Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG D.I.A

Bimabet
Kok pendek amat hu partnya, masa beda dgn trit lainnya

masih prolog hu... hehehe..
ini bentar lagi ane up part 1 nya.... sabar yeee..

Wuiihhh uda balik lg :semangat:

:baca:






Yg sebelah lanjoet lg suhu :banzai:

emang ane kemaren gak di dunia ya hu... hehehehe

banyak rintangan akhirnya ane bisa muncul lagi.. doakan aje ane bisa namatin kedua cerita ini,.,,,

Nitip sedal Suhu :haha:

asal jangan ditimpuk aja ane gan... heheheh

ijin baca hu

monggo huuuu.....

ijin ikut nyimk :baca: dulu, suhu.

silahkan brader @RAYxy .......

Hadir... Om... Gelar tiker akh..!!

hahahah.. si brader udah ambil absen aja...
semangat buat GN nya ya bro @D 805 KI .....


Wellcome back om K_a. :beer:
Fiuuuh sdh ada cerita baru....:D
Ijin absen dlu ya om..
Sambil nungguin yg lama di buka gemboknya..:ampun:

silahkan suhu @KONTrOL69 ..... semoga gemboknya cepat terbuka ya huu... hehehe

Mulustrasine ae wes marai ngaceng iku pentile mintlip2 wkwkwkwkwk
Pokok'e crooootttttt

artinya apaan ya hu???


You did great job!
Baiklah, gelar tikar dulu.

Itu kembar suhu?

hehehe. silahkan suhuuu..

gak kembar kok hu... beda beberapa tahun.... yang satu kuliah, yang satu SMA kisahnya hu...


Et dah bikin cerita baru aje neh, lapak sebelah kemana om...


lapak sebelah masih di tahan sama satpol PP gan.. hehehe..
semoga bisa cepat di buka gemboiknya...\


Suhu arga apa kabar hu??

Arga masih menunggu gerbang apartemennya terbuka hu.. hehehe


seru nih kyknya, ijin gelar tiker suhuu

silahkan dimari huuu...

Loh loh:gila: yang kemaren kemana hu. Cerita baru lagi nie... good luck :thumbup

yang kemaren masih terkurung di dalam kamar hu.. hehehe.. masih kekunci....


Wih da tread baru y om konco_arek,izin nyimak om

silahkan braderrr @rahman_vandorm ...

gaya alur ceritanya baru lagi nih

ijin bikin tenda huuu :beer:

monggo suhu @kuitansi

Wah....om @Konco_arek rilis cerita baru ya.
Moga lancar en bisa namatin UE ya:semangat:

hahahaha... bro @N4W1 datang nih...

doain keduanya lancar ya bro... hehehe
 
486291592547273.jpg

PART I
“MEMANGNYA KAMU MENGENALKU?”


“Lo kok gak mau diantar si Agung?”
“Namanya Agung?”
“Iyaa.. jadi, lo belum tau nama tuh cowok?”

Gelengan Tifa menjawab pertanyaan Dewi, sahabat terbaiknya di kampus ini membuat Dewi mengembuskan nafas berat. Tifa yang cerita kepada Dewi apa yang ia alami hari ini mulai dari keterpaksaan dirinya mengantarkan Tika pergi les, ban mobil bocor, sampai akhirnya ia terancam gagal dengan nilai mata kuliah Biota Laut. Untung saja ia tadi dibolehkan sang dosen mengikuti ujian walau telah terlambat selama 20 menit.

“Nih nasi goreng lo.”
“Thanks Wi. Gue salah ya Wi?”
“Salah apaan?”

Tifa menceritakan secara rinci apa yang ia sampaikan kepada Agung tadi sampai akhirnya sang pria meninggalkan dirinya setelah sebelumnya kepala Agung menggeleng mendengar apa yang keluar dari mulutnya. Tifa sendiri tak pernah ngomong kasar begitu ke siapapun. Walau ke adiknya yang dinilainya super rese. Tapi kata kata kasar tak pernah keluar dari mulutnya. Tetapi tadi untuk pertama kalinya kata kata tak baik itu keluar kepada orang yang tak ia kenal tersebut.

“Gila lo ya Fa. Sampai segitunya lo bilang gitu ke orang yang belum lo kenal.”
“Lagian…..”
“Lagian apaan?”
“Pria playboy kek dia harus digituin Wi. Sesama wanita, gue gak bisa lah tinggal diam.”
“Gue kok gak ngerti dengan maksud lo Fa?”
“Teman satu kos lo yang pacarnya itu tadi siapa namanya?”
“Mbak Deby”
“Iya lupa gue, mbak Deby. Di belakang mbak Deby masa tuh cowok jalan sama teman si Tika di les vokal.”
“Serius lo?”
“Gak sekali dua kali gue liat dia antar cewek manis itu. gue lupa namanya pula.”
“Jangan suudzon dulu.”
“Gak ada mirip miripnya, trus pake cipika cipiki segala. Apa itu prasangka buruk? Udah Dapat enak enak dari mbak Deby, malah cari daun muda.”
“Hahahaha…”
“Kenapa lo ketawa?”
“Hati hati lo ntar suka lo sama dia. Sampe segitunya perhatiin dia.”
“Amit amit. Ya kagak lah.”
“Siapa tahu. Dah, gue ke toilet bentar ya.”

Sepeninggal Dewi, Tifa hanya fokus ke makanannya. Walau sambil bicara, nasi goreng pesanannya tinggal sedikit. Ia merasakan lapar yang sangat karena ia berjalan hampir sejauh 800 an meter. Setelah habis yang memakan waktu tak lama tersebut, ia kembali teringat dengan kejadian ia berjalan sejauh itu dibawah terik sinar matahari sampai akhirnya ia menaiki taksi yang kebetulan lewat disaat ia berjalan dengan langkah lamban.

KRRRRIIIINGGGG

“Ya Halo…”
“Kakak dimana?”
“Di kampus”
“Kok belum jemput Tika?”
“Gara-gara lo kakak tadi hampir gak bisa ujian……”
“Huussss… Intinya kakak bisa jemput atau kagak? Aku bareng kak Agung nih.”
“Agung?”
“Iya, kakak si Rena.”
“Gak gak gak. Biar kakak jemput.”
“Ya udah, cepat dikit.”

Tifa yang mendengar kalau adiknya Tika bakalan diantar sama nama yang baru menjadi topic pembicaraannya bersama Dewi, langsung berdiri meski minumannya masih banyak. Ia langsung ke kasir untuk membayar lalu langsung ke toilet sambil menenteng tas Dewi.

“Nih tas lo.”
“Haahh?? Lo mau kemana?”
“Jemput Tifa.”
“Tumben?”
“Ntar gue ceritain. Gue pergi dulu ya.”
“Ya. Hati hati.”

Setengah berlari Tifa meninggalkan Dewi yang masih sibuk di depan kaca dalam toilet perempuan tersebut. Sambil berlari kecil, ia kembali menelpon adiknya yang ia “cemaskan” tersebut. Tampak dari nada bicaranya kalau ia panik entah karuan dengan keadaan adiknya. Sesampainya di parkiran, barulah ia sadar kalau mobilnya masih ia tinggalkan di tempat tadi.

Ia mencoba menelpon montir yang dipesankan oleh ayahnya untuk memperbaiki ban mobilnya menanyakan apakah mobilnya sudah bisa dipakai atau belum. Namun, hal buruk kembali menghinggapinya. Montir tersebut baru sampai di mobilnya dengan alasan banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan terebih dahulu. Hingga kembali ia menggunakan jasa taksi untuk menuju tempat adiknya.


***​


“Lo pulang aja buk.”
“Kak Agung gak mau pulang. Katanya tunggu kamu sampai dijemput.”
“Beruntung ya lo punya kakak seperti kak Agung.”
“Ya begitu lah.”
“Gue juga pengen disayang sama kakak gue.”
“Kakak lo kan sayang juga sama lo.”
“Plus bawelnya.”
“Hahahaha”
“Maksud gue, gue mau juga ngerasain punya kakak laki-laki.”
“Ya udah, ambil tuh kak Rizki. Asal jangan kak Agung aja.”
“Segitunya lo, beda bedain kakak.”
“Ya jelas beda. Kak Agung lo bisa liat sendiri kan. Nah kak Rizki gak ikhlas. Terpaksa selalu.”
“Sama kek kak Tifa.”
“Hahahaha..”
“Kalau kak Tifa dan kak Rizki…..”
“Pasti anaknya malah jadi …………..”
“Hahahahaha.”

Sambil menunggu kakaknya menjemput, Tika masih mengobrol santai bersama Rena Rahmadani, teman satu les vokalnya yang memang sama sama mempunyai impian menjadi penyanyi tersebut. Sebenarnya Rena sudah mengajak bareng Tika pulang yang saat ini ia dijemput oleh Agung. Dan Tika sendiri menyetujui ajakan Rena, namun setelah menelpon kakaknya semua itu buyar. Di dalam benaknya masih berfikir apa alasan sebenarnya sang kakak menolak dengan nada tinggi di telpon tadi.

Agung sendiri yang masih menunggu di dalam mobil memang sengaja menunggu supaya ia bisa bertemu lagi dengan wanita yang sudah membuatnya heran tadi pagi. Entah apa kesalahannya sampai sampai sang wanita yang ia tunggu tersebut bisa menilai sampai segitunya kepada dirinya. Kalau bukan sedang ditunggui kien, mungkin tadi ia akan menanyakan langsung kepada wanita tersebut. Sesekali ia mendengar obrolan Rena dan Tika yang sudah berubah menjadi obrolan wanita zaman sekarang. Apalagi kalau bukan Korea.

Kim, Ko, Lee. 3 kata itu sering ia dengar membuat tangannya reflex menghidupkan musik. Ia memang menyukai lagu semi rock yang lawas. Dan saat lagu “Fall For You” terputar, ia seakan hilang sekejap dari dunia ini. Sambil menutup matanya, ia bahkan tidak mendengar apa isi obrolan kedua wanita yang tak jauh darinya.

Entah berapa lagu yang membuat dia terbang sesaat tersebut terputar sampai akhirnya ia kembali turun ke bumi setelah bahunya ditepuk dari samping kanan. Agung yang terkejut pun langsung melihat siapa yang menepuk bahunya tersebut. Orang yang mengganggu pikirannya sehari ini akhirnya sampai dan dia juga yang menepuk bahu kanan Agung. Bahkan orang tersebut berbicara sedikit berbisik agar omongannya tak didengar oleh dua wanita yang telah “sampai” di Korea tersebut.

“Apa sih mau lo?”
“Maksudnya?”
“Tadi lo ajak gue, trus sekarang lo mau nganter adek gue pulang.”
“Emangnya masalahnya dimana ya?”
“Lo jangan jangan pengen tau rumah gue ya?”
“Kok kamu bisa berfikiran buruk tentang aku ya, apa aku ada salah sama kamu?”
“Banyak”
“Banyak? Perasaan aku hanya tau kalau kamu itu kakaknya teman Rena. Memangnya kamu mengenalku?”
“Tak penting. Yang penting, jangan dekati hidupku apalagi adikku. Dia masih kecil.”

Setelah menutupi kegugupannya dengan pernyataan yang terpaksa akibat pertanyaan Agung, Tifa langsung menuju adiknya yang sedang sibuk mengobrol di samping kiri mobil Agung tersebut. Sampai akhirnya 2 gadis tadi kembali ke dunia nyata. Tifa yang memang merah mukanya akibat pertanyaan Agung tadi hanya menarik lengan adiknya sambil tersenyum ke arah Rena. Tika yang mendapatkan perlakuan begitu dari kakaknya langsung berontak tapi tetap mengikuti kakaknya meninggalkan gerbang pagar rumah sang pelatih vokal tersebut.

Rena yang masih heran tersebut langsung membuka pintu mobil dan langsung bertanya kepada Agung. Agung sendiri hanya memainkan bahunya mengisyaratkan bahwa ia sama dengan keheranan Rena. Walaupun ia tadi sempat berbicara tentang sang kakak sahabatnya tersebut, tapi ia masih keheranan dengan sikapnya.


***​


“Kakak apa apaan sih, main tarik aja.”
“Gak penting, yang penting kamu jangan sampai dianterin pulang sama Agung.”
“Kakak kenal kak Agung?”
“Enggak.”
“Trus kenapa kakak melarang kak Agung ngantar Tika. Lagian, tumben tumbenan jemput Tikanya cepat, biasanya butuh beberapa jam……”
“Bawel.. yang penting ingat kata kakak tadi. Jangan sampai dianterin atau ngomong sama pria itu.”
“Ihh.. kakak kok aneh gini.”
“Awas aja kalau kamu gak nurut. Semua barang kepunyaanku, aku tarik dari kamarmu.”
“Huuuuuuuuu….”

Pertanyaan Agung masih terngiang ngiang di benak Tifa. Dan ia juga menyadari akan hal itu, kenapa dia bisa menilai segitu jauh sedangkan ia sendiri tidak kenal dengan Agung. Apalagi baru tadi ia tahu nama Agung dari Dewi. Tetapi semua keraguannya itu kembali buyar kalau melihat Agung langsung. Seakan setan kembali menghasutnya untuk menilai lebih dalam tentang Agung. Bahkan ia tak sadar kalau itu bisa menyakitkan hati seseorang, walaupun itu lelaki seperti Agung.

“Mobil kakak mana?”
“Bocor”
“Kok Tika makin ngerasa ada yang aneh sama kakak hari ini ya.”
“Apaan lagi sih.”
“Ada mobil aja kakak susah minta ampun kalau minta jemput. Nah….”
“Kalau gak mau dijemput, turun gih sekarang.”
“Apaan sih. Orang hanya Tanya.”

Kembali Tika kesal dengan sikap kakaknya yang aneh menurutnya. Ia langsung memalingkan wajahnya menghadap jalanan yang memang macet. Dalam pikirannya masih penasaran dengan sikap kakaknya hari ini. Apalagi sampai melarangnya dekat sama Agung. Ia sendiri menilai Agung tersebut sebagai sosok kakak yang baik, kakak lelaki yang bertanggung jawab sama adiknya, Rena. Apalagi ia sempat iri dengan Rena jikalau pulang sudah ada Agung yang menunggu. Tapi kakaknya? Itu yang menjadi tanda Tanya besar di kepalanya saat ini.

Sampai akhirnya, ia sampai di rumah setelah ia kembali diberi peringatan oleh kakaknya. Ia tampak kalau Tifa saat ini benar benar serius dengan peringatan tersebut. Sebuah ultimatum aneh yang dibuat oleh kakaknya. Dengan penasaran, ia langsung menelpon Rena untuk sekedar mencari tahu tentang Agung tanpa menanyakan langsung ke Rena.

“Halo lo udah sampai?”
“Udah di rumah nih. Eh gue Tanya boleh?”
“Tentang kakak gue?”
“Iyaaaa…”
“Gue aja heran dengan sikapnya. Setelah mastiin gue selamat sampe rumah, dia langsung pergi ke kos temannya.”
“Aneh ya kakak lo. Siapa nama kakak lo?”
“Kak Tifa. Rahma Sastifa.”
“Beda satu huruf doang sama lo buk. Rahma Sastika, Rahma Sastifa. Hahahaha.”
“Ya gitu lah. Eh, gue minta nomor HP kak Agung dong?”
“Buat apaan? Ingat, dia udah punya cewek lho. Ceweknya galak.”
“Hahaha. Apa apaan sih lo. Di sekolah gue rencana mau foto angkatan, ya gue mau bisnis sama kakak lo.”
“Oke deh, ntar gue kirim.”

Langkah pertama Tika berhasil dengan alasan yang tepat juga. Untuk tidak menambah kecurigaan Rena, Tika sengaja mengubah topic pembicaraan tentang bahasan Korea yang terputus akibat tarikan kakaknya tadi. Sebenarnya ia enggan bahas hal lain selain penasaran dengan alasan ultimatum sang kakak tadi. Tetapi ia sadar betul harus melakukan hal ini. Apalagi beberapa hari yang lalu ia mendengar secara langsung perkataan Rena yang tidak senang kalau Agung dekat sama perempuan lain walau itu pacar Agung sendiri.

Akhirnya pembicaraan mereka terhenti dengan Rena yang dipanggil oleh orang tuanya. Hal tersebut membuat Tika bersyukur dengan berakhirnya aksi pura puranya. Meski obrolannya tersebut tentang kesukaannya, tapi hal terpenting saat ini adalah mengetahui apa dasar kakaknya membuat ultimatum aneh tersebut.

“Kenapa kakak melarang aku untuk bicara sama kak Agung ya. Aku harus cari tahu!”


***​


“Lo darimana aja?”
“Jemput Tika. Lo mau kemana?”
“Deni minta temani ke rumah sakit. Ada sepupunya dirawat.”
“Trus gue?”
“Tunggu disini aja. Gue bentar kok.”
“Sendiri?”
“Bentar doang kok Fa. Lo tiduran aja dulu.”
“Kalau tau gitu, gue gak ke sini.”

Walaupun mengomel, Tifa harus merelakan Dewi untuk pergi bersama pacarnya. Bahkan ia sudah membuka pintu kamar Dewi setelah meninggalkan Dewi di luar yang sedang menunggui pacarnya datang. Kalau tidak untuk mengerjakan tugas pengantar ujian akhir yang diberikan dosennya, ia tak akan rela relakan untuk menempuh jarak yang panjang sampai akhirnya ia sampai di kosan asri ini.

Dengan keterbiasaannya berada dan beristirahat di kamar ini, membuatnya nyaman sekedar untuk melepas lelah akibat aktifitas sehari-hari. Kasur yang ia tiduri sekarang seakan sudah membuatnya nyaman dengan kelembutannya. Perlahan ia mencoba untuk menutup matanya setelah memastikan pintu kamar ini sudah terkunci, walau pemiliknya masih berada di luar menunggu kedatangan pacarnya. Sampai akhirnya ia terpejam dan semakin nyaman di alam tidurnya.

Cukup Lama ia tertidur bahkan tidak mengetahui Dewi sudah pergi. Sampai akhirnya ia terbangun dalam kondisi haus. Setelah minum, Tifa membuka pintu kamar tersebut untuk menyegarkan ruangan dengan udara sejuk hasil dari 2 pohon cemara dan pohon lainya yang berada ditengah tengah gedung berbentuk L ini. Bahkan ia mengeluarkan kursi santai Dewi untuk mencoba membaca bahan ujian di depan kamar tersebut.

“Kenapa sih ini pelajaran gak masuk di kepala gue?”

Kejadian sehari ini yang dialaminya menyebabkan materi pelajaran Orkhidologi tersebut susah ia cerna. Padahal mata pelajaran pilihan ini merupakan kesukaannya. Hal yang berhubungan dengan bunga, memang ia sukai dari kecil. Dan itulah kenapa ia memilih salah satu mata pelajaran pilihan yang membahas tentang pelestarian, perkembang biakan jenis bunga Anggrek.

Karena susah berdamai dengan konsentrasinya, akhirnya ia tutup catatannya. Ia mengambil smartphonenya sekedar mencari kesibukan sambil menunggu Dewi pulang. Berbagai hal menarik ia baca,berbagai media sosial yang ia buka, tapi waktu menunggu memang mematikan kesabarannya. Entah kenapa kembali terlintas pertanyaan Agung yang memang ia sendiri tidak bisa menjawabnya.

“Apa kamu mengenalku?”

Memang pertanyaan itu tidak bisa dijawab langsung olehnya. Dan ia sendiri harus mengelak supaya pertanyaan itu tak terjawab. Tapi penilaiannya tersebut bukan tanpa landasan. Tifa memang sudah dikhianati oleh mantan pacarnya yang telah lama mengarungi hubungan tersebut. Hal itu juga yang membuatnya nyaman dengan kesendiriannya. Tapi pertanyaannya apakah Agung memang seperti yang dibayangkannya? Hal itu kembali menyeruak di pikirannya.

Namun, dengan mengingat apa yang ia dengar malam itu dan apa yang selalu ia lihat saat ia mengantarkan adiknya langsung mematikan arus positif di benaknya tersebut. Kadang ia ingin sekali memberitahukan semua ini ke tetangga kos Dewi ini. Tetapi ia tidak mau terlalu ikut campur dengan masalah hubungan mereka. Tapi, ia mulai memikirkan dengan rencana tersebut jikalau nantinya pria tersebut masih mendekati dirinya bahkan adiknya tersebut.

“Santai ya?”
“Eh mbak Deby”
“Dewi mana?”
“Dewinya lagi sama cowoknya mbak.”
“Kamuu???”
“Tifa mbak.”
“Eh iya, Tifa. Kamu gak pergi sama cowokmu juga?”
“Aku gak punya mbak.”
“Kok mbak gak yakin ya?”
“Serius mbak. Emang salah ya mbak?”
“Gak kok, Aneh aja. Cewek secantik kamu masak gak punya cowok. Percuma anugrah yang dikasih lho dek,”
“Hahahaha.. mbak bisa aja.”
“Mbak duduk boleh?”
“Silahkan mbak.”

Deby Natasha, wanita yang diketahui oleh Tifa sebagai pacar Agung itu datang mengagetkannya. Deby yang memang lebih tua darinya 2 tahun tersebut mempunyai kamar yang persis sebelah kamarnya Dewi. Kembali Tifa mengingat apa yang terjadi hari ini membuatnya sedikit canggung berbicara dengan Deby. Namun karena Deby yang ramah membuat kecanggungan tersebut hilang begitu saja. Sampai akhirnya ia luwes bercerita entah sampai kemana hingga melupakan kebosanan yang melandanya tadi.

KRRRIIIIINNNGGGGGG

“Bentar ya dek.”
“Silahkan mbak.”
“Halo yang…”
“………………………………..”
“Ini baru nyampe di kosan. Kamu udah sampai?”
“………………………………..”
“Oooo… yang semangat ya meetingnya.”
“………………………………..”
“Ini lagi sama adek kosan. Cantik lho yang. Ngalahin model model yang kamu photo tuh.”
“………………………………..”
“Hehehe.. gombal.”

Sekilas Tifa mengerti apa yang ia dengar saat ini. Memang Deby sedikit menjauh untuk menerima telpon dari seorang yang dipanggil dengan “Yang”. Dan langsung Tifa berfikiran kalau yang ditelpon tersebut adalah Agung. Terkadang ia memanyunkan bibirnya saat ia mendengar hal yang membuatnya “geli” tersebut. Apalagi ia punya pandangan tersendiri tentang Agung itu.

Cukup lama Tifa menunggu pembicaraan sepasang kekasih itu. Bahkan buku catatannya yang sudah ia “khatamkan” kembali ia buka untuk mencoba mengalihkan konsentrasinya yang telah menguping pembicaraan Deby. Sampai akhirnya Deby selesai dan kembali duduk di sebelah Tifa dengan tersenyum pasti.

“Cieeee…”
“Hahaha.. apaan sih. Makanya kamu cari cowok.”
“Malah aku yang di bully.”
“Hahahaha.. cup cup.”
“Kok mbak pulang gak di antar pacarnya?”
“Dia ada urgent meeting sih. Makanya aku pulang dengan Gojek aja.”
“Hmmm… rapat ya.. sibuk ya mas nya.”

“Sibuk selingkuh mungkin ya mbak. Kasihan si mbaknya. Dasar player.
 
Rizki dan agung akankah dua saudara kembar.

Haaaa.... Jadi ingat cerita yg kegembok
 
bhahaha.. lucu nih tifa..

eh kenapa namanya bukan bella yaaa? bella versi dewasa
haha
:ampun:
 
Menarik...
langsung gas.. di awal... hehehehe
Semoga karyanya bisa berkala di nikmati :ampun:
 
Akhirnya setelah lama ane gak muncul, ane liat makin banyak karya karya yang bagus.
:mantap::mantap::mantap:

Mumpung thread Underestimated belum dibuka gemboknya, ane mencoba kembali rilis cerita baru.. semoga berkenan ya agan agan semua.

;);););)


Aduuuuhhhh... uda konco arek kemana aja???? Akhirnyaa muncul juga setelah lama tenggelam... welcome back ya uda konco arek... ditunggu yg belum terselesaikan :Peace::semangat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd