cowok. Inilah yang menyebabkan jiwa Zhi sedikit agak goyah dan memberontak dan mengapa dia mau jadi “teman tapi ML” sama gw.
Dia datang ke kota M setahun setengah sebelum gw datang, sekitar tahun 2011 awal. 6 bulan pertama dia lakukan untuk kelas bahasa Inggris dari kampus (mandatory karena nilai IELTS nya kurang), karena memang bahasa inggris dia kacrut banget saat itu. Tapi saat ini sudah sangat bagus (untuk ukuran orang china, dan gak terlalu malu-maluin lah).
Dia ambil S2 jurusan bisnis, berarti 2 semester lebih dulu daripada gw meskipun dia baru ambil matkul ini di semester 3. Sehingga pada saat ketemu gw, dia sudah masuk semester 3 dari 4 semester yang direncanakan. Sekedar informasi, kuliah S2 di sini tidak dituntut untuk membuat thesis, jadi buat loe yang bertanya kok bisa? Silakan cari informasi lebih lanjut di Google ya.
Kalau ada yang bertanya, setelah kuliah kemana dong? Biasanya outputnya ada 2 macam, ada yang balik lagi ke negara asalnya untuk kerja di sana, tentunya dengan penghasilan dan status yang lebih baik, namun lebih banyak yang menetap di negara ini, untuk mencoba peruntungannya dan berharap bisa mendapatkan status Permanent Residentials. Tidak jarang, kuliah di sini hanya sekedar pembuka jalan, sehingga setelah mendapatkan status permanent, mereka biasanya membuka kios atau bekerja di bidang apapun dana bahkan benar-benar tidak ada hubungannya dengan status akademisnya.
Putih
Awal Januari 2013 gw balik ke kota M dengan segudang harapan dan semangat (baca: kehornian) baru. Setibanya di bandara kota M, gw bergegas untuk pulang ke apartemen dimana kepulangan ini gw gak ngasih tau Zhi berharap untuk menjadi surprise. Waktu menunjukkan sekitar pukul 18:30 ketika gw sampai di apartemen dan ternyata Zhi bekerja dan belum pulang, kamar yang rapi dan wangi memberikan energi tambahan akibat jetlag.
Gak sadar sekitar pukul 10 malam gw terbangun, ketika Zhi membuka pintu apartemen dan terkejut melihatku. Spontan dia langsung loncat ke arah gw langsung dengan posisi gw gendong, kami berciuman dengan sangat hot layaknya pasangan yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Dengan sigap gw langsung menurunkan celana panjangnya, namun dia mencoba untuk mencegah gw.
“Aku mandi dulu ya..” katanya. “Ga usah sayang, aku udah kangen banget” kata gw melarangnya.
Kemudian gw bopong dia dan gw tidurkan di kasur, lalu gw turunkan celana panjang diikuti dengan celana dalamnya, terlihatlah sebentuk memek berbulu tipis yang gw kangenin. Posisi dia masih menggunakan kaos dan mengenakan bra sport kesayangannya. Kemudian gw turun mencium bibir vagina yang merah itu lalu gw mendapati keadaan yang mengejutkan bahwa OMG, kok memeknya bau sesuaatu yang gw kenal. Kayak bau keputihan… tapi bukan keputihan yang biasa…. Ini bau keputihan berkas sperma laki-laki kayaknya…
Dalam hati gw mikir “Ah gak mungkin, kayaknya ini cuma keputihan biasa… tapi baunya gak gini…” gw berusaha meyakinkan diri gw sendiri, akhirnya gw urungkan niat gw untuk jilmek. Kontol yang masih mengeras ini akhirnya gw gesekkan ke bibir vagina ke kanan dan ke kiri, kemudian gw gosokkan ke atas mengenai ujung itilnya, kemudian gw masukkan “bles… ahh…” Tentunya hentakan demi hentakan pun terjadi, sementara gw berdiri memompa memeknya dengan cepat.
“Ah…. Fuck….. yeah.. it’s good baby…” Zhi mengerang keenakan. Kemudian gw cabut kontol gw sambik minta dia pindah posisi untuk nungging dengan kaki turun dari kasur, sementara kepala ditumpu oleh bantal dan di sini gw melihat ke kontol gw ada semacam beberapa kotoran atau serpihan berwarna putih nempel di batang kontol gw. Gw gak terlalu mikir mungkin ini karena “keputihan” itu. Sebenarnya gw pengen nanya kalau apakah dia sedang keputihan. Tapi gw ga tau bahasa Inggrisnya “keputihan” itu apa, yg pasti bukan whitening kan? Gw berpikir sambil genjot sambil gw remas toketnya dari belakang, suara erangan pun tak terhindarkan “ah ah ah… yeah.. fuck me baby.. “ sambil dia remas bantalnya. Karena kami belum keluar, gw mengisyaratkan untuk pindah ke sofa. Gw duduk sementara dia naik ke atas gw, dan dia menggoyangkan pantatnya maju mundur dan turun naik. Sambil kami berciuman dengan hebat. Tak lama kami pun berpelukan erat sambik melenguh dan melepaskan rindu di kelamin masing-masing. Dan seperti biasanya, dia pun tak mau melepaskan diri dari pelukan gw dengan batang yg masih menancap di memeknya. Dia pun mengedut-ngedutkan kontol gw sambil menikmati momen ini. Lelehan sperma mulai membasahi paha gw dan mengalir ke sofa menambahkan noda sperma yang sudah banyak menempel di sofa itu.
“I love you, beib…” tak sadar gw mengucapkan kalimat itu. “I know”, dia pun menjawabnya.
Ciuman demi ciuman sambil meremas pantat dan payudara kecil tapi montok itu membuat batang kontol gw yang tadi sedikit melempem kembali berenergi. Ronde kedua pun segera dimulai, gw angkat dia dan gw tidurkan di sofa. Awal mula gw hisap tete sebelah kanan dan kiri sambil gw usah bibir memeknya, lalu gak lama gw langsung masukkan kontol gw ke dalam memek yang becek oleh sperma gw. “Ugh… It’s so good”, gw berpikir mungkin ini selalu dirasakan oleh cowok-cowok yang mendapatkan giliran kedua atau ketiga setelah memek pasangannya dipenuhi oleh peju cowok-cowok sebelumnya. Nikmat banget rasaanya, licin banget meskipun masih ngilu karena energi di kontol belum sepenuhnya sempurna. Percintaan ronde kedua ini lebih santai dan slow, karena memang bukan untuk mencari kenikmatan semata tetapi lebih kepada keintiman.
Notes:
Sedikit intermezo, buat para pembaca yang belum pernah menikah ataupun hidup bersama dengan pasangannya bahwa setiap kali kita ngecrot di dalem, sperma kita di dalam vagina perempuan biasanya dapat menyebabkan keputihan. Hal ini yang membuat gw untuk menjadwalkan kapan gw mesti creampie (ngecrot di dalem) karena sampe beberapa hari kemudian gw agak males untuk jilmek, karena bisa menimbulkan bau ataupun bekas sperma sampai beberapa hari kemudian. Meskipun bisa dilakukan perawatan dan dibersihkan untuk menghindari hal tersebut. Tapi karakter Zhi yang tidak terlalu “merawat” tidak seperti istri gw, maka kejadian ini lebih sering terjadi.