KISAH DARI BLACKSOLIDUS
Mereka yang jadi lengan ketiga dan keempat saat kau mengusung..
Mereka yang jadi kakimu saat kau tersungkur dan lumpuh..
Mereka yang jadi mata dan telingamu saat kau tertidur..
Mereka ada.. dalam tawa, sedih, marah dan kalahmu..
Mereka ..yang yang tak pernah kau sebut pahlawan..
Merekalah.... Sahabat..
Ku hirup aroma dari segelas kopi panas yang ada dihadapanku kala itu..
Rokok kunyalakan lagi dan kuhisap dalam-dalam.. suasana dingin ditengah malam itu terasa jadi hangat.
Sementara kubiarkan saja sosok didepanku tersenyum dan berkali-kali menatap wajahku..
Lama tak berjumpa mungkin membuat dia jadi begitu.. sahabatku yang baik.. sang Keban...
"gimana GG, black..?", sobat Keban'ku bertanya...
Kurasa sudah dari tadi dia ingin menanyakan itu padaku..hanya saja dia ulur dulu dengan beberapa sapa pembuka yang penuh nostalgia... tak berubah... dia cukup tahu bagaimana caranya...
"GG baik... gw belum ketemu lagi,bro..", sahutku cepat, tersenyum dan menatap wajah sang Keban dengan lamat.
Tak langsung melanjutkan, sang Keban menghela nafasnya, dan balik menatap wajahku..
"jadi ribet yah..?", sang Keban bertanya pendek..dan aku cukup mengerti maksudnya.
"Ga ribetlah, emang ada laki'nya, ada anak'nya... rujuk itu bagus..", sahutku cepat.
"dan elu ??", sang Keban bertanya lagi..
"gw baik... itu baik.. kalo baik..kita semua juga harus baik..", jawabku ringkas.
Sang Keban mengangguk sambil tersenyum.. aku tahu betul berapa perdulinya sobatku yang satu ini . Pertanyaannya lebih kepada menanyakan keadaan ku. Katakanlah, dia ingin memastikan bahwa aku baik-baik saja menghadapi apa yang ia tahu sedang terjadi.
Kulihat sang Keban meminum kopi hangat di depannya.. kini tatapannya melanglang kedepan..
"Kita sudah tua ya,Black...", ujar sang Keban seperti sedang membayangkan sesuatu.
"Ya... sudah tua.. ga keren lagi..",jawabku sambil tersenyum.
Sang Keban tertawa mendengar jawabanku... asap rokok membuncah keluar dari bibirnya..terbatuk-batuk sebentar dan menatap wajahku dengan tatapan lucu.
"Sudut senjanya kotaaa... kian akrab merayuuuu...", suara sang Keban seperti menggodaku.
Aku gantian tertawa... nostalgia tersirat kental dari nada yang sang Keban nyanyikan. Ada sedikit perih, tapi banyak yang indah.. kulihat rasa itu pun nampak di tawa sang Keban..mata kami pun lagi-lagi bertemu dalam tatap dan kami berdua mengerti...semua telah berlalu,..dan betapa sulit untuk terlupakan... kami hanya menyimpan itu dalam-dalam dan menyikapinya dengan bijak.
"kita hebat,broo..", sang Keban tersenyum sambil terus menatap padaku... kutangkap dengan baik kalimat pendek yang diucapnya dan anggukan jadi jawabanku.
"kita hebat, keren, lucu... kecuali si I*an...huahahahaha", sang Keban menambahkan lagi kelakarnya.
Aku tertawa lagi... "Playboy belah tengah,broo...", demikian sahutku cepat.. membuat sang Keban malah makin terbahak-bahak.
"bajak lagu gue seenak udel aje...hahahahaha", tambahku juga tambah ngakak.
Mata sang Keban nampak berair karena tawanya yang terbahak-bahak... satu hisapan di rokoknya menutup tawa dan dia ulas lagi senyumnya yang khas..
"bajak hati lu, bro... hati lu yang dia bajak...", sang Keban berucap dengan nada lugas.
Kalimat sang Keban membuatku juga menutup tawa dan sebentar membuang pandang ke depan..
"ga tau dehh.. bisa ampe begitu yah..", ujarku ringan.
"takut mati angin,bro.. lagu itu menambah pesonanya..",sambil menjawab, sang Keban tertawa kecil.
"Kardusss..", diluar dugaan serempak kami mengucapkan kata yang sama...
Kembali tawa kami berkumandang. Kompak nampaknya masih bersisa dalam diri kami berdua.
Singkong goreng di raih sang Keban, langsung digunakan untuk menyumpal mulutnya yang sedari tadi berseloroh..dengan gaya lucu dia mengunyah. Aku pun tersenyum sambil melihat tingkahnya itu.
"Salam dari Robby... terakhir mau ikut kemari.. tapi istrinya baru habis operasi..", sang Keban menyampaikan amanah. Tangannya meraih gelas kopi didepannya dan meneguk perlahan.
"oh..ya,ya.. salam balik deh..nanti gw coba hubungi dia..", sahutku cepat.
"yoii, lu nelpon aja dehh.. kalo di chat dia suka sok jaim..", tukas sang Keban sambil nyengir.
"pastilah... nanti gw tanya kabar dia.. sering juga kok gw nelpon dia..", jawabku dengan nada meyakinkan.
"iyee, penasaran dia pengen tau rumah lu...pengen ngobrol sama lu..", jawab sang Keban.
"wahh, jauh dari tempat dia.. kasihan juga kalo naik motor kemari mah..", sahutku ringan.
Sang Keban manggut-manggut..rokok kembali dinyalakannya..langsung dihisap dalam-dalam.. mulutnya masih sibuk berdecak-decak mengakali remah singkong yang nyangkut di gigi... hihihihi...
"ada masalah apa, Black", sambil menatap lurus ke depan, sang Keban bertanya.
"masalah ?? masalah apa,bro ??", sahutku ringan.
"terakhir lu ada ke Jakarta kan ?? tapi lu ga mampir ke tempat gw..", ujar sang Keban melanjutkan.
Tak menjawab dengan suara, Aku cuma mengangguk pelan..
"ya..takut kemalaman,bro..",jawabku menetralkan anggapan yang salah dari sang Keban.
"iya..gw ngerti.. ga masalah itu,bro..padahal lu bisa kabari gw kalo turun..kan bisa gw yang nyamperin lu..", ucap sang Keban ringkas.
"ahh, lu gawe,bro.. cape lahh..", jawabku pendek.
Kali ini wajah sang Keban nampak datar...sebentar dia melirikku dan cepat saja dia ulas lagi senyumnya..
"ngapain lu ke gang B*bi, bro..??", tiba-tiba sang Keban seperti mengutarakan pertanyaannya dengan menyodok.
Tak langsung menjawab..aku berpikir sejenak.. kututupi wajahku dengan senyum.
"mampir ajalah.. lama juga ga mampir kesana...", langsung kulontarkan jawaban yang kupilih.
"kaget gw pas denger lu muncul disitu..", ujar sang Keban mulai menoleh padaku dan menatapku lagi.
"ohh..emang lu tau darimana..?", tanyaku pendek.
"seorang elu tiba-tiba datang kesana..pasti pada ngomong lahh..", jawab sang Keban singkat.
Kuhela nafasku agak panjang..kuraih lagi sebatang rokok dan kunyalakan.
Tak sadar sejenak ternyata tatapan sang Keban kini sudah menghampiriku lagi..
"semua ada caranya,Black... semua tergantung cara yang kita pilih..", sang Keban seperti bergumam.
Kalimat sang Keban sengaja membuatku teringat akan kalimatku sendiri yang pernah kuucapkan padanya di masa lalu.. Mendadak wajahku seperti membesi saat ada bayangan adegan terulang di otakku, saat kalimat itu pernah kuucap dulu.
"gw ga berusaha ngatur lu.. tapi bukannya udah waktunya kita ga begitu2 lagi..itu aja..", ucapan sang Keban terdengar seperti berusaha meredakan sesuatu.
Tak kutatap lagi wajah sang Keban.. kubiarkan telingaku yang menyimak ujaran demi ujaran yang sahabatku ucap.. mereka-reka maksud dan niat dalam tiap kalimat yang keluar dari mulut sahabatku.
"Black... jangan begitu.. yang gw tau lu sendiri disini.. gw cuma kuatir..", ucap sang keban perlahan.
"sebenarnya malam ini Robby pengen ikut..tapi sengaja gw bilang jalan malem..dan dia ga bisa..", ujar sang Keban seperti menjelaskan satu sikap.
"dia punya banyak pertanyaan buat lu,Black...", tambah sang keban lagi.
"pertanyaan apa, bro ??", mulutku mulai bersuara.
"pertanyaan yang harusnya ga usah dia tanyain..tapi wajarlah..dia ga ngerti sifat lu sedalam iitu..", jelas sang Keban.
"Dia sangsi sama gw ??", tanyaku pendek..
"oh..oh.*** gitu bro.. ga ada yang sangsi..semua tau lu lurus..", sahut sang Keban langsung merapikan arah.
"cuma namanya orang... ada yang aneh.. ya dia nanya..dia tau kok niat lu baik", tambah sang Keban lagi.
Aku masih tak balik menatap sang Keban..mungkin dahiku berkerut saat itu.. tanganku terulur mulai membuka minuman kaleng yang sudah ku siapkan untuk menyambut kunjungan sahabatku malam ini. Kusodorkan satu buatnya.. dan kubuka satu lagi buatku sendiri.
"ingat,Black... GG lagi disini.. dia orang yang paling banyak tanya sama si Robby..", sang Keban mulai menjelaskan.
Tersentak sedikit, cepat kualihkan dengan menenggak minuman kaleng yang dingin di tanganku. Pikiranku menerawang.. mulai mempredikisi...
"lalu Robby nyanyi-nyanyi doong..", ucapku dengan suara pelan.
"buat GG..kayanya iya..", jawab sang Keban tegas.
Kutatap wajah sang Keban dengan pandangan lurus. Sedangkan sang Keban seperti mengerti danberusaha tersenyum. Kurasa sobatku ingin aku tampil lebih tenang.
"wajarlah,Black... semua orang berpikir..suatu hal yang baik bila menyampaikan apapun tentang lu ke GG..", jelas sang Keban masih dengan nada meredakan suasana.
"termasuk elu..", sahutku cepat.. senyumku terurai lagi, sedari tadi mungkin ditunggu-tunggu sang Keban.
"iya siih.. tapi mungkin gw saring dulu...", jawab sang Keban nyengir.
"Robby ga salah... tau sendiri kan GG gimana..", ucap sang Keban menambahkan sambil mulai menikmati minumannya.
Aku mengangguk pelan... kuikuti sang Keban sama-sama minum.
"orangnya udah di'cut... rese bener kayanya ya..", sang Keban menyodok lagi.
"yup... rese..",jawabku singkat.
"sampe bikin lu bergerak..se'rese itukah, Black ??", tanya sang Keban dengan mimik layaknya orang yang tak habis pikir.
Aku diam..cuma mengangguk...
"gw sempet liat file-file yang lu kirim buat Robby...",satu pengakuan diucapkan sang Keban dengan nada tak ragu.
Kuanggukan kepala sambil menatap wajah sang Keban.. tanpa sadar sudah kaleng pertama sudah kuminum habis..sigap kuambil kaleng kedua..
"hot bener yee..", ujar sang Keban mengomentari .
"bisa-bisanya itu cewek minta tolong sama lu..cerita ke elu bahwa dia dilecehkan..", tukas sang Keban cepat.
"terus mungkin lu suruh tu cewek timpalin, biar itu cowok ngasih banyak barang bukti buat nge'gep dia nanti..", sang Keban nampaknya lancar berucap. Prediksi ini mungkin sudah dia pikirkan sebelum bertemu aku.
"Siapa aja yang liat file kiriman gw ??", tanyaku dengan nada mengambang..terus menerus kusodorkan bibirku dengan minuman kaleng ditanganku.
"ya gw yang liat..", sahut sang Keban.
"GG...??", tanyaku cepat.
"ummm... pastilah... dia yang paling penasaran..jadi dia yang baca itu satu persatu..", jawab sang Keban juga cepat.
"malah GG menganggap lain lagi...", sang Keban menambahkan..
"lain apa..?", sahutku pendek.
"di obrolan chatnya... dia menganggap cowok itu ga sedang chat sama cewek..", ucap sang Keban menjelaskan.
"lalu...", tukasku cepat.
"bahasa, gaya penulisan ,dan lain lain... GG menganggap itu elu...cowok itu lagi chat sama elu..", jawab sang Keban mulai mendalam.
Kutatap wajah sang Keban lebih dalam...begitupun sebaliknya..
"Black...GG lagi disini.. ini reuni.. kami ketemuan, makan..ada obrolan..Robby mikir elu hadir juga..", kembali sang Keban seperti menetralisir.
"apa lagi komentar GG...??", tanyaku mengikuti alur sang Keban.
"bayangan... ", jawab sang Keban pendek sambil menatap.
"bayangan ??", tanyaku heran.
"ya.. GG bilang bayangan... gw juga ga ngerti.. tapi GG ngucap itu.. gw benci bayangan ini..", sahut sang Keban lebih tandas.
Ada getir yang sebentar lewat di dadaku... kubuka lagi kaleng ketiga.. sementara mata sang Keban memperhatikan tingkahku..
"gw yang antar GG pulang... gw sempet nanya juga ke dia.. apa yang dia pikirkan..dan ga tau deh..mungkin prediksi dia berlebihan tentang bayangan itu..", sang Keban menjelaskan lagi.
Aku diam sambil terus minum...rokok kunyalakan lagi..
"tapi keliatannya...GG terlalu kenal elu, Black..", tukas sang Keban menatapku dengan dalam lagi...
Kutangkap sorot matanya dan tersenyum sedikit.
"karena dia ngorek-ngorek...jadi dia begitu..",jawabku singkat.
Keban diam tak langsung menjawab... diapun ikut membuka kaleng kedua buatnya malam itu.
"Dia bukan ngorek... dia mempelajari..", sahut sang Keban pendek.
"ga salah dia begitu... kadang cara itu yang paling berhasil kalo sama elu..", sahut sang Keban menetralisir lagi.
"lalu...kesimpulan akhir yang elu dan GG dapet apaan..??", tanyaku sambil tersenyum tipis.
Keban juga tersenyum... dia seperti berpikir sejenak..
"ga ada yang jelas-jelas banget... bener juga kata GG... ini bayangan..", ujar sang Keban.
"semua kan ada sebab... apa sebabnya... gw dan GG ga tau pasti...tapi tujuannya jelas..", ucapan sang Keban lancar mengalir..
"kadang semua prediksi membuat pertanyaan jadi makin banyak,Black..", ujar sang Keban nampak lagi senyumnya.
"pertanyaan seperti apa,bro..", ujarku seperti memotong.
"pertama...", sang Keban nampak bersemangat untuk bagian satu ini.
"apa yang terjadi sampe seorang elu mau sejauh itu turun tangan...", sang Keban mulai lagi.
"lalu... siapa orang yang bisa membuat lu sampe masuk sedalam itu...", sang Keban masih menambahkan.
"uumm...sebenernya yang kedua itu lebih kepada pertanyaan GG... ", ucapan sang Keban lurus kearahku sambil menatap dengan cengirannya.
"wajarlah.. dia kan cewek..mungkin GG berpikir tak banyak yang menerima perlakuan seperti itu dari lu.. makanya dia lebih repot sama siapa daripada kenapa..", jelas sang Keban.. lagi-lagi berusaha menetralisir maksud dari kalimat yang sudah terlanjur dia ucap tadi.
"udah.. itu aja ??", tanyaku pendek.. meraih kalengku lagi.
"ada lagi sih... ini yang paling membingungkan... ini yang paling aneh..buat Robby apalagi..", jawab sang Keban nyengir terus.
Kusimak wajah dan ucapan sang Keban... minum lagi...dan buka kaleng selanjutnya.
"apa tuuh..", sahutku membalas nyengir juga.. beberapa kaleng mungkin sudah bisa membuat orang lebih tenang.
Melihat itu sang Keban pun tampak lebih santai.. kaleng berikutnya pun siap dia buka..
"cowok itu di'cut... lalu ada satu lamaran yang lu ajukan buat Robby untuk lu titip masukkin ke pabrik itu..", sang Keban lanjut lagi.
"lamaran cewek.. di bagian ini GG paling memperhatikan lohh.. bukan apa.. udah punya anak satu soalnya tuh cewek.. hahahahaha..", tawa sang Keban sungguh membuat suasana jadi santai lagi.
"ahh..itu mah biasa... ada yang minta tolong..ya gw tolongin..",sahutku sambil nyengir menimpali tawa sang Keban.
Sang Keban malah tertawa lagi..
"gw asli lucu liat muka GG...tuh cewek kan anak satu... kaya dia gitu kan.. mungkin dia pikir...sialan nih..ini nih yang bikin Black ga mau ikut gua...hahahahaha", ucapan sang Keban memaksaku untuk tertawa juga.
Kami minum dari kaleng masing-masing untuk menutup tawa kami yang lepas.. lagi-lagi rokok tersulut...
"terus GG ujung-ujungnya gimana..?", tanyaku sambil nyengir.
"oohh..tenang,bro... dia ga ******.. kan gw bilang..dia terlalu mengenal elu..", jawab sang Keban dengan sisa mimik lucunya.
"alamatnya sama,Black...", tiba-tiba sang Keban membungkus kelucuan.. membuang dan mengganti dengan nada bicara yang serius sambil menatap.
"mereka suami istri...", sang Keban menambah lagi.
"suaminya berhasil kena cut...lu titip lamaran istrinya...", tambah sang Keban lagi dan lagi.
Aku diam... ya aku diam... tapi aku tersenyum..
Jauh dalam lubuk hatiku yang risih.. betapa aku merasakan perhatian yang besar dari para sahabatku yang selama ini jauh dariku.
Kuberi senyum dan kulempar buat sahabatku yang satu ini..
"gw yang antar GG pulang... kami ngobrol sepanjang jalan..", nada bicara sang Keban kini seperti menerawang.
"dia sangat kenal bayangan itu, Black..", ucapan sang Keban membuatku menunduk sebentar.
"GG sebenarnya ga benci bayangan itu... dia cuma takut bayangan itu selamanya cuma jadi bayangan..", sang Keban melanjutkan lagi.
"gw dan GG sepakat untuk ga menanyakan apa dan kenapa sebab lu lakukan itu..", ujar sang Keban seraya menghisap rokoknya dalam-dalam..
"kata GG...dia harus mulai percaya tanpa perlu banyak bertanya sama elu..", tukas sang Keban lugas.
Banyak hal yang berubah... sang Keban sahabatku yang dulu paling lucu dan konyol... duet gitarku waktu nge'band dulu.. penonton setia setiap ku bertanding basket.. entah berapa banyak saputangan handuknya disumbangkan buat keringatku dulu. Dia sahabatku yang karib.. dia sahabatku disaat ku marah dulu.. teringat bagaimana dia dengan panik menahan tubuhku dengan mendekap waktu dia dapati aku berselisih dengan I*an perihal masalah kehamilan GG.
Dia yang menemaniku, membatalkan niatnya untuk datang ke pernikahan GG saat dia tahu aku tak diundang.. Dia yang bersama-sama melihat kecupan I*an di kening GG di acara perpisahan sekolah dan langsung mengajakku pergi dengan kelakarnya.
Kini dia beranak dua... dua anak laki-laki yang gagah jadi tumpuan cintanya..dan terasa kami sudah begitu tua.. zaman tak memberi ampun buat kami.. hanya saja puing-puing kenangan masih rapi kami simpan..dan kami selalu pugar dengan pertemuan kecil.. seperti pertemuan di malam ini.
Kubiarkan saja obrolan berlangsung hingga kami lelah.. sampai kami tertidur di tempat kami duduk..seperti cara kami waktu kumpul bersama dulu.. tidur di lantai beralas lengan di kepala kami...kami biarkan semua berjalan lagi dengan semestinya..kembali ke alam kenyataan yang jadi milik kami sekarang..
Dan pagi hari datang... kembali jadi awal kami...
Satu sosok gadis berbaju merah yang berhasil masuk rumah tanpa kami sadari nampaknya membuat kami semua terbangun. Harum kopi, kue donat coklat dan keju.. tiga bungkus nasi uduk lengkap dengan gorengannya nampak tersedia di meja kami yang seingat kami semalam dikotori dengan kaleng, kulit kacang dan sebuah asbak yang penuh puntung.
Sang Keban menatap wajahku sedikit bengong.. bergegas dia pergi mandi..
Disapanya gadis berbaju merah yang sedang mencuci piring kala itu. Gadis yang selama ini hanya pernah ia dengar namun baru kali ini dia lihat.
Seusai bersih-bersih.. kami pun sarapan... kutahan niat sang Keban untuk pulang pagi dengan suguhan segelas kopi lagi. Tak henti wajahnya tersenyum.. aku, sang Keban dan gadis berbaju merah pun ngobrol ngalor ngidul..
Suara tawa sang Keban terdengar lantang pagi ini... entah kenapa..kutangkap sepertinya dia nampak begitu gembira..
Terus terusan dia tersenyum, tertawa dan tersenyum lagi sampai menjelang pulang.
"gw balik ya,Black...", ucap sang Keban pamit.. kubalas dengan anggukan dan senyum.
"gw ga perlu tanya kenapa.. karena gw udah tau siapa...", begitu yakin ucapan sang Keban terdengar di telingaku. Seperti tak perduli tatapan sang gadis berbaju merah yang saat itu juga mengantar kepulangannya, berdiri bersandar di tembok pagar dibelakangku.
Motornya dinyalakan.. sang Keban bersiap..
"hati-hati dijalan,bro..",pesanku pada sang Keban.
Sang Keban nyengir, dipakai helmnya..
"jaga dia,bro.. dia orangnya,bro... gw mau dia orangnya..", pelan tapi cukup jelas kudengar ucapan sang Keban ditengah suara motornya yang agak berisik.
Beralih mata sang Keban terarah ke gadis berbaju merah dibelakangku...
"Jagain kakakmu yaah.. jangan kasih pergi jauh-jauhh..", lantang suara si Keban terucap.. aku tersenyum..begitupun kulihat gadis di belakangku pun tersenyum sambil mengangguk.
Sebentar lagi sang Keban menatap wajahku, satu anggukan kecil dia berikan dan perlahan-lahan dia pun melesat pergi dengan motornya.
Kututup pagar dengan perlahan... kuajak gadis berbaju merah masuk kerumah.
Duduk lagi aku di lantai sambil bersandar di tembok rumah dan meminum kopi di gelasku... sementara si gadis mulai mengangkat piring dan gelas kotor dan membawanya kebelakang untuk dicuci. Senyumnya nampak sering dia lempar buatku pagi ini. Tinggal aku yang malah merasa tertinggal sendiri dari sang Keban dan sang Gadis.
Ku ingat lagi obrolanku semalam dengan sang Keban..
Ya... betapa perhatiannya sahabatku yang satu ini.. tak pernah abai seorang aku didalam pikirannya..hanya saja kesibukannya bekerja dan berperan sebagai suami dan ayah dari anaknya yang sudah dua membuat kami harus maklum tak selalu bisa bersua.
Selesai mencuci piring.. sang gadis muncul lagi, duduk disebelahku...membawa segelas teh manis dan mulai membuka sebungkus kue donat coklat kesukaannya..
"umm..kak.. temen kakak itu... emang beneran kakak ada mau pergi jauh ya..??", sang gadis membuka dengan pertanyaan.
"oh, engga..cuma mesen ke kamu aja...", jawabku luga sambil mengambil sebatang rokok dan menyulut.
"beneran ya,kak..bukannya kakak ada rencana pergi-pergi gitu..??", tanya sang gadis lagi untuk memastikan.
Aku jadi tersenyum mendengar pertanyaan gadis satu ini.
"engga...kakak ga pergi kemana-mana...", jawabku sambil menatap gadis disampingku lekat-lekat.
Sang gadis tersenyum mendengar jawabanku, nampaknya ia baru yakin dengan kalimatku yang barusan. Pelan dia meminum segelas teh manisnya. Dan aku masih terus menatap wajahnya.
"soalnya repot kalo kakak pergi-pergi sekarang...", kulanjutkan lagi kalimatku sambil menyandarkan tubuhku ke dinding rumah.
"emang kenapa..?", sang gadis bertanya sambil makan donat coklatnya.
"takut yang punya nyariin... ", demikian jawaban yang kuberi..
Kulihat sang gadis menghentikan mulutnya yang sibuk dan lekat-lekat menatapku..
Aku tertawa... sang Gadis mesem-mesem...
"mau kemana hari ini...??", tanyaku sedikit mengalihkan.
"dirumah ajaaa...", jawab sang Gadis cepat.
Penuh senyum bertebaran di hari itu... kunjungan sang Keban semalam sungguh banyak memberi pembelajaran buat ku. Tentang bagaimana orang memperhatikan seorang aku.. tentang betapa besar arti sebuah persahabatan. Dan pesan-pesannya begitu mencerahkan pikiranku... betapa jelas tujuanku kali ini.
Terima kasih..
Sampai jumpa lagi, sahabatku...
Jaga selalu orang yang kau cintai...
Seperti engkau menjaga nafasmu sendiri..
Bawa mereka dalam tiap hidupmu..dimanapun kau berada..
Kepada Sahabatku yang Baik,..
A.E. Keban