Terimakasih suhu suhu yg udah nyimak tread ane walaupun copas semoga bisa menghibur suhu2 dimari, nubi hanya ingin melengkapi cerita yg ada di forum ini, meski begitu nubi ga nolak ijo ijo nya. Terimakasih suhu suhu yg udah nyimak tread ane walaupun copas semoga bisa menghibur suhu2 dimari, nubi hanya ingin melengkapi cerita yg ada di forum ini, meski begitu nubi ga nolak ijo ijo nya.
Monggo dinikmati endingnya.
Terakhir
Mbak Rani semakin tergila-gila ketika Aku dengan posisi terlentang sedang dia dengan lembutnya mulai menelusupkan kemaluanku ke belahan kemaluannya. Ooooh... sungguh nikmat. Mbak Rani pun kelihatan sungguh menikmati persetubuhan ini. Tapi tiba-tiba... ada suara sepeda motor datang.
"Oooh suamiku..", desis Mbak Rani terperanjat. Sambil melepaskan kemaluannya sehingga terdengar suara 'plops'.
"Ton, gimana nih, suamiku datang". "Sssst... jangan keluar dulu. Masak kamu mau menemuinya dengan kondisi seperti ini?". Mbak Rani seperti tersadar, lalu diam. Tapi dengan nakalnya Aku kembali mengarahkan kemaluanku sehingga kembali menelusup ke kemaluan Mbak Rani yang masih duduk di atas tubuhku. Mbak Rani terdiam menahan geli, sambil mengintip suaminya sedang celingukkan mencari. Saat itu seperti ada sensasi lagi bagiku, yaitu bersetubuh dengan orang lain sambil memperhatikan suaminya.
Aku mulai lagi menikmati tubuhnya dan kulihat Mbak Rani pun seperti kembali menikmati permainan dengan sedikit-sedikit menggerakkan pantatnya. "Oooohhh...", desisnya sambil menurunkan bongkahan pantatnya. "Mbak nakal ya... tega... ada suaminya kok ginian sama aku", bisikku. "Biarin Ton... Mbak lagi terangsang sekali sekarang.", katanya. Lalu seperti nekat, Mbak Rani mencabut dan membalikkan badannya mengarah ke suaminya yang terpicing-picing melihat ke arah semak. "Ton... tusuk aku dari belakang".
Aku tersenyum karena yakin biar pun sambil berdiri, aku tak akan kelihatan suaminya. Mbak Rani pun sepertinya menikmati hal itu ketika kemaluanku menyodok liangnya. "Ton sodok yang keras Ton... oooohhhh... terus Ton", sambil perlahan-lahan Mbak Rani mencoba untuk berdiri. "Ton... terus Ton... kita sambil berdiri Ton...", dan masih seperti nekat Mbak Rani berdiri dengan sedikit menungging dan Aku dengan mudah menyelusupkan kemaluanku yang panjang itu.
"Ooohhhh...", desis Mbak Rani sambil memperhatikan suaminya yang terlihat berdiri seolah-olah memandangnya. Tapi karena keadaan semak yang rimbun, dari jauh tentu tidak terlihat apa-apa. Dan ketika Mbak Rani mencapai puncaknya, Aku mendesakkan kemaluanku sedalam-dalamnya ke lubang kemaluan Mbak Rani.
"Adddduuuuuh Ton nikmat...", desis Mbak Rani.
Siang itu sepertinya Mbak Rani ingin terus bersenggama dan hendak melampiaskan nafsunya yang menggebu-gebu. Mbak Rani seperti sudah kehilangan nalarnya ketika mengajakku berjalan ke arah belakang kontrakannya yang tertutup rimbunan tanaman dan pagar sebatas dada, sehingga dari situ pandangan kita bebas ke jalan raya. "Ton... Mbak mau main lagi disini Ton". "Hah!!, ntar kelihatan orang!" "Sudahlah... ayo Ton", katanya sambil membuka kakinya menghadap jalan. Sambil sesekali menunduk, Aku lalu menyelusupkan batangku yang tegak perkasa ke belahan pantat Mbak Rani dan ketika sudah tepat kusodok kemaluan Mbak Rani. Mbak Rani kembali tergial-gial dan semakin histeris ketika melihat suaminya mengendarai sepeda motor ke arah jalan raya.
"Oooooh Ton lebih keras Ton... auuuuhhh...", dan seperti sengaja ketika orgasme yang kesekian kali, dengan beraninya disibakkan belukar di depannya seolah mau pamer ke orang-orang yang lalu lalang. Mbak Rani kulihat mengejan sekuatnya ketika kurasakan pula cairan nikmatnya menyembur, hampir bersamaan dengan semprotanku.
Ketika semuanya selesai, Mbak Rani kembali ke kamar kontrakannya dengan mengenakan gaun panjangnya, sementara aku bersembunyi dulu di tempat jemuran. Kudengar sayup-sayup Mbak Rani diberitahu tetangga sebelahnya, bahwa tadi suaminya mencarinya.Terimakasih suhu suhu yg udah nyimak tread ane walaupun copas semoga bisa menghibur suhu2 dimari, nubi hanya ingin melengkapi cerita yg ada di forum ini, meski begitu nubi ga nolak ijo ijo nya. Terimakasih suhu suhu yg udah nyimak tread ane walaupun copas semoga bisa menghibur suhu2 dimari, nubi hanya ingin melengkapi cerita yg ada di forum ini, meski begitu nubi ga nolak ijo ijo nya.
Monggo dinikmati endingnya.
Terakhir
Mbak Rani semakin tergila-gila ketika Aku dengan posisi terlentang sedang dia dengan lembutnya mulai menelusupkan kemaluanku ke belahan kemaluannya. Ooooh... sungguh nikmat. Mbak Rani pun kelihatan sungguh menikmati persetubuhan ini. Tapi tiba-tiba... ada suara sepeda motor datang.
"Oooh suamiku..", desis Mbak Rani terperanjat. Sambil melepaskan kemaluannya sehingga terdengar suara 'plops'.
"Ton, gimana nih, suamiku datang". "Sssst... jangan keluar dulu. Masak kamu mau menemuinya dengan kondisi seperti ini?". Mbak Rani seperti tersadar, lalu diam. Tapi dengan nakalnya Aku kembali mengarahkan kemaluanku sehingga kembali menelusup ke kemaluan Mbak Rani yang masih duduk di atas tubuhku. Mbak Rani terdiam menahan geli, sambil mengintip suaminya sedang celingukkan mencari. Saat itu seperti ada sensasi lagi bagiku, yaitu bersetubuh dengan orang lain sambil memperhatikan suaminya.
Aku mulai lagi menikmati tubuhnya dan kulihat Mbak Rani pun seperti kembali menikmati permainan dengan sedikit-sedikit menggerakkan pantatnya. "Oooohhh...", desisnya sambil menurunkan bongkahan pantatnya. "Mbak nakal ya... tega... ada suaminya kok ginian sama aku", bisikku. "Biarin Ton... Mbak lagi terangsang sekali sekarang.", katanya. Lalu seperti nekat, Mbak Rani mencabut dan membalikkan badannya mengarah ke suaminya yang terpicing-picing melihat ke arah semak. "Ton... tusuk aku dari belakang".
Aku tersenyum karena yakin biar pun sambil berdiri, aku tak akan kelihatan suaminya. Mbak Rani pun sepertinya menikmati hal itu ketika kemaluanku menyodok liangnya. "Ton sodok yang keras Ton... oooohhhh... terus Ton", sambil perlahan-lahan Mbak Rani mencoba untuk berdiri. "Ton... terus Ton... kita sambil berdiri Ton...", dan masih seperti nekat Mbak Rani berdiri dengan sedikit menungging dan Aku dengan mudah menyelusupkan kemaluanku yang panjang itu.
"Ooohhhh...", desis Mbak Rani sambil memperhatikan suaminya yang terlihat berdiri seolah-olah memandangnya. Tapi karena keadaan semak yang rimbun, dari jauh tentu tidak terlihat apa-apa. Dan ketika Mbak Rani mencapai puncaknya, Aku mendesakkan kemaluanku sedalam-dalamnya ke lubang kemaluan Mbak Rani.
"Adddduuuuuh Ton nikmat...", desis Mbak Rani.
Siang itu sepertinya Mbak Rani ingin terus bersenggama dan hendak melampiaskan nafsunya yang menggebu-gebu. Mbak Rani seperti sudah kehilangan nalarnya ketika mengajakku berjalan ke arah belakang kontrakannya yang tertutup rimbunan tanaman dan pagar sebatas dada, sehingga dari situ pandangan kita bebas ke jalan raya. "Ton... Mbak mau main lagi disini Ton". "Hah!!, ntar kelihatan orang!" "Sudahlah... ayo Ton", katanya sambil membuka kakinya menghadap jalan. Sambil sesekali menunduk, Aku lalu menyelusupkan batangku yang tegak perkasa ke belahan pantat Mbak Rani dan ketika sudah tepat kusodok kemaluan Mbak Rani. Mbak Rani kembali tergial-gial dan semakin histeris ketika melihat suaminya mengendarai sepeda motor ke arah jalan raya.
"Oooooh Ton lebih keras Ton... auuuuhhh...", dan seperti sengaja ketika orgasme yang kesekian kali, dengan beraninya disibakkan belukar di depannya seolah mau pamer ke orang-orang yang lalu lalang. Mbak Rani kulihat mengejan sekuatnya ketika kurasakan pula cairan nikmatnya menyembur, hampir bersamaan dengan semprotanku.
Ketika semuanya selesai, Mbak Rani kembali ke kamar kontrakannya dengan mengenakan gaun panjangnya, sementara aku bersembunyi dulu di tempat jemuran. Kudengar sayup-sayup Mbak Rani diberitahu tetangga sebelahnya, bahwa tadi suaminya mencarinya.
Selesai
terimakasih atas perhatiannya.