Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Credit Marketing Oficcer (CMO) Remake

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
blom sempet baca,, baru kelar ngesave,, menuggu kelanjuta nya
 
wadoh kapan updte ni
sudah rindu bunda mao jalan2 kelangit ketujuh
 
Sesampainya di rumah, aku segera memarikirkan sepeda motorku, lalu dengan langkah cepat aku masuk kedalam rumahku, dan membuka perlahan daun pintu kamar Bunda, kulihat Bunda sedang duduk bersandar di kamarnya sembari membuka album foto keluarga kami. Mungkin Bunda merindukan kebersamaan kami dulu.

Aku menarik nafas lega, karena sebelumnya aku merasa sangat khawatir dengan keadaan Bunda setelah mendapat telpon dari Cindy.

Kembali aku menutup kamar Bunda, lalu menyiapan sarapan Untuk Bunda.

Kata Cindy Bunda belum makan dari kemarin sore, tentu saja sebagai anaknya aku merasa sangat khawatir, karena itulah aku pulang untuk membujuk Bunda agar mau makan, dan meminta maaf kepada Bunda karena telah menyakiti hatinya.

Selesai memasak nasi goreng, aku segera kembali kekamar Bunda, dia melihatku dengan tatapan marah, sembari meletakan kembali album foto keluarga kami.

Aku duduk di samping Bunda, sembari memperhatikan Bunda yang masih mengenakan gaun tidur yang seksi berwarna ungu transparan, hingga aku dapat melihat kulit perutnya yang mulus, dan celana dalamnya yang mengintip malu-malu sewarna dengan lengerie yang ia kenakan saat ini.

Sebagai seorang pria normal tentu saja aku terangsang melihat penampilannya pagi ini. Walaupun di sisi lain aku juga menyesali atas perasaan yang timbul setiap kali melihat Bunda tampil seksi.

Sebagai seorang anak tidak seharusnya aku terangsang setiap kali melihat Bunda.

Dan karena alasan itulah, kenapa satu tahun terakhir ini aku lebih suka menghabiskan waktuku di luar rumah, karena aku tak ingin perasaan ini terus berkembang, hingga akhirnya aku tak lagi mampu menahan gejolak nafsu yang ada di dalam diriku.

"Bunda..." Panggilku lirih.

Dia memutar tubuhnya, memunggungiku, membuatku mendesah pelan, sembari meletakan nasi goreng buatanku di atas mejanya.

Aku menyibak rambut hitamnya hingga aku dapat melihat pipi dan telinganya. Kubelai pipinya denga lembut, sembari kudekatkan bibirku di telinganya. "Bunda... makan dulu ya..." Bisikku lembut.

Bunda tak merespon panggilanku, dia tetap memilih bungkam terhadapku.

Aku tau dia merasa sangat kecewa denganku karena telah membohongi dirinya. Selama ini ia menganggapku adalah anak yang baik, patuh, tidak suka berbohong, dan kemarin ia menemui kenyataan kalau aku bukanlah anak yang sebaik ia kira.

Maafkan aku ya Bunda, sudah membuat Bunda kecewa, membuat luka di hati Bunda.

Kini kurebahkan tubuhku di sampingnya, kupeluk erat tubuhnya dari belakang. Tanganku melingkar di perutnya, tapi Bunda hendak melepaskan dekapan kedua tanganku di perutnya.

"Bunda masih marah ya?" Kataku pelan.

Kudengar isak tangisnya. "Untuk apa Bunda marah? Sudah gak ada artinyakan buat kamu." Katanya sembari mengusap air matanya.

"Kok Bunda ngomongnya gitu?"

"Sekarang kamu lebih mementingkan orang lain, dan pekerjaan dari pada Bunda!" Jawabannya membuatku merasa sangat bersalah, karena telah menyakiti hatinya sebagai seorang wanita yang seharusnya aku jaga, bukan aku sakiti.

Aku semakin erat memeluknya, sembari mengendus leher jenjangnya. "Maafin Raka ya Bunda! Raka janji gak akan mengulanginya lagi." Kukecup lembut lehernya, hingga kulihat bulu-bulu halus di lehernya tampak berdiri, membuatku tertegun.

"Janji terus." Katanya ketus.

"Kali ini Raka gak akan ingkar lagi! Tapi Bunda jangan marah lagi ya?" Pintaku, dan tanpa sadar kini penisku menubruk pantatnya.

Dapat kurasakan kelembutan pantat Bunda yang besar di penisku saat ini, membuatku lupa kalau saat ini Bunda sedang marah kepadaku. Tidak seharusnya aku berbuat sekurang ajar ini kepada Bunda.

Tapi ketika dorongan nafsu begitu kuat, terkadang kita lupa diri.

Apa lagi aku merasa tak ada penolakan sama sekali dari Bunda, bahkan aku merasa amarah Bunda semakin meredah seiring semakin intens aku menyentuhnya.

"Sudah sana pergi, temuin si janda aja!" Usir Bunda.

Kuberanikan diri mengecup pipinya. "Raka pulangkan untuk Bunda." Bisikku di telinganya.

"Bohong! Si jandakan cantik, seksi, masih muda lagi, gak kayak Bunda yang udah tua, jelek, gak seksi!" Omelnya panjang lebar.

"Kok Bunda ngomong gitu, bagi Raka... Bunda wanita tercantik!" Rayuku, entah kenapa terkadang aku merasa Bunda seperti kekasihku yang sedang merajuk karena cemburu melihatku dekat dengan wanita lain.

Aku semakin erat memeluknya, dan semakin intens menciumi tengkuk dan kepalanya dari belakang, membuat Bunda tampak menggeliat.

Bunda meremas jemariku. "Bunda gak percaya." Kudengar nafasnya mulai berat.

"Biar Bunda percaya apa yang harus Raka lakuin?" Tanyaku sembari menggerakan pinggulku, menggesek penisku di pantatnya.

Aku sempat kaget saat tiba-tiba Bunda mengganti posisinya dengan terlentang, aku yang berbaring di sampingnya segera memiringkan tubuhku, sehingga jarak wajah kami sangat dekat, sangking dekatnya aku dapat merasakan deruh nafas Bunda.

Kubelai wajah cantik Bunda yang mempesona, sungguh Bunda begitu cantik.

Ingin rasanya aku mengecup bibir merekah itu, melumatnya dengan panas, sembari mencumbu tubuh indahnya hingga puas.

"Emang apa lebihnya Bunda dari Mutiara?" Jutek Bunda.

Aku tersenyum karena bisa melihat Bunda yang sedikit tersenyum malu-malu. "Bunda lebih cantik, hidung Bunda lebih mancung, mata Bunda lebih indah, dan..." Aku membelai bibir Bunda dengan jariku. "Bibir Bunda lebih menggemaskan." Lanjutku mengukir senyum di bibirnya yang sedari tadi hanya cemberut.

"Tapi Bundakan lebih tua." Rengeknya manja.

"Yang tuakan lebih menantang, lebih matang, lebih berpengalaman." Godaku, Bunda mulai tertawa renyah mendengar candaanku.

"Husst... tau apa kamu soal pengalaman!" Katanya dengan wajah bersemu merah. "Emang Bunda lebih berpengalaman soal apa?" Tanya Bunda, sepertinya ia sangat penasaran.

"Ehmm... Apa ya..." Aku mengetuk dagu.

"Rakaaaa... nakal ya sama Bunda." Dia mendorongku hingga aku terlentang.

Lalu tiba-tiba dia mengangkangiku duduk di selangkanganku, dan selanjutnya dia mulai menyiksaku dengan menggelitik pinggangku, membuatku berontak kegelian atas ulahnya.

Alhasil tubuh Bunda yang ada diatasku ikut terguncang, dan aku dapat melihat payudarah Bunda yang memantul-mantul di balik lengerienya.

"Ampuuun... Bunda... Hahaha..." Aku tertawa geli.

"Makanya jangan nakal!" Ancamnya.

Lalu dengan cepat aku balas menindih tubuhnya, kini giliran aku yang berada diatasnya, kubelai kepala Bunda dengan penuh kasih sayang, lalu dentan perlahan kukecup keningnya, membuat suasana kami terasa sangat romantia, seperti sepasang kekasih yang sedang memadu kasih di dalam kamar pengantin.

Sementara itu, Bunda juga tidak keberatan dengan kedekatan kami yang menurutku terlalu dekat, mengingat hubungan kami sebagai orang tua dan anak.

"Bunda makan ya..." Bujukku.

"Tapi ada syaratnya." Dia mengajukan tawaran.

Aku mengangkat alisku. "Apa syaratnya Bunda?" Tanyaku keheranan.

"Ajak Bunda jalan-jalan!" Katanya manja.

Aku tertawa renyah, lalu menganggukan kepalaku bertanda kalau aku setuju dengan syarat yang di ajukan Bunda untukku.

--------------
Jalan-jalan ke puncak asmara.... Lanjuuut
 
Status
Please reply by conversation.

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd