Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[copas] tradisi

Ramen20

Semprot Baru
Daftar
11 Jan 2011
Post
42
Like diterima
25
Lokasi
Boyolali
Bimabet
Aku dilahirkan di sebuah desa
yang memiliki tradisi yang sangat
unik terutama untuk urusan
mendidik anak tentang sek.
Desaku adalah sebuah desa yang
agak terpencil. Untuk mencapai jalan aspal saja kami harus
meretas semak belukar kurang
lebih 30 kilometer dan hanya
dapat ditempuh dengan berjalan
kaki. Kalau dibelahan lain negeri
tercinta ini ada tradisi menyuguhkan istri untuk
tamunya (terutama orang
terhormat — daerahnya cari sendiri ya ada sungguh) kalau di
desaku hampir dapat dikatakan
treesome tapi dalam batas
hubungan keluarga. Begini
ceritanya: Ayahku adalah anak kedua dari
tiga saudara yang semuanya
laki-laki sedangkan aku anak
tunggal dikeluargaku, meskipun
aku tumbuh di desa tetapi
sebagai anak tunggal aku tidak pernah kekurangan bahkan
kalau hanya gizi keluargaku
sangat berlebih. Sehingga aku
tumbuh sebagai anak yang
cukup”bongsor”. Walau umurku baru empat belas tahun tinggi
badanku sudah lebih tinggi dari
ayahku dan di desaku anak-anak
seumurku rata-rata baru
disunat mungkin karena jauh dari
Puskesmas dan tenaga kesehatan. Uwak (Pak de Jawa) mempunyai
anak dua orang semua cewek
dan pamanku mempunyai anak
satu orang juga cewek. Ketika
itu aku baru tamat SD dan
seperti tradisi di desa kami aku akan di sunat, saat itu umur
ayahku kira-kira 40 tahunan
tentunya pamanku lebih muda
lagi. Istri paman yang biasa aku
panggil bibi Irah adalah wanita
asal sedesa sebagaimana wanita desa yang kegiatannya sehari-
hari kesawah bibi Irah ini
mempunyai badan yang bagus
singset dengan perut yang
kencang dan badan yang benar-
benar seksi meskipun kulitnya agak kecoklatan namun masih
ayu di usianya yang masih 30
tahunan.
Sebagaimana biasa bila dalam
satu keluarga ada yang
mengadakan pesta maka semua kerabat kumpul membantu
apalagi bila ada pesta. Waktu aku
sunat maka keluarga Uwak dan
paman semua kumpul dirumah
kami dan setelah pesta usai baru
satu persatu mereka pulang. Menurut tradisi desa kami jika
ada anak laki-laki sunat maka
yang mengurus segala
kebutuhan dan merawat harus
istri pamannya, maka akupun
harus diurus istri pamanku. Karena rumah kami cuma
berjarak kurang lebih 50
meteran maka untuk
memudahkan tugas bibi Irah aku
diboyong ke rumah paman.
Akupun tidak merasa canggung
ketika bibi memandikan atau
memberikan obat sulfanilamid ke
luka bekas sunatku. Sampai
suatu ketika pada hari ke tujuh
aku sunat lukaku benar-benar sembuh dan burungku sudah
nampak gagah dengan topi baja
yang mengkilat. Karena merasa
sudah sehat aku bermaksud
mandi sendiri dan kamar mandi
kami cuma terbuat dari bambu yang dianyam namun untuk
sumur dan bak mandi sudah di
semen.
“Ndo, (aku biasa dipanggil LONDO alias Belanda karena aku tinggi
dan rambuntuku kemerahan)
kamu belum boleh mandi sendiri
lho.”, tegur bibi ketika aku mengambil handuk dan
peralatanku mandi pada sore
hari ketujuh. “Memang kenapa bik?” “Ihh pemali belum selasai masa pengasuhan bibi nanti kita kena
tulah”, jawab bibi. “Jadi…bi” “Ya kamu masih harus dimandiin bibi”, kemudian bergegas bibi menghampiriku serta mengajakku
masuk bilik mandi.
Sebagai wanita desa bibi biasa
hanya mengenakan kemben dari
kain, dan sore itu seperti biasa
bibi mengenakan kemben yang menutupi dadanya hingga lutut,
kalau selama saya masih belum
sembuh saya dimandikan sambil
duduk di kursi kayu sekarang
saya berdiri dan seperti biasa
akupun tanpa canggung ketika harus telanjang didepan bibiku.
Pelahan bibi mulai menyiramkan
air ke tubuhku yang telanjang
dan dengan sendirinya badannya
yang masih terbungkus kainpun
ikut basah, dan seperti biasa bibi mulai menyabuni badanku sambil
sesekali posisinya merapat bila
menyabun bagian belakang
badanku tanpa sengaja dadanya
yang suda basah kadang
menempel di badanku, ada perasaan yang berdesir ketika
payudaranya yang tidak terlalu
besar menempel di dadaku
terasa masih kenyal hangat dan
lembut, tanpa terasa burungku
perlahan mulai tegang. Begitu bibi membungkuk untuk menyabuni
badanku yang bawah ia langsung
teriak.
“Ahhh… Kamu sudah dewasa Ndo..”, serunya sampil dia memegang burungku dan di
usapnya pelan-pelan, aku
menjadi kaget karena serasa
seluruh tubuhku bergetar dan
aku hanya bisa mendesis karena
tidak tahan merasakan nikmatnya burungku ditangan
bibiku.
Bibi lalu berjongkok dihadapanku
denga posisi wajahnya pas di
depan selangkanganku bahkan
mulutnya persis didepan burungku. Tangan kirinya masih
mengusap-usap dan dan tangan
kanannya meremas-remas buah
zakarku. Sambil komat-kamit
entah apa yang dilakukan
kemudian dia meniup burungku, kemudian mulutnya didekatkan
kepenisku dan dia mulai menjilati
kepala penisku. Lidahnya
berputar-putar dikepala
burungku. Aku mendesis
merasakan nikmat dan kegelian yang membuat batang penisku
semakin tegang. “Ohh… Biiiiiiik…” , desahku tertahan secara reflek tanganku
memegang kepal bibiku yang
berambut panjang hingga
ikatannya terlepas maka
tergerailah rambut bibiku yang
panjang sampai ke pinggul, posisi duduknya yang jongkok
membuat kemben bibi kendor
dan melorot sehingga
tersembulah payudaranya yang
kencang mengkilap terkena air
sabun dan tiba-tiba bibi mulai memasukkan burungku
kemulutnya. Mulutnya penuh
sesak oleh kepala burungku yang
membesar pada ujung topi
bajanya. Burungku dikeluar
masukan di mulut bibi sungguh nikmat yang baru pertama kali
ini aku rasakan.
Aku dibuatnya seolah-olah
terbang keawang-awang dan
tanpa dapat kutahan kepala
burungku serasa mau meledak secara reflek kudorong kepala
bibiku menjauh tapi justru bibi
memasukkan semua burungku
kedalam mulutnya dan… Crot… crot…crot… bibi sari semakin cepat mengocok dan mengulum
burungku. Dengan menjerit
panjang, aku tumpahkan semua
cairan dari burungku ke dalam
mulut bibi.
“Ohh…, ke..na..pa ku ini aku ini bi…” , tanyaku pada bibi. Bibi tersenyum ke arahku
dengan tanpa rasa jijik
sedikitpun dia menjilati dan
menelan sisa-sisa cairanku yang
keluar.
“Itu tandanya kamu sudah dewasa Ndo… yang kau keluarkan tadi namanya pejuh
(sperma)”, jelas bibiku sambil berdiri disampingku sudah tanpa
selembar kainpun.
“Kenapa bibi telan?”, tanyaku bengong.
“Itu syarat Ndo… Nanti malam bibi akan berikan yang lebih enak
lagi”, tambahnya sambil memelukku demi dipeluk wanita
telanjang dan dadanya yang
kenyal hangat dan halus
menempel dikulit dadaku
burungku lansung bangkit lagi
dan tepat menyentuh bawah perut bibiku.
“Waah anakku benar-benar sudah menjadi pria yang
jantan”, kata bibiku sambil tangannya menggenggam
burungku. Kemudian bibi
menyelesaikan acara memandikan
aku terus memandikan dirinya
dan setelah itu aku disuruhnya
memakai sarung sedang bibi keluar dari kamar mandi masih
memakai kainnya yang basah.
Didepan pintu kami ketemu
paman, tapi paman hanya
mengernyitkan alisnya.
“Sudah kok pak anak kita sudah menunjukan kedewasaannya”, kata bibi kepada paman.
“Oh ya… kalo begitu nanti malam bapak mulai keladang aja ya
bun”, jawab paman. “Tapi bapak harus ajari anak kita dulu baru berangkat.” “Ya nanti bapak yang ajari ya Ndo”, kata paman padaku. Aku sendiri cuma bengong tak
tahu pembicaraan mereka tapi
yang jelas burungku masih
berdiri kencang dibawah kain
sarungku.
 
Malam itu selepas jam 7malam
habis makan kami berkumpul di
balai-balai ruang tengah bibi
hanya memakai kain sarung yang
dililitkan di atas payudaranya
sehingga separuh pahanya nampak putih dan bungkusan
kain itu menambah tubuh bibi
makin seksi dalam pandangan
mataku, paman seperti biasa
memakai kolor longgar tanpa
pakai baju nampak otot-otot perutnya yang kekar dan
memang pamanlah orang yang
paling kekar di desaku, diusianya
yang masih belum 40 tahun
pamanku adalah laki-laki paling
gagah, aku masih seperti habis mandi tadi masih bersarung
karena belum berani pakai
celana. Dinda anak paman sudah
tidak ada lagi rupanya sejak
siang ia sudah berada di
rumahku dan menginap disana. “Bun… mari kita mulai saja biar bapak nanti tidak kemalaman”, ujar paman.
“Ayo pak… bunda juga sudah siap kok”, kemudian bibi melepaskan kainnya sehingga
telanjang bulat dan berbaring di
balai-balai berbantalkan bantal
kapuk randu. Melihat tubuh
bibiku yang singset dengan perut
yang rata, payudaranya yang indah mencuat ke atas serta
selangkangan yang ditumbuhi
bulu hitam lebat spontan
burungku berontak naluriku
mengatakan inilah kenikmatan
yang akan aku dapatkan sebagaimana dijanjikan bibi siang
tadi. “Ayo Ndo kau copot semua sarungmu itu”, perintah paman sambil melepaskan kolornya dan
tampaklah burung pamanku yang
panjang dan mengangguk angguk
mulai bangkit. Kemudian paman
memintaku duduk disamping kiri
bibiku, sedang paman dengan keadaan telanjang bulat bersila
disamping kanan bibiku, entah
apa yang dibacanya yang jelas
mulutnya komat-kamit dengan
bahasa yang aku tak mengerti. “Paman akan tunjukan menggunakan kedewasaanmu
Ndo maka kamu harus
memperhatikan apa yang paman
lakukan”, perintah paman sambil mengambil posisi berada jongkok
diantara paha bibi yang tidur
telentang. Tangan kirinya meraih
selangkangan bibi dan jari-
jarinya mulai menyibakan rambut
tebal sedang tangan kanannya memegang burungnya dan
perlahan paman mengarahkan
burungnya keselangkangan bibi. “Kau harus mengarahkan tototmu kearah lubang
peranakan perempuan kemudian
memasukkannya Ndo.”, kata paman kemudian.
“Kenapa paman?”, tanyaku parau sambil menelan ludah.
“Ya… supaya kamu bisa dapat anak… Ndo… nih lihat paman.”, kata paman sambil memasukkan
burungnya diselangkangan bibi
aku masih belum paham lubang
apa yang ada disana, perlahan
paman mendorong burungnya
dan bibi mendesis-desis sepertinya keenakan. Setelah
masuk mentok paman menarik
lagi burungnya dan
memasukkannya lagi perlahan
bibi semakin menjadi-jadi
desahannya aku benar-benar terkesima.
Darahku mulai mengalir kencang
sementara bibi hanya
memandangku dengan
senyumannya yang manis. Makin
lama gerakan maju mundur paman makin cepat dan tak
teratur sedang bibi nampak
mengimbangi dengan
menggerakkan pinggulnya
kesamping kanan dan kiri, hingga
keduanya berpeluh…dan setelah beberapa menit kemudian paman
beralih memeluk bibi dengan
posisi bokong menghujam
sehingga nampak melengkung
tubuhnya dan sejenak kemudian
meraka berhenti bergerak dengan napas makin tersengal.
Setelah agak tenang paman
melepaskan pelukannya pada bibi
dan mencabut batang
burungnya, nampaklah cairan
putih membungkusnya dan aromanya menyengat sekali.
“Paman telah menumpahkan peju paman kedalam puki bibimu
Ndo… dan itu bila saatnya tepat bisa menjadi anak… kau tahukan?”, tanya pamanku, aku hanya mengangguk tak bisa
bersuara.
“Nahh… sekarang kau Ndo lakukanlah dengan bibimu paman
akan tinggalkan kalian selama 10
hari”, lanjut paman terus bangkit dan mengenakan
kolornya kemudian kekamar
mengambil baju dan peralatan
serta bekalnya terus keluar
rumah dengan penerangan
senter. Suara langkah kakinya perlahan menjauh..digantikan
suara jangkrik yang mengisi
malam. Aku masih memegangi
burungku yang kecang ketika
tangan halus bibi merangkulku
dan susunya yang kenyal menyentuh kulitku. “Ayo Ndo kamu sudah siap”, tanya bibiku, aku mengangguk
bibi menciumku aku hanya bisa
mengikutinya saja karena bagiku
inilah pertama kali aku dicium
wanita. Bibi mengajakku rebahan
sehingga posisiku berada diatasnya menindih tubuhnya
kurasakan bulu selangkangan
bibiku yang halus menyentuh
peruntuku sedang payudaranya
yang menjulang persis
dihadapanku. “Menyusulah Ndo… seperti dulu kamu waktu bayi”, Kata bibi dengan napas yang mulai
tersengal, aku tak tahu apakah
karena tindihan badanku yang
lebih besar dari bibi, seperti anak
kecil aku menyusu bibiku
tanganku yang satu memegang payudaranya yang satunya lagi,
seperti takut terlepas, bibiku
mulai mendesis-desis keenakan.
Setelah beberapa saat aku
menyusu payudara bibi
bergantian kanan dan kiri kemudian tangan bibi menyelusup
keselangkanganku mencari
burungku digenggamnya, dan
ditariknya perlahan seperti
menuntunnya kearah lubang
selangkangannya kurasakan sentuhan lembut hangat dan
berlendir pada kepala burungku. “Sekaraanng Ndo”, bisik bibiku parau, batang burungku,
dituntunnya ke lubang pukinya.
Perlahan-lahan dia mulai
membuka pahanya kesamping
dan dengan perlahan aku mulai
menekannya. Kurasakan kepala burungku mulai memasuki lubang
yang sempit, serasa dijepit dan
dipijit-pijit. Mungkin karena baru
pertama sensasi yang timbul luar
biasa nikmatnya, meski agak
susah, akhirnya amblas juga seluruh batang burungku ke
dalam lubang puki bibi.
Aku mulai memaju mundurkan
pantatku seperti diajarkan
paman, hingga tototkupun keluar
masuk lubang puki bibi. Sambil tanganku meremas-remas
payudaranya.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Sepertinya blom ada d sini.. Cuba tunjukkan repost yg sama dimana gan..
 
“Ooh… Ndo… Nikk… Matt… Bangett tototmu”, rintih bibi. Aku semakin bernafsu memaju
mundurkan pantatku, bibi
mengimbangi gerakkanku dengan
memaju mundurkan juga
pantatnya, seirama gerakkan
pantatku. Membuat buah dadanya bergoyang-goyang.
Semakin lama semakin cepat
gerakkan pantatnya. “NDo…… Bibi… Tak… Tahann, ” jeritnya. Kurasakan liang pukinya
berkedut-kedut dan memijit
tototku. Tangannya
mencengkeram dengan keras
pundakku. “Ooh… Oo… ughhhh… hhhh”, desah bibiku panjang.
Puki bibiku makin keras meremas
tototku, dan tototkupun
sepertinya diperas-peras dengan
benda berpermukaan yang
lembut hangat dan… “Ahhh… crot… crooot…crooot”. Ada sesuatu yang menyembur
dari ujung tototku. Aku terlkulai
lemas memeluk bibiku.
Sampai sepuluh hari aku dan
bibiku tiap hari melakukan
pesetubuhan bahkan dalam satu hari kadang sampai empat lima
kali sampai kadang tototku
terasa ngilu. Selama itu juga jika
aku sedang berjalan bersama
bibiku dikampung teman-teman
bibiku selalu tersenyum penuh arti. Bahkan bundaku pernah
datang siang-siang ketika kami
selesai besetubuh dan masih
memakai kain dan sarung. “Wahhh. Mbakyu Londo sudah benar-benar dewasa… lho aku sampai kewalahan”, kata bibiku kepada bunda. Bunda hanya
memandangku penuh arti. Kawan-kawanku sepermainan
yang lebih dulu sunat bahkan
menanyakan bagamana rasa
memek bibiku apakah enak.
Sebagai orang yang baru
menjalani pendadaran kedewasaan aku hanya tahu
bahwa melakukan persetubuhan
dengan bibiku nikmat sekali.
Rupanya hal ini sudah menjadi
tradisi desa kami bahwa seorang
bibi ipar harus mengajari keponakannya bersetubuh
bahkan menurut Bang Udin kalau
aku mau aku boleh juga minta ke
isteri Uwakku.
Dan itu benar-benar terjadi
ketika itu hari ketiga aku dirumah bibi. Seperti biasa
sehabis mandi pagi bersama bibi
aku biasanya terus mengajak bibi
untuk bersetubuh. Aku sudah
mulai bisa merasakan nikmatnya
menyetubuhi bibiku bahkan aku mulai berani membuka memek
bibiku untuk aku lihat, aku cium
baunya bahkan aku jilat
lendirnya, dan rupanya memek
bibiku benar-benar bersih dan
terawat bahkan baunyapun enak sedang cairannya terasa gurih.
Ketika aku sedang menciumi
memek bibi entah darimana tiba-
tiba wak ijah sudah berada di
samping kami sambing matanya
melotot melihat bibi yang mendesah-desah. Aku kaget tapi
ingat kata bang Udin aku jadi
tenang yang jelas aku bisa dapat
dua-duanya. Benar saja begitu
bibi tahu uwak sudah didekatnya
lansung menghentikan kegiatanku.
“O… kak Ijah ayo kak.. anak kita sudah pintar lo kak”, kata bibiku.
“Kebetulan… Uwak kan cuma punya keponakan laki-laki satu
biar kali ini Londo belajar sama
uwak ya.”, Kata uwakku. Aku hanya memandangi uwaku
yang mulai melepaskan
pakaiannya satu persatu dan
sungguh luar biasa biarpun usia
uwak sudah empat puluh
tahunan tapi tubuhnya nampak lebih sintal daripada bibiku
bahkan payudaranya lebih besar
agak menggantung tapi nampak
penuh berisi, bulu-bulu
kemaluannya lebih lebat dan
yang lebih mennggairahkan pinggulnya sangat padat bulat
dan berisi.
Uwak lansung saja menyerbu
tototku dan aku
ditelentangkanya sehingga uwak
leluasa mengulum tototku. Ketika wak mulai menjilati batang
tototku. Dari kepala hingga
pangkal tototku dijilatinya.
Mataku merem melek merasakan
nikmatnya jilatan wak. Aku
semakin merasa nikmat ketika uwak memasukkan seluruh
tototku ke mulutnya yang
mungil. Dan mulai mengulum
batang penisku. Wak memaju
mundurkan mulutnya, membuat
penisku keluar masuk dari mulutnya. Sementara tangannya
mengocok-ngocok pangkal
penisku. “Oohh… Wakkk… Aku tak tertahan!”, teriakku karena tadi aku telah dikulum-kulum lama
sebelemnya oleh bibi. Dan
kurasakan tototkupun
berkedut-kedut semakin lama
semakin cepat. Kutarik rambut
wak yang panjang dan kubenamkan kepalanya
diselangkanganku.
“Wakk… Aku… Keluarr”, teriakku lebih keras.
Wak semakin cepat memaju
mundurkan mulutnya dan
akhirnya, “crott! crott! crott!”, kumuntahkan cairan pejuh yang
sangat banyak di mulutnya.
Wakpun menelannya tanpa rasa
jijik sedikitpun bahkan dia
menjilati sisa-sisanya sampai
bersih. Akhirnya kami tidur-tiduran di
balai-balai ruang tengah bertiga
dengan bertelanjang badan.
Bibiku tak hentinya memelukku
dari belakang sedang uwak
didepanku aku menyusu pada payudaranya yang besar dan
menggelantung sungguh nikmat.
Pagi itu aku masih sempat
merasakan memek Wakku yang
ternyata berbeda dengan
memek bibiku. Memek wakku memepunyai bibir yang tipis
namun seperti menghisap hisap
tototku ketika tototku
kumasukkan sehingga sensasinya
luar biasa.
Bang Udin mempunyai tiga orang bibi sehingga ia bisa cerita
banyak padaku bagaimana rasa
memek masing-masing bibinya.
Namun demikian Bang Udin masih
penasaran dengan bibiku
mengingat bibiku termasuk wanita tersintal di desaku dan
selalu menjadi perhatian laki-laki.
Tradisi seperti ini tersimpan
rapat sampai sekarang dan
semua anak laki-laki yang baru
disunat baru mengetahui dan merasakannya sehingga rahasia
ini hanya sebatas orang yang
sudah dewasa saja yang tahu.
Didesa kami tidak pernah terjadi
perselingkuhan dengan lain orang
karena bagi laki-laki dewasa wajib menjaga kelurganya kalau
suami bibi atau uwaknya pergi
sehingga saat ini. Percaya atau
tidak itulah yang diceritakan
Londo kepadaku.

~tamat~
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd