Asmara di Pulau Mentawai
bagian a.
Seperti biasanya, sore itu terlihat rutinitas keramaian di pelabuhan Muaro, Kota Padang. Pelabuhan itu adalah sarana perhubungan orang dan barang dari Padang ke Mentawai dan sebaliknya.Senja itu orang orang akan berangkat ke pulau Mentawai yang berjarak 80 mil tenggara pantai barat Sumatera Barat. Sebelum semua penumpang naik ke kapal terlihat orang-orang bersileweran,ada yang dengan mimik sedih,gembira saling bercampur baur.Diantara keramaian orang itu terlihat satu keluarga mengantar sanak familinya. Dengan memarkir mobil jenis kijang dan memakai plat merah menandakan orang yang mengantar itu bukanlah orang sembarangan. Terlihat juga seorang ibu yang tak henti-hentinya memeluk anak gadisnya. Rupanya ibu itu merasa berat hati melepas anaknya itu.Lalu terdengar aba aba bahwa calon penumpang di persilahkan untuk menaiki kapal karena akan segera berangkat***dis itu berusaha melepaskan pelukan ibunya dan menuju kapal dengan ditemani ayahnya yang seorang pejabat didaerah tersebut.Tidak lupa si gadis meraih tangan seorang pria yang cukup tampan berdiri disampingnya saat itu***panya pria tersebut adalah kekasih si gadis dan hubungan mereka telah direstui oleh orang tuanya. Saat itu si gadis dengan ditemani ayahnya menaiki kapal dan sesekali melambaikan tangannya kearah pengantarnya. Terlihat juga si ibu dan si pria itu melambaikan tangannya. Tak lama kemudian kapal mulai bergerak perlahan meninggalkan pelabuhan Muaro Padang menuju ke Pulau Mentawai.
Perjalanan itu akan memakan waktu kurang lebih 12 jam pelayaran ke Mentawai malam itu dan jika cuaca memungkinkan maka akan merapat di pelabuhan Tua pejat pagi esoknya.Selama perjalanan si ayah tak henti-hentinya berbincang dengan gadisnya itu yang bernama Reisa. Usianya saat itu sudah menginjak 24 tahun. Reisa adalah seorang dokter yang akan di tugaskan PTT di pulau tersebut atau tepatnya di Pulau Sipora. Ayahnya sengaja ikut mendampingi putrinya ke pulau dengan harapan agar bisa melihat bagaimana nanti lokasi tempat kerja anak kesayangannya itu.Apalagi dari kabar yang ia tahu selama ini,daerah itu masih terisolir dan terpencil. Deru ombak Samudera Hindia sangat kuat menguncang kapal yang mereka tumpangi.Sebagai tenaga medis,Reisa tidak terpengaruh oleh mabuk kapal saat itu,padahal di sekitar mereka banyak penumpang lain yang terserang mabuk kapal.Dia hanya tertidur disamping ayahnya,begitu juga dengan ayahnya juga terlihat amat ngantuk,untunglah mereka mendapat tempat di kelas yang cukup sederhana,karena hanya memang itu yang ada kalau ke Mentawai.Dengan beralaskan hanya sebuah bed cover yang dibawanya dari Padang,Reisa merebahkan tubuhnya di kamar kapal itu,sementara ayahnya bersilonjor di atas dipan yang ada di kamar itu.Goyangan kapal membuat mereka merasa tak nyaman,maklum terjangan gelombang ombak yang amat keras saat itu.
Syukurlah mereka dapat memicingkan matanya beberapa saat selama perjalanan yang melelahkan tersebut.Hingga kapal itu akhirnya merapat di pelabuhan Tua Pejat pulau Sipora .Pantainya amat indah dan tidak jauh dari situ jika ingin menikmati pemandangan dan selancar laut bisa dengan menaiki kapal yang jika ditempuh memakan waktu kurang lebih dua jam. Setelah menurunkan barang bawaannya, Reisa dan ayahnya telah disambut oleh perangkat desa tempatnya akan menetap. Orang itu adalah petugas kesehatan yang bertugas di puskesmas desa tersebut bernama Pak Nurfea, dia ditugaskan untuk menjemput Reisa dan ayahnya. Dengan sedikit basa basi, Pak Nurfea mengemasi barang bawaan Reisa ke sepeda motornya, sedangkan Reisa dan ayahnya telah disediakan dua buah ojek yang akan membawa mereka ke desa yang akan di tuju.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan dan jalan yang tidak begitu mulus, sampailah mereka di desa tempat Reisa bertugas. Di sana Reisa dan ayahnya di bawa ke rumah yang telah disediakan. Tampak rumah itu amat bersih dan tertata dengan rapi. Rumah semi permanen itu terletak tak jauh dengan puskesmas yang akan ditempati Reisa. Dengan sopan Pak Nurfea menyilahkan Reisa dan ayahnya memasuki rumah itu. Pak Nurfea membukakan pintu rumah itu yang masih terkunci. Reisa dan ayahnya memasuki rumah dinas tersebut. Di dalamnya itu telah tersedia semua perlengkapan yang dibutuhkan termasuk isi kamar dan juga perabotannya. Tak lama kemudian datanglah istri Pak Nurfea yang membawa air minum dan makanan kecil. Pak Nurfea mengenalkan istrinya kepada Reisa dan ayahnya.Mereka terlibat perbincangan yang mengasikkan dan ternyata istri Pak Nurfea juga menguasai seluk beluk masalah kesehatan dan dialah yang akan membantu tugas-tugas Reisa selama disana. Tampak Ayah Reisa sedikit lega melihat keramah tamahan yang di perlihatkan suami istri tersebut. Segala kekuatirannya selama ini,mulai berkurang sebab pulau itu sudah mulai maju dengan adanya sarana telekomunikasi selular. Jadi ia tak akan kuatir lagi meninggalkan anak gadisnya di pulau itu untuk selama beberapa bulan.
Malam harinya, ayah Reisa langsung mengabarkan bahwa mereka telah sampai dengan selamat di tujuan kepada keluarganya di Padang. Begitu juga Reisa telah menghubungi kekasihnya dan mengabarkan bahwa ia telah sampai dengan selamat. Esok harinya mulailah Reisa masuk ke puskesmas dengan di dampingi oleh perangkat desa termasuk kepala desa dan ibu Nurfea. Selama pengenalan kepada petugas puskesmas, Reisa amat senang dengan sambutan yang begitu familiar selama ini.Apalagi dari kata kepala desa tadi,bahwa hampir 2 tahun ini tidak ada lagi dokter yang masuk di puskesmas itu.Dan kedatangan Reisa dianggap telah membawa angin pencerahan dan peningkatan taraf kesehatan masyarakatnya.Setelah melakukan ramah tamah maka mulailah Reisa melakukan tugas-tugasnya dengan sebaik mungkin.Ia banyak bertanya pada Bu Nurfea tentang kendala dan masalah kesehatan di desa itu selama ini.Reisa juga banyak bertanya mengenai bahasa yang kurang begitu ia pahami, dan sedikit demi sedikit iapun mulai paham dengan arti bahasa masyarakat situ.
Melihat Reisa sudah dapat beradaptasi dalam melaksanakan tugasnya di tempat itu,sesuai jadwal maka ayahnya kembali ke Padang.Sore itu tampak Reisa mengantar ayahnya ke pelabuhan didampingi Pak Dan Bu Nurfea. Ayah Reisa menitipkan putrinya kepada Pak dan Bu Nurfea.Ayahnya pun selalu memberi nasihat tentang hidup dilingkungan baru itu kepada Reisa,Ia berpesan agar Reisa bisa membawakan diri dan menjaga harkat sebagai wanita, juga sebagai dokter.Pesan ayahnya itu di terima Reisa sambil menganggukkan kepalanya.Dengan sedikit mimik sedih ia lepas ayahnya menuju Padang.
Setelah tidak lagi tampak kapal yang membawa ayahnya, Reisa kembali ke desa dengan menumpang ojek karena pak dan bu Nurfea naik sepeda motor berboncengan. Kini selama di pulau itu Reisa larut dalam aktifitasnya,namun komunikasi dengan keluarga dan kekasihnya tetap terjalin dengan baik.Malah kekasihnya akan datang suatu saat ke pulau ini,Reisa gembira saja. Setiap hari libur misalnya hari Minggu Reisa selalu diajak pak dan bu Nurfea keliling pulau melihat keindahan pantai yang cukup terkenal itu.Reisa pun amat menyukai pemandangan di pulau yang cantik tersebut.Biasanya mereka jalan pagi,sebelum pak dan bu Nurfea melakukan ibadah kebaktian di gereja.Sedangkan Reisa yang seorang muslim hanya diam dirumah. Banyak pekerjaan yang ia lakukan kadang mencuci pakaiannya yang kotor atau membersihkan rumah.
Memang sebagian besar penduduk disitu memeluk agama Kristen.Reisa cukup melakukan ibadah di rumahnya saja. Selama melaksanakan tugas medis dan penyuluhan kesehatan terkadang Reisa tak hanya berada di puskesmas saja.Ada jadwal yang akan ia lakukan untuk masuk kedesa desa di pelosok. Tak jarang ia melakukan perjalanan ke pedalaman dengan menggunakan perahu motor dengan di temani Bu Nurfea. Awalnya ia cukup kaget dan kuatir melihat hutan bakau dan suasana hutan yang tak biasa ia alami. Namun karena adanya semangat dan bantuan dari bu Nurfea, ia pun bisa menerimanya sebab masyarakat yang berada di pedalaman juga butuh bantuan kesehatan yang memadai.
Suatu hari Reisa dan Bu Nurfea masuk ke pedalaman, namun mereka dikejutkan oleh panggilan dari orang desa bahwa,mereka amat membutuhkan bantuan sebab baru saja seorang rohaniawan tertimpa sebuah pohon di sana. Dengan segera mereka menuju tempat yang di tunjukkan masyarakat pedalaman tersebut. Sesampai disana terlihat seorang pria yang terbaring dalam rumah kayu dengan luka yang cukup serius. Pria itu baru saja tertimpa pohon yang tumbang karena angin beberapa saat sebelumnya. Setelah mengeluarkan peralatan secukupnya mulailah Reisa dengan dibantu bu Nur melakukan pengobatan seperlunya. Melihat kedaan pria itu yang cukup parah,maka diputuskan bahwa pria itu harus dibawa ke puskesmas. Secara beramai ramai penduduk kampung itu memapah laki laki itu ke perahu yang biasa digunakan Reisa untuk meninjau pedalaman.Setelah memberikan pengobatan darurat penghambat keluar darah pada pria itu, perahu mereka bergerak meninggalkan desa itu. Selama perjalanan tampak sekali kesibukan Reisa dan bu Nur yang berusaha menghentikan pendarahan di kepala pria itu. Untuk pertolongan pertama usaha mereka cukup berhasil dan tak lama kemudian perahu telah memasuki desa tempat Reisa bertugas. Dibantu oleh pengemudi perahu dan orang yang berada disekitar situ,mereka mengangkat tubuh pria yang luka tersebut menuju puskesmas.
Sesampai di puskesmas,pria itu dibaringkan di tempat pertolongan pertama. Dengan ditangani Reisa dan bu Nur akhirnya mereka melakukan sedikit pembedahan kecil. Tak lama kemudian pertolongan pada pria itu pun berhasil dan lega lah hati mereka karena itu pertama kalinya Reisa melakukan pertolongan darurat tampak pria itu tertidur karena pengaruh obat penenang. Lalu Reisa minta pada Bu Nur itu menjaga pria itu sebab ia mau pulang untuk membersihkan tubuhnya yang terasa mulai kotor karena perjalanan siang tadi.Bu Nur lalu menjaga perawatan pria itu.
Tak lama kemudian pria itu siuman dan Bu Nur menanyakan identitas pria tersebut.Dengan gambalang pria itu menyebutkan namanya.Ia bernama Jonas, berasal dari Ende NTT dan sampai di pulau Sipora itu karena dalam rangka praktek kerohanian dari Seminari di Semarang jawa Tengah.Usianya sekitar 26 tahun.Iapun menceritakan sebab kecelakaan yang menimpa dirinya pada Bu Nurfea, tidak lupa ia mengucapkan terima kasih yang dalam atas bantuan tenaga medis di puskesmas itu. Bu Nurfea juga bilang bahwa yang menolong Jonas bukan saja dirinya juga ada dokter yang saat itu sedang pulang. Bu Nur juga menceritakan nama dokter yang telah membantu Jonas.
Dalam keasikan bincang bincang Bu Nur dan Jonas saat itu, munculah Reisa yang telah kembali dari rumahnya. Dengan sapaan lembut ia pun menanyakan keadaan pasien tersebut. Dari keterangan Bu Nur,Reisa bisa mengetahui kondisi pasiennya. Tak lupa Bu Nur mengenalkan pria itu pada Reisa. Ia menjabat tangan pria itu dan menyebutkan namanya. Lalu Bu Nur minta izin pulang karena ia akan bersih bersih diri dulu. Reisa mengizinkan Bu Nur pulang sebab malamnya Bu Nur akan bertugas menjaga pasien tersebut. Setelah Bu Nur pulang, Reisa sempat menanyakan tentang sebab Jonas mengalami kecelakaan. Jonas menerangkan awal kejadian yang menimpanya.Reisa akhirnya tahu bahwa Jonas adalah seorang calon rohaniawan yang di tugaskan kepedalaman untuk memberikan pelayanan rohani di pulau itu. Rupanya Jonas bukanlah orang yang kaku dalam berbicara, ia tampak mengusai berbagai hal.
Perbincangan Reisa dan Jonas terlihat sangat akrab, jauh dari kesan seorang dokter yang kaku dan seorang rohaniawan yang juga kaku. Mereka seperti orang yang telah kenal lama sangat familiar. Berbagai macam masalah menjadi topik perbincangan mereka saat itu, mulai dari ketelisoliran medan yang mereka jalani juga tentang prasarasa infrastruktur yang sulit. Reisa juga mengeluhkan tentang alat transport dan juga sarana komunikasi yang sering terganggu di pulau itu. Jonas juga menyampaikan hal yang sama. Tak lama kemudian Reisa minta diri karena Bu Nur sudah balik ke puskesmas dan ia ingin pulang ke rumahnya untuk istirahat. Sambil mengecek kondisi Jonas dan keadaannya, Reisa memberi arahan pada Bu Nur tentang tindakan yang akan dilakukan pada Jonas.Lalu Reisa pun pulang kerumahnya,sambil minta izin pada Jonas dan Bu Nur yang di antar Bu Nur sampai pintu.
Malam itu Jonas menjalani perawatan di Puskesmas itu, syukurlah peralatan di puskesmas itu lengkap sehingga ia dapat tertolong dengan cepat. Selama beberapa hari, Jonas menginap di puskesmas itu sampai ia di nyatakan boleh pulang. Ia dijemput oleh temannya yang sama ditugaskan di pulau itu. Jonas tak lupa mengucapkan terima kasih atas bantuan para tenaga medis di puskesmas itu, terutama dr Reisa dan Bu Nur. Tidak lupa Jonas minta nomer telpon selular Reisa agar mereka bisa saling membantu jika Reisa sedang ke pedalaman atau bantuan konsultasi kesehatan. Dengan senang hati Reisa pun memberikan nomer telponnya.Bagi Reisa yang seorang dokter tidak akan membedakan status manusia karena telah diucapkannya dalam sumpahnya.
Hari-hari berikutnya Reisa tenggelam dalam rutinitas melakukan penyuluhan dan pengobatan hingga ke pedalaman pulau itu. Dengan di bantu Bu Nur aktifitas Reisa semakin lancar. Di suatu kesempatan di pedalaman Reisa kembali bertemu Jonas dan mereka pun saling berbincang.Riesa dan Bu Nur di ajak Jonas untuk singgah di pondok yang merupakan tempat tinggal yang juga sebagai tempat tinggal Jonas. Pondok itu dibuat oleh para rohaniawan yang telah kembali ke kota. Pondok itu terbuat dari kayu hutan yang disusun rapi, atapnya terbuat dari rumbia yang cukup bagus menahan air dan hawa panas. Apalagi dilantainya juga terbuat dari papan yang cukup tertata rapi dan bersih.
Jadi kesan didalam pondok itu amat sejuk dan nyaman. Meskipun berada di pedalaman, namun segala peralatan keperluan Jonas terlihat lengkap.Ada kompor,meja kerja, juga tempat tidur dari kayu yang diselubungi dengan kelambu pelindung dari nyamuk yang tertata dalam kamarnya. Ruang ventilasinyapun cukup sehingga udara yang masuk dan keluar cukup sempurna. Namun karena memang berada di pedalaman yang belum tersentuh aliran listrik sehingga masih menggunakan lampu petromaks. Ia hanya menggunakan peralatan elektronik berupa sebuah accu yang cukup mampu menghidupkan televisi kecil dan mencharger battrai hp nya. Reisa dan Bu Nur pun singgah dan mencicipi sedikit penganan yang di berikan Jonas.
Tak lama memang mereka pun minta diri,sebab saat itu sudah agak sore,dan menghindari sampai di tempat mereka malam hari. Dengan ramah Jonas pun mengantar mereka ke perahu yang sudah siap berangkat. Jonas melepas Reisa berangkat dengan perahu itu dengan lambaian tangan, tidak lupa ia memberi nasehat pada pengemudinya agar berhati hati dalam mengemudi.
Pak Nelayan itu mengiyakan nasehat Jonas itu. Perlahan kemudian perahu bergerak menjauh dari daerah itu. Tak lama memang dan tak sampai malam Reisa dan Bu Nur sampai lalu mereka berpisah untuk pulang kerumah masing masing karena baik Reisa maupun Bu Nur sudah merasa capai setelah melakukan perawatan dan pengobatan di pedalaman tadi siangnya. Malam itu mereka ingin beristirahat sebaik-baiknya.
Malam itu setelah mandi dan makan malam, Reisa beranjak untuk tidur karena ia terlalu capai siang itu. Tiba tiba handphone nya berbunyi, rupanya Jonas yang ingin mengetahui keadaan Reisa. Dengan sedikit basa basi Reisa di tanya keadaan Reisa yang sudah sampai apa belum, tanpa terasa obrolan lewat telpon itu meninggalkan kesan pada Jonas, Reisa pun demikian sebab Jonas amat terkesan pada Reisa yang seorang wanita cantik, juga tangguh,dan berani mau di tugaskan di pulau yang masih terisolir itu demi tugas mulia memberikan perwatan kesehatan pada masyarakat.
Bagi Reisa juga begitu,ia terkesan pada Jonas yang berasal dari wilayah timur Indonesia itu,masih mau di tempatkan di pulau yang jauh dari daerah asalnya. Obrolan mereka pun di sambung dengan smsan, tanpa sadar Jonas sempat menanyakan tentang hal pribadi Reisa, ya masalah pacar atau orangtuanya.Reisa pun dengan gamblang menceritakan tentang pacarnya yang sudah bekerja dan akan segera menyuntingnya itu. Juga orangtuanya yang amat merestui hubungan mereka saat ini.
Dengan penuh perhatian Jonas membaca pesan singkat dari Reisa dengan sedikit rasa cemburu, namun ia pendam dalam hatinya. Jonas pun berharap agar Reisa bisa mendapatkan yang ia rencanakan itu secepatnya tanpa rasa menggurui sedikitpun.Reisa pun merasa Jonas enak dijadiakan teman untuk saling berbagi selama di pulau itu sebab mungkin mereka serasa sama sama pendatang di pulau itu.
Tanpa terasa Reisa telah menghabiskan bulan pertamanya di pulau itu, iapun mendapatkan waktu pulang ke Padang. Ia amat rindu dengan keluarganya dan tentu saja pacarnya Dino. Reisa berangkat Jumat sore itu dengan menumpang kapal yang hanya melayari ke pulau itu hanya dua kali seminggu. Sabtu pagi, setelah melakukan perjalanan yang melelahkan Reisa pun sampai di pelabuhan Muaro Padang. Di sana ia telah dijemput pacarnya Dino. Sambil memeluk Reisa, Dino pun meraih barang bawaan Reisa yang kemudian dimasukan ke dalam mobilnya. Tak lama kemudian mereka berdua telah sampai dirumah Reisa dan disambut ayah ibunya.di rumah besar dan mewah itu, mereka akhirnya mengadakan makan bersama sebab terlihat Reisa amat lapar. Keluarga itu banyak bertanya tentang pengalaman Reisa selama sebulan itu di pulau. Dengan penuh semangat Reisa pun menceritakan tentang tugas-tugasnya dan keramah tamahan penduduk di sana. Reisa juga bilang pada ibunya agar mau ikut bersama dengannya ke sana meski hanya seminggu. Ibunya pun menyanggupi tapi bukan untuk saat itu karena ada tugas yang harus dilakukan ibunya yang juga seorang pegawai Pemda itu. Selama di Padang Reisa sibuk mencari alat yang amat di perlukannya yang tidak tersedia di puskesmas pulau itu. Dengan dibantu sang kekasih,mereka sibuk kesana kemari mencarinya. Alat alat itu dapat mereka temukan dan mereka beli. Selama di Padang Reisa terlihat juga memanfaatkan saat berduaan dengan kekasihnya untuk saling melepas rindu ya dengan peluk pelukan dan terkadang berciuman.Mereka masih menjaga hal hal yang terlarang mereka lakukan.
Hingga tibalah harinya Reisa harus kembali ke pulau untuk bertugas. Dengan izin dari orang tua Reisa, Dino ikut serta mengantar kekasihnya ke pulau itu. Orang tua Reisa amat percaya pada Dino karena tak lama lagi Dino juga akan menjadi suami anaknya itu apalagi pembicaraan antara orang tua mereka sudah terjadi dan hanya tinggal menentukan hari dan saat yang tepat setelah Reisa selesai PTT.
Selama perjalanan pasangan sejoli ini tak lepas lepasnya memandang keindahan pantai Padang yang segera mereka tinggalkan.Kekasih Reisa cukup salut akan tekad Reisa yang sangat bulat bertugas di pulau itu. Dino pun merasa memang berat perjalanan selama naik kapal motor itu,apalagi goyangan ombak pada kapal cukup mengkhawatirkan. Paginya mereka sampai di pulau dan dengan naik ojek merekapun sampai di rumah Reisa. Pagi itu Reisa langsung masuk kerja karena pasien yang menunggu sudah antri. Tak lama memang ia membersihkan tubuhnya ia beranjak ke puskesmas yang hanya beberapa meter dari rumahnya. Sedang Dino ia tingal di rumah dan diminta untuk beristirahat dari rasa penat selama perjalanan semalam. Selama Reisa bekerja, tak lupa Dino juga menyiapkan makan siang. Ia ingin memberikan surprise pada kekasihnya itu.setelah membereskan rumah dan masak seadanya, Dinopun beristirahat diatas sofa yang berada di ruang tengah rumah itu. Makan siang telah ia siapakan di meja makan dan tertutup tudung.
Siang itu setelah semua pasien selesai ia tangani,Reisa pulang kerumahnya dan menemukan Dino yang terlelap di sofa. Reisa tak sampai hati membangunkan Dino sebab ia tahu Dino amat lelah dan ia sempat melihat di meja makan, ada makanan yang telah dimasak oleh kekasihnya itu.Reisa pun masuk kekamarnya dan melepas pakaian dokternya.Ia lalu keluar kamar dan mencoba bersandar di sofa dekat kekasihnya yang tertidur itu. Tak lama memang ia pun terlelap, mungkin karena ia amat lelah juga dan belum sempat istirahat. Beberapa saat kemudian ia merasakan ada yang menepuk nepuk bahunya.Reisa terbangun dan melihat Dino kekasihnya membangunkannya.
Dengan masih menahan kantuk Reisa pun membuka matanya.Dinopun mengajak Reisa untuk makan sebab ia sudah masak. Dengan langkah yang sedikit bermalas malasan Reisa pun bangun dari duduknya. Ia mengikuti jalan Dino kearah meja makan. Kemudian dengan lahapnya mereka berdua makan. Reisa memuji masakan Dino yang terasa lezat dan mampu membuatnya kenyang itu.
Enak..juga masakan kamu Din puji Reisa pada kekasihnya
Yaaa,,,dong,,sapa dulu Dinoo jawab kekasihnya yang membanggakan diri itu.
Setelah makan siang dan beres beres barang bawaannya,Reisa mengajak kekasihnya itu untuk keluar rumah dan melihat keindahan pantai Pulau Sipora itu. Dino amat terkesima melihat keindahan pantai itu. Wow.***k kalah dengan pantai Bali,,guman Dino.Hanya saja belum dipromosikan gumannya lagi.Saat itu ia hanya sempat melihat beberapa org yang sedang naik perahu dan ada yang berselancar.
Setelah dari pantai Reisa mengajak Dino ke rumah pak Nurfea dan Bu Nurfea. Dengan berjalan kaki mereka menuju rumah suami-istri itu. Selama perjalanan tampak warga yang kenal dengan Reisa menyapanya dan terlihat heran melihat Reisa berjalan dengan kekasihnya itu, ada juga yang berbisik bisik entah apa yang dibisiki warga itu. Namun Reisa hanya senyum saja menanggapi keheranan warga pulau itu. Tak lama kemudian mereka sampai dirumah Pak dan Bu Nurfea. Kebetulan saat itu terlihat Pak Nurfea sedang duduk santai didepan rumahnya. Dengan basa basi seadanya Reisa di persilahkan masuk oleh Pak Nurfea sambil memanggil istrinya. Tak lama memang Bu Nur yang saat itu sedang memasak pun keluar dari ruang dapurnya. Reisa dan Dino dipersilahkan duduk. Reisa pun mengenalkan Dino kepada Pak Nur yang juga merupakan sesepuh warga disitu. Pak dan Bu Nur pun dengan gamblang menceritakan ttg banyak hal yang amat terbantu dengan kedatangan Dokter Reisa di pulau itu.
Selama beramah tamah itu tak lupa mereka disuguhi minum dan buah-buahan hasil ladang mereka. Merasa telah cukup waktu untuk mengenalkan kekasihnya pada Pak Nurfea saat itu, Reisa pun minta diri. Sempat juga Bu Nur menawari Dino untuk tidur di rumahnya sebab di rumah Reisa hanya ada satu kamar. Namun dengan basa basi, Dino pun bilang ia akan tidur di ruang tamu saja. Sambil sedikit bercanda Pak Nurfea bertanya kapan mereka akan meresmikan hubungan mereka tersebut. Dengan sedikit tertawa Reisa hanya bilang, yah setelah selesai PTT jawabnya singkat. Juga terucap dari mulut Bu Nur,mereka amat serasi.yang satu cantik dan yang prianya ganteng, Reisa diminta hati-hati agar kekasihnya itu di jaga agar jangan sampai direbut orang,guman Bu Nur sambil bercanda.Reisa pun berlalu sambil tersenyum dan berucap terima kasih atas suguhan buah buahan tadi.
Merekapun berjalan kaki pulang ke rumah Reisa sambil bergandengan tangan dengan mesra. Mereka tidak menyadari tak jauh dari mereka ada sepasang mata terlihat sedih. Sepasang mata itu milik Jonas yang saat itu akan berkunjung ke tempat Reisa,karena dia sedang tak ada kegiatan. Namun perasaan cemburunya itu ia kubur dalam dihatinya. Ia pun berusaha menemui kedua pasangan sejoli itu. Dengan sapaan lembut dipanggilnya gadis itu. Reisa pun menoleh kearah suara yang memanggil namanya itu. Ia terlihat senang sebab ia kembali bertemu Jonas. Sambil mengenalkan Dino yang kekasihnya itu pada Jonas.secara singkat Reisa menerangkan pada Dino bahwa Jonas adalah bekas pasiennya di pulau itu. Dengan sikap yang sportif Jonas berusaha menjabat tangan Dino.
Namun tampaknya Dino sedikit kurang senang dengan kehadiran Jonas saat itu. Dengan sikap dingin Dino menerima uluran tangan Jonas. Sedikit basa basi Reisa menanyakan maksud Jonas ke daerah itu. Dengan berbohong Jonas pun berkata ia ada suatu keperluan pelayanan. Ia merasa tak enak hati jika menerangkan maksud sebenarnya saat itu yang hanya ingin bertemu Reisa. Jonas dengan cerdik menyembunyikan isi hatinya tanpa terlihat oleh orang lain.
Sambil menawari Jonas singgah ke rumahnya Reisa pun minta diri. Jonas pun menolaknya dengan alasan dia sedang tergesa gesa. Namun ia menyadari bahwa saat itu dirinya tidak disukai Dino, kekasih Reisa..Sambil berlalu Jonas pun berjalan dengan gontai, namun mental dan sikapnya yang telah ditempa selama dalam pendidikan di seminari membuatnya semakin kuat, apalagi nantinya ia akan menghadapi berbagai macam manusia dan tabiat yang berbeda. Reisa dan Dino kembali melanjutkan perjalanan mereka kerumahnya. Di rumah mereka berdua hanya menghabiskan waktu dengan mengatur letak perabotan dan membersihkan ruangan yang mereka rasa kurang bersih. Setelah merasa capai mengatur rumah dinasnya,malamnya Reisa dan Dino pun makan bersama.
Malam itu Dino pun beristirahat saja sebab siangnya sudah berjalan kesana kemari bersama Reisa.Memang saat itu Dino tidur di sofa ruang tengah dan Reisa masih dikamar. Mereka amat menyadari sendiri jika malam itu tidur satu kamar.segalanya bisa saja terjadi,namun dengan sikap kedewasaan dan keimanan,semua itu dapat mereka lalui.
Besok Pagi pagi sekali, Dino sudah bangun dari tidur dan berjalan sendiri ke pantai .Ia amat menyukai suasana pantai yang cukup indah dan masih tertata rapi itu. Tak lama memang Dinopun pulang kerumah dan disambut Reisa dengan tersedianya makan pagi berdua. Pagi itu mereka asik sekali makannya sebab Dino merasa amat lapar sehabis berjalan ke pantai. Sehabis makan dan sesekali bercengkrama, Reisa pun ke puskesmas untuk melaksanakan tugasnya.
Dino hanya tinggal sendiri di rumah itu sambil membaca buku. Tak sadar diapun tertidur hingga siangnya. Ia baru terbangun saat Reisa sudah pulang dari Puskesmas. Dengan sangat mesra ia bangunkan kekasihnya dan ajak ke pantai untuk sekedar jalan jalan. Dino esok harinya sudah harus kembali ke Padang karena hanya esok hari kapal jadwal kapal yang akan ke Padang.
Di pantai yang indah itu mereka saling berkejaran dan bercengkrama. Sangat serasi sekali pemandangan sore itu di pantai karena kedua sejoli itu saling berkejaran dan berpelukan. Karena senja menjelang merekapun pulang ke rumahnya untuk mandi dan makan malam. Dirumah dinasnya malam itu, Dino pun membicarakan tentang kelanjutan hubungan mereka.Reisa dengan senang hati mendengar penuturan kekasihnya itu. Namun Dino membicarakan tentang keberatannya jika Reisa terlalu dekat dengan Jonas. Dino melihat Jonas sebagai sosok yang jelek bukan saja wajahnya namun juga sifatnya, meskipun ia berprofesi sebagi calon rohaniawan.Dino mengemukakan keberatannya sebab Reisa bisa saja terjebak oleh sosok manusia jelek bertopeng jiwa rohaniawan itu.
Apalagi baginya Jonas bukanlah seorang pria yang baik untuk dijadikan teman oleh Reisa.Reisa pun menerangkan asal mula perkenalannya pada Dino,dan ia juga minta Dino untuk jangan terlalu cemburu,sebab profesinya menuntutnya akrab dengan siapapun,latar belakangnya.Dino pun merasa lega,sebab Reisa amat dewasa dan sudah mengerti perasannya sebagai kekasih.
Din terang Reisa, kamu jgn terlalu bersikap seperti kanak kanak, sebab kita berpacaran kan sudah lebih 3 tahun dan tak lama lagi akan menikah
Dino pun menerima alasan Reisa tersebut dan berjanji akan sering ke pulau itu. Ia yakin akan kesetiaan Reisa yang telah ia pacari selama itu. Apalagi ia berpikir mana mungkin Reisa yang seorang dokter itu akan terpikat oleh Jonas yang jelek dan kampungan itu. Ia semakin percaya pada Reisa tunangannya.
Malamnya sehabis makan dan membicarakan hubungan mereka, Reisa terlihat berada di pangkuan Dino. Mereka tak melewatkan kesempatan tersebut untuk saling mencumbu. Ciuman dan remasan tangan Dino hinggap dibagian bagian sentitif Reisa. Perbuatan pria itu pun menyebabkan Reisa untuk pertama kalinya merelakan pakaiannya semerawut dan acak acakkan. Bagaimanapun Reisa ingin memberikan kepastian pada kekasihnya itu kesungguhannya.
Dino pun melakukan pilinan dan gigitan kecil di bagian payudara Reisa yang telah terbuka itu. Malam itu Reisa ingin memberikan suatu keindahan kepada kekasihnya itu, tapi dalam batas batas yang telah ia gariskan. Namun pergumulan tersebut mereka atur sesuai batas dan tak akan merusak kesuciannya. Pakaian atas Reisa terlepas semua, itulah pertama kalinya ia menyuguhkan keindahan payudaranya kepada kekasihnya itu.Dino melakukan pilinan dan tak henti hentinya melakukan jilatan hingga akhirnya mereka berdua merasa kelelahan dan tertidur. Setelah merasa cukup sampai disitu perbuatan mereka, Reisa pun kembali mengenakan pakaian atasnya dan menuju kamarnya untuk tidur. Baginya biarlah tindakan yang serba tanggung tadi hanya dilanjutkan dalam mimpinya saja. Begitu juga Dino, ia menyuruh kekasihnya masuk kamar agar ia bisa tidur nyenyak dan bangun pagi.
Pagi harinya Dino pun berangkat ke Padang dan diantar Reisa.Yang mengantar Dino tidak saja Reisa, namun Pak Nurfea dan istrinya juga ikut.Selama di pelabuhan mereka tak henti hentinya bergandengan tangan dan disaat Dino akan berangkat tak lupa ia mencium bibir kekasihnya itu. Kapal pun beranjak meninggalkan pelabuhan Tua Pejat menuju Muaro Padang. Reisa lalu kembali bertugas di puskesmas seperti biasanya. Ia kembali tenggelam dalam rutinitas seperti biasanya. Reisa pun sering bersama Bu Nur ke pedalaman kembali. Dan disuatu kesempatan ia bertemu Jonas yang baru selesai memberikan pelayanan rohani kepada warga pedalaman tersebut. Reisa dan Bu Nur di tawari singgah ke pondokannya, sekedar beristirahat sebelum pulang ke puskesmas. Selama di pondok Jonas, Reisa terlibat pembicaraan serius dengan Jonas mengenai rendahnya mutu kesehatan di tempat Jonas itu.
Reisa berjanji akan serius menangani warga disana. Selama Reisa di tempat tugasnya, Jonas selalu menghubunginya sekedar mengetahui keadaan di tempat Reisa atau sekedar menanyakan kabar Reisa. Mereka pun sering terlibat saling mengirim pesan singkat, mulai dengan tugas tugas Reisa juga tugas tugas Jonas.Tak lupa Jonas memberikan sugesti pada Reisa agar selalu kuat dalam menjalankan tugasnya sebab Reisa pernah tak mendapat penerimaan yang ramah disuatu tempat didesa tetangga pulau itu.
Saat itu kedatangan Reisa dan bu Nur ditolak masyarakat setempat dengan alasan yang kurang jelas.Mendengar keluhan Reisa tersebut, Jonas pun berjanji akan membantu mengarahkan warga pulau itu tentang arti kesehatan sebab Jonas tahu semua warga pedalaman itu adalah masih dalam lingkup kerjanya. Reisa berterima kasih atas bantuan dan support dari Jonas saat itu. Sesuai kesepakatan dengan warga tempat tersebut, Reisa dan Bu Nur juga Jonas ikut serta ke daerah yang pernah menolak kehadiran Reisa tersebut. Saat itu sempat terjadi sedikit ketegangan namun dengan sikap yang santun dan kewibawaan Jonas, masyarakat setempat akhirnya mau menerima penyuluhan kesehatan yang di berikan Reisa.
Semenjak kejadian itu,hubungan Jonas dan Reisa pun semakin dekat.Mereka pun sering terlihat bersama di puskesmas pulau itu.Bagi Reisa tidaklah masalah sebab mereka sama sama menjalankan tugas mulia. Begitu juga mereka sering berjalan jalan ke pantai dan terkadang makan di rumah Bu Nur. Bagi Bu Nur melihat hubungan Jonas dan Reisa adalah hubungan kerja biasa dan wajar. Bu Nur pun terlihat amat terbantu dengan kehadiran Jonas yang sedikit banyaknya memberinya khotbah tentang ibadahnya.
Diluar jam senggangnya Jonas sering datang ke tempat Reisa bertugas.Jonas lebih sering singgah di rumah Bu Nur yang juga aktifis gereja. Dan sering Bu Nur mengajak Reisa untuk mendiskusikan masalah pelayanan kesehatan bagi warga di sekitar pulau itu bersama Jonas. Sesekali mereka juga berdiskusi di rumah Reisa. Lambat laun Reisa merasakan perhatian dan bantuan Jonas terhadap tugas tugasnya selama di pulau itu amat membantunya. Ia hampir tak lagi mengalami hambatan dalam menjalankan tugasnya. Begitu juga Jonas semakin bersemangat jika dusunnya di kunjungi oleh Reisa dan Bu Nur untuk melakukan pelayanan kesehatan.setiap minggu Reisa pasti berada di desa termpat Jonas bertugas.
Reisa pun hampir akhir bulan selalu pulang ke Padang dan bertemu kelurga dan kekasihnya. Saat itu Reisa telah memasuki bulan kedua di pulau itu. Sore itu ia berangkat ke Padang dan kebetulan juga Jonas akan ke Padang untuk melaporkan kegiatannya selama ini. Mereka menumpang dalam satu kapal. Selama perjalanan Reisa selalu terlihat bersama Jonas yang dan sering terlibat pembicaraan yang cukup serius. Sesekali karena kantuk Reisa bersandar di bahu bidang Jonas.
Jonas merelakan bahunya di sandari Reisa, meskipun mereka bukan pasangan kekasih saat itu Jonas sempat memeluk tubuh Reisa yang terlihat kecapaian selama perjalanan dengan kapal dan goyangan karena hempasan gelombang laut. Jonas dapat melihat raut wajah cantik Reisa dari dekat. Kulit wajahnya yang putih dan di pipinya ditumbuhi rambut rambut halus. Juga tangan Reisa terlihat ada rambut halus yang cukup serasi dengan kulitnya yang putih. Jonas tak mau melakukan hal yang nantinya akan menyebabkan hubungannya dengan Reisa memburuk. Sebagai manusia biasa ia meras tergoda, namun ia tak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan saat itu. Hingga beberapa lama kemudian Reisa terbangun dan sadar ia telah rebah di bahu Jonas. Dengan mengucap maaf Reisa amat menyesal telah tertidur di bahu Jonas. Namun Jonas menjelaskan bahwa tak apa sebab ia tahu Reisa amat letih.
Tak terasa paginya kapal mereka merapat ke pelabuhan Muaro Padang.Reisa pun bergegas turun bersama Jonas. Melihat ada sopir ayahnya yang menjemput Reisa pun berpisah dengan Jonas di pelabuhan itu. Sempat Reisa menanyakan kapan Jonas kembali ke pulau. Rupanya Jonas di Padang hanya beberapa hari dan secepatnya akan kembali.
Sedikit basa basi menawarkan Jonas singgah di rumahnya, namun dengan mengucap banyak terima kasih Jonas pun dengan amat menyesal tak sempat sebab ia amat terburu buru. Reisa pun naik ke mobil dan berlalu dari pelabuhan itu. Selama di padang Reisa pun larut dengan kegiatannya, namun masih sempat meluangkan waktu dengan kekasihnya.Tanpa Reisa tahu sebabnya Dino, bersikap amat protektif kepadanya. Kemudian yang terjadi malah pertengkaran yang akhirnya mereka berdua saling berdiam diri.
Dino terlihat amat ingin mengusai semua masalah Reisa. Padahal dalam hatinya Reisa tidak ada melakukan hal yang berlawanan dengan komitmen mereka. Namun perasaan cemburu Dino yang berlebihan membuatnya tak nyaman. Reisa pun sempat mengadukan masalahnya itu pada ibunya. Dengan sabar ibunya memberikan pengertian pada putrinya itu. Hingga Reisa berangkat kembali ke pulau Dino tak terlihat mengantarnya.Reisa merasa Dino masih marah kepadanya. Selama di atas kapal Reisa berusaha menghubungi Dino,namun teleponnya selalu tak diangkat.Reisa amat sedih dengan sikap Dino itu. Kesedihan itu terbawa sampai ia berada di pulau.
bersambung....
bagian a.
Seperti biasanya, sore itu terlihat rutinitas keramaian di pelabuhan Muaro, Kota Padang. Pelabuhan itu adalah sarana perhubungan orang dan barang dari Padang ke Mentawai dan sebaliknya.Senja itu orang orang akan berangkat ke pulau Mentawai yang berjarak 80 mil tenggara pantai barat Sumatera Barat. Sebelum semua penumpang naik ke kapal terlihat orang-orang bersileweran,ada yang dengan mimik sedih,gembira saling bercampur baur.Diantara keramaian orang itu terlihat satu keluarga mengantar sanak familinya. Dengan memarkir mobil jenis kijang dan memakai plat merah menandakan orang yang mengantar itu bukanlah orang sembarangan. Terlihat juga seorang ibu yang tak henti-hentinya memeluk anak gadisnya. Rupanya ibu itu merasa berat hati melepas anaknya itu.Lalu terdengar aba aba bahwa calon penumpang di persilahkan untuk menaiki kapal karena akan segera berangkat***dis itu berusaha melepaskan pelukan ibunya dan menuju kapal dengan ditemani ayahnya yang seorang pejabat didaerah tersebut.Tidak lupa si gadis meraih tangan seorang pria yang cukup tampan berdiri disampingnya saat itu***panya pria tersebut adalah kekasih si gadis dan hubungan mereka telah direstui oleh orang tuanya. Saat itu si gadis dengan ditemani ayahnya menaiki kapal dan sesekali melambaikan tangannya kearah pengantarnya. Terlihat juga si ibu dan si pria itu melambaikan tangannya. Tak lama kemudian kapal mulai bergerak perlahan meninggalkan pelabuhan Muaro Padang menuju ke Pulau Mentawai.
Perjalanan itu akan memakan waktu kurang lebih 12 jam pelayaran ke Mentawai malam itu dan jika cuaca memungkinkan maka akan merapat di pelabuhan Tua pejat pagi esoknya.Selama perjalanan si ayah tak henti-hentinya berbincang dengan gadisnya itu yang bernama Reisa. Usianya saat itu sudah menginjak 24 tahun. Reisa adalah seorang dokter yang akan di tugaskan PTT di pulau tersebut atau tepatnya di Pulau Sipora. Ayahnya sengaja ikut mendampingi putrinya ke pulau dengan harapan agar bisa melihat bagaimana nanti lokasi tempat kerja anak kesayangannya itu.Apalagi dari kabar yang ia tahu selama ini,daerah itu masih terisolir dan terpencil. Deru ombak Samudera Hindia sangat kuat menguncang kapal yang mereka tumpangi.Sebagai tenaga medis,Reisa tidak terpengaruh oleh mabuk kapal saat itu,padahal di sekitar mereka banyak penumpang lain yang terserang mabuk kapal.Dia hanya tertidur disamping ayahnya,begitu juga dengan ayahnya juga terlihat amat ngantuk,untunglah mereka mendapat tempat di kelas yang cukup sederhana,karena hanya memang itu yang ada kalau ke Mentawai.Dengan beralaskan hanya sebuah bed cover yang dibawanya dari Padang,Reisa merebahkan tubuhnya di kamar kapal itu,sementara ayahnya bersilonjor di atas dipan yang ada di kamar itu.Goyangan kapal membuat mereka merasa tak nyaman,maklum terjangan gelombang ombak yang amat keras saat itu.
Syukurlah mereka dapat memicingkan matanya beberapa saat selama perjalanan yang melelahkan tersebut.Hingga kapal itu akhirnya merapat di pelabuhan Tua Pejat pulau Sipora .Pantainya amat indah dan tidak jauh dari situ jika ingin menikmati pemandangan dan selancar laut bisa dengan menaiki kapal yang jika ditempuh memakan waktu kurang lebih dua jam. Setelah menurunkan barang bawaannya, Reisa dan ayahnya telah disambut oleh perangkat desa tempatnya akan menetap. Orang itu adalah petugas kesehatan yang bertugas di puskesmas desa tersebut bernama Pak Nurfea, dia ditugaskan untuk menjemput Reisa dan ayahnya. Dengan sedikit basa basi, Pak Nurfea mengemasi barang bawaan Reisa ke sepeda motornya, sedangkan Reisa dan ayahnya telah disediakan dua buah ojek yang akan membawa mereka ke desa yang akan di tuju.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan dan jalan yang tidak begitu mulus, sampailah mereka di desa tempat Reisa bertugas. Di sana Reisa dan ayahnya di bawa ke rumah yang telah disediakan. Tampak rumah itu amat bersih dan tertata dengan rapi. Rumah semi permanen itu terletak tak jauh dengan puskesmas yang akan ditempati Reisa. Dengan sopan Pak Nurfea menyilahkan Reisa dan ayahnya memasuki rumah itu. Pak Nurfea membukakan pintu rumah itu yang masih terkunci. Reisa dan ayahnya memasuki rumah dinas tersebut. Di dalamnya itu telah tersedia semua perlengkapan yang dibutuhkan termasuk isi kamar dan juga perabotannya. Tak lama kemudian datanglah istri Pak Nurfea yang membawa air minum dan makanan kecil. Pak Nurfea mengenalkan istrinya kepada Reisa dan ayahnya.Mereka terlibat perbincangan yang mengasikkan dan ternyata istri Pak Nurfea juga menguasai seluk beluk masalah kesehatan dan dialah yang akan membantu tugas-tugas Reisa selama disana. Tampak Ayah Reisa sedikit lega melihat keramah tamahan yang di perlihatkan suami istri tersebut. Segala kekuatirannya selama ini,mulai berkurang sebab pulau itu sudah mulai maju dengan adanya sarana telekomunikasi selular. Jadi ia tak akan kuatir lagi meninggalkan anak gadisnya di pulau itu untuk selama beberapa bulan.
Malam harinya, ayah Reisa langsung mengabarkan bahwa mereka telah sampai dengan selamat di tujuan kepada keluarganya di Padang. Begitu juga Reisa telah menghubungi kekasihnya dan mengabarkan bahwa ia telah sampai dengan selamat. Esok harinya mulailah Reisa masuk ke puskesmas dengan di dampingi oleh perangkat desa termasuk kepala desa dan ibu Nurfea. Selama pengenalan kepada petugas puskesmas, Reisa amat senang dengan sambutan yang begitu familiar selama ini.Apalagi dari kata kepala desa tadi,bahwa hampir 2 tahun ini tidak ada lagi dokter yang masuk di puskesmas itu.Dan kedatangan Reisa dianggap telah membawa angin pencerahan dan peningkatan taraf kesehatan masyarakatnya.Setelah melakukan ramah tamah maka mulailah Reisa melakukan tugas-tugasnya dengan sebaik mungkin.Ia banyak bertanya pada Bu Nurfea tentang kendala dan masalah kesehatan di desa itu selama ini.Reisa juga banyak bertanya mengenai bahasa yang kurang begitu ia pahami, dan sedikit demi sedikit iapun mulai paham dengan arti bahasa masyarakat situ.
Melihat Reisa sudah dapat beradaptasi dalam melaksanakan tugasnya di tempat itu,sesuai jadwal maka ayahnya kembali ke Padang.Sore itu tampak Reisa mengantar ayahnya ke pelabuhan didampingi Pak Dan Bu Nurfea. Ayah Reisa menitipkan putrinya kepada Pak dan Bu Nurfea.Ayahnya pun selalu memberi nasihat tentang hidup dilingkungan baru itu kepada Reisa,Ia berpesan agar Reisa bisa membawakan diri dan menjaga harkat sebagai wanita, juga sebagai dokter.Pesan ayahnya itu di terima Reisa sambil menganggukkan kepalanya.Dengan sedikit mimik sedih ia lepas ayahnya menuju Padang.
Setelah tidak lagi tampak kapal yang membawa ayahnya, Reisa kembali ke desa dengan menumpang ojek karena pak dan bu Nurfea naik sepeda motor berboncengan. Kini selama di pulau itu Reisa larut dalam aktifitasnya,namun komunikasi dengan keluarga dan kekasihnya tetap terjalin dengan baik.Malah kekasihnya akan datang suatu saat ke pulau ini,Reisa gembira saja. Setiap hari libur misalnya hari Minggu Reisa selalu diajak pak dan bu Nurfea keliling pulau melihat keindahan pantai yang cukup terkenal itu.Reisa pun amat menyukai pemandangan di pulau yang cantik tersebut.Biasanya mereka jalan pagi,sebelum pak dan bu Nurfea melakukan ibadah kebaktian di gereja.Sedangkan Reisa yang seorang muslim hanya diam dirumah. Banyak pekerjaan yang ia lakukan kadang mencuci pakaiannya yang kotor atau membersihkan rumah.
Memang sebagian besar penduduk disitu memeluk agama Kristen.Reisa cukup melakukan ibadah di rumahnya saja. Selama melaksanakan tugas medis dan penyuluhan kesehatan terkadang Reisa tak hanya berada di puskesmas saja.Ada jadwal yang akan ia lakukan untuk masuk kedesa desa di pelosok. Tak jarang ia melakukan perjalanan ke pedalaman dengan menggunakan perahu motor dengan di temani Bu Nurfea. Awalnya ia cukup kaget dan kuatir melihat hutan bakau dan suasana hutan yang tak biasa ia alami. Namun karena adanya semangat dan bantuan dari bu Nurfea, ia pun bisa menerimanya sebab masyarakat yang berada di pedalaman juga butuh bantuan kesehatan yang memadai.
Suatu hari Reisa dan Bu Nurfea masuk ke pedalaman, namun mereka dikejutkan oleh panggilan dari orang desa bahwa,mereka amat membutuhkan bantuan sebab baru saja seorang rohaniawan tertimpa sebuah pohon di sana. Dengan segera mereka menuju tempat yang di tunjukkan masyarakat pedalaman tersebut. Sesampai disana terlihat seorang pria yang terbaring dalam rumah kayu dengan luka yang cukup serius. Pria itu baru saja tertimpa pohon yang tumbang karena angin beberapa saat sebelumnya. Setelah mengeluarkan peralatan secukupnya mulailah Reisa dengan dibantu bu Nur melakukan pengobatan seperlunya. Melihat kedaan pria itu yang cukup parah,maka diputuskan bahwa pria itu harus dibawa ke puskesmas. Secara beramai ramai penduduk kampung itu memapah laki laki itu ke perahu yang biasa digunakan Reisa untuk meninjau pedalaman.Setelah memberikan pengobatan darurat penghambat keluar darah pada pria itu, perahu mereka bergerak meninggalkan desa itu. Selama perjalanan tampak sekali kesibukan Reisa dan bu Nur yang berusaha menghentikan pendarahan di kepala pria itu. Untuk pertolongan pertama usaha mereka cukup berhasil dan tak lama kemudian perahu telah memasuki desa tempat Reisa bertugas. Dibantu oleh pengemudi perahu dan orang yang berada disekitar situ,mereka mengangkat tubuh pria yang luka tersebut menuju puskesmas.
Sesampai di puskesmas,pria itu dibaringkan di tempat pertolongan pertama. Dengan ditangani Reisa dan bu Nur akhirnya mereka melakukan sedikit pembedahan kecil. Tak lama kemudian pertolongan pada pria itu pun berhasil dan lega lah hati mereka karena itu pertama kalinya Reisa melakukan pertolongan darurat tampak pria itu tertidur karena pengaruh obat penenang. Lalu Reisa minta pada Bu Nur itu menjaga pria itu sebab ia mau pulang untuk membersihkan tubuhnya yang terasa mulai kotor karena perjalanan siang tadi.Bu Nur lalu menjaga perawatan pria itu.
Tak lama kemudian pria itu siuman dan Bu Nur menanyakan identitas pria tersebut.Dengan gambalang pria itu menyebutkan namanya.Ia bernama Jonas, berasal dari Ende NTT dan sampai di pulau Sipora itu karena dalam rangka praktek kerohanian dari Seminari di Semarang jawa Tengah.Usianya sekitar 26 tahun.Iapun menceritakan sebab kecelakaan yang menimpa dirinya pada Bu Nurfea, tidak lupa ia mengucapkan terima kasih yang dalam atas bantuan tenaga medis di puskesmas itu. Bu Nurfea juga bilang bahwa yang menolong Jonas bukan saja dirinya juga ada dokter yang saat itu sedang pulang. Bu Nur juga menceritakan nama dokter yang telah membantu Jonas.
Dalam keasikan bincang bincang Bu Nur dan Jonas saat itu, munculah Reisa yang telah kembali dari rumahnya. Dengan sapaan lembut ia pun menanyakan keadaan pasien tersebut. Dari keterangan Bu Nur,Reisa bisa mengetahui kondisi pasiennya. Tak lupa Bu Nur mengenalkan pria itu pada Reisa. Ia menjabat tangan pria itu dan menyebutkan namanya. Lalu Bu Nur minta izin pulang karena ia akan bersih bersih diri dulu. Reisa mengizinkan Bu Nur pulang sebab malamnya Bu Nur akan bertugas menjaga pasien tersebut. Setelah Bu Nur pulang, Reisa sempat menanyakan tentang sebab Jonas mengalami kecelakaan. Jonas menerangkan awal kejadian yang menimpanya.Reisa akhirnya tahu bahwa Jonas adalah seorang calon rohaniawan yang di tugaskan kepedalaman untuk memberikan pelayanan rohani di pulau itu. Rupanya Jonas bukanlah orang yang kaku dalam berbicara, ia tampak mengusai berbagai hal.
Perbincangan Reisa dan Jonas terlihat sangat akrab, jauh dari kesan seorang dokter yang kaku dan seorang rohaniawan yang juga kaku. Mereka seperti orang yang telah kenal lama sangat familiar. Berbagai macam masalah menjadi topik perbincangan mereka saat itu, mulai dari ketelisoliran medan yang mereka jalani juga tentang prasarasa infrastruktur yang sulit. Reisa juga mengeluhkan tentang alat transport dan juga sarana komunikasi yang sering terganggu di pulau itu. Jonas juga menyampaikan hal yang sama. Tak lama kemudian Reisa minta diri karena Bu Nur sudah balik ke puskesmas dan ia ingin pulang ke rumahnya untuk istirahat. Sambil mengecek kondisi Jonas dan keadaannya, Reisa memberi arahan pada Bu Nur tentang tindakan yang akan dilakukan pada Jonas.Lalu Reisa pun pulang kerumahnya,sambil minta izin pada Jonas dan Bu Nur yang di antar Bu Nur sampai pintu.
Malam itu Jonas menjalani perawatan di Puskesmas itu, syukurlah peralatan di puskesmas itu lengkap sehingga ia dapat tertolong dengan cepat. Selama beberapa hari, Jonas menginap di puskesmas itu sampai ia di nyatakan boleh pulang. Ia dijemput oleh temannya yang sama ditugaskan di pulau itu. Jonas tak lupa mengucapkan terima kasih atas bantuan para tenaga medis di puskesmas itu, terutama dr Reisa dan Bu Nur. Tidak lupa Jonas minta nomer telpon selular Reisa agar mereka bisa saling membantu jika Reisa sedang ke pedalaman atau bantuan konsultasi kesehatan. Dengan senang hati Reisa pun memberikan nomer telponnya.Bagi Reisa yang seorang dokter tidak akan membedakan status manusia karena telah diucapkannya dalam sumpahnya.
Hari-hari berikutnya Reisa tenggelam dalam rutinitas melakukan penyuluhan dan pengobatan hingga ke pedalaman pulau itu. Dengan di bantu Bu Nur aktifitas Reisa semakin lancar. Di suatu kesempatan di pedalaman Reisa kembali bertemu Jonas dan mereka pun saling berbincang.Riesa dan Bu Nur di ajak Jonas untuk singgah di pondok yang merupakan tempat tinggal yang juga sebagai tempat tinggal Jonas. Pondok itu dibuat oleh para rohaniawan yang telah kembali ke kota. Pondok itu terbuat dari kayu hutan yang disusun rapi, atapnya terbuat dari rumbia yang cukup bagus menahan air dan hawa panas. Apalagi dilantainya juga terbuat dari papan yang cukup tertata rapi dan bersih.
Jadi kesan didalam pondok itu amat sejuk dan nyaman. Meskipun berada di pedalaman, namun segala peralatan keperluan Jonas terlihat lengkap.Ada kompor,meja kerja, juga tempat tidur dari kayu yang diselubungi dengan kelambu pelindung dari nyamuk yang tertata dalam kamarnya. Ruang ventilasinyapun cukup sehingga udara yang masuk dan keluar cukup sempurna. Namun karena memang berada di pedalaman yang belum tersentuh aliran listrik sehingga masih menggunakan lampu petromaks. Ia hanya menggunakan peralatan elektronik berupa sebuah accu yang cukup mampu menghidupkan televisi kecil dan mencharger battrai hp nya. Reisa dan Bu Nur pun singgah dan mencicipi sedikit penganan yang di berikan Jonas.
Tak lama memang mereka pun minta diri,sebab saat itu sudah agak sore,dan menghindari sampai di tempat mereka malam hari. Dengan ramah Jonas pun mengantar mereka ke perahu yang sudah siap berangkat. Jonas melepas Reisa berangkat dengan perahu itu dengan lambaian tangan, tidak lupa ia memberi nasehat pada pengemudinya agar berhati hati dalam mengemudi.
Pak Nelayan itu mengiyakan nasehat Jonas itu. Perlahan kemudian perahu bergerak menjauh dari daerah itu. Tak lama memang dan tak sampai malam Reisa dan Bu Nur sampai lalu mereka berpisah untuk pulang kerumah masing masing karena baik Reisa maupun Bu Nur sudah merasa capai setelah melakukan perawatan dan pengobatan di pedalaman tadi siangnya. Malam itu mereka ingin beristirahat sebaik-baiknya.
Malam itu setelah mandi dan makan malam, Reisa beranjak untuk tidur karena ia terlalu capai siang itu. Tiba tiba handphone nya berbunyi, rupanya Jonas yang ingin mengetahui keadaan Reisa. Dengan sedikit basa basi Reisa di tanya keadaan Reisa yang sudah sampai apa belum, tanpa terasa obrolan lewat telpon itu meninggalkan kesan pada Jonas, Reisa pun demikian sebab Jonas amat terkesan pada Reisa yang seorang wanita cantik, juga tangguh,dan berani mau di tugaskan di pulau yang masih terisolir itu demi tugas mulia memberikan perwatan kesehatan pada masyarakat.
Bagi Reisa juga begitu,ia terkesan pada Jonas yang berasal dari wilayah timur Indonesia itu,masih mau di tempatkan di pulau yang jauh dari daerah asalnya. Obrolan mereka pun di sambung dengan smsan, tanpa sadar Jonas sempat menanyakan tentang hal pribadi Reisa, ya masalah pacar atau orangtuanya.Reisa pun dengan gamblang menceritakan tentang pacarnya yang sudah bekerja dan akan segera menyuntingnya itu. Juga orangtuanya yang amat merestui hubungan mereka saat ini.
Dengan penuh perhatian Jonas membaca pesan singkat dari Reisa dengan sedikit rasa cemburu, namun ia pendam dalam hatinya. Jonas pun berharap agar Reisa bisa mendapatkan yang ia rencanakan itu secepatnya tanpa rasa menggurui sedikitpun.Reisa pun merasa Jonas enak dijadiakan teman untuk saling berbagi selama di pulau itu sebab mungkin mereka serasa sama sama pendatang di pulau itu.
Tanpa terasa Reisa telah menghabiskan bulan pertamanya di pulau itu, iapun mendapatkan waktu pulang ke Padang. Ia amat rindu dengan keluarganya dan tentu saja pacarnya Dino. Reisa berangkat Jumat sore itu dengan menumpang kapal yang hanya melayari ke pulau itu hanya dua kali seminggu. Sabtu pagi, setelah melakukan perjalanan yang melelahkan Reisa pun sampai di pelabuhan Muaro Padang. Di sana ia telah dijemput pacarnya Dino. Sambil memeluk Reisa, Dino pun meraih barang bawaan Reisa yang kemudian dimasukan ke dalam mobilnya. Tak lama kemudian mereka berdua telah sampai dirumah Reisa dan disambut ayah ibunya.di rumah besar dan mewah itu, mereka akhirnya mengadakan makan bersama sebab terlihat Reisa amat lapar. Keluarga itu banyak bertanya tentang pengalaman Reisa selama sebulan itu di pulau. Dengan penuh semangat Reisa pun menceritakan tentang tugas-tugasnya dan keramah tamahan penduduk di sana. Reisa juga bilang pada ibunya agar mau ikut bersama dengannya ke sana meski hanya seminggu. Ibunya pun menyanggupi tapi bukan untuk saat itu karena ada tugas yang harus dilakukan ibunya yang juga seorang pegawai Pemda itu. Selama di Padang Reisa sibuk mencari alat yang amat di perlukannya yang tidak tersedia di puskesmas pulau itu. Dengan dibantu sang kekasih,mereka sibuk kesana kemari mencarinya. Alat alat itu dapat mereka temukan dan mereka beli. Selama di Padang Reisa terlihat juga memanfaatkan saat berduaan dengan kekasihnya untuk saling melepas rindu ya dengan peluk pelukan dan terkadang berciuman.Mereka masih menjaga hal hal yang terlarang mereka lakukan.
Hingga tibalah harinya Reisa harus kembali ke pulau untuk bertugas. Dengan izin dari orang tua Reisa, Dino ikut serta mengantar kekasihnya ke pulau itu. Orang tua Reisa amat percaya pada Dino karena tak lama lagi Dino juga akan menjadi suami anaknya itu apalagi pembicaraan antara orang tua mereka sudah terjadi dan hanya tinggal menentukan hari dan saat yang tepat setelah Reisa selesai PTT.
Selama perjalanan pasangan sejoli ini tak lepas lepasnya memandang keindahan pantai Padang yang segera mereka tinggalkan.Kekasih Reisa cukup salut akan tekad Reisa yang sangat bulat bertugas di pulau itu. Dino pun merasa memang berat perjalanan selama naik kapal motor itu,apalagi goyangan ombak pada kapal cukup mengkhawatirkan. Paginya mereka sampai di pulau dan dengan naik ojek merekapun sampai di rumah Reisa. Pagi itu Reisa langsung masuk kerja karena pasien yang menunggu sudah antri. Tak lama memang ia membersihkan tubuhnya ia beranjak ke puskesmas yang hanya beberapa meter dari rumahnya. Sedang Dino ia tingal di rumah dan diminta untuk beristirahat dari rasa penat selama perjalanan semalam. Selama Reisa bekerja, tak lupa Dino juga menyiapkan makan siang. Ia ingin memberikan surprise pada kekasihnya itu.setelah membereskan rumah dan masak seadanya, Dinopun beristirahat diatas sofa yang berada di ruang tengah rumah itu. Makan siang telah ia siapakan di meja makan dan tertutup tudung.
Siang itu setelah semua pasien selesai ia tangani,Reisa pulang kerumahnya dan menemukan Dino yang terlelap di sofa. Reisa tak sampai hati membangunkan Dino sebab ia tahu Dino amat lelah dan ia sempat melihat di meja makan, ada makanan yang telah dimasak oleh kekasihnya itu.Reisa pun masuk kekamarnya dan melepas pakaian dokternya.Ia lalu keluar kamar dan mencoba bersandar di sofa dekat kekasihnya yang tertidur itu. Tak lama memang ia pun terlelap, mungkin karena ia amat lelah juga dan belum sempat istirahat. Beberapa saat kemudian ia merasakan ada yang menepuk nepuk bahunya.Reisa terbangun dan melihat Dino kekasihnya membangunkannya.
Dengan masih menahan kantuk Reisa pun membuka matanya.Dinopun mengajak Reisa untuk makan sebab ia sudah masak. Dengan langkah yang sedikit bermalas malasan Reisa pun bangun dari duduknya. Ia mengikuti jalan Dino kearah meja makan. Kemudian dengan lahapnya mereka berdua makan. Reisa memuji masakan Dino yang terasa lezat dan mampu membuatnya kenyang itu.
Enak..juga masakan kamu Din puji Reisa pada kekasihnya
Yaaa,,,dong,,sapa dulu Dinoo jawab kekasihnya yang membanggakan diri itu.
Setelah makan siang dan beres beres barang bawaannya,Reisa mengajak kekasihnya itu untuk keluar rumah dan melihat keindahan pantai Pulau Sipora itu. Dino amat terkesima melihat keindahan pantai itu. Wow.***k kalah dengan pantai Bali,,guman Dino.Hanya saja belum dipromosikan gumannya lagi.Saat itu ia hanya sempat melihat beberapa org yang sedang naik perahu dan ada yang berselancar.
Setelah dari pantai Reisa mengajak Dino ke rumah pak Nurfea dan Bu Nurfea. Dengan berjalan kaki mereka menuju rumah suami-istri itu. Selama perjalanan tampak warga yang kenal dengan Reisa menyapanya dan terlihat heran melihat Reisa berjalan dengan kekasihnya itu, ada juga yang berbisik bisik entah apa yang dibisiki warga itu. Namun Reisa hanya senyum saja menanggapi keheranan warga pulau itu. Tak lama kemudian mereka sampai dirumah Pak dan Bu Nurfea. Kebetulan saat itu terlihat Pak Nurfea sedang duduk santai didepan rumahnya. Dengan basa basi seadanya Reisa di persilahkan masuk oleh Pak Nurfea sambil memanggil istrinya. Tak lama memang Bu Nur yang saat itu sedang memasak pun keluar dari ruang dapurnya. Reisa dan Dino dipersilahkan duduk. Reisa pun mengenalkan Dino kepada Pak Nur yang juga merupakan sesepuh warga disitu. Pak dan Bu Nur pun dengan gamblang menceritakan ttg banyak hal yang amat terbantu dengan kedatangan Dokter Reisa di pulau itu.
Selama beramah tamah itu tak lupa mereka disuguhi minum dan buah-buahan hasil ladang mereka. Merasa telah cukup waktu untuk mengenalkan kekasihnya pada Pak Nurfea saat itu, Reisa pun minta diri. Sempat juga Bu Nur menawari Dino untuk tidur di rumahnya sebab di rumah Reisa hanya ada satu kamar. Namun dengan basa basi, Dino pun bilang ia akan tidur di ruang tamu saja. Sambil sedikit bercanda Pak Nurfea bertanya kapan mereka akan meresmikan hubungan mereka tersebut. Dengan sedikit tertawa Reisa hanya bilang, yah setelah selesai PTT jawabnya singkat. Juga terucap dari mulut Bu Nur,mereka amat serasi.yang satu cantik dan yang prianya ganteng, Reisa diminta hati-hati agar kekasihnya itu di jaga agar jangan sampai direbut orang,guman Bu Nur sambil bercanda.Reisa pun berlalu sambil tersenyum dan berucap terima kasih atas suguhan buah buahan tadi.
Merekapun berjalan kaki pulang ke rumah Reisa sambil bergandengan tangan dengan mesra. Mereka tidak menyadari tak jauh dari mereka ada sepasang mata terlihat sedih. Sepasang mata itu milik Jonas yang saat itu akan berkunjung ke tempat Reisa,karena dia sedang tak ada kegiatan. Namun perasaan cemburunya itu ia kubur dalam dihatinya. Ia pun berusaha menemui kedua pasangan sejoli itu. Dengan sapaan lembut dipanggilnya gadis itu. Reisa pun menoleh kearah suara yang memanggil namanya itu. Ia terlihat senang sebab ia kembali bertemu Jonas. Sambil mengenalkan Dino yang kekasihnya itu pada Jonas.secara singkat Reisa menerangkan pada Dino bahwa Jonas adalah bekas pasiennya di pulau itu. Dengan sikap yang sportif Jonas berusaha menjabat tangan Dino.
Namun tampaknya Dino sedikit kurang senang dengan kehadiran Jonas saat itu. Dengan sikap dingin Dino menerima uluran tangan Jonas. Sedikit basa basi Reisa menanyakan maksud Jonas ke daerah itu. Dengan berbohong Jonas pun berkata ia ada suatu keperluan pelayanan. Ia merasa tak enak hati jika menerangkan maksud sebenarnya saat itu yang hanya ingin bertemu Reisa. Jonas dengan cerdik menyembunyikan isi hatinya tanpa terlihat oleh orang lain.
Sambil menawari Jonas singgah ke rumahnya Reisa pun minta diri. Jonas pun menolaknya dengan alasan dia sedang tergesa gesa. Namun ia menyadari bahwa saat itu dirinya tidak disukai Dino, kekasih Reisa..Sambil berlalu Jonas pun berjalan dengan gontai, namun mental dan sikapnya yang telah ditempa selama dalam pendidikan di seminari membuatnya semakin kuat, apalagi nantinya ia akan menghadapi berbagai macam manusia dan tabiat yang berbeda. Reisa dan Dino kembali melanjutkan perjalanan mereka kerumahnya. Di rumah mereka berdua hanya menghabiskan waktu dengan mengatur letak perabotan dan membersihkan ruangan yang mereka rasa kurang bersih. Setelah merasa capai mengatur rumah dinasnya,malamnya Reisa dan Dino pun makan bersama.
Malam itu Dino pun beristirahat saja sebab siangnya sudah berjalan kesana kemari bersama Reisa.Memang saat itu Dino tidur di sofa ruang tengah dan Reisa masih dikamar. Mereka amat menyadari sendiri jika malam itu tidur satu kamar.segalanya bisa saja terjadi,namun dengan sikap kedewasaan dan keimanan,semua itu dapat mereka lalui.
Besok Pagi pagi sekali, Dino sudah bangun dari tidur dan berjalan sendiri ke pantai .Ia amat menyukai suasana pantai yang cukup indah dan masih tertata rapi itu. Tak lama memang Dinopun pulang kerumah dan disambut Reisa dengan tersedianya makan pagi berdua. Pagi itu mereka asik sekali makannya sebab Dino merasa amat lapar sehabis berjalan ke pantai. Sehabis makan dan sesekali bercengkrama, Reisa pun ke puskesmas untuk melaksanakan tugasnya.
Dino hanya tinggal sendiri di rumah itu sambil membaca buku. Tak sadar diapun tertidur hingga siangnya. Ia baru terbangun saat Reisa sudah pulang dari Puskesmas. Dengan sangat mesra ia bangunkan kekasihnya dan ajak ke pantai untuk sekedar jalan jalan. Dino esok harinya sudah harus kembali ke Padang karena hanya esok hari kapal jadwal kapal yang akan ke Padang.
Di pantai yang indah itu mereka saling berkejaran dan bercengkrama. Sangat serasi sekali pemandangan sore itu di pantai karena kedua sejoli itu saling berkejaran dan berpelukan. Karena senja menjelang merekapun pulang ke rumahnya untuk mandi dan makan malam. Dirumah dinasnya malam itu, Dino pun membicarakan tentang kelanjutan hubungan mereka.Reisa dengan senang hati mendengar penuturan kekasihnya itu. Namun Dino membicarakan tentang keberatannya jika Reisa terlalu dekat dengan Jonas. Dino melihat Jonas sebagai sosok yang jelek bukan saja wajahnya namun juga sifatnya, meskipun ia berprofesi sebagi calon rohaniawan.Dino mengemukakan keberatannya sebab Reisa bisa saja terjebak oleh sosok manusia jelek bertopeng jiwa rohaniawan itu.
Apalagi baginya Jonas bukanlah seorang pria yang baik untuk dijadikan teman oleh Reisa.Reisa pun menerangkan asal mula perkenalannya pada Dino,dan ia juga minta Dino untuk jangan terlalu cemburu,sebab profesinya menuntutnya akrab dengan siapapun,latar belakangnya.Dino pun merasa lega,sebab Reisa amat dewasa dan sudah mengerti perasannya sebagai kekasih.
Din terang Reisa, kamu jgn terlalu bersikap seperti kanak kanak, sebab kita berpacaran kan sudah lebih 3 tahun dan tak lama lagi akan menikah
Dino pun menerima alasan Reisa tersebut dan berjanji akan sering ke pulau itu. Ia yakin akan kesetiaan Reisa yang telah ia pacari selama itu. Apalagi ia berpikir mana mungkin Reisa yang seorang dokter itu akan terpikat oleh Jonas yang jelek dan kampungan itu. Ia semakin percaya pada Reisa tunangannya.
Malamnya sehabis makan dan membicarakan hubungan mereka, Reisa terlihat berada di pangkuan Dino. Mereka tak melewatkan kesempatan tersebut untuk saling mencumbu. Ciuman dan remasan tangan Dino hinggap dibagian bagian sentitif Reisa. Perbuatan pria itu pun menyebabkan Reisa untuk pertama kalinya merelakan pakaiannya semerawut dan acak acakkan. Bagaimanapun Reisa ingin memberikan kepastian pada kekasihnya itu kesungguhannya.
Dino pun melakukan pilinan dan gigitan kecil di bagian payudara Reisa yang telah terbuka itu. Malam itu Reisa ingin memberikan suatu keindahan kepada kekasihnya itu, tapi dalam batas batas yang telah ia gariskan. Namun pergumulan tersebut mereka atur sesuai batas dan tak akan merusak kesuciannya. Pakaian atas Reisa terlepas semua, itulah pertama kalinya ia menyuguhkan keindahan payudaranya kepada kekasihnya itu.Dino melakukan pilinan dan tak henti hentinya melakukan jilatan hingga akhirnya mereka berdua merasa kelelahan dan tertidur. Setelah merasa cukup sampai disitu perbuatan mereka, Reisa pun kembali mengenakan pakaian atasnya dan menuju kamarnya untuk tidur. Baginya biarlah tindakan yang serba tanggung tadi hanya dilanjutkan dalam mimpinya saja. Begitu juga Dino, ia menyuruh kekasihnya masuk kamar agar ia bisa tidur nyenyak dan bangun pagi.
Pagi harinya Dino pun berangkat ke Padang dan diantar Reisa.Yang mengantar Dino tidak saja Reisa, namun Pak Nurfea dan istrinya juga ikut.Selama di pelabuhan mereka tak henti hentinya bergandengan tangan dan disaat Dino akan berangkat tak lupa ia mencium bibir kekasihnya itu. Kapal pun beranjak meninggalkan pelabuhan Tua Pejat menuju Muaro Padang. Reisa lalu kembali bertugas di puskesmas seperti biasanya. Ia kembali tenggelam dalam rutinitas seperti biasanya. Reisa pun sering bersama Bu Nur ke pedalaman kembali. Dan disuatu kesempatan ia bertemu Jonas yang baru selesai memberikan pelayanan rohani kepada warga pedalaman tersebut. Reisa dan Bu Nur di tawari singgah ke pondokannya, sekedar beristirahat sebelum pulang ke puskesmas. Selama di pondok Jonas, Reisa terlibat pembicaraan serius dengan Jonas mengenai rendahnya mutu kesehatan di tempat Jonas itu.
Reisa berjanji akan serius menangani warga disana. Selama Reisa di tempat tugasnya, Jonas selalu menghubunginya sekedar mengetahui keadaan di tempat Reisa atau sekedar menanyakan kabar Reisa. Mereka pun sering terlibat saling mengirim pesan singkat, mulai dengan tugas tugas Reisa juga tugas tugas Jonas.Tak lupa Jonas memberikan sugesti pada Reisa agar selalu kuat dalam menjalankan tugasnya sebab Reisa pernah tak mendapat penerimaan yang ramah disuatu tempat didesa tetangga pulau itu.
Saat itu kedatangan Reisa dan bu Nur ditolak masyarakat setempat dengan alasan yang kurang jelas.Mendengar keluhan Reisa tersebut, Jonas pun berjanji akan membantu mengarahkan warga pulau itu tentang arti kesehatan sebab Jonas tahu semua warga pedalaman itu adalah masih dalam lingkup kerjanya. Reisa berterima kasih atas bantuan dan support dari Jonas saat itu. Sesuai kesepakatan dengan warga tempat tersebut, Reisa dan Bu Nur juga Jonas ikut serta ke daerah yang pernah menolak kehadiran Reisa tersebut. Saat itu sempat terjadi sedikit ketegangan namun dengan sikap yang santun dan kewibawaan Jonas, masyarakat setempat akhirnya mau menerima penyuluhan kesehatan yang di berikan Reisa.
Semenjak kejadian itu,hubungan Jonas dan Reisa pun semakin dekat.Mereka pun sering terlihat bersama di puskesmas pulau itu.Bagi Reisa tidaklah masalah sebab mereka sama sama menjalankan tugas mulia. Begitu juga mereka sering berjalan jalan ke pantai dan terkadang makan di rumah Bu Nur. Bagi Bu Nur melihat hubungan Jonas dan Reisa adalah hubungan kerja biasa dan wajar. Bu Nur pun terlihat amat terbantu dengan kehadiran Jonas yang sedikit banyaknya memberinya khotbah tentang ibadahnya.
Diluar jam senggangnya Jonas sering datang ke tempat Reisa bertugas.Jonas lebih sering singgah di rumah Bu Nur yang juga aktifis gereja. Dan sering Bu Nur mengajak Reisa untuk mendiskusikan masalah pelayanan kesehatan bagi warga di sekitar pulau itu bersama Jonas. Sesekali mereka juga berdiskusi di rumah Reisa. Lambat laun Reisa merasakan perhatian dan bantuan Jonas terhadap tugas tugasnya selama di pulau itu amat membantunya. Ia hampir tak lagi mengalami hambatan dalam menjalankan tugasnya. Begitu juga Jonas semakin bersemangat jika dusunnya di kunjungi oleh Reisa dan Bu Nur untuk melakukan pelayanan kesehatan.setiap minggu Reisa pasti berada di desa termpat Jonas bertugas.
Reisa pun hampir akhir bulan selalu pulang ke Padang dan bertemu kelurga dan kekasihnya. Saat itu Reisa telah memasuki bulan kedua di pulau itu. Sore itu ia berangkat ke Padang dan kebetulan juga Jonas akan ke Padang untuk melaporkan kegiatannya selama ini. Mereka menumpang dalam satu kapal. Selama perjalanan Reisa selalu terlihat bersama Jonas yang dan sering terlibat pembicaraan yang cukup serius. Sesekali karena kantuk Reisa bersandar di bahu bidang Jonas.
Jonas merelakan bahunya di sandari Reisa, meskipun mereka bukan pasangan kekasih saat itu Jonas sempat memeluk tubuh Reisa yang terlihat kecapaian selama perjalanan dengan kapal dan goyangan karena hempasan gelombang laut. Jonas dapat melihat raut wajah cantik Reisa dari dekat. Kulit wajahnya yang putih dan di pipinya ditumbuhi rambut rambut halus. Juga tangan Reisa terlihat ada rambut halus yang cukup serasi dengan kulitnya yang putih. Jonas tak mau melakukan hal yang nantinya akan menyebabkan hubungannya dengan Reisa memburuk. Sebagai manusia biasa ia meras tergoda, namun ia tak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan saat itu. Hingga beberapa lama kemudian Reisa terbangun dan sadar ia telah rebah di bahu Jonas. Dengan mengucap maaf Reisa amat menyesal telah tertidur di bahu Jonas. Namun Jonas menjelaskan bahwa tak apa sebab ia tahu Reisa amat letih.
Tak terasa paginya kapal mereka merapat ke pelabuhan Muaro Padang.Reisa pun bergegas turun bersama Jonas. Melihat ada sopir ayahnya yang menjemput Reisa pun berpisah dengan Jonas di pelabuhan itu. Sempat Reisa menanyakan kapan Jonas kembali ke pulau. Rupanya Jonas di Padang hanya beberapa hari dan secepatnya akan kembali.
Sedikit basa basi menawarkan Jonas singgah di rumahnya, namun dengan mengucap banyak terima kasih Jonas pun dengan amat menyesal tak sempat sebab ia amat terburu buru. Reisa pun naik ke mobil dan berlalu dari pelabuhan itu. Selama di padang Reisa pun larut dengan kegiatannya, namun masih sempat meluangkan waktu dengan kekasihnya.Tanpa Reisa tahu sebabnya Dino, bersikap amat protektif kepadanya. Kemudian yang terjadi malah pertengkaran yang akhirnya mereka berdua saling berdiam diri.
Dino terlihat amat ingin mengusai semua masalah Reisa. Padahal dalam hatinya Reisa tidak ada melakukan hal yang berlawanan dengan komitmen mereka. Namun perasaan cemburu Dino yang berlebihan membuatnya tak nyaman. Reisa pun sempat mengadukan masalahnya itu pada ibunya. Dengan sabar ibunya memberikan pengertian pada putrinya itu. Hingga Reisa berangkat kembali ke pulau Dino tak terlihat mengantarnya.Reisa merasa Dino masih marah kepadanya. Selama di atas kapal Reisa berusaha menghubungi Dino,namun teleponnya selalu tak diangkat.Reisa amat sedih dengan sikap Dino itu. Kesedihan itu terbawa sampai ia berada di pulau.
bersambung....