Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
-
Alamat alternatif sudah baru gan.
Bookmark alamat ini gan : https://bit.ly/ceksemprot
Atau buka dengan VPNIkuti alamat terbaru dari forum di : Follow Twitter @SemprotCom
- Status
Yhonoz
Semprot Sejati
Absen lagi Om 
#SalamKaumJelantah
#SalamKaumJelantah
Yhonoz
Semprot Sejati
Absen lagi Om
#SalamKaumJelantah
#SalamKaumJelantah
Paletol
Adik Semprot
- Daftar
- 10 Mar 2018
- Post
- 102
- Like diterima
- 4.878
Chapter 6
---
Wanda Dewi Sasmita
“Nicely done, Bay! Pemaparan kamu udah sama kaya pemahaman saya pas baca report ini kemarin. As always, saya suka sama hasil kerja kamu” puji Pak Broto di meeting pemaparan due diligence kami siang itu. Aku hanya mengangguk dan tersenyum menanggapi pujian Pak Broto.
Seminggu sudah Dera tidak mau berkomunikasi denganku. Kecuali terkait hal-hal yang menyangkut pekerjaan, dia selalu menghindar setiap kuajak berbicara untuk menjelaskan bekas cupang itu.
“Tadi saya juga udah telfonan sama Pak Cahyo buat finalisasi kontrak nya. Kalau udah beres semua, nanti saya minta kamu buat advisory sama buat strategic planning nya ya Bay” ujar Pak Broto selesai meeting pemaparan barusan.
“Oh iya Pak, nanti kabarin ke Mba Wanda aja masalah teknis nya” aku menjawab seadaanya. Pikiranku masih tidak fokus mengikuti meeting ini. Seharusnya Dera sebagai in-charge ikut denganku dan Mba Wanda dalam meeting ini, tapi ketika ku ajak kemarin, ada saja alasannya untuk menghindariku.
“Iya Pak, nanti seperti biasa kita bahas terkait jenis jasa sama hasil apa yang Bapak butuhkan. Nanti biar saya bantu assign siapa yang paling expert buat nge-handle project dari Pak Broto” Mba Wanda dengan sigap langsung menimpali permintaan Pak Broto menyadari kalau aku melempar ‘bola’ kepadanya.
“Aiiihh.. It’s a big no, Bu Wanda” dengan gaya nya yang bossy, Pak Broto mengibaskan tangan menunjukkan gestur menolak tanggapan Mba Wanda.
“Bu Wanda, pokoknya kalau projek saya ga di handle sama si Bayu, saya ga jadi pake firma Bu Wanda. Bisa ditaro di kontrak ga tuh request saya?” jawab Pak Broto serius.
“Hahaha iya Pak noted, nanti saya atur. Pokoknya untuk semua projek dari Pak Broto, Bayu yang bakal handle. It’s a promise” jawab Mba Wanda menyanggupi permintaan dari Pak Broto. Seperti pepatah, pembeli adalah raja. Apapun yang diminta Pak Broto, pasti Mba Wanda akan mencoba menyesuaikan.
---
“Great job Bay, udah cinta mati tuh kayaknya Pak Broto sama lo. Jangan sampai lepas tuh, bisnis dia dimana-mana, bakal langganan terus sama kita” kata Mba Wanda memberi pesan padaku yang saat ini sedang menjadi supir pribadinya keluar dari gedung kantor milik Pak Broto.
“Iya Mba siap, kalo perlu nanti ntar gue kerja di kantornya Pak Broto deh” jawabku malas menanggapi pesannya padaku.
“Yee itu sih namanya lo resign dari sini..” respon Mba Wanda mengerti maksudku “tapi ya gue sih gapapa kalo lo cabut ke dia, kayaknya lo langsung jadi tangan kanan doi tuh. Pokoknya kalo lo resign jangan dadakan, bisa mati berdiri gue kalo lo cabut tiba-tiba”
“Iyee” jawabku singkat. Mba Wanda hanya mengernyitkan dahi karena tidak biasa nya aku dingin menanggapi obrolannya.
“Lagi kenapa sih lo?” tanyanya tiba-tiba.
“Laper” kembali aku menjawab pertanyaannya singkat. Aku tau arah pertanyaan nya pasti akan membahas terkait hubunganku dengan Dera. Mba Wanda pasti sudah menyadari kalau terjadi sesuatu di antara kami.
“Halah jangan boong. Ga biasa nya lo dingin gitu di depan klien. Biasanya elo paling bisa nyairin suasana. Tumben banget tadi elo malah langsung ngelempar ke gue pas Pak Broto lagi muji-muji elo” cecarnya padaku.
“Lo di Bali ngapain?” Mba Wanda langsung to do point ke arah inti permasalahan.
“Closing meeting sama Pak Cahyo terus liburan ampe minggu. Kan gue udah ngasih tau itenary nya sebelum berangkat” aku tidak mau terjebak dengan pertanyaannya. Meskipun terlihat santai, Mba Wanda terkenal dengan kecerdasannya. Tidak heran dia menjadi partner termuda di firma kami.
“Itu mah ga usah gue tanya. Maksud gue selain itu Bay..” posisi duduknya di kursi penumpang sudah memiring memperhatikan gestur ku.
“Ngapain lo liatin gue kaya gitu sih Mba? Grogi nih gue jadi ga konsen nyetir” aku berusaha sebisa mungkin mengalihkan topik ini sesegera mungkin.
“Halah sejak kapan lo grogi kalo gue liatin?” Mba Wanda secara tidak sadar mengikuti candaan ku dan melupakan topik awal.
“Lo aja ga pernah sadar Mba. Lagian laki-laki mana sih yang ga grogi diliatin bos cantik kaya lo Mba?”
Mba Wanda memang masih terlihat sangat cantik. Umurnya masih belum sampai 40 tahun. Badan nya masih seksi terawat. Tinggi nya yang semampai serta balutan busana yang harga nya jelas tidak murah itu memberikan kesan wanita karir yang sukses dan elegan. Tak kalah bila disandingkan dengan model papan atas di Indonesia. Betapa bodohnya suami Mba Wanda bisa-bisanya berselingkuh meskipun sudah memiliki istri secantik ini.
“Cantik tapi kalo ga bisa hamil juga percuma Bay..” tiba-tiba Mba Wanda mendadak sendu. Aku tak menyangka kalau bahasan ini keluar dari obrolan kami.
Meskipun dengan segala kesuksesan dan kesempurnaannya, Mba Wanda memang di vonis tidak bisa mengandung. Kata dokter, rahim dan sel telur nya hampir mustahil untuk bisa hamil. Segala cara dan program telah dia jalani, semua nya gagal tanpa hasil. Hal ini lah yang menyebabkan Mba Wanda dan suami nya sering sekali cekcok di rumah. Hingga kabar terakhir yang kudengar, suami Mba Wanda sekarang memiliki seorang simpanan anak kuliahan.
“Eh sorry Mba, ga maksud kesitu..” aku pun langsung merasa tidak enak menyinggung masalah rumah tangga nya.
“Yee… ngapain elo minta maaf? Kan gue yang tiba-tiba curcol hahaha panik yaaa?” ternyata Mba Wanda hanya membalas candaan ku saja. Sayang, wajah cantik nya tidak bisa menutupi tawanya yang getir.
“Ya abisnya…” aku kehilangan kata-kata untuk membalasnya.
“Makanya ga usah sok muter-muterin pertanyaan gue. Jadi kemarin itu kenapa elo ga ada kabar sama sekali? Sampe anak-anaknya lo ngechat ga ada yang di bales?” Mba Wanda kembali ke topik bahasan. Melihatnya tidak bisa kugocek, aku akhirnya pasrah menjelaskan.
Aku akhirnya menceritakan pengalamanku di Bali. Tentu tidak spesifik. Tidak ku jelaskan dengan siapa dan apa yang kulakukan. Mba Wanda pun mengerti untuk tidak mencari tahu sejauh itu. Inti nya kujelaskan bahwa Dera melihat bekas cupang di leherku. Hal itu yang memancing nya marah dan menghindari ku seminggu ini.
“One night stand doang kan Bay?” tanyanya setelah aku selesai bercerita. Aku hanya mengangguk merespon nya.
“Pelarian dari Dera?” Mba Wanda memang sudah mengetahui cerita tentangku dengan Dera sejak dulu.
“Gatau Mba..” jawabku jujur.
Jujur aku bingung menjawab pertanyaan Mba Wanda. Bisa jadi aku terpancing dengan pembahasan Dera kalau aku bebas saja berhubungan dengan wanita lain saat ini. Meskipun hubungan seks ku dengan Rani terjadi tanpa terencana, tapi sebenarnya bisa saja aku menolak godaan Rani udah tidak menyetubuhinya. Arrrghh.. entah lah, otak ku begitu kusut untuk berfikir jernih.
“Yaudah.. Itu pokoknya urusan pribadi kalian. Gue ga mau ikut campur terlalu jauh. Pokok nya pesen gue, elo harus cepet-cepet beresin masalah ini secepetnya. Gue ga suka kalo masalah ini sampe ngaruh ke hasil kerjaan kalian. Paham ya Bay?” titah Mba Wanda dengan serius.
“Iya Mba..” jawabku lemas karena kehabisan akal untuk berbaikan dengan Dera. Entah berapa kali telfon ku dia reject, whatsapp ku pun hanya dibalas kalah membahas pekerjaan, setiap aku nyamper ke cubicle nya, dia selalu menghindar. Entah cara apa lagi yang harus kulakukan.
Mobil BMW milik Mba Wanda yang kusupiri sudah mulai masuk ke kawasan Sudirman. Gedung firma ku yang menjulang tinggi sudah terlihat dari kejauhan. Kutekan gas ku lebih dalam agar mobil ini melaju lebih cepat sampai ke tujuan. Sejujurnya, aku ingin cepat-cepat terbebas dari interogasi ini.
“Boy jangan balik ke kantor” ujar Mba Wanda tiba-tiba. Aku hanya melongo mendengar perintahnya itu. Padahal tinggal sekali putar balik lagi sudah sampai ke gedung kantor kami.
“Elo lagi ga ada yang urgent kan di kantor?” Aku hanya bisa menggeleng menjawab pertanyaannya. Aku masih bingung dengan perintahnya barusan.
“Gue lagi ga mood buat ke kantor. Temenin gue dulu ampe jam 8an ya” lanjutnya.
“Tapi ga enak kalo ga ke kantor Mba, tadi gue ngabarin anak-anak kalo sore gue balik ke kantor” ujarku mengeles.
“Bilang aja gue lagi ga enak badan, elo nganterin gue dulu ke rumah terus langsung pulang” pangkasnya cepat.
“Tapi Mba...”
Belum sempat aku memberikan alasanku yang lain, Mba Wanda langsung memotongku.
“Suami gue udah daftar gugatan cerai di pengadilan..”
---
Wanda Dewi Sasmita
Seminggu sudah Dera tidak mau berkomunikasi denganku. Kecuali terkait hal-hal yang menyangkut pekerjaan, dia selalu menghindar setiap kuajak berbicara untuk menjelaskan bekas cupang itu.
“Tadi saya juga udah telfonan sama Pak Cahyo buat finalisasi kontrak nya. Kalau udah beres semua, nanti saya minta kamu buat advisory sama buat strategic planning nya ya Bay” ujar Pak Broto selesai meeting pemaparan barusan.
“Oh iya Pak, nanti kabarin ke Mba Wanda aja masalah teknis nya” aku menjawab seadaanya. Pikiranku masih tidak fokus mengikuti meeting ini. Seharusnya Dera sebagai in-charge ikut denganku dan Mba Wanda dalam meeting ini, tapi ketika ku ajak kemarin, ada saja alasannya untuk menghindariku.
“Iya Pak, nanti seperti biasa kita bahas terkait jenis jasa sama hasil apa yang Bapak butuhkan. Nanti biar saya bantu assign siapa yang paling expert buat nge-handle project dari Pak Broto” Mba Wanda dengan sigap langsung menimpali permintaan Pak Broto menyadari kalau aku melempar ‘bola’ kepadanya.
“Aiiihh.. It’s a big no, Bu Wanda” dengan gaya nya yang bossy, Pak Broto mengibaskan tangan menunjukkan gestur menolak tanggapan Mba Wanda.
“Bu Wanda, pokoknya kalau projek saya ga di handle sama si Bayu, saya ga jadi pake firma Bu Wanda. Bisa ditaro di kontrak ga tuh request saya?” jawab Pak Broto serius.
“Hahaha iya Pak noted, nanti saya atur. Pokoknya untuk semua projek dari Pak Broto, Bayu yang bakal handle. It’s a promise” jawab Mba Wanda menyanggupi permintaan dari Pak Broto. Seperti pepatah, pembeli adalah raja. Apapun yang diminta Pak Broto, pasti Mba Wanda akan mencoba menyesuaikan.
---
“Great job Bay, udah cinta mati tuh kayaknya Pak Broto sama lo. Jangan sampai lepas tuh, bisnis dia dimana-mana, bakal langganan terus sama kita” kata Mba Wanda memberi pesan padaku yang saat ini sedang menjadi supir pribadinya keluar dari gedung kantor milik Pak Broto.
“Iya Mba siap, kalo perlu nanti ntar gue kerja di kantornya Pak Broto deh” jawabku malas menanggapi pesannya padaku.
“Yee itu sih namanya lo resign dari sini..” respon Mba Wanda mengerti maksudku “tapi ya gue sih gapapa kalo lo cabut ke dia, kayaknya lo langsung jadi tangan kanan doi tuh. Pokoknya kalo lo resign jangan dadakan, bisa mati berdiri gue kalo lo cabut tiba-tiba”
“Iyee” jawabku singkat. Mba Wanda hanya mengernyitkan dahi karena tidak biasa nya aku dingin menanggapi obrolannya.
“Lagi kenapa sih lo?” tanyanya tiba-tiba.
“Laper” kembali aku menjawab pertanyaannya singkat. Aku tau arah pertanyaan nya pasti akan membahas terkait hubunganku dengan Dera. Mba Wanda pasti sudah menyadari kalau terjadi sesuatu di antara kami.
“Halah jangan boong. Ga biasa nya lo dingin gitu di depan klien. Biasanya elo paling bisa nyairin suasana. Tumben banget tadi elo malah langsung ngelempar ke gue pas Pak Broto lagi muji-muji elo” cecarnya padaku.
“Lo di Bali ngapain?” Mba Wanda langsung to do point ke arah inti permasalahan.
“Closing meeting sama Pak Cahyo terus liburan ampe minggu. Kan gue udah ngasih tau itenary nya sebelum berangkat” aku tidak mau terjebak dengan pertanyaannya. Meskipun terlihat santai, Mba Wanda terkenal dengan kecerdasannya. Tidak heran dia menjadi partner termuda di firma kami.
“Itu mah ga usah gue tanya. Maksud gue selain itu Bay..” posisi duduknya di kursi penumpang sudah memiring memperhatikan gestur ku.
“Ngapain lo liatin gue kaya gitu sih Mba? Grogi nih gue jadi ga konsen nyetir” aku berusaha sebisa mungkin mengalihkan topik ini sesegera mungkin.
“Halah sejak kapan lo grogi kalo gue liatin?” Mba Wanda secara tidak sadar mengikuti candaan ku dan melupakan topik awal.
“Lo aja ga pernah sadar Mba. Lagian laki-laki mana sih yang ga grogi diliatin bos cantik kaya lo Mba?”
Mba Wanda memang masih terlihat sangat cantik. Umurnya masih belum sampai 40 tahun. Badan nya masih seksi terawat. Tinggi nya yang semampai serta balutan busana yang harga nya jelas tidak murah itu memberikan kesan wanita karir yang sukses dan elegan. Tak kalah bila disandingkan dengan model papan atas di Indonesia. Betapa bodohnya suami Mba Wanda bisa-bisanya berselingkuh meskipun sudah memiliki istri secantik ini.
“Cantik tapi kalo ga bisa hamil juga percuma Bay..” tiba-tiba Mba Wanda mendadak sendu. Aku tak menyangka kalau bahasan ini keluar dari obrolan kami.
Meskipun dengan segala kesuksesan dan kesempurnaannya, Mba Wanda memang di vonis tidak bisa mengandung. Kata dokter, rahim dan sel telur nya hampir mustahil untuk bisa hamil. Segala cara dan program telah dia jalani, semua nya gagal tanpa hasil. Hal ini lah yang menyebabkan Mba Wanda dan suami nya sering sekali cekcok di rumah. Hingga kabar terakhir yang kudengar, suami Mba Wanda sekarang memiliki seorang simpanan anak kuliahan.
“Eh sorry Mba, ga maksud kesitu..” aku pun langsung merasa tidak enak menyinggung masalah rumah tangga nya.
“Yee… ngapain elo minta maaf? Kan gue yang tiba-tiba curcol hahaha panik yaaa?” ternyata Mba Wanda hanya membalas candaan ku saja. Sayang, wajah cantik nya tidak bisa menutupi tawanya yang getir.
“Ya abisnya…” aku kehilangan kata-kata untuk membalasnya.
“Makanya ga usah sok muter-muterin pertanyaan gue. Jadi kemarin itu kenapa elo ga ada kabar sama sekali? Sampe anak-anaknya lo ngechat ga ada yang di bales?” Mba Wanda kembali ke topik bahasan. Melihatnya tidak bisa kugocek, aku akhirnya pasrah menjelaskan.
Aku akhirnya menceritakan pengalamanku di Bali. Tentu tidak spesifik. Tidak ku jelaskan dengan siapa dan apa yang kulakukan. Mba Wanda pun mengerti untuk tidak mencari tahu sejauh itu. Inti nya kujelaskan bahwa Dera melihat bekas cupang di leherku. Hal itu yang memancing nya marah dan menghindari ku seminggu ini.
“One night stand doang kan Bay?” tanyanya setelah aku selesai bercerita. Aku hanya mengangguk merespon nya.
“Pelarian dari Dera?” Mba Wanda memang sudah mengetahui cerita tentangku dengan Dera sejak dulu.
“Gatau Mba..” jawabku jujur.
Jujur aku bingung menjawab pertanyaan Mba Wanda. Bisa jadi aku terpancing dengan pembahasan Dera kalau aku bebas saja berhubungan dengan wanita lain saat ini. Meskipun hubungan seks ku dengan Rani terjadi tanpa terencana, tapi sebenarnya bisa saja aku menolak godaan Rani udah tidak menyetubuhinya. Arrrghh.. entah lah, otak ku begitu kusut untuk berfikir jernih.
“Yaudah.. Itu pokoknya urusan pribadi kalian. Gue ga mau ikut campur terlalu jauh. Pokok nya pesen gue, elo harus cepet-cepet beresin masalah ini secepetnya. Gue ga suka kalo masalah ini sampe ngaruh ke hasil kerjaan kalian. Paham ya Bay?” titah Mba Wanda dengan serius.
“Iya Mba..” jawabku lemas karena kehabisan akal untuk berbaikan dengan Dera. Entah berapa kali telfon ku dia reject, whatsapp ku pun hanya dibalas kalah membahas pekerjaan, setiap aku nyamper ke cubicle nya, dia selalu menghindar. Entah cara apa lagi yang harus kulakukan.
Mobil BMW milik Mba Wanda yang kusupiri sudah mulai masuk ke kawasan Sudirman. Gedung firma ku yang menjulang tinggi sudah terlihat dari kejauhan. Kutekan gas ku lebih dalam agar mobil ini melaju lebih cepat sampai ke tujuan. Sejujurnya, aku ingin cepat-cepat terbebas dari interogasi ini.
“Boy jangan balik ke kantor” ujar Mba Wanda tiba-tiba. Aku hanya melongo mendengar perintahnya itu. Padahal tinggal sekali putar balik lagi sudah sampai ke gedung kantor kami.
“Elo lagi ga ada yang urgent kan di kantor?” Aku hanya bisa menggeleng menjawab pertanyaannya. Aku masih bingung dengan perintahnya barusan.
“Gue lagi ga mood buat ke kantor. Temenin gue dulu ampe jam 8an ya” lanjutnya.
“Tapi ga enak kalo ga ke kantor Mba, tadi gue ngabarin anak-anak kalo sore gue balik ke kantor” ujarku mengeles.
“Bilang aja gue lagi ga enak badan, elo nganterin gue dulu ke rumah terus langsung pulang” pangkasnya cepat.
“Tapi Mba...”
Belum sempat aku memberikan alasanku yang lain, Mba Wanda langsung memotongku.
“Suami gue udah daftar gugatan cerai di pengadilan..”
Banyak thanks suhu @Paletol , wah Dera belum kelar "musuhannya" dah tambah bossnya nih.Chapter 6
---
“Nicely done, Bay! Pemaparan kamu udah sama kaya pemahaman saya pas baca report ini kemarin. As always, saya suka sama hasil kerja kamu” puji Pak Broto di meeting pemaparan due diligence kami siang itu. Aku hanya mengangguk dan tersenyum menanggapi pujian Pak Broto.
Wanda Dewi Sasmita
Seminggu sudah Dera tidak mau berkomunikasi denganku. Kecuali terkait hal-hal yang menyangkut pekerjaan, dia selalu menghindar setiap kuajak berbicara untuk menjelaskan bekas cupang itu.
“Tadi saya juga udah telfonan sama Pak Cahyo buat finalisasi kontrak nya. Kalau udah beres semua, nanti saya minta kamu buat advisory sama buat strategic planning nya ya Bay” ujar Pak Broto selesai meeting pemaparan barusan.
“Oh iya Pak, nanti kabarin ke Mba Wanda aja masalah teknis nya” aku menjawab seadaanya. Pikiranku masih tidak fokus mengikuti meeting ini. Seharusnya Dera sebagai in-charge ikut denganku dan Mba Wanda dalam meeting ini, tapi ketika ku ajak kemarin, ada saja alasannya untuk menghindariku.
“Iya Pak, nanti seperti biasa kita bahas terkait jenis jasa sama hasil apa yang Bapak butuhkan. Nanti biar saya bantu assign siapa yang paling expert buat nge-handle project dari Pak Broto” Mba Wanda dengan sigap langsung menimpali permintaan Pak Broto menyadari kalau aku melempar ‘bola’ kepadanya.
“Aiiihh.. It’s a big no, Bu Wanda” dengan gaya nya yang bossy, Pak Broto mengibaskan tangan menunjukkan gestur menolak tanggapan Mba Wanda.
“Bu Wanda, pokoknya kalau projek saya ga di handle sama si Bayu, saya ga jadi pake firma Bu Wanda. Bisa ditaro di kontrak ga tuh request saya?” jawab Pak Broto serius.
“Hahaha iya Pak noted, nanti saya atur. Pokoknya untuk semua projek dari Pak Broto, Bayu yang bakal handle. It’s a promise” jawab Mba Wanda menyanggupi permintaan dari Pak Broto. Seperti pepatah, pembeli adalah raja. Apapun yang diminta Pak Broto, pasti Mba Wanda akan mencoba menyesuaikan.
---
“Great job Bay, udah cinta mati tuh kayaknya Pak Broto sama lo. Jangan sampai lepas tuh, bisnis dia dimana-mana, bakal langganan terus sama kita” kata Mba Wanda memberi pesan padaku yang saat ini sedang menjadi supir pribadinya keluar dari gedung kantor milik Pak Broto.
“Iya Mba siap, kalo perlu nanti ntar gue kerja di kantornya Pak Broto deh” jawabku malas menanggapi pesannya padaku.
“Yee itu sih namanya lo resign dari sini..” respon Mba Wanda mengerti maksudku “tapi ya gue sih gapapa kalo lo cabut ke dia, kayaknya lo langsung jadi tangan kanan doi tuh. Pokoknya kalo lo resign jangan dadakan, bisa mati berdiri gue kalo lo cabut tiba-tiba”
“Iyee” jawabku singkat. Mba Wanda hanya mengernyitkan dahi karena tidak biasa nya aku dingin menanggapi obrolannya.
“Lagi kenapa sih lo?” tanyanya tiba-tiba.
“Laper” kembali aku menjawab pertanyaannya singkat. Aku tau arah pertanyaan nya pasti akan membahas terkait hubunganku dengan Dera. Mba Wanda pasti sudah menyadari kalau terjadi sesuatu di antara kami.
“Halah jangan boong. Ga biasa nya lo dingin gitu di depan klien. Biasanya elo paling bisa nyairin suasana. Tumben banget tadi elo malah langsung ngelempar ke gue pas Pak Broto lagi muji-muji elo” cecarnya padaku.
“Lo di Bali ngapain?” Mba Wanda langsung to do point ke arah inti permasalahan.
“Closing meeting sama Pak Cahyo terus liburan ampe minggu. Kan gue udah ngasih tau itenary nya sebelum berangkat” aku tidak mau terjebak dengan pertanyaannya. Meskipun terlihat santai, Mba Wanda terkenal dengan kecerdasannya. Tidak heran dia menjadi partner termuda di firma kami.
“Itu mah ga usah gue tanya. Maksud gue selain itu Bay..” posisi duduknya di kursi penumpang sudah memiring memperhatikan gestur ku.
“Ngapain lo liatin gue kaya gitu sih Mba? Grogi nih gue jadi ga konsen nyetir” aku berusaha sebisa mungkin mengalihkan topik ini sesegera mungkin.
“Halah sejak kapan lo grogi kalo gue liatin?” Mba Wanda secara tidak sadar mengikuti candaan ku dan melupakan topik awal.
“Lo aja ga pernah sadar Mba. Lagian laki-laki mana sih yang ga grogi diliatin bos cantik kaya lo Mba?”
Mba Wanda memang masih terlihat sangat cantik. Umurnya masih belum sampai 40 tahun. Badan nya masih seksi terawat. Tinggi nya yang semampai serta balutan busana yang harga nya jelas tidak murah itu memberikan kesan wanita karir yang sukses dan elegan. Tak kalah bila disandingkan dengan model papan atas di Indonesia. Betapa bodohnya suami Mba Wanda bisa-bisanya berselingkuh meskipun sudah memiliki istri secantik ini.
“Cantik tapi kalo ga bisa hamil juga percuma Bay..” tiba-tiba Mba Wanda mendadak sendu. Aku tak menyangka kalau bahasan ini keluar dari obrolan kami.
Meskipun dengan segala kesuksesan dan kesempurnaannya, Mba Wanda memang di vonis tidak bisa mengandung. Kata dokter, rahim dan sel telur nya hampir mustahil untuk bisa hamil. Segala cara dan program telah dia jalani, semua nya gagal tanpa hasil. Hal ini lah yang menyebabkan Mba Wanda dan suami nya sering sekali cekcok di rumah. Hingga kabar terakhir yang kudengar, suami Mba Wanda sekarang memiliki seorang simpanan anak kuliahan.
“Eh sorry Mba, ga maksud kesitu..” aku pun langsung merasa tidak enak menyinggung masalah rumah tangga nya.
“Yee… ngapain elo minta maaf? Kan gue yang tiba-tiba curcol hahaha panik yaaa?” ternyata Mba Wanda hanya membalas candaan ku saja. Sayang, wajah cantik nya tidak bisa menutupi tawanya yang getir.
“Ya abisnya…” aku kehilangan kata-kata untuk membalasnya.
“Makanya ga usah sok muter-muterin pertanyaan gue. Jadi kemarin itu kenapa elo ga ada kabar sama sekali? Sampe anak-anaknya lo ngechat ga ada yang di bales?” Mba Wanda kembali ke topik bahasan. Melihatnya tidak bisa kugocek, aku akhirnya pasrah menjelaskan.
Aku akhirnya menceritakan pengalamanku di Bali. Tentu tidak spesifik. Tidak ku jelaskan dengan siapa dan apa yang kulakukan. Mba Wanda pun mengerti untuk tidak mencari tahu sejauh itu. Inti nya kujelaskan bahwa Dera melihat bekas cupang di leherku. Hal itu yang memancing nya marah dan menghindari ku seminggu ini.
“One night stand doang kan Bay?” tanyanya setelah aku selesai bercerita. Aku hanya mengangguk merespon nya.
“Pelarian dari Dera?” Mba Wanda memang sudah mengetahui cerita tentangku dengan Dera sejak dulu.
“Gatau Mba..” jawabku jujur.
Jujur aku bingung menjawab pertanyaan Mba Wanda. Bisa jadi aku terpancing dengan pembahasan Dera kalau aku bebas saja berhubungan dengan wanita lain saat ini. Meskipun hubungan seks ku dengan Rani terjadi tanpa terencana, tapi sebenarnya bisa saja aku menolak godaan Rani udah tidak menyetubuhinya. Arrrghh.. entah lah, otak ku begitu kusut untuk berfikir jernih.
“Yaudah.. Itu pokoknya urusan pribadi kalian. Gue ga mau ikut campur terlalu jauh. Pokok nya pesen gue, elo harus cepet-cepet beresin masalah ini secepetnya. Gue ga suka kalo masalah ini sampe ngaruh ke hasil kerjaan kalian. Paham ya Bay?” titah Mba Wanda dengan serius.
“Iya Mba..” jawabku lemas karena kehabisan akal untuk berbaikan dengan Dera. Entah berapa kali telfon ku dia reject, whatsapp ku pun hanya dibalas kalah membahas pekerjaan, setiap aku nyamper ke cubicle nya, dia selalu menghindar. Entah cara apa lagi yang harus kulakukan.
Mobil BMW milik Mba Wanda yang kusupiri sudah mulai masuk ke kawasan Sudirman. Gedung firma ku yang menjulang tinggi sudah terlihat dari kejauhan. Kutekan gas ku lebih dalam agar mobil ini melaju lebih cepat sampai ke tujuan. Sejujurnya, aku ingin cepat-cepat terbebas dari interogasi ini.
“Boy jangan balik ke kantor” ujar Mba Wanda tiba-tiba. Aku hanya melongo mendengar perintahnya itu. Padahal tinggal sekali putar balik lagi sudah sampai ke gedung kantor kami.
“Elo lagi ga ada yang urgent kan di kantor?” Aku hanya bisa menggeleng menjawab pertanyaannya. Aku masih bingung dengan perintahnya barusan.
“Gue lagi ga mood buat ke kantor. Temenin gue dulu ampe jam 8an ya” lanjutnya.
“Tapi ga enak kalo ga ke kantor Mba, tadi gue ngabarin anak-anak kalo sore gue balik ke kantor” ujarku mengeles.
“Bilang aja gue lagi ga enak badan, elo nganterin gue dulu ke rumah terus langsung pulang” pangkasnya cepat.
“Tapi Mba...”
Belum sempat aku memberikan alasanku yang lain, Mba Wanda langsung memotongku.
“Suami gue udah daftar gugatan cerai di pengadilan..”
"Buang" dalam kah?
Ruar biasa
panduanakbaik
Tukang Semprot
- Daftar
- 17 Dec 2020
- Post
- 1.284
- Like diterima
- 1.986
Coba judulnya dibikin ada sensasi NTRnyaWah sepi ternyata
Perlu dikasih teaser dulu nih kayaknya
enggar_pratama
Calon Suhu Semprot
- Daftar
- 30 Jul 2011
- Post
- 2.557
- Like diterima
- 2.853
Wah, rejeki Bayu... dpt kakap. 
bocahculund
Senpai Semprot
- Daftar
- 31 Oct 2021
- Post
- 817
- Like diterima
- 7.015
susutepung
Guru Besar Semprot
Makasi apdetnya suhu......mantap
ungkesangihe
Tukang Semprot
- Daftar
- 20 Feb 2011
- Post
- 1.084
- Like diterima
- 2.595
absen minggu siang..
wkwkwk, makasih dah up date- Status
Similar threads
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
