Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Consultant in Action

Status
Please reply by conversation.
Chapter 12
---


Ayu Nindya Phastika


“Pokoknya kalau liburan lagi ke Bali harus ngabarin aku ya Mas..” ucap Rani ketika berpamitan pagi tadi.

Di luar dugaan, Ibu nya Rani tiba-tiba sudah sampai di Banjarmasin hari ini. Gagal sudah rencana Rani untuk menginap menemani aku sampai flight pulang ke Jakarta besok.

Aku agak kecewa sebenarnya gagal melanjutkan ‘liburan’ yang seru ini bersama Rani. Tapi ya sudahlah, toh masih ada Ayu menemaniku.

Ayu?

Sejak Rani pergi tadi, Ayu langsung mengurung diri di kamarnya.

Mungkin Ayu mendadak ada rasa canggung kalau hanya berduaan dengan ku setelah apa yang kami lalui semalam.

Tanpa Rani sebagai jembatan, Ayu sepertinya agak sungkan bertatap muka denganku saat ini. Tak apalah, lagipula aku juga mendadak harus meeting dengan klien dan tim ku yang ada di Jakarta secara virtual.

---

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore.

Ternyata meeting dengan tim ku yang di Jakarta memakan waktu selama seharian. Tidak hanya meeting dengan klien, tadi memang sekalian mereka melakukan konsultasi kepadaku terkait progress penugasan mereka. Sekalian saja tadi aku pun melakukan review pekerjaan mereka.

Lumayan jadinya ketika aku di Jakarta, beban pekerjaan ku sudah sedikit berkurang.

Ayu mana ya?

Jam makan siang tadi Ayu sempat masuk ke kamarku. Dia izin kepadaku kalau dia mau pergi sebentar ke mall katanya. Tapi kok udah sore gini dia belum ada kabar lagi ya?

Aku : Yu, udah pulang belum?

Aku mengirimkan pesan padanya karena belum ada kabar dari nya.

Ayu: Udah Mas daritadi, baru selesai mandi. Ada apa?
Aku : Ohh udah sampe toh, abisnya ga ada kabar.
Aku : Nanti mau makan malem apa?
Ayu: Tadi aku udah take-away Hora Hora Bento Mas. Nanti kalo udah laper tinggal ke kamarku aja yas Mas.
Aku : Ya udah nanti aku jam 7 ke kamar elo ya
Ayu: Oke, ditunggu.

Aku pun menaruh handphone dan bergegas mandi.

---

Sebentar lagi sudah jam 7. Ayu sama sekali tidak masuk ke kamarku sore ini. Selintas tadi aku sempat berfikiran untuk kembali mengajak Ayu ‘liburan’ berduaan hingga besok nanti.

Tapi melihat gelagat Ayu yang agak menghidariku hari ini, aku pun tidak mau berekspektasi apa-apa. Biar lah apa yang terjadi kemarin menjadi cerita kami bertiga saja. Kecuali kalau Rani tiba-tiba mau lagi hehehe

Toktoktok…

“Masuk aja Mas, ga di kunci” sahut Rani dari dalam kamar nya. Aku pun masuk ke kamarnya untuk makan bersama yang sudah Ayu beli tadi.

Glekkk..


“Ayu..” aku terkejut melihat Ayu yang berpakaian sungguh minim sedang menyiapkan makanan.

“Hehehe… kenapa Mas?” Ayu mengerling kepadaku sambil menyelesaikan penataan makanan di atas meja.

“Seksi banget..” aku melangkah mendekatinya perlahan.

“Ihhh gombaaal..” ucap Ayu tersipu malu.

“Aku tadi ke mall buat nyari lingerie. Tapi ga ketemu. Yaudah aku gunting aja tanktop ku jadi begini” Ayu salah tingkah karena malu kupandangi tubuhnya dengan wajah ku yang mulai bernafsu.

Aku ingat, ini tanktop nya yang di pakai kemarin. Bedanya, sekarang tanktop itu sudah di gunting menjadi semakin minim menjadi crop top memamerkan perutnya yang rata.

“Ihh.. main peluk-peluk aja” ucap Ayu tanpa protes ketika tanganku sudah memeluk perut ratanya yang mulus. “Makan dulu Mas… Kyaaaaa…”

Tak sabar, aku langsung menggendong Ayu dan menjatuhkan nya ke kasur. Sejak siang tadi aku memang sudah berkali-kali membayangkan tubuh Ayu yang kutilang ini. Wajah Ayu masih berpaling karena malu.

“Kok tiba-tiba jadi bandel sih Yu..” tanyaku sambil mulai menggerayangi perut dan dada nya yang mungil itu.

“Ssshhh.. aku disuruh Kak Ranihhh..” Ayu mulai mendesis karena tanganku mulai memilin putingnya dari tanktop tipis itu. Teteknya yang mungil itu memang menjadi titik Ayu yang paling sensitif.

“Terus sekarang kamu mau gantiin Rani kaya kemaren?” selain memilin putingnya, aku pun meremas pelan kuncup payudaranya itu.

“Akh.. iya Mas.. aku mau kayak Kak Ranihh..” Ayu sudah terpejam pasrah menikmati rangsangan yang kuberikan.

“Ssshhhh…” Ayu semakin mendesis keenakan ketika mulutku sudah hinggap di lehernya. Aku sudah ikut rebahan di samping Ayu. Paha Ayu terkatup rapat menjepit area selangkangannya yang masih tertutup celana dalam renda warna biru.

“Memek nya kenapa ditutup gitu Yu? Udah gatel ya?” bisik ku pelan di samping telinganya. Muka Ayu semakin memerah hanya bisa mengangguk pelan.

Aku langsung mendekap Ayu agar tidur menyamping. Kupagut bibirnya yang tipis dari arah belakang. Sambil mendekap, kumainkan pentil teteknya.

Tanganku yang satu lagi turun menyelinap di sela celana dalam nya yang seksi. Bibir vagina nya yang mulai basah langsung kuserang.

“Ouchhh…ahhh…ahhh…Mashh…” Ayu mulai tidak konsen memagut bibirku dan mulai mendesah menikmati rangsangan di tetek dan vagina nya. Matanya mulai merem melek ketika gesekan jari di klitorisnya mulai ku percepat.

“Liat ke kaca deh Yu, badan elo seksi banget yaa” godaku ketika sadar ada kaca lemari yang lumayan besar di depan kasur kami.

“Oughh… malu mashh… uhhhh…” muka Ayu semakin terlihat horny ketika dia dapat memandangi tubuhnya yang hampir bugil di rangsang habis-habisan oleh ku.

“Tuh liat, pentil nya udah tegang banget ya Yu..” aku terus memancingnya “Toket elo bagus Yu..”

“Shhhh… tetekh akuh… kecil mashh…” balas Ayu terbata-bata.

“Suka ga memek nya diginiin?” ujar ku sambil mencolok vaginanya dengan jariku. “Duh tebel amat jembut elo Yu..”

“Sukahh… uhh.. lupa cukur… maaffff… aaaahhhhh….” Ayu sudah tidak konsen menjawab ucapan-ucapanku.

Kocokan demi kocokan kuserang kepada area vagina nya. Vagina Ayu semakin basah dengan cairan vagina nya. Desahan Ayu semakin terdengar kencang. Tak lama kemudian tubuhnya yang langsing itu melenting karena klimaksnya sudah mendekat.

“Oughhhh… oughhhh… ampunhhhhh….” Ayu langsung lemas setelah gelombang orgasme nya yang pertama telah sampai.

Selesai menikmati orgasme nya itu, Ayu langsung bergerak cepat menelanjangi tubuhku. Dengan mudah celana pendek dan kaos ku telah berhasil di lolosi nya.

“Mmmmhhh…. Enak yuuu…” bibir Ayu yang tipis sudah mulai menciumi penisku yang sudah mulai ereksi.

Kurasakan hangat di penisku ketika Ayu mulai melahap penisku masuk ke dalam mulutnya. Lidahnya terasa nikmat meliuk-liuk melingkari batang penisku yang besar. Kurasakan kepala penisku hingga sampai ke ujung tenggorokannya.

Gila, walaupun pengalaman seks nya tidak setinggi Rani dan Mba Wanda, oral yang dilakukan Ayu mengalahkan kedua bidadari ku itu.

“Hookkk… hokk… hhhookkkkkk..” suara tersedak keluar dari mulut Ayu ketika kepala penisku menyundul-nyundul kerongkongannya. Tidak ingin menikmati permainan ini sendirian, ku tarik kaki Ayu yang sedang menungging di samping tubuh ku.

“Achhh…” penisku terlepas ketika Ayu terpekik kaget karena klitorisnya aku jilati. Posisi kami saat ini menjadi 69. Rangsangan demi rangsangan saling kami berikan ke kemaluan pasangan kami.

“Mas.. aku udah ga kuat.. masukkin..” pinta Ayu memelas tidak ingin orgasme nya yang kedua bukan diberikan oleh penisku.

Tanpa menunggu persetujuan dariku, Ayu menarik pantatnya dari jilatan ku memindahkan selangkangannya ke atas penisku.

Posisi kami berganti menjadi woman on top. Jarinya membuka pintu vagina nya supaya penisku bisa masuk dengan mudah. Dengan sekali hentakan, penisku langsung terjepit vagina nya yang tidak kalah dengan vagina perawan. Ahh.. nikmatnya…

Ayu langsung menggoyang dengan liar. Seperti biasa, kupancing Ayu supaya tidak malu-malu meracau nakal selama permainan kami. Ayu yang memang sudah sangat horny dengan mudahnya menimpali ucapan-ucapan kasar dari mulutku.

Hentakan Ayu sangat nikmat memeras penisku. Goyangan Ayu semakin liar maju mundur, naik dan turun. Batang penisku berbelok-belok mengikuti arah pinggul Ayu bergoyang.

“Oughhh.. memek Ayu penugh bangetthhh.. fuckkkkk.. Ayuhhh ga kuathhhhh….Aaaaarghhhh…” tak lama kemudian Ayu kembali meracau menahan gelombang klimaks berikut.

Diiringi getaran tubuhnya, kembali Ayu mencapai klimaksnya dengan penuh kenikmatan. Ayu langsung roboh ke arah dadaku. Ke peluk dan ke kecup bidadari kecil ku ini yang masih menikmati sensasi orgasme nya.

“Kuat banget sih Mas? Belum mau keluar ya?” ujar Ayu yang masih ambruk dalam dekapan ku.

“Bentar lagi. Memek elo sempit banget Yu. Udah kaya perawan” ucapku memuji jepitan vaginanya yang memang sangat sempit.

“Coba aja Ayu dulu ga mau diperawanin sama mantan Ayu dulu. Pasti semalem Mas Bayu bisa dapet perawan nya Ayu..” Ayu tiba-tiba terlihat sedih menjawabku.

“Jangan cemberut gitu dong.. yang penting gue ga bakal lupa sama pengalaman kita malam kemarin itu. Elo nyesel ga?” aku buru-buru mencoba mengembalikan mood nya.

“Iya Mas, Ayu juga ga bakal pernah lupa malem kemaren. It was the best” Ayu mulai tersenyum bahagia.

“Ohhh.. berarti yang sekarang ga the best nih?” ujarku menggodanya sambil ku gerakan pinggulku ke atas. Penisku yang masih tegang menancap di vagina Ayu langsung menyeruak membelah dinding vagina nya mengagetkan Ayu.

“Akhh… with you always be my best Mashh..” Ayu menjawabku dengan diiringi kecupan manis di bibir ku. Wajah Ayu yang cantik tampak begitu tulus menikmati seks dengan ku.

Ayu ternyata secantik ini.. Aku baru menyadari kecantikan Ayu yang tersenyum dalam dekapanku. Mungkin karena biasa nya perhatian ku terlalu penuh hanya untuk Dera, selama ini aku tidak menyadari kecantikan Ayu.

“Aku sayang kamu Mas.. Aku tahu kalau hati dan cinta mu milik Kak Dera. Tapi izinkan Ayu memiliki Mas Bayu untuk malam ini ya.. Cintai dan nikmati aku seperti kamu mencintai dan menikmati pacar mu Mas.. aku juga mau di panggil sayang seperti kamu memanggil Ka Rani semalam.. Walau cuma sementara.. aku ingin menyerahkan seluruh tubuh dan hati ku untuk mu mas..” Rani mengutarakan cinta nya padaku sambil mengelus pipiku mesra.

Ada rasa terhenyak ke relung hati ku. Berkali-kali aku mengutarakan perasaan ku ke Dera tapi selalu ditolaknya. Sekarang.. Ayu dengan tatapannya yang begitu tulus mengutarakan isi hati nya kepada ku.

Aku memang menyadari ada yang berbeda ketika melakukan hubungan seks dengan Ayu sejak semalam.

Kalau dengan Rani, seks kami dipenuhi nafsu dan gairah dengan berbagai macam hal baru yang kami coba. Kalau dengan Mba Wanda, seks merupakan pelarian kami dari beban pikiran kami masing-masing. Meskipun aku merasa nyaman dengan Mba Wanda, tapi kenyamanan itu sebatas sebagai teman tidur yang sedikit mengubur masalah yang kami hadapi.

Tapi kalau dengan Ayu..

Tidak ada paksaan dalam hubungan seks kami. Meskipun di awali dengan ‘kecelakaan’, tapi seks yang kami lakukan benar-benar setulus hati.

“Iya sayang..” aku akhirnya menjawab ungkapan hati Ayu. Aku tahu rasanya mencintai tapi tak bisa memiliki. Meskipun hanya sementara, biarkan lah Ayu dapat memiliki tubuh ku malam ini.

“Mmmhhhh…” kami kembali berciuman. Tidak liar dan buas. Tapi dengan penuh kehangatan dan kemesraan.

“Ayo sayang keluarin.. Terserah kamu mau ngapain aku..” ucap Ayu pasrah. Wajahnya yang begitu manis sungguh membius ku. Ada getaran di hatiku ketika melihat wajah cantik Ayu.

Aku pun langsung mengubah posisi dengan aku menindih tubuh langsing nya. Dengan kondisi penisku masih menancap di vaginanya, tidak sulit bagiku untuk kembali mengayunkan pinggulku menikmati vaginanya yang sempit.

“Love you mashhh…” di tengah desahannya, Ayu kembali mengeluarkan kata-kata sayang nya untuk ku.

“Love you too Ayuuu..” tanpa sadar aku merespon ucapannya. Ayu merespon dengan mendekap tubuhku erat sambil melumat bibirku dalam-dalam.

“Shhh… akuh keluar lagi sayanghhh…” Ayu kembali mencapai orgasmenya lagi. Tangannya masih erat mendekap tubuhku. Baru aku mau berhenti memberikan kesempatan baginya untuk menikmati klimaksnya, dia membisik di telingaku.

“Jhangan berhenti mash.. nikmatin Ayu sesukamuhh..” suara nya yang parau benar-benar memancing gairahku untuk segera mencapai klimaksku. Aku pun semakin semangat mengayun mengejar klimaksku menuruti ucapannya.

“Iyah gitu.. entot Ayu sampe puashh mashh.. entot terush…” Ayu sepertinya paham kalau aku sangat terpancing gairahnya ketika lawan mainku berucap menggoda. Bisikannya begitu menghipnotisku untuk terus menggaulinya. Kurasakan klimaks ku semakin dekat..

“Akuh mau keluar sayang…” erangku dengan suara yang berat.

“Barengh yanghhhh…” mungkin karena jeda antara orgasme nya barusan tidak terlalu jauh, Ayu dengan mudah mencapai orgasme berikutnya.

“AAHHHHH.. FUUCKKKHHHH…” aku mengerang makin kencang ketika semburan sperma sudah mulai terasa di ujung kepala penisku.

Ketika aku ingin mengangkat pinggul ku untuk menyemburkan sperma ku di atas perutnya, Ayu langsung mengaitkan kakinya yang jenjang mengunci pinggulku agar tetap menempel dengan selangkangannya.

“Oughhhh………..” suara erangan kami berdua pun akhirnya menutup persetubuhan malam itu.

Sret.. srettt.. srettttt… semburan spermaku mengisi ruang vagina nya.

Gue keluar di dalam vagina Ayu!

“Yuuu!!!” ujarku panik meskipun masih terengah akibat sensasi orgasme barusan.

“Mmmmhhh… gapapa Mas.. Ayu pengen ngerasain semprotan peju Mas Bayu.. Duh hangat banget memek Ayu..” ujarnya masih sambil terpejam.

“Tapi..” aku takut kalau Ayu sampai hamil. Berbeda dengan Rani yang sudah hafal betul jadwal nya tidak subur, Ayu tidak seberpengalaman itu dalam hal ini.

“Aku udah diajarin ngitung nya Kak Rani tadi pagi.. Lagi ga subur kok Mas..” ujar Ayu sambil tersenyum. Aahhh… hampir copot jantungku.

Hmm.. Rani ngajarin Ayu yang aneh-aneh ya ini..

“Bikin panik aja deh..” aku menguwel rambut nya sebal. Ayu hanya tertawa dan memeluk ku erat. Lelehan sperma sudah mulai terasa merembes keluar dari vagina Ayu.

“Makasih ya Mas.. I do really love you.. though..” belum sempat Ayu menlanjutkan kalimatnya aku langsung melumat bibirnya. Kami mandi bersama malam ini tanpa merangsang satu sama lain. Hanya ciuman mesra mengiringi malam kami hingga kami tidur di ranjang berpelukkan.

---

“Bangun Mas, udah jam sembilan nih. Siap-siap yukkk..” Ayu membangunkan ku pagi itu. Dengan celana dalam biru nya yang sama seperti tadi malam dan kaos ku yang terlihat kebesaran di tubuhnya langsing, Ayu terlihat begitu cantik pagi ini.

“Wah telat sarapan dong” ujarku kaget.

Wajar aku langsung bahas sarapan, setelah pergumulan semalam, kami memang melewatkan makan makan dan langsung tidur.

“Kamu sih bangun nya siang, makan Horben semalem aja yang..” ujar Ayu malu-malu memanggilku sayang. Aku pun hanya mengangguk melihatnya sibuk menyiapkan makanan untuk ku.

Ayu begitu telaten mengurusiku pagi itu. Bahkan ketika aku mau mandi, baju ku sudah disiapkan di kasur.

“Pulang nya pake baju ini gapapa Mas? Aku gatau soalnya kamu mau pake baju yang mana” ujarnya ketika dia mengambilkan baju dari kamarku. Ayu begitu telaten melayaniku. Hati ku sangat bergetar menerima perhatian yang diberikan oleh Ayu. Seperti ada yang meluap di dalam hati ku saat ini.

“Sayang.. mandi bareng yuk..” aku mengajaknya menyusulku ketika aku tinggal selangkah lagi masuk ke kamar mandi. Ayu yang baru selesai melipat baju-baju kotor ku ke koper kemudian tersenyum dan mengangguk. Ayu lalu melepas kaosku yang ia kenakan dan menyusul ke kamar mandi.

Di dalam kamar mandi kami tak henti nya saling bercumbu.

“I love you Mas Bayu..” ucap nya lagi ditengah ciuman kami.

“Love you too Ayu” aku membalasnya diiringi pagutanku yang semakin intens. Ketika kuposisikan dia menungging, Ayu sempat menolak ku.

“Nanti telat mash…” ujarnya ketika merasakan penisku mulai menyeruak masuk ke vagina nya

“Ga jadi nih?” tanyaku ragu karena sudah nanggung.

“Sshhh… ahh… kamu mah… lanjutin ajahhh…” racau Ayu ketika ayunan pinggulnya sudah mulai dia imbangi.

“Mana bisa aku nolak kamu Mashh..”

Deggg… kembali ucapan Ayu membiusku. Luapan di hatiku semakin bergejolak.

Rasa nyaman ini..

Rasa hangat ini..

Rasa apa ini yang kurasakan?

Asmara?

Kami menyudahi permainan singkat kami dengan klimaks bersamaan. Kembali aku menyemburkan sperma di dalam rahim nya. Ayu dengan telaten membersihkan sisa sperma di penisku dengan mulutnya.

Tak lama kami pun check out dari hotel. Setelah menyempatkan membeli beberapa oleh-oleh, kami akhirnya menuju ke bandara untuk pulang ke Jakarta.

Selama perjalanan, Ayu begitu menempel denganku layaknya kekasih yang sedang di mabuk asmara. Ayu yang selama ini pendiam, ternyata begitu aktif bercanda dan menggodaku. Aku pun tak segan merangkul nya erat menikmati momen demi momen kami di Banjarmasin.

Ketika pesawat sudah take-off, tanpa segan Ayu melingkarkan tangannya ke lenganku dan meminjam bahuku menjadi bantal tidurnya.

Mentari sore sudah mulai tenggelam menemani penerbangan kami pulang ke Jakarta. Sebelum terlelap, Ayu bergumam pelan.

“Andai kita ga perlu pulang ke Jakarta..”
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd