Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Untuk Chapter 4 ini ada POV Liane. Lebih suka POV orang pertama atau orang ke3 kayak biasa ?

  • Orang pertama

  • Orang Ketiga

  • Sama Aja


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.
Book 1 |
Chapter 8 The Living Death Part 1


Sudah dua bulan sejak Minerva bertemu dengan Liane di penjara, dan hampir tidak ada kemajuan yang berarti dalam penyelidikan tentang apa yang terjadi di mansion.

Fang Yu Jian sudah kembali muncul di publik dan menurut versinya, Huang Lu dan dia bertengkar karena Huang Lu mengadakan uji coba dengan sihir elemen terlarang. Awalnya Galleon tidak mempercayai Huang Lu walaupun dia diam saja, tapi ketika tim Inquisitor membongkar ruang kerja Huang Lu dan meratakannya, memang ditemukan sebuah ruang penyimpanan perangkat komputer rahasia. Tim Inquisitor menemukan beberapa Hardisk portable yang disimpan dan memiliki data-data tentang rancangan mesin canggih yang bisa sustain dan menyerap energi sekitar untuk mempertahankan sihir yang kuat.

Ini adalah salah satu rancangan dari alat yang Fang Yu Jian bilang adalah mesin malapetaka untuk sihir Scarlet Shardt. Tapi dalam catatannya dan catatan yang ada, mesin yang dibangun ulang para Inquisitor dan Schoolar dari file tersebut tidak bekerja. Sudah satu setengah bulan, para scholar dari Altien, serta dibantu beberapa peneliti dari Ganesh dan Huang Industri membuat kembali mesin dari catatan Huang Lu, tapi tidak ada hasil dan hanya ada kegagalan demi kegagalan. Yu Jian bilang bahwa catatan dari Huang Lu mungkin beberapa dikodekan atau sengaja dibuat salah agar hanya Huang Lu yang tahu bagaimana cara membuatnya. Jangankan mempertahankan Scarlet Shardt, untuk mempertahankan mantra-mantra ledakan kecil pun tidak berhasil.

“Mungkin apa yang Liane Huang katakan tentang Harvest Elemen itu betul,” ujar Galleon pada rapat tertutup bersama Minerva, Prof Idris, dan Tian. Keempatnya berkumpul sebulan sekali di tempat yang berlainan untuk saling mengupdate tentang sepak terjang Fang Yu Jian. Bulan lalu kami mengadakan rapat di New Delhi karena Tian sedang ada keperluan di sana. Kali ini kami mengadakan pertemuan rahasia di Swiss Althien, Tian beralasan ia ada perlu untuk mencari buku-buku mengenai proyek regrowth bersama tim dari Ganesh.

Gregory galleon tetap tidak mempercayai banyak hal dari Fang Yu Jian. Menurutnya Fang Yu Jian terlihat sangat mencurigakan.

“Maksudmu, rancangan Huang Lu harus memiliki Fragment of Creation baru bisa bekerja seperti kejadian di mansion ?” tanya Tian.

“Jadi mungkin sekali Huang Lu meminjam Fragment of Creation Fang Yu Jian, lalu kemudian Fang Yu Jian menyadari bahwa Huang Lu menciptakan mesin berbahaya kemudian memburunya dan mengambil kembali Fragment of Creation miliknya dan menghancurkan alat ini. Bagaimanapun Fang Yu Jian bersikeras menghancurkan drive yang kita temukan dan menurutnya itu sangat berbahaya untuk membuat ulang mesin Huang Lu.” ujar Prof Idris

“Tapi bukankah seharusnya dia tidak takut karena salah satu kunci penting, yaitu Fragment of Creation ada padanya.” tanya Minerva. “Maksudnya, apapun yang Schoolar dan tim lakukan untuk membuat ulang mesin itu tidak akan berhasil,”

“Yu Jian ingin kita menutup kasusnya di sini.” ujar Gregory. “Ia tidak pernah ingin tahu bahwa Fragment of Creation-nya adalah kuncinya, makanya ia bilang catatan itu mungkin catatan gagal atau dibuat salah dan yang tahu cara membacanya hanya Huang Lu.. Aku merasa ada hal yang aneh dari Yu Jian. ”

“Aku sudah beberapa kali berbicara dengannya tentang Liane, tapi paman Yu Jian tetap bersikeras bahwa Liane terlibat dan perempuan itu lebih berbahaya dari yang kita semua sadari. Ia bahkan tidak mau bertemu dengan Liane sama sekali. Padahal sebelum pertandingan aku merasa paman Yu Jian sangat menyayangi dia. Liane adalah murid kesayangan yang selalu dibanggakan. Aku mencoba untuk bertanya apa yang terjadi sebetulnya dan dia melarangku untuk bertemu lagi dengan Liane dan bahkan meminta Hua Ying untuk melarangku bertemu dengan Liane lagi.” ujar Tian. “Ia seperti sangat tidak mau aku mendekat pada Liane.”

“Ia meminta padaku agar Liane segera dihukum mati karena berbahaya.” ujar Greg. “Secara hukum, dia ada dibawah kekuasaan dan hukum Republic of China. Inquisitor dari Consortium selalu patuh pada hukum negara. Kami tidak diperkenan juga memindahkan tawanan keluar negeri. Bagaimanapun secara teori, Liane sudah dihukum mati dan akan dibunuh juga saat usianya 30 tahun. Aku tidak tahu kenapa Yu Jian ingin segera membunuhnya sekarang.”


“Apakah Liane seberbahaya itu ?” tanya Minerva


“Aku tidak tahu, mungkin saja Liane seberbahaya itu sehingga Yu Jian tampak sangat takut terhadapnya. tapi bisa jadi karena Liane adalah faktor yang tidak dia perhitungkan sehingga mengkompromikan rencananya. Bisa jadi Liane memiliki kunci untuk menjerat Yu Jian.” ujar Greg lagi melanjutkan. “Apakah ada yang aneh dari tingkah laku pamanmu, Tian ?”

“Tidak ada, ia tampak melakukan kegiatannya biasa saja. Apalagi setelah pemerintah China menyerahkan semua aset Huang Lu ke tangannya.”

“Jadi semua kepemilikan Huang Industri sekarang berada di bawah Yu Jian ?”
“Ya secara kertas dan hukum memang pamanlah tangan kanan dari Huang Lu. Jika ketiga putri Huang tidak ada maka kepemimpinan akan jatuh ke tangan paman.”

“Dengan membungkam Liane, berarti memang salah satu cara pamanmu untuk merebut kekuasaan di Huang Industri ?” ujar Prof Idris.

“Aku ragu akan hal itu,” ujar Tian.
“Tapi setidaknya kita tidak mendapatkan apa-apa sampai hari ini,” ujar Gregory. “Langkah terbaik adalah menunggu. Aku akan mencoba berbicara dengan keenam Saint lainnya untuk memancing informasi.”


“Bagaimana kabar Liane ?” tanya Minerva pada Tian.
“Liane……”

----------------------------------------------
POV Liane

Aku hanya bisa pasrah ketika berdiri di tengah taman dalam ketelanjanganku. Tanganku terikat di belakang dengan sebuah borgol besi. Tentunya tanganku sekarang sudah sembuh. Kakiku juga diborgol dengan sebuah borgol besi yang memiliki rantai 30cm sehingga aku masih bisa berjalan walaupun sulit. Bukan hanya itu, borgol besi di pergelangan kakiku memiliki wujud penutup kaki belakang yang menutup tumitku dan memberikan ganjalan seperti hak tinggi sepatu berbentuk lingkaran sehingga aku selalu jinjit jika berdiri. Seperti memakai sepatu hak tinggi tapi hanya haknya saja sehingga jari-jari kakiku tetap telanjang di tanah. Dan borgolku ini tidak memiliki kunci, melainkan mereka mematenkannya di kakiku.

“Wah sepertinya akan ada pertunjukan menarik hari ini,” ujar seorang pria mengeluarkan ponselnya untuk merekam ketelanjanganku. Ini sudah jadi makanan sehari-hariku.

Setelah tanganku dihancurkan dua bulan lalu, perlu waktu satu bulan sampai tanganku benar-benar kembali pulih kembali. Ini adalah hari ke 67 perbudakanku sejak aku berjalan dalam ketelanjangan dari mansionku ke pengadilan waktu itu.

Day #3

Aku terbangun di pagi itu ketika Hua Ying menyetrum-ku menggunakan elemen petir miliknya dari tangannya.

“Selamat pagi 769,” ujarnya cerah sambil menendang payudaraku dengan kasar dengan sepatu bootsnya. Aku yang kesakitan hanya bisa meringkuk dan bergerak tapi aku lupa ada banyak beras dan paku payung yang ada di sel-ku sehingga aku harus tertusuk beberapa paku payung lagi.

Hua Ying menarik putingku dengan kasar sampai aku berdiri. Aku tidak bisa menggunakan kedua tanganku karena mereka kemarin menghancurkan semua tulang dari siku sampai ke jari-jariku dan pagi ini tanganku bengkak dan membiru. Rasa perih dan sakit kini menyerangku, baik di tanganku dan di puting yang ditarik oleh Hua Ying.

“Aaaaa………..” Untuk berdiri dengan puting ditarik dengan kasar sangatlah menyakitkan, apalagi ketika aku berdiri hanya berusaha menggunakan otot kakiku. Belum lagi masih ada sikat WC yang masih tertancap di liang vaginaku.

Hua Ying menarikku dengan kasar sampai aku berdiri dan kemudian menarikku keluar dari selku. “Aaa….aa….!!!” aku meringis ketika kakiku menginjak beras dan juga paku payung yang bertebaran di selku.


“Ya ampun…..” ujar Dot ketika melihatku masuk ke ruangannya dalam keadaaan menyedihkan. Beberapa paku payung masih menempel di tubuhku, ada yang di punggungku, ada yang di tanganku, ada beberapa di pantat dan juga perut serta payudaraku. Tidak lupa di kakiku dan juga di telapak kakiku.

“Kenapa hancur seperti ini ?” Dot melotot ke arah Hua Ying.

“217 dan 629 yang kau hancurkan hanya punggung tangannya saja sudah merepotkanku. Kau menghancurkan tulang 769 sampai hampir ke sikunya.”

Ya kemarin mereka selain menusukan paku-paku hitam ke buku jariku, mereka juga menghancurkan punggung tanganku dan juga meremukan tulang-tulang tanganku sejengkal dari punggung tangan.

“Kau tahu seharusnya malam-malam sehabis para petinggi itu pergi, kau segera membawanya kemari, aku setidaknya bisa memperbaiki jaringannya dan memulai penyembuhan. Kau kemarin malam membawa 217 dan 629 tapi ini yang paling parah kau biarkan semalaman !” omel Dot lagi.

“Jika tidak bisa disembuhkan, ya amputasi saja !” ujar Hua Ying enteng.

“Hhhhh,,,,,” Dot menghela nafas,

Mendengarnya hatiku sangat hancur. Kedua tanganku ini akan diamputasi kah ? INi aru hari ketiga aku menjadi budak terhukum mati. Hari pertama aku sudah diarak telanjang. Hari kedua kemarin aku disiksa, dipaksa menjadi toilet dan diremukkan tulang tanganku. Sekarang aku harus kehilangan kedua tanganku kah ?

Aku langsung berlutut “Nona Dot, tolong sembuhkan….”
“Ngapain di-sembuhin, toh kamu harusnya sudah mati ! Nanti juga mati.” ujar Hua Ying sambil menendangku dengan kasar sampai aku terjatuh. “Dan siapa yang memberimu ijin berbicara ?” ujarnya sambil menduduki aku yang ada di lantai. Ia menarik rambutku lalu dengan sadisnya mulutnya memukulkan staples ke bibirku.

“Ctak !!!
Ctak !!!
Ctakk !!!”

Delapan buat staples menghajar mulutku dan aku tidak bisa apa-apa selain pasrah merasakan sakitnya besi staples itu menusuk bibirku sampai menembus ke gusi.

“Sudah cukup, Hua Ying.” ujar Dot. “Biar kusembuhkan 769 supaya kau bisa bermain lebih lama dengannya.”

Dot kemudian membuat rangkaian formasi sihir dan cahaya kebiruan dan kehijauan bermunculan. DI tangan kirinya ia menciptakan bola air yang bercahaya sedangnya di tangan kirinya ada pusaran angin. Ia mendekatkan kedua bola itu ke tanganku. Aku merasakan ada rasa sejuk yang meredakan untuk sesaat.

“Ini akan menyakitkan dan tidak akan sembuh dengan cepat….….”

“Mmmmmmmmmmmmm!!!!” Aku merasakan rasa sakit dari setiap pecahan tulang di dalam tanganku yang seolah bergerak membentuk wujud asalnya. Serpihan tulang itu bergerak melukai daging-dagingku yang terkoyak dan memberikan rasa sakit yang luar biasa. Aku bergetar hebat merasakan sakit yang luar biasa. Hua Ying menggunakan sihirnya agar menahan gerakanku. Ia menciptakan rantai batu yang mengikatku dan membuatku tidak bergerak. Aku hanya terus menjerit dalam keheninganku karena mulutku masih di staples.

Serpihan itu seolah membentuk kembali tulangku dan daging-daging serta otot-ototku yang koyak kembali mulai membentuk. Tidak pulih sepenuhnya, aku merasa mereka masih rapuh tapi sudah membentuk.

Untuk memperbaiki puzzle serpihan tulangku ini hampir 5 jam Dots melakukannya dan dalam 5 jam itu aku terikat tak berdaya, meronta menahan rasa sakit setiap serpihan demi serpihan tulangku bergerak pelan-pelan kembali ke posisi asalnya. Rasa sakitnya bahkan lebih sakit dari ketika Hua Ying menghancurkannya kemarin malam. Aku sampai berpikir amputasi mungkin salah satu jalan yang lebih tidak sakit.

Setelah 5 jam ia menyusun serpihan tulangku, mengembalikan syaraf, otot, dan daging kembali ke posisi awal, Dot dengan cekatan mengubah elemen di tangan kirinya menjadi batu dan menciptakan gips untuk membalut tanganku. Sehingga tanganku dari siku ke ujung setiap jari kini aman terlindungi gips batu berwarna putih yang diciptakan oleh Dot.

Dot mengatur agar kedua tanganku yang terbalut gips di simpen bersilangan di punggungku dan dia mengaturnya agar posisinya tergantung dengan baik. Tentunya ia mengaitkan sebuah rantai di gips itu ke collar di leherku sehingga aku akan selalu menyimpan kedua tanganku yang sedang dalam masa perawatan itu di punggungku dan membuatku lebih menonjolkan buah dadaku ke depan.

“Mungkin dengan perawatan rutin, selama 20-30 hari, tanganmu akan pulih kembali.” ujar Dots.

Selanjutnya Dot membantuku untuk membuka staples yang ada di mulutku, dan juga mencabuti paku payung yang ada di sekujur tubuhku dan menyembuhkan luka-luka luar itu dengan cepat.

“Sudah beres, sana bawa mainanmu ini untuk dirusak lagi !” sindir Dot

“Terima kasih Dot,” ujar Hua Ying sambil memelintir puting kananku dan menarikku untuk berdiri. Aku ahanya bisa meringis, kini kedua tanganku terikat dalam gips di belakang punggung dan terikat dengan rantai ke collar-ku dan ini akan terus seperti ini sampai aku sembuh dalam 20-30 hari lagi.

Hari sudah siang, Hua Ying melemparkan nasi dan juga tahu yang ia injak-injak di lantai dan menyuruhku makan. Aku hanya pasrah, berlutut dan makan seperti anjing. Hari sudah siang dan aku masih harus berjalan ke taman bersama Hua Ying.

Hua Ying dan dua orang inquisitor meng-arak-ku yang telanjang keluar dari penjara kota menuju taman kota. Hari ini aku melihat sudah ada Frame seperti kubus dari besi yang sudah disediakan di tengah taman kota. Di bagian Frame atasnya, terdapat tulisan :
769 - Terhukum yang membunuh 50ribu orang.

Frame itu dipenuhi cincin besi untuk mengikat tali, ataupun sebagai penyambung rantai. Hua Ying mengikatku di bawah frame kotak tersebut. Mereka mengatur sebuah rantai untuk disambungkan ke rantai yang menggantung gips dari collarku ke sebuah ring yang ada di langit-langit frame itu.

Dan berikutnya orang-orang bergantian bebas menyiksaku sampai matahari terbenam. KEtika matahari terbenam, seluruh tubuhku sudah penuh dengan bekas cambukan. Mungkin lebih dari 500 cambukan yang mendarat di sekujur tubuhku. Seluruh tubuhku penuh bekas merah. Mereka berbaik hati hanya menggunakan cambuk kulit untuk BDSM dan bukan cambuk yang satu kali dikenakan ke tubuh saja bisa berdarah.
Aku pulang dengan digiring Hua Ying. Hua Ying menarik putingku dengan kasar dari taman sampai ke penjara kota. Malam itu aku dibiarkan untuk sedikit meredakan penderitaanku dengan istirahat.

Jujur saja seluruh tanganku yang terbalut dalam gips masih terus berdenyut. Dan bekas cambukan yang menghajar seluruh tubuhku juga terasa amat menyakitkan. Beberapa kulitku bahkan lecet dan berdarah.

Ini adalah kehidupanku sampai 8 tahun ke depan. Ini baru hari ke tiga dari 2400 hari yang akan kujalani.

Day #6

Ini adalah hari kelima, tidak ada hal yang menarik dalam hidupku selain penyiksaan dan penyiksaan yang terus bergilir. Hari ini Hua Ying membangunkanku dengan menendang selangkanganku dengan sepatu bootsnya dan memaksaku ke ruangan Dot untuk disembuhkan dari luka-luka hari sebelumnya. Sama seperti hari-hari yang lain mereka mencambuk-ku berkali-kali dan menghajarku.

Tanganku masih belum membaik walau rasa sakitnya kini bisa lebih kutahan. Mungkin karena rasa sakit yang terus menerus membuat aku jadi terbiasa.

“Yah kondisi tanganmu sebetulnya sudah ada kemajuan walau kau mungkin belum bisa merasakannya.” ujar Dot saat dengan sihirnya mengobati tanganku. Kemudian dia kembali mengips tanganku dengan elemen tanah miliknya dan kembali tanganku yang tergips disilangkan di punggung dan diikat dengan kain lalu dirantai collar leherku.

Hari ini Hua Ying membawaku ke taman dengan menarik leash yang menempel pada leherku. Aku digiring ke taman bersama dua orang Inquisitor lainnya. Seperti biasa, taman sudah cukup ramai, baik mereka yang punya dendam padaku, maupun mereka yang hanya ingin melihat pertunjukan penyiksaanku. Hari ini Hua Ying sudah menyiapkan kayu berwujud segitiga setinggi 1,5 meter untuk aku didudukan di atasnya. Aku melihat kayu segitiga itu terpampang di bawah frame kubus yang biasa digunakan untuk mengikatku. Wooden Horse torture, yang aku tahu berasal dari masa silam untuk menyiksa perempuan.

Aku didudukan di segitiga kayu itu sehingga tubuhku bertumpu pada selangkanganku. Mereka mengikat leashku ke ring di frame kubus yang ada di sana. Mereka memastikan aku tidak tergantung dan tetap bertumpu pada sudut tajam si segitiga yang membelah selangkanganku. Kemudian mereka membiarkanku tersiksa di sana seharian.

Orang-orang dengan bebas mencambuk-ku ataupun menaruh jepitan baju di tubuhku hari itu. Orang-orang mulai bermain dengan tubuhku seharian, menjepitkan penjepit baju di sekujur tubuhku dan juga mencambuk-ku dimana aku harus selalu berterimakasih. Entah berapa banyak jepit baju yang dijepitkan di tubuhku, dan berapa banyak yang dipukul jatuh dan terus bergantian. Hari itu aku terus menjerit kesakitan karena makin lama selangkanganku semakin perih juga.

Setiap satu jam, Hua Ying akan menambahkan pemberat ke kakiku sehingga selangkanganku makin tersiksa sampai aku sudah tidak tahan lagi tapi tidak ada yang mempedulikanku ketika aku menangis kesakitan.

“Kenapa diam saja ?” tanya Hua Ying
Aku hanya bergetar terduduk pada segitiga mengerikan ini. Selangkanganku sudah sangat perih dan mungkin lecet. Tubuhku terasa terbelah dan area intim terasa panas. Belum lagi sekujur tubuhku yang penuh jepitan dan bekas cambukan serta lecet-lecet karena dicambuk berkali-kali.

Badanku bergetar karena rasa sakit dan pandanganku sudah kabur. Entah aku akan pingsan lagikah ? Sudah beberapa kali aku kehilangan kesadaran tapi Hua Ying menyiramku dengan air es jika aku pingsan dan memaksaku untuk terus menjalani rasa sakit ini.

Ketika matahari terbenam, seperti hari lainnya, mereka menurunkanku dan menyeretku ke kamar mandi umum untuk berlatih. Di dalam toilet aku diperkosa di semua lubangku oleh orang-orang yang menginginkanku. Mereka dengan kasar dan brutal memperkosaku, terkadang dua sampai tiga orang sekaligus. Ketiga lubang di tubuhku mereka pakai sesukanya. Tidak peduli selangkanganku sudah penuh lecet dan luka serta bengkak karena tersiksa seharian, mereka terus memperkosaku walau aku menjerit dan meraung-raung..

Mereka memaksaku meminum air seni dan menelan sperma mereka sebagai makan malamku.
Dan setelah tengah malam, aku sudah tidak sanggup lagi untuk berdiri, Hua Ying menyeretku keluar dari kamar mandi itu.

Ia kemudian memperlihatkan sebuah kail yang ujungnya tumpul. Aku melihat kail tumpul itu tersambung dengan tali yang tidak terlalu panjang. Hua Ying mengikat talinya ke rambutku dan menariknya dengan kasar dan memasukan kailnya ke lubang anusku. Aku menjerit sejadi-jadinya dan rambutku tertarik ke belakang membuat aku menengadah.

Kemudian ia membaringkanku dengan payudara dan perutku menempel ke aspal kemudian mengikat erat kedua kakiku dan menempelkannya ke motor.

“Kuharap wajahmu tidak hancur ya !” ucapnya

“Aku mohon….. Biarkan aku merangkak….biarkan aku merangkak pu-pulangggAAAAAAAAA” motor itu melaju dan menyeret tubuhku yang terbaring telungkup di aspal. Aku bersyukur wajahku yang menengadah tidak terkena aspal, hanya badan bagian depanku yang terus terseret aspal hingga aku menjerit-jerit dan aku rasa banyak kulitku yang terkelupas karena bergesekan dengan aspal.

Aku kehilangan kesadaran dan mereka melemparkan tubuhku yang penuh luka dengan dada dan perut yang penuh lecet dan luka parah di penjara.

Aku terbangun subuh-subuh merasakan rasa perih yang tak bisa kukatakan.


Day #10
Seperti biasa aku terbangun di selku dalam keadaan yang buruk. Seluruh tubuhku penuh luka, kemarin malam aku juga diseret menggunakan motor sampai kulit di payudara ku dan perutku benar-benar hancur karena diseret dengan sadis oleh Hua Ying.

Keadaan tanganku sudah sedikit membaik menurut Dot walau aku terus merasakan rasa sakit dan perih. Aku sama sekali masih tidak bisa menggerakan tangan dan jari-jariku. Entah mana yang lebih sakit dari kedua tanganku yang rasa sakitnya tidak pernah berhenti ini, atau payudara dan perutku yang penuh lecet dan berdarah ini.

Sama seperti pagi lainnya aku digiring ke ruangan Dot. Kali ini mereka menjambakku dan menyeretku. Seperti biasa luka lecet dan kulit terkelupas disembuhkan Dots dengan cepat. Hanya sekitar 1 jam saja. Setelah penyembuhan kulit payudara dan perutku, kini Dot sibuk merawat rutin tanganku yang hancur juga untuk beberapa saat sebelum mereka menarikku keluar.

Aku hanya pasrah ketika melihat 629 dan 217 juga ikut digiring keluar dari Penjara kota. Kami bertiga diperintahkan berdiri berjajar. Kulihat tangan 629 dan 217 sudah pulih karena tidak ada balutan di punggung tangan mereka dan mereka tampak menggunakan tangan mereka dengan normal hari ini.

“Tangan di atas kepala !” langsung 217 dan 629 melebarkan kaki mereka dan menaruh tangan mereka di belakang kepala dan membusungkan dada mereka. Aku yang masih digips segera ikut melebarkan kakiku dan berdiri membusungkan dadaku pasrah pada kekejaman Hua Ying.

Hua Ying mengeluarkan 3 pasang besi aneh yang menyerupai borgol.
“Ini adalah sepatu kalian. Dan sepatu besi ini akan menempel di kaki kalian sampai kalian mati. Tidak akan pernah dilepas.” ujarnya.

Sepatu ? aku agak bingung melihat wujudnya. Wujudnya seperti sepatu hak bagian belakang terbuat dari besi yang hanya menutup tumit dan menyatu dengan borgol di pergelangan kaki. Bentuk sepatu yang hanya haknya saja dan tersambung ke borgol itu membuat aku ahrus jingjit selama berdiri dan jemariku masih telanjang menyentuh tanah. Kami dipakaikan sepatu itu dan mereka las dengan elemen api sehingga tidak akan bisa dibuka kecuali dihancurkan. Dan karena ini sepatu besi tidak ada bantalannya, rasanya sangat mengerikan. Tinggi haknya sekitar 10 cm.

Kemudian borgol di pergelangan kaki kami disambungkan dengan rantai berat sepanjang 50 cm. Rantainya digembokan ke masing-masing borgol sehingga rantai penghubungnya dapat leluasa untuk dilepas jika dibutuhkan.

Kami masih harus menjaga postur kami dan kemudian Hua Ying mengeluarkan 9 buah penjepit kertas yang sudah diberikan benang kasur.

“217, jepitkan ini di itil 769.” perintah Hua Ying yang membuatku langsung bergidik.
217 mendekatiku dan dia menatapku dengan pandangan sangat benci. Aku merasakan tusukan mata tajam padanya. Aku ingat 217 ini dulu waktu Sekolah SMP pernah satu sekolah denganku. Tapi ketika awal SMA dia tiba-tiba tertangkap menggunakan elemen terlarang dan dijadikan terhukum mati. Aku tidak pernah mengenalnya secara langsung jadi aku tidak tahu kenapa dia melihatku dengan pandangan benci.

217 meraba-raba selangkanganku dan memasukan jarinya lalu mulai merangsang diriku lalu kemudian menjepit itilku dengan jepitan kertas yang diberikan Hua Ying. Aku hampir terjatuh dan menjerit ketika jepitan itu menjepit bagian sensitifku. Belum lagi 217 menarik-narik penjepitnya untuk memastikan jepitan di area intim-ku tidak longgar.

Aku hanya menjerit-jerit menahan sakit sambil meringgis.

“629, pasang ini di kedua putingnya”
629 kemudian meraba-raba payudaraku dan merangsang puting-ku agar mengeras lalu menariknya dengan kasar dan menjepitkan penjepit kertas di masing-masing putingku yang membuatku meringis kesakitan kembali.

Hua Ying kemudian menghubungkan kedua jepit kertas itu dengan tali benang kasur. Ia mengatur panjang talinya aga aku bisa menggigitnya dengan mulutku. Tentunya ketika aku menggigitnya kedua putingku tertarik oleh tali tersebut dan membuatku menderita lebih lagi.

“Gigit !” perintah Hua Ying. “ini juga !” ia menarik tali benang kasur yang menyambung dengan penjepit di itilku juga dan memaksaku untuk mengigitnya membuat aku untuk menyiksa diriku sendiri secara tidak langsung.

“Kalau sampai jatuh di jalan, bersiaplah kamu akan menyesalinya. Setiap kali terjatuh, akan ada kengerian yang membuatmu ingin mati saja. Hukumannya akan sangat mengerikan !” uajr Hua Ying.

“629,217, kalian juga pasang di tubuh kalian ! Hukuman yang sama akan berlaku untuk kalian bertiga. Dan kalian lihat kaktus ini ? ini akan bersarang di lubang kalian yang menjatuhkan benang paling banyak sepanjang perjalanan.” ujarnya memperlihatkan kaktus dalam pot kecil yang bentuknya menyerupai silinder berduri.

Aku langsung menelan ludahku, membayangkan kesakitan apa yang akan terjadi jika aku menjatuhkan benang kasur yang menyiksa daerah intimku ini.

Maka kami bertiga berjalan dalam kondisi yang sangat menyedihkan. Diarah dari penjara kota ke taman kota sambil menyiksa diri kami dengan penjepit kertas di area intim kami. Setiap langkah terasa semakin mengerikan.

Tentu saja kami dicambuk jika lamban sehingga perjalanan menuju taman kota terasa begitu mengerikan.

Aku melangkahkan kakiku dengan perlahan, bukan saja rasa sakit dari penjepit yang menyiksa kami.
“Ctar”
“Eeennggggmmmphhh” kau berusaha menahan cambukan itu agar jangan sampai aku melepaskan giggitanku.

Aku berusaha melangkah sedikit lebih cepat tapi karena kakiku sudah bergetar menahan rasa sakit yang terus berkepanjangan selama 15 menit perjalanan ini, hak sepatu borgolku tergelincir dan membuatku terjatuh. Otomatis aku yang terkejut kehilangan gigitanku dan membuatku yang pertama gagal.

“DUK !” sebuah tendangan tepat di selangkanganku dari boots seorang Inquisitor membuatku meraung kesakitan. Tanpa belas kasihan seorang inquisitor lain menarik penjepit kertas yang menjepit putingku memaksaku berdiri dalam rasa sakit ini.

“Yang pertama kali menjatuhkan juga akan mendapatkan sedikit hadiah !” ujar Inquisitor itu sambil mengambil dua buah jepit kertas yang digunakan untuk menjepit bibir vaginaku. Maka penderitaanku bertambah. Kali ini juga mereka akan menyetrum kami sehingga kami sering menjatuhkan benang kami.

Akhirnya aku, 217 dan 629 mencapai tempat penyiksaan harianku di taman kota.
“Hari ini akan ada pertunjukan menarik,” ujar Hua Ying kepada orang-orang yang berkumpul di taman untuk melihat penderitaanku.

Aku masih berdiri sambil menggigit benang penyiksaku sama seperti 629 dan 217.
“217 menjatuhkan benang sebanyak 7 kali, dia akan mendapatkan hukuman berupa disetrum selama 7 menit. 629 menjatuhkannya 10 kali maka 629 akan dihukum dengan disetrum selama 10 menit. 769 menjatuhkannya…..” aku merasa deg-degan, aku tidak mengingat berapa kali aku menjatuhkannya tapi kurasa tidak sampai 10 kali.


“....11 kali maka akan disetrum selama 11 menit ditambah dengan diperkosa kaktus,“ ujar seorang inquisitor memateraikan nasib buruk-ku.

Kemudian Hua Ying memperlihatkan sebuah penyetrum ternak dan mereka memasukannya ke dalam liang vagina kami dan mulai menyetrum kami sesuai dengan masa hukuman kami. Rasanya sangat mengerikan aku terus bergelinjang sampai terjatuh dan terkencing-kencing disaksikan oleh banyak orang.

“...s-s-s-sakit….s-sakit………” lirihku ketika hukuman setruman itu selesai. Aku melihat 217 dan 629 juga sama-sama terkapar di taman.

“Tenang saja, kaktusmu akan menjadi acara puncak nanti sore, jadi kamu masih akan disiksa berbagai siksaan dulu,” bisik Hua Ying.

Kemudian mereka memberikan sebuah pakaian dari karung goni untuk 629 dan 217. “Hari ini, aku memberikan hak kepada 629 dan 217 untuk menyiksa 769 sampai matahari terbenam. Kalian bebas menyiksanya asal jangan sampai mati. Nanti sebelum pulang baru kita akan memasukan kaktus ini kepadanya.” uajr Hua Ying.

“K-kenapa ?” aku tidak mengerti kenapa tiba-tiba Hua Ying meminta 629 dan 217 untuk menyiksaku. Belum cukupkah penderitaanku sehingga bahkan aku harus disiksa oleh sesama terhukum mati ? Setidaknya kupikir keduanya bisa menjadi teman sepenanggungan selama sisa masa siksaan ini. Tapi kurasa, Hua Ying ingin aku menjadi terendah dari yang terendah.

Hua Ying memaksaku berdiri dan mengikatku di bawah kubus tempat biasa aku dihukum. Sementara aku diikat, aku melihat 629 dan 217 sedang mengenakan pakaian dari goni. Setidaknya mereka berdua sekarang tidak telanjang.

“Anggap saja ini perpeloncoan. Kamu pantas disiksa dan dihajar seniormu kan.” ujar Hua Ying kepadaku. “Lagipula, kau membunuh kedua anak 629.”

629 tampak kaget mendengar berita ini.
“Ya, anakmu yang dirawat di yatim piatu karena kau membunuh suamimu dan keluarganya terbunuh oleh sihir 769. KAu hari ini diijinkan untuk membalaskan dendammu.”

629 langsung terjatuh dan menangis.
“Bayiku….bayiku…..”
Aku melihat penderitaan dan kesedihan yang mendalam dari 629. Ia tidak berkata apa-apa dan hanya terdiam merenungi kepedihannya. Aku belum merasakan kemarahan darinya, hanya ada kesedihan. Perasaannya pasti bercampur aduk saat ini.

“217, kau punya alasan paling kuat untuk menyiksa 769. Kau ada di sini karena 769 bukan ?” ujar Hua Ying.

Aku sungguh tidak mengerti, kenapa 217 membenciku. Aku bahkan tidak mengenalnya dan aku tidak merasa memasukan 217 menjadi terhukum mati. Kenal saja tidak. Namanya kalau tidak salah Jennifer Qiu saat itu. Ia termasuk salah satu anak tercantik di sekolahku dan berasal dari keluarga yang kaya juga. Orang tuanya kalau tidak salah memiliki bisnis jaringan restoran mewah yang besar di daratan China.

“Kamu akan merasakan penderitaanku selama 6 tahun terakhir ini !” ujar 217.

“Uh… a-apa salahku ?”
“Kamu selalu menjadi yang utama. Liane Huang… princess Liane Huang…. Semua selalu membandingkan aku denganmu. Kau lebih cantik, lebih berbakat, ahli dalam pelajaran dan juga dalam hal elemencer. Mereka terus memujamu dan aku muak melihatmu. Aku benar-benar benci padamu ! ”
Aku mengerti sekarang. Dia terobsesi untuk menaklukanku sampai menggunakan elemen terlarang untuk lebih dari aku dan dia gagal, mencelakakan kedua orang tuanya dan akhirnya bernasib menjadi terhukum mati. 6 tahun yang lalu kejadiannya dan aku sama sekali tidak tahu. Yang kutahu dia tiba-tiba menghilang dari sekolah dan muncul di berita membunuh kedua orang tuanya.

Sekarang aku mengerti kenapa dia memandangku dengan penuh kebencian. Bukan salahku dia yang iri dan menggunakan elemen terlarang sampai ia membunuh kedua orang tuanya. Elemen terlarang memang mengerikan dan banyak memakan korban karena sulit dikendalikan atau memang natur-nya yang sering meminta tumbal dan darah.

“Aku akan sangat menikmati untuk menyiksamu ! 769 !” ujar 217 menarikku berdiri kembali dengan kasar.

Sementara 629 masih meratapi kematian anaknya. 217 kulihat sedang dibawa oleh Inquisitor lain ke gudang di belakang toilet yang menyimpan berbagai alat penyiksaan. Nampaknya mereka mempersilahkan 217 untuk memilih alat penyiksa yang akan dikenakan ke tubuhku.

217 Kemudian muncul kembali dan dia membawa satu kotak berbagai alat penyiksaan. Aku hanya bisa memandangnya dengan gemetar.

“Sapa nonamu yang hari ini akan menyiksamu,” ujar Hua Ying.

Aku kemudian berlutut di hadapan 217 lalu dengan berat hati aku sujud di hadapannya walau kedua tanganku masih tersilang dalam gips di punggungku. Aku mencium jemari kakinya yang kotor dan terus menjilatinya sampai ia puas.

“Cukup,” ujarnya dingin sambil menjambak rambutku dan menarikku untuk kembali berdiri. Ia kemudian memperlihatkan dua buah kail pancing yang sudah terikat dengan tali. Aku hanya bergidik menatapnya. Ia kemudian mengaitkan kail itu ke payudaraku dimana aku menjerit sekeras-kerasnya. Masing-masing kail untuk satu payudara. Kemudian menarik talinya dan mengikatnya ke ring yang ada di frame kubusku. 217 memastikan aku merasakan rasa sakit ketika ia mengatur ikatan di ring frame tersebut.

Setelah itu ia mengaitkan 1 kail tumpul ke dalam liang vaginaku dan menarik talinya dan mengaitkannya juga ke salah satu ring kubus. Ia terus menarik talinya sampai aku menjerit dan berteriak kesakitan. Ia ikatkan dengan kencang. Dengan ini maka aku tergantung oleh kedua kail di payudaraku dan satu kail di vaginaku. Rasanya seperti mau mati merasakan seluruh tubuhmu bertumpu pada area yang begitu sensitif. Ujung jempolku masih menyentuh tanah tapi tidak bisa kugunakan juga untuk menjadi tumpuan. Bebanku teteap tersebar ke kedua payudaraku dan liang vaginaku.

Kemudian ia mulai mengambil cambuk lalu mencambukku berkali-kali.

Ia memaksaku untuk menghitung setiap cambukannya dan berterima kasih. 50 cambukan menggunakan cambuk 217 lakukan ke punggungku yang membuat punggungku merasa nyeri. Bila para penyiksaku biasanya menggunakan cambuk kulit untuk BDSM, kali ini 217 menggunakan cambuk kulit yang langsung melukai kulitku setiap kali ia mencambuk. Membuat 50 lecet merah yang menghiasi kulitku.

Setelah itu ia mengambil padel kayu seperti raket tenis meja dan menghantam 40 kali kedua pantatkutanpa ampun membuatku menangis sejadi-jadinya.

Setelah kengerian itu ia mengambil sebuah cane bambu lalu ia akan menghantam payudaraku.
“50 hukuman di payudaramu ini akan sedikit memuaskanku,” ujar 217.

“Payudaraku sudah ditusuk kail oleh nona 217, mohon ampuni dan beri keringanan….” ujarku menangis memohon kepadanya karena kini seluruh tubuhku sudah bergetar karena kesakitan.

“Hukumanmu menjadi 60 kali. Jika kamu tidak berterima kasih aku akan menambahkan hukumanmu terus,” ujar 217 kejam.

Kemudian ia menghantam payudaraku yang sudah terkail oleh kail pancing itu dengan cane bambu. Satu pukulan saja sudah membuatku menjerit dan merasakan neraka di payudaraku. Hancur sudah payudara yang kubanggakan selama ini. Aku hanya bisa menangis dan menjerit sambil berkomat-kamit “hancur sudah...hancur sudah….”

Hanya dengan 7 pukulan saja aku sudah kehilangan kesadaran. Tapi tentunya 217 mengguyurku dengan es batu dan memaksaku sadar kembali sebelum ia melanjutkan pukulan demi pukulan ke payudaraku yang sudah tersiksa.

Aku menjerit dan meraung-raung dan siksaan 217 ini begitu kejam sehinga aku merasa hari itu terasa lebih lama.

Setelah 60 pukulan yang menghancurkan payudaraku, aku hanya bisa menangis dan mereka membiarkanku yang menangis tanpa henti sekitar setengah jam.

Setelah itu aku melihat 629 dengan raut wajah yang mengerikan menghampiriku.
“Sekarang giliranku untuk membalaskan kematian anakku,” ujarnya.

629 melepaskan kail tumpul di vaginaku. Kupikir rasa sakitku akan berkurang tapi kail di payudaraku malah sepertinya yang kini menahan seluruh tubuhku sehingga aku merasakan rasa sakit yang mengerikan di payudaraku yang penuh luka. Berikutnya 629 memasukan kail tumpul tersebut ke lubang anusku, membuatku kembali menjerit.

629 kemudian mengambil jepit kertas dan memaksa membuka labiaku lalu menjepit kedua bibir vaginaku. Setelahnya ia mengambil tang dan menjepit itilku dengan sadis lalu menariknya dengan kasar membuatku berteriak-teriak. Rasanya seperti itilku akan sobek dan terlepas dari tubuhku.

“Memohonlah ampun dariku !” ujar 629

“Ampun…..ampun…. Aku bersalah telah membunuh anakmu. Aku sungguh tidak sengaja…. Ampun….ampun…..” aku menjerit meminta belas kasihan 629. “Itu kecelakaan…. Aku benar-benar tidak sengaja….”

“Ampun….. Aku memang pantas disiksa dan dihukum….. Ampuni aku….”

15 menit 629 menarik-narik kelaminku membuatku menjerit-jerit meminta ampun dengan tangnya. 629 kemudian mengambil lilin lalu ia membakar sekitar 30 lilin dan mematikan lilin itu dengan memasukan lilin panas itu ke vaginaku dengan kasar. Aku menjerit sejadi-jadinya setiap lilin panas itu masuk ke kelaminku. Satu demi satu lilin mati dan 629 terus ‘membakar’ kewanitaanku sampai aku pingsan.

Setelah aku pingsan mereka membiarkanku yang sudah hancur-hancuran tergantung di sana. Tentu saja 217 kembali memasukan kail tumpul yang ada di anusku kembali ke liang vaginaku yang juga telah rusak. Selama tiga jam setelah itu orang-orang bebas menjepitkan jepit jemuran di sekujur tubuhku yang kini rasa sakitnya tidak seberapa dibandingkan rasa perih di dadaku dan di selangkanganku. Bahkan kini rasa perih di tanganku yang hancur pun terasa lebih mending.

Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan 217 dan 629, tapi hanya ada aku yang meratapi tubuhku di bawah frame kubus bersama Hua Ying dan seorang inquisitor. 217 dan 629 tidak ada di sana ketika aku sadar. Katanya aku pingsan selama satu jam lebih.

Aku dibiarkan menjadi tontonan dalam penderitaan yang mengerikan ini. Beberapa orang kembali mencambuk tubuhku, meludahiku, memukulku dan menyiksaku tapi tidak ada yang sesakit saat 217 menghantam payudaraku dengan cane bambunya.

Tubuhku sudah penuh luka dan lecet-lecet sudah memenuhi payudara dan juga sekujur tubuhku. Aku sudah tidak kuat lagi ketika mereka melepaskan kail di vaginaku dan memperlihatkan sebuah pot berisi pohon kaktus yang akan mereka masukan ke dalam liang vaginaku yang sudah hancur itu..

“Ini saatnya untuk kaktus ini mendapat tempat !”

Aku hanya bisa menegang saat Hua Ying memasukan kaktus berdiameter 3cm itu ke dalam vaginaku. Aku bahkan sudah tidak punya tenaga untuk menjerit. Rasa sakitnya sudah tidak bisa lagi digambarkan dengan kata-kata.

Mereka membiarkanku menjadi tontonan publik dalam penderitaan mengerikan itu selama satu jam lebih sampai langit mulai gelap. 217 dan 629 kemudian muncul dengan tubuh mereka yang bau sperma, sepertinya keduanya diperkosa habis-habisan.

Kemudian Hua Ying melepaskan ikatan tali di ring yang tersambung dengan kail ke kedua payudaraku tapi tentunya tidak melepaskan kailnya. 217 dan 629 dipersilahkan kemudian untuk menarikku pulang dengan menarik tali tersebut sampai aku kembali ke penjara kota.

Ditarik kail di payudara dengan ditambah disetubuhi oleh kaktus membuatku sulit berjalan, belum lagi karena aku sangat letih, kelaparan dan kehausan. Entah bagaimana aku masih bisa berjalan dengan kondisi seperti itu dan bisa sampai ke penjara kota. Kupikir aku akan mati di perjalanan.

Hari mengerikan itupun berakhir untuk digantikan ahri mengerikan lainnya.



Day #34

Kedua tanganku kini sudah pulih. Akhirnya Dot membuka gipsku dan memintaku mencoba menggerakannya. Terasa masih kaku dan sedikit sakit, tapi setidaknya seluruh tulangku sudah menyatu kembali. Ini adalah momen-momen dimana aku cukup merasakan ada sedikit kesenangan dari hidupku yang begitu menyedihkan.

Hari ini Hua Ying memaksaku untuk merangkak seperti anjing dan ia menarikku dengan leash yang terikat ke collar di leherku. Mereka menarikku keluar dari penjara kota ke taman seperti biasa.

Beberapa orang ada yang berkumpul melihatku, sudah jadi keseharianku menuju taman ini setiap harinya. Bahkan ketika aku sedang datang bulan pun mereka tetap menggantungku dalam posisi yang menyakitkan dan membiarkan aku dipermalukan.

Hari ini Hua Ying menggunakan sihir elemen kayu dan menciptakan batang kayu berdiameter 4 cm yang ia tancapkan di tanah dibawah frame kubusku. Aku bertanya-tanya untuk apakah batang kayu yang menancap dan mengakar di taman. Siksaan apalagi yang akan mereka lakukan padaku hari ini ?

Hua Ying memintaku berdiri dan bergerak ke depan tongkat kayu yang berdiameter 4cm itu.
Aku merasakan jika ia akan memintaku untuk memasukan batang kayu itu kedalam kelaminku dan mempermalukanku. Ketika aku mendekat, posisi tinggi kayu tersebut memang setinggi selangkanganku.

Aku menelan ludah merasakan bagaimana rasa sakitnya dimasukan batang berdiameter 4cm ini. “Perkosa dirimu menggunakan batang itu,” perintahnya dingin.

Aku tidak ingin berargumen dan menambah penderitaanku. Ini akan jauh lebih mending ketika dulu aku diperkosa oleh kaktus dimana duri-duri kaktus itu menempel di dalam kelaminku dan bersarang sampai pagi. Dot mengomel dan harus mensterilkan kelaminku serta perlu 2 hari untuk menyembuhkan kelaminku untuk seperti sedia kala karena terluka parah.

Aku menelan ludah lalu menggunakan tanganku untuk membuat kelaminku menjadi basah. Kurangsang diriku dengan jariku. Rasanya sangat malu sekali dilihat oleh banyak orang. Setelah cukup basah, aku memasukan batang kayu itu kedalam liang vaginaku sambil melenguh antara sakit dan sedikit perasaan nikmat. Aku mulai bisa menikmati sedikit dari rasa kenikmatan dari seks.

Sementara aku memperkosa diriku di taman kota di hadapan banyak orang, Hua Ying sibuk menyiapkan sesuatu yang lebih mengerikan dari yang kubayangkan.

“Cukup !” uajr Hua Ying ketika aku hampir mendapatkan orgasmeku. Aku ingin terus melanjutkannya sampai aku mendapatkan orgasme tapi aku harus patuh. Hua Ying selalu menyiksaku dengan sadis saat aku mengalami orgasme. Ia pernah menyuruh anjing mengigit selangkanganku, pernah juga menyiramnya dengan chili oil ataupun menggunakan balsam panas jika aku orgasme.

Hua Ying kemudian menyerahkan sebuah batu sebesar kepalan tangan kepadaku. Kemudian ia memberikan sebuah paku hitam dengan diameter 2-3mm sepanjang 10 cm.

“Rangsang itilmu, lalu paku-kan itilmu ke batang kayu itu.” perintahnya

Aku tiba-tiba menggeleng dan sebuah tamparan langsung menghantam wajahku.
“Lakukan 769 !” perintah Hua Ying kini begitu mengerikan.

Aku hanya bisa menangis dan mulai membelai-belai daerah paling intim di tubuhku. Aku membuka bibir vaginaku dan meletakan itilku di atas kayu berdiameter 4 cm itu. Aku mengambil paku yang disiapkan Hua Ying dan menaruhnya diatas itilku yang kecil. Aku menangis dan mencoba memukulkan batu itu ke atas paku. Tapi tanganku seolah tidak berani melakukannya. Aku terus menangis. Ini terlalu kejam.

“Kamu tahu, bahwa mansionmu baru saja dibongkar oleh pemerintah dan Inqusitor. Kami menemukan ada banyak bukti-bukti dan catatan ayahmu tentang sihir Scarlet Shardt. Nampaknya kejatahan keluargamu semakin terbongkar. Dan ada hal yang menarik yang kami temukan. Kami juga menemukan ada sihir elemen jiwa yang ada di sana. Ini terpasang dengan baik di lukisan keluargamu. Dimana ada sedikit serpihan jiwa kalian yang ada di sana. Kami mulai mengerti bagaimana cara kerjanya. Mungkin sekali kedua adikmu akan bisa kami lacak. Mungkin kalian bertiga akan bisa merasakan rasa sakit yang sama.” ujar Hua Ying.

“Mei Xing, dan Mei Yue sama sekali tidak bersalah. Aku saja yang terlibat. Hukum aku saja !” ujarku panik.

“Lakukan hukumanmu ! Atau aku akan memaksa kedua adikmu juga untuk ikut serta dalam hukuman !” bentak Hua Ying sambil meludahiku.

Aku hanya bisa menangis. Ya inilah nasibku. Bahkan dengan kedua tanganku yang baru sembuh ini, aku harus menghancurkan daerah intimku dengan kedua tangan ini.

Aku menjerit dan menangis sambil memukulkan paku itu menembus itilku sampai menancap di kayu itu. Aku meraung dan menahan sakitnya dengan air mata yang terus turun membasahi wajahku. Aku terus berteriak dan meraung kesakitan. Rasanya sangat mengerikan.

Aku menangis dan menjatuhkan batu setelah itilku terpaku di kayu itu. Kini aku seorang perempuan yang terpenjara dengan satu paku.

“One bar prison versimu ini sungguh menarik,” ejek Hua Ying kepadaku. Sambil mengambil kedua tanganku dan memborgol kedua tanganku di belakang. Tentunya aku masih menggunakan heels besi yang akan terus menemaniku sampai dihancurkan karena tidak bisa dilepas.

Hari itu orang-orang bebas mencambuk-ku dan beberapa orang memasukan batang sapu juga ke anusku. Mereka juga meludahiku dan mengambil fotoku. Beberapa dari mereka bahkan secara kejam menghantamkan palu ke paku yang ada di itilku membuatku lebih menderita lagi.

Aku hanya bisa menangis melihat tubuhku dihancurkan. Entah berapa lagi aku akan bertahan dalam setiap penderitaan ini.
------------------------------

Part 2 chapter ini di halaman selanjutnya ya
 
Terakhir diubah:
Now, that what I call torture....
This is the way it should be...
Destroy her completely....

Awesome work, bro...
 
Book 1 |
Chapter 8 The Living Death Part 2

Day #50


Hari ke lima puluh, aku tidak bangun di sel-ku seperti biasa. Pagi ini aku masih berada di tong sampah taman di depan toilet umum. Kepalaku terbenam jauh di dasar tong sampah bersama berbagai sampah organik lainnya. Bau busuk sudah menyengat ke hidungku sejak semalam aku dimasukan ke dalam tumpukan sampah organik di tong sampah ini.

Kedua tanganku terborgol di punggungku dan kakiku mengangkang keluar dari tong sampah. Ada botol sambal bekas yang mengisi lubang vaginaku membuatnya merasakan rasa perih semalaman.

Kemarin Hua Ying mempermalukanku dengan membiarkanku diperkosa habis-habissan oleh siapapun yang mau selama seharian. Malam hari aku diserahkan kepada gelandangan dan mereka bebas menyiksaku, jika mereka sudah selesai, mereka tinggal membuangku di tong sampah ini.

Aku sudah tidak tahu berapa banyak yang kulayani, dan mereka memperlakukanku dengan kasar dan sadis. Dan setelah mereka cukup puas, mereka membuangku seperti sekarang ini.

Aku merasakan ada lalat-lalat juga yang menghinggapi tubuhku karena aku sudah menyatu seperti sampah.

Kudengar ada suara orang terkejut karena mengira telah menemukan mayat di tong sampah. Mereka hanya dapat melihat dari pinggangku sampai ke kakiku yang keluar dari tumpukan sampah di dalam tong itu. Mereka juga melihat tulisan tato SEX SLAVE milikku yang ditatokan di atas kelaminku. Apalagi dengan sepatu heels khas perbudakan seharusnya mereka mengetahui bahwa yang ada di sana hanyalah seonggok daging terhukum mati yang tidak perlu dirisaukan.

Aku mendengar suara-suara dan pati sudah menebak bahwa pasti aku, 769 yang ada di dalam tong sampah ini. Mereka lalu beraktifitas seperti biasa, dan meninggalkanku tetap di tempat sampah seolah tidak ada apa-apa.

Hua Ying menendang tong sampahku dan membuatku terguling keluar dari tong sampah itu.
“Selamat pagi 769,” ujarnya riang sambil menyepak buah dadaku dengan kasar.
Selain luka-luka lecet karena cambukan dan perlakukan kasar karena diperkosa seharian, tidak ada luka berarti di tubuhku. Aku hanya sangat keletihan dan dehidrasi dan mereka tidak peduli akan hal itu.

Hua Ying kemudian menarikku putingku dengan kasar, ia menyeretku ke kamar mandi pria dimana aku dibersihkan menggunakan air keran di sana dan kemudian aku diikat diantara 2 urinoir. Hua Ying kemudian memperlihatkan ada dua keranjang yang ditaruh agak jauh dariku.

Satu keranjang berisi jepitan jemuran beraneka warna. Satu keranjang lagi berisikan peniti.
Di keranjang berisi jepitan tertulis “PUAS”
Di keranjang berisi peniti tertulis “PELAYAN BURUK”

“Kamu tahu kan apa yang harus kamu lakukan ?”

Aku hanya mengangguk pasrah,
“Jawab kalo ditanya 769 ! Cuih !” Hua Ying membentak dan meludahiku.

“769 ini harus melayani sebagai urinoir dan oral sex slave untuk dan meminta penilaian,”

“Bagus, jika buruk ?”

“769 akan meminta pelanggan menusukan peniti di tubuh hina 769 sebagai bentuk hukuman, dan jika pelayanan 769 memuaskan pelanggan akan menjepitkan penjepit pakaian di tubuh 769.” ujarku membayangkan apa yang akan terjadi pada tubuhku.

“Kamu baru boleh pulang jika sore nanti 80% pelanggan puas. Oh Tentu saja harus ada 50 pelanggan minimal. Jika kurang dari seratus pelanggan, maka kamu akan dihukum, dan jika nilai kepuasanmu dibawah 80%, kami tidak akan membawamu pulang ke sel melainkan kamu akan kembali digarap oleh gelandangan. Dan terus tiap hari akan berlanjut seperti ini sampai kamu jadi lonte yang pintar memuaskan pelanggan.” ujar Hua Ying

Ini sangat menyedihkan, sebelumnya aku masih berpikir bahwa aku hanyalah objek penderita yang terpaksa diperkosa dan dipermalukan serta disiksa untuk menanggung apapun yang terjadi di mansion keluargaku. Kini aku benar-benar dilatih untuk jadi lonte dan harus merendahkan diriku untuk mempelajari bagaimana memuaskan pria dengan mulutku.

Maka hari panjang itupun dimulai.

“Kena gigi tolol !” bentak seorang pria saat aku layani.
“M-ma-maaf… t-tidak sengaja ” ujarku panik yang kemudian ia menampar pipiku dengan kasar.
“Lonte tolol !”

”Maafkan saya, biarkan saya mencoba lagi….” tapi pria itu hanya meludahiku dan kemudian Pria itu mengambil peniti di keranjang. Memperlihatkan jarumnya padaku.Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku. Memohon dengan tatapan mataku.
“Aku akan melayani dengan lebih baik….. Aku mohon beri aku kesempatan...” Kedua tanganku terikat dan aku benar-benar tidak bisa menggerakan kedua tangan dan kakiku. Aku hanya pasrah ketika jarum di peniti itu menembus puting kananku membuatku kesakitan. Ini bukan peniti pertamaku, hari ini sudah 5 peniti yang bersarang di tubuhku dan belum ada satupun penjepit pakaian di tubuhku. Hari masih panjang.

Sore itu aku masih sibuk memuaskan beberapa laki-laki, sudah ada lebih dari 40 peniti yang bersarang di tubuhku, mulai dari payudara, perut, paha. Hanya ada 13 jepitan pakaian yang ada di tubuhku.
“Lumayan juga,...” ujar seorang pria muda yang baru saja menggunakanku sambil mengambil jepitan pakaian yang ia jepitkan di perutku.

Dua bulan lalu aku masih tuan putri dari salah satu keluarga terkaya di dunia, sekarang aku hanyalah pemuas nafsu yang sangat rendah. Aku hanya bisa menangisi hidupku.

Hua Ying datang bersama dengan dua orang Inquisitor perempuan ketika matahari terbenam. Keadaanku sudah sangat menyedihkan. Aku masih terikat dengan bau pesing dan juga penuh dengan sperma kering. Di Tubuhku bersarang 44 peniti dan juga 15 buat jepitan pakaian.

Aku tahu bahwa mereka akan menyiksaku dan menghukumku karena pelayananku dinilai buruk.

Aku hanya bisa berpasrah untuk menerima rasa sakitnya.
“Kita akan hitung dan lihat skormu. Jika skormu bagus, kamu akan kami bawa pulang ke penjara. Tapi jika skormu buruk maka kamu akan melayani sepanjang malam di toilet ini untuk digunakan sebebas-bebasnya. Kuharap kamu gak mati, karena jika kamu mati, kedua adikmu yang akan menggantikanmu,” ujar Hua Ying.

Ia kemudian mengambil rotan dan memukul jepitan yang menempel di tubuhku.
“Aaaaa…...S-satu… terima kasih….”
“D-dua…..Aaaaa…..T-t-tiga……” aku menghitung tiap kali Hua Ying melepaskan jepitan di tubuhku. “L-lima bela.s… t-terima kasih nona Hua Ying…”

“Cuma lima belas ?” ujar Hua Ying mencemoohku. “Lihat betapa banyaknya peniti yang menghiasi tubuhmu ! Skormu sangat buruk sekali 769 !”

Aku hanya menunduk menantikan hukumanku.
Hua Ying kemudian mengeluarkan sepasang lilin putih berdiameter 7cm dengan tinggi 5 cm. Lilin tersebut memiliki jarum di bagian bawahnya sepanjang 8 cm.

Masih dalam keadaan terikat aku menggelengkan kepalaku. Aku tahu mereka akan menusukan jarum di lilin itu ke tubuhku.
“J...jangan… ampun….ampun….”

Tapi Hua Ying tidak menghiraukanku. Ia kemudian menghubungkan kedua putingku dengan jepitan besi yang saling terkait dengan rantai kecil. Kemudian rantai tersebut diikatkan sebuah tali ke tali yang ada di atasku sehingga kedua putingku ikut tertarik ke atas dan menyebabkan rasa sakit.

Berikutnya ia menusukan lilin itu masing-masing di atas payudaraku.

“Aaaaargh…..” aku menjerit ketika Hua Ying menusukan lilin tersebut diatas payudaraku. Jarumnya masuk ke dalam payudaraku dan rasanya sangat mengerikan. Berikutnya ia menyalakan kedua lilin tersebut.

“Ini adalah hukumanmu karena kamu gak becus dalam melayani orang. Kamu harus sadar bahwa kamu adalah budak seks. Kalo kamu gak bisa memenuhi fungsimu, lebih baik kamu dimatikan saja dan digantikan oleh kedua adikmu !” ujar Hua Ying.

“Ampun….ampun….. S-saya akan belajar lebih banyak dan menjadi budak seks yang berguna…. Beri saya kesempatan….” ujarku memohon pada Hua Ying. Ini sungguh memalukan dan sungguh aku berharap aku lebih baik dimatikan saja jika aku tidak mengingat kedua adikku.

“Kita tinggalkan saja dia di sini, nanti juga malam-malam akan ada banyak orang yang akan menggunakannya…” ujar Hua Ying dan ketiga inquisitor itu pergi meningalkanku kesakitan di kamar mandi umum dalam keadaan terikat dan kedua payudaraku menjadi tempat lilin. Lilin yang terbakar itu menetes dan rasa panasnya sangat menyakitkan.

Baru kali ini aku berharap bahwa segera aku ditemukan oleh pria-pria tunawisma atau siapapun yang akan memperkosaku. Aku takut api ini ketika lilin habis akan membakarku sampai habis.

Entah kenapa aku mengutuki diriku yang sampai hari ini masih tidak becus dalam memuaskan lelaki menggunakan mulutku ini. Aku harus menjadi pelacur yang lebih baik lagi, aku harus membuang semua sisa harga diriku dan menjadi budak seks yang sangat rendahan dan memalukan untuk bisa memuaskan para pria dan memperingan hidupku yang sudah sangat menderita ini. Sehancur itukah diriku ?


“Cklek….” pintu kamar mandi terbuka….

“Wah lonte yang kemarin masih ditinggal di sini. Kita bisa pakai lagi dan masukan ke tong sampah lagi….”



Day #60

Hari ke 60 sejak aku menjadi budak, aku terbangun di selku. Baru kemarin malam aku akhirnya bisa pulang ke selku. Selama hampir 11 hari aku tidak bisa pulang dan menjadi budak seks bulan-bulanan di taman dan di toilet. Tiap hari aku gagal mencapai targetku. Tubuhku sudah benar-benar hancur dengan bekas luka tusukan peniti, dan berbagai penyiksaan lainnya.

Selama 11 hari mengerikan tanpa sekalipun aku disembuhkan membuat tubuhku benar-benar rusak dan menyedihkan. Aku makan seadanya, kebanyakan hanya meminum sperma dan air kencing walaupun ada juga makanan yang mereka berikan padaku seperti bapau yang sudah diludahi dan juga diinjak oleh Hua Ying, atau berbagai macam sisa makanan yang mereka campurkan dengan sembarangan.

Setiap malam sehabis dipakai oleh gelandangan aku dilemparkan ke tempat sampah dan belum aku pulih, atau cukup tidur, aku kembali harus menjadi bulan-bulanan selama seharian. Bisa karena terbiasa adalah yang dapat terjadi jika kita memiliki energi dan kesehatan yang cukup. Sedangkan aku yang tiap hari keletihan dan diperkosa berjam-jam, bahkan aku mengalami menstruasi di hari ke 4 sudah benar-benar tidak ada harapan untuk bisa memenuhi target dari Hua Ying.

Hukumanku pun semakin menggila, setelah hari pertama(51) aku gagal mereka memasangkan lilin di atas payudaraku, hari berikutnya(52) mereka menggantungku terbalik dan memasukan lilin yang dibakar di liang kelaminku dan anusku. Mereka juga ada juga memasukan berbagai tangkai bunga ke dalam liang vaginaku sebagai hukuman selanjutnya(53), dan tentunya ada tangkai mawar yang berduri juga di sana membuatku sangat kesakitan.

Sungguh sangat sulit untuk bisa melayani 40 orang dan 40 orang tersebut mencapai kepuasan, apalagi dengan keadaanku yang sudah sangat lemas dan tidak bergairah. Apalagi tubuhku tidak berhenti disiksa.

(54)Malam selanjutnya mereka menggantungku dan memasukan wajahku ke kloset dimana aku diberi selang untuk bernafas untuk bertahan hidup. Malam itu para gelandangan menggerayangiku dan memperkosaku dalam keadaan menyedihkan seperti itu.

Malam ke lima (55) mereka menguburkanku di bawah sebuah pohon dimana aku diberi sedotan untuk tetap bisa bernafas sepanjang malam. Setidaknya tidak ada yang memperkosaku malam ini hanya da kengerian saja.

Malam berikutnya (56) aku nyaris berhasil dengan 40 jepitan dan 11 peniti. Menurut Hua Ying itu belum 80%, karena batas lulusnya harus 10% peniti, dan jumlah 11 Peniti dari 51 lebih dari 10% sehingga aku tetap harus dihukum. Malam menyedihkan ini aku dibawa ke samping taman dekat pembuangan sampah dimana banyak anjing liar. Mereka mengoleskan bau-bauan yang disukai anjing ke vaginaku dan aku dipasung merangkak sehingga mudah untuk diperkosa anjing-anjing liar. Anjing-anjing liar memperkosaku di malam dingin itu.

Hari berikutnya aku kembali gagal memenuhi target karena keletihan dan sungguh aku sangat capek. Semangat hidupku sudah habis dan aku berharap cepat-cepat mati saja. Tapi Hua Ying mengatakan mereka tahu dimana adikku Mei Xing berada dan akan sangat menarik jika aku meninggal untuk menjemput Mei Xing.

Malam itu (57) aku disalibkan di taman kota dan dibiarkan sampai pagi. Ketika disalib untuk mengambil nafas saja sangat berat dan dalam keadaanku yang sangat letih, aku berusaha untuk bertahan hidup. Biasanya orang akan mati disalib dalam 3-4 hari, jika mereka meneruskan penyalibanku, mungkin aku akan segera menyusul akrena staminaku sudah habis. Untunglah mereka hanya menyalibkanku selama 9 jam, dari jam 9 malam sampai jam 6 pagi.

(58)Malam selanjutnya karena aku masih juga tidak mencapai target, mereka menggantungku terbalik dan menjadikanku samsak latihan untuk dipukuli selama satu malam satu hari sehingga beberapa tulang rusukku patah karena dipukul dan ditendang berkali-kali.

Dalam keadaan mengerikan itu aku keesokan hari masih diikat di antara dua urinoir dan masih harus melayani, tentulah aku yang sudah merasakan rasa ingin mati ini tidak bisa memenuhi tuntutan mereka. Hanya da 20 jepitan dan 33 peniti.


Kemarin malam (59) aku akhirnya diijinkan pulang karena sampai kapanpun aku tidak akan bisa menyelesaikan misiku. “Jadi sex slave saja gagal, memang wanita tidak berguna. Lebih baik kita patahkan kedua kakinya !”ujar Hua Ying di malam kemarin. Maka kengerian itu terjadi. Hua Ying mematahkan tulang kaki kananku, dan mematahkan tulang di paha kiriku.

“Aaaaaaaargh….. “ aku menejrti meraung-raung menahan rasa sakitnya. Sudah beberapa tulang rusukku patah, kini paha dan kakiku juga dipatahkan. Apakah aku akan mati ?

Aku yang tidak bisa jalan mereka suruh aku merayap kembali dalam keadaan sakit dan menyedihkan. Aku membutuhkan waktu 6 jam untuk semalaman merayap dan akhirnya tertidur untuk bangun pagi ini untuk kembali disembuhkan.

“Lama tidak bertemu 769,” ujar Dot yang sedang memasang gips di kakiku. kakiku tulangnya dipatahkan kemarin malam ketika aku masih gagal juga. “Ini mungkin selama seminggu kamu baru akan sembuh kembali, setidaknya tulangmu tidak hancur berkeping-keping seperti waktu itu,” ujar Dot. Dot juga memasang gips di pinggangku karena ada 3 rusukku yang patah.

Hari ini cukup baik dibandingkan hari-hari lainnya. Aku hanya dibiarkan di selku untuk beristirahat. Akhirnya aku bisa beristirahat selama satu hari ini. Entah apa yang akan terjadi besok.


Day #67 saat ini

Aku kembali sudah sembuh dan Dot membuka gips di kakiku. Selama seminggu terakhir aku cukup istirahat dan aku hanya melayani orang-orang yang datang ke penjara kota untuk menikmati tubuhku. Tapi karena kemajuan penyembuhan yang cukup cepat, hari ini aku sudah kembali bisa berjalan walau Dot memperingatkan Hua Ying untuk tidak menyiksaku terlalu sadis selama seminggu ke depan sampai tulangku 100% pulih.

Aku hanya bisa pasrah ketika berdiri di tengah taman dalam ketelanjanganku. Tanganku terikat di belakang dengan sebuah borgol besi. Kakiku juga diborgol dengan sebuah borgol besi yang memiliki rantai 30cm sehingga aku masih bisa berjalan walaupun sulit. Bukan hanya itu, borgol besi di pergelangan kakiku memiliki wujud penutup kaki belakang yang menutup tumitku dan memberikan ganjalan seperti hak tinggi sepatu berbentuk lingkaran sehingga aku selalu jinjit jika berdiri. Seperti memakai sepatu hak tinggi tapi hanya haknya saja sehingga jari-jari kakiku tetap telanjang di tanah. Dan borgolku ini tidak memiliki kunci, melainkan mereka mematenkannya di kakiku.

“Wah sepertinya akan ada pertunjukan menarik hari ini,” ujar seorang pria mengeluarkan ponselnya untuk merekam ketelanjanganku. Ini sudah jadi makanan sehari-hariku.

Hari ini aku dan 217 berdiri di tengah taman dan 629 berdiri di tengah kami.
“Selamat ulang tahun 629,” ujar Hua Ying ramah.

Ini adalah hari ulang tahun yang ke 30 dari 629 berarti hari ini 629 akan dihukum mati. Baik aku dan 217 entah kenapa merasakan perasaan yang sangat tidak enak. Mungkin setiap kali aku disiksa aku menantikan saat umurku 30 dimana semua penderitaan ini akan berakhir. Tapi ketika hal itu benar-benar terjadi, apakah aku akan merasa lega, ataukah aku akan ketakutan menghadapi kematian. Ini semua menjadi perasaan kalut yang bisa kurasakan dari 629.

629 berjalan maju dan berlutut siap menerima apapun yang akan terjadi. Sementara aku dan 217 berdiri 3 langkah di belakang 629.

Hua Ying menciptakan batang kayu dengan elemen wood miliknya di hadapanku dan 217, Batang kayu yang muncul seperti batang pohon yang berakar itu berhenti bertumbuh ketika tingginya mencapai selangkangan kami. Aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku langsung merasa lemas ketika ada sepasang inquisitor yang langsung sigap mengawalku. Mereka merangsang itilku dengan tangannya dan langsung membuka bibir vaginaku, lalu menaruh itilku yang mengeras di atas batang kayu yang permukaannya rata. Mereka mengambil paku dan mulai menaruh paku itu diatas itilku.

Inquisitor itu menatap wajahku yang ketakutan dan menikmatinya. Sementara kudengar 217 menjerit meraung-raung dan kulihat itilnya sedang dipaku oleh sepasang inquisitor yang lain ke kayu tersebut.

Aku yang pernah merasakan kengerian ini kini merasakan rasa takut yang langsung menyelimuti seluruh tubuhku.

“TAK !” pukulan pertama palu di atas paku yang sudah diposisikan di atas itilku langsung menusuk ke dalam itilku menembusnya. Aku menjerit dan meraung raung bersahutan dengan 217 dan para penonton riuh riah mengamati kami.

Ini bukan pertama kali aku mengalami penyiksaan ini, tapi aku paling membenci siksaan yang ini dibanding semua siksaan lainnya. Ketika daerah paling intimku dipakukan ke sebuah kayu, sungguh rasanya sangat terhina dan memalukan. Rasa sakitnya juga sangat luar biasa tak tertahankan.

Aku dan 217 terus menjerit meraung tiap kali mereka memukulkan palu ke paku yang menyiksa kami. Sementara 629 hanya diam saja berlutut tidak jauh dari kami.

“Duk….duk!....duk !” akhirnya mereka selesai memaku kemaluan kami di tongkat yang diciptakan Hua Ying. Rasanya sangat sakit sekali dan kini aku terpenjara oleh sebuah paku di taman kota dikelilingi ratusan orang yang menanti pertunjukan menarik.

Pada upacara hukuman mati, biasanya para terhukum mati lainnya juga akan ikut disiksa. Berbeda dengan para terhukum mati yang bekerja sebagai budak di pertambangan, mereka ketika ulang tahun ke 30 mereka akan langsung dibunuh dengan dibakar, ditenggelamkan, ataupun dikubur hidup-hidup. Para terhukum mati yang memiliki paras cantik seperti aku, 217, 629 akan berlangsung selama 3 hari. Si terhukum mati akan disiksa di kota dan pelan-pelan digiring menuju ke satu arena yang ada di pinggir kota. Di Arena ini barulah terhukum mati akan mati secara mengenaskan. Aku sudah beberapa kali menyaksikan para terhukum mati dieksekusi ketika aku masih menjadi putri terkaya di kota ini.

Beberapa dari mereka ada yang mati karena bertarung dengan singa, ada juga yang diadu dan dikeroyok oleh terhukum mati lainnya yang lebih muda, ada juga yang disiksa sampai mati dengan cara-cara yang mengerikan. Yang pasti, tidak ada yang mati dengan cepat.


“Kau tahu bahwa hari ini kau akan mulai menjalani proses hukuman mati ?” tanya Hua Ying.

“I-iya...” ujar 629 sambil menunduk pasrah dalam ketelanjangannya.

Hua Ying menciptakan sebuah tongkat kayu lagi dihadapan 629. Keempat inquisitor mendekati 629 dan mulai merangsang itil 629 yang mereka paku-kan juga ke kayu itu.

Aku mendengar mereka memalu paku dan melihat bagaimana 629 kini menjerit meraung-raung karena itilnya dipakukan ke tongkat kayu yang berakar di rerumputan.

Kemudian setelah beberapa menit jeritan 629 kini digantikan oleh suara rintihan dan isak tangis kesakitan dari 629. Aku dan 217 juga tentunya merintih dan menangis menahan rasa sakit dari siksaan kami.

Hua Ying kini mengambil sebuah gergagi kecil yang sudah karatan lalu memperlihatkannya kepadaku, lalu kepada 217. Aku hanya ketakutan untuk apa yang akan dilakukannya. Kemudian Hua Ying mendekati 629 dan memperlihatkan gergaji karatan itu.

“Kau tau kan kalau kamu akan mengalami neraka selama 3 hari ke depan ? Kita akan mulai dengan memotong itilmu terlebih dahulu perlahan-lahan…..” ujarnya sadis

629 hanya terus terisak, aku bisa merasakan kengerian dan ketakutannya. Kemudian aku mendengar suara jeritan pilu yang panjang ketika Hua Ying menggunakan gergaji berkaratnya menggesek-gesekannya di itil 629. Ia hendak memotong itilnya 629 sedikit demi sedikit dan pelan-pelan. Rasa sakit berkepanjangan kini seolah menguasai 629 yang berguncang dan melolong karena rasa sakitnya ketika Hua Ying terus menggergaji itilnya sampai akhirnya itilnya yang terpaku itu lepas dan tubuh 629 akhirnya terbebas dari penjara pakunya itu.

“Ada dari kalian yang ingin bebas juga dari penjara paku ?” tanyanya sadis kepadaku dan kepada 217.

Baik aku dan 217 hanya menangis dan turut merasakan kengerian yang dirasakan 629. Nanti aku juga akan mengalami hal seperti itu.

Aku masih mendengar 629 meraung menangis ketika seorang inquisitor membawa besi panas dan membakar kelamin 629 untuk menghentikan pendarahan. 629 mengejang dan meraung-raung sampai mulutnya berbusa dan terjatuh di lantai taman dalam keadaan menyedihkan.

Kemudian inquisitor itu menendang-nendang tubuh 629 dan menyuruhnya bangun dan kembali ke posisi untuk melaksanakan hukuman berikutnya. Rasanya sangat menyedihkan sekali jika membayangkan aku akan ada di posisi itu nanti.

629 berusaha bangun lalu ia bersujud menyembah Hua Ying “T-terima kasih telah menghukum budak ini,” ujarnya sambil menangis. “Budak ini siap menjalani hukuman selanjutnya,”

“Budak pintar, “ puji Hua Ying sambil memberikan aba-aba dan para Inquisitor menarik 629 ke belakangku dan 217 sehingga kami tidak tahu apa yang terjadi.

“769,217, apakah kalian mau bebas juga dari penjara paku kalian ?” tanyanya sadis sambil menggesekan gergaji tumpulnya ke itilku. “Jangan….. AAAAAAAArrrggh….. Budak ini akan patuh dalam penjara satu paku ini Aaaarghhh” ujarku meraung-raung karena itilku sudah mulai terluka oleh gesekan gergaji itu.

Hua Ying segera menghentikan gesekannya di itilku. “Aku sangat tergoda untuk menghukum mati dirimu dan menggantikanmu dengan Huang Mei Yue dan Huang Mei Xing,” ujarnya sambil berbisik di telingaku.

“Aku mohon, jangan…. Aku akan menjadi mainanmu nona Hua Ying,”ujarku “Siksa aku sesukamu dan sepuasmu….budak ini akan menurut dan patuh.” ujarku merendahkan diriku.

Ia kemudian menjauhiku, meninggalkan aku yang merintih dan menangis karena penderitaan ini.

Tak lama Hua Ying kembali membawa 629 yang kali ini merangkak seperti anjing dalam ketelanjangannya. Hanya menggunakan collar besi dan rantai kekang yang menyambung di collar itu. Ujung rantai itu kemudian mereka lingkarkan dan gembok ke tongkat yang ada dihadapanku.

“Kalian sekarang bebas menggunakan Budak 629 selama sampai besok sore jam 15:00, Ingat ini adalah kesempatan kalian terakhir untuk menyetubuhinya sebelum 629 akan benar-benar mati.”

“Jika kalian puas, jepitkan penjepit ini di tubuh 217,” ujarnya menaruh sebuah keranjang berisi jepitan.

“Jika kalian kecewa karena pelayanan seks dari 629 buruk, tusukan jarum pentul ini ke tubuh 769” ujar Hua Ying melanjutkan sambil menaruh sekeranjang berisi jarum di hadapanku. “Tentunya 769 dan 217 boleh kalian sentuh sesukanya walau aku tidak yakin bagaimana kalian bisa memerkosa 2 gadis ini dalam keadaan itil terpaku,” ejek Hua Ying

Aku hanya semakin pasrah karena aku akan ikut mengalami penderitaan jika 629 tidak melayani dengan baik.

Maka berikutnya siang itu menjadi siang yang panjang selama hampir 30 jam aku berdiri sampai hari berikutnya. Dalam 30 jam itu entah sudah berapa banyak tangan yang menggerayangi tubuhku. Jarum demi jarum ditusukan di sekujur tubuhku. Mereka paling suka menusukannya di pantat dan di payudaraku. Rasa pegal akrena terus berdiri dan melewati malam yang dingin. Belum lagi rasa sakit terus di itilku yang terpaku sepertinya tidak kunjung membaik.

629 terus diperkosa bergiliran tanpa henti oleh banyak pria. Ada juga beberapa perempuan muda yang berkelompok mencari kesenangan dengan memasukan heels mereka di vagina 269. Mereka juga menyiksa 629 dengan melecehkannya, meludahinya, dan dengan kasar memasukan botol ke dalam kelamin 629.

Aku melihat kondisi 629 sudah sangat menyedihkan ketika jam 9 malam. Ia letih, dipaksa minum air kencing dan juga diperkosa tanpa henti. Tubuhnya dipenuhi oleh sperma kering dan sperma absah yang bercampur aduk. Ada banyak kondom di sekitarnya yang isinya kebanyakan sudah ditumpahkan ke tubuh 629. Aku melihat mereka memperlakukan 629 dengan sangat buruk, menjenggutnya, menamparnya, meludahinya, menendang dan memukulinya dengan seenaknya. Dan tentu saja semua lubang di tubuhnya digunakan sebagai pemuas nafsu.

Kondisiku sendiri jauh lebih baik walau tidak bisa dibilang baik. Dengan itilku yang masih terpaku, ada juga beberapa orang yang dengan paksa menghunuskan penis mereka dan memaksa memperkosa lubang anusku sementara aku amsih terpenjara dengan paku. Rasanya sangat mengerikan ketika melayani anal seks dalam kondisi itilmu terpaku, tubuhku ditarik-tarik dan digerakan sehingga itilmu ikut tertarik. Aku sendiri sudah diperkosa di anus lebih dari 10 kali dan berhiaskan 70 jarum ketika jam 9 malam. Aku tidak tahu bagaimana dengan nasib 217 yang sepertinya tidak berbeda jauh dariku. Setidaknya 217 tidak mendapatkan jarum di tubuhnya dan hanya dijepit oleh jepitan jemuran.

Masih ada 3 jam lagi sampai hari berganti, akankah nasibku terus seperti ini ?

Day #68

Ternyata aku salah, sebelum tengah malam Hua Ying dan beberapa inquisitor melepas pakuku dan membawa aku dan 217 untuk kembali ke penjara kota sehingga aku kembali terbangun di selku. Dan hari ini pun aku diobati oleh Dot. Dot mencabut semua jarum di tubuhku yang berjumlah 87 dan mengobati semua lukaku termasuk luka di bagian paling sensitif tubuhku. Bekas paku-pun lenyap dan tubuhku terasa jauh lebih baik. Kemudian aku kembali di arak telanjang bersama 217 ke taman kota. Di taman kota aku melihat 629 terbaring di sana dengan keadaan yang sangat menyedihkan.

Seluruh tubuhnya penuh lebam dan ada juga lecet dan luka karena diperlakukan dengan kasar. 629 sudah tampak setengah mati tapi masih ada seorang tukang sampah yang sedang menggagahinya.

Aku yakin 629 sudah diambang batas dan sebentar lagi akan mati.
“Sepertinya 629 tidak akan bertahan sampai jam 3 nanti,” ujar seorang inquisitor. “Taruhan yuk !” mereka tertawa-tawa dan akhirnya salah satu dari mereka mendekati 629 dan memberinya minum setelah menyiram air karena terlalu jijik terhadap tubuh 629.

Kupikir hari itu aku dan 217 akan dipaku kembali tapi ternyata tidak. Kami berdua hanya diikat untuk menonton 629 kembali diperkosa dan menjadi papan penilaian. Tapi hari itu berbeda dari kemarin, karena sedikit sekali orang yang memperkosa 629. Dan 629 sendiri sudah seperti mayat yang hanya pasrah. Orang terakhir yang menggunakannya meludahi 629. “Udah rusak lontenya. Longgar semua !” ujarnya sambil menusukan satu jarum ke buah dadaku.

Mungkin dari jam 10 pagi sudah tidak ada seorangpun yang mau menggunakan 629. Jarum di tubuhku pun hanya ada 9 buah dan semuanya di daerah buah dadaku.

Akhirnya walau banyak orang yang mengerumuni kami dan memegang-megang tubuhku dan 217 tapi tidak banyak yang terjadi. 629 dibiarkan tergeletak begitu saja dan tidak ada yang mempedulikannya.

Ketika sore menjelang Hua Ying melepaskan jarum-jarum di tubuhku dan mengikat aku dalam posisi menungging. Kedua tanganku diikat kebelakang dan ia memaksaku menaikan bokongku ke atas dalam posisi berlutut. Kepalaku menempel dengan tanah. Seorang inquisitor menginjak kepalaku membuat perasaanku sangat terhina. Tapi berikutnya aku melihat seekor anjing doberman mulai mendekatiku. Tak lama aku bisa merasakan penis anjing itu memasuki liang vaginaku, ya aku kembali diperkosa oleh hewan. Kulihat di sisi lain 217 juga diperkosa oleh anjing herder.

Dengan vaginaku yang tidak begitu basah tentunya dimasuki penis anjing amatlah menyakitkan dan berikutnya aku hanya terus mengaami rasa sakit dan nikmat sampai penis anjing itu berkedut dan membesar dan memposisikan diriku dalam posisi knotting. Rasanya sangat menyakitkan sekali. Dalam rintihan kesakitanku kulihat seekor kuda stallion hitam dengan penis menjuntai panjang yang mendekati 629 dituntun oleh seorang inquisitor.


Aku tidak melihatnya tapi kudengar suara jeritan 629 yang berteriak-teriak ketika diperkosa oleh kuda stalion hitam itu. Aku berusaha melihat apa yang terjadi, dan melihat kengerian penis raksasa kuda itu memperkosa 629. Tiba-tiba aku menjadi sangat bersyukur aku hanya diperkosa oleh seekor anjing doberman hari ini.

“Tidak mungkin masuuuu AAAAAAAAAAAA” suara jeritan 629 kembali terus terdengar meraung-raung selama hampir satu jam.

Aku sendiri menjerit-jerit ketika anjing ini melakukan knotting di dalam liang vaginaku. Hampir satu jam lebih kami bertiga diperkosa oleh hewan. Banyak orang merekam video kami.

“Wah gila 629 main sama kuda…. Udah longgar semua sih lobangnya. Tapi sayang juga ya cewek cantik gitu dibunuh.”

“769 dulu dia putri kaya kan ? sekarang malah ngentot sama anjing, hidup emang berputar !”

“217 kasian juga ya, aku suka main sama dia di penjara,”

Komentar-komentar yang mengasihani dan mencemooh kami terus terdengar ketika kami diperkosa oleh binatang. Beberapa perempuan juga memvideokan kami.

Setelah perkosaan oleh hewan, aku dan 217 dipaksa untuk menyeret 629 yang sudah pingsan. Kulihat lubang vagina 629 sudah menganga dan banyak sperma keluar dari sana. Elastisitas vaginanya sudah kendor dan kondisinya memang sangat menyedihkan. Aku dan 217 diminta untuk menyeretnya ke Arena. Aku dan 217 bergantian menyeret 629 yang sudah babak belur.

Malam itu 629 dipersilahkan untuk beristirahat. Sejujurnya 629 masih hidup saja sudah luar biasa. Jika orang biasa atau yang tidak terlatih mengalami penyiksaan seperti 629, pasti dia akan mati. 629 sudah cukup lama disiksa menjadi budak dan hal ini membuat daya tahan tubuh dan staminanya lebih kuat dibanding dengan orang kebanyakan.

Ketika kupikir hari ini akan terasa mudah, Hua Ying muncul membawa kawat berduri yang akan dililitkan di tubuh kami bertiga untuk siksaaan malam. Aku hanya pasrah ketika tubuhku dililit oleh kawat berduri. 217 dan 629 juga hanya bisa pasrah. Terutama 629 yang bahkan seperti tidak bereaksi. Apakah 629 sudah mati ?

Kamu bertiga digantung terbalik di depan pintu Arena di samping jalan raya. Ada 3 frame setinggi 3 meter untuk aku, 629, dan 217. Kedua kaki kami dipaksa membuka, kami tergantung seperti huruf Y. Tentunya 629 digantung di tengah, dan aku dan 217 di samping kanan dan kirinya. Tubuh kami masih berhiaskan kawat berduri. Selain tergantung dan dililit oleh kawat berduri yang diikatkan seperti ikatan bondage, kepala 629 juga diberikan mahkota duri dari kawat.

“Oh aku tahu pasti kalian akan bosan, karenanya aku sudah membawa hadiah untuk kalian. Ini ada 3 buah dildo untuk menemani kalian.” Ia menunjukan dua buah ranting pohon berdiameter 3 sampai 4 cm dengan panjang sekitar 30 cm. Dan ada juga sebuah kaktus dengan diameter yang mirip dengan panjang 20cm yang memiliki banyak duri.

Kemudian para inquisitor itu kemudian membuat kaktus itu melayang dan masuk menghujam liang vagina 629 membuat tubuh perempuan malang itu mengejang, sementara vaginaku dan 217 dimasukan ranting kayu berdiameter 3 sampai 4 cm.

Kami dibiarkan tertidur dalam posisi itu. Malam itu angin bertiup dan hujan pun turun mengguyur kami. Membuat kehidupan kami bertiga semakin menyedihkan. Aku yang mengigil bisa melihat 629 sudah diambang batas, entahlah apakah dia akan menerima hukuman mati besok atau mati pada malam hari ini.


Day #69

Ketika pagi menjelang, hujan sudah berhenti tapi langit tetap mendung.
Jam 9 pagi, kami dilepaskan dari gantungan kami dan dimandikan oleh beberapa relawan yang ada di Arena.

Para inquisitor telah mempersiapkan acara pembantaian yang cukup mengerikan sepertinya dan kursi penonton pun sudah penuh di arena. Dot sibuk menyembuhkan kondisi 629 yang sudah nyaris tak tertolong. Sementara aku dan 217 disembuhkan oleh inquisitor lainnya karena luka kami hanya luka luar yang ringan.

Bangunan arena ini menyerupai koloseum tempat dulu diadakan pertandingan sihir, sampai sekarangpun masih sering digunakan untuk arena pertarungan profesional dimana mereka berlatih atau mengadakan pertandingan tingkat kota. Hanya saja ukurannya tidak terlalu besar, hanya seukuran setengah lapangan sepak bola.
Aku dan 217 diijinkan mengintip ke area lapangan dari balik jeruji yang menghadap ke arena. Sementara 629 yang telah disembuhkan berjalan masuk. Aku melihat bahwa Dot hanya mengobati sebagian saja dan sangat terlihat bahwa 629 sangat keletihan dan belum pulih. Keadaannya masih tampak sangat menyedihkan dengan lebam di berbagai tempat, luka luarnya mungkin sudah disembuhkan tapi jaringan di dalamnya sepertinya sudah rusak terlalu parah.

629 tidak telanjang, ia menggunakan baju halter berwarna kuning dengan tali bra berwarna hitam yang terlihat dibalik halternya. 629 juga mengenakan celana pendek putih dan ia juga membawa sebuah tombak. Tentunya collar pengunci kekuatan masih ada di lehernya. Tapi sepatu besinya telah dilepaskan dan ia menggunakan sepatu kets berwarna putih. Di Duga ini adalah pakaian ketika ia ditangkap dulu.

Biasanya hukuman mati berbeda-beda, tergantung mood dari si pembuat acara, terkadang penyiksaan sadis sampai mati. Ada juga yang ditarik kuda empat arah sampai kaki dan tangannya putus semua, ada juga yang diadu dengan hewan buas seperti beruang, singa, dan terkadang ada juga yang bertarung satu sama lain hingga mati. Beberapa terhukum mati memiliki kemampuan bertarung yang luar biasa, aku pernah melihat ada seorang perempuan terhukum mati yang berhasil membunuh 3 ekor singa dan seekor beruang. Akhirnya ia baru mati ketika diadukan dengan sekelompok serigala raksasa yang sudah diubah genetiknya. Sejujurnya pertempurannya sangat menarik dan akupun menyaksikannya berkali-kali waktu aku kecil.

Entah apa yang akan dilawan 629 untuk membunuhnya.
Salah satu gerbang terbuka dan 4 ekor hyena keluar dari gerbang tersebut.

Jika 629 bisa menggunakan kekuatan elemencernya, seharusnya membantai 4 hyena tidak akan terlalu sulit. Aku pernah dengar 629 adalah salah satu elemencer yang berbakat dan pandai dalam memanipulasi sihir, tapi 629 tidak memiliki tubuh yang atletik. Ia lulusan dari House Of Adler di skotlandia. Para Wizard of Adler adalah para elemencer yang mempelajari sihir-sihir besar dan rumit, merupakan ahli ilmu sihir murni. Biasanya para Wizard dari Adler memiliki kelemahan di mobilitas, mereka yang masuk adalah para pecinta buku dan nerd yang jarang memiliki kemampuan otot yang baik. Bukannya stereotipe, tapi memang kebanyakan seperti itu, secara kurikulum juga para Wizard of Adler menggunakan sihir elemental mereka untuk meng-enchance kekuatan fisik mereka sehingga jika kekuatan mereka dikunci, maka mereka benar-benar tidak memiliki muscle memory yang terlatih.


629 mengambil kuda-kuda untuk siap menebas Hyena. 629 menatap tajam ke arah 4 Hyena tersebut. Aku bisa melihat ketakutannya dari gerakan tubuhnya. Jika aku yang ada di sana, aku akan dengan mudah melumpuhkan 4 ekor Hyena dengan bantuan tombak karena aku memang terlatih dengan berbagai jenis senjata. Aku, Mei Yue, dan Mei Xing bersama Tian dilatih sejak kecil untuk menggunakan kekuatan elemencer maupun kekuatan fisik.

629 kemudian memutarkan tongkatnya dan berusaha untuk tetap tenang, dan salah satu Hyena itu berlari ke arah 629. Dengan sigap 629 berputar mengayunkan tombaknya dan ujung tombaknya merobek kepala si Hyena yang maju dan membuatnya terpental dan ketakutan. Ketiga Hyena lainnya segera maju dan menyerang 629.

629 kemudian melompat dan menikam salah satu Hyena yang terdekat dengannya sedangkan seekor Hyena meggabruknya dari belakang membuat 629 terjatuh. Seekor Hyena menggigit kaki 629 tapi sekejap kemudian 629 menikam Hyena yang menggigit kakinya dengan pisau yang ia selipkan di celananya. 629 menikamnya berkali-kali di kepala si Hyena dan mengayunkan pisau itu untuk mengusir Hyena yang menerkamknya.

Sekarang tinggal satu lawan satu, tapi kaki kiri 629 kini penuh darah karena digigit oleh Hyena. 629 kembali mengambil tombaknya yang terjatuh dan mengarahkannya ke seekor Hyena tersebut.

Hyena kembali menyerang dan dengan cepat 629 menusuknya saat Hyena itu melompat menerkamnya. Membuat Hyena itu tertusuk dan mati.

Penonton berteriak dan bersukacita menyaksikan pertempuran yang lumayan menarik ini.

“Luar biasa…….629 berhasil mengalahkan 4 orang Hyena. Kita melihat betapa berbahayanya perempuan ini,” ujar komentator.

Berikutnya gerbang lain terbuka dan seorang Inquisitor pria berbadan besar muncul membawa gada di tangan kirinya, sementara tangan kanannya membawa bola besi yang terikat dengan rantai. Ia memegang rantainya dan memutar bola besi tersebut.

“Long Guo,” itulah nama Inquisitor tersebut, dia adalah salah satu inquisitor yang lumayan di kenal di china. Kemampuan bertarungnya termasuk yang paling tangguh dan dibilang paling mendekati Fang Yu Jian dalam teknik bertarung tanpa sihir. Sihirnya tidak terlalu kuat akan tetapi dengan kemampuan fisiknya, bahkan elemencer tangguhpun dapat dia kalahkan.

“Yah tapi akankah 629 bisa menang melawan algojo di pertarungan tanpa sihir ini ?” ujar komentator.

629 yang kakinya terluka tentunya tidak akan bertahan lama, ia akan segera dihancurkan oleh pria itu.

“Ini sangat tidak menarik membantai perempuan yang tidak berdaya !” Long Guo berteriak.
“Marilah kita bermain ! keluarkan dua terhukum mati lainnya untuk melindungi 629. Tiga lawan satu baru adil. Tenang saja aku takan membunuh kedua tahanan itu sekarang. Jika keduanya berhasil 10 menit bertahan melawanku, beri mereka libur satu minggu. Jika gagal kau bisa hukum mereka. Hua Ying, aku tahu kau mendengarku” teriak si Long Guo.

Para penonton bersorak dan meneriakan untuk mengeluarkan 769 dan 217 sehingga akhirnya suara Hua Ying terdengar dari speaker komentator. “Baiklah kita bermain game sesuai keinginanmu Long Guo”

Beberapa inquisitor muncul begitu saja dan menggiring kami ke sebuah ruangan. Aku memasuki ruangan tersebut dan melihat ada banyak senjata di ruangan itu. Aku dan 217 juga kemudian diberikan tunik dari kain goni untuk menutupi ketelanjangan kami.

Tanpa membuang waktu aku segera mengenakan tunik tersebut. Tunik tanpa lengan dengan panjang setengah paha. Tunik ini sudah tampak usang dan ada beberapa sobekan. Tapi lebih baik daripada telanjang.

Aku dan 217 menggunakan hak sepatu besi yang akan menyulitkan kami bergerak karena sepatu ini tidak akan dilepas sampai kami akan dihukum mati. Aku harus berhati-hati dalam memilih senjata. Banyak senjata yang sangat membutuhkan gerakan akrobatik. Dengan sepatu sialan ini aku pastilah akan sangat kesulitan bergerak seperti seharusnya.

Aku tidak tahu dengan 217, tapi aku memutuskan untuk memilih sebuah pisau yang kuikatkan ke seuntai tali. Teknik pisau dan tali atau yang lebih dikenal dengan sebutan rope-dart atau Sheng biao adalah salah satu teknik akrobatik jarak menengah yang lebih sulit diprediksi.

Aku juga mengambil sebilah pedang tipis untuk senjata cadangan yang kubawa di punggungku. Beruntung tempat pedangnya memiliki selempang sehingga bisa kubawa dengan mudah.

217 mengambil sebuah perisai dan sebilah trident sebelum kami berdua ikut memasuki arena.

Ini bukan pertarungan hidup dan mati. Long Guo tidak berniat membunuh kami tapi aku tahu dari reputasinya, dia akan membuat lawannya babak belur sampai setengah mati. Dan tentunya dalam permainan ini, aku dan 217 hanya cukup bertahan selama 10 menit. Jika kami bertahan, kami akan bebas dari siksaan selama satu minggu. Jika kami gagal, kami akan mengalami siksaan tambahan yang kami sendiri belum tahu apa.

“Sudah berapa lama sejak terakhir kali kau bertarung ?” tanyaku kepada 217 yang tampak berlatih menggunakan tridennya, dari gerakannya tampaknya dia pernah terbiasa menggunakan senjata itu.
“Sudah sangat lama sekali,” ujar 217 “Sejak aku dijatuhi hukuman ini aku tidak lagi berlatih, entah apakah aku masih sefasih apa sekarang, toh dari dulu aku bukan petarung sekaliber dirimu,”

“217, kau lindungi 629. Selalu dekat dengan 629. Aku akan mencoba mengalihkan perhatiannya selama mungkin. ” ujarku sambil memutar-mutar pisauku.

“Apakah kau bisa membunuhnya ?” tanya 217
“Aku ragu kita akan dibiarkan membunuhnya. Ketika kita akan menang pasti kita akan dilumpuhkan dengan setruman atau apapun dari luar arena.” ujarku.

Ketika kami memasuki arena, terdengar suara sorak-sorai dan Long Guo sendiri tampak senang dengan kehadiran kami di arena. “Ini akan menjadi hal yang seru !” ujarnya.

“Sudah lama aku ingin mencoba melawan Huang Mei Yue murid dari Yu Jin.” ujarnya padaku sambil memasang kuda-kudanya.

Aku mengambil jarak sekitar 10 meter lebih depan daripada 629 yang kakinya terluka. 217 berdiam di samping 629 dan menaikan perisainya serta menyiapkan tombaknya.

“Apa kau tidak takut mati ?” tanyaku pada Long Guo.
“Akan sangat menarik jika kalian bisa membunuhku,” ujar pria itu angkuh.

“Pertempuran di mulai !” teriak seorang Inquisitor dibalas oleh suara sorak sorai.

Aku memutar-mutar tali berujung pisau tersebut. Aku mencoba membiasakan diri dengan sepatu terkutuk ini dan bergerak akrobatik, agak sulit tapi reflekku belum seburuk itu. Jika saja 2 bulan yang lalu aku pasti masih bisa sangat sempurna, kini aku merasakan aku tidak seakurat dulu dalam melempar dan memainkan tali dan pisau ini.

Long Guo hendak maju tapi aku memutarkan pisauku dengan tali untuk menghalaunya sehingga mengambil langkah mundur. Dengan putaran badan aku memutarkan pisauku dan menendang talinya agar pisaunya melesat dengan kencang dan berhenti di dekat kakiku.

Aku kembali memutarnya dan mengancam Long Guo agar semakin menjauh daripadaku. Aku hanya perlu terus membuang waktunya untuk menang.

Aku merasakan Long Guo cukup kesulitan untuk menembus pertahananku yang kubuat dari gerakan pisau yang berputar-putar disekelilingku. Aku terus mencoba mengganti variasi dan ritme gerakanku agar Long Guo tidak menemukan motif seranganku. Aku berusaha terus mengubah-ubah gerakanku dan mengkombinasikannya membuat ia yang setiap kali maju kembali harus mundur karena pisauku dengan mudah menerjangnya dan bersliweran siap mematuknya.

Beberapa kali ia mencoba menahannya dengan gadanya tapi aku selalu berhati-hati dan tidak mengarahkan pisauku ke gadanya dan berusaha menghindarinya sehingga pisauku yang bersliweran sulit dihentikan.

Beberapa kali ia mencoba menangkap serangan pisauku dengan memukul pisauku dengan gadanya. Ia sempat memukul dan memetalkan pisauku tapi dengan muda aku menarik pisauku dengan talinya dan aku kembali menyerangnya memaksanya untuk mundur kembali sehingga jarak kami terus terjaga.

Sudah hampir 5 menit pertahananku tidak bisa ditembus oleh Long Guo, tinggal setengah jalan lagi dan aku akan menang. Long Guo tampak mencoba menyerang ku lagi 2 samapi 3 kali lagi dan kemudian ia kembali mundur ketika aku berhasil mengusirnya dengan serangan pisauku agar ia tidak mendekat.

“3 menit lagi !” terdengar suara nyaring terdengar.

“Kau membuatku bersenang-senang tuan putri !” ujarnya sambil tersenyum bergairah. Kemudian Long Guo kini mengubah kuda-kudanya, ia tampak sangat yakin dengan serangan berikutnya.

Sekejap kemudian tatapan tajam ke arahku dari mata sipitnya seolah menusuk sampai kedalam sukmaku, dengan cepat ia berlari menerjang ke arahku, dan dengan mudah menghindari pisauku yang kuarahkan kepadanya, ia memukul pisauku dengan gadanya, pisauku terpental dan kemudian sejurus kemudian ketika aku menarik tali untuk mengendalikan pisauku, dengan sigap ia melakukan tendangan pengungkit dan mengaitkan talinya dengan kakinya sehingga aku kehilangan kontrol terhadap pisauku, dan sekejap berikutnya dengan gadanya ia menghantam taliku dan memutarkannya agar terkait dengan gadanya lalumengambil alih tali kendali pisau membuat pertahananku goyah dengan gerakan kakinya. Ia mempersempit jarak denganku dan membuatku kehilangan keseimbangan. Kemudian dia melemparkan bola besi dan rantainya ke arahku. Aku yang panik segera menghindarinya, mengambil pedangku dan melepas tali kendali pisauku. Berikutnya taliku yang sudah dikendalikan olehnya mencambuk dadaku dengan cukup keras sehingga membuatku sedikit terpental dan sesaat perikutnya jarak antara aku dan Long Guo hanya 2 sampai 3 langkah.

Dengan lincah pria besar itu memainkan rantainya memmaksaku menghindari dan menyerangnya tanpa persiapan yang matang. Seranganku dengan mudah dipatahkan dengan gadanya, dan dalam 2 sampai 3 jurus, Long Guo memukul paha kananku dengan gadanya membuatkua menjerit kesakitan, dan dengan sigap dan efisien kakinya membuatku hampir terjatuh dan dengan tendangannya yang lain ia mematahkan kaki kananku. “Krak !” aku mendengar suara kaki kananku dipatahkan dengan mudah. Aku menjerit kesakitan dan berikutnya Long Guo memutar gadanya menghantam pinggangku dan mematahkan beberapa rusukku sekaligus. Berikutnya ia menghantam lengan kananku dengan bola besinya dan langsung tulang lenganku remuk seketika. Aku kembali menjerit sejadi-jadinya.

Dengan lincahnya ia mengambil pedang yang terlempar lalu menancapkan pedang tersebut menembus paha kiriku. Aku menjerit sejadi-jadinya. Kini betis kananku patah, paha kiriku ditusuk pedang, lengan kananku remuk, disertai juga beberapa rusuk kiriku juga patah.

Apakah aku akan mati ?

Sekejap berikutnya ia kembali melaju dan 217 yang ketakutan dengan mudah dikalahkan, Long Guo memukul perisai 217 dan langsung seketika gadis itu terlempar. Long guo cukup sigap merebut trident 217 dan dengan satu lemparan, triden itu menikam paha kanan 217 membuat gadis itu meraung-raung juga kesakitan.

Long Guo dengan mudah menghancurkan tombak 629 kemudian ia dengan gerakannya memelintir tangan kanan 629 dan mematahkan tulangnya, lalu dengan satu gerakan lain mematahkan kaki kiri 629, lalu paha kanannya dipatahnya juga. Berikutnya baru ia memathkan tangan kiri 629 lalu membiarkan gadis malang itu terjatuh di arena. 629 menendang 629 berkali-kali di selangkangannya lalu ia mengambil patahan tombak dan memasukan kayunya ke vagina 629 dan menancapkannya sangat dalam sampai mengeluarkan darah karena tertusuk oleh patahan tongkat.

629 sudah tidak bisa menjerit-jerit dan hanya seperti ikan yang tergeletak di darat, bergerak-gerak putus asa menunggu kematiannya dalam ketidak berdayaan.

“Selesai sudah, !” ujar Long Guo. “Aku butuh tantangan !” teriaknya sambil pergi meninggalkan 629 yang sedang meregang nyawa.

Hua Ying mendekatiku, lalu mencabut pedang di paha kiriku lalu mengeringkan lukanya dengan sihir agar aku tidak kehabisan darah, tapi ia tidak menyembuhkannya, hanya membuat darah di bagian luar membeku saja.

“769, merangkaklah kembali ke samping arena jika kau mau disembuhkan, atau kau bisa mati bersama 629 di sini dan adikmu akan menggantikan tempatmu,” ujar Hua Ying sambil meludahiku.

Aku yang kesakitan kini berusaha berbalik dan merayap dengan tangan kiriku. Kaki kiriku hanya bisa kugerakan sampai paha, sedang kaki kananku hanya bisa kuseret sama seperti tangan kananku yang tulangnya sudah remuk. Belum lagi rusukku yang juga patah.

217 diseret oleh beberapa Inquisitor sementara aku dipaksa merangkak ke samping arena. Aku melihat 629 dibiarkan di tengah arena untuk mati. Perempuan malang itu akhirnya akan segera berakhir.

Aku sangat menantikan saat-saat itu, aku sudah ingin mati daripada harus hidup menderita seperti sekarang ini. Tapi aku harus terus bertahan untuk Mei Yue dan Mei Xing.

Ketika aku merangkak dengan tangan kiriku sampai ke samping arena aku melihat orang-orang yang bubar beberapa mendekati 629 dan meludahinya atau bahkan ada yang menginjak perempuan yang diambang kematian itu.

Ketika seorang Inquisitor membantuku untuk dinaikan ke sebuah gerobak, ketika kesadaranku sudah menuju akhir, aku melihat ada cahaya merah yang mengalir ke arahku, cahaya merah seperti air itu mendekatiku. Aku tidak mengenali cahaya itu dan cahaya itu masuk saja ke tubuhku yang terkulai tak berdaya. Aku melihat cahayanya yang mengalir itu berasal dari mayat 629. Tapi baik orang-orang disekelilingku sepertinya tidak dapat melihat cahaya merah ini karena tidak ada reaksi apa-apa dari mereka.

Apa yang sebenarnya terjadi denganku ? Apa cahaya merah yang masuk ke tubuhku ? Apakah ini kutukan 629 ?

**************************************************************

Di sisi dunia lain, Huang Mei Xing dalam ketelanjangannya sedang mengigil, seluruh tubuhnya penuh dengan bekas cambukan. Perempuan malang itu terbaring mengigil dan dibiarkan kehujanan di dalam sebuah dungeon tanpa atap.

Seorang perempuan menyetrumnya, “siapa dirimu ??”

“Aku…. Ai… aku ai… aku tidak tahu apa yang terjadi, tiba-tiba saja aku terlempar dan terdampar di sini ! Sungguh aku mohon aku mengatakan yang sebenarnya….” ujar Mei Xing

“Jangan bohong !” bentak perempuan itu sambil mendekati Mei Xing dan kembali menyetrumnya. Perempuan sadis itu berdiri dengan payung hitam yang melayang memayunginya dari hujan. Pakaiannya serba hitam itu memiliki simbol kepala naga hitam dengan lentera.

“Katakan yang sesungguhnya, dari mana asalmu ?”


----------------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Paling mantap waktu ketemu sama kuda, tapi sayang cuma adegan sekilas..
Ya wajar si karna ceritanya gak fokus kesana..
Mantap, ditunggu kelanjutanya hu..👍🏼👍🏼
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd